• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Obat Obatan 5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Buku Obat Obatan 5"

Copied!
401
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU OBAT

SEHARI-HARI

M. Sholekhudin

(2)

2

Buku digital (e-book) ini dibagikan secara gratis. Boleh disebarluaskan dan dicetak untuk kepentingan sendiri. Desain buku ini mengikuti ukuran kertas A5 (ukuran buku kebanyakan). Jika Anda mencetaknya, gunakan kertas A4. Satu halaman kertas A4 bisa digunakan untuk mencetak dua halaman buku.

Buku ini insyaallah akan terus diperbaiki dan

dilengkapi babnya. Yang sedang Anda baca ini

adalah versi yang dibuat pada:

Juli 2013

Untuk mengetahui perkembangan versi terbaru, silakan kunjungi http://bukuobat.blogspot.com Informasi lebih lanjut, hubungi penulis di

(3)

3

DAFTAR ISI

Mafhum Sebelum Minum 5

01. Obat Demam 9

02. Obat Sakit Kepala dan Nyeri 19 03. Obat Flu-Pilek 37 04. PPA dan Obat Pelega Hidung 50

05. Obat Batuk 58

06. Obat Mag 70

07. Obat Diare 81

08. Obat Perut Kembung 92 09. Obat Sembelit 97

10. Suplemen 111

11. Vitamin C 121

12. Obat Sariawan 126 13. Obat Radang Tenggorok 134 14. Obat Bronkitis 141

15. Obat Mata 145

16. Obat Alergi 156

(4)

4 18. Obat Hipertensi 166 19. Pil KB 180 20. Antibiotik 192 21. Obat Tifus 212 22. Obat Asma 224 23. Obat TBC 251

24. Obat Asam Urat 271 25. Obat Generik 290 26. Obat buat Ibu Hamil 306 27. Obat buat Ibu Menyusui 327 28. Obat pada Bayi dan Anak 336 29. Obat Tradisional 345 30. Obat Awet Sehat 366 31. Referensi Kesehatan di Internet 374 32. Medicine Is A Big Business 377

33. Penulis 401

(5)

5

MAFHUM

SEBELUM MINUM

Anda tahu berapa banyak jumlah merek dagang obat yang beredar di Indonesia? Saya tidak tahu angka pastinya. Setidaknya pasti puluhan ribu, bahkan mungkin hingga beberapa ratus ribu. Itu pun setiap tahun masih ada tambahan ribuan merek obat baru yang beredar. Menurut catatan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM), sepanjang tahun 2012 saja, ada sekitar empat ribu produk obat, obat tradisional, dan suplemen yang teregistrasi. Ini baru jumlah dalam satu tahun.

Tiap tahun ribuan produk baru membanjiri pasar, sementara kita sebagai konsumen tidak mengetahui apa-apa mengenai produk-produk ini. Kita mempercayakan urusan obat sepenuhnya kepada petugas kesehatan (dan... iklan!) Saat kita pulang dari dokter dan apotek, kita membawa satu kresek obat yang kita tidak tahu apa isinya dan bagaimana efeknya terhadap tubuh. Padahal, sebagai konsumen kita mestinya

(6)

6

punya pengetahuan mengenai apa yang kita bayar dan kita konsumsi.

itu. Dan apoteker adalah orang yang menyediakan racun itu. Karena berurusan dengan racun itulah, dokter dan apoteker bekerja di bawah sumpah.

Sebetulnya jumlah obat esensial (yang memang sangat kita butuhkan dan sebaiknya kita ketahui) tidak begitu banyak. Hanya dalam kisaran beberapa ratus. Namun, faktanya, di Indonesia obat yang beredar di pasar jumlahnya melimpah ruah. Dalam hitungan ribuan. Seolah-olah kita memerlukan semuanya. Banyaknya jumlah obat ini cukup membingungkan. Bukan hanya bagi konsumen awam, bahkan juga bagi dokter dan apoteker. (Buku Obat ini memang ditulis karena penulis berusaha mengurai kebingungan itu :p)

Buku pedoman obat yang diperuntukkan buat tenaga kesehatan sudah banyak diterbitkan. Jika Anda rajin pergi ke toko buku Gramedia atau Gunung Agung, Anda bisa mengamati, di sana biasanya ada satu rak khusus yang sepanjang tahun selalu berisi buku berjudul ISO Indonesia dan MIMS. ISO kependekan dari Informasi Spesialite Obat. MIMS singkatan dari Monthly Index of Medical Specialities.

(7)

Buku-7

buku ini hanya untuk tenaga kesehatan seperti dokter, dokter gigi, apoteker, bidan, dan perawat. Sementara, buku panduan serupa yang ditulis untuk konsumen (yang harus membayar dan menerima risikonya) justru masih belum banyak.

Apakah orang awam perlu memiliki pengetahuan mengenai obat-obatan? Bukankah ilmu obat itu memang wilayah tenaga kesehatan?

Tentu saja konsumen tidak perlu tahu urusan obat seperti mahasiswa jurusan kedokteran atau farmasi. Yang perlu diketahui adalah pengetahuan dasar yang membuat mereka tahu apa yang mereka minum.

Penjelasan di buku ini sama sekali tidak dimaksudkan agar pembaca bisa mengobati diri sendiri dan tidak perlu datang ke dokter. Penjelasan obat di sini lebih dimaksudkan sebagai bekal pengetahuan agar orang awam mengetahui isi obat yang mereka minum, bagaimana cara kerjanya, apa efek sampingnya, dan informasi-informasi lain yang perlu diketahui.

Idealnya dokter dan apoteker memberi penjelasan gamblang kepada pasien. Namun, seperti kita tahu, kondisi layanan kesehatan di Indonesia masih jauh dari bagus. Pasien sering tidak mendapatkan penjelasan yang memadai tentang obat yang diberikan kepadanya. Bahkan, pasien yang menggunakan haknya untuk bertanya pun sering dianggap

(8)

8

rewel dan bawel. Padahal, informasi yang penting dan jujur adalah hak pasien.

Buku ini ditulis untuk pembaca awam yang tidak berlatar belakang pendidikan ilmu kesehatan, karena itu tidak mengikuti kaidah umum dalam dunia ilmiah. Istilah-istilah medis yang sulit dipahami saya terjemahkan ke dalam bahasa populer yang mungkin kurang tepat menurut standar ilmiah. Tujuannya semata-mata agar lebih mudah dipahami.

Selamat membaca. Semoga bermanfaat. Dan, seperti

begitu pula dengan buku ini. Jika Anda menganggap "budi" (buku digital) ini bermanfaat, silakan disebarluaskan. Buku digital ini masih dalam tahap pengembangan dan perbaikan terus-menerus. Jika Anda punya masukan, kritik, data tambahan, atau sejenisnya, silakan sampaikan ke penulis.

Salam

(9)

9

01

OBAT DEMAM

Dari sekian banyak merek obat yang beredar di Indonesia, salah satu obat yang paling banyak memiliki merek dagang adalah parasetamol, obat demam yang juga punya khasiat meredakan nyeri. Jumlahnya tak kurang dari 250 merek dagang. Artinya, demam adalah salah satu alasan yang paling banyak membuat orang minum obat.

Demam sebetulnya bukanlah sebuah penyakit. Demam merupakan salah satu mekanisme tubuh bereaksi terhadap sesuatu yang tidak normal, misalnya infeksi virus atau bakteri. Tubuh menaikkan suhu dirinya untuk membunuh kuman penginfeksi itu. Kita tahu, bakteri dan virus tidak tahan terhadap panas.

Demam juga merupakan salah satu cara alami mengaktifkan sistem pertahanan tubuh. Kita tahu, kuman bisa mati jika terkena

(10)

10

suhu panas. Demam juga membuat sel-sel darah putih lebih aktif melawan virus dan bakteri. Jadi, sebetulnya demam punya fungsi

yang baik bagi kesehatan kita. Itu sebabnya Mayo Clinic menyarankan, untuk penyakit yang tidak berbahaya, demam tidak perlu diobati! Jika setiap kali demam, kita minum obat, itu sama saja dengan menghentikan kerja tubuh melawan kuman dan meningkatkan imunitas (kekebalan).

Sebagian besar demam disebabkan oleh infeksi. Sebagian kecil disebabkan oleh kondisi lain, misalnya akibat terpapar sinar matahari. Infeksi bisa disebabkan oleh bakteri, bisa juga oleh virus. Beda sebab, beda pula pengobatannya.

Sekalipun demam sebetulnya baik bagi daya tahan tubuh, kita tetap memerlukan obat demam. Sebab, kalau dibiarkan saja, demam bisa menyebabkan risiko buruk, misalnya dehidrasi (kehilangan cairan tubuh), kejang (kalau demam sangat tinggi). Pada bayi, demam biasanya menyebabkan mereka menjadi rewel dan kurang istirahat.

Suhu tubuh normal manusia adalah 37 C. Disebut demam jika suhunya 38 C atau lebih. Pada orang dewasa, demam pada umumnya tidak berbahaya kecuali jika mencapai suhu 39,4 C.

Demam sebetulnya bagus

untuk kesehatan.

(11)

11

Pada anak-anak, demam harus diwaspadai kalau suhunya mencapai 38 C.

Ukur dengan Termometer

Dalam kondisi demam, kita sebaiknya tahu persis berapa suhunya. Ini penting sebab suhu merupakan dasar untuk mengambil tindakan. Karena itu, setiap keluarga, terutama yang memiliki bayi atau anak-anak, sangat disarankan memiliki termometer. Sebaiknya termometer digital, bukan termometer air raksa karena air raksa bisa berbahaya jika tertelan.

Pengukuran suhu tubuh harus benar-benar akurat. Hasil pengukuran yang tidak akurat, misalnya meleset 1 C saja, bisa menyebabkan kita melakukan tindakan yang tidak tepat. Pastikan termometer masih akurat.

Pengukuran di ketiak biasanya kurang akurat. Pengukuran suhu paling akurat bisa dilakukan di anus. Kalau pengukuran suhu anus dianggap merepotkan, pengukuran suhu bisa dilakukan di dalam mulut.

Jika pengukuran suhu lewat anus menunjukkan 38,0 C, biasanya pengukuran lewat mulut terbaca 37,8 C. Sementara pengukuran lewat ketiak terbaca 37,2 C.

Setelah tahu persis berapa suhunya, kita bisa menentukan tindakan yang tepat. Ada ratusan penyakit atau kondisi yang bisa

(12)

12

menyebabkan demam. Demam bisa merupakan gejala dari berbagai macam penyakit, mulai dari yang ringan sampai yang berbahaya dan harus segera mendapatkan pertolongan dokter.

Yang ringan misalnya demam karena flu-pilek, imunisasi, tumbuh gigi, atau paparan sinar matahari. Yang tergolong serius misalnya demam tifoid (tifus), infeksi saluran napas, atau infeksi saluran cerna. Yang kritis dan harus segera mendapatkan pertolongan dokter misalnya demam berdarah.

Tinggi rendahnya suhu tidak selalu berbanding lurus dengan tingkat bahaya sebuah penyakit. Ada kalanya penyakit gawat hanya disertai demam ringan. Sebaliknya ada pula penyakit ringan yang disertai demam tinggi.

Pengukuran suhu memang penting. Tapi jangan terpaku pada angka di termometer. Kondisi anak jauh lebih penting dari angka temperatur. Walaupun suhu tinggi, mungkin demam itu tidak begitu berbahaya jika anak masih aktif seperti biasa. Sebaliknya, walaupun demamnya tidak begitu tinggi, bisa saja kondisinya gawat kalau ia menunjukkan gejala lain yang kritis, misalnya tidak responsif, muntah, atau diare.

Saat kita atau anak kita mengalami demam, kita memang harus tetap tenang, tapi juga jangan terlalu meremehkan. Sebab, demam bisa jadi merupakan gejala demam berdarah dengue. Di Indonesia, penyakit akut ini masih merupakan salah satu ancaman serius yang setiap tahun merenggut banyak korban.

(13)

13

Cara Mengukur

Suhu Lewat Mulut

 Bersihkan ujung termometer.

 Masukkan ujung termometer ke bawah lidah.

www.healthychildren.org

 Tahan minimal satu menit, baca hasilnya.

 Keluarkan termometer.

Cara Mengukur Suhu

Lewat Anus

 Oleskan pelumas pada ujung termometer.

 Tengkurapkan bayi di pangkuan, atau telentangkan.

 Masukkan 1,5-2,5 cm ujung termometer secara hati-hati ke dalam dubur.

www.healthychildren.org

www.healthychildren.org

 Tahan bayi dalam posisi tengkurap atau telentang selama tiga menit. Posisi bayi harus ditahan karena jika ia menggeliat, termometer bisa masuk terlalu dalam dan menyebabkan luka.

 Baca hasilnya lalu keluarkan termometer.

 Jangan gunakan termometer di anus untuk pengukuran di mulut.

(14)

14

Pilihan Pertama: Parasetamol

Sebelum berpikir tentang obat, sebaiknya kita berpikir tentang cara non-obat. Dalam urusan demam, kita bisa menggunakan cara sederhana seperti kompres air. Jika cara ini tidak mempan, kita bisa mempertimbangkan penggunaan obat.

Pada anak-anak, obat demam dianjurkan untuk diberikan jika suhu tubuhnya mencapai 38,9 C atau lebih. Tujuan minum obat tidak untuk menghilangkan demam tetapi untuk menurunkan suhu.

Lo, apa bedanya?

Setelah si anak minum obat, diharapkan suhu tubuhnya turun sampai batas aman, tidak perlu sampai demamnya hilang sama sekali. Sekali

lagi, demam sendiri tidak berbahaya asal tidak terlalu tinggi. Setelah minum obat, anak mungkin masih mengalami demam tapi suhunya tidak terlalu tinggi.

Suhu yang terlalu tinggi harus dihindari, terutama buat anak yang pernah punya riwayat kejang-demam. Sekali anak mengalami kejang demam, ia punya kemungkinan mengalaminya lagi saat mengalami demam tinggi lagi. Selain itu, obat demam

Tujuan minum obat tidak

untuk menghilangkan

demam tetapi untuk

menurunkan suhu.

(15)

15

diperlukan untuk menghentikan rewel pada bayi yang membuatnya menjadi kurang tidur.

Jika memang obat penurun panas diperlukan, obat pilihan utama yang dianjurkan adalah parasetamol. Dibandingkan obat-obat penurun panas lainnya, parasetamol paling aman asalkan digunakan dengan dosis normal dan tidak dalam jangka panjang. Contoh merek dagang yang terkenal: Panadol®.

Jika pasien tidak bisa menelan obat, ia bisa menggunakan parasetamol dalam bentuk supositoria (mirip torpedo) yang dimasukkan ke dalam dubur.

Hati-hati jika menggunakan obat tetes. Baca betul aturan pakainya. Pada saat meneteskan ke mulut bayi, pastikan betul volumenya sudah tepat untuk menghindari risiko overdosis. Pasalnya, obat tetes mengandung parasetamol dalam konsentrasi yang tinggi. Kesalahan volume sebesar 0,3 ml liter saja bisa menyebabkan anak minum parasetamol 30 mg lebih banyak. Overdosis parasetamol bisa menyebabkan masalah di lever (hati).

Risiko overdosis harus diwaspadai mengingat aturan pakai obat-obatan di Indonesia biasanya didasarkan pada umur, bukan berat badan. Padahal, yang lebih tepat mestinya didasarkan pada umur dan berat badan. Ada kalanya anak baru berusia dua tahun tapi tubuhnya bongsor dan berat badannya seperti anak umur empat tahun. Begitu pula sebaliknya, anak dengan usia empat tahun tapi badannya kecil seperti anak umur dua tahun.

(16)

16

Pilihan Kedua: Ibuprofen

Jika parasetamol sudah tidak mempan, kita bisa menggunakan ibuprofen. Namun, pemakaiannya jangan digabung dengan parasetamol. Gunakan salah satu saja. Jika keduanya diberikan dalam waktu berdekatan, mungkin saja overdosis.

Contoh merek dagang ibuprofen yang terkenal: Proris®. Dibandingkan parasetamol, ibuprofen memiliki kemampuan menurunkan panas lebih kuat. Namun, obat ini memiliki kelemahan karena punya efek samping lebih banyak.

Ibuprofen sebaiknya tidak digunakan pada bayi di bawah enam bulan, atau pada kondisi demam yang disertai muntah dan dehidrasi, serta pada demam berdarah. Pada penderita demam berdarah, ibuprofen justru akan meningkatkan risiko pendarahan.

Jika parasetamol dan ibuprofen tidak mempan, sebaiknya segera pergi ke dokter. Kecuali atas resep dokter, sebaiknya jangan menggunakan aspirin (asetosal) karena obat ini punya efek buruk yang lebih banyak.

Obat demam-flu terbaik adalah istirahat dan minum banyak cairan, seperti air putih, jus buah yang encer, kuah sup, air hangat, ASI, susu, atau oralit siap minum (misalnya Pedialyte®). Dalam keadaan demam, tubuh kehilangan cairan lebih banyak dari biasanya. Itu sebabnya kita harus minum air lebih banyak dari biasanya.

(17)

17

Jangan memakai pakaian atau selimut yang tebal. Hindari mandi dengan air dingin. Sebaiknya gunakan air suam-suam kuku. Mandi dengan air dingin justru bisa merangsang tubuh untuk meningkatkan temperatur.

Obat

Contoh merek dagang

Parasetamol Panadol®, Alphagesic®, Alphamol®, Analpim®, Biogesic®, Bodrexin Demam®, Contratemp®, Cupanol®, Dumin®, Erphamol®, Farmadol®, Fasgo Forte®, Fevrin®, Grafadon®, Ikacetamol®, Itamol®, Lanamol®, Kamolas®, Maganol®, Naprex®, Moretic®, Nasamol®, Nufadol®, Ottopan®, Pamol, ®Praxion, Propyretic®, Pyrex®, Pyrexin®, Pyridol®, Sanmol®, Tempra®, Turpan®, Xepamol Drops®

Ibuprofen Proris®, Anafen®, Arfen®, Arthrifen®, Brufen®, Bufect®, Dofen 400®, Dolofen-F®, Ethifen®, Farsifen®, Fenatic®, Fenris®, Ibufenz®, Iprox®, Lexaprofen®, Mofen®, Moris®, Ostarin®, Profen®, Prosic®, Prosinal®, Rhelafen®, Ribunal®, Spedifen®, Yariven®

Kapan perlu ke dokter?

Pada Bayi dan Anak-anak:

 Jika demam mencapai 38,3 C atau lebih

(18)

18

 Jika bayi tidak mau makan atau minum

 Jika bayi terus-terusan rewel atau tidak responsif

 Disertai muntah, diare, ruam (bercak merah) di kulit, atau lesu

 Demam tidak sembuh lebih dari 24 jam (untuk anak yang belum genap dua tahun)

 Demam tidak sembuh lebih dari 3 x 24 jam (untuk anak di atas dua tahun)

Pada Orang Dewasa:

 Jika demam mencapai 39,4 C atau lebih

 Jika demam tidak sembuh dalam tiga hari

 Disertai salah satu dari gejala ini: sakit kepala hebat, nyeri saat menelan makanan, ruam di kulit yang berkembang, sensitif terhadap cahaya terang, leher kaku dan sakit saat digerakkan, muntah-muntah, kesulitan bernapas, nyeri dada, nyeri perut, atau nyeri saat kencing

(19)

19

2

OBAT SAKIT KEPALA

DAN NYERI

Apa obat sakit kepala yang paling cespleng? Jika Anda bertanya kepada Hilbram Dunar, presenter acara Mario Teguh

Golden Ways, jawabannya tentu Bodrex®. Tapi kalau Anda

bertanya kepada Mario Teguh, biangnya langsung, tentu jawabannya lain: Pamol Forte®—sambil tak lupa memberi nasihat bahwa solusi selalu ada.

Kalau Anda bertanya kepada Tom, si kucing yang selalu sial dalam serial kartun Tom and Jerry itu, jawabannya tentu lain lagi: Aspirin®. Di beberapa episode, Tom digambarkan minum obat ini karena pusing dikerjai oleh Jerry. Tom dan Jerry perlu kita bahas

(20)

20

di sini karena hal ini berkaitan dengan budaya memilih obat sakit kepala di masyarakat.

Kesimpulannya, mana yang lebih cespleng: Pamol Forte®, Bodrex®, atau Aspirin®? Tidak ada obat sakit kepala yang cespleng. Kalaupun ada, wallahu a’lam. Obat yang cespleng harusnya bisa menyembuhkan sakit sampai ke akar-akarnya.

Faktanya, tidak ada obat sakit kepala yang menyembuhkan sampai ke akar penyebabnya. Obat sakit kepala yang banyak beredar di pasar hanya meredakan rasa nyeri. Nyeri kepala hanyalah gejala, bukan sakit itu sendiri.

Kemungkinan penyebab sakit ini banyak sekali, lebih dari dua ratusan. Bukan hanya penyakit di sekitar kepala dan leher. Gangguan di daerah perut, dada, pembuluh darah, bahkan ujung kaki pun bisa menyebabkan sakit kepala. Jadi, bukan pekerjaan mudah, bahkan bagi dokter sekalipun, untuk mencari akar masalahnya.

Untuk menemukan penyebabnya, dokter harus melakukan pemeriksaan menyeluruh. Jadi, jangan merasa dikerjai jika hanya karena urusan sakit kepala, dokter bertanya urusan makan, tidur, sampai masalah di kantor dan problem rumah tangga. Itu bagian dari metode dokter menemukan akar penyakit.

Sebagian besar orang pernah mengalami sakit kepala, terutama kaum perempuan. Seperti namanya, gejala utama sakit

(21)

21

ini berupa rasa nyeri di sekitar daerah kepala dan leher. Nyeri ini bisa berlangsung selama beberapa jam sampai beberapa hari.

Sakit kepala bisa disebabkan oleh bermacam-macam faktor, kemungkinannya banyak sekali. Beberapa di antaranya:

Perubahan hormonal

Ini adalah jawaban kenapa sakit kepala lebih banyak dialami oleh perempuan daripada laki-laki. Jadi, penyebabnya bukan karena laki-laki lebih menyebalkan, melainkan karena memang secara biologis perempuan lebih kompleks daripada laki-laki.

Perempuan punya siklus hormonal yang menyebabkan kadar estrogen naik turun. Perempuan haid, laki-laki tidak. Perempuan hamil, laki tidak. Perempuan menyusui, laki-laki tidak. Semua proses ini melibatkan perubahan hormonal yang bisa menyebabkan sakit kepala. Pada peempuan, sakit kepala biasanya terjadi menjelang atau selama menstruasi. Sebagian perempuan mengalami sakit kepala saat hamil, menopause (mati haid), atau minum pil kontrasepsi (pil KB).

Stres

Jangan heran bila stres nanti masuk ke berbagai bab. Gangguan psikis ini memang bisa menyebabkan banyak sekali

(22)

22

penyakit, mulai dari sakit kepala, sakit mag, gangguan tidur, sampai tekanan darah tinggi.

Stres dan sakit kepala sebetulnya terjadi di tempat yang berbeda. Stres terjadi hanya di otak, sementara sakit kepala terjadi di kepala dan leher. Otak sendiri sebetulnya tidak bisa merasakan nyeri karena otak tidak memilki saraf yang sensitif terhadap rangsangan nyeri. Nyeri disebabkan oleh saraf-saraf di wilayah kepala dan leher.

Lalu kenapa stres memikirkan atasan yang menyebalkan atau pasangan yang bawel bisa menjadi pemicu sakit kepala? Diduga, ini terjadi lewat mekanisme yang dikenal sebagai

mind-body connection.

Makanan

Misalnya, pemanis buatan (seperti aspartam, yang banyak terdapat di dalam minuman buatan pabrik), minuman tinggi kafein (seperti kopi kental atau suplemen yang biasa disebut “minuman berenergi”), makanan yang banyak mengandung garam atau penyedap rasa MSG (misalnya mi instan), makanan awetan, alkohol (misalnya wine), cokelat atau keju jenis tertentu, dan masih banyak lagi. Semua contoh yang disebut ini bisa saja menjadi biang keladi sakit kepala pada orang-orang tertentu.

(23)

23

Selain jenis makanan, sakit kepala bisa juga disebabkan oleh pola makan, misalnya makan tidak teratur, telat makan, atau makan dalam jumlah terlalu banyak.

Perubahan pola tidur

Sebagian besar orang butuh tidur 7–8 jam sehari. Kurang tidur atau kebanyakan tidur sama-sama bisa menjadi penyebab sakit kepala. Sebagian orang memang terbiasa tidur singkat, tapi mereka ini bukan pembanding yang umum.

Dalam urusan tidur, yang penting tidak hanya kuantitas tapi juga kualitas. Sekalipun kita tidur selama delapan jam sehari, bisa saja kita masih kurang istirahat jika kita tidur tidak nyenyak. Selain itu, sakit kepala bisa juga dipicu oleh perubahan jam tidur (misalnya karena kerja shift), atau jet lag.

Ketegangan otot di daerah leher atau kepala

Misalnya, terlalu lama bekerja di depan komputer, terlalu lama menonton televisi, salah postur saat tidur. Bisa juga disebabkan karena ketegangan otot penglihatan. Misalnya, kita mestinya sudah memakai kacamata tetapi memaksakan diri banyak membaca tanpa kacamata. Ini juga bisa memicu sakit kepala.

(24)

24 

Faktor fisikal

Misalnya, bekerja terlalu capek atau melakukan aktivitas fisik yang terlalu berat.

Perubahan lingkungan

Contohnya, pindah bekerja di tempat baru, ruangan baru, kantor baru, atau tempat tinggal baru.

Putus kafein, putus nikotin, dsb.

Jika seseorang biasa minum kopi atau merokok, lalu dia menghentikan kebiasaan ini, ia bisa mengalami sakit kepala karena otaknya sudah terbiasa mendapat suplai kafein dari kopi atau nikotin rokok.

Rangsangan indra

Misalnya, cahaya lampu yang terlalu terang, sinar matahari yang menyilaukan, suara yang terlalu bising, atau parfum yang terlalu menyengat.

Gas polutan

Misalnya, asap knalpot, uap cat, atau asap rokok.

Pemakaian obat

Obat bisa menjadi biang keladi sakit kepala, terutama obat sakit kepala yang diminum terus-menerus. Mungkin ini

(25)

25

terdengar aneh tapi memang begitulah sifat obat. Jika kita sakit kepala, lalu minum obat sakit kepala, rasa sakit itu bisa hilang sesaat. Namun, jika kita terus-terusan minum obat tersebut, obat itu justru bisa memicu sakit kepala.

Itu sebabnya kalau kita langganan sakit kepala, sebaiknya kita fokus ke penyebabnya, bukan dengan cara mengandalkan obat-obatan. Obat sakit kepala hanya menyelesaikan masalah sesaat, tidak menyelesaikan masalah secara permanen, bahkan mungkin saja bisa menambah masalah.

Penyakit lain

Sakit kepala mungkin saja merupakan gejala dari penyakit lain, misalnya flu, demam berdarah dengue, tifus (demam tifoid), infeksi lain, tekanan darah tinggi (hipertensi), tumor, gangguan pembuluh darah, gangguan saraf gigi, dan masih banyak lagi.

Selain contoh-contoh di atas, masih ada amat sangat banyak sekali faktor yang termasuk kategori “dan lain-lain”. Saking banyaknya, tidak mungkin disebut satu per satu di sini.

Atasi Akar Masalahnya

Jika kemungkinan penyebab sakit kepala begitu banyak, lalu bagaimana kita bisa mengobatinya? Di sinilah pentingnya kita mengenali penyebabnya dengan tepat. Kekeliruan mengenali

(26)

26

penyebabnya bisa menyebabkan sakit kepala berulang terus dan menjadi kronis. Karena penyakit ini sangat berkaitan dengan pola hidup kita sehari-hari, orang yang paling tahu penyebabnya adalah kita sendiri.

Untuk mengatasi rasa nyeri, kita bisa minum obat-obat yang dijual bebas di apotek. Namun, harap dicatat, obat-obat ini hanya bekerja menghilangkan rasa nyeri. Jika masalah utama penyebab sakit kepala tidak diselesaikan, maka nyeri bisa saja timbul lagi berulang-ulang.

Pengobatan harus meliputi dua hal, yaitu pengobatan simptomatis (mengatasi rasa nyerinya) dan pengobatan kausatif (menghilangkan penyebabnya). Keduanya harus dilakukan beriringan. Setelah rasa nyeri diatasi, si biang keladi nyeri juga harus dihilangkan. Misalnya, jika sakit kepala dipicu oleh pola tidur yang tidak teratur, kita juga harus mengatur pola tidur dengan lebih baik. Jika penyebabnya adalah stres, kita harus mengatasi dulu stres itu. Jika penyebabnya adalah hipertensi, maka penderita juga harus mengontrol tekanan darahnya. Sekali lagi, sakit kepala sangat berkaitan dengan gaya hidup secara umum. Obat antinyeri saja tidak cukup. Harus disertai perubahan pola hidup.

Jika akar masalahnya tidak diselesaikan, sakit kepala cenderung menjadi kronis. Jika sudah kronis, umumnya penderita akan sangat tergantung kepada obat. Sedikit-sedikit minum obat.

(27)

27

Bahkan, satu tablet kadang tidak mempan lagi lalu sampai harus menenggak dua tablet sekaligus. Selain akan membahayakan lever (hati), minum obat terus-menerus juga akan menyebabkan penderita lebih gampang terkena nyeri.

Obat-obat yang Biasa Digunakan

Sebagian besar obat sakit kepala dijual bebas. Bisa didapatkan di apotek, toko obat, maupun toko kelontong. Dalam bahasa medis, obat sakit kepala digolongkan ke dalam analgesik. Arti harfiahnya,

antinyeri. Karena khasiatnya meredakan nyeri, obat sakit kepala

bisa juga digunakan untuk mengobati nyeri lain, tidak hanya di kepala. Misalnya, untuk sakit gigi, nyeri otot, rematik, hingga nyeri haid. Pokoknya, semua sakit yang melibatkan rasa nyeri.

Sebagian besar obat pereda nyeri juga punya khasiat menurunkan demam. Dalam istilah medis, khasiat menurunkan demam ini disebut antipiretik. Itu sebabnya, dalam buku-buku medis, obat sakit kepala, pereda nyeri, dan obat demam biasanya masuk dalam satu bab: Analgesik-Antipiretik.

Beberapa contoh obat analgesik-antipiretik antara lain:

1. Parasetamol

Kadang di kemasan obat ditulis asetaminofen atau

N-asetil-para-aminofenol. Ketiganya bersinonim alias sama saja.

(28)

28

lain.) Dibanding obat-obat lain di dalam kelompok ini, parasetamol hingga saat ini dianggap paling aman. Baik bagi perempuan hamil, ibu yang menyusui, maupun anak-anak.

Namun, penggunaan dosis besar dalam jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan hati. Itu sebabnya, meskipun relatif aman, parasetamol tetap tidak dianjurkan untuk dikonsumsi terus-menerus dalam dosis besar. Salah satu kelebihan obat ini adalah bisa diminum saat perut kosong tanpa mengganggu lambung. Dosis umum sekali minum 500 mg. Contoh merek dagang: Lihat Bab Obat Demam.

2. Asetosal

Nama lainnya asam asetil salisilat atau aspirin. Ketiganya

sami mawon alias setalen tiga wang.

Asetosal mungkin bisa dianggap obat pereda nyeri dan demam yang paling legendaris. Di masyarakat Barat, aspirin merupakan obat sakit kepala legendaris. Itu sebabnya, saat sakit kepala, Tom memilih obat ini, bukan parasetamol.

Di buku-buku atau artikel berbahasa Inggris, obat sakit kepala identik dengan aspirin/asetosal. Jika Anda membaca artikel kesehatan berbahasa Indonesia yang mengidentikkan obat sakit kepala dengan aspirin, Anda boleh menduga artikel itu terjemahan letterlijk dari tulisan berbahasa Inggris. Di

(29)

29

masyarakat Indonesia, obat sakit kepala yang paling banyak dikonsumsi adalah parasetamol. Budaya kita berbeda dari budaya Tom dan Jerry.

Selain berkhasiat meredakan nyeri dan demam, aspirin dalam dosis kecil (80–100 mg) juga biasa dipakai untuk mencegah penggumpalan darah pada penderita serangan jantung atau stroke. Merek dagang yang populer: Aspilets®. Bukan untuk sakit kepala, melainkan untuk mencegah stroke atau serangan jantung. Untuk obat sakit kepala, dosis umum aspirin sekitar 500 mg.

Contoh merek dagang yang terkenal: Aspirin®, Inzana®. (Aspirin sebetulnya nama dagang asetosal milik produsen farmasi asal Jerman, Bayer. Karena saking legendarisnya, nama dagang ini menjadi nama lain dari asetosal.)

Sesuai namanya, asam asetil salisilat ini bersifat asam. Sifat asam membuat obat ini punya efek samping mengiritasi lambung dan karenanya tidak cocok buat orang dengan sakit mag. Juga tidak disarankan diminum dalam keadaan perut kosong. Efek samping lain yang juga bisa terjadi antara lain reaksi alergi pada kulit dan telinga berdengung.

Obat ini tidak dianjurkan untuk diberikan kepada anak yang menderita flu (dan infeksi virus lainnya) karena berpotensi menyebabkan penyakit yang disebut Sindrom Rye. Gejalanya antara lain muntah dan demam tinggi. Obat ini juga tidak

(30)

30

dianjurkan buat kasus demam berdarah dengue karena justru akan meningkatkan risiko perdarahan.

3. Ibuprofen

Di Indonesia, obat ini lebih dikenal sebagai obat turun panas pada anak-anak daripada pereda nyeri. Sama seperti aspirin, ibuprofen sebaiknya dihindari kalau kita memiliki gangguan mag. Obat ini memang cukup efektif untuk demam tinggi, tapi sebaiknya tidak digunakan pada demam berdarah dengue karena justru akan meningkatkan risiko perdarahan.

Contoh merek dagang yang mengandung obat ini: Lihat Bab Obat Demam.

Dari nama merek dagang ibuprofen kita bisa melihat, budaya masyarakat sangat mempengaruhi persepsi kita terhadap khasiat obat. Proris® selama ini lebih terkenal sebagai penurun panas pada anak-anak. Padahal, bisa saja orang dewasa minum obat ini untuk sakit gigi, misalnya.

4. Asam mefenamat

Obat ini lebih dikenal sebagai pereda nyeri untuk sakit gigi. Contoh merek dagang yang terkenal: Ponstan®. Obat ini sebetulnya tidak termasuk obat bebas. Kalaupun tidak dengan resep dokter, setidaknya harus lewat konsultasi dengan

(31)

31

apoteker. Tapi faktanya obat ini bisa kita dapatkan dengan mudah. Tidak hanya di apotek, tapi juga di toko-toko obat.

Mengapa kategorinya bukan obat bebas? Pertimbangannya selalu masalah keamanan. Pasalnya, pada sebagian orang, obat ini bisa menimbulkan gangguan darah karena itu harus digunakan dengan hati-hati. Selain itu, sesuai namanya, "asam mefenamat", obat ini juga bersifat asam.

Nama obat memang bisa dijadikan sebagai patokan umum. Kalau didahului oleh kata “asam”, biasanya obat jenis ini bisa mengiritasi lambung. Sama seperti aspirin, obat ini sebaiknya dihindari kalau kita memiliki gangguan mag. Juga sebaiknya tidak diminum dalam keadaan perut kosong.

Obat

Contoh merek dagang

Asam mefenamat

Ponstan®, Allogon®, Alpain®, Altran®, Anacof®, Analspec®, Anastan Forte®, Asimat®, Benostan®, Cetalmic®, Corstanal®, Datan Forte®, Dentacid®, Dogesic®, Dolos®, Femisic®, Fensik 500®, Gitaramin®, Grafamic®, Grafix®, Lapistan®, Licostan®, Maxstan®, Mefast®, Mefinal®, Mefinter®, Menin®, Molasic®, Nichostan®, Opistan®, Ponalar®, Poncofen®, Pondex®, Ponsamic®

(32)

32

5. Aminofenazon

Obat ini masih satu kelompok dengan asam mefenamat. Dibandingkan golongan parasetamol dan asetosal, obat ini relatif kurang aman. Itu sebabnya obat-obat golongan ini tidak boleh digunakan secara bebas. Di beberapa negara, obat golongan ini tidak boleh beredar. Tapi di Indonesia, obat ini masih bisa dijumpai di dalam beberapa produk.

Termasuk dalam kategori ini adalah obat-obat analgesik yang namanya berakhiran dengan “–azon”, seperti isopropil

fenazon, propifenazon (isopropil antipirin), dan fenil butazon. Demi pertimbangan keamanan, sebaiknya hindari

berurusan dengan obat-obat jenis ini kecuali lewat resep dokter. Di pasaran, masih ada beberapa produk obat sakit kepala dan migrain yang mengandung propifenazon. Sekalipun faktanya obat ini bisa dibeli tanpa resep, sebaiknya kita hanya mengonsumsinya kalau sudah berkonsultasi ke dokter atau apoteker.

6. Antalgin

Nama lainnya metamizol, metampiron. Obat ini pun masih satu kelompok dengan aminofenazon dan asam mefenamat. Di beberapa negara, obat ini dilarang beredar. Tapi di Indonesia, obat ini masih beredar dengan status obat keras.

(33)

33

Konsumen awam sebaiknya tidak menggunakan obat golongan ini kecuali dengan resep dokter. Contoh merek dagang yang cukup terkenal adalah Novalgin®.

Obat nomor 5 dan 6 ini sekadar untuk pengetahuan, mungkin kita mendapat obat ini dari kawan atau penjual obat. Umumnya kita sangat jarang berurusan dengan obat-obat ini. Sekali lagi, pilihan utama untuk sakit kepala dan demam adalah parasetamol. Sebelum minum obat, biasakan untuk membaca komposisinya lebih dulu, siapa tahu produk itu mengandung obat yang sebaiknya kita hindari.

Aman Dulu, Ampuh Belakangan

Satu merek obat kadang berisi salah satu obat di atas, kadang berisi kombinasi dua atau lebih obat. Apa pun obat yang Anda minum, biasakan untuk mencari tahu kandungannya lebih dulu. Tujuannya agar kita terhindar dari efek buruk yang mungkin terjadi. Dalam hal konsumsi obat, pedoman pertama: do no harm. Jangan minum sesuatu yang mungkin membahayakan.

Jika Anda membeli obat (sekalipun obat bebas), usahakan membelinya di apotek daripada di toko. Tiap kali mendapatkan obat, pastikan Anda mengetahui merek (nama dagang) obat itu. Biasanya merek obat tercantum di bungkusnya. Jika di

(34)

34

bungkusnya tidak ada keterangan tentang kandungan obat, jangan lupa bertanya. Itu hak pasien.

Untuk mengecek kandungan obat, Anda bisa mengunjungi situ Badan POM di http://www.pom.go.id/webreg/.

Pilihan pertama obat sakit kepala dan demam adalah parasetamol 500 mg. Di pasaran, ada beberapa produk yang berisi parasetamol di atas 500 mg. Ada yang 600 mg, bahkan ada yang 650 mg. (Silakan cek berapa miligram parasetamol di dalam produk yang diiklankan oleh Hilbram Dunar dan Mario Teguh.) Ada juga parasetamol yang dikombinasikan dengan obat lain yang masih satu kelompok, misalnya plus ibuprofen atau asetosal. Kalau ditotal, dosis keduanya lebih besar dari parasetamol 500 mg.

Makin besar dosis suatu obat, biasanya obat memang akan makin manjur tapi tentu saja makin besar efek buruknya. Maka, demi alasan keamanan, sebagai pedoman pertama: pilihlah parasetamol tunggal yang dosisnya standar saja, yaitu 500 mg. Biasakan membaca label obat sebelum mengonsumsinya. Kalau dosis lazim parasetamol sebesar 500 mg tidak mempan, sebaiknya kita berusaha lebih sungguh-sungguh untuk menghilangkan penyebab sakitnya, bukan dengan cara menaikkan dosisnya atau minum beberapa macam jenis obat.

Di pasaran juga banyak produk parasetamol yang dikombinasikan dengan kafein. Jika memang kita tidak

(35)

35

memerlukan kafein, lebih baik kita minum parasetamol tunggal saja. Sekali lagi, biasakan membaca label obat sebelum mengonsumsinya.

Minum obat kombinasi parasetamol plus kafein sama saja dengan minum obat sakit kepala bersamaan dengan minum secangkir kopi. Kalau pada saat yang sama kita juga minum kopi, maka efek sampingnya tentu akan lebih besar lagi. Obat kombinasi seperti ini mungkin kita perlukan dalam kondisi khusus, misalnya ketika kita mengalami sakit kepala saat berkendara atau saat melakukan aktivitas yang menuntut kita tetap dalam kewaspadaan tinggi.

Ke Dokter Jika

Sebagian besar kasus sakit kepala memang masuk kategori yang tidak membahayakan jiwa. Namun, pada beberapa kasus, sakit kepala bisa sangat membahayakan, terutama jika berhubungan dengan penyakit lain. Ada sangat banyak penyakit yang menimbulkan gejala sakit kepala. Sekadar menyebut contoh, hipertensi, tumor kepala, penyempitan pembuluh darah kepala, infeksi, radang, trauma kepala, dan masih banyak lagi.

Contoh ekstrem, sakit kepala bisa saja merupakan gejala dini sebelum serangan stroke. Jika sakit kepala dianggap enteng dan hanya diatasi dengan parasetamol, akibatnya bisa fatal. Itu

(36)

36

sebabnya penderita harus tanggap dan segera mengenali penyebabnya.

Umumnya sakit kepala tidak sampai mengharuskan kita pergi ke dokter. Namun, untuk menghindari kemungkian risiko yang lebih buruk, kita sebaiknya pergi ke dokter jika:

 Sakit kepal sangat parah dan sampai mengganggu tidur.

 Disertai kaku-leher, mual, muntah, demam, padangan mata kabur, kesadaran menurun.

 Sakit kepala kronis, misalnya dalam seminggu terjadi 2–3 kali.

 Sakit kepala makin lama makin parah.

Agar penyebabnya mudah dikenali, penderita sangat disarankan membuat catatan lengkap, misalnya kapan terjadi nyeri, bagaimana rasanya, berapa lama, apa yang dimakan selama 24 jam terakhir, kapan dan berapa lama ia istirahat, adakah stres di kantor atau di rumah, obat apa saja yang diminum, dsb. Makin lengkap datanya, makin mudah dokter menemukan biang keladinya.

(37)

37

3

OBAT FLU-PILEK

Apa beda antara flu dan pilek? Ini pertanyaan awam yang jawabannya masih belum disepakati di kalangan ahli bahasa kedokteran. Hingga saat ini, istilah flu dan pilek masih sering dipakai secara bergantian sebagai sinonim. Kamus Besar Bahasa

Indonesia edisi IV pun masih belum membedakan keduanya

dengan jelas. Selain flu dan pilek, masih ada istilah lain yang mirip, yaitu selesma dan influenza.

Pilek: sakit (demam) dengan banyak mengeluarkan ingus (biasanya disertai batuk-batuk kecil); selesma.

Flu: penyakit menular pd saluran pernapasan yg disebabkan oleh virus; influenza; pilek

Selesma: sakit kedinginan sehingga mengeluarkan ingus; pilek; ingus.

Influenza: radang selaput lendir pada rongga hidung (yang menyebabkan demam); penyakit demam yang mudah menular, disebabkan oleh virus yang menyerang saluran pernapasan dsb; selesma

(38)

38

Sebagian kalangan medis membedakan keduanya. Penjelasannya mungkin agak ruwet untuk kebanyakan orang awam. Untuk menyamakan persepsi di buku ini, kita bisa menganggap flu adalah pilek yang berat. Kalau gejalanya hanya berupa bersin-bersin dan hidung meler, itu namanya pilek. Tapi kalau gejalanya berat sampai disertai demam dan sakit kepala, itu bisa disebut sebagai flu.

Flu bisa disertai sakit kepala, demam, dan batuk. Itu sebabnya obat flu kadang sulit dibedakan dari obat sakit kepala, obat demam, dan obat batuk.

Penyebab

Flu dan pilek adalah penyakit yang disebabkan oleh virus, bukan bakteri. Virus dan bakteri sama-sama kuman tapi ukuran virus lebih kecil dari ukuran bakteri, struktur biologisnya juga lebih sederhana.

Virus penyebab flu dan pilek ini bermacam-macam. Jenisnya sekitar 200-an. Virus ini menyerang saluran napas bagian atas, yaitu hidung dan tenggorok. (Sekadar untuk diketahui, istilah yang dipakai di kalangan medis adalah tenggorok, bukan tenggorokan).

Virus flu ini masuk ke dalam tubuh lewat mulut atau hidung. Kuman-kuman ini menular lewat percikan cairan saat

(39)

39

penderita bersin, batuk, atau bicara. Bisa juga menular lewat benda-benda yang dipegang penderita.

Karena disebabkan oleh virus, penyakit flu ini tidak bisa diobati dengan antibiotik. Jadi, pasien tak perlu minum antibiotik. Percuma, sia-sia, mubazir. Antibiotik hanya bisa bekerja untuk infeksi bakteri. Obat jenis ini tidak berdaya menghadapi virus.

Bagian ini perlu kita bahas karena di Indonesia sebagian kalangan masyarakat punya kebiasaan yang tidak rasional. Saat terkena flu, mereka berusaha mengobati diri sendiri, pergi ke apotek membeli antibiotik yang merupakan obat resep tapi biasa dijual bebas. Bahkan, sebagian dokter pun punya kebiasaan meresepkan antibiotik buat pasien flu, terutama pasien anak-anak. Jadi, pasien, apoteker, sampai dokter pun sering menggunakan antibiotik secara tidak rasional.

Kalau begitu, apa yang bisa kita lakukan kalau terkena flu? Masak, sakit kok tidak minum obat?

Penyakit ini termasuk self limiting diseases. Artinya, gejalanya bisa hilang dengan sendirinya, asalkan daya tahan tubuh dalam kondisi normal, dan tidak disertai dengan komplikasi penyakit lainnya. Jadi, tanpa minum obat pun penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya, biasanya dalam tempo satu sampai dua minggu.

Kalau gejalanya sudah dalam tingkat menjengkelkan, misalnya sakit kepala berat atau hidung meler tak henti-henti,

(40)

40

bolehlah kita minum obat untuk meringankan gejala-gejala tersebut. Namun, perlu dicatat, obat-obat ini tidak menyembuhkan flu, melainkan hanya meredakan gejalanya. Obat-obat ini tidak membasmi virusnya, tapi hanya meredakan sakit kepala atau hidung melernya.

Umumnya obat-obat flu termasuk golongan obat bebas. Istilah kerennya OTC (over the counter), boleh dibeli bebas di konter toko atau apotek tanpa resep dokter. Sama seperti obat sakit kepala, obat flu juga merupakan golongan obat yang paling banyak dibeli di apotek.

Yang perlu diingat adalah bahwa semua obat flu bekerja secara simptomatis (hanya menghilangkan gejala), tidak melawan virus penyebabnya. Tugas menghalau virus ini tetap dilakukan oleh sistem pertahanan tubuh kita sendiri. Fungsi obat hanya membantu supaya selama perang melawan virus itu, kita tidak terganggu sakit kepala, demam, batuk, ataupun pilek.

Di pasar, merek dagang obat flu jumlahnya berjibun. Bahasa Jawanya sak arat-arat. Harap maklum, permintaan pasar memang sangat tinggi. Pabrik-pabrik farmasi berlomba membuat produk obat flu. Semua diklaim paling manjur.

Sebetulnya, apa sih beda satu obat flu dengan obat lain? Untuk tahu jawabannya, pertama-tama kita harus tahu isinya. Secara umum, obat flu-pilek biasanya berisi:

(41)

41

1. Analgesik-antipiretik

Ini istilah medis untuk obat yang khasiatnya meredakan nyeri (analgesik) dan menurunkan demam (antipiretik). Baca juga Bab Obat Sakit Kepala & Nyeri. Obat flu berisi pereda nyeri karena memang salah satu gejala flu yang mungkin timbul adalah sakit kepala. Adapun khasiat antipiretik dimaksudkan untuk menurunkan gejala panas badan (demam) yang menyertai flu.

Dalam tulisan-tulisan medis, istilah analgesik biasanya berpasangan dengan antipiretik. Ini karena obat yang berkhasiat meredakan nyeri biasanya juga berkhasiat menurunkan demam. Contoh golongan obat ini antara lain

parasetamol dan asetosal. Di kemasan obat, parasetamol

kadang ditulis sebagai asetaminofen, sedangkan asetosal kadang ditulis dalam versi panjangnya, asam asetil salisilat.

2. Dekongestan (pelega hidung)

Obat golongan ini bekerja melegakan hidung tersumbat. Istilah dekongestan (decongestant) berasal dari kata de- yang berarti

menghilangkan, dan congest yang merujuk pada penyumbatan saluran hidung. Contoh obat golongan ini: fenil propanolamin

(42)

42

dengan nama fenil propanolamin. Ya, obat ini memang lebih dikenal sebagai PPA, singkatan dari phenyl-propanolamine. PPA inilah bahan obat yang sempat berkali-kali diributkan karena adanya berita bahwa obat ini ditarik dari pasar. Untuk lebih jelasnya, silakan baca Bab PPA & Obat Pelega Hidung.

3. Antihistamin (antialergi)

Obat ini bekerja dengan cara menetralkan histamin. Histamin sendiri adalah bahan yang bertanggung jawab terhadap timbulnya gejala flu-pilek seperti hidung meler dan bersin-bersin. Contoh obat golongan ini klorfeniramin maleat,

difenhidramin, tripolidin, bromfeniramin maleat.

Dari sekian banyak contoh antihistamin di atas, yang paling banyak digunakan adalah klorfeniramin maleat. Nama ini mungkin tidak begitu akrab di telinga awam. Dalam bahasa sehari-hari, kita mengenalnya dengan sebutan CTM, singkatan dari chlor-trimeton, nama lain klorfeniramin maleat. CTM,

klorfeniramin maleat, chlor-trimeton, semuanya setali tiga

uang alias sami mawon.

Selain punya khasiat antialergi dan menekan refleks batuk, antihistamin punya efek samping membuat kantuk. Itu sebabnya, saat minum obat flu yang mengandung antihistamin, kita disarankan untuk tidak mengendarai

(43)

43

kendaraan bermotor karena obat ini bisa mengurangi kemampuan kita berkonsentrasi.

Obat flu hanya akan menyebabkan kantuk kalau ia berisi golongan antihistamin. Kalau tidak mengandung antihistamin, obat flu biasanya tidak menyebabkan kantuk. Jadi, agar kita tidak mengantuk, pilihlah obat flu yang tidak mengandung kelompok antihistamin.

4. Obat batuk

Karena flu kadang disertai batuk, banyak produk obat flu mengandung obat batuk. Ada dua kelompok besar obat batuk, yaitu penekan batuk (antitusif) dan pengencer dahak (ekspektoran). Antitusif bekerja langsung di otak dengan cara menekan sistem refleks batuk. Contoh obat, dekstrometorfan dan noskapin.

Sementara ekspektoran bekerja dengan cara membantu mengurangi kekentalan dahak sehingga lebih mudah dikeluarkan. Contoh obat, bromheksin, guaifenesin (biasa disebut juga gliseril guaiakolat atau GG), ambroksol, dan

karbosistein. Untuk penjelasan lebih detail, baca Bab Obat

(44)

44

Obat flu-pilek umumnya berisi satu atau beberapa jenis obat golongan di atas. Kadang, satu tablet berisi semua jenis obat di atas. Di Indonesia, sebagian pabrik farmasi punya kecenderungan untuk membuat satu obat berisi bermacam-macam kombinasi bahan aktif. Obat “sapu jagat” semacam ini memang bisa sangat laris karena bisa untuk segala jenis flu-pilek. Namun, dari sisi keamanan terapi, cara ini sebetulnya tidak sesuai dengan kaidah farmasi yang baik. Harusnya pencampuran obat dilakukan seminimal mungkin untuk menghindari interaksi obat dan efek samping yang tidak perlu.

Sebagai pedoman umum, sebaiknya pilihlah obat yang isinya memang benar-benar kita butuhkan. Jangan membiasakan diri minum obat sapu jagat. Sebagai contoh, jika pileknya tidak disertai dengan sakit kepala atau demam, kita tak perlu minum obat flu-pilek yang berisi parasetamol. Jika flu tidak disertai penyumbatan saluran napas, kita tak perlu minum obat yang mengandung PPA atau pseudoefedrin.

Ingat, obat sejatinya adalah racun. Makin banyak kita minum obat, artinya makin banyak kita minum racun—sesuatu yang tidak kita perlukan dan hanya akan membebani tubuh.

Obat-obat flu-pilek di pasaran sebagian besar berada dalam bentuk kombinasi yang berisi dua, tiga, empat, bahkan lima jenis obat dari kelompok parasetamol (antinyeri-antidemam), CTM (antialergi), PPA (pelega hidung), dekstrometorfan (penekan

(45)

45

batuk), ekspektoran (pengencer dahak). Dari sisi keamanan, makin banyak kombinasinya, makin besar efek samping dan mudaratnya. Karena itu, sebagai pedoman umum: gunakan obat yang memang kita perlukan saja.

Jika gejala flu berupa

Pilihlah Obat yang Mengandung Antihistamin (antialergi) Dekongestan (pelega hidung) Analgesik-antipiretik (antinyeri-antidemam) Antitusif (penekan batuk) Ekspektoran (pengencer dahak) Bersin-bersin, hidung meler ringan, batuk ringan √ Hidung meler sampai tersumbat √ Demam atau sakit kepala √ Batuk kering √ Batuk berdahak √

Biasanya saat kita mengalami flu-pilek, jarang sekali semua gejala di atas muncul bersamaan. Pada umumnya hanya dua atau tiga saja gejalanya. Karena itu, kalau memang kita harus

(46)

46

menggunakan obat flu, pilihlah obat yang memang kita perlukan saja sesuai gejala.

Sebagai contoh, kalau flu-pilek tidak disertai batuk, buat apa membeli obat batuk yang mengandung pengencer dahak (ekspektoran) atau penekan batuk (antitusif)? Begitu pula kalau hidung tidak tersumbat, tak ada gunanya kita membeli obat flu yang mengandung dekongestan (pelega hidung). Obat-obat yang tidak kita perlukan ini hanya akan membebani tubuh dengan efek samping.

Dari tabel berikut kita bisa melihat, makin ke bawah, makin banyak kandungan obatnya, dan tentu saja makin banyak kemungkinan efek samping dan mudaratnya. Perhatikan juga dosisnya. Sebagian produk mengandung pseudoefedrin 30 mg per takaran, sebagian lainnya mengandung 60 mg. Sebagai pilihan pertama, gunakan yang dosisnya 30 mg per takaran. Jika kita menggunakan produk pseudoefedrin 60 mg, hati-hati terhadap risiko efek sampingnya seperti jantung berdebar-debar atau susah tidur.

Satu hal lagi yang perlu diingat: apa pun penyakit kita, jangan pernah lupa pedoman umum berobat: jika sakit berlanjut, segera hubungi dokter.

(47)

47

Komposisi obat Contoh merek dagang

2

jen

is

o

bat

Antialergi & pelega hidung

Actifed®, Alerfed®, Crofed®, Flutrop®, Grafed®, Lapifed®, Librofed®, Mertisal®, Protifed®, Nichofed®, Nostel®, Protifed®, Quantidex®, Tremenza®, Trifed®, Trifedrin®, Valved®, Zentra®, Alco Plus®, Aldisa SR®, Bodrexin Pilek Alergi®, Cirrus®, Rhinofed®, Rhinos Junior®, Rhinos SR®, Clarinase®, Cronase®, Fexofed®, Telfast Plus®, Triaminic Pilek®, Nalgestan®

Penekan batuk

& pelega hidung Bantif Child®, Triaminic Batuk & Pilek® Pengencer dahak &

pelega hidung Triaminic Expectorant & Pilek® Parasetamol & pelega

hidung Sanaflu®, Topras®

3 jen is o bat Parasetamol, antialergi & pelega hidung

Contrex®, Corhinza®, Colpica®, Decolgen FX®, Decolgen Syrup®, Decolgen Tablet®, Deconal®, Fludane®, Flurin®, Flu-Tab®, Mixagrip®, Molexflu®, Panadol Cold & Flu Night®,

Paranomin®, Procold®, Refagan®, Trifedrin Plus®, Extra-Flu®, Flunax®

(48)

48

hidung & penekan batuk Recomint®, Sanaflu Plus Batuk®, Ultragrip®

Antialergi, pelega hidung & penekan batuk

Actifed Plus Cough Suppressant®, Lapifed DM®, Alco Plus DMP®, Hustadin®, Noscapax®, Tuseran Pedia DMP®

Antialergi, pelega hidung & pengencer dahak

Actifed Plus Expectorant®, Gifed Expectorant®, Lapifed Expectorant®, Valved DM®, Berlifed®, Polaramine Expectorant®

Parasetamol, antialergi

& pengencer dahak Hustab®, Kidikol®, Pinkid's Cough®

4 jen is o bat Parasetamol, antialergi, Pelega hidung

& penekan batuk

Alpara®, Anadex®, Antiza®, Corsagrip®, Flu Stop®, Fludane Plus®, Fludexin®, Flurin Dmp®, Flutamol P®, Lacoldin®, Kontrabat®, Mixaflu®, Tuzalos®, Frigrip®

Parasetamol, antialergi, Pelega hidung & pengencer dahak

Anacetine®, Bestocol®, Bisolfon Flu®, Bronchitin®, Bodrexin Syrup®, Bodrexin Flu & Batuk®, Bodrex Flu & Batuk Berdahak®, Bycolen®, Flutamol®, Frigrip®, Ikadryl Flu®, Kafsir®, Oskadon Flu & Batuk Berdahak®, Ponflu®, Supra Flu®, Stop Cold®, Ikadryl Flu®, Combi Flu®

Antialergi, pelega hidung, antibatuk & pengencer dahak

(49)

49 5 jen is o bat Parasetamol, antialergi, pelega hidung, antibatuk & pengencer dahak

Sebetulnya di kolom ini masih ada contoh produk-produk obat “sapu jagat” yang berisi lima jenis obat. Demi alasan keamanan, sebaiknya hindari penggunaannya kecuali tidak ada pilihan yang lebih aman, yang komposisinya memang benar-benar kita butuhkan.

(50)

50

4

PPA

& OBAT PELEGA HIDUNG

Di Indonesia, obat yang biasa disebut PPA (singkatan versi Inggris: phenyl propanolamine) ini sering sekali diributkan. Hampir sepanjang tahun. Dan lucunya, setiap tahun, materi yang diributkan itu-itu saja tapi tetap saja berulang. Beberapa tahun lalu, beredar hoax alias kabar tak benar yang menyebar lewat SMS dan e-mail. Isi berita itu mengatakan bahwa Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) Republik Indonesia telah melarang peredaran semua produk obat yang mengandung PPA. Di akhir tulisan, terdapat perintah yang tegas sekali: kirimkan informasi ini

(51)

51

Badan POM sudah berkali-kali memberikan penjelasan resmi. Meski begitu, hoax ini masih saja beredar. Penyebarannya jauh lebih cepat daripada berita resmi yang dikeluarkan oleh Badan POM.

Sebetulnya bagaimana sih duduk perkaranya?

Seperti yang sudah dijelaskan di Bab Obat Flu-Pilek, khasiat utama PPA adalah melegakan hidung yang mampet. Itu sebabnya, obat ini biasa dijumpai di dalam produk obat flu-pilek dan obat batuk. Namun, selain efek melegakan hidung, obat ini juga punya beberapa efek samping, misalnya jantung berdebar-debar, tekanan darah tinggi, dan berkurangnya nafsu makan.

Karena bisa mengurangi nafsu makan, PPA di beberapa negara dimanfaatkan sebagai obat pelangsing yang dijual bebas. Dosisnya dibuat tinggi sehingga peminumnya kehilangan nafsu makan dan akhirnya bisa kurus.

Sebagai pelega hidung mampet, dosis PPA biasanya tidak lebih dari 15 mg. Tapi sebagai obat pelangsing, dosisnya bisa beberapa puluh miligram. Jauh di atas dosis yang lazim untuk obat flu-pilek dan batuk.

Dalam dosis besar ini, PPA bisa meningkatkan risiko perdarahan di otak alias stroke. Itu sebabnya Food and Drug Administration (FDA, Badan POM di Amerika Serikat) melarang peredarannya sejak November 2000. Di beberapa negara lain,

(52)

52

PPA tidak boleh beredar sama sekali, atau beredar tapi hanya boleh didapatkan dengan resep dokter.

Itu kebijakan di luar negeri. Bagaimana dengan Indonesia? Di bawah ini penjelasan resmi (versi cerita bebas) Kepala Badan POM Dokter Husniah Rubiana Thamrin Akib, Sp.FK, tahun 2009. Penjelasan ini masih bisa dipakai sebagai acuan hingga sekarang karena kasus salah-informasi tentang PPA masih sering berulang dan isinya sebetulnya sama saja dari tahun ke tahun. (Ini salah satu tabiat buruk kita. Meributkan hal yang sama berulang-ulang, bertahun-tahun.)

Dibatasi, Bukan Dilarang

Sampai sekarang FDA Amerika masih merupakan rujukan utama di tingkat internasional mengenai obat dan makanan. Badan POM Republik Indonesia pun biasa merujuk ke badan ini. Namun, dunia farmasi tak bisa dilepaskan dari aspek budaya masyarakat. Dalam hal PPA, masyarakat Indonesia berbeda dari Amerika.

Di Amerika, PPA, selain digunakan di obat pilek, juga digunakan sebagai obat pelangsing dalam dosis besar. Kebiasaan ini tidak berlaku di Indonesia. Di negara kita, PPA tidak lazim dipakai sebagai obat pelangsing. Obat ini lazimnya hanya digunakan dalam obat flu-pilek dan batuk dalam dosis kecil, tak lebih dari 15 mg. Dosis ini dianggap masih aman. Itu sebabnya

(53)

53

Indonesia tidak melarang peredaran obat flu-pilek dan obat batuk yang mengandung PPA.

Yang dilakukan Badan POM adalah membatasi kadar PPA di dalam produk obat, maksimal 15 mg dalam satu takaran. Yang dimaksud satu takaran di sini adalah dosis sekali minum. Hanya produk yang mengandung PPA di atas 15 mg per takaran yang harus ditarik dari peredaran.

Jadi, di Indonesia, PPA tidak dilarang beredar, melainkan dibatasi pemakaiannya. Obat-obat flu-pilek yang mengadung PPA masih boleh beredar, masih bisa diminum sebagai pelega hidung, asalkan sesuai dengan batasan di atas.

Yang perlu dicatat, PPA memang punya beberapa efek samping buruk yang harus diwaspadai, misalnya jantung berdebar, tekanan darah meningkat, pusing, dan susah tidur. Itu sebabnya obat ini tidak boleh diminum oleh pasien yang punya darah tinggi, masalah jantung, diabetes, atau glaukoma (tekanan tinggi bola mata).

Makin besar dosis yang diminum, makin besar pula kemungkinan timbulnya efek samping tersebut. Hal ini perlu ditegaskan karena orang Indonesia punya kebiasaan tidak baik dalam minum obat, yakni minum beberapa tablet sekaligus, melebihi dosis yang dianjurkan.

Efek buruk ini sebetulnya bukan hanya dimiliki oleh PPA, tapi juga obat-obat dekongestan lain yang masih satu golongan,

(54)

54

misalnya efedrin dan pseudoefedrin. Jadi, kalau kita dianjurkan waspada terhadap PPA, mestinya kita juga waspada terhadap efedrin dan pseudoefedrin.

Yang menarik, karena PPA sudah dipersepsi oleh sebagian

konsumen sebagai “obat terlarang”, beberapa pabrik obat beralih

menggunakan pseudoefedrin dalam dosis tinggi (di atas 30 mg)

yang risiko buruknya sama atau bahkan lebih besar dari PPA

dosis wajar.

Di jajaran obat bebas, banyak sekali obat flu, pilek, batuk, dan asma yang mengandung PPA, efedrin, dan pseudoefedrin bersama obat-obat jenis lain. Ini juga merupakan salah satu kebiasaan industri farmasi yang tidak baik, yaitu mencampur berbagai obat dalam satu sediaan. Agar kita terhindar dari paparan obat yang tidak kita perlukan, setiap kali hendak membeli dan minum obat, biasakan untuk selalu membaca komposisinya.

Untuk mengurangi efek samping obat pelega hidung, kita bisa memilih dekongestan dalam bentuk obat tetes hidung. Karena langsung diteteskan di hidung, obat ini tidak begitu banyak diserap oleh tubuh sehingga efek sampingnya pun minimal. Secara umum, obat tetes hidung ini bisa dipakai oleh ibu hamil maupun penderita hipertensi. Contoh dekongestan yang biasanya berupa obat tetes: oksimetazolin, xilometazolin. Contoh merek dagang: Afrin®, Iliadin®, Otrivin®.

(55)

55

Meski relatif aman, produk dekongestan tetes hidung ini tidak boleh dipakai sering-sering dan lebih dari tiga hari. Pasalnya, makin sering dan makin lama digunakan, obat ini justru bisa membuat penyumbatan hidung semakin sulit diatasi kecuali dengan cara dosisnya dinaikkan terus-menerus. Ini efek buruk yang harus dihindari dengan cara menggunakannya sesekali saja jika memang penyumbatan hidung sangat mengganggu.

Jika penyumbatan hanya disebabkan oleh ingus yang kental, kita bisa menggunakan tetes hidung yang berisi larutan garam. Contoh merek dagang: Breathy®. Karena isinya hanya air dan garam, obat tetes ini sangat aman, bisa dipakai lebih sering dan lebih lama. Tetes hidung yang berisi garam ini memang tidak ampuh mengatasi hidung tersumbat karena memang isinya cuma air dan garam dan fungsinya hanya mengencerkan ingus. Jadi, harus sering-sering diteteskan.

Dalam produk obat flu, dekongestan biasanya dikombinasikan dengan kelompok obat lain, misalnya antihistamin (CTM dkk), antinyeri-antidemam (parasetamol dkk), dan obat batuk. Contoh-contoh kombinasi dan merek dagang bisa dilihat di Bab Obat Flu-Pilek.

(56)

56

Obat Contoh merek dagang PPA (fenil

propanolamin)

Allerin®, Alpara®, Anacetine®, Anadex®, Antiza®, Bestocol®, Bodrexin Syrup®, Codecon®, Colfin®, Collerin Expectorant®, Combi Flu®, Contac 500®, Corsagrip®, Cough EN Expectorant®, Decolgen Tablet®, Decolsin®, Deconal®, Dextral/Dextral Forte®, Dextrosin®, Dextrosin Anak®, Extra-Flu®, Farapon®, Flu Stop®, Flucadex®, Flucodin®, Fludane®, Flunax®, Flu-Tab®, Flutamol®, Fluzep®, Frigrip®, Kontrabat®, Lacoldin®, Lapisiv®, Mixaflu®, Mixagrip®, Molexflu®, Nalgestan®, Neo Novapon®, Neozep Forte®, Nodrof®, Oskadon Flu & Batuk Berdahak®, Paranomin®, Paratusin®, Ponflu®, Pyridryl®, Recomint®, Sanaflu Plus Batuk®, Sanaflu/Sanaflu Forte®, Stop Cold®, Topras®, Triadex®, Tuzalos®, Ultragrip®

Pseudoefedrin Actifed®, Actifed Plus Cough Suppressant®, Actifed Plus Expectorant®, Alco®, Aldisa SR®, Alerfed®, Bantif Child®, Berlifed®, Bodrex Flu & Batuk®, Bodrex Flu & Batuk Berdahak®, Bodrexin Flu & Batuk®, Bodrexin Pilek Alergi®, Cirrus®, Clarinase®, Colpica®, Contrex®, Corhinza®, Crofed®, Cronase®, Decolgen FX®, Decolgen Syrup®, Disudrin®, Fexofed®, Flurin®, Flurin

(57)

57

Dmp®, Flutrop®, Gifed Expectorant®, Grafed®, Hustadin®, Ikadryl Flu®, Lapifed®, Lapifed DM®, Lapifed Expectorant®, Librofed®, Mertisal®, Neo Protifed®, Neo Triaminic®, Nichofed®, Noscapax®, Nostel®, Panadol Cold & Flu®, Panadol Cold & Flu Night®, Paratusin®, Polaramine Expectorant®, Procold®, Pro-Inz®, Protifed®, Quantidex®, Refagan®, Rhinofed®, Rhinos Junior®, Rhinos Neo®, Rhinos SR®, Telfast Plus®, Tremenza®, Triaminic Batuk & Pilek®, Triaminic Expectorant & Pilek®, Triaminic Pilek®, Trifed®, Trifedrin®, Trifedrin Plus®, Tuseran Pedia DMP®, Tussigon®, Valved®, Valved DM®, Zentra®

Efedrin Asmadex®, Asmano®, Asmasolon®, Asthma Soho®, Bronchitin®, Ersylan®, Grafasma®, Kafsir®, Koffex For Children®, Mixadin®, Oskadryl®, Phenadex®, Poncolin®, Poncolin D®, Theochodil®, Thymcal®

Fenilefrin Bisolvon Flu®, Coricidin®, Dextrofen®, Dextrosin®, Domeryl®, Fludexin®, Fortusin®, Ikadryl DMP®, Lodecon®, Lodecon Forte®, Mersidryl®, Neladryl DMP®, Nipe®, Poncodryl DMP®, Supra Flu®, Zacoldine®

(58)

58

5

OBAT BATUK

“Ada obat batuk yang paling manjur?” ini pertanyaan khas pasien yang datang ke apotek. “Mahal enggak apa-apa, asal manjur,” yang ini biasanya diucapkan oleh pasien berduit yang menganggap uang adalah senjata pamungkas menyelesaikan masalah. Mereka menyangka obat yang mahal pasti manjur, dan yang murah pasti tidak manjur.

Tentu saja pertanyaan seperti ini sulit dijawab. Sangat sulit. Bahkan, bisa dibilang tidak mungkin dijawab dengan menyebut satu nama obat. Apoteker bukan dukun yang selalu bisa memberi jawaban atas semua pertanyaan sulit. Tidak ada obat batuk yang paling manjur. Untuk bisa tahu obat batuk yang kita perlukan, kita harus tahu penyebab batuk itu.

Hal pertama yang perlu dipahami, batuk merupakan refleks normal sistem pertahanan tubuh untuk mengeluarkan “benda

(59)

59

asing” dari saluran napas. Dengan kata lain, batuk adalah sesuatu yang normal, bukan penyakit.

Sebagian besar batuk yang biasa kita alami sebetulnya termasuk masalah kesehatan ringan yang bisa sembuh dengan sendirinya tanpa diobati secara khusus. Biasanya disebabkan oleh virus seperti halnya flu-pilek. Batuk jenis ini tidak berbahaya meskipun tak diobati dan berlangsung selama satu sampai dua minggu. Hanya sebagian kecil batuk yang memang benar-benar membutuhkan obat. Kalaupun kita memutuskan untuk membeli obat batuk, pilihlah obat yang komposisinya memang benar-benar kita perlukan.

Gerakan batuk dikendalikan oleh sistem saraf pusat di otak. Refleks ini bisa disebabkan oleh infeksi virus, infeksi bakteri, alergi debu, alergi makanan, dan sebagainya. Karena itu, pemilihan obat batuk harus disesuaikan dengan penyebabnya. Batuk yang disebabkan oleh infeksi butuh obat berbeda dari batuk yang disebabkan oleh alergi.

Jenis batuk pun bermacam-macam. Ada batuk yang tidak berdahak (kita menyebutnya batuk kering), ada batuk yang disertai dahak (batuk produktif), ada batuk yang disertai dengan sakit kepala, hidung meler dan tersumbat. Masing-masing jenis batuk ini membutuhkan penanganan yang berbeda sesuai gejalanya.

Saat ini terdapat ratusan merek obat batuk yang dijual bebas. Saking banyaknya merek dagang, apoteker pun kadang bingung,

(60)

60

apalagi konsumen. Sebagian besar obat batuk ini masuk kategori obat bebas. Karena itu, mestinya semua kandungan obat batuk sudah dipahami oleh pembeli. Sayangnya, kebanyakan konsumen masih belum bisa membedakan fungsi berbagai jenis obat batuk.

Berdasarkan cara kerjanya, ada empat golongan utama obat yang sering digunakan di dalam obat batuk. Semua merek obat batuk yang dijual bebas mengandung paling tidak salah satu dari keempat golongan di bawah ini.

1. Penekan batuk (antitusif)

Secara harfiah, antitusif berarti antibatuk. (Tussis berarti

batuk.) Obat golongan ini bekerja menghentikan batuk

secara langsung dengan menekan refleks batuk pada sistem saraf pusat di otak. Contohnya, dekstrometorfan dan

noskapin.

2. Pengencer dahak (ekspektoran)

Dalam kelompok ini sebetulnya ada dua subkelompok obat yaitu ekspektoran dan mukolitik. Keduanya berbeda dalam hal mekanisme kerja tapi sama-sama berfungsi mengencerkan dahak dan mempermudah pengeluarannya dari saluran napas.

Secara harfiah, expectorate berarti mengeluarkan sesuatu dari dada. Dari kata ex-, yang berari keluar, dan

(61)

61

pectoris yang berarti dada. Adapun mukolitik (mucolytic)

berasal dari kata mucus yang berarti dahak dan -lysis yang berarti memecah.

Dari dua istilah ini, yang paling perlu kita ketahui adalah ekspektoran karena istilah ini banyak digunakan dalam produk obat bebas. Golongan obat ini tidak menekan refleks batuk, melainkan bekerja dengan mengencerkan dahak sehingga lebih mudah dikeluarkan. Dengan demikian tidak rasional jika obat ini digunakan pada kasus batuk kering, sebab hanya akan membebani tubuh dengan efek samping.

Obat golongan ini bisa mengiritasi lambung, karena itu harus digunakan secara hati-hati, terutama sekali pada penderita sakit mag. Untuk menghindari efek buruk ini, ekspektoran harus diminum dalam keadaan perut terisi makanan. Contoh golongan obat ini antara lain

bromheksin, guaifenesin (biasa disebut juga gliseril guaiakolat atau GG), ambroksol, karbosistein, amonium klorida, natrium sitrat.

3. Antialergi (antihistamin)

Antihistamin juga banyak digunakan di dalam obat flu-pilek. Lihat juga Bab Obat Alergi. Di obat batuk, antihistamin

Gambar

Tabel  ke-1  berikut  bisa  Anda  jadikan  sebagai  panduan  ringkas dalam memilih obat batuk
Tabel ke-2: Contoh komposisi dan contoh merek dagang obat batuk:

Referensi

Dokumen terkait

Pada kombinasi perlakuan konsentrasi Na-alginat paling besar yaitu 2% dan lama penyimpanan 20 hari, penurunan pH dan kenaikan total asam (%) paling kecil karena kekuatan

Penelitian ini menggunakan model persamaan regresi linier berganda untuk mengetahui hubungan antara ukuran dewan komisaris (DK), komisaris independen (KI), opini

Kebutuhan alumina PT Inalum saat ini sebanyak 500.000 ton (setara 775.000 ton) per tahun, sementara kemampuan produksi bijih bauksit per tahun di Kalimantan Barat sebesar

Kemampuan dasar keilmuan dan humanitas berdasar keimanan tentunya merupakan landasan bagi setiap kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah berwujud sensitifitas dan

Dengan ridha Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dengan judul: Konstruksi Pendidikan Karakter Moral Pada Film Catatan Akhir Sekolah dalam Perspektif

Pengujian dilakukan terhadap 5 sampel air limbah, dengan hasil pengujian menunjukkan bahwa flokulan kationik AMDAC lebih baik digunakan untuk penurunan turbiditas

Terkait dengan penelitian terkait dengan pengembangan stevia hasil mutasi in vitro di sentra produksi Jawa Barat dari survey yang dilakukan didapatkan bahwa hanya kelompok

Hasilnya menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel determinan sosial dengan literasi kesehatan, domain tertinggi tingkat literasi pada promosi kesehatan, dan