Implementasi paradigma pedagogi reflektif dalam meningkatkan keaktifan dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas X SMA Stella Duce Bantul tahun ajaran 2017/2018
Teks penuh
(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ii.
(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. iii.
(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN SAYA PERSEMBAHKAN KARYA ILMIAH INI KEPADA. Tuhan Yesus yang memberi nafas kehidupan sampai detik ini Oarang tua Ayah, Alm Ibu, Kakek, Nenek, Om Bulek , Dan setiap orang yang selalu berada dalam hati saya. Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku : Universitas Sanata Dharma. iv.
(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN MOTTO. KEEP IT SIMPLE. v.
(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vi.
(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vii.
(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK “IMPLEMENTASI PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA KELAS X.I SMA STELLA DUCE BANTUL TAHUN AJARAN 2017/2018”. Asih Widayat Universitas Sanata Dharma 2018. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas X.I SMA Stella Duce Bantul Tahun Ajaran 2017/20118. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2018. Sujyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X.I sejumlah 20 siswa. Objek yang diteliti adalah paradigma pedagogi reflektif, keaktifan siswa, dan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran Ekonomi. Data dikumpulkan dengan menggunakan observasi dan tes. Target keberhasilan untuk keaktifan siswa, yaitu 55% dari keseluruhan siswa memiliki tingkat keaktifan yang tinggi dalam pembelajaran. Target keberhasilan untuk kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu 75% siswa mencapai ketuntasan belajar dan memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) paradigma pedagogi reflektif mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa, yaitu dari 40% yang aktif dalam pembelajaran meningkat menjadi 80%; dan 2) paradigma pedagogi reflektif mampu meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu dari 5% menjadi 80% siswa mampu menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kata kunci: keaktifan, kemampuan berpikir tingkat tinggi, paradigma pedagogi reflektif. viii.
(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT THE IMPLEMENTATION OF REFLECTIVE PEDAGOGY PARADIGM FOR INCREASING STUDENTS ACTIVENESS AND HIGHER ORDER THINKING SKILLS OF THE TENTH GRADE STUDENTS OF STELLA DUCE SENIOR HIGH SCHOOL BANTUL ACADEMIC YEAR OF 2017/2018. Asih Widayat Sanata Dharma University 2018. This study is classroom action research which aimes to improve students activeness and higher order thinking skills of the tenth grade students of Stella Duce Senior High School Bantul Academic Year 2017/2018. The study was conducted in April - May 2018 in Stella Duce Senior High School Bantul. The subjects of the study were the tenth Grade X.I of 20 students. the research objects in the study were reflective pedagogy paradigm, activeness, and higher order thinking skills in the learning process of Economics subject. The data were gathered through observation and test. The target of students’ achievement with regarded to activeness was that 55% of the students attained high level of activeness within the learning process. On the other hand, the target of students’ achievement with regards to higher order thinking skills was that 75% of the students surpassed the minimum score and were able to exert the higher order thinking skills within the learning process. The results of data analysis showed that: 1) the reflective pedagogy paradigm has been able to increase the students’ learning activeness, namely from 40% to 80% students being active in the learning process; and 2) the reflective pedagogy paradigm has been able to increase the higher order thinking skills, namely from 5% into 80% students being able to perform the higher order thinking skills. Keyword: activeness, higher order thinking skill, reflective pedadogy paradigm. ix.
(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah atas segala limpahan rahmat, kasih dan karunianya yang tidak pernah putus sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Implementasi Paradigma Pedagogi Reflektif Dalam Meningkatkan Keaktifan Dan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas X SMA Stella Duce Bantul Tahun Ajaran 2017/2018”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan, Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam proses penulisan skripsi ini dari awal penyusunan hingga akhir, tidak sedikit pihak yang turut terlibat. Untuk itu perkenankanlah penulis dengan tulus mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya untuk dukungan, bimbingan dan bantuan tak terhingga dari: 1. Allah yang selalu membimbing dan menyertai setiap langkah penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc,.Ph D.. Sebagai Rektor Universitas. Sanata Dharma 3. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Uniersitas Sanata Dharma dan juga selaku Dosen pembimbing yang teleh sabar membimbing dan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi.. x.
(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. xi.
(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................. i. HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... ii. HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii. HALAMAN PESEREMBAHAN ........................................................ iv. HALAMAN MOTTO ........................................................................... v. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................... vi. PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............................. vii. ABSTRAK ............................................................................................. viii. ABSTRACT ............................................................................................ ix. KATA PENGANTAR .......................................................................... x. DAFTAR ISI ......................................................................................... xii. DAFTAR TABEL ................................................................................ xvi. DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xvii. DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xviii. xii.
(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1. A. Latar Belakang ....................................................................... 1. B. Rumusan Masalah .................................................................. 5. C. Tujuan Penelitian .................................................................... 5. D. Manfaat Penelitian .................................................................. 5. E. Batasan Masalah....................................................................... 6. BAB II. KAJIAN TEORI........................................................................ 7. A. Pembelajaran Abad 21 ............................................................ 7. B. Pembelajaran yang memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi............................................................................ 11. 1. Ranah Kongitif menurut Taksonomi Bloom ...................... 11. 2. Konsep Utama dalam pendekatan keterampilan berpikir Tingkat tinggi .................................................................. 12. 3. Karakteristik Berpikir Tingkat Tinggi ............................. 14. C. Pembelajaran Reflektif Sebagai Sarana Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Berpikir Tingkat Tinggi .................................. 15. 1. Klasifikasi Keaktifan ........................................................ 16. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan ................... 17. 3. Dinamika Pendagogi Ignatian .......................................... 19. D. Penelitian Sebelumnya ............................................................ 26. E. Hipotesis .................................................................................. 27. BAB III. METEDOLOGI PENELITIAN............................................. 29. xiii.
(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. A. Jenis Peneitian ................................................................. ........ 29. B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................. 33. C. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ........................................... 32. 1. Perencanaan ...................................................................... 32. 2. Pelaksanaan Tindakan ..................................................... 33. 3. Observasi .......................................................................... 33. 4. Refleksi ............................................................................... 33 5. Pelaksanaan Siklus ke dua ............................................... 33. D. Persiapan PTK ....................................................................... 34. E. Subyek Penelitian ................................................................... 36. F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ....................................... 36. G. Analisis Data ........................................................................... 34. H. Prosedur Penelitian .................................................................. 38 I. Personalia Penelitian ............................................................. 38. J. Indikator Keberhasilan .......................................................... 38. 1. Indikator Keaktifan ......................................................... 39. 2. Indikator Berpikir Tingkat Tinggi ................................... 39. BAB IV GAMBARAN UMUM ........................................................... 41. A. Sejarah SMA Stella Duce Bantul ................................................ 41. B. Visi, Misi, dan Tujuan SMAStella Duce Bantul ......................... 43. C. Pendidikan Karakter Tarakanita ................................................... 45. D. Kurikulum .................................................................................... 50. xiv.
(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 52. A. Siklus pertama .............................................................................. 53. 1. Perencanaan ........................................................................... 53. 2. Tindakan .................................................................................. 57. 3. Pengamatan ............................................................................. 65. 4. Refleksi .................................................................................... 70. BAB VI KESIMPULAN KETERBATASAN DAN SARAN............... 73. A. Kesimpulan .................................................................................. 73. B. Keterbatasan ................................................................................ 73. C. Saran ............................................................................................. 74. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 76. xv.
(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Indikator Keaktifan Penelitian ............................................. 37. Tabel 3.2 Indikator Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi .................... 38. Tabel 5.1 Hasil Observasi Keaktifan pra tindakan ................................ 54. Tabel 5.2 Hasil Pretest Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (Pra Tindakan) ................................................................................ 55. Tabel 5.3 Hasil Observasi Kekatifan Belajar siswa setelah implementasi I ....................................................................... Tabel 5.4 Hasil Nilai Ulangan Setelah Tindakan I ................................... 65 67. Tabel 5.5 Rekap Nilai Ulangan Ekonomi Sebelum Implementasi dan sesudah Implementasi................................................................... xvi. 68.
(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Siklus Pedagogi Ignatian ...................................................... 26. Gambar 3.1 siklus penelitian tindakan kelas ............................................ 35. xvii.
(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. LAMPIRAN PENELITIAN 1.1 Instrumen Penelitian ......................................................................... 77. 1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................................................. 80. 1.3 Hasil Pretest ....................................................................................... 92. 1.4 Lembar Observasi Keaktifan Siswa ................................................... 102. 1.5 Hasil Ulangan Harian Siswa ............................................................... 108. 1.6 Refleksi Siswa ..................................................................................... 121. 1.7 lampiran Sekolah ................................................................................. 129. xviii.
(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan tidak terlepas dari tujuan akhir yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui pendidikan diharapkan kesejahteraan masyarakat akan meningkat sehingga permasalahan kesenjangan ekonomi yang ada di Indonesia bisa dikurangi karena dengan pendidikan yang berkualitas akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas pula sehingga mampu memiliki daya saing. Akan tetapi keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh pendidik yang berkualitas. Dengan pendidik yang memiliki kualitas yang baik maka akan tercipta sebuah sistem pendidikan yang akan menciptakan generasi Indonesia yang menbanggakan. Pendidik yang berkualitas harus bisa menciptakan pembelajaran yang mampu membuat siswa memiliki kompetensi yang baik. kompetensi tersebut meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik, kognitif meliputi pengetahuan yang dimiliki, afektif berhubugan dengan sikap siswa dan psikomotorik berkaitan denga keterampilan siswa. Ketiga aspek tersebut harus berkembang secara bersama-sama agar siswa memiliki kompetensi yang ingin dicapai. Agar siswa memperoleh kompetensi yang baik pendidik perlu berusaha agar tujuan pembelajaran bisa tercapai, kerap kali guru kesulitan untuk membuat siswa mencapai kompetensi yang diinginkan tersebut karena.
(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. beberapa faktor tertentu, bisa jadi karena motivasi siswa kurang, kemudian kurangnya minat dalam pembelajaran, pengelolaan kelasnya yang kurang atau bahkan metode yang digunakan guru kurang menarik bagi siswa. Bukan hanya itu terkadang situasi dan keadaan yang ada di kelas juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan belajar terutama mengenai segala aktifitas siswa di kelas. Salah satu permasalahan yang dialami oleh pendidik adalah kurangnya keaktifan siswa di kelas. keaktifan menurut Sardiman (2011) menyatakan bahwa keaktifan tidak hanya di tentukan oleh aktifitas fisik semata tetapi juga di tentukan oleh aktifitas mental, intelektual dan emosional. Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktifitas baik aktifitas fisik maupun psikis. keaktifan siswa dikelas sangat penting untuk meningkatkan cara berpikir siswa agar siswa di dalam kelas agar siswa tetap fokus terhadap pelajaran yag dikuti. Masalah berikutnya yang dihadapi adalah kurangnya kemampuan siswa dalam berpikir tingat tinggi, kerap kali siswa hanya mencontoh pekerjaan dari teman meskipun itu hanya latihan hal ini membuktikan bahwa siswa tersebut tidak mau berpikir sehingga daya berpikir kritis siswa terhadap suatu hal atau persoalan kurang. Berpikir menurut taksonomi Bloom di bagi atas beberapa aspek dimulai dari mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan membuat atau menciptakan (C6). Dari enam aspek taksonomi Bloom revisi pada tahap C1C3 merupakan kemampuan berpiki tingkat rendah atau lower order thingking,.
(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. sedangkan pada aspek C4-C6 merupakan kemampuan berpiki tingi atau higher order thingking. Berpikir tingkat tinggi sangat diperlukan bagi siswa agar siswa mampu menganalisis masalah dengan baik, memecahakan masalah dengan baik, mengevaluasi serta menciptakan gagasan dengan baik. akan tetapi karena kemampuan berpikir tingkat tinggi ini jarang dilatihkan secara intensif maka kemampuan berpikir tingkat tinggi yang harusnya berperan dalam menentukan keberhasilan belajar seakan – akan hanya menjadi sebuah angan – angan saja untuk diwujudkan dalam pembelajaran. Hal ini terjadi di SMA Stella Duce Bantul terutama terjadi di kelas X.I berdasarkan pengalaman saat peneliti melakukan observasi pada tanggal 16 April 2018 peneliti mengamati bahwa di SMA Stella Duce Bantul khususnya kelas X.I masih banyak siswa yang kurang aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Dari 20 siswa kelas X.I yang hadir di kelas peneliti menilai hanya ada kurang lebih 8 atau (40%) saja yang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran sedangkan siswa lainnya senang bermain handphone, ngobrol di kelas. Selain itu peneliti juga menilai bagaimana kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas X.I dari hasil pretest bahwa tingkat berpikir tingkat tinggi siswa di kelas X.I cukup rendah itu dibuktikan dengan hasil analisis soal yang di dalamnya memuat soal C4-C6 dari hasil pretest tersebut menunjukkan bahwa dari 20 siswa yang mengikuti pretest kemampuan berpikir tingkat tinggi dengan soal ekonomi materi tentang Bank Alat Pembayaran dan Sistem Pembayaran dari hasil tersebut (95%) siswa.
(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. tidak memenuhi KKM. dari hasil pretest tersebut perlu solusi yang tepat untuk mengatasi persoalan kemampuan berpikir tingkat tinggi tersebut, banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan keaktifan dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, salah. satu upaya yang dapat. dilakukan Guru untuk meningkatkan keaktifan siswa dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa adalah dengan implementasi paradigma pedagogi reflektif. Pembelajaran Reflektif merupakan suatu pendekatan atau model pembelajaran yang menerapkan refleksi dalam setiap tindakan, keputusan, serta menemukan nilai – nilai hidup dalam proses pendidikan sebagai pijakan dalam menentukan sikap atau perilaku. Jadi, refleksi adalah suatu proses yang memunculkan makna dalam pengalaman manusiawi Mursanto (2012:52-53). Jadi pengalaman yang siswa dapatkan selama pembelajaran dan kehidupan sehari – hari akan di tinjau kembali melalui kegiatan reflektif kemudian siswa akan mengungkapkan pengalaman tersebut dengan sebuah aksi. Aksi tersebut bisa berbentuk keaktifan dalam kegiatan pembelajaran dan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran. Dari uraian di atas peneliti berkeyakinan bahwa Implementasi Paradigma Pedagogi Reflektif dapat meningkatkan keaktifan, kemampuan berpikir melakukan. tingkat tinggi siswa. Dengan demikian peneliti tertarik untuk penelitian. tindakan. kelas. dengan. judul. “Implementasi. Paradigma Pedagogi Reflektif dalam Meningkatkan Keaktifan dan.
(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas X di SMA Stella Duce Bantul”. A. Rumusan Masalah 1. Bagaimana implementasi paradigma pedagogi reflektif di SMA Stella Duce Bantul? 2. Apakah implementasi paradigma pedagogi. reflektif mampu. meningkatkan keaktifan siswa? 3. Apakah. implementasi. paradigma. pedagogi. reflektif. mampu. meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tingkat tinggi siswa? B. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui implementasi paradigma pedagogi reflektif di SMA Stella Duce Bantul. 2. Mengetahui apakah implementasi paradigma pedagogi reflektif mampu meningkatkan keaktifan siswa. 3. Mengetahui apakah implementasi paradigma pedagogi reflektif mampu meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. C. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa Diharapkan penelitian ini mampu meningkatkan keaktifan siswa kemampuan berfikir kritis siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ekonomi. 2. Bagi Guru.
(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan guru dalam menerapkan sistem pembelajaran dalam rangka untuk meningkatkan keaktifan, kemampuan berpikir kritis dan meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Ekonomi. 3. Bagi Sekolah Penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif bagi pihak sekolah dalam menerapkan kebijakan pembelajaran dalam rangka perbaikan sistem pembelajaran Ekonomi di setiap kegiatan belajar mengajar. 4. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan kajian untuk penelitian berikutnya. D. Batasan masalah Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang di bahas agar tidak terlalu luas, maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada penerapan Paradigma Pedagogi reflektif, keaktifan siswa dan kemampuan berpikir tingkat tinggi..
(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. BAB II KAJIAN TEORI. A. Pembelajaran Abad 21 Kata pembelajaran berasal dari kata belajar mendapat awalan “pem”akhiran “an” menunjukkan bahwa ada unsur luar (eksternal) yanng bersifat “intervensi” agar terjadi proses belajar. Jadi pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh faktor eksternal agar terjadi proses belajar pada diri individu yang belajar (Karwono & Mularsih, 2017 :19-20). Pembelajaran mengandung makna setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu individu mempelajari sesuatu kecakapan tertentu. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran pemahaman karakteristik internal individu yang belajar menjadi penting. Sekarang pada abad 21 lebih atau yang lebih dikenal dengan abad digital adalah zaman di mana semua informasi tidak di batasi oleh jarak dan waktu, di mana teknologi menjadi sumber informasi yang tak terbatas dalam memberikan informasi dari mana saja dan kapan saja. Karena teknologi semakin canggih dan kemajuan begitu pesat maka pembelajaranpun juga harus. mengikuti. perkembangan. zaman.. Menurut. Kusnadi. (2014). Pembelajaran abad 21 mencerminkan empat hal yaitu: 1. Kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah (Critical Thinking and Problem Solving).
(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. Berpikir kritis adalah kemampuan anak didik dalam mengorganisir dan mengevaluasi bukti, asumsi yang mendasari pemikiran orang lain. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk membuat siswa memiliki penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit, siswa juga menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan permasalah (problem solving) yang di hadapi dengan mandiri serta memiliki kamampuan untuk menyusun dan mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan masalah. 2. Kreatif dan Inovatif (Creativity and Innovation) Pembelajaran yang kreatif dan inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengkontruksi pengetahuan secara mandiri dan dimediasi oleh guru. Pada pembelajaran seperti ini siswa di tuntut memiliki kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan baru kepada siswa lain. 3. Komunikasi (Communication) Pada pembelajaran abad 21 siswa dituntut untuk memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk baik secara lisan maupun tulisan. Siswa diberikan kesempatan menggunakan kemampuannya untuk mengutarakan ide-idenya, baik saat berdiskusi dengan teman maupun ketika menyelesaikan masalah baik didalam kelas maupun di luar kelas..
(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. 4. Kerjasama (Collaboration) Kemampuan yang perlu dimiliki siswa dalam pembelajaran abad 21 berikutnya adalah kerjasama. Siswa di tuntut menunjukkan kemampuan kerjasamanya kelompok. Pembelajaran secara berkelompok, koperatif melatih siswa untuk berkolaborasi dan bekerjasama. Hal ini juga menanamkan kemampuan bersosialisasi dan mengendalikan ego serta emosi, dengan demikian akan menciptakan kebersamaan, rasa memiliki, tanggung jawab, dan kepedulian antar anggota. Akan tetapi untuk mencapai pembelajaran yang baik tidaklah mudah menurut Suryabrata (1984:253-254) faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar dan proses faktor – faktor tersebut antara lain: a. Faktor Internal Individu Faktor internal adalah faktor yang dipengaruhi dari dalam individu pembelajar sendiri pada dasarnya faktor internal itu sangat kompleks yang dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu faktor fisiologis, faktor psikologis 1) Faktor fisiologis Faktor fisiologis meliputi antara lain: keadaan jasmani (normal dan cacat, bentuk tubuh kuat atau lemah), yang semuanya akan memengaruhi cara merespon terhadap lingkungan belajarnya. 2) Faktor Psikologis.
(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10. Faktor psikologis merupakan faktor internal yang memberikan kontribusi besar untuk terjadinya proses belajar. Setiap individu memiliki karakteristik berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan inilah yang menyebabkan perbedaan cara merespon terhadap stimulus dari luar, yang akan berdampak pada cara berpikir dari pembelajar. b. Faktor Eksternal Faktor Eksternal merupakan faktor dari luar individu yang berpengaruh terhadap belajar dan pembelajaran. Faktor eksternal ini meliputi: 1) Faktor Lingkungan Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat pula berupa lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, dan sebagainya. Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. c. Faktor Instrumental Faktor. instrumental. adalah. faktor. yang. keberadaan. dan. pengggunannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainnya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan. Agar pembelajaran bisa berhasil maka perlu model pembelajaran yang baik dan sesuai dengan kebutuhan siswa agar salah satu model.
(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. yang cocok untuk mengembangkan kemampuan pembelajaran di abad 21 adalah paradigma pedagogi reflektif karena pembelajaran ini menggunakan merupakan suatu proses kensinambungan nyata dalam pembelajaran yaitu konteks, pengalaman, refleksi, dan aksi dan evaluasi. Sehingga pembelajaran yang didapatkan baik dalam maupun diluar kelas bisa tidak hanya sebatas diingat saja tetapi juga akan tetap berkembang terus sepanjang hidup. B. Pembelajaran Yang Memerlukan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Menurut taksonomi Bloom yang telah direvisi proses kognitif terbagi menjadi kemampuan berpikir tingkat rendah (lower oerder thingking) dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thingking). Kemampuan yang termasuk kemampuan berpikir tingkat rendah adalah kemampuan mengingat (C1), memehami (C2), dan menerapkan (C3), sedangkan kemampuan yang termasuk kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan menciptakan (C6). 1. Ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom (Saputra 2016). a. Mengingat (C1) adalah kemampuan dasar utama yang diwujudkan dengan kemapuan menyeburkan kembali apa yang sudah didapatkan. Contoh menyatakan kebijakan. b. Pemahaman (C2) adalah kemampuan memahami intruksi/masalah, menginterprestasikan dan menyatakan kembai dengan kata-kata sendiri. Contoh menuliskan kembali atau merangkum materi pelajaran...
(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12. c. Penerapan (C3) adalah kemampuan menggunakan konsep dalam praktek atau situasi yang baru. Contoh menggunakan pedoman/aturan dalam menghitung soal ekonomi. d. Analisa (C4) adalah kemampuan memisahkan konsep kedalam beberapa komponen untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas atas dampak komponen-komponen terhadap konsep tersebut secara utuh. Contoh : menganalisa meningkatnya harga pokok penjualan dalam. laporan. keuangan. dengan. memisahkan. komponen-. komponennya. e. Evaluasi (C5) adalah kemampuan mengevaluasi dan menilai sesuatu berdasarkan norma, acuan atau kriteria. Contoh :menbandingkan hasil ujian siswa dengan kunci jawaban. f. Sintesa (C6) adalah kemampuan merangkai atau menyusun kembali komponen-komponen. dalam. rangka. menciptakan. arti/pemahaman/struktur baru. Contoh: menyusun kurikulum dengan menintegrasikan pendapat dan materi dari hasil beberapa sumber. Sedangkan berpikir tingkat tinggi (HOTS: High Order Thingking Skill) merupakan suatu proses berpikir anak didik dalam level kognitif yang lebih tinggi (C4-C5) yang di kembangkan dari berbagai aspek dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran (Saputra, 2016:91). Menurut Saputra (2016:91-92) tujuan dari HOTS ini adalah bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir anak didik pada level.
(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. yang lebih tinggi, terutama yang berkaitan dengan kemampuan untuk berpikir kritis dalam menerima berbagai jenis informasi yang datang kepadanya, berpikir kreatif dalam memecahkan masalah dengan pengetahuan yang dimilikinya serta membuat putusan dalam situasisituasi yang kompleks. 2. Konsep utama dalam pendekatan keterampilan berpikir tingkat tinggi Konsep utama pendekatan keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah mengikuti ketiga anggapan tentang berpikir dan belajar menurut Saputra (2016) yaitu: a. Berpikir tidak bisa dihubungkan dari tingkat, mereka saling tergantung satu sama lain. b. Berpikir atau tidak berpikir dapat belajar tanpa isi pokok, hanya poin teoritis. Dalam kehidupan nyata, siswa akan mempelajari materi pelajaran berdasarkan pada pengalaman sekolahnya. Misalnya untuk bisa menguasai konsep ekonomi, maka harus menguasai pengantar ilmu ekonomi terlebih dahulu. Pengalaman pada sekolah-sekolah terdahulu akan membantu mereka mempelajari konsep yang lebih tinggi pada tahun berikutnya. c. Keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi berbagai cara berpikir, memproses, serta menerapkan pada situasi gabungan dan variabel kelipatan setelahnya. Yang diinginkan dari HOTS adalah peningkatan kemampuan pemahaman dan penguasaan anak didik atas materi pembelajaran.
(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. agar ia dapat berpikir secara kritis (critical thingking), kreatif (creative thingking), mampu memecahkan masalah (problem solving), dan mampu membuat putusan (making decision) dalam situasi-situasi yang sulit. Dalam konteks mutu pembelajaran secara umum berpikir tingkat tinggi sangat penting bagi siswa untuk mengukur sejauh mana penguasaan mereka atas materi pelajaran yang mereka dapatkan. Melalui penggunaan HOTS ini juga guru dapat merubah strategi pembelajaran mereka, terutama mengarahkan penguasaan siswa untuk tidak hanya terhenti pada level kognitif hafalan (knowlagde), pemahaman (comprehension) dan pengaplikasian (application) saja tetapi juga bergerak lebih lanjut pada level selanjutnya yang lebih tinggi yakni analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Hal ini penting karena dalam banyak kasus, praktik pembelajaran yang terdapat disekolah-sekolah, umumnya hanya berhenti pada bagaimana penguasaan tiga tingkatan awal kognitif tersebut. 3. Karakteristik Berpikir Tingkat Tinggi Menurut Krulik dan Rudnick dalam Saputra (2016) Secara umum keterampilan berpikir terdiri atas tiga tingkatan yaitu: a. Menghafal adalah tingkat berpikir paling rendah. Ketarampilan ini hampir otomatis atau refleksif artinya, siswa pada sekolah menengah atas seringkali dipaksa unruk menghafal mengenai.
(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. teori-teori pada mata pelajaran seperti teori penawaran ataupun teori permintaan. b. Keterampilan pemahaman. dasar,. yakni. konsep-konsep. keterampilan seperti. yang. meliputi. penjumlahan. dan. pengurangan, serta aplikasinya dalam soal-soal. c. Berpikir kritis, yakni berpikir yang memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek situasi atau masalah. Termasuk didalamnya. mengumpulkan,. mengorganisir,. mengingat,. meganalisis informasi. Berpikir kritis termasuk kemampuan membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang dibutuhkan. dan. tidak. dibutuhkan.. Kemampuan. menarik. kesimpulan yang benar dari data yang diberikan dan mampu menentukan. ketidakonsistenan. dan. pertentangan. dalam. sekelompok data merupakan bagian dari keterampilan berpikir kritis dengan kata lain, berpikir kritis adalah analitis refleksif. C. Paradigma Pedagogi Reflektif Sebagai Sarana Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Berpikir Tingkat Tinggi Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreaktifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran, kekaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan Menurut Sardiman ( 2011:98).
(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. menyatakan bahwa aktifitas tidak hanya di tentukan oleh aktifitas fisik semata tetapi juga di tentukan oleh aktifitas mental, intelektual dan emosional. Kekatifan yang dimaksud disini penekanannya adalah peserta didik, sebab dengan adanya kekaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif. Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktifitas, baik aktifitas fisik maupun psikis. Aktifitas fisik adalah giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun berkerja, ia tidak hanya duduk mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktifitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau sgala sesuatu yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran.. 1. Klasifikasi Keaktifan Banyak jenis aktifitas yang dapat dilakukan siswa dikelas. Aktifitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapt di sekolah – sekolah pada umumnya. Jenis – jenis aktifitas siswa dalam belajar menurut (Sardiman, 2011:99-100): a. Visual Activities; membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi dan mengamati orang lain bekerja..
(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. b. Oral. Activities:. mengemukakan. suat. fakta. atau. prinsip,. menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan intrupsi. c. Listening Activities: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan musik, pidato. d. Writting Activities: menulis cerita, menulis laporan, karangan, angket, menyalin. e. Drawwing Activities: menggambar, membuat grafik, diagram, peta. f. Motor. Activities:. melaksanakan. melakukan. pameran,. percobaan,. membuat. model,. memilih. alat-alat,. menyelenggarakan. permainan, menari dan berkebun. g. Mental Activities: merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisi. faktor-faktor,. melihat. hubungan-hubungan. dan. membuat keputusan. h. Emotional Activities: minat, semangat, berani, tenang dan lain-lain. 2. Faktor – faktor yang mempengaruhi keaktifan Kekaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat merangsang mengembangkan bakat yang dimilikinya, peserta didik juga dapat berlatih untuk berpikir kritis, dan memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari – hari. Kekaktifan belajar menurut Sardiman (1988) dipengaruhi oleh faktor – faktor antara lan: a. Memberikan motivasi atau menarik perhatian peserta didik, sehingga mereka berperan aktif dalaam kegiatan pembelajaran..
(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18. b. Menejelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada pesrta didik). c. Mengingatkan kompetensi belajar kepada peserta didik. d. Memberikan petunjuk kepada peserta didik bagaimana mempelajari. e. Memberikan stimulus (masalah, topik dan konsep yang akan dipelajari) f. Memunculkan aktivitas, partisipasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. g. Memberikan umpan balik (feedback) Dari uraian teori yang ada di atas upaya yang bisa dilakukan pendidik agar dapat meningkatkan keaktifan dan berpikir tingkat tinggi adalah dengan pembelajaran reflektif. Istilah Refleksi dipakai dalam arti: mencermati kembali bahan studi tertentu, pengalaman, ide-ide, usul-usul, atau reaksi spontan supaya dapat menangkap maknanya lebih mendalam. Jadi, refleksi adalah suatu proses yang memunculkan makna dalam pengalaman manusiawi (Mursanto, 2012 :52-53). Pada tingkat refleksi, daya ingat, pemahaman, daya khayal, dan perasaan digunakan untuk menangkap arti dan nilai hakiki tentang apa yang sedang dipelajari. Juga untuk menemukan hubungan-hubungannya dengan segi-segi lain dari pengetahuan. dan. kegiatan. insani,. dan. memahami. implikasi-. implikasinya dalam rangka mencari kebebasan dan kebenaran. Refleksi ini adalah sebuah proses yang membentuk orang dan membebaskannya..
(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. Refleksi ini membentuk suara hati para murid (keyakinan, nilai, sikap, serta seluruh cara bernalar) sedemikian rupa sehingga mereka diantar melewati tahap mengerti ke tahap berbuat sesuai dengan pengertian mereka. 3. Dinamika Pendagogi Ignatian Bila Pola hubungan antara pembimbing dan retretan dalam paradigma Ignatian diterapkan pada hubungan pengajar-murid dalam pendidikan jesuit, maka peran pertama seorang pengajar adalah memperlancar. hubungan. murid. dengan. kebenaran,. khususnya. kebenaran bidang studi yang dipelajari di bawah bimbingan pengajar tersebut dalam hal ini adalah pengajaran pembelajaran ekonomi. paradigma pedagogi ignatian yang komprehensif harus memerhatikan baik konteks belajar maupun proses pedagogisnya. Selain itu, paradigma tersebut harus menunjukkan cara-cara yang mendukung keterbukaan pada pertumbuhan bahkan saat murid telah menyelesaikan suatu. siklus. belajar. tertentu.. Menurut. Ignatius. dalam. Mursanto(2012:40-62) terdapat lima langkah dalam pembelajaran pedagogi Ignatian a. Konteks Belajar Ignatius menekankan bahwa dalam latihan rohani, pengalamanpengalaman retretan selalu harus menentukan benttuk latihan – latihan yang akan dijalankan dan konteksnya. Jadi seorang.
(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. pembimbing tidak hanya harus memilih mediasi yang paling baik dan cocok, tetapi juga menyesuaikan latihan – latihan itu sehingga secara langsung mengena pada diri retretan. Ignatius mendorong pembimbing menjadi seakrab mungkin dengan pengalaman hidup retretan sehingga ia siap membantu retretan menegaskan gerak-gerak Roh Kudus. Demikian pula perhatian terhadap murid secara pribadi dan kepedulian terhadap mereka secara individual, soko guru pendidikan dan pengajaran Jesuit, menuntut bahwa si pengajar menjadi orang yang sungguh-sungguh mengetahui pengalaman hidup murid. Pendapat-pendapat dan pemahaman yang murid peroleh dari studi sebelumnya atau dari lingkungan hidup mereka merupakan konteks belajar yang harus diperhatikan. Selain itu juga perasaan mereka, sikap, dan nilai-nilai mereka mengenai bidang studi yang dipelajari merupakan konteks nyata proses belajar mereka. b. Pengalaman Bagi Ignatius pengalaman berarti mengenyam suatu hal dalam batin. Pertama-tama ini mengandaikan adanya fakta, pengertian dan asas. Selanjutnya orang dituntut untuk menyelidiki konotasi serta makna tambahan dari kata-kata ataupun kejadiankejadian yang disimak, untuk menganalisis serta menilai ide-idenya, dan untuk bernalar. Namun pengalaman Ignatius tidak mentok hanya pada pemahaman intelektual saja, ignatius mendesak supaya.
(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21. keseluruhan pribadi, budi, perasaan, dan kemauan masuk dalam pengalaman belajar. Pada tahap pengalaman pengajar menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga para murid dapat mengumpulkan dan mengingat pengalaman mereka untuk menyaring fakta, perasaan, nilai-nilai, pengertian, intuisi yang telah mereka kenal yang berhubungan dengan bidang studi yang sedang mereka pelajari dalam hal ini pelajaran ekonomi. Sesudah itu, pengajar membimbing para murid menyerap informasi baru dan menjalani pengalaman lebih lanjut sehingga pengetahuan mereka semakin lengkap dan benar. Pengajar meletakan dasar untuk mempelajari cara belajar, yakni membantu para murid memperoleh keterampilan dan teknik. Jadi istilah pengalaman dipakai untuk menunjuk pada setiap kegiatan yang memuat pemahaman kognitif bahan yang disimak yang juga memuat unsur afektif yang dihayati oleh murid pada setiap pengalaman ada data yang diserap secara kognitif. Lewat menanyakan, membayangkan, menyelidiki unsur-unsurnya dan hubungan antara data tersebut, murid menyusun data membentuk gambaran mengenai yang disimak atau suatu hipotesis. Menurut Ignatius (Mursanto 2012 :50-51) terdapat dua macam pengalaman dalam situasi akademik yaitu: a) Pengalaman langsung.
(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. pengalaman langsung di dalam suatu situasi akademik bisa berlangsung lewat pengalaman-pengalaman interpersonal, seperti pembicaraan atau diskusi, penelitian dalam laboratorium, kegiatan lintas alam proyek pelayanan,mengambil bagian dalam kegiatan olahraga dan sebagainya. b) Pengalaman tidak langsung pengalaman tidak langsung bisa melalui membaca atau mendengarkan. Untuk melibatkan para murid dalam pengalaman belajar sebagai kegiatan manusiawi, para pengajar ditantang untuk merangsang imajinasi dan pemakaian indera murid sehingga mereka dapat sungguh-sungguh memasuki kenyataan yang sedang dipelajari. Pada tahap awal pengalaman baik langsung maupun tidak langsung para murid menyerap data sekaligus mengalami reaksi afektifnya namun hanya dengan menyusun dan mengatur data itu menjadi suatu kesatuan, pengalaman menjadi pengalaman sejati yang menjawab “apakah itu” dan “bagaimana reaksi saya atas hal itu”. Jadi para murid harus penuh perhatian dan aktif untuk memperoleh pemahaman dan pengertian tentang kenyataan insani di hadapan mereka. c. Refleksi.
(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. Dalam refleksi ingatan, pemahaman, imajinasi, dan perasaan dipakai untuk menangkap arti dan nilai-nilai asasi yang sedang dipelajari dengan demikian mereka menemukan hubungan antara pengetahuan dan kegiatan manusiawi yang lain. Mereka akan menemukan dan memahami implikasi-implikasinya dalam usaha terus-menerus mencari kebenaran. refleksi harus menjadi suatu proses yang membentuk dan membebaskan. Refleksi seperti inilah yang membentuk hati nurani para murid, antara lain sikap hidup sehari-hari, nilai-nilai, dan keyakinan-keyakinan maupun cara berpikir. Dengan demikian mereka di dorong untuk bergerak melewati pengetahuan menuju aksi. Istilah refleksi dipakai dalam arti:mencermati kembali bahan studi tertentu, pengalaman, ide-ide, usul-usul, atau reaksi spontan supaya dapat menagkap maknanya lebih mendalam. Jadi refleksi adalah suatu proses yang memunculkan makna dalam pengalaman manusiawi. d. Aksi Istilah aksi dipakai untuk menunjuk pertumbuhan batin seseorang berdasarkan penglaman yang teleh direfleksikan dan juga pada manifestasi lahiriyah. Istilah ini mencakup dua langkah sebagai berikut..
(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. a) Pilihan-pilihan batin Setelah. mengadakan. refleksi,. murid. mempertimbangkan. pengalamannya dari sudut pandang pribadi dan manusiawi. Kemauan baru akan tergerakkan, setelah terjadi pemahaman kognitif mengenai pengalaman yang disertai perasaan-perasaan afektif. Makna yang dapat ditangkap dan dinilai menyajikan pilihan yang harus diambil. Pilihan-pilihan itu dapat muncul kalau seseorang memutuskan bahwa suatu kebenaran harus menjadi pegangan yang akan memengaruhi semua keputusan lebih lanjut. Hal ini dapat dilihat dalam prioritas-priorita murid. Inilah saat memilih kebenarans hidup miliknya sambil tetap membiarkan diri dibimbing oleh kebenaran itu b) Pilihan yang dinyatakan secara lahir Suatu saat, makna-makna hidup, sikap, nilai-nila yang telah menjadi bagian dari dirinya, mendorong murid untuk berbuat sesuatu secara konsisten dengan keyakinan yang baru. Jika makna itu positif, murid akan meningkatkan keadaan yang menimbulkan pengalaman positif tersebut. Jika pengalaman itu negatif,. murid. akan. berusaha. memperbaiki,. mengubah,. mengurangi, atau meghindari hal-hal yang menimbulkan pengalaman negatif itu..
(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. e. Evaluasi Evaluasi berkala mendorong pengajar dan murid memerhatikan pertumbuhan intelektual, juga kekurangan-kekurangan yang perlu ditangani. Umpan balik ini dapat menyadarkan pengajar untuk menari cara dan metoe mengajar yang lain. Selain itu umpan balik dapat membantu untuk lebih memperhatikan tiap-tiap murid dan upaya perbaikan dalam cara belajar mereka. Tugas. pengajar. berikutnya. adalah. menyediakan. kesempatan-kesempatan yang akan menantang kreaktivitas dan melatih kehendak para murid untuk memilih tindakan yang paling baik sebagai kesimpulan dan tindak lanjut dari apa yang mereka pelajari. Interaksi yang terus – menerus antara pengalaman, refleksi, dan aksi dalam dinamika proses belajar mengajar di ruang kelas merupakan inti pendagogi Ignatian. Salah satu yang paling menentukan yang paling menentukan dalam paradigma Ignatian adalah dimasukkannya unsur refleksi sebagai salah satu unsur yang esensial..
(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. Gambar 2.1 Paradigma Pedagogi Ignatian KONTEKS. PENGALAMAN. REFLEKSI. EVALUASI. AKSI. Keterampilan berpikir reflektif merupakan proses berpikir kritis melalui penalaran untuk mengemukakan alasan – alasan dalam mendukung suatu keyakinan tersebut dengan sebaik mungkin. John Dewey (1910) dalam bukunya yang berjudul How We Think mengatakan bahwa perkembangan pribadi dan sosial seseorang terjadi melalui pengalaman dan pemecahan masalah secara reflektif dapat melatih individu belajar untuk mengenali dan mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, memilah informasi yang relevan dengan masalah untuk. kemudian. mengembangkan. menyusun. rancangan. rancangan. solusi. solusi. dengan. (berpikir. kritis),. mengkombinasikan. pengalaman dan pengetahuan yan dimiliki sehingga menjadi solusi khas (berpikir kritis), menjustifikasi kelayakan solusi yang disusun (berpikir kritis), serta mencari alternatif yang lebih efektif dan yang paling mudah.
(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. dipahami (berpikir kritis), demikian seterusnya hingga menjadi solusi final. Proses yang demikian dikenal dengan proses interwoven dan interdependent. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki kemampuan berpikir yang tinggi akan senantiasa melakukan evaluasi terhadap proses mengontrol, memonitor, dan menyimpulkan hasil serta menemukan kekeliruan untuk memperoleh hasil yang optimal. Artinya, dengan melatihkan keterampilan berpikir reflektif pada individu belajar akan memberi peluang kepada mereka berlatih kemampuan untuk mengontrol, memonitor, dan menyimpulkan proses berpikirnya agar memberi keputusan final berupa ide maupun tindakan. ide dan tindakan tersebut bisa diartikan dan diwujudkan sebagai keaktifan dan berpikir tingkat tinggi dalam aktifitas di kelas. D. Penelitian sebelumnya Purnawan, Bernardus (2012). Penerapan paradigma Pendagogi Reflektif Dalam Pembelajran Materi Uang Untuk Meningkatkan Competence, Conscience, Dan Compassion (3C) Siswa Kelas XI SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang menerapkan pembelajaran Consience,. berbasisis dan. reflektif. Compassion. untuk. (3C).. meningkatkan. Dalam. Competence,. penelitiannya. penerapan. pembelajaran berbasisis reflektif mampu meningkatkan aspek Competence yang awalnya 44,2% naik menjadi 74,2% atau naik sebesar 24,8%, PPR juga mampu meningkatkan aspek Consience yang awalnya 3,13 naik menjadi 3, 29 walaupun kenaikannya tidak signifikan, PPR juga mampu meningkatkan.
(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. aspek Compassion yang awalnya 3,79 menjadi 4, 28 setelah penerapan PPR. Dengan demikian maka peneliti yakin akan penerapan pembelajaran berbasis reflektif ini mampu meningkatkan variabel-variabel yang telah di tentukan leh peneliti.. E. Hipotesis 1. Implementasi paradigma pedagogi reflektif mampu meningkatkan keaktifan siswa. 2. Implementasi paradigma pedagogi reflektif mampu meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa..
(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) Menurut Susilo (2009:16), PTK adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran. 1. Ciri-Ciri Penelitian Tindakan Kelas Menurut Cohe dan Manion, 1980 (Kunandar: 55-57) terdapat ciri khusus dan ciri umum penelitian tindakan kelas, berikut ciri umum dari penelitian tindakan kelas a. Situasional, kontekstual, berskala kecil, praktis, terokalisasi dan secara langsung relevan dengan situasi nyata. Berkenaan dengan diagnosis suatu masalah dalam konteks tertentu dan usaha untuk memecahkan masalah dalam konteks tersebut, subjeknya adalah siswa di kelas. b. Memberikan kerangka kerja yang teratur kepada pemecahan masalah praktis. Penelitian tindakan kelas juga bersifat empiris, artinya ia mengandalkan observasi nyata dan data perilaku. c. Fleksibel dan adaptif sehingga memungkinkan adanya perubahan selama masa percobaan dan pengabaian pengontrolan karena lebih.
(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. menekankan sifat tanggap dan pengujicobaa serta pembaharuan di tempat kejadian atau pelaksanaan PTK. d. Partisipatori karena peneliti dan/anggota peneliti terlibat langsung atau tidak langsung dalam melakukan PTK, e. Self-evaluation, yaitu modifikasi secara kontinu yang dievaluasi dalam situasi yang ada, yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran dengan cara tertentu. f. Perubahan dalam praktik didasari pengumpulan informasi atau data yang memberikan dorongan untuk terjadinya perubahan. Berikut adalah ciri-ciri khusus penelitian tindakan kelas menurut Whitened, 2003 dalam Kunandar: a.. Dalam penelitian tindakan kelas ada komitmen pada peningkatan pendidikan. Komitmen tersebut memungkinkan setiap yang terlibat untuk memberikan andil yang berarti demi tercapainya peningkatan yang mereka sendiri dapat ikut rasakan.. b.. Pada penelitian tindakan kelas melekat tindakan yang berpengetahuan, berkomitmen, dan bermaksud. Tindakan dalam PTK direncanakan berdasarkan hasil refleksi kritis terhadap praktik terkait berdasatkan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Tindakan dalam PTK juga dilakukan atas dasar komitmen kuat dan keyakinan bahwa situasi dapat diubah kearah perbaikan.. c.. Dalam penelitian tindakan kelas dilakukan pemantauan sistemik untuk menghasilkan data atau informasi yang valid. Mengingat hasil penting.
(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31. PTK adalah pemahaman yang lebih baik terhadap praktik dan pemahaman. tentang. bagaimana. perbaikan. ini. telah. terjadi,. pengumpulan datanya harus sistematis sehingga peneliti dapat mengetahui arah perbaikannya dan juga dalam hal apa pembelajaran telah terjadi. d.. Penelitian tindakan kelas melibatkan deskripsi autentik tentang tindakan. Deskripsi di sini bukan penjelasan, melainkan rangkaian cerita tentang kegiatan yang terjadi dan biasanya dalam bentuk laporan.. 2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kunandar karakteristik penelitian tindaan kelas yaitu a. On the job problem oriented (masalah yang diteliti adalah masalah riil atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti). Dengan demikian PTK didasarkan pada masalah yang benar-benar dihadapi guru dalam proses belajar mengajar di kelas. b. Problem solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah). PTK yang dilakukan oleh guru dilaksanakan sebagai upaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru dalam PBM di kelasya melalui tindakan (tretment) tertentu sebagai upaya menyempurnakan proses pembelajaran dikelasnya..
(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32. c. Improvement oriented (berorientasi pada peningkatan mutu). PTK dilaksanakan dalam kerangka untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu PBM yang dilakukan oleh guru di kelasnya. d. Ciclic (siklus). Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyslucal). Siklus PTK terdiri dari 4 tahapan, yakni perencanaan tindakan, melakukan tindakan, pengamatan atau observasi dan analisi atau refleksi. e. Action oriented. Dalam PTK selalu didasarkan pada adanya tindakan (tretment) tertentu untuk memperbaiki PBM di kelas. Jadi tindakan PTK adalah sarana atau cara untuk memperbaiki masalah dalam PBM yang dihadapi guru di kelas. 3. Tujuan Penelitian Tindakaan Kelas Menurut Kusnandar tujuan penelitian kelas adalah sebagai berikut: a. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar. b. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara terusmenerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat. c. Sebagai sarana untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap sistem pembelajaran yang berkelanjutan yang biasanya menghambat inovasi dan perubahan..
(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33. d. Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran di kelas dengan memngembangkan berbagai jenis keterampilan dan meningkatnya motivasi belajar siswa. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan oleh peneliti di: Nama Sekolah. : SMA Stella Duce Bantul. Alamat. : Ganjuran, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul Yogyakarta. Kode Pos. : 55764. Bentuk sekolah. : Biasa/Konvensional. Status Sekolah. : Swasta. Waktu KBM. : Pagi. Waktu penelitian. : April – Mei. C. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Penelitian ini menggunakan dua siklus terdiri dari empat tahapan yaitu 1. Perencanaan Perencenaan ini dilakukan bersama guru SMA Stella Duce Bantul sebagai mitra. Kegiatan yang dilakukan pada bagian ini adalah (1) merencanakan materi pokok dalam penelitian serta menentukan metode yang di pakai dalam pembelajaran (2) menyusun lembar kerja siswa.
(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34. yang sesuai dengan pembelajaran Reflektif (3) merencanakan teknik pengumpulan data 2. Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan yang berupa kegiatan pembelajaran di kelas dilaksanakan oleh guru dan peneliti. Kegiatan ini meliputi (1) memberikan pretest untuk mengecek pemahaman awal siswa. (2) menerapkan pembelajaran reflektif di kelas dengan latihan soal dengan model berbasis masalah sehingga membuat siswa berpikir lebih mendalam (3) melakukan tanya jawab dan diskusi untuk menilai tingkat keaktifan siswa di kelas (4) mengadakan test untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dan tingkat berpikir tingkat tinggi siswa. 3. Observasi Observasi dilakukan bersama oleh guru Ekonomi kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengamati secara langsung kemudian mencatat hal – hal penting yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. 4. Refleksi Refleksi dilakukan bersama dengan guru mitra. Refleksi ini dilakukan pada setiap pembelajaran dan akhir siklus kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengkaji atau menganalisi segala temuan dan tindakan baik hasil tes tulis, tes unjuk kerja, hasil observasi, hasil pengamatan terhadap hal-hal penting yang terjadi selama pembelajaran berlangsung..
(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35. 5. Siklus ke 2 dilakukan dengan pengulangan mulai dari perencanaa dan, pelaksanaan tindakan dengan memperbaiki kelemahan – kelemahan yang terjadi pada siklus 1 kelemahan dan kekurangan tersebut di dapatkan dari hasil refleksi dan observasi pada siklus 1. Dengan berefleksi dan observasi tersebut peneliti bisa mengetahui apa saja kekurangan yang terjadi pada siklus 1 sehingga pada siklus ke 2 apa yang diharapkan oleh peneliti bisa terwujud dan terlaksana dengan baik.. Gambar 3.1: Siklus PTK Sumber gambar:Natalia,vidia (skripsi Univerisitas Sanata Dharma) (2016). Penggunaan Accelerated Learning untuk meningkatkan motivasi belajar, kemampuan berpikir tingkat tinggi dan meningkatkan rasa senang belajar ekonomi di SMAN 1 DEPOK YOGYAKARTA Tahun pelajaran 2016/2017.. D. Persiapan PTK Persiapan yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas adalah.
(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36. 1. Menyusun RPP yang akan digunakan sebagai perencanaan dalam Implementasi paradigma pedagogi reflektif 2. Membuat soal sesuai dengan KD yang bisa di analisis oleh siswa dalam implementasi paradigma pedagogi reflektif 3. Membuat indikator kemampuan berpikir tingkat tinggi, keaktifan siswa di kelas siswa. E. Subjek Penelitian Subjek penelitia ini adalah siswa kelas X.I SMA Stella Duce Jumlah siswa yang dijadikan subjek penelitian ini sebanyak 20 siswa. F. Teknik dan alat Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan dengan teknik dokumentasi, observasi, dan penilaian hasil belajar. 1. Observasi Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang paling penting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan . Sutrisno Hadi dalam (Sugiyono, 2012:145). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan lembar observasi untuk mengamati hal-hal yang terjadi di dalam kelas dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa di kelas..
(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37. Tabel. 3.1 Indikator Keberhasilan Keaktifan Indikator Keaktifaan siswa di Kelas. a. b. c.. d.. Yang diukur Siswa aktif mengajukan pertanyaan Siswa inisiatif menjawab pertanyaan Keberanian mengungkapkan pendapat (diskusi, bertanya pada teman) Mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru. 2. Tes Hasil Belajar Tes adalah cara yang digunakan atau prosedur yang ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang memberikan tugas dan serangkaian tugas yang diberikan oleh guru sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkat laku atau prestasi peserta didik (Arikunto, 1992). Penelitian ini menggunakan tes sebagai dasar untuk mengetahui kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, penelitian ini berhasil bila indikator – indikator ini terpenuhi..
(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38. Tabel 3.2 Indikator Berpikir Tingkat Tinggi Siswa No. Indikator. Yang diukur. 1. Menganalisis/C4. 2. Mengevaluasi/C5. 3. Mencipta/C6. Siswa mampu menganalisis permasalaha yang diberikan oleh guru terkait materi yang dipelajari Siswa mampu mengevaluasi pengetahuan atau informasi yang diterima Siswa mampu menciptakan atau membuat sebuah rancangan ide baru dari materi terkait. G. Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif yaitu dengan observasi dan tes soal, sedangkan analisis data kuantitatif yaitu dengan statistik deskriptif. H. Prosedur Penelitian Prosedur dari penelitian ini terdiri dari satu siklus dengan empat tahap kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, observasi,dan refleksi. I. Personalia Penelitian Personalia dalam penelitian ini terdiri dari 1. Mitra kerja. : Th. Seta Nugraha S.Pd. 2. Mitra ahli. : Dr. Yohanes Harsoyo., S.Pd., M.Si. J. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah.
(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39. 1. Indikator keaktifan Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Sebelum implementasi paradigma pedagogi reflektif tingkat keaktifan siswa di kelas X.I yaitu sebesar 40%. Target keberhasilan keaktifan siswa di kelas setelah implementasi paradigma pedagogi reflektif adalah sebesar 55%. siswa. aktif dari keseluruhan jumlah siswa X.I. 2. Indikator Berpikir Tingkat Tinggi Berpikir Tingkat Tinggi merupakan suatu proses berpikir anak didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang di kembangkan dari berbagai aspek dan. metode. kognitif. dan. taksonomi. pembelajaran.. Pengukuran. kemampuan berpikir tingkat tinggi dilakukan dengan cara memberi tes yang dirancang bersama guru setelah materi pelajaran diberikan. Variabel ini diukur dengan. menggunakan 3 indikator. yaitu kemampuan. menganalisis (C4), kemampuan mengevaluasi (C5), dan kemampuan mencipta (C6). Cara menganalisis data pada variabel berpikir tingkat tinggi yaitu tes tertulis. Dari kemampuan berpikir tingkat tinggi kelas X.I sebelum. implementasi. paradigma. pedagogi. reflektif. yaitu. 5%.. Implementasi paradigma pedagogi reflektif dikatakan berhasil apabila siswa mampu menggunakan kemampuan menganalisis, mengevaluasi, bahkan menciptakan pemecahan masalah dalam mengerjakan soal dan aktifitas kegiatan di kelas. Target keberhasilan berpikir tingkat tinggi dalam penelitian ini sebesar 75% ini berarti minimal 15 dari keseluruhan.
(58) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40. siswa kelas X.I diharapkan memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi dengan melihat ulangan harian pada pembelajaran ekonomi, setelah implementasi pedagogi reflektif..
(59) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41. BAB IV GAMBARAN UMUM SMA STELLA DUCE BANTUL. A. Sejarah Singkat SMA Stella Duce Bantul Sejarah keberadaan SMA Stella Duce Bantul dimulai dengan berdirinya Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Sugiyo Pranoto (SUPRA) pada tahun 1967 oleh Badan Usaha Pendidikan Katholik “Putra Bakti”. Latar belakang dari pendirian sekolah ini adalah semangat untuk mewartakan Kerajaan Allah dan mengangkat derajat pendidikan kaum muda. Pada waktu itu gedung yang dipakai adalah gedung SMP Kanisius Ganjuran, sebagai kepala sekolah dijabat oleh F. Sugiyanto, BA. Sekolah ini pada awalnya menampung para siswa lulusan dari SMP Kanisius Ganjuran dan SMP Putra Bakti Ganjuran. Pengajar sekolah ini sebagian besar berasal dari guru-guru yang mengajar di SMP Kanisius Ganjuran. Seiring dengan perkembangan waktu pemerintah menetapkan persyaratan bahwa setiap sekolah harus memiliki gedung sendiri, sedangkan Yayasan Putra Bakti tidak mampu untuk membangun gedung sekolah. Maka pada tahun 1979 pengurus Yayasan Putra Bakti melimpahkan wewenangnya kepada Yayasan Tarakanita, dengan surat keputusan tertanggal 10 Maret 1979 No. 02/BUKP/PB/79. Sebagai Kepala Sekolah yang baru adalah Dra. Sr. Cecilio, CB. Kemudian SPG SUPRA diganti menjadi SPG Stella Duce II Yogyakarta dengan Surat Keputusan No. 207/B/VIII/79 tertanggal 20 Agustus 1979. Berkat usaha keras yang dilakukan oleh Dra. Sr. Cecilio, CB. sebagai kepala sekolah beserta peran serta para guru SPG Stella Duce II Yogyaka,.
(60) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42. sedikit demi sedikit mulai membangun gedung sekolah dengan menempati tanah hak guna bangunan atas nama Tarekat Konggregasi Suster-Suster Carrolus Borromeus. Dari tahun ke tahun sekolah ini semakin berkembang, para siswanya sebagian berasal dari luar daerah, maka mulailah dibangun asrama putra dan putri. Mengikuti kebijakan pemerintah, pada tahun 1989 SPG Stella Duce II Yogyakarta beralih fungsi menjadi SMA Stella Duce III Yogyakarta dengan status “disamakan”. Pada tahun 1996 terjadi pergantian kepala sekolah dari Dra. Sr. Ceicilio, CB. kepada Dra. Sr. Jacintha, CB. Selama kepemimpinan Dra. Sr. Jacintha, CB.banyak hal sudah dilakukan, diantaranya membangun lapangan bola basket, konblokisasi halaman depan, sarana dan prasarana olahraga dan seni. Pada Juli 2003 terjadi serah terima jabatan kepala sekolah dari Dra. Sr. Jacintha, CB. kepada Sr. Lidwiana Purna Harjani, CB., S.Pd. Beberapa pembangunan yang pernah dilakukan adalah pembangunan ruang baca dan ruang Laboratorium Biologi, pembenahan ruang TU dll. Pada tahun 2005 terjadi lagi rotasi kepala sekolah dari Sr. Lidwiana Purna Harjani, CB., SPd. kepada Agustinus Suwardi, S.Pd. Untuk pertama kalinya jabatan sekolah dijabat oleh awam. Pada tahun 2006 terjadi bencana gempa bumi yang mengakibatkan gedung sekolah dan berbagai fasilitas sekolah mengalami kerusakan parah. Saat itu proses belajar mengajar terpaksa diselenggarakan di tenda-tenda dan bangunan-bangunan sementara yang terbuat dari bambu. Renovasi terhadap gedung sekolah dilakukan oleh Yayasan Tarakanita Pusat dan selesai pada tahun 2008..
(61) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43. Pada tahun 2008 Drs. P. Susilo Kristiyanto menggantikan Agustinus Suwardi, SPd.. sebagai kepala sekolah. Hal ini merupakan jabatan kepala. sekolah dari awam yang ke-2. Pada tahun 2012 Drs. P. Susilo Kristiyanto mengakihiri masa jabatannya dan kemudian digantikan oleh Dra. Sr. Adriani, CB. Pada tahun pelajaran 2013/2014 Dra. Sr. Adriani, CB. mendapatkan tugas perutusan di Bengkulu sebagai Kepala Kantor Wilayah. Jabatan kepala sekolah digantikan oleh Sr. Fidelis Budiriastuti, CB., S.Pd. Selama satu tahun Sr. Fidelis Budiriastuti, CB., S.Pd. menjabat sebagai Kepala Sekolah dan kemudian beliau mendapatkan tugas perutusan baru sebagai Wakil Kepala Sekolah bidang kesiswaan di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Mulai tahun pelajaran 2014/2015 kepala sekolah dijabat oleh Drs. F. Yuni Wantoro, yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum hingga sekarang. Untuk yang ke-3 kalinya jabatan Kepala Sekolah di SMA Stella Duce Bantul dijabat oleh awam. B. Visi, Misi dan Tujuan SMA Stella Duce Bantul 1. Visi Sekolah Terciptanya wahana pendidikan yang profesional untuk membentuk peserta didik yang berkepribadian utuh, bermutu, dan bersahabat dengan sesama dan alam. Visi tersebut disingkat “PRIMUSA” (Pribadi utuh, bermutu, dan bersahabat). 2. Misi Sekolah a.. Mengembangkan peserta didik memiliki Kecerdasan Spiritual(SQ)..
(62) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44. b.. Mengembangkan peserta didik memiliki Kecerdasan Intelektual(IQ).. c.. Mengembangkan peserta didik memiliki Kecerdasan Emosional (EQ).. d.. Mengembangkan peserta didik memiliki Kecerdasan Kecerdasan Daya Juang (AQ).. e.. Membentuk peserta didik memiliki pribadi yang tertib, disiplin, dan dan kreatif.. f.. Membentuk peserta didik memiliki pribadi yang berbelarasa terhadap yang lemah dan berkesesakan.. g.. Mengembangkan peserta didik memiliki sikap peduli terhadap sesama dan lingkungan alam.. 3. Tujuan Sekolah a.. Terbentuknya peserta didik yang memiliki keimanan yang berlandaskan cinta kasih. b.. Berkembangnya kualitas intelektual peserta didik sehingga dapat lulus 100%. c.. Berkembangnya kualitas intelektual peserta didik sehingga 75% lulusannya dapat melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. d.. Terbentuknya peserta didik yang memiliki pribadi yang tertib, disiplin, dan kreatif. e.. Berkembangnya kualitas kepribadian peserta didik dalam kepekaan rasa dan daya juang.
(63) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45. f.. Terbentuknya kepribadian yang berbelarasa terhadap sesama terutama yang lemah dan berkesesakan.. g.. Berkembangnya kualitas pribadi peserta didik yang peduli terhadap sesama dan lingkungan alam.. C. Pendidikan Karakter Tarakanita 1. Compassion (C) a.. Mewujudkan kepedulian dan solidaritas mereka yang lemah, baik jasmani maupun rohani seperti teladan Buda Elisabeth. b.. Membuat kebijakan yang mendukung kepribadian yang kecil, lemah, dan Tersisih. c.. Mencintai dengan tulus melampaui batas-batas suku, agama, ras, budaya, dan status sosial tanpa deskriminasi. d. Turut serta merasakan penderitaan orang lain dengan sikap empati dan keramahan e. Melayani demi “keselamatan” anak-anak yang dilayani f. Mengembangkan sikap murah hati di antara para “pelayan pendidikan” maupun peserta didik g. Melayani dengan semangat “demi cinta Allah aku akan menolong mereka yang berkesesakan hidup, maka aku akan cukup kaya dengan rahmat dan cinta Allah 2. Celebration (C1).
(64) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46. a. Melayani dengan penuh kegembiraan b. Mewujudkan sikap kerendahan hati dengan menyadari bahwa kita hanyalah alat di tangan Tuhan c. Mengembangkan sikap hidup yang beriman dan berpengharapan d. Mengembangkan dan mengamalkan talenta demi kebaikan bersama e. Mensyukuri hidup sebagai anygerah f. Kerelaan untuk selalu berterima kasih dengan tulus, tanpa banyak mengeluh maupun menuntut g. Kesiapsediaan yang tinggi dalam melayani anak-anak yang menjadi fokus pelayanan h. Mampu melihat berbagai peristiwa dalam pelayanan 3. Competence (C2) a. Menciptakan ruang gerak untuk berkembangnya pemberdayaan dan pemandirian. b. Mengembangkan kecakapan hidup secara optimal dan seimbang c. Melayani penuh tanggung jawab d. Mengembangkan budaya eksplorasi e. Memperlakukan peserta didik sebagai rekan belajar f. Memperhatikan profesionalitas g. Mengembangkan pengetahuan tentang lingkungan h. Memelihara keimbangan ekosistem di lingkungan sekitar i. Memberi ruang untuk berkembangnya IQ, EQ, SQ, dan AQ secara.
(65) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47. seimbang kepada tiap pribadi dan tanpa diskriminasi j. Mampu memanfaatkan sarana prasarana yang memadai untuk perkembangan k. Membuka diri terhadap perkembangan iptek, arus modernisasi, dan globalisasi secara kritis dan realitis l. Menanggapi peluang dalam pelayanan m. Menghargai kejujuran ilmiah 4. Conviction (C3) a. Melestarikan tradisi dan budaya yang mencerminkan kekayaan bangsa dan gereja b. Memiliki ketetapan hati yang terbuka, sedia beradaptasi dengan lingkungan secara positif c. Mengembangkan keberanian menanggung risiko dalam pelayanan d. Mewujudkan dan mengembangkan pelayanan yang dilaksanakan dengan setia dan konsisten e. Memiliki kesadaran pribadi untuk melaksanakan norma dan sistem yang berlaku dalam lembaga f. Melakukan refleksi dan evaluasi g. Bertekun dalam menghadapi dan mengatasi tantangan h. Menciptakan. suasana. kegembiraan,. kedamaian,. menghormati dalam komunitas pelayanan i. Pantang menyerah dalam berusaha untuk maju 5. Creativity (C4). dan. saling.
(66) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48. a. Menyumbangkan gagasan secara kreatif, waktu. dan tenaga demi pelayanan yang optimal b. Cepat tanggap melihat dan memanfaatkan peluang secara positif c. Menciptakan sesuatu yang baru d. Memiliki banyak ide dan melaksanakan secara konkrit dan sesuai tata cara lembaga e. Berani berubah dan mengubah f. Menggali dan mengembangkan potensi yang ada g. Mengembangkan kepemimpinan dialogis, partisipatif, visioner, transformatif, dan sapientia h. Mau bertanya dan belajar dari yang lain i. Menciptakan peluang terwujudnya pemberdayaan dalam komunitas pendidikan, khususnya perempuan j. Memiliki semangat dan ketekunan untuk terus belajar 6. Community (C5) a. Saling mendukung, memperhatikan, dan menghargai b. Saling menerima kelebihan dan keterbatasan untuk dapat saling Melengkapi dalam pelayanan yang lebih optimal c. Terbuka dalam membangun relasi dan kerja sama dengan pihak lain d. Mengembangkan semangat korps e. Mengupayakan persaudaraan sejati lintas agama, budaya, tingkat sosial, dan suku, serta mengembangkan wawasan kebangsaan f. Menciptakan suasana at home di komunitas.
(67) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49. g. Menciptakan semangat rekonsiliasi, damai dengan diri, sesama, Tuhan, dan alam ciptaan Tuhan h. Mengembangkan semangat musyawarah dan dialog yang seimbang i. Menciptakan kebersamaan dan suasana persaudaraan kristiani yang tulus, saling mendukung, dan mempercayai j. Melaksanakan pelayanan dengan semangat kegembiraan, kesederhanaan, keramahan dan keterbukaan k. Mengembangkan semangat berbagi tanpa pamrih dan murah hati D. KPKC (Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan) a. Mendahulukan kewajiban dari pada hak b. Menghargai martabat sesama c. Memperlakukan orang lain dengan adil d. Melakukan penghematan energi e. Menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan f. Hidup sederhana selaras dengan alam E. Kedisiplinan dan Kejujuran a. Berperilaku benar sesuai aturan b. Menaati tatatertib c. Bisa menghargai waktu d. Bisa membuat skala prioritas e. Mampu mengungkap kebenaran f. Mengakui/ melaporkan kesalahan yang dibuatnya g. Mampu menentukan pilihan atas perilaku yang benar.
(68) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50. F. Kurikulum SMA Stella Duce Bantul 1. Konsep Pembelajaran tuntas Pembelajaran tuntas (mastery learning) adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh Standar Kompetensi (SK) maupun Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran tertentu.. Pola. pembelajaran. tersebut. menggunakan prinsip ketuntasan secara individual. (Juknis KTSP, 2010). Asumsi yang digunakan dalam belajar tuntas adalah peserta didik dapat belajar apapun, hanya waktu yang dibutuhkan yang berbeda. Peserta didik yang belajar lambat perlu waktu lebih lama untuk materi yang sama, dibandingkan peserta didik pada umumnya. (Permendikbud No. 81 A Tahun 2013) 2. Prinsip – prinsip pembelajaran tuntas a. Kompetensi yang harus dicapai peserta didik dirumuskan dengan urutan yang hirarkis; b. Penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan patokan; c. Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai kreteria ketuntasan minimal; d. Program pengayaan diberikan kepada peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar lebih awal. 3. Bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial.
(69) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51. a. Pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda jika jumlah peserta yang mengikuti remedial lebih dari 50%; b. Pemberian tugas-tugas kelompok, jika jumlah peserta yang yang mengikuti remedial lebih dari 20% tetapi kurang dari 50% c. Pemberian. bimbingan. secara. khusus,. misalnya. bimbingan. perorangan jika jumlah peserta didik yang mengikuti remedial maksimal 20%; d. Pembelajaran remedial dan penilaiannya dilaksanakan di luar jam tatap muka..
Gambar
Dokumen terkait
Sadirman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hlm.. bakatnya untuk mencapai sebuah prestasi yang unggul, selain itu faktor
1 Persiapan Pelaksanaan Penyelesaian / penerimaa Aduan (rapat, survey) Jumlah petugas 20 orang 20 orang 31.820.000. 2 Pelaksanaan Penyelesaian Jumlah kasus 16 5 10
Eskuzko prentsaketa egiten den bitartean, gaztari forma ere eman behar zaio. Hori dela eta, aurretik aipatutako gaztanontziak erabiltzen ziren. Tek- nika hau mundu guztian
(2) Untuk menjalankan perbuatan hukum berupa transaksi yang memuat benturan kepentingan antara kepentingan ekonomis pribadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris atau
Subyek penelitian dalam tulisan ilmiah ini adalah seseorang yang memahami topik dan juga kemampuan dalam menjalankan dan mengimplementasikan bagaimana
Seraya mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut dengan baik penerbitan buku “ KECAMATAN KARTASURA DALAM ANGKA TAHUN 2015 “ yang telah
Selamat pagi/siang Bapak/Ibu, pada hari ini, saya dr. Siti Hajar akan melakukan penelitian yang berjudul “Perbandingan Gambaran Optic nerve Head Dengan Optical
Pembina Teknis penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung adalah Menteri Pekerjaan Umum. Dan Instansi