• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul-12 Pembinaan PPKBD, Sub PPKBD Dan Poktan LDU (F)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul-12 Pembinaan PPKBD, Sub PPKBD Dan Poktan LDU (F)"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan Program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) antara lain ditandai dengan adanya penurunan laju pertumbuhan penduduk, penurunan tingkat fertilitas, peningkatan kesadaran masyarakat tentang makna keluarga kecil, dan peningkatan kepedulian serta peran serta masyarakat dalam mengelola program KKB yang dilakukan oleh Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD), Sub PPKBD dan Kelompok Kegiatan (Poktan), LSOM, swasta, tokoh masyarakat, dan institusi pemeritah terkait lainnya.

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dalam Bab X pasal 58 dikatakan bahwa setiap penduduk mempunyai kesempatan untuk berperan serta dalam pengelolaan kependudukan dan pembangunan keluarga. Peran serta yang dimaksud dilakukan oleh setiap individu, lembaga swadaya masyarakat, organisasi, dan pihak swasta.

Untuk meningkatkan keberhasilan Program KKBPK pada masa yang akan datang, kepedulian dan peran serta masyarakat sangat strategis. Berkaitan dengan hal tersebut, penumbuhan, pembinaan, dan pengembangan PPKBD, Sub PPKBD dan Poktan perlu terus dikembangkan peran baktinya mulai dari klasifikasi dasar, klasifikasi berkembang, hingga klasifikasi mandiri sehingga dapat membina kelompok-kelompok kegiatan yang meliputi Bina Keluarga Balita/BKB, Bina Keluarga Remaja/BKR, Bina Keluarga Lansia/BKL, dan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera/ UPPKS).

B. Deskripsi singkat

Selamat! Anda sedang mempelajari modul pembelajaran tentang Pembinaan Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD), Sub PPKBD dan Kelompok Kegiatan (Poktan). Mari kita cermati dan rasakan setiap pokok dan subpokok bahasannya karena pengembangan pembinaan tenaga PPKBD, Sub PPKBD dan Kelompok Kegiatan (Poktan) dapat berpengaruh pada pelaksanaan program KKB Nasional di lapangan. Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda mampu memahami dan mengelola PPKBD, Sub PPKBD dan Poktan sesuai dengan dinamika pelaksanaan program KKB di lapangan. Modul ini dibagi menjadi tiga kegiatan belajar, dengan perincian sebagai berikut.

Kegiatan belajar 1 Kegiatan belajar 2 Kegiatan belajar 3 : : :

Konsep dasar PPKBD, Sub PPKBD dan Kelompok Kegiatan Pembinaan PPKBD, Sub PPKBD dan Kelompok Kegiatan Pengelolaan PPKBD, Sub PPKBD dan Kelompok Kegiatan

(2)

2

C. Manfaat Modul

Modul ini diharapkan bermanfaat bagi para peserta diklat untuk membekali pengetahuan tentang Pembinaan PPKBD, Sub PPKBD dan kelompok kegiatan sehingga dapat meningkatkan profesionalisme sebagai penyuluh Keluarga Berencana.

D. Standar Kompetensi

1. Kompetensi Dasar

Setelah selesai mengikuti pembelajaran, peserta diklat diharapkan mampu mempraktikkan pembinaan Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD), Sub PPKBD dan Kelompok Kegiatan (Poktan)

2. Indikator Keberhasilan

Setelah selesai mengikuti pembelajaran, peserta diklat diharapkan dapat: a. Menjelaskan konsep dasar pembinaan PPKBD, Sub PPKBD dan Poktan b. Mempraktikkan pembinaan PPKBD, Sub PPKBD dan Poktan

c. Mendiskusikan pengelolaan PPKBD, Sub PPKBD dan Poktan

E. Materi Pokok

1. Konsep dasar pembinaan PPKBD, Sub PPKBD dan Poktan a. Pengertian PPKBD, Sub PPKBD dan Poktan

b. Tujuan PPKBD, Sub PPKBD dan Poktan c. Peran PPKBD, Sub PPKBD dan Poktan 2. Pembinaan PPKBD, Sub PPKBD dan Poktan

a. Klasifikasi PPKBD, Sub PPKBD b. Klasifikasi Poktan

c. Pembinaan dan Pengembangan PPKBD, Sub PPKBD dan Poktan 3. Pengelolaan PPKBD, Sub PPKBD dan Poktan

a. Pengelolaan PPKBD, Sub PPKBD b. Pengelolaan Poktan

F. Petunjuk Belajar

Untuk mencapai hasil pembelajaran, peserta diklat perlu mengikuti beberapa petunjuk antara lain sebagai berikut.

1. Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan Kegiatan Belajar 1 dan seterusnya. Sebelum Anda benar-benar paham tentang materi pada tahap awal, jangan membaca materi pada halaman berikutnya. Lakukan pengulangan pada halaman tersebut sampai Anda benar-benar memahaminya.

2. Jika Anda mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau sub bahasan tertentu, diskusikan dengan teman Anda atau fasilitator yang sekiranya dapat membantu untuk memahami materi modul ini.

(3)

3

BAB II

PEMBINAAN PPKBD, SUB PPKBD DAN POKTAN

Indikator Keberhasilan :

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan dapat menjelaskan pembinaan PPKBD, Sub PPKBD dan Poktan dalam pelaksanaan program KKBPK.

A. Pengertian PPKBD, Sub PPKBD dan Poktan

Pelaksanaan Program KKBPK di tingkat Desa/Kelurahan pada era otonomi daerah tidak mungkin dilaksanakan oleh Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) semata. Hal ini perlu dukungan peran serta Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD) dan Sub PPKBD untuk ikut berpartisipasi membina kelompok kegiatan yang ada (BKB, BKR, BKL, dan UPPKS) dalam upaya pengembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera khususnya Program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) di tingkat lini lapangan di Kelurahan dan Pedesaan.

Pembinaan tenaga PPKBD, Sub PPKBD dan Poktan adalah upaya perorangan atau kelompok yang mempunyai pengaruh dalam masyarakat dan pranata serta mempunyai tujuan membantu keberhasilan Program Kependudukan dan KB. Adapun upaya pengembangan PPKBD, Sub PPKBD dan Poktan adalah suatu upaya untuk meningkatkan institusi masyarakat secara kuantitas sehingga jumlahnya merata keseluruh wilayah pedesaan/perkotaan dan meningkatkan institusi masyarakat secara kualitas sehingga perannya semakin besar ke arah institusi masyarakat yang mandiri. Untuk itu, perlu diupayakan pengembangan peran institusi masyarakat. Pengembangan peran institusi masyarakat ialah upaya mengembangkan institusi masyarakat secara berkualitas, yaitu dari institusi masyarakat klasifikasi dasar ke institusi masyarakat klasifikasi berkembang dan kemudian ke institusi masyarakat klasifikasi mandiri yang meliputi:

1. PPKBD (Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa) adalah seorang atau beberapa orang kader yang secara sukarela berperan aktif melaksanakan/ mengelola program KKB di tingkat Desa/Kelurahan. Memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat berwenang sebagai pembantu pembina penyelenggaraan program KKB di Desa/Kelurahan untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan dan pelayanan KB dan KS, membina kelompok kegiatan, mencatat dan melaporkan kegiatan yang dilakukan secara rutin. 2. Sub PPKBD (Sub Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa) adalah seorang atau beberapa orang kader yang secara sukarela berperan aktif melaksanakan/mengelola program KKB di tingkat dusun/Rukun Warga (RW). 3. Kelompok Kegiatan (Poktan) adalah wadah kegiatan Program KKB yang

berkaitan dengan Penundaan Usia Perkawinan, Pengaturan Kelahiran, Pembinaan Ketahanan Keluarga dan Peningkatan Kesejahteraan Keluarga. Kelompok kegiatanmerupakan bagian kegiatan dari PPKBD dan Sub-PPKBD.

(4)

4

4. Kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) adalah kelompok kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, keterampilan dan sikap ibu serta anggota keluarga lainnya dalam membina tumbuh kembang anak usia di bawah lima tahun (Balita), melalui optimalisasi rangsangan emosional, moral dan sosial. Sedangkan Keluarga Balita adalah pasangan suami istri yang mempunyai anak Balita, atau ayah yang mempunyai anak Balita, atau ibu yang mempunyai anak Balita.

Cakupan anggota kelompok BKB ber-KB adalah upaya pembinaan oleh kader BKB terhadap anggotanya, khususnya yang masih PUS untuk menjaga kelangsungan ber-KB melalui pembinaan kelompok

Kelompok BKB pada hakikatnya merupakan wadah pembinaan kelangsungan ber-KB bagi para keluarga Balita anggota BKB, khususnya yang masih PUS, baik untuk mengatur jarak kelahiran maupun untuk membatasi jumlah anak yang sudah dimilikinya.

5. Kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) adalah kelompok kegiatan beranggotakan keluarga yang memiliki anak dan remaja untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua dan atau anggota keluarga lainnya dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kenbang anak dan remaja melalui komunikasi efektif antara orangtua dan anak remaja.

6. Kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL) adalah kelompok kegiatan untuk membina keluarga lansia dalam upaya meningkatkan kepedulian dan peran keluarga dalam mewujudkan lanjut usia yang sehat, mandiri, produktif, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

7. Kelompok Usaha Peningkatan Penghasilan Keluarga Sejahtera (UPPKS) adalah kegiatan ekonomi produktif yang beranggotakan keluarga pra sejahtera (KPS) dan Sejahtera I sampai Sejahtera III+, baik yang belum maupun yang sudah menjadi peserta KB.

B. Tujuan Pembinaan PPKBD, Sub PPKBD dan Poktan

Secara umum pengembangan pembinaan PPKBD, Sub PPKBD dan poktan bertujuan untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta institusi masyarakat untuk menjadi pengelola dan pelaksana Program KKB Nasional yang dinamis dan mandiri. Adapun secara khusus, pembinaan ini diharapkan dapat meningkatkan dan memantapkan kepedulian dan peran serta PPKBD, Sub-PPKBD dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kebijakan pengendalian kuantitas penduduk melalui pengendalian kelahiran, penurunan angka kematian, dan pengarahan mobilitas penduduk. Untuk kebijakan program Keluarga Berencana, pembinaan ini diharapkan dapat membantu calon atau pasangan suami istri dalam mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi secara bertanggung jawab tentang usia ideal perkawinan, usia ideal untuk melahirkan, jumlah ideal anak, jarak ideal kelahiran anak, dan penyuluhan kesehatan reproduksi. Kebijakan pembangunan keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga dengan cara pemberian akses informasi, pendidikan, penyuluhan, konseling tentang peningkatan kualitas anak, peningkatan kualitas remaja, peningkatan kualitas hidup lansia, pemberdayaan keluarga

(5)

5

rentan dengan memberikan perlindungan, bantuan, dan peningkatan kualitas lingkungan keluarga.

C. Peran Pembinaan PPKBD, Sub PPKBD dan Poktan

Pembinaan PPKBD dan Sub PPKBD merupakan upaya konkret penggerakan program KKBPK yang sangat efektif di lapangan karena setiap kader PPKBD dan Sub PPKBD telah memiliki wilayah binaan masing-masing secara berjenjang, seperti koordinator PPKBD memiliki wilayah binaan satu Desa, PPKBD satu dusun, Sub PPKBD dan Kelompok KB KS satu RT. Jadi, tidak ada satu wilayah pun di Indonesia yang tidak terjangkau oleh pembinaan kader PPKBD dan Sub PPKBD.

Peran kelompok kegiatan terhadap program KKB pada hakikatnya merupakan wadah pembinaan kelangsungan ber-KB bagi para keluarga anggota kelompok BKB, BKR, BKL, dan UPPKS, khususnya yang masih PUS, baik untuk mengatur jarak kelahiran maupun untuk membatasi jumlah anak yang sudah dimilikinya. Khusus untuk UPPKS, UPKS berperan juga dalam meningkatan pendapatan keluarga melalui usaha ekonomi produktif.

Dinamika yang terjadi dalam masyarakat diharapkan bersumber dari masyarakat itu sendiri yang memutuskan dan melaksanakan program KKB sesuai dengan rencana yang sudah sepakati. Lebih jauh lagi, kesepakatan telah diambil dari dalam masyarakat sendiri. Semakin berkurangnya peran masyarakat terhadap kesepakatan, semakin besarlah peluang, kesempatan, atau orang-orang yang tidak mendukung kesepakatan tersebut atau bahkan keputusan-keputusan itu dianggap keliru.

Untuk itulah, mengapa PPKBD dan Sub-PPKBD harus tetap eksis di lapangan dan senantiasa mengikuti perkembangan paradigma program KKB. Karena Kader PPKBD, Sub PPKBD yang terdiri atas Koordinator PPKBD, PPKBD, Sub PPKBD, dan Kelompok KB/KS selama ini memiliki peran yang sangat besar dalam mendukung suksesnya Program KKB Nasional. Tanpa dukungan dan kerja keras PPKBD dan Sub-PPKBD maka program KB Nasional akan menemui banyak hambatan di masyarakat. Keberadaan PPKBD dan Sub-PPKBD telah mencakup seluruh Desa, dusun, hingga tingkat RT yang ada di Indonesia, strategi penggerakan masyarakat dapat memakan waktu yang cukup lama, mengingat masyarakat Indonesia yang cukup heterogen dengan latar belakang yang berbeda pula, baik dilihat dari segi pendidikan, suku, agama, ekonomi, sosial, budaya, maupun demografi.

Kader PPKBD dan Sub PPKBD adalah pekerja sosial yang tangguh. Pelaksanaan tugas PPKBD dan Sub PPKBD di lapangan, dengan segala keterbatasan yang ada dilihat dari segi biaya operasional dan sarana. Keuletan dan kecerdasan berpikir harus dimiliki oleh PPKBD dan Sub PPKBD, baik dalam merencanakan sampai pada updating data pada laporan hasil pelaksanaan program KKB di wilayah tugas dengan legalitas SK Kepala Desa atau Camat tentang keberadaan institusi ini di semua wilayah. Alasan lain yang dapat dikemukakan PPKBD dan Sub PPKBD dikatakan sebagai pekerja sosial yang tangguh karena PPKBD dan Sub-PPKBD bekerja dengan tekun dan penuh keikhlasan walaupun tidak digaji. Membangun paradigma berpikir bahwa menjadi kader PPKBD

(6)

6

dan Sub-PPKBD tidak dapat dijadikan media atau jalan pintas untuk mencari uang/materi, tetapi lebih cenderung ke arah mencari ―amal‖ untuk kebaikan masyarakat dan kehidupan pribadinya kelak di zaman yang lebih abadi (akhirat).

Sementara itu sampai saat ini, Kader PPKBD dan Sub PPKBD telah memiliki format peran terhadap program KKB yang begitu jelas dan benar-benar dirasakan oleh setiap kader PPKBD dan Sub PPKBD. Format peran tersebut dikemas dalam bentuk ―Enam Peran Bakti Institusi‖. Enam peran bakti institusi ini telah menjadi semacam motor penggerak bagi PPKBD dan Sub PPKBD untuk mengaktualisasikan jiwa sosial dan empatinya terhadap kesejahteraan keluarga dan masyarakat yang diyakini dapat dicapai melalui program KKB.

Menurut Raharjo (1989) berdasarkan kelompok/institusi kepentingan masyarakat, ada tiga tahap kemajuan institusi masyarakat. Tahap tersebut meliputi institusi swakarsa, institusi swakarya, dan terakhir adalah institusi mandiri. Ciri-ciri institusi swakarsa pada umumnya adalah:

1. memiliki anggota antara 15-20 orang, bisa pula lebih kecil, misalnya 5 sampai dengan 10 orang;

2. membentuk pengurus, setidak-tidaknya ada ketua, sekretaris dan bendahara, serta anggota;

3. menyusun program kerja,

4. menyelenggarakan pertemuan rutin,

5. memulai spembinaan tenaga IMP Pengendalian Penduduk, KB-KR&KS-PK, dan 6. mempunyai pengurus.

Tahap ini harus dibina sampai jangka waktu tertentu guna bisa meningkat ke tahap berikutnya.

Selanjutnya, institusi harus bisa beralih ke tahap berikutnya yaitu institusi swakarya, dengan ciri-ciri:

1. mulai memiliki peraturan yang sederhana semacam AD/ART;

2. sudah bisa menjalankan administrasi dan pembukuan guna mencatat kegiatan; 3. bisa memulai usaha atau memasukkan usaha individual sebagai bagian dari

kegiatan institusi;

4. mulai bisa menyisihkan modal untuk dipinjam oleh anggota dan kalau diperlukan bisa mengusahakan modal dari luar;

5. sudah memiliki kader Andalan, terutama dari kalangan yang muda; dan 6. kelompok itu harus terus dikembangkan sehingga menjadi kelompok mandiri.

Berdasarkan pendapat tersebut, upaya mengoptimalkan peran kader PPKBD dan Sub PPKBD dalam rangka menggiatkan/menggerakkan program KKB dilakukan dengan menumbuhkembangkan forum komunikasi kader PPKBD, Sub PPKBD dan menata institusi agar dapat eksis baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan. Dengan adanya forum komunikasi ini dan dikuatkan dengan SK Bupati/Camat, kader PPKBD dan Sub PPKBD dapat lebih leluasa bergerak, saling berkomunikasi, berpembinaan, maupun berkreasi dalam menciptakan kegiatan-kegiatan yang memiliki kontribusi positif terhadap program KKB, termasuk kegiatan yang punya ―nilai jual‖, misalnya menyelenggarakan seminar, lokakarya, orientasi, pendidikan/pelatihan, dan sejenisnya

(7)

7

dengan menggandeng pihak-pihak lain yang memiliki kompetensi. Forum dapat menggali dana lewat kontribusi peserta dan donatur yang tidak mengikat. Walaupun jalan menuju kondisi ideal sangat sulit untuk dicapai. Tetapi pemberdayaan kader PPKBD, Sub-PPKBD di masa sekarang dan yang akan datang meupakan tuntutan yang tidak bisa ditawar-tawar, dalam rangka pembangunan program KKB di Indonesia.

Dalam upaya perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera PPKBD, Sub PPKBD sebagai wadah peran serta masyarakat pada tingkat Desa ke bawah perlu ditumbuhkan, dibina dan dikembangkan, upaya tersebut secara bertahap dengan sasaran tumbuh kembangnya satu PPKBD di satu Desa/Kelurahan, satu Sub PPKBD di setiap dusun/RW, satu kelompok KB disetiap RT serta tumbuh dan berkembangnya kelompok-kelompok Dasawisma di lingkungan RT. Untuk itu wilayah-wilayah tertentu bisa dikembangkan lebih dari satu sesuai dengan kondisi wilayah-wilayah dan cakupan sasaran.

Pengembangan struktur PPKBD dan Sub PPKBD merupakan upaya pengembangan kuantitas (jumlah) PPKBD, Sub PPKBD di setiap tingkatan wilayah yang mengacu pada 5 (lima) Pola Pembinaan Keluarga yaitu sebagai berikut.

Pola I : PPKBD langsung membina anggota keluarga/PUS/Peserta KB

Pola II : PPKBD membina Sub-PPKBD dan Sub-PPKBD anggota Keluarga/ PUS/Peserta KB

Pola III : PPKBD membina Sub-PPKBD, Sub-PPKBD membina kelompok KB, dan Kelompok KB membina anggota keluarga PUS/Peserta KB.

Pola IV : PPKBD membina Sub-PPKBD, Sub-PPKBD membina kelompok KB, Kelompok KB membina Dasawisma, dan Dasawisma membina anggota keluarga/PUS/Peserta KB.

Pola V : PPKBD membina Sub-PPKBD, Sub PPKBD membina kelompok KB, Kelompok KB membina Dasawisma, Dasawisma membina keluarga, dan keluarga anggota keluarga/PUS/Peserta KB

Untuk dapat mengembangkan kuantitas PPKBD, Sub PPKBD diperlukan data-data yang mencakup :

1. nama institusi/nama ketua/domisili/nomor KTP ketua/jumlah PPKBD 2. nama institusi/nama ketua/domisili/nomor KTP ketua/jumlah Sub PPKBD 3. nama institusi/nama ketua/domisili/nomor KTP ketua/jumlah Kelompok KB 4. jumlah Desa/Kelurahan

5. jumlah dukuh/RK/RW; dan 6. jumlah RT.

Pengembangan fungsi pembinaan PPKBD dan Sub-PPKBD berkaitan dengan aspek kualitas yang ditandai dengan pengembangan 6 Peran Bakti PPKBD, Sub PPKBD yang dilakukan dalam rangka pengembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera. Peran-peran tersebut meliputi:

1. pengorganisasian 2. pertemuan

(8)

8

4. pencatatan, pendataan dan pemetaan sasaran 5. pelayanan kegiatan, dan

6. kemandirian

Untuk menyamakan persepsi tentang peran masing-masing PPKBD, Sub PPKBD, di sini dikemukan masing-masing peran

1. Pengorganisasian

Pembinaan PPKBD dan Sub-PPKBD sebagai wadah berbagai kegiatan di tingkat Desa/Kelurahan ke bawah memerlukan kepengurusan. Kepengurusan PPKBD, Sub-PPKBD diupayakan dikembangkan dari kepengurusan tunggal menjadi kepengurusan kolektif. Kepengurusan kolektif dimaksudkan dalam rangka pembentukan kepengurusan dan pembagian kerja dalam menjalankan peran baktinya. Kepengurusan tunggal biasanya berfungsi sebagai koordinator. Hal ini hanya dapat dilakukan pada institusi PPKBD sesuai kondisi wilayah. Untuk Sub-PPKBD dan Kelompok KB diharapkan kepengurusan bersifat kolektif yang terdiri atas (ketua, sekretaris, bendahara, seksi-seksi, dan anggota). Mengingat kemampuan PPKBD, Sub-PPKBD dalam mengelola Pengembangan Kependudukan dan Keluarga Sejahtera, maka perlu mengintegrasikan kegiatan-kegiatan tersebut kedalam 10 Seksi di LKMD dan dilengkapi dengan tokoh-tokoh masyarakat (tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, tokoh wanita, tokoh pemuda, tokoh ekonomi, dll.) bersama Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB/PKB) untuk menggerakkan kelompok kerja teknis (Pokjanis) dan kelompok kerja kegiatan (Poktan).

2. Pertemuan

Pertemuan rutin dilaksanakan PPKBD dan Sub-PPKBD, baik antarpengurus institusi, konsultasi pengurus dengan PLKB/PKB, maupun dengan petugas lain yang terkait secara berkala dan berjenjang. Pertemuan ini merupakan wadah untuk menyampaikan informasi/data, bimbingan pembinaan, evaluasi, pemecahan masalah, dan perencanaan kegiatan Program KKB Nasional di tingkat lini lapangan.

3. KIE dan Konseling

Pembinaan PPKBD dan Sub-PPKBD melakukan kegiatan penyuluhan, motivasi dan konseling Program KKB Nasional untuk:

a. mendorong peningkatan kesertaan ber-KB yang semakin mandiri

b. mendorong peran serta dan kepedulian masyarakat untuk memberikan perhatian kepada kesehatan dan keselamatan ibu dan keluarganya

c. meningkatkan kesadaran dan kepedulian keluarga terhadap kesehatan reproduksi dalam rangka membina keharmonisan keluarga

d. meningkatkan ketahanan keluarga yang meliputi aspek keagamaan, pendidikan, sosial budaya, cinta kasih dan perlindungan dalam rangka mewujudkan keluarga yang bahagia; dan

(9)

9

e. mendorong keluarga agar mau dan mampu meningkatkan pendapatan keluarga melalui pemberdayaan ekonomi keluarga dalam rangka mewujudkan keluarga sejahtera.

4. Pencatatan, Pendataan dan Pemetaan Sasaran

Pembinaan PPKBD dan Sub-PPKBD melakukan pencatatan kegiatan secara rutin dan ikut melaksanakan pendataan keluarga yang dilakukan satu tahun sekali serta membuat dan melakukan pemetaan sasaran (demografi, pemerintah PUS dan sebagainya) bersama PLKB/PKB. Di samping itu juga mampu memanfaatkan hasil pendataan dan peta sasaran bagi kepentingan pembinaan di tingkat wilayahnya.

5. Pelayanan Kegiatan

Pelayanan kegiatan berkaitan dengan hal-hal berikut.

a. Pendewasaan usia perkawinan, antara lain usia ideal bagi pria dan wanita untuk menikah, kesehatan reproduksi, penanggulangan HIV/AIDs dan penyakit seks menular lainnya, NAPZA, dan sebagainya.

b. Pengaturan kelahiran antara lain pemakian alat kontrasepsi sesuai umur ibu, jumlah anak, jarak kelahiran, dan umur anak terkecil.

c. Pembinaan ketahanan keluarga, antara lain melalui (BKB, BKR, BKL).

d. Peningkatan kesejahteraan keluarga, pemberdayaan ekonomi keluarga melalui Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS)

6. Kemandirian

Upaya-upaya kemandirian yang dilakukan oleh PPKBD dan Sub-PPKBD meliputi kemandirian dalam pengelolaan kegiatan, antara lain:

a. menyalurkan alat kontrasepsi LIBI/Limas;

b. pendanaan kelompok melalui iuran, pembinaan PPKBD, Sub PPKBD dan penjualan produk setempat; dan

c. mendorong kemandirian kelompok kegiatan (Poktan) dalam pelayanan KB.

D. Rangkuman

Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD) adalah seorang atau beberapa orang kader yang secara sukarela berperan aktif melaksanakan/mengelola program KKB Nasional di tingkat Desa/Kelurahan. Memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat berwenang sebagai pembantu pembina penyelenggaraan program KKB di Desa/Kelurahan untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan dan pelayanan KB dan KS, membina kelompok kegiatan, mencatat dan melaporkan kegiatan yang dilakukan secara rutin.

Sub PPKBD (Sub Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa) adalah seorang atau beberapa orang kader yang secara sukarela berperan aktif melaksanakan/mengelola program KKB Nasional di tingkat dusun/Rukun Warga (RW).

(10)

10

Kelompok Kegiatan (Poktan) adalah wadah kegiatan Program KKB Nasional yang berkaitan dengan penundaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Kelompok kegiatan merupakan bagian kegiatan dari PPKBD dan Sub PPKBD.

E. Latihan

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar! 1. Jelaskan yang dimaksud dengan PPKBD?

2. Jelaskan yang dimaksud dengan Sub PPKBD? 3. Jelaskan yang dimaksud dengan kelompok kegiatan? 4. Jelaskan mengapa PPKBD dibentuk?

(11)

11

BAB III

PEMBINAAN PPKBD, SUB PPKBD DAN POKTAN

Indikator Keberhasilan:

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan dapat mempraktikkan pembinaan PPKBD, Sub PPKBD dan Poktan dalam pelaksanaan program KKBPK.

A. Klasifikasi PPKBD, Sub PPKBD

Klasifikasi PPKBD, Sub PPKBD berdasarkan kondisi yang ada di lapangan dan tuntutan perkembangan program yang harus diperankan oleh PPKBD, Sub PPKBD, maka klasifikasi PPKBD, Sub-PPKBD terdiri atas 3 (tiga) yakni klasifikasi dasar, klasifikasi berkembang, dan klafikasi mandiri.

1. Klasifikasi Dasar

PPKBD, Sub PPKBD melakukan peran-peran:

a. Pengorganisasian (kepengurusan dan pembagian tugas sudah ada, kecuali PPKBD dimungkinkan kepengurusannya tunggal sesuai kondisi wilayah;

b. Pertemuan (belum rutin, belum ada rencana kerja, belum ada notulen); c. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE);

d. Pencatatan, pendataan dan pemetaan (pencatatan masih sederhana); e. Pelayanan kegiatan KB secara sederhana meliputi:

1) Pelayanan ulang alkon, 2) Penyaluran alkon kondom, 3) Rujukan,

4) UPPKS, dan

5) Bina keluarga (minimal ada satu bina keluarga); dan

f. Upaya Kemandirian (melaksanakan salah satu dari upaya kemandirian atau tidak ada sama sekali).

Sebagai catatan, penentuan klasifikasi dasar tidak harus 6 peran bakti dilaksanakan secara lengkap (khususnya butir 5, Pelayanan Kegiatan).

2. Klasifikasi Berkembang

PPKBD, Sub-PPKBD melakukan peran-peran:

1. Pengorganisasian (kepengurusan sudah dilengkapi pembagian tugas yang jelas, kecuali untuk PPKBD dimungkinkan kepengurusannya tunggal sesuai kondisi wilayah;

2. Pertemuan (rutin bulanan, ada rencana kerja dan notulen); 3. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dan Konseling;

4. Pencatatan, pendataan dan pemetaan sudah mengikuti pola R/R; 5. Pelayanan kegiatan KB lebih lengkap meliputi:

(12)

12 1) Pelayanan ulang alkon

2) Penyaluran alkon kondom 3) Rujukan

4) Uppks

5) Bina keluarga (minimal ada satu atau dua bina keluarga); dan 6. Upaya Kemandirian (melaksanakan dua kegiatan upaya kemandirian).

3. Klasifikasi Mandiri

PPKBD, Sub-PPKBD melakukan peran-peran:

a. Pengorganisasian (kepengurusan sudah dilengkapi dengan seksi-seksi); b. Pertemuan (rutin bulanan, berjenjang, ada rencana kerja dan notulen); c. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dan Konseling;

d. Pencatatan, pendataan dan pemetaan sudah mengikuti pola R/R; e. Pelayanan kegiatan KB lebih lengkap meliputi:

1) Pelayanan ulang alkon, 2) Penyaluran alkon kondom, 3) Rujukan,

4) UPPKS,

5) Bina Keluarga (ada tiga atau empat bina keluarga); dan

f. Upaya kemandirian (melaksanakan tiga kegiatan upaya kemandirian).

Untuk memudahkan pemantauan perkembangan kuantitas dan kualitas PPKBD, Sub PPKBD perlu melakukan pemetaan kondisi PPKBD, Sub PPKBD dengan jenjang sebagai berikut:

1. Tingkat dusun/RW membuat:

a. Peta Kuantitas Kelompok KB dan b. Peta Kualitas Kelompok KB 2. Tingkat Desa/Kelurahan membuat:

a. Peta Kuantitas dan kualitas Kelompok KB, dan b. Peta Kuantitas dan Kualitas Sub PPKBD 3. Tingkat kecamatan membuat:

a. Peta Kuantitas dan kualitas Kelompok KB, b. Peta Kuantitas dan Kualitas Sub PPKBD, dan c. Peta Kuantitas dan Kualitas PPKBD

4. Tingkat kabupaten dan kota dibuat:

a. Peta Kuantitas dan kualitas Kelompok KB, b. Peta Kuantitas dan Kualitas Sub PPKBD, dan c. Peta Kuantitas dan Kualitas PPKBD

Pendataan peta kondisi PPKBD, Sub PPKBD harus dilakukan mencakup dua aspek, yaitu aspek kuantitas dan kualitas yang pembuatannya berdasarkan hasil pendataan pada bulan Januari sampai dengan Maret setiap tahunnya.

(13)

13

1. Aspek Kuantitas

Penghitungan aspek kuantitas PPKBD, Sub PPKBD dihitung berdasarkan perbandingan masing-masing PPKBD, Sub PPKBD dengan jumlah wilayah di masing-masing tingkatan dikalikan 100% seperti berikut.

a. 100% RT Jumlah KB Kelompok Jumlah KB Kelompok  x b. x100% RW/Dusun Jumlah PPKBD Sub Jumlah PPKBD Sub   c. x100% ahan desa/kelur Jumlah PPKBD Jumlah PPKBD

Dengan standar perhitungan pemberian warna adalah sebagai berikut. ≤ 75 = Merah

76 – 90 = Kuning

> 90 = Biru

Dengan melihat warna di peta PPKBD, Sub PPKBD ini, koordinator, kepala UPT, kepala cabang dinas dan PPLKB terutama PLKB/PKB akan lebih tergugah dan segera membentuk sasaran:

a. Setiap RT harus mempunyai Kelompopk KB b. Setiap Dusun/RW harus mempunyai Sub PPKBD c. Setiap Desa/Kelurahan harus mempunyai PPKBD

2. Aspek Kualitas

Penghitungan aspek kualitas PPKBD, Sub PPKBD dihitung berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan PLKB/PKB dengan menggunakan K/O/INST/97.

Dari hasil pendataan tersebut dapat diketahui klasifikasi masing-masing PPKBD, Sub PPKBD dan Kelompok KB yang diberi bobot nilai sebagai berikut.

a. Klasifikasi Dasar = 50 b. Klasifikasi Berkembang = 85 c. Klasifikasi Mandiri = 100

Sehubungan dengan hal di atas, pada pemetaan aspek kualitas, maka PLKB/PKB dapat memberikan warna sesuai aspek kualitas (merah, kuning dan biru).

Contoh :

a. Di Dusun/RW I Desa A terdapat 4 kelompok KB, dengan kondisi klasifikasi sebagai berikut. 1) Kelompok KB Mandiri : 1 x 100 = 100 2) Kelompok KB Berkembang: 2 x 85 : = 170 3) Kelompok KB dasar : 1 x 50 : = 50 Bobot nilai = 320 Jumlah = 320 4 = 80

(14)

14

Maka rata-rata nilai adalah 80 sehingga rata-rata kuantitas PPKBD, Sub-PPKBD di daerah tersebut warna “Kuning” dengan klasifikasi PPKBD, Sub-PPKBD

“Berkembang”.

b. Di Dusun/RW II Desa A terdapat 6 kelompok KB dengan kondisi klasifikasi sebagai berikut. 1) Kelompok KB Mandiri : 3 x 100 = 300 2) Kelompok KB Berkembang : 3 x 85 : = 255 Bobot nilai = 555 Jumlah = 555 6 = 92,50

Maka rata-rata nilai adalah 92,50 sehingga rata-rata kuantitas pembinaan PPKBD, Sub PPKBD di daerah tersebut warna “Biru” dengan klasifikasi PPKBD, Sub-PPKBD “Mandiri”.

c. Di Kabupaten B terdapat 127 PPKBD dengan kondisi klasifikasi sebagai berikut. 1) PPKBD Mandiri : 13 x 100 = 1.300 2) PPKBD Berkembang : 13 x 85 = 3.145 3) PPKBD Mandiri : 77 x 50 = 3.850 Bobot nilai = 8.295 Jumlah = 127 295 . 8 = 65,30

Maka rata-rata nilai adalah 92,50 sehingga rata-rata kuantitas PPKBD, Sub PPKBD di daerah tersebut warna “Kuning” dengan klasifikasi PPKBD, Sub PPKBD “Berkembang”.

Dengan mengetahui nilai kualitas PPKBD di Kabupaten B, maka baik Satuan Kerja Perangkat Daerah Keluarga Berencana (SKPD-KB) maupun BKKBN Propinsi dapat menyusun rencana pembinaan PPKBD di kabupaten B. Namun yang lebih penting lagi adalah pemahaman Ka.UPT/Koordinator KB/ Ka.Cab.Dinas/PPLKB dan PLKB/PKB mengenai kualitas PPKBD, Sub PPKBD di wilayahnya. Diharapkan tidak hanya melihat nilai kualitas rata-rata, tetapi memahami kondisi masing-masing dari 6 fungsi bakti pada tiap-tiap PPKBD, Sub PPKBD sehingga bisa lebih jelas serta terarah dalam melakukan pembinaan.

B. Klasifikasi Kelompok Kegiatan (POKTAN)

1. Bina Keluarga Balita (BKB)

a. BKB Dasar

Suatu kelompok BKB dapat digolongkan kedalam kelompok BKB Dasar bila memenuhi beberapa syarat, antara lain sebagai berikut.

1) Legalitas: dari aspek legalitas kelompok BKB yang ada harus sudah memiliki SK pembentukan kelompok BKB yang ditandatangani oleh Kepala Desa/ Lurah.

(15)

15

2) Kepengurusan: jumlah pengurus 1 orang.

3) Jumlah kader: jumlah kader adalah 1 orang/kelompok umur.

4) Jumlah Kader yang dilatih: kriterianya < 50% dari jumlah kader yang sudah ada.

5) Pertemuan Penyuluhan : penyuluhan yang dilakukan adalah 2 bulan 1 kali. 6) Kesertaan ber-KB anggota kelompok < (lebih kecil) dari 50%.

7) Sarana penyuluhan: BKB Kit, media penyuluhan, media interaksi belum dimanfaatkan keberadaannya.

8) Pemantauan: belum dilakukan.

9) Pencatatan dan Pelaporan: belum dilaksanakan. 10) Pemantauan Tumbuh Kembang: belum mengisi KKA.

11) keterpaduan dan pengembangan dengan kegiatan lain: dalam kelompok BKB Dasar belum melaksanakan.

12) Pembinaan: tidak ada. b. BKB Berkembang

Suatu kelompok BKB dapat digolongkan kedalam kelompok BKB berkembang bila memenuhi beberapa syarat, antara lain sebagai berikut.

1) Legalitas: dari aspek legalitas kelompok BKB yang ada harus sudah memiliki SK pembentukan kelompok BKB yang ditandatangani oleh Kepala Desa/Lurah.

2) Kepengurusan: jumlah pengurus 1-2 orang.

3) Jumlah kader: jumlah kader adalah 1-2 orang/kelompok umur.

4) Jumlah Kader yang dilatih: kriterianya < 75% dari jumlah kader yang sudah ada.

5) Pertemuan Penyuluhan : penyuluhan yang dilakukan adalah 1 bulan 1kali. 6) Kesertaan ber-KB anggota kelompok 50%-75%.

7) Sarana penyuluhan : BKB Kit, media penyuluhan, Media Interaksi sudah dimanfaatkan keberadaannya.

8) Pencatatan dan Pelaporan : sudah dilaksanakan tetapi belum teratur.

9) Pemantauan Tumbuh Kembang : telah dilakukan dengan cara sendiri mengisi KKB.

10) Keterpaduan dan Pengembangan dengan Kegiatan Lain : dalam kelompok BKB Berkembang dalam rencana melaksanakan.

11) Pembinaan : 3 bulan sekali dengan sektor terkait. c. BKB Paripurna

Suatu kelompok BKB dapat digolongkan kedalam kelompok BKB Paripurna memenuhi beberapa syarat, antara lain sebagai berikut.

1) Legalitas: dari aspek legalitas kelompok BKB yang ada harus sudah memiliki SK pembentukan kelompok BKB yang ditandatangani oleh Kepala Desa/Lurah.

2) Kepengurusan: jumlah pengurus >2 orang.

(16)

16

4) Jumlah Kader yang dilatih: kriterianya >75% dari jumlah kader yang sudah ada.

5) Pertemuan Penyuluhan: penyuluhan yang dilakukan adalah 2kali 1 bulan. 6) Kesertaan ber-KB anggota kelompok >75%

7) Sarana penyuluhan: BKB Kit, media penyuluhan, Media Interaksi ada/lengkap dan mengembangkan.

8) Pencatatan dan Pelaporan: sudah dilaksanakan secara teratur.

9) Pemantauan Tumbuh Kembang: telah dilakukan dengan cara mengisi KKA/Kartu Tumbuh Kembang.

10) Keterpaduan dan pengembangan dengan kegiatan lain: dalam kelompok BKB Paripurna sudah melaksanakan keterpaduan.

11) Pembinaan: 1 bulan sekali dengan sektor terkait

2. Bina Keluarga Remaja (BKR)

a. BKR Dasar

Suatu kelompok BKR dapat digolongkan kedalam kelompok BKR Dasar bila memenuhi beberapa syarat, antara lain sebagai berikut.

1) Legalitas: dari aspek legalitas kelompok BKR yang ada harus sudah memiliki SK pembentukan kelompok BKR yang ditandatangani oleh Kepala Desa/Lurah.

2) Kepengurusan : jumlah pengurus 1 orang. 3) Jumlah kader : jumlah kader adalah 1 orang.

4) Jumlah Kader yang dilatih :kriterianya < 50% dari jumlah kader yang sudah ada.

5) Pertemuan Penyuluhan : penyuluhan yang dilakukan adalah 2 bulan 1kali. 6) Kesertaan ber-KB anggota kelompok < (lebih kecil) dari 50%.

7) Sarana penyuluhan: media penyuluhan, Media penyuluh belum dimanfaatkan keberadaannya.

8) Pemantauan: belum dilakukan.

9) Pencatatan dan pelaporan: belum dilaksanakan.

10) Keterpaduan dan pengembangan dengan kegiatan lain: dalam kelompok BKR Dasar belum melaksanakan.

11) Pembinaan : tidak ada. b. BKR Berkembang

Suatu kelompok BKR dapat digolongkan kedalam kelompok BKR Berkembang bila memenuhi beberapa syarat, antara lain sebagai berikut.

1) Legalitas: dari aspek legalitas kelompok BKR yang ada harus sudah memiliki SK pembentukan kelompok BKR yang ditandatangani oleh Kepala Desa/Lurah.

2) Kepengurusan: jumlah pengurus 1-2 orang. 3) Jumlah kader: jumlah kader adalah 1-2 orang.

4) Jumlah Kader yang dilatih: kriterianya < 75% dari jumlah kader yang sudah ada.

(17)

17

5) Pertemuan Penyuluhan: penyuluhan yang dilakukan adalah 1 bulan 1kali. 6) Kesertaan ber-KB anggota kelompok 50%-75%.

7) Sarana penyuluhan: media penyuluhan, Media Interaksi sudah dimanfaatkan keberadaannya.

8) Pemantauan: kadang-kadang dilakukan (3 bulan sekali).

9) Pencatatan dan pelaporan: sudah dilaksanakan tetapi belum teratur.

10) Keterpaduan dan pengembangan dengan kegiatan lain: dalam kelompok BKR Berkembang dalam rencana melaksanakan.

11) Pembinaan : 3 bulan sekali dengan sektor terkait. c. BKR Paripurna

Suatu kelompok BKB dapat digolongkan kedalam kelompok BKR Paripurna memenuhi beberapa syarat, antara lain sebagai berikut.

1) Legalitas: dari aspek legalitas kelompok BKR yang ada harus sudah memiliki SK pembentukan kelompok BKR yang ditandatangani oleh Kepala Desa/Lurah.

2) Kepengurusan : jumlah pengurus >2 orang. 3) Jumlah kader : jumlah kader adalah >2 orang.

4) Jumlah Kader yang dilatih :kriterianya >75% dari jumlah kader yang sudah ada.

5) Pertemuan Penyuluhan : penyuluhan yang dilakukan adalah 2kali 1 bulan. 6) Kesertaan ber-KB anggota kelompok >75%.

7) Sarana penyuluhan: media penyuluhan, Media Interaksi ada /lengkap dan mengembangkan.

8) Pemantauan: dilakukan 1 bulan sekali.

9) Pencatatan dan pelaporan: sudah dilaksanakan secara teratur.

10) Keterpaduan dan pengembangan dengan kegiatan lain: dalam kelompok BKR Paripurna sudah melaksanakan keterpaduan.

11) Pembinaan : 1 bulan sekali dengan sektor terkait.

3. Bina Keluarga Lansia (BKL)

a. BKL Dasar

Suatu kelompok BKL dapat digolongkan kedalam kelompok BKL Dasar bila memenuhi beberapa syarat, antara lain sebagai berikut.

1) Legalitas: dari aspek legalitas kelompok BKL yang ada harus sudah memiliki SK pembentukan kelompok BKL yang ditandatangani oleh Kepala Desa/Lurah.

2) Kepengurusan : jumlah pengurus 1 orang. 3) Jumlah kader : jumlah kader adalah 1 orang

4) Jumlah Kader yang dilatih :kriterianya < 50% dari jumlah kader yang sudah ada.

5) Pertemuan Penyuluhan : penyuluhan yang dilakukan adalah 2 bulan 1kali. 6) Kesertaan ber-KB anggota kelompok < (lebih kecil) dari 50%

(18)

18

7) Sarana penyuluhan: media penyuluhan, Media Ipenyuluh belum dimanfaatkan keberadaannya.

8) Pemantauan : belum dilakukan.

9) Pencatatan dan pelaporan : belum dilaksanakan.

10) Keterpaduan dan pengembangan dengan kegiatan lain: dalam kelompok BKL Dasar belum melaksanakan.

11) Pembinaan: tidak ada. b. BKL Berkembang

Suatu kelompok BKL dapat digolongkan kedalam kelompok BKL Berkembang bila memenuhi beberapa syarat, antara lain sebagai berikut.

1) Legalitas: dari aspek legalitas kelompok BKL yang ada harus sudah memiliki SK pembentukan kelompok BKL yang ditandatangani oleh Kepala Desa/Lurah.

2) Kepengurusan: jumlah pengurus 1-2 orang. 3) Jumlah kader: jumlah kader adalah 1-2 orang.

4) Jumlah Kader yang dilatih: kriterianya < 75% dari jumlah kader yang sudah ada.

5) Pertemuan Penyuluhan: penyuluhan yang dilakukan adalah 1 bulan 1 kali. 6) Kesertaan ber-KB anggota kelompok 50%-75%.

7) Sarana penyuluhan: media penyuluhan, Media Interaksi sudah dimanfaatkan keberadaannya.

8) Pemantauan : kadang-kadang dilakukan (3 bulan sekali).

9) Pencatatan dan pelaporan : sudah dilaksanakan tetapi belum teratur.

10) Keterpaduan dan Pengembangan dengan Kegiatan Lain : dalam kelompok BKL Berkembang dalam rencana melaksanakan.

11) Pembinaan : 3 bulan sekali dengan sektor terkait. c. BKL Paripurna

Suatu kelompok BKL dapat digolongkan ke dalam kelompok BKL Paripurna memenuhi beberapa syarat, antara lain sebagai berikut.

1) Legalitas: dari aspek legalitas kelompok BKL yang ada harus sudah memiliki SK pembentukan kelompok BKL yang ditandatangani oleh Kepala Desa/Lurah.

2) Kepengurusan: jumlah pengurus >2 orang. 3) Jumlah kader: jumlah kader adalah >2 orang.

4) Jumlah Kader yang dilatih :kriterianya >75% dari jumlah kader yang sudah ada.

5) Pertemuan Penyuluhan: penyuluhan yang dilakukan adalah 2kali 1 bulan. 6) Kesertaan ber-KB anggota kelompok >75%.

7) Sarana penyuluhan: media penyuluhan, Media Interaksi ada /lengkap dan mengembangkan.

8) Pemantauan: dilakukan 1 bulan sekali.

(19)

19

10) Keterpaduan dan pengembangan dengan kegiatan lain: dalam kelompok BKL Paripurna sudah melaksanakan keterpaduan.

11) Pembinaan: 1 bulan sekali dengan sektor terkait.

4. Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS)

a. UPPKS Dasar

Suatu kelompok UPPKS dapat digolongkan kedalam kelompok UPPKS Dasar bila memenuhi beberapa syarat, antara lain sebagai berikut.

1) Legalitas: dari aspek legalitas kelompok UPPKS yang ada harus sudah memiliki SK pembentukan kelompok UPPKS yang ditandatangani oleh Kepala Desa/Lurah.

2) Modal berasal dari satu sumber, dibawah 2,5 juta rupiah. 3) Kepengurusan: jumlah pengurus 1 orang (tidak lengkap).

4) Jumlah Kader yang dilatih :kriterianya < 50% dari jumlah kader yang sudah ada.

5) Produksi menggunakan alat bantu sederhana. 6) Jangkauan pemasaran di lingkup Desa. 7) Pertemuan rutin minimal 3 bulan sekali. 8) Pembukuan tidak lengkap/tidak teratur.

9) Kesertaan ber-KB anggota kelompok < (lebih kecil) dari 50%. 10) Pencatatan dan Pelaporan : belum dilaksanakan.

11) Keterpaduan dan Pengembangan dengan Kegiatan Lain : dalam kelompok UPPKS Dasar belum melaksanakan.

12) Pembinaan: tidak ada. b. UPPKS Berkembang

Suatu kelompok UPPKS dapat digolongkan kedalam kelompok UPPKS Berkembang bila memenuhi beberapa syarat, antara lain sebagai berikut.

1) Legalitas: dari aspek legalitas kelompok UPPKS yang ada harus sudah memiliki SK pembentukan kelompok UPPKS yang ditandatangani oleh kepala Desa/lurah.

2) Modal berasal dari 2 sumber, 2,5 juta—5 juta rupiah. 3) Produksi menggunakan alat teknologi.

4) Kepengurusan: sudah ada (ketua, sekretaris, bendahara dan satu seksi). 5) Jumlah Kader yang dilatih: kriterianya < 75% dari jumlah kader yang sudah

ada.

6) Pertemuan rutin 2 bulan sekali.

7) Pembukuan lengkap tetapi belum teratur.

8) Jangkauan pemasarannya tingkat kecamatan dan kabupaten. 9) Kesertaan ber-KB anggota kelompok 50%-75%.

10) Pencatatan dan Pelaporan: sudah dilaksanakan tetapi belum teratur.

11) Keterpaduan dan pengembangan dengan kegiatan lain: dalam kelompok UPPKS Berkembang dalam rencana melaksanakan.

(20)

20 c. UPPKS Mandiri

Suatu kelompok UPPKS dapat digolongkan kedalam kelompok UPPKS Mandiri memenuhi beberapa syarat, antara lain sebagai berikut.

1) Legalitas: dari aspek legalitas kelompok UPPKS yang ada harus sudah memiliki SK pembentukan kelompok UPPKS yang ditandatangani oleh kepala Desa/lurah.

2) Modal berasal dari 3 sumber atau lebih, di atas 5 juta rupiah. 3) Pertemuan Rutin satu bulan sekali.

4) Kepengurusan: lengkap. 5) Pengurus sudah dilatih ATTG.

6) Menggunakan alat produksi tepat guna yang lebih maju. 7) Jangkauan pemasaran antar kabupaten/provinsi.

8) Kesertaan ber-KB anggota kelompok >75%. 9) Pemantauan: dilakukan 1 bulan sekali.

10) Pencatatan dan Pelaporan: sudah dilaksanakan secara teratur.

11) Keterpaduan dan pengembangan dengan kegiatan lain: dalam kelompok UPPKS Paripurna sudah melaksanakan keterpaduan.

12) Pembinaan: 1 bulan sekali dengan sektor terkait.

C. Pembinaan dan Pengembangan PPKBD, Sub PPKBD dan Poktan

Mengingat kemampuan PPKBD, Sub PPKBD yang berbeda-beda untuk tiap wilayah, ditambah kondisi lapangan yang belum memungkinkan PPKBD, Sub PPKBD untuk dapat melaksanakan perannya secara optimal, maka perlu lebih memberdayakan PPKBD, Sub PPKBD ini dari banyak sisi. Sisi tersebut baik yang menyangkut aspek pengorganisasian, kemampuan dalam memberikan KIE dan konseling, maupun dalam pencatatan dan pendataan. Di samping itu dapat diberdayakan pula dalam pelayanan kegiatan KB/KS yang mencakup pelayanan ulang, rujukan, UPPKS dan Bina Keluarga, serta beberapa upaya kemandirian.

Perlu diketahui, UU No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang menjadi acuan operasional pembangunan Kependudukan dan KB di lapangan telah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk bersama-sama dengan pemerintah terlibat dalam pengelolaan program Kependudukan dan KB di Indonesia.

Dalam RPJMN 2009-2014 sendiri telah ditegaskan, Pembangunan Nasional (baik SDM maupun SDA) tidak akan berhasil dengan baik tanpa partisipasi aktif dari masyarakat karena masyarakat adalah pelaku utama pembangunan yang diprogramkan pemerintah. Oleh Karena itu, pemerintah dalam hal ini berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan suasana yang menunjang peran serta masyarakat dan pemerintah harus saling mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi dalam satu kesatuan langkah menuju terciptanya pembangunan nasional. Selanjutnya karena pembangunan nasional pada dasarnya bertujuan untuk membangun SDM yang berkualitas dan meningkatkan taraf hidup masyarakat dan bangsa dalam semua bidang kehidupan, maka PPKBD, Sub PPKBD sebagai bagian

(21)

21

dari penggerak kegiatan pembangunan (khususnya KB/KS) di lapangan diharapkan mampu untuk melaksanakan fungsinya dengan baik. Karena bagaimanapun, pembangunan khususnya dalam bidang KKB, tidak mungkin dapat dilaksanakan sendiri oleh pemerintah tanpa memerlukan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui kelompok-kelompok kegiatan termasuk PPKBD dan Sub PPKBD.

Masalahnya sekarang, upaya apa saja yang dapat ditempuh pemerintah bersama pemerintah daerah dan masyarakat dalam memberdayakan PPKBD, Sub PPKBD sehingga institusi yang terdiri atas PPKBD dan Sub PPKBD serta kelompok KB/KS PKK dapat menjadi wahana yang efektif dalam ikut serta mengembangkan SDM yang berkualitas. Tentunya dengan catatan, upaya yang ditempuh tetap memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang ada, baik yang menyangkut biaya, tenaga, waktu dan kendala-kendala lain yang bersifat teknis. Namun hasil yang diperoleh harus seoptimal mungkin. Artinya dengan biaya, waktu, dan tenaga yang minimal, hasilnya dapat maksimal. Dengan demikian, pola perencanaan dan pelaksanaan upaya pemberdayaan PPKBD, Sub PPKBD dan poktan yang efektif dan efisien harus menjadi syarat utama. Apalagi saat ini PPKBD, Sub PPKBD dan poktan sendiri telah menggunakan 5 pola dalam pembinaan terhadap keluarga.

Berkaitan dengan itu, paling tidak ada 5 (lima) upaya strategis yang dapat ditempuh pemerintah dan masyarakat agar PPKBD, Sub PPKBD dapat sesuai dengan tugas dan perannya, terutama dalam hal posisinya sebagai wahana pengembangan SDM yang berkualitas.

Pertama, Pemerintah bersama masyarakat, LSOM, Organisasi Profesi, dan tokoh masyarakat perlu terus melakukan pembinaan secara intensif terhadap PPKBD, Sub PPKBD dan poktan yang ada baik di tingkat Desa, dusun maupun RT. Pembinaan ini hendaknya dilakukan secara terpadu antara institusi pemerintah terkait bersama dengan tokoh-tokoh masyarakat dan institusi masyarakat yang ada. Substansi materi pembinaan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.

Kedua, perlu diupayakan agar PPKBD, Sub PPKBD dapat terlibat dalam setiap pertemuan di Desa, Dusun maupun RT terutama jika yang dibahas berkaitan dengan pembangunan KB dan KS. Keterlibatan ini penting, karena dapat dijadikan wahana bagi PPKBD, Sub PPKBD untuk melakukan koordinasi dengan aparat pemerintah, LSOM dan warga masyarakat umum sehingga tugas dan peran yang dimainkan dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

Ketiga, memberikan kesempatan kepada PPKBD, Sub PPKBD untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya melalui kegiatan studi banding, magang, menghadiri ceramah ilmiah, atau penyuluhan yang diselenggakan oleh Desa, kecamatan atau tingkat yang lebih tinggi, serta pertamuan-pertemuan teknis lainnya yang berkaitan dengan gerakan KB dan Pembangunan KS.

Keempat, melalui koordinasi yang mantap dan terencana, pemerintah bersama LSOM terkait perlu mengupayakan monitoring dan evaluasi secara rutin terhadap keberhasilan PPKBD, Sub PPKBD dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Wujud evaluasi ini

(22)

22

dapat dalam bentuk lomba, kunjungan pembinaan, atau kegiatan sejenis yang diselenggarakan secara berjenjang.

Kelima, perlu diupayakan secara bijak untuk mendudukkan PPKBD, Sub PPKBD pada posisi sesuai tugas dan peranannya saja. Jadi tidak untuk tumpuan semua bidang, yang hanya akan mengakibatkan PPKBD, Sub PPKBD tidak dapat berperan sebagaimana mestinya. Upaya ini perlu diterapkan, mengingat IMP di pedesaan tidaklah berisi orang-orang yang serba bisa dengan tingkat pendidikan yang tinggi. Sehingga jika diberi porsi berlebih, hasilnya tidak akan efektif.

Dapat diyakini, jika kelima upaya tersebut dapat dijalankan dengan baik, PPKBD, Sub PPKBD yang ada di pedesaan akan dapat berfungsi dengan baik dan peran-peran yang dibebankan dapat dijalani dengan baik pula. Bila ini telah terwujud, berarti upaya memberdayakan PPKBD, Sub PPKBD agar menjadi wahana pembentukan SDM yang berkualitas telah menjadi kenyataan sehingga harapan-harapan pemerintah dan masyarakat untuk masa depan yang lebih baik lewat perjuangan PPKBD, Sub PPKBD tidak lagi hanya harapan-harapan kosong tanpa kepastian.

Alhasil, memang jalan menuju kondisi ideal masih cukup panjang, apalagi di era yang serba sulit sekarang ini. Namun, pemberdayaan kaser PPKBD, Sub PPKBD dan poktan di masa sekarang dan yang akan datang merupakan tuntutan yang tidak bisa ditawar-tawar bila kita tetap menginginkan program KKB di negara kita kembali bergairah serta memberi manfaat lebih pada masyarakat dan keluarga sasaran. Sekarang tinggal para pengambil kebijakan program KKB di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten dan kota bersikap dan berkreasi mencari cara untuk mengemas sistem atau model pemberdayaan yang efektif yang mampu mengaktualisasikan segenap potensi dan kemampuan masyarakat untuk dapat lebih memberdayakan kader PPKBD, Sub PPKBD dan poktan karena telah disadari bersama bahwa kader PPKBD, Sub PPKBD dan poktan secara nyata menjadi penentu keberhasilan pengelolaan program KKB di lapangan.

D. Rangkuman

Klasifikasi PPKBD, Sub PPKBD berdasarkan kondisi yang ada di lapangan dan tuntutan perkembangan program yang harus diperankan terdiri atas 3 (tiga) yakni klasifikasi dasar, klasifikasi berkembang, dan klasifikasi mandiri.

Dalam pemantauan perkembangan kuantitas dan kualitas PPKBD, Sub PPKBD perlu dilakukan pemetaan kondisi PPKBD, Sub PPKBD dengan jenjang sebagai berikut: tingkat dusun/RW, tingkat Desa/Kelurahan, tingkat Kecamatan, tingkat Kabupaten dan kota.

Peta kondisi PPKBD, Sub PPKBD harus dilakukan mencakup dua aspek, yaitu aspek kuantitas dan aspek kualitas.

Kemampuan PPKBD, Sub PPKBD berbeda-beda untuk tiap wilayah, ditambah kondisi lapangan yang belum memungkinkan untuk dapat melaksanakan perannya secara optimal, maka perlu lebih memberdayakan PPKBD, Sub PPKBD ini dari banyak sisi.

(23)

23

Sisi tersebut baik yang menyangkut aspek pengorganisasian, kemampuan dalam memberikan KIE dan konseling, maupun dalam pencatatan dan pendataan. Di samping itu dapat diberdayakan pula dalam pelayanan kegiatan KB/KS yang mencakup pelayanan ulang, rujukan, UPPKS dan Bina Keluarga, serta beberapa upaya kemandirian.

PPKBD, Sub PPKBD dan poktan sendiri telah menggunakan 5 pola dalam pembinaan terhadap keluarga. Pertama, Pemerintah bersama masyarakat, LSOM, Organisasi Profesi, dan tokoh masyarakat perlu terus melakukan pembinaan secara intensif terhadap PPKBD, Sub PPKBD dan poktan yang ada baik di tingkat Desa, dusun maupun RT. Kedua, mengupayakan agar PPKBD, Sub PPKBD dapat terlibat dalam setiap pertemuan di Desa, Dusun maupun RT terutama jika yang dibahas berkaitan dengan pembangunan KB dan KS. Ketiga, memberikan kesempatan kepada PPKBD, Sub PPKBD untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya. Keempat,

koordinasi yang mantap dan terencana, pemerintah bersama LSOM terkait perlu mengupayakan monitoring dan evaluasi secara rutin. Kelima, diupayakan secara bijak untuk mendudukkan PPKBD, Sub PPKBD pada posisi sesuai tugas dan peranannya saja. Jika kelima upaya tersebut dapat dijalankan dengan baik, PPKBD, Sub PPKBD dan poktan yang ada di pedesaan akan dapat berfungsi dengan baik dan peran-peran yang dibebankan dapat dijalani dengan baik pula. Telah disadari bersama bahwa kader PPKBD, Sub PPKBD dan poktan secara nyata menjadi penentu keberhasilan pengelolaan program KKB di lapangan.

E. Latihan

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar! 1. Jelaskan klasifikasi PPKBD, Sub PPKBD Dasar! 2. Jelaskan klasifikasi PPKBD, Sub PPKBD Mandiri! 3. Jelaskan klasifikasi poktan!

4. Jelaskan perlunya pembinaan dan pengembangan PPKBD, Sub PPKBD dan Poktan?

5. Jelaskan pola PPKBB, Sub PPKBD dan poktan dalam pembinaan terhadap keluarga?

(24)

24

BAB IV

PENGELOLAAN PPKBD, SUB PPKBD DAN POKTAN

Indikator Keberhasilan:

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan dapat mendiskusikan pengelolaan PPKBD, Sub PPKBD dan Poktan dalam pelaksanaan program KKBPK

A. Pengelolaan PPKBD, Sub PPKBD

Dalam upaya pengembangan kualitas dan kuantitas pembinaan PPKBD, Sub PPKBD ada beberapa prosedur tahapan kegiatan yang harus dilakukan oleh petugas, yaitu persiapan, pelaksanaan, pelaporan, dan pembinaan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Persiapan

Ada 3 langkah persiapan yang dilakukan dalam tahapan ini, yaitu identifikasi, penyiapan kesepakatan dan pemantapan kesepakatan.

a. Identifikasi

Yang dimaksud dengan identifikasi adalah melaksanakan pendataan institusi yang dilakukan oleh PLKB/PKB terhadap institusi PPKBD, Sub PPKBD, Kelompok KB yang ada di wilayah kerjanya. PLKB/PKB dapat melakukan identifikasi dan inventarisasi institusi setiap saat, pada waktu kunjungan pembinaan kepada institusi yang bersangkutan sesuai dengan pedoman yang ada, PLKB/PKB melaksanakan identifikasi minimal satu kali dalam setahun, yaitu bulan Januari sampai dengan Maret.

Dari hasil identifikasi, Ka.UPT/Koordinator KB/Ka.Cab.Dinas/PPLKB dan PLKB/PKB diharapkan memperoleh data tentang:

1) Kuantitas (jumlah) dan struktur PPKBD, Sub PPKBD (pola pembinaan keluarga), dan

2) Kualitas menurut 6 fungsi bakti PPKBD, Sub PPKBD, sehingga diperoleh klasifikasi dasar, berkembang dan mandiri.

Dengan adanya identifikasi tersebut dapat diketahui tentang potensi-potensi berupa dana, daya dan sarana yang dapat digali dan dikembangkan untuk mendukung kegiatan pengembangan PPKBD, Sub PPKBD.

b. Penyiapan Kesepakatan

Setelah diketahui pola pembinaan, klasifikasi dan potensi, maka PLKB/PKB dapat melakukan kegiatan pendekatan, sebelumnya telah diatur dalam tata cara kerja PLKB/PKB, yaitu:

1) Pendekatan kepada tokoh formal (Lurah/Kepala Desa),

(25)

25

3) Pendekatan kepada lintas sektoral/petugas/lembaga terkait di daerah tersebut.

Pendekatan-pendekatan dilakukan untuk mencari dukungan rencana pengembangan pola pembinaan dan peran dari institusi yang telah di data, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.

c. Pemantapan Kesepakatan

Setelah situasi dan kondisi memungkinkan, baru PLKB/PKB melaksanakan upaya-upaya pembentukan kesepakatan melalui pertemuan institusi, rakor Desa dan rakor Kecamatan.

Bentuk kesepakatan mengenai hal-hal berikut. 1) Pengembangan struktur meliputi:

a) Jumlah institusi yang akan ditumbuhkan;

b) Jumlah Desa/dusun/RW/RT yang perlu penumbuhan institusi; c) Pemilihan tokoh/orang yang akan dijadikan kader, dan

d) Pengembangan pola pembinaan sesuai kondisi wilayah. 2) Pengembangan peran meliputi:

a) Jumlah institusi yang perlu dimantapkan peran/kegiatannya, b) Jumlah institusi yang perlu dikembangkan peran/kegiatannya,

c) Keterlibatan institusi/petugas terkait dalam upaya-upaya pemantapan dan pengembangan melalui pembekalan institusi seperti perbankan, persindustrian, kesehatan, PKK, dan lain-lain terutama bagi institusi berkembang dan mandiri,

d) Waktu pelaksanaan pembekalan, dan

e) Pembinaan melalui pertemuan rutin, antar kader maupun pertemuan dengan petugas.

3) Sumber Dana dan Sarana

a) Sumber dana swadaya masyarakat terutama yang sudah mandiri. b) Sumber dana dari lintas sektoral.

c) Sarana yang mendukung pengembangan institusi, seperti tempat, orientasi/pertemuan, alat peraga dan sebagainya.

2. Pelaksanaan

Setelah ada kesepakatan dengan tokoh formal, informal dan lintas sektoral lembaga/ petugas, maka kegiatan berikutnya adalah langkah-langkah pelaksanaan yang harus dilakukan petugas lapangan dalam pengembangan kuantitas sebagai berikut.

a. Upaya Pengembangan Kuantitas

Pengembangan kuantitas diarahkan kepada upaya penumbuhan struktur institusi Desa/Kelurahan, dusun, RW dan RT berdasarkan kebutuhan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut.

(26)

26

1) Membentuk PPKBD pada tiap Desa/Kelurahan. 2) Membentuk Sub-PPKBD pada tiap RW/Dusun. 3) Menumbuhkan Kelompok KB pada tiap RT.

4) PLKB/PKB harus bekerja sama dengan PPKBD untuk menganalisis potensi kader dan sasaran hasil pendataan keluarga.

b. Pengembangan Pola Pembinaan

Pengembangn pola pembinaan meliputi hal-hal berikut. 1) Peningkatan Pola I ke Pola II

Apabila di suatu dusun/RW jumlah keluarga, PUS, dan peserta KB tidak memungkinkan pembinaannya secara terus-menerus dilakukan oleh PPKBD, baik karena terbatasnya kemampuan petugas maupun karena berkembangnya cakupan sasaran, maka perlu ditumbuhkan Sub-PPKBD baru di tingkat dusun/RW (struktur institusi lihat lampiran).

2) Peningkatan Pola II ke Pola III

Apabila di suatu RT jumlah keluarga, PUS dan peserta KB tidak memungkinkan pembinaannya secara terus-menerus dilakukan oleh Sub-PPKBD, baik karena terbatasnya kemampuan petugas maupun karena berkembangnya cakupan sasaran maka perlu ditumbuhkan Kelompok KB baru di tingkat RT.

3) Peningkatan Pola III ke Pola IV

Apabila di suatu RT jumlah keluarga, PUS dan peserta KB tidak memungkinkan pembinaannya secara terus-menerus dilakukan oleh Kelompok KB, baik karena terbatasnya kemampuan petugas maupun karena berkembangnya cakupan sasaran maka PLKB/PKB bersama dengan PPKBD/Sub-PPKBD dan bekerjsama dengan PKK setempat memfungsikan Dasawisma yang ada di daerah tersebut untuk berperan dalam kegiatan pelayanan KB.

4) Peningkatan Pola IV ke Pola V

Apabila di suatu wilayah sudah terbentuk dasawisma, maka untuk memudahkan pembinaan dan pelayanan KB kepada keluarga-keluarga dasawisma dapat memfungsikan kepala keluarga atau anggota keluarga yang berpotensi sebagai subyek untuk menjadi keluarga di keluarga sendiri.

c. Upaya Pengembangan Kualitas PPKBD, Sub PPKBD

Salah satu aspek yang mendukung peningkatan peran PPKBD, Sub PPKBD adalah adanya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan. Dengan demikian, PLKB/PKB dalam penyelenggaraan langkah-langkah pengembangannya dapat melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

(27)

27 1) Dari Klasifikasi Dasar ke Berkembang

Memantapkan 6 peran bakti PPKBD, Sub-PPKBD terus dilaksanakan dengan kunjungan pembinaan langsung atau melalui forum-forum pertemuan yang telah ada.

2) Dari Klasifikasi Berkembang ke Mandiri

Memantapkan 6 peran bakti PPKBD, Sub-PPKBD terus dilaksanakan, pengorganisasian kepengurusannya diarahkan untuk dilengkapi dengan seksi-seksi, (pertemuan diselenggarakan secara rutin, ada rencana kerja, ada notulen) KIE dilaksanakan dengan konseling, pencatatan dan pendataan lebih lengkap, pelayanan kegiatan sudah mencakup aspek dalam Program KKB Nasional, kemandirian mengarah kepada 3 kegiatan upaya kemandirian yang dilaksanakan oleh PPKBD, Sub PPKBD dan Kelompok KB terus dimantapkan melalui kunjungan pembinaan langsung atau melalui forum-forum pertemuan yang telah ada.

Dalam upaya peningkatan peran PPKBD, Sub PPKBD , PLKB/PKB sebagai pembina PPKBD, Sub PPKBD memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

a. Memanfaatkan forum-forum yang baku dalam mekanisme operasional lini lapangan seperti pertemuan kelompok secara berjenjang, rakor Desa, Rakor kecamatan dan lokakarya mini sebagai wahana peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan wawasan kader.

b. Menjalin kemitraan dengan lembaga/LSOM terkait yang berminat dalam pengembangan PPKBD, Sub PPKBD.

c. Menumbuhkan kemandirian institusi dalam perannya.

d. Melakukan koordinasi dengan camat, lurah/Kades dan lintas sektor terkait dalam melaksanakan pembekalan pengetahuan dan ketrampilan kader PPKBD, Sub PPKBD.

e. Merancang pokok-pokok materi pembekalan sebagai acuan bagi pihak-pihak terkait dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan kader PPKBD, Sub PPKBD.

f. Merencanakan pokok-pokok materi pembekalan sebagai acuan bagi pihak-pihak terkait dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan kader PPKBD, Sub PPKBD.

g. Memperhatikan materi pembekalan untuk setiap peningkatan klasifikasi institusi.

3. Pengumpulan Data dan Pelaporan

Pengumpulan data dan pelaporan secara berjenjang dan berlanjut adalah sebagai berikut.

a. Pelaksanaan pengumpulan data Pemutakhiran Data Keluarga (MDK) merupakan kegiatan pendataan keluarga dengan menggunakan formulir MDK (F/I/MDK/11) yang dilakukan oleh Kader Pendata (PPKBD/Sub PPKBD atau kader KB lainnya) bersama Petugas KB Desa/Kelurahan (PLKB/PKB) untuk mencatat seluruh data

(28)

28

keluarga, melalui wawancara dan observasi dari rumah ke rumah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September setiap tahun di berbagai tingkat wilayah sebagai berikut.

1) Tingkat RT dan RW

a) Kader pendata melakukan kunjungan rumah keluarga di wilayah kerja masing-masing (RT dan RW) untuk melakukan pemutakhiran data keluarga dengan menggunakan formulir MDK (F/I/MDK/11) sesuai jadwal yang dipersiapkan.

b) Kader Pendata mengumpulkan dan menghitung hasil Formulir MDK yang telah terisi lengkap dari seluruh keluarga per RT atau RW di wilayah kerjanya, kemudian menyerahkan kepada Petugas KB Desa/Kelurahan (PLKB/PKB).

2) Tingkat Desa/Kelurahan

a) Petugas KB Desa/Kelurahan (PLKB/PKB) melakukan pemantauan, pengamatan pelaksanaan pendataan keluarga/pemutakhiran data keluarga yang dilakukan oleh para Kader Pendata di wilayahnya.

b) Petugas Desa/Kelurahan (PLKB/PKB) pembinaan PPKBD, Sub PPKBD, menghitung dan membuat rekapitulasi laporan hasil formulir MDK yang telah terisi lengkap dari para kader pendata di wilayah Desa/keluarga, kemudian menyerahkan kepada petugas KB Kecamatan.

3) Tingkat Kecamatan

a) Petugas KB kecamatan bersama petugas KB Desa/Kelurahan (PLKB/PKB) melakukan pemantauan, pengamatan pelaksanaan pemutakhiran data yang dilakukan oleh kader pendata di wilayahnya. b) Petugas KB kecamatan, menghitung dan membuat rekapitulasi laporan

hasil formulir MDK yang telah terisi lengkap dari para petugas KB Desa/Kelurahan (PLKB/PKB) di wilayah kecamatan dan kemudian menyerahkan kepada SKPD-KB kabupaten dan kota.

4) Tingkat Kabupaten dan kota

a) SKPD-KB kabupaten dan kota bersama petugas KB kecamatan dan petugas KB Desa/Kelurahan (PLKB/PKB) di wilayahnya melakukan pemantauan, pengamatan pembinaan, dan bimbingan teknis pelaksanaan pendataan keluarga/pemutakhiran data keluarga yang dilakukan oleh kader pendata di wilayahnya.

b) SKPD-KB kabupaten dan kota menerima hasil pemutakhiran data (formulir MDK yang terisi lengkap) dari seluruh petugas KB kecamatan di wilayahnya.

(29)

29

b. Pelaksanaan pencatatan pelaporan secara berjenjang dan berlanjut meliputi hal-hal berikut.

1) Kegiatan pencatatan dan pelaporan di tingkat Desa/Kelurahan a) Kartu Data Potensi PPKBD (K/0/PPKBD/10)

Kartu ini (K/0/PPKBD/10) dibuat oleh Ketua PPKBD dan digunakan sebagai sarana untuk mencatat data potensi PPKBD yang dilakukan setiap awal tahun anggaran (bulan Januari). Kartu ini dibuat rangkap 2 (dua) dan dikirim ke alamat yang dituju.

(1) 1 lembar untuk PLKB/Petugas KB Kecamatan. (2) 1 lembar untuk arsip PPKBD.

Kartu data ini dilaporkan kepada PLKB/PKB/Petugas KB Desa/Kelurahan selambat-lambatnya pada tanggal 3 Januari setiap tahun.

b) Kartu Data Potensi Sub-PPKBD (K/0/Sub-PPKBD/10)

Kartu ini (K/0/Sub-PPKBD/10) dibuat oleh Ketua Sub-PPKBD, digunakan sebagai sarana untuk mencatat data potensi Sub-PPKBD dan dilakukan setiap awal tahun anggaran (bulan Januari). Kartu ini dibuat rangkap 2 (dua) dan dikirim ke alamat yang dituju.

(1) 1 lembar untuk PLKB/Petugas KB Kecamatan/PPKBD. (2) 1 lembar untuk arsip Sub-PPKBD.

Kartu data ini dilaporkan kepada PLKB/PKB/Petugas KB Desa/Kelurahan selambat-lambatnya pada tanggal 3 Januari setiap tahun.

c) Kartu Data Potensi Kelompok KB (K/0/POK KB/10)

Kartu ini (K/0/POK KB/10) dibuat oleh Ketua Kelompok KB, digunakan sebagai sarana untuk mencatat data potensi kelompok KB dan dilakukan setiap awal tahun anggaran (bulan Januari). Kartu ini dibuat rangkap 2 (dua) dan dikirim ke alamat yang dituju.

(1) 1 lembar untuk PLKB/PKB/Petugas KB Desa/PPKBD/Sub PPKBD. (2) 1 lembar untuk arsip Kelompok KB.

Kartu data ini dilaporkan kepada PLKB/PKB/Petugas KB Desa/Kelurahan selambat-lambatnya pada tanggal 3 Januari setiap tahun.

d) Kartu Data Potensi PKB dan PLKB (K/0/PKB/10)

Kartu ini (K/0/PKB/10) dibuat oleh PLKB/PKB/Petugas KB Desa/ Kelurahan, digunakan sebagai sarana untuk mencatat data potensi PLKB yang dilakukan setiap awal tahun anggaran (bulan Januari). Kartu ini dibuat rangkap 2 (dua) dan dikirim ke alamat yang dituju.

(1) 1 lembar untuk PPLKB/Petugas KB Kecamatan.

(2) 1 lembar untuk arsip PLKB/PKB/Petugas KB Desa/Kelurahan.

Kartu data ini dilaporkan kepada PPLKB selambat-lambatnya pada tanggal 3 Januari setiap tahun.

e) Kartu Data Potensi Kelompok Kegiatan BKB (K/0/BKB/10)

(30)

30

sebagai sarana untuk mencatat data potensi kelompok BKB yang dilakukan setiap awal tahun anggaran (bulan Januari). Kartu ini dibuat rangkap 2 (dua) dan dikirim ke alamat yang dituju.

(1) 1 lembar untuk PLKB/PKB/Petugas KB Desa/PPKBD/Sub-PPKBD. (2) 1 lembar untuk arsip Kelompok Kegiatan BKB.

Kartu ini dilaporkan kepada PLKB/PKB/Petugas KB Desa/Kelurahan selambat-lambatnya pada tanggal 3 Januari setiap tahun.

f) Register Keluarga yang Mempunyai Balita (R/I/BKB/10)

Digunakan oleh Ketua kelompok untuk mencatat nama keluarga yang memiliki balita, kesertaan keluarga dalam kelompok kegiatan BKB dan menurut kelompok umur anak, tahapan KS anggota kelompok kegiatan BKB, kesertaan dalam kelompok kegiatan BKB, anggota kelompok kegiatan BKB yang berstatus PUS, dan kesertaan ber KB bagi anggota kelompok kegiatan BKB, kehadiran dalam pertemuan per bulan bagi anggota kelompok kegiatan BKB. Register Kelompok Kegiatan BKB (R/I/BKB/10) digunakan sebagai sumber data untuk membuat catatan C/I/BKB/10.

g) Catatan Kelompok Kegiatan Bina Keluarga Balita (C/I/BKB/10)

Digunakan oleh Ketua kelompok untuk mencatat jumlah keluarga sasaran kelompok kegiatan BKB menurut kelompok umur anak, jumlah keluarga yang menjadi anggota kelompok kegiatan BKB menurut kelompok umur anak, jumlah keluarga yang menjadi anggota kelompok kegiatan BKB hadir/aktif dalam pertemuan/penyuluhan, jumlah anggota kelompok kegiatan BKB yang masih berstatus PUS, jumlah anggota kelompok kegiatan BKB yang masih berstatus PUS Keluarga Pra-S dan KS I, jumlah PUS anggota kelompok kegiatan BKB yang menjadi peserta KB, jumlah PUS anggota kelompok kegiatan BKB yang menjadi peserta KB Keluarga Pra-S dan KS I, jumlah pertemuan/penyuluhan, dan jumlah kader BKB yang ada. Catatan Kelompok Kegiatan BKB (C/I/BKB/08) digunakan sebagai sumber data untuk membuat catatan C/I/Des-Dal/10. h) Kartu Data Potensi Kelompok Kegiatan BKR (K/0/BKR/10)

Kartu ini (K/0/BKR/10) dibuat oleh Ketua kelompok BKR, digunakan sebagai sarana untuk mencatat data potensi kelompok BKR dan dilakukan setiap awal tahun anggaran (bulan Januari). Kartu ini dibuat rangkap 2 (dua) dan dikirim ke alamat yang dituju.

(1) 1 lembar untuk PLKB/PKB/Petugas KB Desa/PPKBD/Sub-PPKBD. (2) 1 lembar untuk arsip Kelompok Kegiatan BKR.

Kartu data ini dilaporkan kepada PLKB/PKB/Petugas KB Desa/Kelurahan selambat-lambatnya pada tanggal 3 Januari setiap tahun.

i) Register Keluarga yang Mempunyai Remaja (R/I/BKR/10)

Digunakan oleh Ketua kelompok untuk mencatat nama keluarga yang memiliki remaja, tahapan KS anggota kelompok kegiatan BKR, kesertaan dalam kelompok kegiatan BKR, anggota kelompok kegiatan BKR yang

Referensi

Dokumen terkait

Pertumbuhan Ekonomi Kemiskinan Pengangguran Moneter Neraca Pembayaran Keuangan Negara Investasi Usaha Mikro, Menengah, Besar Kependudukan dan Keluarga Berencana Pendidikan

Sasaran pertama adalah terkendalinya pertumbuhan penduduk dan meningkatnya keluarga kecil berkualitas ditandai dengan: (a) Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk

“Peranan Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Kota Medan Dalam Pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk Kota

Kampung Keluarga Berencana yang selanjutnya disebut Kampung KB adalah salah satu upaya penguatan Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga yang dikelola

1) Untuk mengetahui konsep yang digunakan dalam mengatasi pertumbuhan penduduk yang kemudian dilanjutkan dengan pembangunan program keluarga berencana, dalam hal ini

Program keluarga berencana adalah program nasional yang bertujuan untuk mengurangi tingkat pertumbuhan penduduk sehingga dapat dicapai dengan program keluarga

Hasil analisis pengaruh program keluarga berencana terhadap efektivitas pengendalian laju pertumbuhan penduduk sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Deni 2022 dan Riska 2020

Kemudian Penelitian yang dilakukan oleh fitri Efektivitas Program Keluarga Berencana Dalam Menekan Laju Pertumbuhan Penduduk Di Kota Makassar Menggunakan teori Budiani dengan 3