• Tidak ada hasil yang ditemukan

I Dewa KSastrawidana ' ), Bibiana W Layl),Anas Iftah Fauzi l ), DwiAndreas Santosa 4 )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I Dewa KSastrawidana ' ), Bibiana W Layl),Anas Iftah Fauzi l ), DwiAndreas Santosa 4 )"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Berita Biolog; 9(2) -Agustus 2008

PEMANFAATAN KONSORSIUM BAKTERI LOKAL UNTUK BIOREMEDIASI

LIMBAH TEKSTIL MENGGUNAKAN SISTEM KOMBINASI

AN.A.EROBIK-AEROBIKI

[The Utilizing ofLocal Bacteria Consortia for Bioremed:<on of Textile Wastewater

Under Combined Anaerobic-Aer

c System]

I Dewa KSastrawidana'), Bibiana W Layl),Anas Iftah Fauzil

), DwiAndreas Santosa4) I) Mahasiswa Program Doktor Program Studi Pengelo1aan Sumberdaya Aiam dan Lingkungan serta StafDosen Jurusan Pelididikan Kimia FP-MIPA Universitas Pendidikan Ganesha, Singarl'Ja

2) Fa.'<uli.as Kedokteran Hewan dan Pmdi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB 3) Fakultas Pertanian dan Prodi Pengelolaan Sumberdaya Ah!m dan Lingkullgall IPB 41 Fakultas Pertanian dan Prodi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPS

ABSTRACf

The objective of this research is to study the potential use microorganisms which are identified as Aeromonas sp., Pseudomonas sp., Flavobacterium sp., Pleslomonas sp. and Vibrio sp. Five bacteria strains from sludge of Bad'ung river were identified as Vibrio sp. and Plesiomonas sp. Two anaerobic-aerobic reactors were operated to treat textile waste water. Each reactor contained vulcanic stone to increase spesific surface of media for attachment of bacteria. Bacteria consortia used for anaerobic process consist of Aeromonas sp. (ML6), Aeromonas sp. (MLl4), Aeromonas sp. 9ML24), Pseudomonas sp. (ML8) and Flavobacterium sp. (ML20). Whereas, bacteria consortia for aerobic process consist of Plesiomonas sp. (SB I), Plesiomonas ~". (SB2), Vibrio sp. (SBI), VibriD sp. (SB2) and Yibrio sp. (S83). The; system was operated for 3 day in each re!!ctor. The result showed, biodegradation of textile waste water in combined anaerobic-aerobic system by attached growth process is potential for treatment of textile waste water.This technology is effective to decrease COD value up to 98.38%, BOD, 93.90%, TOS 80.87%, TSS 87.50% and decolori­ zation of textile dyes up to 95.57%.

Kata Kund: Konsorsium balcteri lokal, biofilm, sistem kombinasi anaerobik-aerobik.

PE.lIffiAHULUAN

Zat wama reaktif azo merupakan salah satu zat warna sintetik yang sangat umum digunakan dalam industri pencelupan tekstiL Zat wama ini te~ikat kuat pada kain, memberikan warDa yang baik dan tidak mudah luntur terutama untuk pencelupan serat selulosa, rayon dan wool (Blackburn dan Burkinshaw, 2002). Zat warna reaktif azo mengandung paling sedikit satu ikatan ganda N=N dan mempunyai gugus reaktifyang dapat membentuk ikatan kovalen dengan gugus -OH, -NH at,m -SH pada serat. Zat warna azo bila terbuang ke perairan tetap bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama dan mengalami akumulasi yang nantinya memberikan efek toksik ba~i organisme akuatik (Pandey et ai., 2007). Toksisitas zat wama reaktifazo menurut kriteria Uni Eropa untuk bahan berbahaya adalah tergolong rendah, akan tetapi keberadaannya dalam air dapat meng!1ambat penetrasi sinar matahari ke dalanl air sehingga mengganggu aktivitas fotosintesis mikroalga. Dampak lanjutannya adalah pasokan oksigen dalam air menjadi berkurang dan akhimya

memicu aktivitas mikrob anoksik-anaerobik yang menghasilkan produk berbau tak sedap. Di samping itu, perombakan zat wama azo secara anaerobik di dasar perairan menghasilkan senyawa amina uromatik yang lebih toksik dibandingkan dengan zat wama azo itu sendiri (Van der Zee, 2002).

Bioremediasi limbah tekstil menggunakan bakteri saat ini terus dikembangkan karena diyakini sebagai strategi penanganan limbah yang efektif, murah d,m ramah lingkungan (Yoo, 2000). Beberapa jenis bakteri yang digunakan untuk merombak limbah tekstil pacta kondisi anaerobik adalah Sphingomonas sp. (BN6) (Russ et al., 2000), Rhizobium Radiobacter (MTCC 816}) (Telke et aI., 2008). Sedangkan bakteri aerobik yang digunakan di antara.'1ya Bacillus cereus, Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli (Ajibola et aI., 2005; Mona and Yusef, 2008), Enterobacter agglomerans (Moutaouakkil et ai.,

2003) dan konsorsium bakteri yang terdiri (l:u; Pseudomonas sp., Bacillus sp., /la/omonas sp. dan

(2)

, \

Sastrawidana, Lay, Fauzi dan Santosa -Pcmanfaatan Konsorsium Bakteri Lokal uiltuk Bioremediasi

Micrococcus sp. (Padmavathy et al., 2003). HasH kajian tersebut melaporkan bahwa zat warna tekstillebih sulit mengalami perombakan pada kondisi aerobik dibandingkan dengan kondisi anaerobik. Namun, perombakan pada kondisi anaerobik hanya mampu menguraikan zat wama menjadi senyawa yang lebih sederhana yallg siap dirombak lebih lanjut pada kondisi aerobik MelgoVl et al. (2004). Bioremediasi limbah tekstil menggunakan konsorsium bakteri lokal pada sistem kombinasi anaerobik-aerobik belum b::.nyuk dilakukan. Untuk itu, tujuan penelitian ini adallth mengkaji pemanfaatan kOOlSOrS!Um bakteri lokal untuk bioremediasi limbahtekstil. Bakteri yang digunakan diisolasi dari lumpur tempat penampungan Iimbah tekstil, bakteri-bakteri potensial dikonsorsiumkan dan dilekatkan pada batu vulkanik membentuk lapisan tipis yang disebut biofilm. Bioremediasi Iimbah menggunakan pertumbuhan terlekat mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan pertumbuhan tersuspensi. Keunggulan tersebut di antaranya dapat digunakan secara berulang, densitas popuJasi lebih tinggi dan stabil, serta lebih tahan terhadap perubahan kondisi lingkungan (Misson and Razali,2oo7).

BAHANDANMETODE

Kultivasi dan Seleksi Bakteri dari Sampel Lumpur Sarnpellumpur untuk isolasi bakteri diarnbil dari instalasi pengolahan air limbah tekstil CV Marna & Leon dan dari sungai Badung, Bali. Komposisi media cair mengikuti metode yang dilakukan Khehra et al. (2006). Dalam satu liter media cair terse but terciiri dari (NH.)2S0. (1,0 g), KHlo. (1 ,0 g), Na2HPO. (3,6 g), MgSO.7HP (I,0 g), Fe(NH.)sitrat (0,01 g), CaCI1.2Hp (0,1 g), 0,05% yeast extract dan 10 mL larutan trace element. Satu liter trace element terdiri dari ZnSO•.7Hp (10,0 mg), MnCI2.4Hp (3,0 mg), CoCI2.6Hp (1,0 mg), NiCI2.6H20 (2,0 mg), Na2MoO•.2HP (3,0 mg), H,BO, (3,0 mg), CuCI2.2HP (1,0 mg). Sebanyak I g sarnpellumpur divortex dengan 10 mL gararn fisiologis. Ke dalam 5 buah tabung uJir ukuran 10 mL (untuk kultivasi anaerobik) dan 5 buah erlenmeyer ukuran 100 mL (untuk kultivasi aerobik) yang tela.'t berisi 50 mgIL zat warna remazol yellow, remazol

red, remazol black, remazol blue dan campuran

keempat zat wilma remazol tersebut ditambahkan 1 mL suspensi lumpur kemudian ditambahkan 20 mg glukosa dan media cair steril hingga volume 10 IilL. Suspensi dalam tabung ulir dan erlenmeyer dikondisikan pada pH 7 selanjutnya diinkubasi pada suhu 30"C dalam inlllbator selarna 3 hari. Bakteri yang tumbuh disel.;ksi secara bertahap dengan menl!mbuhkan kembali pada medic cair ymlg sarna de~gan kalidungan ::>.at wama se:r.akin tiilggi yaitu reiltang konsentrasi 50-400 mg/L untuk seleksi bakteri puda kondisi anaerobik dan 50­ 150 mgIL untuk sdeksi bakteri pada kondisi aerobik. Bakteri yang tumbuh pada media cairyang mengandung zat warna dengan konsentrasi paling tinggi dimurnikan menggunakan media agar.

Pemurnian Bakteri Menggunakan Media Agar Sebanyak 1 mL suspensi bakteri dituangkan secara aseptik ke dalam cawan petri berisi media agar steril dalam kondisi hangat (suhu sekitar 40°C). Komposisi media agar terdiri dari mMi .. cair yang ditambahkan 1% bactv agar. Cawan petri berisi bakteri perlakuan anaerobik disimpan dalam toples kaca yang disemprot gas nitrogen untuk menghalau udara yang ada dalarn topJes terst:but sedangkan cawan petri berisi suspensi bakteri perlakuan aerobik ditempatkan dalam inkubator. Kedua perlakuan tersebut diinkubasi selama 2 h::.ri, kemudian koloni yang tumbuh diidentifikasi mengacu pad a Bergey's Manual of Determinative Bacteriology (Holt el al., 1994)

Perombakar! Zat Warna pada Variasi pH dan Konsentrasi Glukosa

Uji perombakan zat wuna pada variasi pH dan penambahau glukosa hanya difokuli.kan pada kondisi anaerobik karena hasH kultivasi bakteri pada kondisi anaerobik menghasilkan efisiensi perombakan zat wama jauh lebih tinggi dibandingkan pada kondisi aerobik. Setiap perlakuan perombakan zat wama diulang 3 kali.

Perombakan Pada VariasipH

Ke dalam 5 buah tabung uHr ukuran 10 mL berturut-turut diisi 1 mL zat warna remazol yellow,

remazol red, remazol black, remazol blue sella

campuran keempat zat wama remazol terse but denga.'1 konsentra!,i 2000 mgIL (setara dengan 200 mgIL). Tabung ulir ditambahkan 5 mL media cair dan 2 gIL

(3)

Berita Biologi 9(2) • Aguslus 2008

glukosa steril kemudian diatur pada pH 5 dengan menambahkan larutan HC!. Tabung Utif diisi dengan 1 mL suspensi bakteri dan ditambahkan kembali media cair hingga mencapai 10 mL dan ditutup rapat. Campuran diinkubasi pada suhu 30"C selama 5 hari selanjutnya dipipet 10 mL untuk disentrifugasi pada 4000 rpm selama 30 menit. Penurunan konsentrasi :L.at wama diukur mer,ggunakan spek-trcfoiometer IJV-Vis. Dengan cara yang sarna, dil<:kukan perombakall zat wama p::da pH 6, 7, 8 dan 9. Masing-masing zat warna yang diuji dilakukan optimasi absorbansi maksimum dan diperoleh panjang gelomha!lg tr.aksimum untllk remazol yellow 424 nm, remazol red 526 nm, remazvl black 598 nm, remazol blue 602,5 lim dan campuran keempat zat wama dengan rasio berat yang sarna adalah 579,5nm.

Perombakan pada Variasi Konsentrasi Glukosa Ke dalam 5 buah tabung ulir ukuran 10 mL berturut-turut ditambahkan I mL zat warna remazol yellow. !"emazol red, remazol black, remazol blue serta campuran keempat 7at wama remazol terse but dengan konsentrasi 2000 mgIL(setara 200 mgIL). Tabung ulir tersebut diisi dengan 5 mL media cair dan J gfL glukosa kemudian c!iatur pHnya pada pH cptimum yang diperoleh dari perlakuan variasi pH. Sebanyak I mL suspensi bakteri dimasu.J.:kan ke dalam mas!og-masing tabung tabung ulir dan ditambahkan kembali media cair hingga mencapai 10 mL. Campuran diinkubasi pada suhu 3O"C selama 5 hari, kemudian dipipet 10 mL untuk disentrifugasi pada 4000 rpm selama 30 menit. Penurunan masing-masing konsentrasi zat warr.a

Bak pengisi

diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimumnya. Dengan cara yang sarna, dilakukan perombakan zat warn a dengan pellambahan 0, 2, 3 dan 4 gIL glukosa.

Pengolahan Limbah Tekstil Sistem Kombinasi Anaerobik-Aerobik Menggunakan Konsorsium Bakteri LQkaJ

Pemncangan Bioreaktor

Unit pengolahan !imbah tekstil kombinasi anaerobik-aerobik terdiri dati 4 bak yang terbuat dari kaca yaitu, bak pengisi, reaktor anaerobik, reaktor aerobik dan bak penampung efluen dengan dimensi II

x7 x20 em (I.540 mL). Volume efektifuntuk limbah dari reaktor anaerobik dan aerobik setelah ditambahkan 757 gram batu vulkanik menjadi 900 mL.

Perlakuan kontrol negatifdiperoleh bahwa batu vulkanik yang digunakan sebagai media pengamobil bakteri mampu menyerap zat wama sebesar 5,6%. Kt:1l1ampUan batu yulkanik mengadsorpsi zat wama disebabkan oleh adanya interaksi fisika antara pori denga zat wama.

Amobilisasi Konsor~iumBakteri pada Batu Vulkanik Batu vulkanik yang digunakan sebagai media pengamobil bakteri diambil dari lereng gunung Bamr, Kintamani, Bali Batu vulkanik dihancurkan untuk memperoleh ukuran diameter 0, 1-0,2 em kemudian dicuci dengan akuades sebanyak 3 kali dan dikeringkan dalam oven suhu 105°C selama 1 jam. Batu vulkanik diautoklaf pada suhu 121°C :;elama 15 menit. Amobilisasi konsorsium bakteri pad a batu vulkanik mengikuti metode yang dilakukan Castilla et al. (2003). Ke dalam

Gambar 1. Rancangan reaktor per:golahan limbah tekstil sistem kombinasi anaerobik-aerobik menggunakan bicfilm konsorsium bakteri

(4)

I

Sas/rawidana. Lay. Fauzi dan SanlosQ - Pemanfaatan Konsorsium Bakteri Lokal untuk Bioremedia~i

r

r

reakior anaerobik ditambah 100 mL konsorsium bakteri dan lumpur limbah tekstil Mama & Leon, Tabanan, Bali sedangkan reaktor aerobik ditambahkan 100 mL konsorsium bakteri dari lumpur sungai Badung, Denpasar, Bali. Kedua reaktor tersebut masing-masing ditambahkan nutrisi untuk pertumbuhan bakteri, 2 giL glukosa kemudian dibiarkan selama 3 had untuk pembelltukar. biofilm. Nutrien yang ditambahkan bcrupa media cair dengan kompcsisi yang :lama seperti tahap kultivasi bakteri. Pelekatan konsorsium bakteri pada reaktor aerobik selama pendiaman dilakukan ae~i menggunakan aerator. Setelah 3 hari cairan dalam bioreaktor dialirkan ke luar melalui keran untuk mengeluarkan bakteri yang tidak melekat pada batu vuikanik. Pengamatan visual pelekatan konsorsium bakteri pada batu vulkanik menggunakan scanning

electron microscope (SEM) sedangkan jumlah koloni

yang meiekat pada batu vulkanik dihitung menggunakan metcde total plate count (TPC). Koloni yang melekat pada bat'.J vulkanik dilepaskan dengan cara yang telah dilakukan oleh Taoufik et al. (2004). 25 gram batu vulkanik divortex dengan 5 mL air steril. Surernatan dipisahkail da.l1 batu vu!kaniknya ditambahkan 5 mL air sterii oa:. JivOitex ke;mbali. Supematan digablm.g kemudian di::.mbil 1 mL untuk diencerkan sampai 106-1 OIG kaii dan ditumbuhkan pada media agar menggunakan cawan petri. Media agar yang digunakan untuk penumbuhlln bakteri mempunyai komposisi yang sama seperti pada tahap pemumian bakteri. Cawan petri yang telah berisi suspensi bakteri diinkubasi selama dua han kemudian dihitungjumlah koloni yang tumbuh.

Proses Pengolahan Limbah Tekstil

Reaktor anaerobik-aerobik berisi konsorsium bakteri lokal digunakan untuk mengolah limbah tekstil buatan. Hal ini ditujukan untuk mencari waktu tinggal Iimbah optimum dalam masing-masing reaktor. Waktu tinggallimbah optimum ini nantinya d igunakan sebagai waktu tinggal Iimbah pada pengolahan Iimbah yang diambil dan !ndustri tekstil. Limbah tekstil buatan (artifisiai) dibuat dengar. cara mencampurkan zat wama

remazol red, remazol blue, remazol yellow dan

remazol black dengan kOflsentrasi total 200 mglL. Proses pengolahan limbah tekstil buatan dilakukan sebagai berikut: 1000 mL Iimbah pada bak pengisi

ditambahkan 50 mL media cair dan 2 g glukosa, kemudian dikondisikan pada pH 7. Limbah dialirkan ke reaktor anaerobik !:ecara upJlowdengan laju alir 15 mU menit selama I jam. Limbah dalam reaktor anaerobik didiamkan dengan vadasi waktu tinggal I, 2, 3 dan 4 hari. Efluen dad masing~masing waktu tinggallimbah diukur konsentrasi zat warna meng.gunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 579,5 nmo HasH pengolahan pada reaktcr anaerobik selanjutnya dialirkan ke reaktor aerobik uotuk dilakukan pengolahan lanjutan pada kondisi aerobik dengan variasi waktu tinggal limbah I, 2, 3 dan 4 hari sambil diaerasi menggunakan-aerator. Efluen di ukur

konsentrasi warna menggunakan metode

spektrofotometri, COD menggunakan metode refluks dan BOD, menggunakan metode titrasi Winkler. Perlakuan pengolahan limbah tekstil buatan diulang 3

kali.

Pengolahan Limbah yang Diambil dari Industri Pencelupan Tekstil

Pada pengolahan limbah tekstil buatan diperoleh waktu tinggal limbah optimum pada masing~masing reaktor adalah 3 hari. Dengan demikian, waktu tinggal iimbah ini digunakan sebagai waktu tinggai lilObah untuk pengolahan air Iimbah dari industri pencelupan tekstil CV Mama & Leon. Proses pengolahan limbah uilakukan dengan carl'. sebagai berikut: 1000 mL limbah pada bak pengisi ditambahkan 50 mL media cair dan 2 giL glukosa, kemudian diatur pH 7 dengan menambahkan He!. Limbah dialirkan ke reaktor anaerobik secara upJlowdengan laju alir 15 mUmenit selama I jam kemudian dibiarkan selama 3 hari. Setelah itu, limbah dialirkan reaktor aerobik dan dibiarkan 3

hari sambil diaerasi mcnggunakan aerator. Efluen hasil pengolahan diukur parameter kualitas limbah mengacu pada baku mutu air Iimbah industri dalam KepMen LH No. 51lMENLHJ I01 1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri. Beberapa parameter yang diukur meliputi pH, wama, residu terlarut, residu tersuspensi, nitrat, nimt, BODs dan COD. Pengolahan Iimbah tekstil diulang 3 kali.

HASIL

Foto I memperlihatkan kultivasi suspensi lumpur pada tabung ulir (kondisi anaerobik) selama 3

(5)

Berita Bio!ogi 9(2) Agustus 2008 A=RY B=RR C=RBK O=RBL B C D E A B C D E E=RC

Foto 1. Perombakan zat wama pada kultivasi suspensi lumpur selama 3 hari pada kondisi anaerobik (tabung uHr) dan kondisi aerobik (erlenmeyer)

100 95 90 85 eo 75

RemazoI

. Remazol

.pH 5 .pHS cpH7 cpH8 .pH9

Aeromonas Pseudomonas Aeromonas FlallObacterium Aeromonas

sp.MLS sp.ML8 sp.ML14 sp.ML20 sp.ML24

Gambar 2. Perombakan zat wama pada kondisi anaerobik selama 5 hari inkubasi diberbagai pH.

hari berisi 10 mL media cair, zat warna remazol yellow

(Ry), remazol red (RR), remazol black (RBK), remazol blue (RBL) dan remazol campuran (RC) dengan konsentrasi 400 mgIL dan 2 gIL glukosa. Sedangkan kultivasi suspensi lumpur menggunakan erlenmeyer 100 mL (kondisi aerobik) selama 3 harijuga berisi 10

mL media cair, zat warna dengan konsentrasi 150 mgIL dan 2 gIL glukosa. Kultivasi pada kondisi anaerobik terjadi perombakan warna yang sangat tinggi sedangkan kondisi aerobik hampir tidak terjadi pt:mudaran wama tetapi media cair menjadi lebih keruh. Hasil isolasi bakteri dari lumpur limbah tekstil CV. Mama & Leon diperoleh 27 isolat berbentuk batang dan merupakan bakteri Gram negatif. Hasil identifikasi diduga bahwa 10 isolat tennasuk Aeromonas sp., 6 isolat Pseudomonas sp., 5 isolat Flavobacterium sp., 3 isolat Plesiomonas sp. dan 3 isolat Vibrio sp. Sedangkan dari lumpur sungai Badung diperoleh 5 isolat yaitu, 3 isolat teridentifikasi Vibrio sp. dan 2

isolat Plesiomonas sp. Bakteri-bakteri tersebut adalah gram negatifberbentuk batang.

Gambar 2 memperlihatkan efisiensi perombakan 200 mgIL zat wama tekstil pada rentang pH 5-9 pada kondisi anaerobik menggunakan Aeromonas sp.

(ML6), Aeromonas sp. (MLl4), Aeromonas sp. (ML24), Pseudomonas sp. (ML8) dan Flavobacterium sp.

(ML20). Efisiensi perombakan terlihat meningkat dari pH 5 sampai pH 7, cendrung stabil pada pH 7-8 dan menurun pada pH 9.

Gambar 3 memperlihatkan efisiensi perombakan 200 mgIL zat warna pada kortdisi anaerobik tanpa glukosa dan penambahan 1-4 gIL glukosa. Efisiensi perombakan tanpa glukosa berkisar 55,40-82,78%, penambahan 2 gIL glukosa naik inenjadi 90,90-95,17%, dan 4 gIL glukosa efisiensinya turon menjadi 84, i 1­ 92,38%.

Foto 2 memperIihatkan pennukaan batu vulkanik yang digunakan sebagai media pendukung dalam

(6)

Sastrawidana, Lay, Fauzi dan Sanlosa - Pemanfaatan Konsorsium Bakteri Lokal untuk Bioremediasi Remazol Remazol

---1

120

i

~100 -II g'k. 0 gILl',

I

80 1.glk.1 QlL t Ji SO !(J glk. 2 gIL

il

(J glk. 3 gIL

I

:; 40 _glk. 4 gIL I l'ii 20 I o

""Aromonas Pseudomonas Aero.nonas rialoO!)<>r;terium /\eromonas

sp.MLS sp.ML8 !lp.ML14 sp.ML20 sp.ML24

Gambar 3. Efisiensi perombakan zat wama a'lO pada kondisi anaerobik selama 5 hari inkubasi diberbl:!gai

konsentrasi glukosa.

Foto 2. Scanning Electron Micrograph permukaan batu vulkanik pembesaran 5.000 x (a) batu vulkanik awal, (b) batu vulkanik diamobilisasi konsorsium bakteri anaerobik dan (e) batu vulkanik diamobilisasi konsorsium bakteri aerobik.

pembentukan biofilm bakteri. Foto 2a, menunjukkan permukaan batu vulkanik yang tidak diamobilisasi dengan bakteri, Foto 2b menunjukkan pelekatan konsorsium bakteri pada kondisi anaerobik dan foto 2e menunjukkan pelekatan konsorsium bakteri pada kondisi aerobik. Konsorsium bakteri yang diamobilkan pada reaktor anaerobik terdiri dari Aeromonas sp. (ML6), Aeromonas sp. (ML14), Aeromonas sp. (Ml24), Pseudomonas sp. ML8 dan Flavobacterium sp. ML20.

Sedangkan konsorsium bakteri yang diamobJlkan pada reaktor aerobik terdiri dari Piesiomonas sp (SB I), Plesiomonas sp. (SB2), Vibrio sp. 9SB I), Vibrio sp.

(SB20 dan Vibrio sp. (SB3). Batu vulkanik tanpa

diamobilisasi bakteri mempunyai permukaan yang kasar dan banyak rongga~rongga. Namun, setelah diamobilisasi bakteri, bakteri melekat pada permukaan batu vulkanik membentuk lapisan tipis (biofilm)

sehingga panampakan permukaannya menjadi semakin tertutup. lumlah koloni bakteri yang melekat ;>ada batl.! vulkanik dalam rcaktor anaerobik dan aerobik setelah ditpntukan menggunakan metode total plate count

adalah 20,50 x 109 efulgdan 1,702 x 1OlOefulg. Menurut Cutright (200 I),jumlah koloni yang memadai digunak!Ui untuk mengolah 11mbah berkisar IO~~1 07cfu/g.

Gambar 4 menunjukkan perombakan Iimbah tekstil buatan pada tahap anaerobik dan tahap aerobik. Pada tahap anaerobik menggunakan rentang waktu tinggal iimbah I ~4 hari (Gambar 4a). 175,18 mg/L zat wama setelah dirombak dengan waktu tinggallimbah I; 2; 3 dan 4 hari secara berturut-turut menjadi 61, 57, 21,63, 17,59 dan 15,94 mgIL. Penunm:m konsentrasi zat warna selang waktu 1-3 berlangsung eepat sedangkan selang waktu 3-~. hl:!!'i berlangsung lambat. Pada tahap aerobik menggunakan waktu tinggal Hmbah

(7)

Berita Biologi 9(2) AgusluS 2008

50

o

-r---....,-'---.---..

~

a

hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari

(a)

-

~ 2500 1 COD

'250-

Warna 0 ) E 2000

j

~

200] :::- 150

-

u; 1500 <= co J:; c: 1000 q) u;

SOO

c: 0 ::.::: 0 -N-"tf

t

I ~

~

~ 100

-

co

SO

t.n 0 ~&,;~~, -.:;:.11 ~?:; -.:.'!i " t'I,., 'b

Gambar 4. Perombakan limbah tekstU buatan menggunakan biofilm kcnsorsium bakteri. (a) penunman konsentrasi zat wamn. pada reakwr anaerobik sedangkan (b) dan (c) penurunan COD dan wamll pada reaktor aerobik. 1,2 dan 3 hari secara bertumt·turut COD turon dari

2118 mgIL menjadi 447, 211 dan 93 rngIL sedangkan wamadari 19SCUmenjadi 114, 108 dan 65 CU (Gambar 4b dan 4c)

Tabell menunjukkan karakteristik lirnbah tekstil dari industri pencelupan tekstil CV Mama & Leon sebelum dan sesudah dirombak dengan sistcm kombinasi anaerobik.-aerobik menggunakan biofilm konsorsium bakteri dengan waktu tinggallirnbah 3 hari pada masing-masing reaktor. Limbah tekstil sebelum diolah mempunyai nilai pH, TDS, TSS, BOD 5dan COD di atas baku mutu air limbah riidnjau dari KepMen LH No. SIIMENLHlIO/199S. Sedangkan se{elah diolah semua parameter kualitas Iimbah tersebut mengalami penurunan sampai di bawah baku mutu.

PEMBAHASAN

Kultivasi suspensi lumpur pada kondisi anaerobik terjadi pemudaran wama. Sedangkan pada kondisi aerobik hampir tidak terjadi perubahan wama akan tetapi media menjadi keruh. Hal ini menunjukkan

bahwa te!ah terjadi akti'!itas mikrob yang terdapat dalam suspensi lumpur. Namun, perombakan zat wama azo oleh mikrob tersebut lebih optimal berlangsung pada kondisi anaerobik dibanding aerobik (Fotol). Glukosa mengalami proses glikolisis yang dikatalisis oleh enzlm dehidrogenase menghasilkan koenzim nikotinamida aden in dinukleotida (NADH). NADH dengan bantuan enzim azoreductase mentransfer elektron ke zat warna azo sehingga terjadi pemutusan ikatan azo. Ikatan azo terputus membentuk amina aromatik yang tak berwarna. Pada kondisi ada oksigen, Zllt wama !tzo dan okslgen berkoffil .•etisi sebagai penerima elektron dari NADH. Iou 1Iidrogen pada NADH lebih mudah ditrailsfer ke ok!:igen dibandingkan dengan ke zat warna azo. Transfer elektron terjadi dari ll101ekul NADH ke oksigen melalui rantai transp0!1 elektron (Van def Zee, 2002).

Efisicnsi Perumbakan pada Variasi pH dan Glukosa Perturnbuhan bakteri sangat dipengaruhi oleh kondisi pH lingkungan (Cutright, 200 I). Beberapa bakteri dapat tumbuh dan beraktivitas baik pada Tabell. Karakteristik limbah te;kstH sebelum dan setelah diclah menggunakal1 biofilm konsorsium bakteri pada

(8)

I,

Saslrawidana. Lay. Fauzi dan Sanlosa -Pemanfaalan Konsursium Bakteri Lokal untu!.:. Bioremediasi

f

,

t

/

Iingkungan asam dan beberapa bakteri juga tumbuh

baik pada li.1.gkungan basa. Namun, kebanyakan bakteri hidup dan beraktivitas baik pada kcndisi pH netral. Pada kondisi lingkungan tidak menguntungkan, pertumbuha.'l bakteri menjadi terganggu bahkan matL Terganggunya pertumbuhan bakteri menyebabkan efisiensi perombakan menjadi rendah. Perombakan 200 mgIL zat warna remazol yat'g dicobakan menggunakan baktel i selang 'Naktu 5 hari berlangsung optimal pada pH 7-8 dengall efisiensi perombakan sebesar &9,19­ 94,38% (Gambar 2). Penelitian ini memperkuat simpulan HeFang at al. (2004) dan Moosvi et al. (2005) yang menyatakan bahwa perombakan ut warna azo secara biologis sangat dipengaruhi oleh kondisi pH lingkungan. Hasil kajian perombakan zat warna azo direct fast scarlet 4BS yang ditakukan HeFang et al. (2004) menunjukkan bahwa perombakan pada pH 3 efisiensinya sebesar 73%, paJa pH 4 adalah 83%, pada pH 7 adalah 95% sedangkan pada pH 8 dan 10 adalah 90% dan 76%. Sedangkan hasil kajian perombakan zat wama azo reactive violet 5 menggunakan bakteri konsorsium RVM 11.1 yang dilakukan oleh Moosvi et al. (2005) melaporka'1 bahwa perombakan pada pH di bawah 5,5 efisiensinya sangat ier.dah scdangkan meningkat cepat pada kisaran pH 7 sampai 8,5.

Peilambahan glukosa berfungsi sebagai elektron dOllcr yang menstimulasi proses pemecahan ikatan azo. Kehadiran glukosa sebagai karbon ekstemal mempercepat perombakan karena koenzim NADH yang lerbentuk mampu mentransfer elektron baik secara langsung ke ikatan azo (N=N) atau melalui pembentukan flavin tereduksi. lumlah glukosa yang digunflkan menjadi kontrol terhadap proses ber!angsungnya perombakan. Jumlah glukosa yang sedikit akan menghasilkan reducing equivalents yang keeil sehingga efisiensi perombakan renda.':i, sedangkan bila jumlah glukosa berlebih clapat menyebabkan efisiensi perombakan menjadi menurun. Penurunan efisiensi perombakan zat wama pada penambahan glukosa berlebih disebabkan karena glukosa terurai menghasilkan asam-85am y:mg mehgakibatkan terjadinya penurunan pH sehingga aktivitas enz1m menjadi tidak maksimum (Chen et aL 2003). Perombakan 200 nlglL Vlt warna remazol pada kondisi anaerobik selang waktu 5 hari inkubasi berhngsung maksimal

pad a penambahan 2-3 gIL glukosa dengan efisiensi berkisar91, 16-95,17%(Gambar 3).

Bioremediasi Limbah Tekstil dengan Kombinasi Anaerobik.Aerobik Menggunakan Biofilm Konsorsium Bakteri

Air Iimbah tekstii yang diambil dari industri tekstil sangat potensial mencemari perairan 'Tabel I). Hal ini disebabkan karena nil..i parameter kualitas air seperti pH, 1'SS, IDS, COD dan BOD jauh di atas baku mutu Hmbah yang dipersyaratkan dalam KepMen LH No.5 i/MENLHlI 011995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri. Bioremediasi Embah tekstil menggunakan biofilm konsorsium bakteri lokal dalam reaktor anaerobik-aerobik dengan waktu tinggallimbah 6 hari mampu menurunkan nilai total dissolved solid (IDS) dari 6.205 mgIL menjadi 1.187 mgIL atau efisiensi penurunan TDS sebesar 80,87%. Nilai padatan terlarut total j ika dit~iau dad KepMen LH No. 5 IIMENLHlI 0/ 1995 sudah memenuhi !'>yarat, karena nilai ambang batas yang diperkenankan untuk IDS dalam air Iimbah adalah 4000 mgIL. Sedangkan nilai total suspended solid (TSS) turun dari 2.688 mgIL menjadi 336 mgIL atal.! efisiensi penurunan TSS sebesar 87,50%. Nilai TSS dalam lirr:.bah juga telah memenuhi syarat, kl:1n:n& amba~gbatas yang diperkenankan sebcsar 400 mgIL. Nilai BODs dan COD Iimbah tekstil sebelum diolah sebesar 907 mgIL dan 6.000 mglL. Namun, setelah diolah menggunakan biofilm konsorsium bakteri lokai dalam reaktor anaerobik-aerobik dengan waktu tinggallimbah 6 hari nilai BODs dan COD turun menjadi 55,29 mgIL dan 97,13 mglL atau eflsiensi penurunan BODs dan COD pada proses ini masing-masing sebesar 93,90% dan 98,38%. Nilai BODs dan COD hasil pengolahan di bawah baku mut'l Hmbah industri sehingga memenuhi syamt untuk bisa dibuang ke !ingkungan.

Berdasarkan hasil kajian bioremediasi limbah tekstil ini, diperoleh bahwa bakteri lokal yang adapted dengan lingkungan Iimbah potensial digunakan untuk mengolah limbah teksti!. Daiam penelitian ini, mikrob memegang peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan biodegradasi Iimbah teksti!. Kontaminasi mikrob dari luar sangat memungkinkan terjadi pada pengolahan limbah sistem terbuka, akan tetapi pengaruh kontaminasi mikrob dari luar mungkin relatifkecil karena jumiah mikrob melekat pada batu vulkanik dan

(9)

,

!

digunakan untuk proses pengolahan limbah cukup

I

/

tinggi yaitu 20,5 x 10"cfulg batu vulkanik pada reaktor anaerobik dan 1,702 x 1010 cfulg batu vulkanik pada reaktor aerobik.

KESIMPULAN D)~"lS.4..RAN

Bakteri lokal yang diisolasi dari lumpur instalasi p~ngQlahan air lirnbah tekstil dan lumpur sungai Badung yang sering menjadi tempat pembuangan Iimbah teksti! f':angat potensiai digunakan untuk merombak limbah tekstiL Pengolahan Iimbah tekstil dengan kombinasi anaerobik-aerobik menggunakan biolilm konsorsium bakteri lokal yang terdiri Aeromonas

sp. ML6, Aeromcnas sp. (MLl4), Aeromo.'1as sp.

(ML24), Pseudomonas sp (ML8) dan Flavobacterium

sp. (ML20) pada reaktor anaerobik dan konsorsium

Plesiomonas sp. SB I, Plesiomonas sp. (SB2), Vibrio

sp. (SB I), Vibrio sp. (SB2) dan Vibrio sp. (SB3) pada reaktor aerobik berlangsung sangat efisien. Efisiensi penurunan COD, BOD, TDS, TSS dan perombakan wama pada pengolahan limbah tekstil dengan waktu tinggallimbah dalam reaktor 6 hari secara berturut-turut adala.'l 93,38%,93,90%,80,87%, 87,50% dan 95,72%.

Untuk mcmper!-.aye !(p.asllnah pt"~anfaatan sumberdaya patensi lokal dalam pengolahan Iimbah tekstil sangat perlu dilakukan ekplorasi bakteri dari sumber-sumber lain beserta modifikasi rancang bangun reaktor pengolah Iimbah sehingga nantinya dapat menghasilkan teknologi penanganan Iimbah yang efektif dan efisien.

UCAPANTERIMAKASlli

Artkel ini merupakan bagian dan Disertasi 10K Sastrawidana dalam penyelesaian studi di Program studi Pengelolaan SumberdayaAlam dan Lingkungan, Program Pascasarjana Institl.l.t Pertanian Bogor (IPB). Perm lis mengucapkan terima kasili kepada Dr Ir Dwi Andreas Santosa, Prof Dr drh Bibiana W Lay, MSc dan Dr Ir Anas Miftah Fauzi, MEog selaku komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bim­ bingan, pengarahan, dorongan dan nasehat kepada penuIi$ dalam menyelesaikan disertasi dan artikel ini.

DAFfARPUSTAKA

Ajihola VO, SJ Oney, CE Odeh, T Olugbodi and UG

IJeriia Bi%gi 9(2) - Aguslus 2008

Umeb 2005. Biodegradation ofindigo containing tex­ tile emuent using some strains of bacteria. Appl Sci. 5,853-855.

Blackburn RS and SM Burkinshaw 2002. A Greener to Cotton Dyeing With Excellent Wash Fastness. Green

Chemistry 4,47-52.

Castilla CM, IB Toledo, MAF Garcia and JR Utrilla 2003. Influence of Support Surface Properties on Activity of Bacteria Immobilized on Acti~ated Car­ bons for Water Denitrification. Carbon 41. 1743­ 1749.

Chen KC, JY Wu, DJ Liou and SJ Hwang 2003. Decolorization of textile dyes by newly i!>c!ated bacterial strains. Bintechnol HIl, 57-68.

Cutrigllt T J 200 I. Biotechnology Principies and Advances in Waste Control. Departement of Civil Engineer­ ing. University of Akron.

HeFang, HuWenrong and LiYuezhong 2004. Biodegra­ dation Mechanisms and Kinetics of Azo Dys 4BS by a Micobial Consortia. Chemosphere. 57, 293­ 301.

Holt JG, NR Krieg, PHA Sneath, JT Staley and ST Williams 1994. Bergey's Manual of Detennina­ tive Bacteriology. Williams and Wilkins. Baltimore. USA.

Khehra MS, HS Saini, DK Sharma, BS Chada and SS Chimni 2006. Biodegradation ofAzo Dye C.I Acid Red 88 by an Anoxic-Aerobic Sequential Bioreactor.

Dyes and Pigmens 70, 1-7.

Melgoza RM, A Cruz and G Buitron 2004. Anaerob:c­ Aerobic Treatment of Colorants Present in Textile Effluents. Water Sci. Technoi. 50,149-155 Misson M and F Razali 2007. Immobilization of Phenol

Degrader Pseudomonas sp. in Repeated Batch Cul­ ture Using Bioceramic and Spon~e as Support Ma­ terials. J. Teknol. 46, 51-59.

Mona EM, Mabrouk and H Yusefl008. Decolorization of Fast Red by Bacillus SuM/is HM. Appl Sci Res. 4(3),262-269.

Moosvi S, H Keharia and D Madamwar 2005. Decolourization of textile dye reactive violet 5 by a newly isolated bacterial C()nsortium RVM 11,1.

World J Microbiol and Biotechnol. 21, 667-672.

Mout~ouakkil A, Y Zeroual, FZ Dzayri, M TaIbi, K Lee and M B1aghen 2003'. Bacterial Decolorization of The Azo Methyl Red by EnJerobacter agglomerans.

Annal. Microbiol. 53,161-169

Padmavathy S, S Sandhya, K Swaminathan, YV Subrahmanyam,T Chakrabarti and S N Kaul 2003. Aerobic Decolorization of Reactive Azo Dyes in Presence of Various Cosubstrates. Chem and

Biochem. Eng. 17(2),147-151.

Pandey A, P Singh and L Iyengar 2007. Bacterial Decol­ orization and Degradation ofAzo dyes. Review. In­

ternational Biodeterioraiion and Biodegradation

59,73-84

Russ R, J Rau anll A Stolz 200(1. The function of Cyto­ plasmic Flavin Rreductases in The Reduction ofA:ro

(10)

Saslrawidana, Lay, Fauzi dan Sanlosa - Pemanfaatan Konsorsium Bakteri Lokal untuk Bioremediasi

..

Dyes by Bacteria. Appl. Environ. Microbiol. 66, 1429-1434.

Taoufik J, Y Zeroual, A Moutaouakkil, S Moussaid, FZ Dzairi, M TaIbi, A Hammoumi, K BO!lghmi, K

Lee, M Loufi and M Blaghen 2004. Aromatichydrocarbons removal by immobilized bacteria (Pseudomonas sp., Staphylococcus sp.) in fluidized bed bioreactor. Annals ofMicrobiol. 54(2), 189-200.

Telke A, D Ka:yani, J Jadhav and S GoviI1t!wa; 2g~8. Kinetics and Mechanism of Reactive ~ed I. I, "g­ radation by a Bacterial lsolat Rhizobium RadlOvacler MTCC IS 161. Acta Chim. Slov.55, 320,J~9. 0Th Van der Zee 2002. Anaerobic Azo Dye Redvctlon I e­

sisj. Wageningen Ulliversity. Netherla(l~S "R Yoo ES 2000. Biological and Chemical Mechjlll~sms 01.

ei

ductive Decolorization of Azo Dyes [OlssertatlOn

Gambar

Gambar 1. Rancangan reaktor per:golahan limbah tekstil sistem kombinasi anaerobik-aerobik menggunakan bicfilm  konsorsium bakteri
Foto 1.  Perombakan zat wama pada kultivasi suspensi lumpur selama 3 hari pada  kondisi anaerobik (tabung uHr) dan kondisi aerobik (erlenmeyer)
Gambar  3.  Efisiensi perombakan zat wama a'lO pada kondisi anaerobik selama 5  hari  inkubasi diberbl:!gai  konsentrasi glukosa
Gambar 4. Perombakan limbah tekstU buatan menggunakan biofilm kcnsorsium bakteri. (a) penunman konsentrasi  zat wamn

Referensi

Dokumen terkait

Pertama melaksanakan survey kendaraan pada pintu masuk dan pintu keluar bandara selama 14 jam yaitu pukul 06.00 hingga 21.00, selanjutnya pembagian quesioner pada ruang tunggu

Menurut Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2008:72) mengungkapkan wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga

1) Menyediakan informasi yang perlu untuk melakukan perencanaan, pengendalian dan ringkasan-ringkasan dokumen. 2) Memisahkan data dari sistem informasi komputer yang

Memberikan wewenang dan kuasa kepada Direksi Perseroan, dengan hak substitusi, untuk melakukan segala dan setiap tindakan yang diperlukan sehubungan keputusan

Mengamati dari bentuk fisik dan mempelajari dari dasar pemikiran yang menjadi pedoman ketika perencanaan dilakukan, karya Gereja Puhsarang Kediri ini dapat dikatakan sebagai

 besarnya + 1500 ml ml dan volume dan volume cadangan cadangan ekspirasi yang ekspirasi yang merupakan merupakan volume volume udara udara yang masih dapat dikeluarkan

Pemberian mulsa dan pengolahan tanah secara nyata mempengaruhi sifat fisik tanah, pertumbuhan tanaman jagung dan meningkatkan kadar air tanah, bahan organik tanah,

Menimbang, bahwa, perkawinan merupakan akad yang kuat dan memiliki tujuan yang luhur, yaitu mencapai ketentraman lahir batin, saling mencintai dan saling