• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PERTUMBUHAN DAN KETERBUKAAN EKONOMI TERHADAP DEGRADASI LINGKUNGAN OLEH DAVID AKBAR ABDURAHMAN H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK PERTUMBUHAN DAN KETERBUKAAN EKONOMI TERHADAP DEGRADASI LINGKUNGAN OLEH DAVID AKBAR ABDURAHMAN H"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH

DAVID AKBAR ABDURAHMAN H14080126

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

(2)

DAVID AKBAR ABDURAHMAN. Dampak Pertumbuhan dan Keterbukaan Ekonomi terhadap Degradasi Lingkungan (dibimbing oleh WIDYASTUTIK)

Pembangunan ekonomi merupakan upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Melalui pertumbuhan ekonomi diharapkan tercipta kehidupan masyarakat yang lebih berkualitas. Namun, pertumbuhan ekonomi bukan tidak memiliki eksternalitas negatif. Eksploitasi sumberdaya alam akan memperngaruhi keseimbangan lingkungan. Emisi yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi dapat mencemari lingkungan. Sejumlah penelitian telah menganalisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan dan berbagai hasil telah diperoleh, termasuk dalam beberapa kasus bukti dari hubungan terbalik-U yang dikenal dengan konsep Environmental Kuznets Curve (EKC) yang diciptakan oleh Kuznets.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak pertumbuhan dan keterbukaan ekonomi terhadap degradasi lingkungan yang ditinjau melalui gas rumah kaca. Dalam menganalisis dampak tersebut menggunakan pendekatan model Environmental Kuznet Kurve (EKC) yang diciptakan oleh Kuznet.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Word Development Indicator (WDI) dan Emission Database for Global Atmospheric Reasearch (EDGAR). Data sekunder yang diperoleh berupa data GDP per kapita, perdagangan, dan emisi gas rumah kaca (CO2, CH4, dan N2O) yang meliputi data kuantitatif pada rentang waktu antara tahun 1981-2008 dari 20 negara yaitu Amerika, Inggris, Italia, Perancis, Jepang, Malaysia, Afrika Selatan, Argentina, Cina, Brazil, India, Indonesia, Nigeria, Pilipina, Tonga, Uganda, Comoros, Liberia, Malawi dan Zimbabwe.

Metode analisis yang digunakan adalah panel data dengan pendekatan Fixed Effect dengan pembobotan Cross section SUR. Hasil analisis menunjukan adanya hubungan signifikan membentuk EKC model untuk Emisi CH4, namun untuk kasus emisi CO2 dan N2O, pertumbuhan dan keterbukaan ekonomi pada jangka panjang mengarah pada peningkatan emisi yang dihasilkan berbentuk kurva-U.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, untuk mengurangi laju emisi gas rumah kaca perlu adanya evaluasi terhadap program Carbon Trade dan kebijakan perdagangan yang telah disepakati antar negara. Penerapan pajak emisi yang lebih agresif dirasa perlu untuk mengawal pertumbuhan ekonomi demi menjaga kualitas lingkungan tidak lupa dengan pemberlakuan sanksi yang tegas untuk setiap pelanggaran.

(3)

OLEH

DAVID AKBAR ABDURAHMAN H14080126

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

(4)

Nama : David Akbar Abdurahman Nomor Induk Mahasiswa : H14080126

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Widyastutik, M.Si NIP. 19731105 200501 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP. 19641022 198903 1 003

(5)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Mei 2012

David Akbar Abdurahman

(6)

Penulis bernama David Akbar Abdurahman lahir pada tanggal 26 April 1990 di Bandung. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara yang berasal dari pasangan Ujang Abdurohim dan Ernawati.

Pendidikan formal mulai dijalani di TK Aisyiah Bogor, kemudian melanjutkan pendidikan di SDN Cibuluh 1 Bogor. Setelah itu melanjutkan pendidikannya ke SLTP Negeri 2 Bogor dan lulus pada tahun 2005. Jenjang menengah atas penulis meneruskan pendidikannya di SMA Negeri 3 Bogor sampai dengan tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis berkesempatan untuk melanjutkan studinya ke Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama di IPB, penulis aktif dalam lembaga kemahasiswaan. Tergabung kedalam kepengurusan HIPOTESA (Himpunan Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan) 2010 sebagai sekertaris umum, dan di tahun berikutnya menjadi ketua HIPOTESA untuk masa kepengurusan 2011 dan mewakili Departemen Ilmu Ekonomi IPB dalam Ikatan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IMEPI). Selain di lembaga kemahasiswaan, Penulis aktif dalam kegiatan olahraga bersama rekan seangkatan. Beberapa prestasi yang sempat diraih adalah Juara 2 Voli Putra SPORTAKULER FEM IPB 2010, Juara 2 Voli Putra SPORTAKULER FEM IPB 2011, dan Juara 3 Basket Putra SPORTAKULER FEM IPB 2011.

(7)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis diberi kemudahan dan kekuatan dalam menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Dampak Pertumbuhan dan Keterbukaan Ekonomi terhadap Degradasi Lingkungan”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Ujang Abdurohim dan Ibunda Ernawati Syafei serta keluarga tercinta, Adik-adikku Wildan Mukhtar dan Salma Dzakiyah yang telah memberikan doa, motivasi, kasih sayang, materi, dan dorongan moral, serta jasa besarnya untuk membuat saya agar tetap terus berjuang dan bertahan menghadapi hidup ini. Merekalah penopang terkuat dalam hidup dan proses penyelesaian skripsi ini.

2. Widyastutik, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sabar memberikan bimbingan, baik secara teknis maupun teoritis.

3. Dosen penguji utama dalam sidang skripsi, yaitu Dr. Alla Asmara yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun bagi kesempurnaan karya ini.

4. Komisi pendidikan, yaitu Laily Dwi Arsyianti M.Sc yang memberikan banyak informasi mengenai tata cara penulisan skripsi yang baik.

5. Dosen-dosen Departemen Ilmu Ekonomi yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membentuk mental berpikir ilmiah penulis sehingga terbantu dalam penyusunan skripsi ini.

(8)

Departemen Ilmu Ekonomi.

7. Keluarga besar HIPOTESA FEM IPB dan keluarga besar Ilmu Ekonomi khususnya angkatan 45 yang telah memberikan bantuan dan kebersamaan selama ini.

8. Guruh Herman Was’an, yang telah banyak sekali memberikan bantuan dan motivasi luar biasa untuk menyelesaikan penelitian ini. Rekan seperjuangan bersama-sama dalam suka dan duka dalam penyusunan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat terdekat yang telah memberi pelajaran dan makna akan hidup yang sangat berharga bagi hidup saya.

10.Kepada semua pihak yang telah menjadi bagian dari cerita perjalanan hidup dan inspirasi saya.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ii 

DAFTAR TABEL ... viii 

BAB 1. PENDAHULUAN... 1 

1.1  Latar Belakang Masalah ... 1 

1.2.  Rumusan Masalah ... 8 

1.3  Tujuan Penelitian ... 11 

1.4  Manfaat Penelitian ... 11 

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13 

2.1.  Pertumbuhan Ekonomi ... 13 

2.2.   Pengertian Degradasi Lingkungan ... 15 

2.3  Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Degradasi Lingkungan: Teori Kuznets ... 16 

2.4   Hubungan Keterbukaan Ekonomi (Openness of the Economy) dan Degradasi Lingkungan. ... 19 

2.5   Penelitian Sebelumnya ... 19 

2.6.  Kerangka Pemikiran ... 23 

2.7.   Hipotesis Penelitian ... 25 

BAB III. METODE PENELITIAN ... 26 

3.1.   Jenis dan Sumber Data ... 26 

3.2.   Metode Analisis Data ... 26 

3.3.  Spesifikasi Model ... 27 

3.3.1.  Model untuk kasus CO2 ... 29 

(10)

3.3.3.  Model Untuk Kasus N2O ... 31 

3.4.   Metode Analisis Regresi dan Panel Data ... 32 

3.5.   Pemilihan Pendekatan: Uji Haussman ... 33 

3.6.   Pengujian Kriteria Ekonomi dan Statistik ... 34 

3.6.1.  Uji Koefisien Regresi Secara Individual (Uji t) ... 35 

3.6.2.  Uji Signifikansi Simultan (Uji f) ... 36 

3.6.3. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 37 

3.6.4.  Uji Autokorelasi ... 38 

3.6.5. Uji Heterokedastisitas ... 38 

3.6.6.  Uji Normalitas ... 39 

3.7.   Definisi Operasional ... 40 

BAB IV. GAMBARAN UMUM ... 42 

4.1.   Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara High Income 1981-2008 ... 42 

4.2.  Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara UpperMiddle Income 1981-2008 ... 43 

4.3.   Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara Low Income 1981-2008 ... 45 

4.4.   Laju Pertumbuhan Emisi Gas Rumah Kaca CO2 ... 46 

4.4.1   Laju Pertumbuhan CO2Negara High Income 1981-2008 ... 46 

4.4.2.  Laju Pertumbuhan CO2 Negara Middle Income 1981-2008 ... 47 

4.4.3.  Laju Pertumbuhan CO2 Negara Low Income 1981-2008 ... 48 

4.4.4.  Laju Pertumbuhan CH4 Negara High Income 1981-2008 ... 49 

(11)

4.4.5.  Laju Pertumbuhan CH4 Negara Middle Income

1981-2008 ... 50 

4.4.6.  Laju Pertumbuhan CH4 Negara Low Income 1981-2008 ... 51 

4.4.7.  Laju Pertumbuhan N2O Negara High Income 1981-2008 ... 52 

4.4.8.  Laju Pertumbuhan N2O Negara Middle Income 1981-2008 ... 54 

4.4.9. Laju Pertumbuhan N2O Negara Low Income 1981-2008 ... 55 

4.5.   Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara High Income 1981-2008 ... 56 

4.6.   Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara UpperMiddle Income 1981-2008 ... 57 

4.7.   Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara LowerMiddle Income 1981-2008 ... 58 

4.8.   Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara Low Income 1981-2008 ... 59 

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 61 

5.1.   Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Keterbukaan Ekonomi terhadap Kerusakan Lingkungan ... 61 

5.2.   Kriteria Statistik ... 62 

5.2.1.  Uji Signifikansi Simultan (Uji f) ... 63 

5.2.2.  Uji Koefisien Regresi Secara Individual (Uji t) ... 63 

5.2.3. Koefisien Determinasi (Adjusted R-squared) ... 63 

5.4.   Kriteria Ekonometrika ... 64 

5.4.1.  Uji Autokorelasi ... 64 

5.4.2.  Uji Heteroskedastisitas ... 65 

(12)

5.4.1.  Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Emisi

Gas CO2... 65 

5.4.2.  Pengaruh Pertumbuhan dan Keterbukaan Ekonomi terhadap Emisi Gas CO2 ... 67 

5.4.3.  Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Emisi Gas CH4... 68 

5.4.4.  Pengaruh Pertumbuhan dan Keterbukaan Ekonomi terhadap Emisi Gas CH4 ... 70 

5.4.5.  Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Emisi Gas N2O ... 71 

5.4.6.  Pengaruh Pertumbuhan dan Keterbukaan Ekonomi terhadap Emisi Gas N2O ... 73 

5.4.6.  Individual Effect Untuk Setiap Negara Dalam Sample ... 74 

BAB VI. PENUTUP... 76 

6.1   Kesimpulan ... 76 

6.2   Saran ... 77 

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1.1. Laju Rata-rata Emisi CO2 dan GDP per KapitaTahun 1982- 2007 ... 2 

2.1. Hipotesis Environmental Kuznets Curve ... ... .17 

2.2. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 24 

3.1. Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel ... 34 

4.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Negara High Income, 1981-2008 ... 42 

4.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Negara Middle Income, 1981-2008 ... 44 

4.3. Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara Low Income, 1981-2008 ... 45 

4.4. Laju Pertumbuhan CO2 Negara High Income, 1981-2008 ... 46 

4.5. Laju Pertumbuhan CO2 Negara Middle Income, 1981-2008 ... 47 

4.6. Laju Pertumbuhan CO2 Negara Low Income, 1981-2008 ... 48 

4.7. Laju Pertumbuhan CH4 Negara High Income, 1981-2008 ... 49 

4.8. Laju Pertumbuhan CH4 Negara Middle Income, 1981-2008 ... 50 

4.9. Laju Pertumbuhan CH4 Negara Low Income, 1981-2008 ... 52 

4.10. Laju Pertumbuhan N2O Negara High Income, 1981-2008 ... 53 

4.11. Laju Pertumbuhan N2O Negara Middle Income, 1981-2008 ... 54 

4.12. Laju Pertumbuhan N2O Negara Low Income, 1981-2008 ... 55 

4.13. Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara High Income, 1981-2008 ... 56 

4.14. Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara Upper Middle Income, 1981-2008 ... 58 

4.15. Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara Upper Middle Income, 1981-2008 ... 59 

(14)

4.16. Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara Low Income,

1981-2008 ... 60 

5.1. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Emisi Gas CO2 ... 66 

5.2. Hubungan Antara Pertumbuhan dan Keterbukaan Ekonomi dengan

Emisi Gas CO2 ... 68 

5.3. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Emisi Gas CH4 ... 69 

5.4. Hubungan Antara Pertumbuhan dan Keterbukaan Ekonomi dengan

Emisi Gas CH4 ... 71 

5.5. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Emisi Gas N2O ... 72 

5.6. Hubungan Antara Pertumbuhan dan Keterbukaan Ekonomi dengan

(15)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

3.1 Data, Satuan, Simbol, dan Sumber Data ... 26  3.2 Uji d Durbin-Watson: Aturan Keputusan ... 38  5.1 Nilai Probabilitas t-statistic, Probabilitas F-statistic, dan

Adjusted R-square ... 61  5.2 Nilai Individual Effect Untuk Setiap Negara Pada Sample ... 75 

(16)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan banyak

negara di berbagai penjuru dunia dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat di masing-masing negara. Setiap negara menghendaki peningkatan

kualitas kehidupan melalui pertumbuhan ekonomi. Pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada

untuk mencapai tujuan tertentu, dalam hal ini adalah peningkatan kesejahteraan

atau taraf hidup masyarakat yang didukung oleh perluasan pilihan-pilihan

ekonomis dan sosial. Todaro dan Smith (2006) menyatakan istilah pembangunan

(development) secara tradisional diartikan sebagai suatu kapasitas dari sebuah

perekonomian nasional yang kondisi awalnya kurang baik dan bersifat statis

dalam kurun waktu yang cukup lama untuk menciptakan dan mempertahankan

kenaikan GDP (Gross Domestic Product) atau GNI (Gross National Income).

Beberapa badan internasional termasuk Organisasi Kerjasama Ekonomi

dan Pembangunan (OECD: Organization for Economic Cooperation and Development) dan PBB mengklasifikasi berbagai negara berdasarkan status

perekonomian mereka, tetapi sistem pengklasifikasian yang dikenal secara luas

dilakukan oleh Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (IBRD:

International Bank for Reconstruction and Development), yang lebih umum

dikenal sebagai Bank Dunia (Word Bank). Dalam sistem klasifikasi Bank Dunia,

(17)

berdasarkan tingkat pendapatan nasional bruto per kapita (GNI: Gross Natiional income) berbagai perekonomian ini kemudian dibedakan menjadi pendapatan

rendah (Low Income) pendapatan menengah bawah (lower-middle income),

pendapatan menengah atas (upper-middle income), pendapatan tinggi menurut

OECD, dan negara-negara pendapatan tinggi lainnya (Todaro, 2006).

Proses pembangunan ekonomi bukan tidak memiliki efek samping atau

biasa disebut eksternalitas. Peningkatan kesejahteraan peningkatan standar

kesehatan, sadar pendidikan dan lain-lain merupakan eksternalitas positif dari

pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain penurunan kualitas lingkungan hadir sebagai

eksternaliatas negatif dari pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya

menyebabkan banyak permasalahan lingkungan.

Sumber: World Bank, 2011

Gambar 1.1. Rata-rata Laju Pertumbuhan Emisi CO2 dan GDP per KapitaTahun

1982- 2007 ‐0.04 ‐0.02 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 Rata rata   laju   pertumbuhan   per   Tahun   (persen)

Rata‐rata Laju 

Pertumbuhan CO2

Rata rata Laju 

Pertumbuhan GDP per 

(18)

CO2 digunakan dalam banyak penelitian sebagai gas buangan untuk

menggambarkan tingkat pencemaran. Gambar 1.1 merupakan gambaran rata-rata

laju pertumbuhan gas CO2 dari dua puluh negara contoh dari lima kelompok

pendapatan yang berbeda. Gambar 1.1 menunjukan pola yang sama antara

peningkatan rata-rata laju pertumbuhan GDP per Kapita dan rata-rata laju

pertumbuhan CO2. Pada tahun 1981 sampai dengan tahun 1988 baik rata-rata laju

pertumbuhan CO2 maupun rata-rata laju pertumbuhan GDP per kapita sama-sama

mengalami pertumbuhan yang positif. Pada rentang tahun 1988 sampai dengan

1990 baik rata-rata laju pertumbuhan GDP per kapita maupun rata-rata laju

pertumbuhan CO2 sama-sama menunjukan penurunan yang drastis. Terkecuali

pada tahun 1992 dan tahun 2006 Gambar 1.1 memperlihatkan hubungan yang

positif antara rata-rata laju pertumbuhan GDP per kapita dan rata-rata laju

pertumbuhan CO2. Artinya, semakin tinggi rata-rata laju pertumbuhan ekonomi

maka semakin besar rata-rata laju pertumbuhan emisi gas CO2 yang dihasilkan.

Begitu juga sebaliknya, penurunan rata-rata laju pertumbuhan GDP per kapita

berarti juga penurunan rata-rata laju pertumbuhan gas buangan CO2.

Pada kasus negara maju, tingginya pencemaran udara, dalam hal ini CO2,

dapat disebabkan oleh tingginya konsumsi energi yang mengakibatkan

pencemaran udara. Semakin tinggi pendapatan suatu negara semakin tinggi pula

kemampuan bayar yang dimiliki warga negaranya. negara maju memiliki banyak

keluarga dengan pendapatan tinggi yang mampu membeli mobil untuk setiap

anggota keluarga (satu kepala satu mobil). Selain itu konsumsi energi listrik untuk

(19)

dengan negara Middle Income yang hanya memiliki sebagian kecil keluarga

berpendapatan tinggi. Sebagian keluarga yang berpendapatan rendah hanya dapat

membiayai satu kendaraan untuk digunakan bersama-sama atau menggunakan

angkutan umum. Konsumsi listrik tidak akan lebih besar dari negara maju karena

butuh biaya yang lebih besar untuk menghidupkan alat-alat elektronik berdaya

tinggi sehingga hanya memiliki barang-barang elektronik berdaya rendah atau pun

menggunakan fasilitas umum.

Pandangan lain diberikan oleh Hayami dan Godo (2006), mereka menilai

seharusnya degradasi lingkungan lebih besar terjadi pada negara berkembang

yang sedang berada pada tahap industrialisasi. Polusi pabrik-pabrik yang banyak

terdapat di negara berkembang menyebabkan kerusakan lingkungan yang

signifikan. Sebaliknya, negara maju telah mengalami pergeseran dari

industrialisasi menuju sektor jasa dalam pergerakan ekonominya. Sehingga

konsumsi energi sebagai sumber utama polusi akan lebih rendah pertumbuhannya

jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi. Selain itu masyarakat di negara

maju akan lebih memiliki pilihan untuk memperhatikan aspek lingkungan dan

tidak terfokus pada persoalan konsumsi. Hal ini akan memudahkan pemerintah

untuk menetapkan regulasi atau pun pajak yang berkaitan dengan aspek

lingkungan karena willingness to pay untuk lingkungan akan lebih besar.

Akpan dan Chuku (2011) menyatakan, sejak tahun 1990 penelitian tentang

hubungan pertumbuhan ekonomi dan degradasi lingkungan yang membuktikan

teori Environmental Kuznet Curve (EKC) mulai banyak dilakukan. Penelitian

(20)

sebagai pendekatan EKC model diawali oleh Grossman dan Krueger (1991),

Shafik dan Bandypadhayay (1992), Panayotou (1993) kemudian oleh Selden dan

Song (1994). Grosman dan Krueger pertama kali menyoroti berbentuk kurva-U

terbalik dalam hubungan antara degradasi lingkungan dengan pendapatan per

kapita sebagai dampak dari perdagangan bebas Amerika Utara. Kurva-U terbalik

kemudian disebut sebagai sebagai Kurva Kuznet oleh Panayoyou karena

kemiripannya dengan kurva yang menunjukan hubungan antara degradasi

lingkungan dengan pertumbuhan ekonomi yang pertama kali dipopulerkan oleh

Kuznet (1955).

Kahuthu (2006) menemukan adanya hubungan kurva-U terbalik diantara

pertumbuhan ekonomi dengan degradasi lingkungan. Dimana pertumbuhan

ekonomi akan berpengaruh kepada peningkatan kerusakan yang ditimbulkan.

Namun pada titik balik tertentu, pertumbuhan ekonomi akan mengarah kepada

perbaikan kualitas lingkungan. Akpan dan Chuku (2011) mendapatkan hasil yang

berbeda ketika melakukan penelitian tentang pertumbuhan ekonomi dengan

degradasi lingkungan di Nigeria. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan

degradasi lingkungan lebih menunjukan bentuk N dibanding dengan

kurva-U. Penelitian Grossman dan Kruegel (1995) menemukan hubungan kuadratik

dalam hubungan pertumbuhan ekonomi dengan degradasi lingkungan.

Teori Kuznet (1955) telah membawa sejumlah penelitian kepada hasil

yang beragam seiring dengan munculnya hasil dari para peneliti dan pembuat

kebijakan dan tidak membantu banyak untuk mengimbangi kecenderungan dari

(21)

ekonomi mengabaikan masalah lingkungan. Negara maju (yang memperhatikan

masalah lingkungan hanya pada tahap selanjutnya dari proses pembangunan) tidak

membantu untuk merangsang pendekatan yang lebih ramah lingkungan dari

negara-negara sedang berkembang. Kurva Kuznet telah menyatakan bahwa

pertumbuhan ekonomi dengan sendirinya adalah obat mujarab untuk degradasi

lingkungan. Beberapa negara telah memulai jalan pembangunan berkelanjutan

memperhatikan beberapa hal yang penting untuk kebijakan lingkungan, namun di

satu sisi beberapa negara mengabaikan kerusakan dan mengedepankan

pertumbuhan ekonomi yang tinggi (Kahuthu, 2006).

Pertumbuhan ekonomi yang penyebabkan penurunan kualitas lingkungan

pada titik balik tertentu akan mengarah kepada peningkatan kualitas lingkungan.

Negara berkembang akan fokus pada permasalahan pokok yang berhubungan

dengan kesejahteraan dan swasembada pangan yang belum tercapai. Sedangkan

negara maju telah mencapai pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan yang

tinggi sehingga masalah kesejahteraan dan pangan tidaklah menjadi persoalan.

Pada saat yang sama tingkat kepedulian dan kesadaran akan kualitas lingkungan

sebagai kebutuhan jangka panjang akan lebih diperhatikan.

Kinerja suatu perekonomian tidak dapat dipisahkan dari proses globalisasi.

Keterkaitan perekonomian suatu negara semakin erat akibat berkurangnya

batasan-batasan perdagangan dan tingginya arus modal lintas perekonomian.

Keterbukaan ekonomi (Openness of The Economy) seharusnya membawa suatu

negara kepada pertumbuhan ekonomi yang kemudian, menurut model EKC,

(22)

liberalisasi ekonomi dengan menghapus hambatan perdagangan dan mengurangi

subsidi pemerintah dalam upaya pemanfaatan potensi dari globalisasi. Integrasi

antar negara melalui perdagangan internasional akan melahirkan kompetisi yang

berujung pada peningkatan kegiatan ekonomi dan peningkatan emisi gas buangan.

Pada akhirnya negara yang terintegrasi akan menghasilkan emisi lebih banyak jika

dibandingkan dengan negara yang tidak terintegrasi (Kahuthu, 2006). Namun,

keterbukaan ekonomi juga berarti melebarnya pintu informasi dan komunikasi

sehingga tidak menutup kemungkinan integrasi ekonomi justru akan

meningkatkan efisiensi yang berujung pada pengurangan emisi gas buangan

kegiatan produksi. Selain itu, keterbukaan ekonomi juga berarti terbukanya

kesempatan untuk bisa melakukan intervensi terhadap suatu negara melalui forum

Internasional. Sebagai contoh, negara-negara di dunia dapat menghimpun

kekuatan dan mendesak negara-negara penghasil emisi untuk mengurangi gas

buangan mereka yang mencemari bumi ini.

Selanjutnya, EKC menunjukan tahap awal dari proses pertumbuhan

ekonomi akan mengakibatkan degradasi sumber daya alam yang meningkat

dengan cepat, setelah melampaui batas tertentu pertumbuhan kemudian beralih

pada penurunan polusi. Perubahan akan terjadi pada tingkat tertentu dimana

masyarakat akan lebih tertarik dengan udara bersih dan hutan sehat, bukan dengan

penghasilan lebih naik karena negara tersebut telah melewati masa pertumbuhan

ekonomi yang pesat dan melewati titik puncak.

Namun yang menjadi pertanyaan apakah memang benar suatu negara

(23)

lingkungan akan didapatkan dengan sendirinya ketika mencapai pertumbuhan

ekonomi tertentu? Apakah model pertumbuhan “grow first clean up leter” adalah

model yang memang harus digunakan setiap negara di dunia untuk mencapai

keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi tanpa mengabaikan faktor

lingkungan? Kerusakan lingkungan akan semakin besar dan mungkin

menyebabkan bencana tak terhindarkan jika persepsi di atas digunakan oleh

seluruh negara di belahan dunia diimpementasikan secara kurang tepat. Sementara

penelitian mengenai hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kerusakan

lingkungan masih menghasilkan sesuatu yang samar akibat beragamnya hasil

yang didapatkan.

Berkaitan dengan latar belakang di atas relevan apabila dilakukan

penelitian dengan judul “Dampak Pertumbuhan dan Keterbukaan Ekonomi

terhadap Degradasi Lingkungan” dengan menggunakan studi kasus dua puluh

negara yang mewakili tingkat pertumbuhan ekonomi di dunia. Penambahan

indikator lingkungan dilakukan untuk memberikan hasil yang lebih jelas akan

kerusakan lingkungan.

1.2. Rumusan Masalah

Lahirnya Protokol Kyoto menjadi bukti akan besarnya perhatian dunia

akan kerusakan alam di bumi kita ini. Konvensi ini diikuti oleh 2.200 delegasi

dari 158 negara anggota konvensi, enam negara pengamat, sekitar 4.000 pengamat

dari Organisasi Internasional, serta lebih dari 3.700 perwakilan media. Pada saat

(24)

emisi dalam jumlah yang berarti, realistis, dan adil. Melalui forum ini dunia

berusaha menekan negara-negara maju untuk segera menyetujui pengurangan

emisi tersebut. Kerusakan lingkungan dikaitkan dengan ekspansi ekonomi banyak

negara di dunia terutama negara maju berperan aktif dalam pencemaran

lingkungan sebagai eksternalitas negatif dari proses pertumbuhan ekonomi

mereka.

Kerusakan tanah, sumber-sumber air, dan hutan-hutan yang diakibatkan

oleh metode produksi yang kurang terencana serta tidak efisien jelas dapat

mengurangi tingkat produktifitas, terutama dalam jangka panjang. Namun hal

tersebut sering kali disisihkan dari perhitungan demi memunculkan angka-angka

GNI yang mengesankan. Oleh karena itu, setiap analisis ekonomi harus

memperhitungkan berbagai implikasi jangka panjang yang ditimbulkan oleh

setiap kegiatan ekonomi terhadap kualitas dan kelestarian lingkungan hidup

(Todaro, 2009).

Shafik (1994) dalam Kahuthu (2006) menyebutkan, peningkatan aktifitas

ekonomi akan berdampak pada peningkatan permintaan sumberdaya alam.

Pertumbuhan ekonomi yang direpresentasikan oleh pertumbuhan GDP akan

mengarah kepada degradasi lingkungan sebagai eksternalitas negatif dari kegiatan

ekonomi. Namun Kuznet (1955) menerangkan bahwa ada titik balik tertentu

dimana pertumbuhan ekonomi akan mengarah pada perbaikan kualitas

lingkungan. Negara-negara di dunia melakukan ekploitasi sumberdaya alam dan

fokus pada pertumbuhan ekonomi melalui kegiatan penambahan nilai yang profit oriented. Surplus value merupakan eksternalitas positif yang didapatkan dari

(25)

kegiatan ekonomi yang memungkinkan kemudian digunakan untuk

pengembangan teknologi yang mengarahkan kegiatan ekonomi ke tingkat yang

lebih efisien. Hingga akhirnya pertumbuhan ekonomi yang mendukung kemajuan

teknologi menghasilkan kegiatan produksi yang lebih efisien dan ramah

lingkungan sehingga dapat mereduksi dampak kerusakan lingkungan, namun

apabila pertumbuhan ekonomi pada tingkat pendapatan yang tinggi tidak

mengurangi degradasi lingkungan dapat diprediksikan bahwa dunia akan semakin

mengarah pada kehancuran akibat teori pembangunan yang tidak terbukti. Dalam

era globalisasi dewasa ini pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari tingkat

keterbukaan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap kondisi perekonomian

suatu negara karena perekonomian berbagai negara di dunia membentuk suatu

sistem kesatuan yang saling memengaruhi. Tumbuhnya perusahaan multi nasional

dan berbagai kesepahaman dan kesepakatan yang dilakukan berbagai dunia

memengaruhi perekonomian negara-negara di dunia beserta dampaknya terhadap

degradasi lingkungan.

Berbagai penelitian yang telah dilakukan menghasilkan kesimpulan yang

beragam. Spesifikasi dan studi kasus yang berbeda menghasilkan kesimpulan

yang berbeda. Perbedaan kesimpulan tersebut kemudian pada akhirnya

mempertanyakan kembali beberapa pertanyaan yang melatarbelakangi penelitian

ini. Pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan emisi Gas

(26)

2. Bagaimana pengaruh tingkat keterbukaan ekonomi suatu negara terhadap

emisi Gas Rumah Kaca (CO2, CH4, dan N2O)?

3. Bagaimana kontribusi pertumbuhan dan keterbukaan ekonomi negara dalam

sampel terhadap emisi Gas Rumah Kaca (CO2, CH4, dan N2O)?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan penjelasan pada bagian latar belakang dan perumusan

masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Menganalisis hubungan pertumbuhan ekonomi dengan degradasi lingkungan.

2. Menganalisis pengaruh tingkat keterbukaan ekonomi terhadap emisi perusak

lingkungan.

3. Menganalisis kontribusi pertumbuhan dan keterbukaan ekonomi negara pada

sampel terhadap emisi Gas Rumah Kaca.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian mengenai hubungan pertumbuhan ekonomi dan

keterbukaan ekonomi terhadap degradasi lingkungan ini diharapkan dapat

memberika manfaat bagi:

1. Pemerintah negara maju dan berkembang dalam menentukan kebijakan yang

berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan dampak lingkungan terutama

(27)

2. Para peneliti untuk menjadi bahan rujukan dan pertimbangan dalam proses

penelitian berikutnya.

3. Masyarakat umum dalam memahami dampak pertumbuhan ekonomi dan

(28)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting

dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu

negara. Istilah pertumbuhan ekonomi bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang

dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lain, negara satu dengan

negara lainnya.

Menurut Kuznets dalam Todaro (2006), pertumbuhan ekonomi adalah

kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu Negara untuk menyediakan

semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan

ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan

idiologis yang diperlukannya. Definisi ini mempunyai 3 (tiga) komponen:

1. Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara

terus-menerus persediaan barang

2. Teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang

menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka

macam barang kepada penduduk

3. Penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya

penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang

dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara

(29)

Dengan bahasa lain, Boediono dalam Hutabarat (2010) menyebutkan

pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output dalam jangka panjang.

Pengertian tersebut mencakup tiga aspek, yaitu proses, output per kapita, dan

jangka panjang. Jadi pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses, bukan

gambaran ekonomi atau hasil pada saat itu. Boediono menyebutkan secara lebih

lanjut bahwa pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan ”output per

kapita”. Dalam pengertian ini teori tersebut harus mencakup teori mengenai

pertumbuhan GDP dan teori mengenai pertumbuhan penduduk. Sebab hanya

apabila kedua aspek tersebut dijelaskan, maka perkembangan output per kapita

bisa dijelaskan. Kemudian aspek yang ketiga adalah pertumbuhan ekonomi dalam

perspektif jangka panjang, yaitu apabila selama jangka waktu yang cukup panjang

tersebut output per kapita menunjukkan kecenderungan yang meningkat.

Menurut Todaro (2006), pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai

peningkatan hasil atau outpt masyarakat yang disebabkan oleh makin banyaknya

jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat. Ada

tiga faktor atau komponenutama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa,

antara lain:

1. Akumulasi modal, meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang

ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal manusia atau sumber daya

manusia.

2. Pertumbuhan penduduk, yang beberapa tahun selanjutnya akan

memperbanyak jumlah angkatan kerja.

(30)

Secara umum pertumbuhan ekonomi memiliki arti peningkatan pada

Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara.

Pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan dengan peningkatan output dan

pendapatan riil perkapita memang bukanlah satu-satunya sasaran kebijakan

terutama di negara-negara berkembang. Namun kebijakan ekonomi menaikkan

tingkat pertumbuhan output memang perlu dilakukan. Hal ini berdasarkan alasan,

karena pertumbuhan ekonomi dipandang sebagai suatu syarat yang sangat

diperlukan untuk perbaikkan kesejahteraan masyarakat dan mencapai

tujuan-tujuan pembangunan lainnya seperti peningkatan pendapatan dan kekayaan

masyarakat, ataupun penyediaan fasilitas dan sarana-sarana sosial lainnya.

2.2. Pengertian Degradasi Lingkungan

Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan

ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya

manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan

manusia serta makhluk hidup lainnya. Sumber daya lingkungan, seperti udara,

air, lahan, dan biota, dapat menyediakan barang dan jasa yang secara langsung

maupun tidak langsung mendapatkan manfaat ekonomis. Mengingat bahwa daya

dukung alam sangat menentukan bagi kelangsungan hidup manusia, maka

kemampuan daya dukung alam tersebut harus dijaga agar tidak terdegradasi.

Menurut Wardhana (1995), Secara umum degradasi lingkungan

disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dimana degradasi lingkungan

(31)

degradasi lingkungan berasal dari ulah manusia dalam rangka meningkatkan

kualitas dan kenyamanan hidupnya.

Pemanasan global memiliki dampak turunan terhadap kualitas lingkungan.

Peningkatan suhu bumi dan perubahan iklim berdampak signifikan pada

berkurangnya kualitas dan kenyamanan hidup. Luasnya definisi degradasi

lingkungan menyebabkan perlu adanya pembatasan ruang lingkup akan apa yang

dimaksud dengan degradasi lingkungan itu sendiri. Konteks degradasi lingkungan

dalam penelitian ini dilihat melalui pencemaran udara yang menyebabkan efek

Gas Rumah Kaca dan beberapa masalah turunan lainnya.

Penelitian akan emisi gas rumah kaca yang dapat ditolelir bumi telah

banyak dilakukan. Belum ada kesepakatan bersama yang menetapkan batas

ambang dari emisi gas rumah kaca. Hansen (2010), seorang peneliti dari NASA,

mengatakan bahwa jika manusia berharap melestarikan bumi maka manusia harus

mengurangi emisi CO2 menjadi 350 ppm (www.iklimkarbon.com, 2010).

2.3 Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Degradasi Lingkungan: Teori Kuznets

Orientasi pertumbuhan ekonomi telah memacu permintaan terhadap

sumberdaya alam yang semakin besar. Metode produksi yang tidak

memungkinkan adanya substitusi input tersebut berdampak terhadap eksploitasi

sumberdaya tersebut sehingga ketersediaannya semakin menipis. Simon Kuznets,

peraih penghargaan Nobel pada tahun 1955 membuat suatu hipotesis mengenai

(32)

hipotesis Environmental Kuznets Curve. Berdasarkan hipotesis Environmental Kuznets Curve, kerusakan lingkungan yang parah rawan terjadi di negara-negara

berkembang yang mayoritas merupakan negara-negara yang berpenghasilan per

kapita rendah. Hal ini terjadi karena pada fase awal pertumbuhan industrialisasi

sangat besar fokusnya pada bagaimana ekonomi berkembang pesat dan banyak

menyerap tenaga kerja. Isu lingkungan belum menjadi agenda utama dan

pemerintah belum banyak terlibat dalam upaya perbaikan sistem pasar. Pada fase

ini terjadi korelasi positif antara degradasi lingkungan karena banyak bahan

polutan di udara dengan pertumbuhan ekonomi.

Emisi Bahan Polutan

EKC Konvensional

Pendapatan per kapita

Sumber: Kahutu, 2006

Gambar 2.1. Hipotesis Environmental Kuznets Curve

Namun, pada tingkat pendapatan tertentu terdapat titik balik. Pada fase ini

kesadaran pentingnya kualitas lingkungan sudah mulai berkembang. Public goods

seperti kualitas lingkungan serta kesehatan telah menjadi bagian permintaan

masyarakat. Tekanan atas kebutuhan tersebut baik terpaksa maupun tidak, industri

melakukan kebijakan perubahan metode produksi. Pada fase ini terdapat income

(33)

Penjelasan lebih jelasnya mengenai terjadinya inverted U pada kurva

Kuznets adalah sebagai berikut :

1. Terjadinya pergeseran transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri

karena adanya dorongan investasi asing. Pada tingkat pendapatan rendah di

negara berkembang, pendapatan industri masih rendah dan akan meningkat

seiring peningkatan pendapatan. Peningkatan sektor indutri ini menyebabkan

polusi di negara sedang berkembang juga akan mengalami peningkatan dan

ketika terjadi transformasi dari sektor industri ke sektor jasa, polusi akan

menurun seiring peningkatan pendapatan.

2. Permintaan akan kualitas lingkungan akan mengalami peningkatan seiring

dengan peningkatan pendapatan. Hal ini bermula ketika pendapatan masih

rendah, sulit bagi pemerintah negara berkembang untuk melakukan proteksi

terhadap lingkungan. Ketika pendapatan mulai meningkat, masyarakat mulai

mampu untuk membayar kerugian lingkungan akibat dari kegiatan ekonomi.

Pada tahap ini masyarakat mau mengorbankan konsumsi barang demi

terlindunginya lingkungan.

Pertumbuhan pendapatan akan diiringi dengan kenaikan tingkat polusi,

dan kemudian menurun lagi dengan kondisi pertumbuhan pendapatan tetap

berjalan. Teori ini didasarkan pada permintaan terhadap kualitas lingkungan yang

meningkatkan pengawasan sosial dan regulasi pemerintah sehingga masyarakat

(34)

2.4 Hubungan Keterbukaan Ekonomi (Openness of the Economy) dan Degradasi Lingkungan

Ada beberapa indikator yang menunjukan tingkat keterbukaan suatu

perekonomian atau Openness of the Economy yaitu perdagangan, tingkat suku

bunga dalam Negeri, International risk sharing, dan rasio investasi terhadap

tabungan domestik. Keterbukaan ekonomi dapat dijelaskan dengan penjumlahan

nilai ekspor dan impor. Perdagangan internasional memiliki sejumlah argumen

yang mendukung serta menolaknya, dengan beragam alasan yang mendasarinya.

Namun argumen yang mendukung dan menolaknya tidak ada yang memiliki

kebenaran absolut. Manfaat yang diperoleh suatu Negara dengan adanya

perdagangan Internasional bergantung pada struktur perekonomian Negara itu

sendiri.

Keterbukaan ekonomi dapat memiliki hubungan positif maupun negatif

dengan degradasi lingkugan. Kahuthu (2006) menemukan adanya pengaruh positif

keterbukaaan ekonomi dalam menjelaskan hubungan antara pertumbuhan

ekonomi dan degradasi lingkungan. Namun, keterbukaan ekonomi bisa saja

berpengaruh negatif terhadap degradasi lingkungan apabila terdapat transfer

informasi teknologi dari dunia global ke dalam suatu perekonomian sehingga

dapat melakukan kegiatan produksi dengan lebih efisien.

2.5 Penelitian Sebelumnya

Penelitian ini akan menganalisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi

dan degradasi lingkungan melalui variabel gas CO2 dan beberapa komponen gas

(35)

penelitian tentang hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan degradasi

lingkungan telah banyak dilakukan dan didapatkan hasil yang beragam.

Grossman dan Krueger (1995) melakukan penelitian tentang hubungan

pertumbuhan ekonomi dengan kualitas lingkungan. Mereka menggunakan GDP

per kapita sebagai indikator pertumbuhan ekonomi dan menggunakan polusi udara

perkotaan, oksigen pada aliran sungai, dan kontaminasi aliran air sungai oleh

logam berat sebagai indikator lingkungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan

reduce-form untuk melihat hubungan pertumbuhan ekonomi dengan indikator

lingkungan yang telah ditetapkan. Data diperoleh dari 287 titik sungai pada 58

negara tahun 1979 sampai dengan tahun 1990. Penelitian telah memberikan

dukungan untuk model EKC. Untuk kebanyakan indikator, pertumbuhan ekonomi

membawa tahap awal kerusakan diikuti oleh fase berikutnya perbaikan. Titik balik

untuk polutan yang berbeda bervariasi, tetapi dalam banyak kasus didapatkan

Negara mencapai titik balik pada tingkat pendapatan perkapita sebesar 8.000

dollar.

Kahuthu (2006) melakukan penelitian untuk mengetahui dampak

pertumbuhan ekonomi terhadap kerusakan lingkungan yang dilihat melalui gas

CO2 dan luas hutan. Data yang digunakan adalah data panel yang terdiri dari 84

Negara dari berbagai level pertumbuhan selama tahun 1960-2000. Model yang

digunakan adalah model kuadratik yang diestimasi menggunakan fixed effect model. Penelitian ini menghasilkan dukungan terhadap EKC model dimana

terdapat hubungan berbentuk kurva-U terbalik antara pertumbuhan ekonomi

dengan kerusakan lingkungan. Hasil dari pengulangan estimasi setelah melakukan

(36)

menyebutkan bahwa jika suatu Negara semakin terintegrasi (memiliki tingkat

keterbukaan ekonomi yang lebih tinggi) maka akan semakin tinggi tingkat emisi

yang dihasilkan dan semakin tinggi titik puncak yang harus dicapai agar kemudian

pertumbuhan ekonomi mengarah pada pengurangan emisi dan kerusakan

lingkungan.

Choi et al. (2010) melakukan penelitian akan hubungan emisi CO2 dengan

pertumbuhan ekonomi dan keterbukaan ekonomi pada negara Korea, Cina, dan

Jepang untuk tahun 1971-2006. Melalui proses estimasi yang dilakukan

menggunakan metode OLS. Hasil yang didapat untuk studi kasus Negara Korea

tidak sejalan dengan konsep EKC yang menyebutkan bahwa hubungan

pertumbuhan ekonomi dengan degradasi lingkungan akan membentuk kurva-U

terbalik. Untuk Negara Cina, hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan

emisi CO2 membentuk kurva-N. Pertumbuhan ekonomi tidak dapat memberikan

peningkatan kualitas lingkungan secara berkesinambungan karena pada titik balik

kedua, pertumbuhan ekonomi akan kembali memberikan dampak negatif bagi

kualitas lingkungan di Cina. Sedangkan untuk kasus negara Jepang, penelitian

mengarah pada kurva-N terbalik dalam menggambarkan pola hubungan antara

pertumbuhan ekonomi dengan emisi CO2. Meskipun untuk kasus negara Jepang

pada akhirnya peningkatan ekonomi dapat memberikan perbaikan kualitas

lingkungan yang ditinjau melaui emisi CO2 dalam penelitian ini, namun model

hubungan yang ditemukan berbeda dengan EKC model yang berbentuk kurva-U

terbalik.

Hutabarat (2000) melakukan penelitian menggunakan analisis regresi

(37)

Model Fixed Cross Section yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh

variabel PDB sektor industri terhadap kualitas lingkungan yang ditinjau melalui

emisi Sulfur dan emisi CO2 di lima negara ASEAN selama 21 tahun. Dari

penelitian tersebut, ditemukan hubungan yang membentuk fungsi kubik untuk

kasus emisi surfur dan emisi CO2.

Akpan dan Chuku (2011) melakukan penelitian mengenai hubungan

pertumbuhan ekonomi dan degradasi lingkungan untuk studi kasus negara

Nigeria. Mereka menggunakan data tahun 1960 sampai dengan tahun 2008

dengan GDP per kapita sebagai indikator pertumbuhan ekonomi dan CO2 sebagai

indikator degradasi lingkungan. Model ARDL digunakan untu melihat hubungan

antara keduanya. Akpan dan Chuku (2011) juga turut memasukan tingkat

keterbukaan ekonomi (openness ratio) sebagai variabel lain yang turut

mempengaruhi degradasi lingungan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa untuk

studi kasus negara Nigeria, pertumbuhan ekonomi berasosiasi dengan peningkatan

degradasi lingkungan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Hubungan kurva-N terbalik sebagai hasil penelitian tidak memberikan dukungan

terhadap EKC model.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penambahan

indikator lingkungan CH4 dan N2O sebagai emisi komponen gas rumah kaca

diharapkan dapat memberikan pengaruh yang lebih spesifik akan pertumbuhan

ekonomi terhadap degradasi lingkungan. Penambahan indikator keterbukaan

ekonomi dilakukan kembali untuk menangkap pengaruh tingkat keterbukaan

(38)

section dan time series yang lebih banyak. Meskipun tidak sebanyak Kahutu

(2006), namun indikator lingkungan yang digunakan lebih banyak dengan time series yang lebih up to date.

2.6. Kerangka Pemikiran

Perhatian utama masyarakat perekonomian dunia tertuju pada cara-cara

untuk mempercepat tingkat pertumbuhan pendapatan nasional. “Pengejaran

pertumbuhan” merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi semua negara

di dunia dewasa ini. Dalam melakukan percepatan pertumbuhan ekonomi,

pertumbuhan ekonomi dilakukan untuk mewujudkan perbaikan kualitas hidup dan

mengatasi permasalahan yang berkaitan atau berakar dari masalah kesejahteraan.

Perbaikan infrastruktur, pelayanan masyarakat, dan kualitas kehidupan merupakan

beberapa fokus dari pertumbuhan ekonomi. Suatu sistem perekonomian dapat

berintegrasi dengan perekonomian lain untuk menciptakan hubungan yang saling

menguntungkan melalui perdagangan bebas demi terciptanya percepatan

ekonomi.

Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan tanpa memperhatikan

aspek pelestariannya dapat meningkatkan tekanan berlebihan terhadap kualitas

lingkungan hidup yang pada akhirnya mengancam swasembada pangan,

pemerataan distribusi pendapatan, serta potensi pertumbuhan ekonomi di masa

mendatang. Kegiatan ekonomi merupakan kegiatan memanfaatkan sumberdaya

(39)

Inefisiensi kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam , kurangnya kesadaran

ekonomi, dan konsepsi pertumbuhan ekonomi yang mengesampingkan aspek

lingkungan yang dikenal dengan “grow first clean up later” memperbesar

dampak pertumbuhan ekonomi terhadap kerusakan lingkungan. Kemajuan

teknologi dapat mengurangi emisi yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi dengan

meningkatkan efisiensi. Konsep pengejaran pertumbuhan ekonomi untuk

mengejar tingkat pendapatan yang lebih tinggi dalam mengurangi dampak

pertumbuhan ekonomi harus selalu dipertanyakan kebenarannya. Hal ini

disebabkan karena dalam pelaksanaanya, apabila pertumbuhan ekonomi pada

tingkat pendapatan yang lebih tinggi tidak mengurangi kerusakan lingkungan

maka dunia akan terarahkan pada kerusakan lingkungan yang tak terhindarkan.

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Penelitian Pertumbuhan dan Keterbukaan Ekonomi Memacu Peningkatan Permintaan SDA (ekspolitasi SDA) Peningkatan taraf hidup Degradasi Lingkungan (Emisi gas Rumah Kaca)

Grow first clean up later

• Kurangnya kesadaran lingkungan

(40)

2.7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu serta variabel-variabel

yang dijelaskan dalam penelitian ini, maka dalam penelitian ini dirumuskan

hipotesis, yaitu:

1. Dampak pertumbuhan ekonomi terhadap kualitas lingkungan hidup yang

diukur dengan emisi gas rumah kaca, yaitu melalui emisi Karbondioksida

(CO2), Metana (CH4), dan Nitrogen Oksida (N2O) di negara berkembang dan

negara maju signifikan dengan konsep Environmental Kuznets Curve model.

Pertumbuhan ekonomi pada tingkat pendapatan rendah (sebelum titik balik)

akan meningkatkan degradasi lingkungan, namun pada tingkat pendapatan

yang lebih (setelah titik balik) tinggi pertumbuhan ekonomi akan memberikan

perbaikan kualitas lingkungan.

2. Tingkat keterbukaan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap emisi gas

rumah kaca dalam penelitian ini. Semakin suatu Negara terbuka

perekonomiannya (terintegrasi), maka semakin besar dampak kerusakan

(41)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data kuantitatif tahunan pada rentang waktu

antara tahun 1981-2008. Data dalam penelitian ini adalah data dari 20 Negara

yang mewakili masing-masing tingkatan pertumbuhan ekonomi seluruh dunia

berdasarkan klasifikasi menurut World Bank. Keseluruhan negara yang dimaksud

adalah Amerika Serikat, Inggris, Itali, Jepang, Perancis, Cina, Argentina, Brazil,

Malaysia, Afrika Selatan, Indonesia, India, Philipina, Nigeria, Tonga. Pengolahan

data dilakukan dengan perangkat lunak Microsoft Excel 2007, Minitab, dan Eviews 6.

Tabel 3.1 Data, Satuan, Simbol, dan Sumber Data

Variabel Satuan Simbol Sumber

GDP per Kapita US $ GDP World Bank

CO2 Kilotonne CO2 World Bank

Trade per GDP Persen TRD UN-Comtrade

CH4 Kilotonne CH4 EDGAR

N2O Kilotonne N2O EDGAR

Keterangan: Word Bank , tahun 1981-2008

EDGAR (Emission Database for Global Atmospheric Research),tahun 1981-2008

3.2. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan kuantitatif.

Metode deskriptif adalah metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan

(42)

deskripsi data pada dasarnya meliputi upaya penelusuran dan pengungkapan

informasi yang lebih relevan yang terkandung di dalam data dan penyajian

hasilnya dalam bentu yang lebih ringkas dan sederhana, sehingga pada akhirnya

mengarah pada keperluan adanya penjelasan dan penafsiran.

Metode penelitian ini juga mengandalkan proses kuantitatif untuk

mendapatkan gambaran yang terstruktur dan jelas mengenai fenomena

perekonomian yang terjadi. Penelitian kuantitatif berlandaskan interpretasi

terhadap hasil olahan model dengan metode analisis panel data.

3.3. Spesifikasi Model

Untuk melakukan estimasi pada model data panel, terdapat dua

pendekatan yang dapat dilakukan yaitu menggunakan fixed effect atau random effect. Berdasarkan hasil uji, kemudian diputuskan fixed effect yang akan

digunakan dalam penelitian ini. Pencarian model terbaik dalam menentukan pola

hubungan pertumbuhan ekonomi dan keterbukaan ekonomi dengan degradasi

lingkungan harus dilakukan untuk dapat memberikan gambaran yang akurat akan

hubungan pertumbuhan ekonomi dengan degradasi lingkungan. Terdapat tiga

model yang akan diestimasi untuk menentukan model terbaik yaitu, model

persamaan linear, model persamaan kuadratik, model persamaan kubik.

Linear : Eit = βi + β1 Xit + β4 Yit + εit

Kuadratik : Eit = βi + β1 Xit + β2 (Xit)2 + β4 Yit + εit

Syarat: β2 ≠ 0, Jika β2 < 0 maka membentuk kurva-U terbalik

(43)

Turning point =

Kubik : Eit = βi + β1 Xit + β2 (Xit)2 + β3 (Xit)3 + β4 Yit + εit

Syarat: β3 ≠ 0, Jika β3 < 0 maka membentuk kurva-N terbalik,

sedangkan jika β3 > 0 maka membentuk kurva-N.

Turning point 1 = ²

Turning point 2 = ²

dimana:

Eit : emisi gas rumah kaca (CO2, N2O, dan CH4) untuk negara i pada

tahun t

Xit : GDP per kapita untuk negara i pada tahun t

Yit : Tingkat keterbukaan ekonomi negara i pada tahun t

βi : konstanta

β1,β2,β3 : koefisien regresi

εit : error term untuk negara i pada tahun t

Untuk dapat menggambarkan pola hubungan antara pertumbuhan dan

tingkat keterbukaan ekonomi terhadap degradasi lingkungan secara tepat

digunakan beberapa kriteria pemilihan model sehingga model yang terpilih adalah

model terbaik dalam pendugaan.

Model terbaik adalah model yang memiliki Adj-R2 tertinggi dan signifikan

dengan taraf nyata 5% untuk keseluruhan variabel bebas yang digunakan dalam

(44)

3.3.1. Model untuk kasus CO2

Setelah melakukan pengujian untuk mendapatkan model terbaik,

didapatkan model persamaan kuadratik yang dapat menggambarkan hubungan

antara pertumbuhan ekonomi dan CO2. Adapun model yang digunakan sebagai

berikut.

CO2it = βi + β1 GDPit + β2 (GDPit)2 +εi………..………….………(1)

CO2 = Karbondioksida (kilotonne)

GDP = GDP per kapita (US$)

GDP2 = GDP2 (US$)

LnCO2it = βi + β1 LnGDPit + β2 (LnGDPit)2 + εit.………..……..(2)

LnCO2 = Karbondioksida (persen)

LnGDP = GDP per kapita (persen)

LnGDP2 = GDP2 (persen)

Analisis yang sama dilakukan dengan menambahkan variabel keterbukaan

ekonomi yang direpresentasikan oleh persentase jumlah nilai ekspor dan import

terhadap GDP sehingga membentuk persamaan.

CO2it = βi + β1 Xit + β2 (GDPit)2 + β3 (TDR)it +εit…….………..(3)

CO2 = Karbondioksida (kilotonne)

GDP = GDP per kapita (US$)

GDP2 = GDP2 (US$)

TRD = Share perdagangan terhadap GDP (persen)

(45)

LnCO2 = Karbondioksida (persen)

LnGDP = GDP per kapita (persen)

LnGDP2 = GDP2 (persen)

LnTRD = Share perdagangan terhadap GDP (persen)

3.3.2. Model untuk kasus CH4

Untuk kasus CH4, Setelah melakukan pengujian untuk mendapatkan

model terbaik, didapatkan model persamaan kubik yang dapat menggambarkan

hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan CH4. Adapun model yang digunakan

sebagai berikut.

CHit = βi + β1 GDPit + β2 (GDPit)2 + β3 (GDPit)3 + εit ………...…………(5)

CH4 = Metana (kilotonne)

GDP = GDP per kapita (US$)

GDP2 = GDP2 (US$)

GDP3 = GDP3 (US$)

LnCHit = βi + β1 LnGDPit + β2 (LnGDPit)2 + β3 (LnGDPit)3 + ε.………..(6)

LnCH4 = Metana (persen)

LnGDP = GDP per kapita (persen)

LnGDP2 = GDP2 (persen)

LnGDP3 = GDP3 (persen)

Analisis yang sama dilakukan dengan menambakan variabel keterbukaan

ekonomi yang direpresentasikan oleh jumlah persentase nilai ekspor dan import

(46)

CH4it = βi + β1 Xit + β2 (GDPit)2 + β3 TRDit +εit …….………..(7)

CH4 = Metana (kilotonne)

GDP = GDP per kapita (US$)

GDP2 = GDP2 (US$)

TRD = Share perdagangan terhadap GDP (persen)

LnCH4it = βi + β1 LnXit + β2 (LnGDPit)2 + β3 LnTRDit +εit………..(8)

LnCH4 = Metana (persen)

LnGDP = GDP per kapita (persen)

LnGDP2 = GDP2 (persen)

LnTRD = Share perdagangan terhadap GDP (persen)

3.3.3. Model Untuk Kasus N2O

Pada kasus N2O, setelah melakukan pengujian untuk mendapatkan model

terbaik, didapatkan model linear yang dapat menggambarkan hubungan antara

pertumbuhan ekonomi dan N2O. Adapun model yang digunakan sebagai berikut.

N2Oit = βi + β1 GDPit + εit ………..(9)

N2O = Nitrogen Oksida (kilotonne)

GDP = GDP per kapita (US$)

LnN2Oit = βi + β1 LnGDPit + εit ………(10)

LnN2O = Nitrogen Oksida (persen)

(47)

Analisis yang sama dilakukan dengan menambakan variabel keterbukaan

ekonomi yang direpresentasikan oleh jumlah persentase nilai ekspor dan import

terhadap GDP sehingga membentuk persamaan.

N2Oit= βi + β1 (GDPit) + β2 TRDit +εit……….(8)

N2O = Nitrogen Oksida (kilotonne)

GDP = GDP per kapita (US$)

TRD = Share perdagangan terhadap GDP (persen)

Ln N2Oit = βi + β1 (LnGDPit) + β2 LnTRDit +εit……….(8)

LnN2O = Nitrogen Oksida (persen)

LnGDP = GDP per kapita (persen)

LnTRD = Share perdagangan terhadap GDP (persen)

3.4. Metode Analisis Regresi dan Panel Data

Ketersediaan data untuk mewakili variabel yang akan digunakan dimana

kondisinya yaitu data time series pendek dan unit cross section terbatas dapat

diatasi dengan menggunakan metode panel data (pooled data). Penggunaan model

panel data tersebut digunakan dengan tujuan agar diperoleh hasil estimasi yang

lebih baik (efisien) dengan meningkatnya jumlah observasi yang berimplikasi

(48)

Penggunaan data panel telah memberikan banyak keuntungan secara

statistik maupun teori ekonomi. Manfaat penggunaan panel data adalah sebagai

berikut:

1. Mampu mengontrol heterogenitas individu

2. Mengurangi kolinearitas antar variabel, meningkatnya degree of freedom,

lebih bervariasi dan lebih efisien

3. Mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak

dapat diperoleh dari data cross section murni atau time series murni

Model analisa data panel memiliki tiga macam pendekatan, yaitu

pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square), pendekatan efek tetap (fixed effect), dan pendekatan efek acak (random effect). Selain itu, di dalam melakukan

pengolahan data panel terdapat juga kriteria pembobotan yang berbeda-beda yaitu

No weighting (semua observasi diberi bobot sama), cross section weight (GLS

dengan menggunakan estimasi varians residual cross section, apabila terdapat

asumsi cross section heteroskedasticity), dan SUR (GLS dengan menggunakan covariance matrix cross section). Metode ini mengoreksi baik heteroskedastisitas

maupun autokorelasi antar unit cross section.

3.5. Pemilihan Pendekatan: Uji Haussman

Alur pengujian statistik untuk memilih pendekatan yang digunakan dapat

diperlihatkan pada Gambar 3.1. Penggunaan pendekatan Pooled Least Square

dirasakan kurang sesuai dengan tujuan digunakannya data panel maka dalam

(49)

effect. Dalam memilih apakah fixed atau random effect yang lebih baik, dilakukan

pengujian terhadap asumsi ada tidaknya korelasi antara regresor dan efek

individu. Untuk menguji asumsi ini dapat digunakan Haussman Test. Dalam uji

ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Model Random Effect

H1 : Model Fixed Effect

Jika nilai H hasil pengujian lebih besar dari χ2 tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model yang digunakan adalah

model fixed effect, begitu juga sebaliknya.

Sumber: Firdaus, 2012

Gambar 3.1. Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel

3.6. Pengujian Kriteria Ekonomi dan Statistik

Setelah mendapatkan parameter estimasi, langkah selanjutnya adalah

melakukan berbagai macam pengujian terhadap parameter estimasi tersebut serta

pengujian terkait model terbaik mana yang akan dipilih diantara fixed dan

random. Pengujian tersebut bisa berupa pengujian ekonomi, statistik, dan

ekonometrik. Fixed Effect Random Effect Pooled Least Chow Test Hausman Test

(50)

Pengujian dapat dilakukan dengan kriteria ekonomi dan statistik.

Pengujian ekonomi dilakukan untuk melihat besaran dan tanda parameter yang

akan diestimasi, apakah sesuai dengan teori atau tidak. Sedangkan uji kriteria

statistik dilakukan dengan uji koefisien determinasi (R2)

3.6.1. Uji Koefisien Regresi Secara Individual (Uji t)

Uji t–statistik dilakukan untuk menguji apakah variabel independen secara

individu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya.

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara parsial variabel independen

berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen. Dalam

pengujian ini dilakukan uji dua arah dengan hipotesa :

H0: βi = 0 (tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen)

H1: βi ≠ 0 (ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya)

Kriteria pengujian :

1. Ho diterima dan Ha ditolak apabila t tabel > t hitung < t tabel, artinya

variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen.

2. Ho ditolak dan Ha diterima apabila t tabel < t hitung > t tabel, artinya

variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependent

Sedangkan nilai t hitung adalah :

T hitung = βi Se (βi)

(51)

3.6.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji f)

Uji-F statistik digunakan untuk menguji apakah keseluruhan variabel

independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian

ini dilakukan dengan hipotesa :

H0 = β1 = β2 = β3 = β4 = 0

(variabel independen secara bersama – sama tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen).

H1≠β1 ≠β2 ≠β3 ≠β4 ≠ 0

(variabel independen secara bersama – sama berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen).

Dengan kata lain, dalam penelitian ini bila hasil F hitung menunjukkan

hasil yang signifikan berarti variabel pertumbuhan ekonomi, aglomerasi dan

variabel moderat secara bersama – sama berpengaruh terhadap kualitas

lingkungan

Untuk menghitung F hitung digunakan rumus (Gujarati, 1995)

F hitung = R2 / (k-1) (1 – R2) / (n-k) Dimana :

R2 = koefisien determinasi

n = jumlah observasi

(52)

Kriteria Pengujian:

1. H0 diterima dan H1 ditolak apabila F hitung < F tabel, artinya variabel

independen secara bersama – sama tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen.

2. H0 ditolak dan H1 diterima apabila F hitung > F tabel, artinya variabel

independen secara bersama – sama berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen.

3.6.3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui besarnya daya

menerangkan dari variabel independen terhadap variabel dependen pada model

tersebut. Nilai R2 berkisar antara 0 < R2 < 1 sehingga kesimpulan yang diambil

adalah:

1. Nilai R2 yang kecil atau mendekati nol, berarti kemampuan variabel-variabel

bebas dalam menjelaskan variabel-variabel tak bebas sangat terbatas.

2. Nilai R2 mendekati satu, berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir

semua informasi untuk memprediksi variasi variabel tak bebas.

Dalam penelitian ini berarti, bila nilai R2 memberikan hasil yang

mendekati angka 1, artinya kualitas lingkungan yang ditinjau dari tingkat emisi

CO2, CH4, dan N2O dapat dijelaskan dengan baik oleh variasi variabel independen

GDP, GDP2, GDP3, dan atau TDR Sedangkan sisanya (100% - nilai R2) dijelaskan

(53)

3.6.4. Uji Autokorelasi

Istilah autokorelasi bisa didefinisikan sebagai korelasi di antara anggota

observasi yang diurut menurut waktu (seperti data deret berkala) atau ruang

(seperti data lintas sektoral). Uji yang paling dikenal untuk pendeteksian

autokorelasi adalah statistik d Durbin-Watson (DW Test). Pengujian dengan DW

Test hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation)

dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada

variabel lag diantar variabel independen.

Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0)

H1 : ada autokorelasi (r ≠ 0)

Tabel 3.2 Uji d Durbin-Watson: Aturan Keputusan

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi positif atau negative

Tolak

Tidak ada keputusan Tolak

Tidak ada keputusan Tidak ditolak 0 < d < dL dL≤ d ≤ dU 4 - dL < d < 4 4 - dU≤ d ≤ 4 - dL dU < d < 4 - dU Sumber: Gujarati, 2003 3.6.5. Uji Heterokedastisitas

Suatu asumsi kritis dari model regresi linear klasik adalah bahwa

gangguan ui semuanya mempunyai varians yang sama. Jika asumsi ini tidak

dipenuhi, maka mempunyai heteroskedasitas. Heteroskedasitas tidak merusak sifat

ketidakbiasan dan konsistensi dari penaksir OLS. Tetapi penaksir ini tidak lagi

mempunyai varians minimum atau efisien . Dengan perkataan lain, sehingga tidak

(54)

Untuk mendeteksi ada tidaknya pelanggaran ini dengan menggunakan

White Heterocdasticity Test (Gujarati, 1995). Nilai probabilitas Obs*R-squared

dijadikan sebagai acuan untuk menolak atau menerima H0.

Hipotesis yang akan diuji:

H0 : homoskedastisitas

H1 : heteroskedastisitas

Kriteria pengujiannya adalah:

1. Probabilitas Obs*R-squared < taraf nyata , maka tolak H0

2. Probabilitas Obs*R-squared > taraf nyata , maka terima H0

3.6.6. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi

normal atau tidak. Dalam penelitian ini menggunakan Jarque-Bera test (J-B test)

untuk melihat apakah data terdistribusi normal atau tidak. Uji ini menggunakan

hasil residual dan chi-square probability distribution.

hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian adalah:

1. Bila nilai JB hitung > nilai X2tabel, maka H

0 yang menyatakan residual, ut

adalah berdistribusi normal ditolak.

2. Bila nilai JB hitung < nilai X2tabel, maka H0 yang menyatakan residual, ut

(55)

3.7. Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan CO2 (carbon dioksida), CH4 (metana), dan

N2O (nitrogen oksida) sebagai indikator pencemaran lingkungan karena ketiganya

merupakan gas rumah kaca yang berperan aktif dalam meningkatkan suhu bumi

melalui efek rumah kaca yang ditimbukan gas buangan tersebut. Gas-gas buangan

tersebut ketika dilepaskan di atmosfer akan membentuk lapisan yang menahan

pantulan panas matahari yang menyinari bumi seperti prinsip rumah kaca.

1. Emisi Karbondioksida (CO2)

Variabel ini diperoleh dari emisi karbondioksida (CO2) yang dinyatakan dalam

kilotonne. Karbondioksida adalah gas rumah kaca yang penting karena ia

menyerap gelombang inframerah dengan kuat. Karbondioksida dihasilkan

oleh semua makhluk hidup pada proses respirasi dan digunakan oleh

tumbuhan pada proses fotosintesis. Karbondioksida juga dihasilkan dari hasil

samping pembakaran bahan bakar fosil.

2. Emisi Metana (CH4)

Variabel ini diperoleh dari emisi metana (CH4) yang dinyatakan dalam

kilotonne. Metana merupakan komponen utama gas alam yang termasuk gas

rumah kaca. Ia merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20

kali lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan

selama produksi dan transportasi batu bara, gas alam, dan minyak bumi.

Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat

pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan

(56)

3. Emisi Nitrogen Oksida (N2O)

Variabel ini diperoleh dari emisi nitrogen oksida (N2O) yang dinyatakan

dalam kilotonne. Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat.

Ia dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan

pertanian. Nitrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari

karbondioksida.

4. GDP per kapita merupakan GDP yang telah dibagi dengan jumlah penduduk

dalam suatu negara sehingga GDP per kapita dirasa efektif dalam

menggambarkan tingkat pendapatan suatu negara. Penggunaan GPD perkapita

dilakukan sebagai pendekatan pertumbuhan ekonomi.

5. Volume perdagangan merupakan penjumlahan dari persentase ekspor terhadap

GDP dan persentase impor terhadap GDP yang digunakan untuk mendekati

Gambar

Gambar 1.1. Rata-rata Laju Pertumbuhan Emisi CO 2   dan GDP per KapitaTahun  1982- 2007 ‐0.04‐0.0200.020.040.060.080.1198219841986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008Rata‐rata laju pertumbuhan per Tahun (persen) Rata‐rata Laju  Pertumbuh
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Penelitian Pertumbuhan dan Keterbukaan Ekonomi  Memacu  Peningkatan  Permintaan SDA  (ekspolitasi SDA)  Peningkatan taraf hidupDegradasi Lingkungan (Emisi gas Rumah Kaca)
Gambar 4.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Negara High Income, 1981-2008
Gambar 4.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Negara Middle Income, 1981-2008  Berdasarkan Gambar 4.2, dapat terlihat negara-negara upper-mid income  seperti Brazil, Afrika Selatan, Malaysia, dan Argentina memiliki tingkat GDP per  kapita yang lebih tinggi dari GDP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kondisi kandang ternak dengan kejadian malaria pada masyarakat di Desa Lauri Kecamatan Gido Kabupaten

Salah satu hal yang menyebabkan adanya fenomena ini ada- lah karena perusahaan multinasional di Indonesia lebih suka untuk mengambil tenaga kerja terdidik (yang akan

Penjualan bibit lele kususnya di Desa Bandar Sari Kec. Way Tuba Kab. Way Kanan hanya satu penjual, penjualan bibit lele ini berdiri kurang lebih 10 tahun. Awal penjualan bibit lele

[r]

sedikit tersedianya bahan ajar mata pelajaran biologi dengan inovasi baru yaitu disajikan dengan mengaitkan antara materi biologi dengan ayat-ayat Al Qur’an dan Al

Dampak tsunami sangat besar terasa pada wilayah yang kurang dari 25 m Dampak tsunami sangat besar terasa pada wilayah yang kurang dari 25 m dpl (diatas permukaan laut) dan

Judul yang diajukan adalah “ Pengaruh Volume Inokulum Pada Produksi Bioetanol dari Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca L. Kepok Kuning) menggunakan Zymomonas

Tergugat atau kuasanya yang sah tidak hadir dalam sidang meskipun. mengirimkan surat jawabannya, tetapi dinilai oleh Hakim