• Tidak ada hasil yang ditemukan

REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM NOVEL JEJAK-JEJAK YANG MEMBEKAS KARYA SYAFIWAL AZZAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM NOVEL JEJAK-JEJAK YANG MEMBEKAS KARYA SYAFIWAL AZZAM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

REALITAS SOSIAL MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM NOVEL JEJAK-JEJAK YANG MEMBEKAS KARYA SYAFIWAL AZZAM

Ratihfa Sepli1, Eva Krisna2,,Samsiarni2

¹Mahasiswa Program StudiPendidikanBahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat ²Dosen Program StudiPendidikanBahasadanSastra Indonesia STKIP PGRISumatera Barat

Sratihfa@yahoo.co.id

ABSTRACT

The purpose of this study to describe the social reality of the Minangkabau community in the novel Jejak-Jejak that imprint SyafiwalAzzam work. This research is focuse on social reality of Minangkabaucommunitywhich is seen from five aspect of social aspect of Minangkabau society: (1) custombakaum, (2) custom bakampuang. (3)custommingle in society. (4) indigenousumandomanyumando, and (5)customin family, his type of research is qualitative research. The method used in this research is descriptive method. Data collection technique are conducted manner: (1) readand comprehend the novel Traces of Impressions SyafiwalAzzam work with the aim to obtain a clearer understand of the content of the novel as a totality, (2) marking data related to social reality Minangkabau society in novel The traces of SyafiwalAzzam (3) record the event related to the social reality of the Minangkabau community in the novel Jejak-Jejak that Imprint SyafiwalAzzam work, and (4) classify data related to the social realitythe minangkabau community in the novelJejak-Jejakimprint of SyafiwalAzzam work.Based the data it has been found, it can be concludethatrealitythe Minangkabau community, namely (1) bakaum custom in the novel Jejak-Jejak that reflect how the life of Minang people in bakaum and the role of Mamak with nephew, (2) custom of bakampuang in the novel Jejak- jejak in terms of how society as kampung must be good watch over self, (3) custom hang out in the community in terms of kato nan ampek namely katomandaki, katomanurunkatomandata and katomalereang, (4) indigenous sumandomanyumando see from how custom kasumando and how also custom manyumando, (5) custom in the familyfrom custom as a child, custom as mother and wife and custom as husband and father.

Keywords: Reality,social,jejak-jejak yang membekas

PENDAHULUAN

Karya sastra merupakan sarana yang digunakan oleh pengarang untuk mengungkapkan perasaan,ide, dan segala permasalahankehidupan.Wardani

(2009:1) menjelaskan bahwa karya sastra sebuah cerita yang menampilkan hasil

kreasi pengarang. Wujud karya sastra berupa kata-kata. Karya sastra, dengan demikian menampilkan dunia dalam kata disamping juga menampilkan dunia dalam kemungkinan-kemungkinan. Karya sastra diciptakan oleh pengarang dengan maksud untuk dinikmati,

(2)

dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat-masyarakat.Adanya realitas social yang berada disekitar pengarang menjadi bahan dalam menciptakan karya sastra di tengah masyarakat, baik dari sisi positif maupun sisi negatifnya. Realitas social bukanlah suatu keadaan yang tetap, tetapimerupakan proses yang dinamis.

Novel merupakan sebuah karyafiksi yang menawarkan sebuah dunia.Dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsure ekstrinsiknya sepertiperistiwa, plot, tokoh. Teeuw (dalamAtmazaki, 2005:31-32) menyatakan novel merupakan sebuah struktur.

organisasi yang kompleks, unik, danmengungkapkansesuatu

(lebihbersifat) secaratidaklangsung.Novel sebagai salah satu produk sastra yang

menanggung peranan penting dan memberikan kemungkinan-kemungkin anuntuk menyikapi kehidupan manusia, misalnya dapat diambil beberapa pelajaran untuk memahami hakikat kehidupan.

Novel Jejak-jejak Yang Membekas karya Syafiwal Azzam. Pada novel menggambarkan tentang bermacam polemik kehidupan yang dialami oleh masyarakat Minangkabau. Dalam kehidupan sehari-hari memang segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan di Minangkabau harus berlandas pada adat istiadat.

Adat merupakan suatu aturan atau kebiasaan dalam masyarakat. Dalam adat Minangkabau sendiri ada beberapa bentuk adat yang melandasi realita sosial dalam masyarakat.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Data dalam penelitian ini adalah teks dalam novel Jejak-jejak yang Membekas karya Syafiwal Azzam berupa teks yang berkaitan dengan realitas sosial masyarakat minangkabau.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan analisis data maka ditemukan realitas social masyarakat Minangkabau dalam novel Jejak-Jejak yang Membekas kary aSyafiwal Azzam. Realitas sosial yang dapat direduksi bukan dari unsure positif saja namun juga negatifnya, pada masyarakat Minangkabau dilihat dari lima lingkup adat. Realitas social

(3)

kehidupan Masyarakat Minangkabau didalam novel menjadi gambaran tentang kehidupan masyarakat yang nyata.

` Masyarakat Minangkabau hidup dalam lingkungan adat istiadat yang menganut system garis keturunan Ibu (matrilineal), sehingga bakaum selalu dikaitkan dalam kehidupan masyarakatnya.Bakaum merupakan suatu ikatan kekeluargaan atau persaudaraan yang diikat oleh suku yang sama, suku yang dating dari Ibu. Apabila ibu bersuku caniago maka sang anak juga akan bersuku caniago begitu seterusnya berjalan sampai kapanpun. Dalam bakaum tentus etiap indivi duharusmempunya itanggungjawab dalam menjaga nama kaum seperti anak dengan Ibu, Ibu dengan Mamak, Mamak dengan kemenakan.

Kesadaran penuh dalam menjaga kaum seperti harus adanya rasa saraso samalu, sanasib sapananguangan, saling menasehati, saling silaturahmi, saling tolong menolong dans alingmemaafkan. Dalam kaum sendiri terdiri dari banyak keluarga dan banyak individu hal itu tentu memiliki karakter dan beragam perangai.Jangankan satu kaum, dalam keluarga pun kita sudah banyak perbedaan sifat dan kemauan, berlainan

sudut pandang, berlainan karakter adalah hal yang lumrah dan dari perbedaan inilah akanmelahirkan salah paham apalagi bila tingkat pendidikan yang tak sebanding.Seperti seorang kemenakan melancarkan pencurian di rumah Mamaknya sendiri.Banyak kita temui dalam masyarakat terjadi keretakan antara satu sama lain bahkan timbul permusuhan, pergunjingan, salin fitnah dan bacaran(adumulut, saling membukaaib).

Inilah akibat sifat yang terlalu berlebihan dalam mempertahan kan harga diri kaum.Padahal tidak demikian sebenarnya yang dituntut dalam adat Minangkabau.Seseorang yang sedang bertengkar harus didamaikan.Maka sifat pemaaf adalah sikap terpuji dalam adat, karena menjadi orang pemaaf akan melahirkan sikap sabar. Lawan dari sifat pemaaf adalah pendendam.Dendam jika membara biasanya tiadak talain kecuali perasaan ingin membalas, ingin menyakiti bahkan bias menzalimi.

Bakampuang di Minangkabau berarti suatu kaum yang hidup saling berdampingan.kaum sebagaian ggotamasyarakat harus pandai menjaga diri

(4)

Walaupun seorang individu Minang menduduki posisi sebagai penguasa seperti dalam kedudukan mamak-rumah atau pun Penghulu Andiko maka keputusan tidak mungkin juga diambil sendiri. Karena itu sikap otoriter tidak pernah disukai orang-orang Minang. Kedekatan hubungan dalam kelompok suku ini, menjadikan harga diri individu, melebur menjadi satu menjadi harga diri kelompok suku. Kalau seseorang anggota suku diremehkan dalam pergaulan, seluruh anggota suku merasa tersinggung. Begitu juga bila suatu suku dipermalukan maka seluruh anggota suku itu akan serentak membela nama baik sukunya.

Minangkabau mengatur tatanan tersebut sedemiakain rupa dalam bentuk raso jo pareso, dan malu jo sopan. Artinya orang minang memiliki raso pareso yang tinggi akan sikap dan perbuatan yang mereka lakukan terutama pada kata-kata yang mereka ucapkan agar tidak menyinggung orang lain. Malu akan hal-hal yang berbau pertentangan dengan adat dan kebudayaan serta malu ketika berprilaku tidak sopan terhadap orang lain. Baik itu yang di depan orang rumah seperti mamak, ataupun orang lain yang

berada di lingkungan tempat tinggal sendiri.

Hal inilah yang mulai hilang dari pekaranganMinang.Hilangnya raso jo pareso dan malu jo sopan pada remaja minang menjadi masalah sampingan dalam topik makalah mini ini. Tidak adanya penelaahan diri pada remaja membuat permasalahan tergerusnya tatanan kato nan ampek pada remaja minang semakin menjadi-jadi. Tidak sadar akan kebudayaan sendiri yang mulai mencair menandakan remaja minang telah lengah akan harta pusaka terbesar Minangkabau yakninya adat dan budaya Minang, dan berdampak pada kehancuran budaya itu sendiri.

Seorang laki-laki di Minangkabau harus menyadari bahwa dia mempunyai dwifungsi kepemimpinan didalam hidupnya, yaitu sebagai kepala keluarga di dalam rumah isterinya dengan tugas, tanggung jawab dan wewenang sesuai dengan "kode etik" urang sumando, dan juga sebagai tanggung jawab mamak rumah dalam keluarga ibunya dengan tugas, tanggung jawab dan wewenang sesuai dengan "kode etik" mamak rumah. Dalam tugas dwifungsinya itu hendaklah dia melaksanakan ketentuan yang disebutkan dalam adat.

(5)

Minangkabau huhungan kekerabatan dalam sebuah keluarga sendiri cukup unik, tapi sayangnya keunikan mulai memudar seiring berjalannya waktu. Generasi sekarang sudah banyak yang tidak tahu lagi dengan hubungan kekerabatan dalam keluarga mereka sendiri. Akibatnya cukup fatal, selain tidak tau dengan keluarga banyak juga yang akhirnya elanggar aturan dalam adat. Lalu akhirnya yang disalahkan adat itu sendiri.

Hubungan seorang ibu dengan anak-anaknya pada prinsipnya sama saja, baik kepada anak laki-laki ataupun perempuan. Perbedaanya terletak pada sudut kepentingan dan ruang lingkup tanggung jawab atau tugas masing-masingnya. Hal ini disebabkan tugas seorang anak laki-laki di Minangkabau jauh berbeda dari yang diharapkan dari anak perempuan.

KESIMPULAN

Pada masyarakat Minangkabau, bakaum berarti hubungan kekeluargaan dalam satu payung suku, tali darah dan satu datuk. Dalam hubungan bakaum tentu harus mempunyai saraso samalu yang

artinya aib kaum adalah aib bersama. Apabila setiap anggota kaum sama menjaga raso, seperti raso malu maka ia telah menegakkan martabatnya selaku anggota kaum ataupun sebaliknya, rasa malu yang sudah hilang dan tidak terpakaikan akan mencelakakan diri kita. Yang dilakukan Zaldy mungkin salah karena tidak memakaikan malu lagi kepada dirinya sehingga mencuri di rumah Mamak sendiripun ia lakukan. Perbuatan yang dilakukan tentu bukan yang diharapkan dalam adat bakaum namun Zaldy punya alasan sendiri untuk kelakuannya ini.

Pada adat bakampuang, kaum sebagai anggota masyarakat harus pandai menjaga diri, kalau tak pandai maka cemooh dalam nagari dan terhina dalam adat. Sebagai ganjaran yang harus diterima Zaldy atas kelakuan yang diterima nya selain masyarakat kampung menjadikannya bahan gunjingan keluarga

(6)

pun ikut merasakan malu karena aib yang sangat mencoreng muka kedua Ibu Bapaknya. Selain itu hukuman yang pantas diterima Zaldy adalah dibuang dari kampung. Begitulah dalam adat bakampuang bagaimana hukuman dan sangsi sosial yang diterima harus bisa dipertanggung jawabkan.

DAFTAR PUSTAKA

Atmazaki. 2005. IlmuSastra: TeoridanTerapan. Padang: Citra Budaya Indonesia.

Atmazaki. 2007. Ilmu Sastra Teori dan Terapan. Padang: UNP Press. Ratna, NyomanKutha. 2004. Teori,

Metode,

danTeknikPenelitianSastra. Jakarta: BumiAksara.

Wadiah, Rahmadania. 2014. “Realitas

Sosial dalam Novel GerhanaKarya A.A. Navis

(Tinjauan Sosiologi Sastra)”.

Skripsi. Padang: UNAND.

Wardani, Eko Nugraheni. 2009. Makna Totalitas dalam Karya Sastra. Surakarta: UNS Press.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tulisan yang berbeda Din Syamsudin juga mengatakan bahwa Masyarakat madani secara umum bisa diartikan sebagai suatu masyarakat atau institusi sosial yang memiliki

Kawasan cekungan air tanah terdiri atas kawasan imbuhan air tanah Bantaeng; Kawasan rawan bencana alam geologi terdiri atas: kawasan rawan gempa bumi, terdapat di

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis rasio likuiditas, analisis rasio aktivitas, analisis rasio solvabilitas, analisis rasio

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang merupakan data yang dikumpulkan atau diperoleh langsung dari subjek penelitian

Pada penelitian diketahui gambaran leptin pada individu dengan toleransi glukosa terganggu antara tahun 2011 dan 2013 menunjukkan hasil yang tidak berbeda bermakna

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuanti- tatif untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang berkontribusi terhadap tidak terjadinya peningkatan ka- sus

Praktik Pengalaman Lapangan adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

sosial-ekonomi yang terjadi pada Petani Nanas Madu di Desa Belik. Kabupaten