OLEH
DAVID AKBAR ABDURAHMAN H14080126
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
DAVID AKBAR ABDURAHMAN. Dampak Pertumbuhan dan Keterbukaan Ekonomi terhadap Degradasi Lingkungan (dibimbing oleh WIDYASTUTIK)
Pembangunan ekonomi merupakan upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Melalui pertumbuhan ekonomi diharapkan tercipta kehidupan masyarakat yang lebih berkualitas. Namun, pertumbuhan ekonomi bukan tidak memiliki eksternalitas negatif. Eksploitasi sumberdaya alam akan memperngaruhi keseimbangan lingkungan. Emisi yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi dapat mencemari lingkungan. Sejumlah penelitian telah menganalisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan dan berbagai hasil telah diperoleh, termasuk dalam beberapa kasus bukti dari hubungan terbalik-U yang dikenal dengan konsep Environmental Kuznets Curve (EKC) yang diciptakan oleh Kuznets.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak pertumbuhan dan keterbukaan ekonomi terhadap degradasi lingkungan yang ditinjau melalui gas rumah kaca. Dalam menganalisis dampak tersebut menggunakan pendekatan model Environmental Kuznet Kurve (EKC) yang diciptakan oleh Kuznet.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Word Development Indicator (WDI) dan Emission Database for Global Atmospheric Reasearch (EDGAR). Data sekunder yang diperoleh berupa data GDP per kapita, perdagangan, dan emisi gas rumah kaca (CO2, CH4, dan N2O) yang meliputi data kuantitatif pada rentang waktu antara tahun 1981-2008 dari 20 negara yaitu Amerika, Inggris, Italia, Perancis, Jepang, Malaysia, Afrika Selatan, Argentina, Cina, Brazil, India, Indonesia, Nigeria, Pilipina, Tonga, Uganda, Comoros, Liberia, Malawi dan Zimbabwe.
Metode analisis yang digunakan adalah panel data dengan pendekatan Fixed Effect dengan pembobotan Cross section SUR. Hasil analisis menunjukan adanya hubungan signifikan membentuk EKC model untuk Emisi CH4, namun untuk kasus emisi CO2 dan N2O, pertumbuhan dan keterbukaan ekonomi pada jangka panjang mengarah pada peningkatan emisi yang dihasilkan berbentuk kurva-U.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, untuk mengurangi laju emisi gas rumah kaca perlu adanya evaluasi terhadap program Carbon Trade dan kebijakan perdagangan yang telah disepakati antar negara. Penerapan pajak emisi yang lebih agresif dirasa perlu untuk mengawal pertumbuhan ekonomi demi menjaga kualitas lingkungan tidak lupa dengan pemberlakuan sanksi yang tegas untuk setiap pelanggaran.
OLEH
DAVID AKBAR ABDURAHMAN H14080126
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Nama : David Akbar Abdurahman Nomor Induk Mahasiswa : H14080126
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Widyastutik, M.Si NIP. 19731105 200501 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP. 19641022 198903 1 003
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Mei 2012
David Akbar Abdurahman
Penulis bernama David Akbar Abdurahman lahir pada tanggal 26 April 1990 di Bandung. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara yang berasal dari pasangan Ujang Abdurohim dan Ernawati.
Pendidikan formal mulai dijalani di TK Aisyiah Bogor, kemudian melanjutkan pendidikan di SDN Cibuluh 1 Bogor. Setelah itu melanjutkan pendidikannya ke SLTP Negeri 2 Bogor dan lulus pada tahun 2005. Jenjang menengah atas penulis meneruskan pendidikannya di SMA Negeri 3 Bogor sampai dengan tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis berkesempatan untuk melanjutkan studinya ke Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama di IPB, penulis aktif dalam lembaga kemahasiswaan. Tergabung kedalam kepengurusan HIPOTESA (Himpunan Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan) 2010 sebagai sekertaris umum, dan di tahun berikutnya menjadi ketua HIPOTESA untuk masa kepengurusan 2011 dan mewakili Departemen Ilmu Ekonomi IPB dalam Ikatan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IMEPI). Selain di lembaga kemahasiswaan, Penulis aktif dalam kegiatan olahraga bersama rekan seangkatan. Beberapa prestasi yang sempat diraih adalah Juara 2 Voli Putra SPORTAKULER FEM IPB 2010, Juara 2 Voli Putra SPORTAKULER FEM IPB 2011, dan Juara 3 Basket Putra SPORTAKULER FEM IPB 2011.
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis diberi kemudahan dan kekuatan dalam menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Dampak Pertumbuhan dan Keterbukaan Ekonomi terhadap Degradasi Lingkungan”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Ujang Abdurohim dan Ibunda Ernawati Syafei serta keluarga tercinta, Adik-adikku Wildan Mukhtar dan Salma Dzakiyah yang telah memberikan doa, motivasi, kasih sayang, materi, dan dorongan moral, serta jasa besarnya untuk membuat saya agar tetap terus berjuang dan bertahan menghadapi hidup ini. Merekalah penopang terkuat dalam hidup dan proses penyelesaian skripsi ini.
2. Widyastutik, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sabar memberikan bimbingan, baik secara teknis maupun teoritis.
3. Dosen penguji utama dalam sidang skripsi, yaitu Dr. Alla Asmara yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun bagi kesempurnaan karya ini.
4. Komisi pendidikan, yaitu Laily Dwi Arsyianti M.Sc yang memberikan banyak informasi mengenai tata cara penulisan skripsi yang baik.
5. Dosen-dosen Departemen Ilmu Ekonomi yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membentuk mental berpikir ilmiah penulis sehingga terbantu dalam penyusunan skripsi ini.
Departemen Ilmu Ekonomi.
7. Keluarga besar HIPOTESA FEM IPB dan keluarga besar Ilmu Ekonomi khususnya angkatan 45 yang telah memberikan bantuan dan kebersamaan selama ini.
8. Guruh Herman Was’an, yang telah banyak sekali memberikan bantuan dan motivasi luar biasa untuk menyelesaikan penelitian ini. Rekan seperjuangan bersama-sama dalam suka dan duka dalam penyusunan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat terdekat yang telah memberi pelajaran dan makna akan hidup yang sangat berharga bagi hidup saya.
10.Kepada semua pihak yang telah menjadi bagian dari cerita perjalanan hidup dan inspirasi saya.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... viii
BAB 1. PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 11
1.4 Manfaat Penelitian ... 11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13
2.1. Pertumbuhan Ekonomi ... 13
2.2. Pengertian Degradasi Lingkungan ... 15
2.3 Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Degradasi Lingkungan: Teori Kuznets ... 16
2.4 Hubungan Keterbukaan Ekonomi (Openness of the Economy) dan Degradasi Lingkungan. ... 19
2.5 Penelitian Sebelumnya ... 19
2.6. Kerangka Pemikiran ... 23
2.7. Hipotesis Penelitian ... 25
BAB III. METODE PENELITIAN ... 26
3.1. Jenis dan Sumber Data ... 26
3.2. Metode Analisis Data ... 26
3.3. Spesifikasi Model ... 27
3.3.1. Model untuk kasus CO2 ... 29
3.3.3. Model Untuk Kasus N2O ... 31
3.4. Metode Analisis Regresi dan Panel Data ... 32
3.5. Pemilihan Pendekatan: Uji Haussman ... 33
3.6. Pengujian Kriteria Ekonomi dan Statistik ... 34
3.6.1. Uji Koefisien Regresi Secara Individual (Uji t) ... 35
3.6.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji f) ... 36
3.6.3. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 37
3.6.4. Uji Autokorelasi ... 38
3.6.5. Uji Heterokedastisitas ... 38
3.6.6. Uji Normalitas ... 39
3.7. Definisi Operasional ... 40
BAB IV. GAMBARAN UMUM ... 42
4.1. Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara High Income 1981-2008 ... 42
4.2. Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara UpperMiddle Income 1981-2008 ... 43
4.3. Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara Low Income 1981-2008 ... 45
4.4. Laju Pertumbuhan Emisi Gas Rumah Kaca CO2 ... 46
4.4.1 Laju Pertumbuhan CO2Negara High Income 1981-2008 ... 46
4.4.2. Laju Pertumbuhan CO2 Negara Middle Income 1981-2008 ... 47
4.4.3. Laju Pertumbuhan CO2 Negara Low Income 1981-2008 ... 48
4.4.4. Laju Pertumbuhan CH4 Negara High Income 1981-2008 ... 49
4.4.5. Laju Pertumbuhan CH4 Negara Middle Income
1981-2008 ... 50
4.4.6. Laju Pertumbuhan CH4 Negara Low Income 1981-2008 ... 51
4.4.7. Laju Pertumbuhan N2O Negara High Income 1981-2008 ... 52
4.4.8. Laju Pertumbuhan N2O Negara Middle Income 1981-2008 ... 54
4.4.9. Laju Pertumbuhan N2O Negara Low Income 1981-2008 ... 55
4.5. Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara High Income 1981-2008 ... 56
4.6. Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara UpperMiddle Income 1981-2008 ... 57
4.7. Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara LowerMiddle Income 1981-2008 ... 58
4.8. Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara Low Income 1981-2008 ... 59
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 61
5.1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Keterbukaan Ekonomi terhadap Kerusakan Lingkungan ... 61
5.2. Kriteria Statistik ... 62
5.2.1. Uji Signifikansi Simultan (Uji f) ... 63
5.2.2. Uji Koefisien Regresi Secara Individual (Uji t) ... 63
5.2.3. Koefisien Determinasi (Adjusted R-squared) ... 63
5.4. Kriteria Ekonometrika ... 64
5.4.1. Uji Autokorelasi ... 64
5.4.2. Uji Heteroskedastisitas ... 65
5.4.1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Emisi
Gas CO2... 65
5.4.2. Pengaruh Pertumbuhan dan Keterbukaan Ekonomi terhadap Emisi Gas CO2 ... 67
5.4.3. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Emisi Gas CH4... 68
5.4.4. Pengaruh Pertumbuhan dan Keterbukaan Ekonomi terhadap Emisi Gas CH4 ... 70
5.4.5. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Emisi Gas N2O ... 71
5.4.6. Pengaruh Pertumbuhan dan Keterbukaan Ekonomi terhadap Emisi Gas N2O ... 73
5.4.6. Individual Effect Untuk Setiap Negara Dalam Sample ... 74
BAB VI. PENUTUP... 76
6.1 Kesimpulan ... 76
6.2 Saran ... 77
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1.1. Laju Rata-rata Emisi CO2 dan GDP per KapitaTahun 1982- 2007 ... 2
2.1. Hipotesis Environmental Kuznets Curve ... ... .17
2.2. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 24
3.1. Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel ... 34
4.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Negara High Income, 1981-2008 ... 42
4.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Negara Middle Income, 1981-2008 ... 44
4.3. Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara Low Income, 1981-2008 ... 45
4.4. Laju Pertumbuhan CO2 Negara High Income, 1981-2008 ... 46
4.5. Laju Pertumbuhan CO2 Negara Middle Income, 1981-2008 ... 47
4.6. Laju Pertumbuhan CO2 Negara Low Income, 1981-2008 ... 48
4.7. Laju Pertumbuhan CH4 Negara High Income, 1981-2008 ... 49
4.8. Laju Pertumbuhan CH4 Negara Middle Income, 1981-2008 ... 50
4.9. Laju Pertumbuhan CH4 Negara Low Income, 1981-2008 ... 52
4.10. Laju Pertumbuhan N2O Negara High Income, 1981-2008 ... 53
4.11. Laju Pertumbuhan N2O Negara Middle Income, 1981-2008 ... 54
4.12. Laju Pertumbuhan N2O Negara Low Income, 1981-2008 ... 55
4.13. Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara High Income, 1981-2008 ... 56
4.14. Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara Upper Middle Income, 1981-2008 ... 58
4.15. Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara Upper Middle Income, 1981-2008 ... 59
4.16. Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara Low Income,
1981-2008 ... 60
5.1. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Emisi Gas CO2 ... 66
5.2. Hubungan Antara Pertumbuhan dan Keterbukaan Ekonomi dengan
Emisi Gas CO2 ... 68
5.3. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Emisi Gas CH4 ... 69
5.4. Hubungan Antara Pertumbuhan dan Keterbukaan Ekonomi dengan
Emisi Gas CH4 ... 71
5.5. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Emisi Gas N2O ... 72
5.6. Hubungan Antara Pertumbuhan dan Keterbukaan Ekonomi dengan
DAFTAR TABEL
No. Halaman
3.1 Data, Satuan, Simbol, dan Sumber Data ... 26 3.2 Uji d Durbin-Watson: Aturan Keputusan ... 38 5.1 Nilai Probabilitas t-statistic, Probabilitas F-statistic, dan
Adjusted R-square ... 61 5.2 Nilai Individual Effect Untuk Setiap Negara Pada Sample ... 75
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan banyak
negara di berbagai penjuru dunia dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat di masing-masing negara. Setiap negara menghendaki peningkatan
kualitas kehidupan melalui pertumbuhan ekonomi. Pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada
untuk mencapai tujuan tertentu, dalam hal ini adalah peningkatan kesejahteraan
atau taraf hidup masyarakat yang didukung oleh perluasan pilihan-pilihan
ekonomis dan sosial. Todaro dan Smith (2006) menyatakan istilah pembangunan
(development) secara tradisional diartikan sebagai suatu kapasitas dari sebuah
perekonomian nasional yang kondisi awalnya kurang baik dan bersifat statis
dalam kurun waktu yang cukup lama untuk menciptakan dan mempertahankan
kenaikan GDP (Gross Domestic Product) atau GNI (Gross National Income).
Beberapa badan internasional termasuk Organisasi Kerjasama Ekonomi
dan Pembangunan (OECD: Organization for Economic Cooperation and Development) dan PBB mengklasifikasi berbagai negara berdasarkan status
perekonomian mereka, tetapi sistem pengklasifikasian yang dikenal secara luas
dilakukan oleh Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (IBRD:
International Bank for Reconstruction and Development), yang lebih umum
dikenal sebagai Bank Dunia (Word Bank). Dalam sistem klasifikasi Bank Dunia,
berdasarkan tingkat pendapatan nasional bruto per kapita (GNI: Gross Natiional income) berbagai perekonomian ini kemudian dibedakan menjadi pendapatan
rendah (Low Income) pendapatan menengah bawah (lower-middle income),
pendapatan menengah atas (upper-middle income), pendapatan tinggi menurut
OECD, dan negara-negara pendapatan tinggi lainnya (Todaro, 2006).
Proses pembangunan ekonomi bukan tidak memiliki efek samping atau
biasa disebut eksternalitas. Peningkatan kesejahteraan peningkatan standar
kesehatan, sadar pendidikan dan lain-lain merupakan eksternalitas positif dari
pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain penurunan kualitas lingkungan hadir sebagai
eksternaliatas negatif dari pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya
menyebabkan banyak permasalahan lingkungan.
Sumber: World Bank, 2011
Gambar 1.1. Rata-rata Laju Pertumbuhan Emisi CO2 dan GDP per KapitaTahun
1982- 2007 ‐0.04 ‐0.02 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 Rata ‐ rata laju pertumbuhan per Tahun (persen)
Rata‐rata Laju
Pertumbuhan CO2
Rata rata Laju
Pertumbuhan GDP per
CO2 digunakan dalam banyak penelitian sebagai gas buangan untuk
menggambarkan tingkat pencemaran. Gambar 1.1 merupakan gambaran rata-rata
laju pertumbuhan gas CO2 dari dua puluh negara contoh dari lima kelompok
pendapatan yang berbeda. Gambar 1.1 menunjukan pola yang sama antara
peningkatan rata-rata laju pertumbuhan GDP per Kapita dan rata-rata laju
pertumbuhan CO2. Pada tahun 1981 sampai dengan tahun 1988 baik rata-rata laju
pertumbuhan CO2 maupun rata-rata laju pertumbuhan GDP per kapita sama-sama
mengalami pertumbuhan yang positif. Pada rentang tahun 1988 sampai dengan
1990 baik rata-rata laju pertumbuhan GDP per kapita maupun rata-rata laju
pertumbuhan CO2 sama-sama menunjukan penurunan yang drastis. Terkecuali
pada tahun 1992 dan tahun 2006 Gambar 1.1 memperlihatkan hubungan yang
positif antara rata-rata laju pertumbuhan GDP per kapita dan rata-rata laju
pertumbuhan CO2. Artinya, semakin tinggi rata-rata laju pertumbuhan ekonomi
maka semakin besar rata-rata laju pertumbuhan emisi gas CO2 yang dihasilkan.
Begitu juga sebaliknya, penurunan rata-rata laju pertumbuhan GDP per kapita
berarti juga penurunan rata-rata laju pertumbuhan gas buangan CO2.
Pada kasus negara maju, tingginya pencemaran udara, dalam hal ini CO2,
dapat disebabkan oleh tingginya konsumsi energi yang mengakibatkan
pencemaran udara. Semakin tinggi pendapatan suatu negara semakin tinggi pula
kemampuan bayar yang dimiliki warga negaranya. negara maju memiliki banyak
keluarga dengan pendapatan tinggi yang mampu membeli mobil untuk setiap
anggota keluarga (satu kepala satu mobil). Selain itu konsumsi energi listrik untuk
dengan negara Middle Income yang hanya memiliki sebagian kecil keluarga
berpendapatan tinggi. Sebagian keluarga yang berpendapatan rendah hanya dapat
membiayai satu kendaraan untuk digunakan bersama-sama atau menggunakan
angkutan umum. Konsumsi listrik tidak akan lebih besar dari negara maju karena
butuh biaya yang lebih besar untuk menghidupkan alat-alat elektronik berdaya
tinggi sehingga hanya memiliki barang-barang elektronik berdaya rendah atau pun
menggunakan fasilitas umum.
Pandangan lain diberikan oleh Hayami dan Godo (2006), mereka menilai
seharusnya degradasi lingkungan lebih besar terjadi pada negara berkembang
yang sedang berada pada tahap industrialisasi. Polusi pabrik-pabrik yang banyak
terdapat di negara berkembang menyebabkan kerusakan lingkungan yang
signifikan. Sebaliknya, negara maju telah mengalami pergeseran dari
industrialisasi menuju sektor jasa dalam pergerakan ekonominya. Sehingga
konsumsi energi sebagai sumber utama polusi akan lebih rendah pertumbuhannya
jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi. Selain itu masyarakat di negara
maju akan lebih memiliki pilihan untuk memperhatikan aspek lingkungan dan
tidak terfokus pada persoalan konsumsi. Hal ini akan memudahkan pemerintah
untuk menetapkan regulasi atau pun pajak yang berkaitan dengan aspek
lingkungan karena willingness to pay untuk lingkungan akan lebih besar.
Akpan dan Chuku (2011) menyatakan, sejak tahun 1990 penelitian tentang
hubungan pertumbuhan ekonomi dan degradasi lingkungan yang membuktikan
teori Environmental Kuznet Curve (EKC) mulai banyak dilakukan. Penelitian
sebagai pendekatan EKC model diawali oleh Grossman dan Krueger (1991),
Shafik dan Bandypadhayay (1992), Panayotou (1993) kemudian oleh Selden dan
Song (1994). Grosman dan Krueger pertama kali menyoroti berbentuk kurva-U
terbalik dalam hubungan antara degradasi lingkungan dengan pendapatan per
kapita sebagai dampak dari perdagangan bebas Amerika Utara. Kurva-U terbalik
kemudian disebut sebagai sebagai Kurva Kuznet oleh Panayoyou karena
kemiripannya dengan kurva yang menunjukan hubungan antara degradasi
lingkungan dengan pertumbuhan ekonomi yang pertama kali dipopulerkan oleh
Kuznet (1955).
Kahuthu (2006) menemukan adanya hubungan kurva-U terbalik diantara
pertumbuhan ekonomi dengan degradasi lingkungan. Dimana pertumbuhan
ekonomi akan berpengaruh kepada peningkatan kerusakan yang ditimbulkan.
Namun pada titik balik tertentu, pertumbuhan ekonomi akan mengarah kepada
perbaikan kualitas lingkungan. Akpan dan Chuku (2011) mendapatkan hasil yang
berbeda ketika melakukan penelitian tentang pertumbuhan ekonomi dengan
degradasi lingkungan di Nigeria. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan
degradasi lingkungan lebih menunjukan bentuk N dibanding dengan
kurva-U. Penelitian Grossman dan Kruegel (1995) menemukan hubungan kuadratik
dalam hubungan pertumbuhan ekonomi dengan degradasi lingkungan.
Teori Kuznet (1955) telah membawa sejumlah penelitian kepada hasil
yang beragam seiring dengan munculnya hasil dari para peneliti dan pembuat
kebijakan dan tidak membantu banyak untuk mengimbangi kecenderungan dari
ekonomi mengabaikan masalah lingkungan. Negara maju (yang memperhatikan
masalah lingkungan hanya pada tahap selanjutnya dari proses pembangunan) tidak
membantu untuk merangsang pendekatan yang lebih ramah lingkungan dari
negara-negara sedang berkembang. Kurva Kuznet telah menyatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi dengan sendirinya adalah obat mujarab untuk degradasi
lingkungan. Beberapa negara telah memulai jalan pembangunan berkelanjutan
memperhatikan beberapa hal yang penting untuk kebijakan lingkungan, namun di
satu sisi beberapa negara mengabaikan kerusakan dan mengedepankan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi (Kahuthu, 2006).
Pertumbuhan ekonomi yang penyebabkan penurunan kualitas lingkungan
pada titik balik tertentu akan mengarah kepada peningkatan kualitas lingkungan.
Negara berkembang akan fokus pada permasalahan pokok yang berhubungan
dengan kesejahteraan dan swasembada pangan yang belum tercapai. Sedangkan
negara maju telah mencapai pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan yang
tinggi sehingga masalah kesejahteraan dan pangan tidaklah menjadi persoalan.
Pada saat yang sama tingkat kepedulian dan kesadaran akan kualitas lingkungan
sebagai kebutuhan jangka panjang akan lebih diperhatikan.
Kinerja suatu perekonomian tidak dapat dipisahkan dari proses globalisasi.
Keterkaitan perekonomian suatu negara semakin erat akibat berkurangnya
batasan-batasan perdagangan dan tingginya arus modal lintas perekonomian.
Keterbukaan ekonomi (Openness of The Economy) seharusnya membawa suatu
negara kepada pertumbuhan ekonomi yang kemudian, menurut model EKC,
liberalisasi ekonomi dengan menghapus hambatan perdagangan dan mengurangi
subsidi pemerintah dalam upaya pemanfaatan potensi dari globalisasi. Integrasi
antar negara melalui perdagangan internasional akan melahirkan kompetisi yang
berujung pada peningkatan kegiatan ekonomi dan peningkatan emisi gas buangan.
Pada akhirnya negara yang terintegrasi akan menghasilkan emisi lebih banyak jika
dibandingkan dengan negara yang tidak terintegrasi (Kahuthu, 2006). Namun,
keterbukaan ekonomi juga berarti melebarnya pintu informasi dan komunikasi
sehingga tidak menutup kemungkinan integrasi ekonomi justru akan
meningkatkan efisiensi yang berujung pada pengurangan emisi gas buangan
kegiatan produksi. Selain itu, keterbukaan ekonomi juga berarti terbukanya
kesempatan untuk bisa melakukan intervensi terhadap suatu negara melalui forum
Internasional. Sebagai contoh, negara-negara di dunia dapat menghimpun
kekuatan dan mendesak negara-negara penghasil emisi untuk mengurangi gas
buangan mereka yang mencemari bumi ini.
Selanjutnya, EKC menunjukan tahap awal dari proses pertumbuhan
ekonomi akan mengakibatkan degradasi sumber daya alam yang meningkat
dengan cepat, setelah melampaui batas tertentu pertumbuhan kemudian beralih
pada penurunan polusi. Perubahan akan terjadi pada tingkat tertentu dimana
masyarakat akan lebih tertarik dengan udara bersih dan hutan sehat, bukan dengan
penghasilan lebih naik karena negara tersebut telah melewati masa pertumbuhan
ekonomi yang pesat dan melewati titik puncak.
Namun yang menjadi pertanyaan apakah memang benar suatu negara
lingkungan akan didapatkan dengan sendirinya ketika mencapai pertumbuhan
ekonomi tertentu? Apakah model pertumbuhan “grow first clean up leter” adalah
model yang memang harus digunakan setiap negara di dunia untuk mencapai
keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi tanpa mengabaikan faktor
lingkungan? Kerusakan lingkungan akan semakin besar dan mungkin
menyebabkan bencana tak terhindarkan jika persepsi di atas digunakan oleh
seluruh negara di belahan dunia diimpementasikan secara kurang tepat. Sementara
penelitian mengenai hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kerusakan
lingkungan masih menghasilkan sesuatu yang samar akibat beragamnya hasil
yang didapatkan.
Berkaitan dengan latar belakang di atas relevan apabila dilakukan
penelitian dengan judul “Dampak Pertumbuhan dan Keterbukaan Ekonomi
terhadap Degradasi Lingkungan” dengan menggunakan studi kasus dua puluh
negara yang mewakili tingkat pertumbuhan ekonomi di dunia. Penambahan
indikator lingkungan dilakukan untuk memberikan hasil yang lebih jelas akan
kerusakan lingkungan.
1.2. Rumusan Masalah
Lahirnya Protokol Kyoto menjadi bukti akan besarnya perhatian dunia
akan kerusakan alam di bumi kita ini. Konvensi ini diikuti oleh 2.200 delegasi
dari 158 negara anggota konvensi, enam negara pengamat, sekitar 4.000 pengamat
dari Organisasi Internasional, serta lebih dari 3.700 perwakilan media. Pada saat
emisi dalam jumlah yang berarti, realistis, dan adil. Melalui forum ini dunia
berusaha menekan negara-negara maju untuk segera menyetujui pengurangan
emisi tersebut. Kerusakan lingkungan dikaitkan dengan ekspansi ekonomi banyak
negara di dunia terutama negara maju berperan aktif dalam pencemaran
lingkungan sebagai eksternalitas negatif dari proses pertumbuhan ekonomi
mereka.
Kerusakan tanah, sumber-sumber air, dan hutan-hutan yang diakibatkan
oleh metode produksi yang kurang terencana serta tidak efisien jelas dapat
mengurangi tingkat produktifitas, terutama dalam jangka panjang. Namun hal
tersebut sering kali disisihkan dari perhitungan demi memunculkan angka-angka
GNI yang mengesankan. Oleh karena itu, setiap analisis ekonomi harus
memperhitungkan berbagai implikasi jangka panjang yang ditimbulkan oleh
setiap kegiatan ekonomi terhadap kualitas dan kelestarian lingkungan hidup
(Todaro, 2009).
Shafik (1994) dalam Kahuthu (2006) menyebutkan, peningkatan aktifitas
ekonomi akan berdampak pada peningkatan permintaan sumberdaya alam.
Pertumbuhan ekonomi yang direpresentasikan oleh pertumbuhan GDP akan
mengarah kepada degradasi lingkungan sebagai eksternalitas negatif dari kegiatan
ekonomi. Namun Kuznet (1955) menerangkan bahwa ada titik balik tertentu
dimana pertumbuhan ekonomi akan mengarah pada perbaikan kualitas
lingkungan. Negara-negara di dunia melakukan ekploitasi sumberdaya alam dan
fokus pada pertumbuhan ekonomi melalui kegiatan penambahan nilai yang profit oriented. Surplus value merupakan eksternalitas positif yang didapatkan dari
kegiatan ekonomi yang memungkinkan kemudian digunakan untuk
pengembangan teknologi yang mengarahkan kegiatan ekonomi ke tingkat yang
lebih efisien. Hingga akhirnya pertumbuhan ekonomi yang mendukung kemajuan
teknologi menghasilkan kegiatan produksi yang lebih efisien dan ramah
lingkungan sehingga dapat mereduksi dampak kerusakan lingkungan, namun
apabila pertumbuhan ekonomi pada tingkat pendapatan yang tinggi tidak
mengurangi degradasi lingkungan dapat diprediksikan bahwa dunia akan semakin
mengarah pada kehancuran akibat teori pembangunan yang tidak terbukti. Dalam
era globalisasi dewasa ini pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari tingkat
keterbukaan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap kondisi perekonomian
suatu negara karena perekonomian berbagai negara di dunia membentuk suatu
sistem kesatuan yang saling memengaruhi. Tumbuhnya perusahaan multi nasional
dan berbagai kesepahaman dan kesepakatan yang dilakukan berbagai dunia
memengaruhi perekonomian negara-negara di dunia beserta dampaknya terhadap
degradasi lingkungan.
Berbagai penelitian yang telah dilakukan menghasilkan kesimpulan yang
beragam. Spesifikasi dan studi kasus yang berbeda menghasilkan kesimpulan
yang berbeda. Perbedaan kesimpulan tersebut kemudian pada akhirnya
mempertanyakan kembali beberapa pertanyaan yang melatarbelakangi penelitian
ini. Pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan emisi Gas
2. Bagaimana pengaruh tingkat keterbukaan ekonomi suatu negara terhadap
emisi Gas Rumah Kaca (CO2, CH4, dan N2O)?
3. Bagaimana kontribusi pertumbuhan dan keterbukaan ekonomi negara dalam
sampel terhadap emisi Gas Rumah Kaca (CO2, CH4, dan N2O)?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan penjelasan pada bagian latar belakang dan perumusan
masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Menganalisis hubungan pertumbuhan ekonomi dengan degradasi lingkungan.
2. Menganalisis pengaruh tingkat keterbukaan ekonomi terhadap emisi perusak
lingkungan.
3. Menganalisis kontribusi pertumbuhan dan keterbukaan ekonomi negara pada
sampel terhadap emisi Gas Rumah Kaca.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian mengenai hubungan pertumbuhan ekonomi dan
keterbukaan ekonomi terhadap degradasi lingkungan ini diharapkan dapat
memberika manfaat bagi:
1. Pemerintah negara maju dan berkembang dalam menentukan kebijakan yang
berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan dampak lingkungan terutama
2. Para peneliti untuk menjadi bahan rujukan dan pertimbangan dalam proses
penelitian berikutnya.
3. Masyarakat umum dalam memahami dampak pertumbuhan ekonomi dan
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting
dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu
negara. Istilah pertumbuhan ekonomi bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang
dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lain, negara satu dengan
negara lainnya.
Menurut Kuznets dalam Todaro (2006), pertumbuhan ekonomi adalah
kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu Negara untuk menyediakan
semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan
ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan
idiologis yang diperlukannya. Definisi ini mempunyai 3 (tiga) komponen:
1. Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara
terus-menerus persediaan barang
2. Teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang
menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka
macam barang kepada penduduk
3. Penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya
penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang
dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara
Dengan bahasa lain, Boediono dalam Hutabarat (2010) menyebutkan
pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output dalam jangka panjang.
Pengertian tersebut mencakup tiga aspek, yaitu proses, output per kapita, dan
jangka panjang. Jadi pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses, bukan
gambaran ekonomi atau hasil pada saat itu. Boediono menyebutkan secara lebih
lanjut bahwa pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan ”output per
kapita”. Dalam pengertian ini teori tersebut harus mencakup teori mengenai
pertumbuhan GDP dan teori mengenai pertumbuhan penduduk. Sebab hanya
apabila kedua aspek tersebut dijelaskan, maka perkembangan output per kapita
bisa dijelaskan. Kemudian aspek yang ketiga adalah pertumbuhan ekonomi dalam
perspektif jangka panjang, yaitu apabila selama jangka waktu yang cukup panjang
tersebut output per kapita menunjukkan kecenderungan yang meningkat.
Menurut Todaro (2006), pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai
peningkatan hasil atau outpt masyarakat yang disebabkan oleh makin banyaknya
jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat. Ada
tiga faktor atau komponenutama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa,
antara lain:
1. Akumulasi modal, meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang
ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal manusia atau sumber daya
manusia.
2. Pertumbuhan penduduk, yang beberapa tahun selanjutnya akan
memperbanyak jumlah angkatan kerja.
Secara umum pertumbuhan ekonomi memiliki arti peningkatan pada
Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara.
Pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan dengan peningkatan output dan
pendapatan riil perkapita memang bukanlah satu-satunya sasaran kebijakan
terutama di negara-negara berkembang. Namun kebijakan ekonomi menaikkan
tingkat pertumbuhan output memang perlu dilakukan. Hal ini berdasarkan alasan,
karena pertumbuhan ekonomi dipandang sebagai suatu syarat yang sangat
diperlukan untuk perbaikkan kesejahteraan masyarakat dan mencapai
tujuan-tujuan pembangunan lainnya seperti peningkatan pendapatan dan kekayaan
masyarakat, ataupun penyediaan fasilitas dan sarana-sarana sosial lainnya.
2.2. Pengertian Degradasi Lingkungan
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya
manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya. Sumber daya lingkungan, seperti udara,
air, lahan, dan biota, dapat menyediakan barang dan jasa yang secara langsung
maupun tidak langsung mendapatkan manfaat ekonomis. Mengingat bahwa daya
dukung alam sangat menentukan bagi kelangsungan hidup manusia, maka
kemampuan daya dukung alam tersebut harus dijaga agar tidak terdegradasi.
Menurut Wardhana (1995), Secara umum degradasi lingkungan
disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dimana degradasi lingkungan
degradasi lingkungan berasal dari ulah manusia dalam rangka meningkatkan
kualitas dan kenyamanan hidupnya.
Pemanasan global memiliki dampak turunan terhadap kualitas lingkungan.
Peningkatan suhu bumi dan perubahan iklim berdampak signifikan pada
berkurangnya kualitas dan kenyamanan hidup. Luasnya definisi degradasi
lingkungan menyebabkan perlu adanya pembatasan ruang lingkup akan apa yang
dimaksud dengan degradasi lingkungan itu sendiri. Konteks degradasi lingkungan
dalam penelitian ini dilihat melalui pencemaran udara yang menyebabkan efek
Gas Rumah Kaca dan beberapa masalah turunan lainnya.
Penelitian akan emisi gas rumah kaca yang dapat ditolelir bumi telah
banyak dilakukan. Belum ada kesepakatan bersama yang menetapkan batas
ambang dari emisi gas rumah kaca. Hansen (2010), seorang peneliti dari NASA,
mengatakan bahwa jika manusia berharap melestarikan bumi maka manusia harus
mengurangi emisi CO2 menjadi 350 ppm (www.iklimkarbon.com, 2010).
2.3 Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Degradasi Lingkungan: Teori Kuznets
Orientasi pertumbuhan ekonomi telah memacu permintaan terhadap
sumberdaya alam yang semakin besar. Metode produksi yang tidak
memungkinkan adanya substitusi input tersebut berdampak terhadap eksploitasi
sumberdaya tersebut sehingga ketersediaannya semakin menipis. Simon Kuznets,
peraih penghargaan Nobel pada tahun 1955 membuat suatu hipotesis mengenai
hipotesis Environmental Kuznets Curve. Berdasarkan hipotesis Environmental Kuznets Curve, kerusakan lingkungan yang parah rawan terjadi di negara-negara
berkembang yang mayoritas merupakan negara-negara yang berpenghasilan per
kapita rendah. Hal ini terjadi karena pada fase awal pertumbuhan industrialisasi
sangat besar fokusnya pada bagaimana ekonomi berkembang pesat dan banyak
menyerap tenaga kerja. Isu lingkungan belum menjadi agenda utama dan
pemerintah belum banyak terlibat dalam upaya perbaikan sistem pasar. Pada fase
ini terjadi korelasi positif antara degradasi lingkungan karena banyak bahan
polutan di udara dengan pertumbuhan ekonomi.
Emisi Bahan Polutan
EKC Konvensional
Pendapatan per kapita
Sumber: Kahutu, 2006
Gambar 2.1. Hipotesis Environmental Kuznets Curve
Namun, pada tingkat pendapatan tertentu terdapat titik balik. Pada fase ini
kesadaran pentingnya kualitas lingkungan sudah mulai berkembang. Public goods
seperti kualitas lingkungan serta kesehatan telah menjadi bagian permintaan
masyarakat. Tekanan atas kebutuhan tersebut baik terpaksa maupun tidak, industri
melakukan kebijakan perubahan metode produksi. Pada fase ini terdapat income
Penjelasan lebih jelasnya mengenai terjadinya inverted U pada kurva
Kuznets adalah sebagai berikut :
1. Terjadinya pergeseran transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri
karena adanya dorongan investasi asing. Pada tingkat pendapatan rendah di
negara berkembang, pendapatan industri masih rendah dan akan meningkat
seiring peningkatan pendapatan. Peningkatan sektor indutri ini menyebabkan
polusi di negara sedang berkembang juga akan mengalami peningkatan dan
ketika terjadi transformasi dari sektor industri ke sektor jasa, polusi akan
menurun seiring peningkatan pendapatan.
2. Permintaan akan kualitas lingkungan akan mengalami peningkatan seiring
dengan peningkatan pendapatan. Hal ini bermula ketika pendapatan masih
rendah, sulit bagi pemerintah negara berkembang untuk melakukan proteksi
terhadap lingkungan. Ketika pendapatan mulai meningkat, masyarakat mulai
mampu untuk membayar kerugian lingkungan akibat dari kegiatan ekonomi.
Pada tahap ini masyarakat mau mengorbankan konsumsi barang demi
terlindunginya lingkungan.
Pertumbuhan pendapatan akan diiringi dengan kenaikan tingkat polusi,
dan kemudian menurun lagi dengan kondisi pertumbuhan pendapatan tetap
berjalan. Teori ini didasarkan pada permintaan terhadap kualitas lingkungan yang
meningkatkan pengawasan sosial dan regulasi pemerintah sehingga masyarakat
2.4 Hubungan Keterbukaan Ekonomi (Openness of the Economy) dan Degradasi Lingkungan
Ada beberapa indikator yang menunjukan tingkat keterbukaan suatu
perekonomian atau Openness of the Economy yaitu perdagangan, tingkat suku
bunga dalam Negeri, International risk sharing, dan rasio investasi terhadap
tabungan domestik. Keterbukaan ekonomi dapat dijelaskan dengan penjumlahan
nilai ekspor dan impor. Perdagangan internasional memiliki sejumlah argumen
yang mendukung serta menolaknya, dengan beragam alasan yang mendasarinya.
Namun argumen yang mendukung dan menolaknya tidak ada yang memiliki
kebenaran absolut. Manfaat yang diperoleh suatu Negara dengan adanya
perdagangan Internasional bergantung pada struktur perekonomian Negara itu
sendiri.
Keterbukaan ekonomi dapat memiliki hubungan positif maupun negatif
dengan degradasi lingkugan. Kahuthu (2006) menemukan adanya pengaruh positif
keterbukaaan ekonomi dalam menjelaskan hubungan antara pertumbuhan
ekonomi dan degradasi lingkungan. Namun, keterbukaan ekonomi bisa saja
berpengaruh negatif terhadap degradasi lingkungan apabila terdapat transfer
informasi teknologi dari dunia global ke dalam suatu perekonomian sehingga
dapat melakukan kegiatan produksi dengan lebih efisien.
2.5 Penelitian Sebelumnya
Penelitian ini akan menganalisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi
dan degradasi lingkungan melalui variabel gas CO2 dan beberapa komponen gas
penelitian tentang hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan degradasi
lingkungan telah banyak dilakukan dan didapatkan hasil yang beragam.
Grossman dan Krueger (1995) melakukan penelitian tentang hubungan
pertumbuhan ekonomi dengan kualitas lingkungan. Mereka menggunakan GDP
per kapita sebagai indikator pertumbuhan ekonomi dan menggunakan polusi udara
perkotaan, oksigen pada aliran sungai, dan kontaminasi aliran air sungai oleh
logam berat sebagai indikator lingkungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan
reduce-form untuk melihat hubungan pertumbuhan ekonomi dengan indikator
lingkungan yang telah ditetapkan. Data diperoleh dari 287 titik sungai pada 58
negara tahun 1979 sampai dengan tahun 1990. Penelitian telah memberikan
dukungan untuk model EKC. Untuk kebanyakan indikator, pertumbuhan ekonomi
membawa tahap awal kerusakan diikuti oleh fase berikutnya perbaikan. Titik balik
untuk polutan yang berbeda bervariasi, tetapi dalam banyak kasus didapatkan
Negara mencapai titik balik pada tingkat pendapatan perkapita sebesar 8.000
dollar.
Kahuthu (2006) melakukan penelitian untuk mengetahui dampak
pertumbuhan ekonomi terhadap kerusakan lingkungan yang dilihat melalui gas
CO2 dan luas hutan. Data yang digunakan adalah data panel yang terdiri dari 84
Negara dari berbagai level pertumbuhan selama tahun 1960-2000. Model yang
digunakan adalah model kuadratik yang diestimasi menggunakan fixed effect model. Penelitian ini menghasilkan dukungan terhadap EKC model dimana
terdapat hubungan berbentuk kurva-U terbalik antara pertumbuhan ekonomi
dengan kerusakan lingkungan. Hasil dari pengulangan estimasi setelah melakukan
menyebutkan bahwa jika suatu Negara semakin terintegrasi (memiliki tingkat
keterbukaan ekonomi yang lebih tinggi) maka akan semakin tinggi tingkat emisi
yang dihasilkan dan semakin tinggi titik puncak yang harus dicapai agar kemudian
pertumbuhan ekonomi mengarah pada pengurangan emisi dan kerusakan
lingkungan.
Choi et al. (2010) melakukan penelitian akan hubungan emisi CO2 dengan
pertumbuhan ekonomi dan keterbukaan ekonomi pada negara Korea, Cina, dan
Jepang untuk tahun 1971-2006. Melalui proses estimasi yang dilakukan
menggunakan metode OLS. Hasil yang didapat untuk studi kasus Negara Korea
tidak sejalan dengan konsep EKC yang menyebutkan bahwa hubungan
pertumbuhan ekonomi dengan degradasi lingkungan akan membentuk kurva-U
terbalik. Untuk Negara Cina, hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan
emisi CO2 membentuk kurva-N. Pertumbuhan ekonomi tidak dapat memberikan
peningkatan kualitas lingkungan secara berkesinambungan karena pada titik balik
kedua, pertumbuhan ekonomi akan kembali memberikan dampak negatif bagi
kualitas lingkungan di Cina. Sedangkan untuk kasus negara Jepang, penelitian
mengarah pada kurva-N terbalik dalam menggambarkan pola hubungan antara
pertumbuhan ekonomi dengan emisi CO2. Meskipun untuk kasus negara Jepang
pada akhirnya peningkatan ekonomi dapat memberikan perbaikan kualitas
lingkungan yang ditinjau melaui emisi CO2 dalam penelitian ini, namun model
hubungan yang ditemukan berbeda dengan EKC model yang berbentuk kurva-U
terbalik.
Hutabarat (2000) melakukan penelitian menggunakan analisis regresi
Model Fixed Cross Section yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh
variabel PDB sektor industri terhadap kualitas lingkungan yang ditinjau melalui
emisi Sulfur dan emisi CO2 di lima negara ASEAN selama 21 tahun. Dari
penelitian tersebut, ditemukan hubungan yang membentuk fungsi kubik untuk
kasus emisi surfur dan emisi CO2.
Akpan dan Chuku (2011) melakukan penelitian mengenai hubungan
pertumbuhan ekonomi dan degradasi lingkungan untuk studi kasus negara
Nigeria. Mereka menggunakan data tahun 1960 sampai dengan tahun 2008
dengan GDP per kapita sebagai indikator pertumbuhan ekonomi dan CO2 sebagai
indikator degradasi lingkungan. Model ARDL digunakan untu melihat hubungan
antara keduanya. Akpan dan Chuku (2011) juga turut memasukan tingkat
keterbukaan ekonomi (openness ratio) sebagai variabel lain yang turut
mempengaruhi degradasi lingungan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa untuk
studi kasus negara Nigeria, pertumbuhan ekonomi berasosiasi dengan peningkatan
degradasi lingkungan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Hubungan kurva-N terbalik sebagai hasil penelitian tidak memberikan dukungan
terhadap EKC model.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penambahan
indikator lingkungan CH4 dan N2O sebagai emisi komponen gas rumah kaca
diharapkan dapat memberikan pengaruh yang lebih spesifik akan pertumbuhan
ekonomi terhadap degradasi lingkungan. Penambahan indikator keterbukaan
ekonomi dilakukan kembali untuk menangkap pengaruh tingkat keterbukaan
section dan time series yang lebih banyak. Meskipun tidak sebanyak Kahutu
(2006), namun indikator lingkungan yang digunakan lebih banyak dengan time series yang lebih up to date.
2.6. Kerangka Pemikiran
Perhatian utama masyarakat perekonomian dunia tertuju pada cara-cara
untuk mempercepat tingkat pertumbuhan pendapatan nasional. “Pengejaran
pertumbuhan” merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi semua negara
di dunia dewasa ini. Dalam melakukan percepatan pertumbuhan ekonomi,
pertumbuhan ekonomi dilakukan untuk mewujudkan perbaikan kualitas hidup dan
mengatasi permasalahan yang berkaitan atau berakar dari masalah kesejahteraan.
Perbaikan infrastruktur, pelayanan masyarakat, dan kualitas kehidupan merupakan
beberapa fokus dari pertumbuhan ekonomi. Suatu sistem perekonomian dapat
berintegrasi dengan perekonomian lain untuk menciptakan hubungan yang saling
menguntungkan melalui perdagangan bebas demi terciptanya percepatan
ekonomi.
Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan tanpa memperhatikan
aspek pelestariannya dapat meningkatkan tekanan berlebihan terhadap kualitas
lingkungan hidup yang pada akhirnya mengancam swasembada pangan,
pemerataan distribusi pendapatan, serta potensi pertumbuhan ekonomi di masa
mendatang. Kegiatan ekonomi merupakan kegiatan memanfaatkan sumberdaya
Inefisiensi kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam , kurangnya kesadaran
ekonomi, dan konsepsi pertumbuhan ekonomi yang mengesampingkan aspek
lingkungan yang dikenal dengan “grow first clean up later” memperbesar
dampak pertumbuhan ekonomi terhadap kerusakan lingkungan. Kemajuan
teknologi dapat mengurangi emisi yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi dengan
meningkatkan efisiensi. Konsep pengejaran pertumbuhan ekonomi untuk
mengejar tingkat pendapatan yang lebih tinggi dalam mengurangi dampak
pertumbuhan ekonomi harus selalu dipertanyakan kebenarannya. Hal ini
disebabkan karena dalam pelaksanaanya, apabila pertumbuhan ekonomi pada
tingkat pendapatan yang lebih tinggi tidak mengurangi kerusakan lingkungan
maka dunia akan terarahkan pada kerusakan lingkungan yang tak terhindarkan.
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Penelitian Pertumbuhan dan Keterbukaan Ekonomi Memacu Peningkatan Permintaan SDA (ekspolitasi SDA) Peningkatan taraf hidup Degradasi Lingkungan (Emisi gas Rumah Kaca)
• Grow first clean up later
• Kurangnya kesadaran lingkungan
2.7. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu serta variabel-variabel
yang dijelaskan dalam penelitian ini, maka dalam penelitian ini dirumuskan
hipotesis, yaitu:
1. Dampak pertumbuhan ekonomi terhadap kualitas lingkungan hidup yang
diukur dengan emisi gas rumah kaca, yaitu melalui emisi Karbondioksida
(CO2), Metana (CH4), dan Nitrogen Oksida (N2O) di negara berkembang dan
negara maju signifikan dengan konsep Environmental Kuznets Curve model.
Pertumbuhan ekonomi pada tingkat pendapatan rendah (sebelum titik balik)
akan meningkatkan degradasi lingkungan, namun pada tingkat pendapatan
yang lebih (setelah titik balik) tinggi pertumbuhan ekonomi akan memberikan
perbaikan kualitas lingkungan.
2. Tingkat keterbukaan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap emisi gas
rumah kaca dalam penelitian ini. Semakin suatu Negara terbuka
perekonomiannya (terintegrasi), maka semakin besar dampak kerusakan
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif tahunan pada rentang waktu
antara tahun 1981-2008. Data dalam penelitian ini adalah data dari 20 Negara
yang mewakili masing-masing tingkatan pertumbuhan ekonomi seluruh dunia
berdasarkan klasifikasi menurut World Bank. Keseluruhan negara yang dimaksud
adalah Amerika Serikat, Inggris, Itali, Jepang, Perancis, Cina, Argentina, Brazil,
Malaysia, Afrika Selatan, Indonesia, India, Philipina, Nigeria, Tonga. Pengolahan
data dilakukan dengan perangkat lunak Microsoft Excel 2007, Minitab, dan Eviews 6.
Tabel 3.1 Data, Satuan, Simbol, dan Sumber Data
Variabel Satuan Simbol Sumber
GDP per Kapita US $ GDP World Bank
CO2 Kilotonne CO2 World Bank
Trade per GDP Persen TRD UN-Comtrade
CH4 Kilotonne CH4 EDGAR
N2O Kilotonne N2O EDGAR
Keterangan: Word Bank , tahun 1981-2008
EDGAR (Emission Database for Global Atmospheric Research),tahun 1981-2008
3.2. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan kuantitatif.
Metode deskriptif adalah metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan
deskripsi data pada dasarnya meliputi upaya penelusuran dan pengungkapan
informasi yang lebih relevan yang terkandung di dalam data dan penyajian
hasilnya dalam bentu yang lebih ringkas dan sederhana, sehingga pada akhirnya
mengarah pada keperluan adanya penjelasan dan penafsiran.
Metode penelitian ini juga mengandalkan proses kuantitatif untuk
mendapatkan gambaran yang terstruktur dan jelas mengenai fenomena
perekonomian yang terjadi. Penelitian kuantitatif berlandaskan interpretasi
terhadap hasil olahan model dengan metode analisis panel data.
3.3. Spesifikasi Model
Untuk melakukan estimasi pada model data panel, terdapat dua
pendekatan yang dapat dilakukan yaitu menggunakan fixed effect atau random effect. Berdasarkan hasil uji, kemudian diputuskan fixed effect yang akan
digunakan dalam penelitian ini. Pencarian model terbaik dalam menentukan pola
hubungan pertumbuhan ekonomi dan keterbukaan ekonomi dengan degradasi
lingkungan harus dilakukan untuk dapat memberikan gambaran yang akurat akan
hubungan pertumbuhan ekonomi dengan degradasi lingkungan. Terdapat tiga
model yang akan diestimasi untuk menentukan model terbaik yaitu, model
persamaan linear, model persamaan kuadratik, model persamaan kubik.
Linear : Eit = βi + β1 Xit + β4 Yit + εit
Kuadratik : Eit = βi + β1 Xit + β2 (Xit)2 + β4 Yit + εit
Syarat: β2 ≠ 0, Jika β2 < 0 maka membentuk kurva-U terbalik
Turning point =
Kubik : Eit = βi + β1 Xit + β2 (Xit)2 + β3 (Xit)3 + β4 Yit + εit
Syarat: β3 ≠ 0, Jika β3 < 0 maka membentuk kurva-N terbalik,
sedangkan jika β3 > 0 maka membentuk kurva-N.
Turning point 1 = ²
Turning point 2 = ²
dimana:
Eit : emisi gas rumah kaca (CO2, N2O, dan CH4) untuk negara i pada
tahun t
Xit : GDP per kapita untuk negara i pada tahun t
Yit : Tingkat keterbukaan ekonomi negara i pada tahun t
βi : konstanta
β1,β2,β3 : koefisien regresi
εit : error term untuk negara i pada tahun t
Untuk dapat menggambarkan pola hubungan antara pertumbuhan dan
tingkat keterbukaan ekonomi terhadap degradasi lingkungan secara tepat
digunakan beberapa kriteria pemilihan model sehingga model yang terpilih adalah
model terbaik dalam pendugaan.
Model terbaik adalah model yang memiliki Adj-R2 tertinggi dan signifikan
dengan taraf nyata 5% untuk keseluruhan variabel bebas yang digunakan dalam
3.3.1. Model untuk kasus CO2
Setelah melakukan pengujian untuk mendapatkan model terbaik,
didapatkan model persamaan kuadratik yang dapat menggambarkan hubungan
antara pertumbuhan ekonomi dan CO2. Adapun model yang digunakan sebagai
berikut.
CO2it = βi + β1 GDPit + β2 (GDPit)2 +εi………..………….………(1)
CO2 = Karbondioksida (kilotonne)
GDP = GDP per kapita (US$)
GDP2 = GDP2 (US$)
LnCO2it = βi + β1 LnGDPit + β2 (LnGDPit)2 + εit.………..……..(2)
LnCO2 = Karbondioksida (persen)
LnGDP = GDP per kapita (persen)
LnGDP2 = GDP2 (persen)
Analisis yang sama dilakukan dengan menambahkan variabel keterbukaan
ekonomi yang direpresentasikan oleh persentase jumlah nilai ekspor dan import
terhadap GDP sehingga membentuk persamaan.
CO2it = βi + β1 Xit + β2 (GDPit)2 + β3 (TDR)it +εit…….………..(3)
CO2 = Karbondioksida (kilotonne)
GDP = GDP per kapita (US$)
GDP2 = GDP2 (US$)
TRD = Share perdagangan terhadap GDP (persen)
LnCO2 = Karbondioksida (persen)
LnGDP = GDP per kapita (persen)
LnGDP2 = GDP2 (persen)
LnTRD = Share perdagangan terhadap GDP (persen)
3.3.2. Model untuk kasus CH4
Untuk kasus CH4, Setelah melakukan pengujian untuk mendapatkan
model terbaik, didapatkan model persamaan kubik yang dapat menggambarkan
hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan CH4. Adapun model yang digunakan
sebagai berikut.
CHit = βi + β1 GDPit + β2 (GDPit)2 + β3 (GDPit)3 + εit ………...…………(5)
CH4 = Metana (kilotonne)
GDP = GDP per kapita (US$)
GDP2 = GDP2 (US$)
GDP3 = GDP3 (US$)
LnCHit = βi + β1 LnGDPit + β2 (LnGDPit)2 + β3 (LnGDPit)3 + ε.………..(6)
LnCH4 = Metana (persen)
LnGDP = GDP per kapita (persen)
LnGDP2 = GDP2 (persen)
LnGDP3 = GDP3 (persen)
Analisis yang sama dilakukan dengan menambakan variabel keterbukaan
ekonomi yang direpresentasikan oleh jumlah persentase nilai ekspor dan import
CH4it = βi + β1 Xit + β2 (GDPit)2 + β3 TRDit +εit …….………..(7)
CH4 = Metana (kilotonne)
GDP = GDP per kapita (US$)
GDP2 = GDP2 (US$)
TRD = Share perdagangan terhadap GDP (persen)
LnCH4it = βi + β1 LnXit + β2 (LnGDPit)2 + β3 LnTRDit +εit………..(8)
LnCH4 = Metana (persen)
LnGDP = GDP per kapita (persen)
LnGDP2 = GDP2 (persen)
LnTRD = Share perdagangan terhadap GDP (persen)
3.3.3. Model Untuk Kasus N2O
Pada kasus N2O, setelah melakukan pengujian untuk mendapatkan model
terbaik, didapatkan model linear yang dapat menggambarkan hubungan antara
pertumbuhan ekonomi dan N2O. Adapun model yang digunakan sebagai berikut.
N2Oit = βi + β1 GDPit + εit ………..(9)
N2O = Nitrogen Oksida (kilotonne)
GDP = GDP per kapita (US$)
LnN2Oit = βi + β1 LnGDPit + εit ………(10)
LnN2O = Nitrogen Oksida (persen)
Analisis yang sama dilakukan dengan menambakan variabel keterbukaan
ekonomi yang direpresentasikan oleh jumlah persentase nilai ekspor dan import
terhadap GDP sehingga membentuk persamaan.
N2Oit= βi + β1 (GDPit) + β2 TRDit +εit……….(8)
N2O = Nitrogen Oksida (kilotonne)
GDP = GDP per kapita (US$)
TRD = Share perdagangan terhadap GDP (persen)
Ln N2Oit = βi + β1 (LnGDPit) + β2 LnTRDit +εit……….(8)
LnN2O = Nitrogen Oksida (persen)
LnGDP = GDP per kapita (persen)
LnTRD = Share perdagangan terhadap GDP (persen)
3.4. Metode Analisis Regresi dan Panel Data
Ketersediaan data untuk mewakili variabel yang akan digunakan dimana
kondisinya yaitu data time series pendek dan unit cross section terbatas dapat
diatasi dengan menggunakan metode panel data (pooled data). Penggunaan model
panel data tersebut digunakan dengan tujuan agar diperoleh hasil estimasi yang
lebih baik (efisien) dengan meningkatnya jumlah observasi yang berimplikasi
Penggunaan data panel telah memberikan banyak keuntungan secara
statistik maupun teori ekonomi. Manfaat penggunaan panel data adalah sebagai
berikut:
1. Mampu mengontrol heterogenitas individu
2. Mengurangi kolinearitas antar variabel, meningkatnya degree of freedom,
lebih bervariasi dan lebih efisien
3. Mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak
dapat diperoleh dari data cross section murni atau time series murni
Model analisa data panel memiliki tiga macam pendekatan, yaitu
pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square), pendekatan efek tetap (fixed effect), dan pendekatan efek acak (random effect). Selain itu, di dalam melakukan
pengolahan data panel terdapat juga kriteria pembobotan yang berbeda-beda yaitu
No weighting (semua observasi diberi bobot sama), cross section weight (GLS
dengan menggunakan estimasi varians residual cross section, apabila terdapat
asumsi cross section heteroskedasticity), dan SUR (GLS dengan menggunakan covariance matrix cross section). Metode ini mengoreksi baik heteroskedastisitas
maupun autokorelasi antar unit cross section.
3.5. Pemilihan Pendekatan: Uji Haussman
Alur pengujian statistik untuk memilih pendekatan yang digunakan dapat
diperlihatkan pada Gambar 3.1. Penggunaan pendekatan Pooled Least Square
dirasakan kurang sesuai dengan tujuan digunakannya data panel maka dalam
effect. Dalam memilih apakah fixed atau random effect yang lebih baik, dilakukan
pengujian terhadap asumsi ada tidaknya korelasi antara regresor dan efek
individu. Untuk menguji asumsi ini dapat digunakan Haussman Test. Dalam uji
ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Model Random Effect
H1 : Model Fixed Effect
Jika nilai H hasil pengujian lebih besar dari χ2 tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model yang digunakan adalah
model fixed effect, begitu juga sebaliknya.
Sumber: Firdaus, 2012
Gambar 3.1. Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel
3.6. Pengujian Kriteria Ekonomi dan Statistik
Setelah mendapatkan parameter estimasi, langkah selanjutnya adalah
melakukan berbagai macam pengujian terhadap parameter estimasi tersebut serta
pengujian terkait model terbaik mana yang akan dipilih diantara fixed dan
random. Pengujian tersebut bisa berupa pengujian ekonomi, statistik, dan
ekonometrik. Fixed Effect Random Effect Pooled Least Chow Test Hausman Test
Pengujian dapat dilakukan dengan kriteria ekonomi dan statistik.
Pengujian ekonomi dilakukan untuk melihat besaran dan tanda parameter yang
akan diestimasi, apakah sesuai dengan teori atau tidak. Sedangkan uji kriteria
statistik dilakukan dengan uji koefisien determinasi (R2)
3.6.1. Uji Koefisien Regresi Secara Individual (Uji t)
Uji t–statistik dilakukan untuk menguji apakah variabel independen secara
individu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara parsial variabel independen
berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen. Dalam
pengujian ini dilakukan uji dua arah dengan hipotesa :
H0: βi = 0 (tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen)
H1: βi ≠ 0 (ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya)
Kriteria pengujian :
1. Ho diterima dan Ha ditolak apabila t tabel > t hitung < t tabel, artinya
variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen.
2. Ho ditolak dan Ha diterima apabila t tabel < t hitung > t tabel, artinya
variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependent
Sedangkan nilai t hitung adalah :
T hitung = βi Se (βi)
3.6.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji f)
Uji-F statistik digunakan untuk menguji apakah keseluruhan variabel
independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian
ini dilakukan dengan hipotesa :
H0 = β1 = β2 = β3 = β4 = 0
(variabel independen secara bersama – sama tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen).
H1≠β1 ≠β2 ≠β3 ≠β4 ≠ 0
(variabel independen secara bersama – sama berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen).
Dengan kata lain, dalam penelitian ini bila hasil F hitung menunjukkan
hasil yang signifikan berarti variabel pertumbuhan ekonomi, aglomerasi dan
variabel moderat secara bersama – sama berpengaruh terhadap kualitas
lingkungan
Untuk menghitung F hitung digunakan rumus (Gujarati, 1995)
F hitung = R2 / (k-1) (1 – R2) / (n-k) Dimana :
R2 = koefisien determinasi
n = jumlah observasi
Kriteria Pengujian:
1. H0 diterima dan H1 ditolak apabila F hitung < F tabel, artinya variabel
independen secara bersama – sama tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen.
2. H0 ditolak dan H1 diterima apabila F hitung > F tabel, artinya variabel
independen secara bersama – sama berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen.
3.6.3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui besarnya daya
menerangkan dari variabel independen terhadap variabel dependen pada model
tersebut. Nilai R2 berkisar antara 0 < R2 < 1 sehingga kesimpulan yang diambil
adalah:
1. Nilai R2 yang kecil atau mendekati nol, berarti kemampuan variabel-variabel
bebas dalam menjelaskan variabel-variabel tak bebas sangat terbatas.
2. Nilai R2 mendekati satu, berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir
semua informasi untuk memprediksi variasi variabel tak bebas.
Dalam penelitian ini berarti, bila nilai R2 memberikan hasil yang
mendekati angka 1, artinya kualitas lingkungan yang ditinjau dari tingkat emisi
CO2, CH4, dan N2O dapat dijelaskan dengan baik oleh variasi variabel independen
GDP, GDP2, GDP3, dan atau TDR Sedangkan sisanya (100% - nilai R2) dijelaskan
3.6.4. Uji Autokorelasi
Istilah autokorelasi bisa didefinisikan sebagai korelasi di antara anggota
observasi yang diurut menurut waktu (seperti data deret berkala) atau ruang
(seperti data lintas sektoral). Uji yang paling dikenal untuk pendeteksian
autokorelasi adalah statistik d Durbin-Watson (DW Test). Pengujian dengan DW
Test hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation)
dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada
variabel lag diantar variabel independen.
Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0)
H1 : ada autokorelasi (r ≠ 0)
Tabel 3.2 Uji d Durbin-Watson: Aturan Keputusan
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi positif atau negative
Tolak
Tidak ada keputusan Tolak
Tidak ada keputusan Tidak ditolak 0 < d < dL dL≤ d ≤ dU 4 - dL < d < 4 4 - dU≤ d ≤ 4 - dL dU < d < 4 - dU Sumber: Gujarati, 2003 3.6.5. Uji Heterokedastisitas
Suatu asumsi kritis dari model regresi linear klasik adalah bahwa
gangguan ui semuanya mempunyai varians yang sama. Jika asumsi ini tidak
dipenuhi, maka mempunyai heteroskedasitas. Heteroskedasitas tidak merusak sifat
ketidakbiasan dan konsistensi dari penaksir OLS. Tetapi penaksir ini tidak lagi
mempunyai varians minimum atau efisien . Dengan perkataan lain, sehingga tidak
Untuk mendeteksi ada tidaknya pelanggaran ini dengan menggunakan
White Heterocdasticity Test (Gujarati, 1995). Nilai probabilitas Obs*R-squared
dijadikan sebagai acuan untuk menolak atau menerima H0.
Hipotesis yang akan diuji:
H0 : homoskedastisitas
H1 : heteroskedastisitas
Kriteria pengujiannya adalah:
1. Probabilitas Obs*R-squared < taraf nyata , maka tolak H0
2. Probabilitas Obs*R-squared > taraf nyata , maka terima H0
3.6.6. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi
normal atau tidak. Dalam penelitian ini menggunakan Jarque-Bera test (J-B test)
untuk melihat apakah data terdistribusi normal atau tidak. Uji ini menggunakan
hasil residual dan chi-square probability distribution.
hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujian adalah:
1. Bila nilai JB hitung > nilai X2tabel, maka H
0 yang menyatakan residual, ut
adalah berdistribusi normal ditolak.
2. Bila nilai JB hitung < nilai X2tabel, maka H0 yang menyatakan residual, ut
3.7. Definisi Operasional
Penelitian ini menggunakan CO2 (carbon dioksida), CH4 (metana), dan
N2O (nitrogen oksida) sebagai indikator pencemaran lingkungan karena ketiganya
merupakan gas rumah kaca yang berperan aktif dalam meningkatkan suhu bumi
melalui efek rumah kaca yang ditimbukan gas buangan tersebut. Gas-gas buangan
tersebut ketika dilepaskan di atmosfer akan membentuk lapisan yang menahan
pantulan panas matahari yang menyinari bumi seperti prinsip rumah kaca.
1. Emisi Karbondioksida (CO2)
Variabel ini diperoleh dari emisi karbondioksida (CO2) yang dinyatakan dalam
kilotonne. Karbondioksida adalah gas rumah kaca yang penting karena ia
menyerap gelombang inframerah dengan kuat. Karbondioksida dihasilkan
oleh semua makhluk hidup pada proses respirasi dan digunakan oleh
tumbuhan pada proses fotosintesis. Karbondioksida juga dihasilkan dari hasil
samping pembakaran bahan bakar fosil.
2. Emisi Metana (CH4)
Variabel ini diperoleh dari emisi metana (CH4) yang dinyatakan dalam
kilotonne. Metana merupakan komponen utama gas alam yang termasuk gas
rumah kaca. Ia merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20
kali lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan
selama produksi dan transportasi batu bara, gas alam, dan minyak bumi.
Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat
pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan
3. Emisi Nitrogen Oksida (N2O)
Variabel ini diperoleh dari emisi nitrogen oksida (N2O) yang dinyatakan
dalam kilotonne. Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat.
Ia dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan
pertanian. Nitrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari
karbondioksida.
4. GDP per kapita merupakan GDP yang telah dibagi dengan jumlah penduduk
dalam suatu negara sehingga GDP per kapita dirasa efektif dalam
menggambarkan tingkat pendapatan suatu negara. Penggunaan GPD perkapita
dilakukan sebagai pendekatan pertumbuhan ekonomi.
5. Volume perdagangan merupakan penjumlahan dari persentase ekspor terhadap
GDP dan persentase impor terhadap GDP yang digunakan untuk mendekati