EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SEMBUNG (Blumea balsamifera L) TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP IKAN LELE DUMBO (Clarias
gariepinus) YANG DIINFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophilla
SKRIPSI : Oleh : MASITOH 201610260311038 JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
i
EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SEMBUNG (Blumea balsamifera L) TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP IKAN LELE DUMBO (Clarias
gariepinus) YANG DIINFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophilla
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan
:
Oleh :
MASITOH
NIM : 201610260311038
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Efektivitas Ekstrak daun Sembung (Blumea balsamifera L) Terhadap kelangsungan hidup ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) yang di infeksi bakteri Aeromonas hydrophilla sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan di Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. David Hermawan M.P., IPM selaku dekan Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Ibu Anis Zubaidah S.Pi., M.Si dan Dr. Hany Handajani, S.Pi., M.Si selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini dengan baik.
3. Bapak Ganjar Adhywirawan Sutarjo S.Pi., M.Si selaku ketua program studi Budidaya Perairan Universitas Muhammadiyah Malang sekaligus dosen wali yang telah mendukung dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
4. Ayah dan Ibu, yang selalu selalu mendoakan penulis serta curahan kasih sayang yang tiada tara. Hal ini merupakan kekuatan terbesar bagi penulis untuk terus memiliki motivasi dalam perkuliahan dan proses skripsi ini.
5. Teman-teman Jurusan Perikanan khusunya angkatan 2016 kelas A yang selalu memberikan semangat dan juga membantu proses penelitian penulis
Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap semoga ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.
Malang, 10 September 2020
Penulis Masitoh
vi DAFTAR ISI
COVER ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
SURAT PERNYATAAN... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
ABSTRAK ... 1
PENDAHULUAN ... 1
METODE PENELITIAN ... 3
Waktu dan tempat ... 3
Alat dan bahan ... 3
Persiapan Media ... 4
Adaptasi Ikan ... 4
Pembuatan Ekstrak Daun Sembung ... 4
Uji Perlakuan ... 5
Uji daya hambat ... 6
Kualitas air ... 7
Gejala klinis ... 7
Analisis data ... 8
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8
Daya hambat ... 8
Gejala klinis ... 10
Proses pemulihan ... 12
Sintasan ... 14
vii
KESIMPULAN ... 17 UCAPAN TERIMAKASIH ... 18 DAFTAR PUSTAKA ... 18
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Pengamatan gejala klinis ikan lele dumbo... 10 2. Hasil pengamatan kualitas air ... 17
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1. Grafik uji daya hambat ... 8 2. Perbandingan ikan sehat dan sakit ... 14 3. Grafik sintasan ... 14
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman 1. Form Hasil Cek Plagiarismei Tugas Akhir ... 23
1 Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 2(1):09-07 (2020)
EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SEMBUNG (Blumea balsamifera L) TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP IKAN LELE DUMBO (Clarias
gariepinus) YANG DIINFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophilla Effectiveness of leaf extract (Blumea balsamifera L) on the survival of catfish (Clarias gariepinus) infected with bacteria Aeromonas hydrophilla
Masitoh1, Anis Zubaidah1*, Hany Handajani1
Program Studi Akuakultur, Universitas Muhammadiyah Malang, Jl Raya Tlogomas No. 246, Tlogomas, Lowokwaru, Tegalgondo, Kota
Malang,
Jawa Timur 65144
*) Korespondensi email : aniszubaidah@umm.ac.id
ABSTRACT
Semitic leaves (Blumea Balsamifera L) have many benefits one of these plants can be utilized into antibacterial to treat Motile Aeromonas Septicemia (MAS) disease. The study was held in April to June 2020 at Fish Seed Hall Anambas . The research aims to determine the survival of catfish infected with Aeromonas hyrophilla bacteria as well as know the resistance produced by the Semitic leaf extract against the growth of Aeromonas hyrophilla bacteria using soaking methods. The method of conducting this research uses the experimental method via disk method. The treatment to do this research A (500 ppm), B (600 ppm) C (700 ppm) K + (fish were not carried out the disinfectant and soaking the leaf extract semdude) and K-(the fish were infected without the immersion of Semman leaf extract). The result showed that the Semitic leaf extract (Blumea balsamifera L) hasd the ability to inhibit the growth of Aeromonas hyrophilla at a dose of 700 ppm with thea inhybitory diameter area resistance wasof 8,3 mm and the survival of infected fish was 60 % in average.
Keywords: Aeromonas Hydrophilla, Survival, resistance,catfish PENDAHULUAN
Perikanan dapat dijadikan sebagai salah satu sektor yang penting dalam usaha untuk meningkatkan
perekonomian. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil data statistik Kementrian Kelautan dan Perikanan yang mengatakan bahwa tingkat
2 konsumsi ikan di Indonesia setiap
tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2016 tingkat konsumsi ikan sebanyak 43,88 kg/tahun/kapita, sedangkan untuk tahun 2015 sebesar 41,11 kg/tahun/kapita (KKP 2017). Salah satu komuditas perikanan air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat ialah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo dapat dikatakan sebagai komuditas unggulan, hal ini dikarenakan hampir setiap wilayah Indonesia membudidayakan ikan lele. Akan tetapi dalam usaha budidaya ikan lele memiliki suatu kendala yang harus dihadapi salah satunya adalah menurunnya produksi ikan lele yang disebabkan oleh penyakit. Munculnya serangan penyakit tersebut harus segera diantisipasi.
Penyakit pada budidaya ikan bisa disebabkan oleh parasit, jamur, virus dan bakteri. Terjadinya serangan penyakit pada suatu budidaya ikan bisa menyebabkan kematian masal sehingga pembudidaya mengalami penurunan produksi atau gagal panen. Timbulnya penyakit dalam kegiatan budidaya lele dapat terjadi karena
kualitas air yang buruk. Pada umumnya serangan penyakit yang terjadi pada ikan air tawar disebabkan oleh penyakit bacterial, yang merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Salah satu bakteri yang sering menyerang ikan air tawar adalah bakteri Aeromonas hydrophilla. Bakteri Patogen yang menyebabkan penyakit Motile Aeromonas Septicemia pada ikan lele dumbo di Indonesia adalah bakteri Aeromonas hydrophilla (Mulia et al., 2004). Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophilla ditandai dengan adanya sisik ikan yang terlepas, pendarahan yang terutamanya terjadi pada insang, anus dan perut kembung, secara internal juga dapat terjadi kerusakan pada organ terutama ginjal dan hati.
Penyakit pada budidaya ikan menjadi masalah yang harus diantisipasi. Selama ini dalam melakukan pengobatan ikan yang terinfeksi oleh bakteri ialah dengan menggunakan antibiotik, sementara itu akibat dari pemberian antibiotik tersebut bisa menyebabkan mikroorganisme patogen menjadi resisten dan bahan kimia yang
3 terkandung dalam antibiotik bisa
merusak lingkungan karena susah untuk diuraikan. Pemanfaatan bahan alami agar dapat mengatasi penyakit yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophilla menjadi solusi yang baik hal ini dikarenakan bahan alami bisa digunakan untuk antimikroba dan ramah terhadap lingkungan sehingga tidak menyebabkan pencemaran. Salah satu bahan alami yang bisa di gunakan agar dapat mencegah serta mengurangi infeksi bakteri Aeromonas hydrophilla yang menginfeksi ikan lele dumbo yaitu dengan memanfaatkan ekstrak daun sembung (Blumea balsamifera).
Daun sembung mengandung lebih dari seratus bahan kimia, namun kebanyakan yang dilakukan untuk
penelitian adalah tentang flavonoid dan minyak astiri, yang mempunyai efek bioaktivitas baik in vivo ataupun in vitro ( Pang et al., 2014). Balangcod
et al., (2012) dalam
mengidentifikasikan kandungan fitokimia Blumea balsamifera adalah alkaloid, teroid, tanin, dan glikosida. Sakee et al., (2011) antibakteri minyak astiri dan beberapa variasi ekstrak daun sembung dan menyimpulkan efek antibakteri yang paling kuat berupa minyak astiri. Pemberian ekstrak daun sembung yang tepat untuk pengobatan ikan lele yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophilla menjadi hal yang sangat penting dilakukan untuk menanggulangi adanya infeksi bakteri Aeromonas hydrophilla pada ikan lele dumbo.
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan april sampai juni 2020 di Balai Benih Ikan (BBI) Anambas.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain aerator, selang aerasi, 15 Akuarium (40x30x30 cm3), gelas ukur, pH meter,
thermometer, DO meter, kamera, selang penyipon, tabung reaksi, erlenmeyer, pisau, gelas ukur, nampan, laminar flow, vortex, seser, cawan petri, inkubator, autoklaf, rak tabung reaksi, Rotary evaporator, jarum ose, bunsen dan timbangan analitik. Bahan
4 yang digunakan antara lain ikan Lele
dumbo, pakan pellet, ekstrak daun sembung, etanol 96 %, TSA kertas cakram dan aquades.
Rancangan Percobaan
Rancangan Percobaan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan Faktor yang diteliti adalah perbedaan konsentrasi ekstrak daun sembung. Rincian perlakuan adalah sebagai berikut :
Perlakuan K- = penginfeksian tanpa pemberian ekstrak daun sembung. Perlakuan A = 500 ppm ekstrak daun sembung Perlakuan B = 600 ppm ekstrak daun sembung Perlakuan C = 700 ppm ekstrak daun sembung Perlakuan K+ = Tanpa penginfeksian dan pemberian ekstrak daun sembung
Cara Kerja
Persiapan Media
wadah akuarium persegi panjang (ukuran 40x30x30 cm3)
sejumlah 15 buah, kemudian Akuarium dicuci menggunakan sabun dan dikeringkan, setelah itu akuarium diisi air dengan ketinggian air 25 cm dan diberi aerator.
Adaptasi Ikan
Sebelum digunakan ikan dipelihara terlebih dahulu selama 7 hari dan diberikan pakan secara ad libitum dengan frekuensi pemberiannya yaitu 2 kali sehari pada pukul 08.00 dan pukul 18.00. adaptasi dilakukan agar dapat mengurangi resiko stres ikan. Selama masa pemeliharaan dilakukan penyiponan setiap pagi jika kondisi air di dalam aquarium mengalami kekeruhan akibat sisa pakan dan feses ikan sehingga dapat mencegah timbulnya kondisi lingkungan yang buruk pemicu terjadinya penyakit.
Pembuatan ekstrak daun sembung
Pembuatan ekstrak daun sembung mengacu pada Moslem (2016), dilakukan dengan menggunakan metode meserasi. Meserasi adalah salah satu cara untuk mengekstraksi secara sederhana yaitu dengan perendaman. Cara
5 mengekstrak dengan menggunakan
metode meserasi yaitu bahan direndam menggunkan pelarut bukan air (non polar) atau setengah air misalnya etanol. Pembuatan ekstrak kasar daun sembung dimulai dengan membersihkan daun sembung secara bersih kemudian dijemur dalam ruangan khusus hingga kering. Setelah daun sembung kering, kemudian digiling sampai menjadi serbuk halus. Dalam pembuatan ekstrak daun sembung perbandingan yang digunakan yaitu 1 : 3 antara serbuk daun sembung dengan etanol 96%. Setelah dihaluskan daun sembung ditimbang sebanyak 500 gr lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer dan diberi pelarut etanol 96% sebanyak 1500 ml serta dihomogenkan menggunakan spatula. Untuk proses meserasi dilakukan perendaman
selama 48 jam dalam keadaan gelap dengan suhu ruang. Setelah melakukan proses perendaman selama 48 jam hasil dari meserasi tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring agar dapat memisahkan larutan dengan endapannya. Apabila larutan sudah terpisah, hasil saringan kemudian diuapkan agar bisa mendapatkan ekstrak murni daun sembung. Alat yang digunakan untuk proses penguapan ini yaitu rotary evaporator dengan suhu 500 C dan kecepatan 80 rpm. Setelah diuapkan selama 1 jam kemudian akan dihasilkan ekstrak murni daun sembung sebanyak 8,53 gram. Hasil yang diperoleh dimasukkan kedalam botol kaca dan disimpan didalam kulkas kemudian digunakan untuk pengobatan bakteri Aeromonas hydrophilla sesuai dengan dosis yang ditentukan.
Uji Perlakuan
Pengujian ekstrak daun sembung pada ikan lele bertujuan untuk menemukan perlakuan terbaik pemberian ekstrak daun sembung untuk mengobati ikan lele dumbo yang terinfeksi bakteri Aeromonas
hydrophilla. Pelaksanaan penelitian dilakukan sebagai berikut yaitu dimulai dengan mengadaptasikan ikan selama 7 hari kemudian Melakukan penginfeksian ikan lele dumbo menggunakan metode perendaman dengan kepadatan bakteri 107 CFU/ml
6 selama 24 jam dan mengamati gejala
klinis yang terjadi pada ikan..Dalam perendaman ikan lele dengan bakteri menggunakan aquarium bervolume air 40 liter (40.000) ml sehingga didapatkan vulume suspensi bakteri berdasarkan perhitungan sebagai berikut : V1 x N1 = V2 x N2 V1 x (6 x 108 ) = 40.000 ml x 107 V1 = 40.000 ml x 107 : 6 x 108 V1 = 667 ml bakteri Aeromonas hydrophilla 40.000 – 667 = 39.333 ml air tawar Keterangan :
V1 : Volume suspensi Bakteri dalam NB (ml)
N1 : Kepadatan populasi bakteri dalam media NB (sel/ml)
V2 : Volume yang diinginkan (ml) N2 : kepadatan Populasi bakteri yang diinginkan (sel/ml)
Setelah dilakukan perendaman ikan lele dipindahkan dalam aquarium yang dicampurkan dengan ekstrak daun sembung sesuai dengan Pengobatan dilakukan dengan menggunakan 3 aquarium yang berisi
air setinggi 25 cm dengan luas akuarium yaitu (40x30x30 cm3), setiap aquarium berisi 30 ekor ikan lele dumbo sesuai dengan perlakuan dosis yang ditentukan. Perendaman dilakuakan sebanyak 1 kali selama 13 jam, setelah itu ikan dipindahkan kedalam aquarium yang masing – masing berisi 10 ekor ikan dan dipelihara selama 14 hari serta pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari secara adlibitum yaitu pada pukul 08.00 dan 18.00.
Parameter dalam Penelitian Uji Daya Hambat
Media TSA (Triptic Soy Agar) dapat digunakan sebagai media untuk menumbukan bakteri Aeromonas hydrophilla dengan perbandingan 40g/L yang dilarutkan dengan 1 liter aquades yang sebelumnya telah disterilisasikan menggunakan autoklap pada suhu 1210C dengan tekanan 1 atm selama 20 menit (Dwijoseputro, 2010). Uji zona hambat dilakukan agar mengetahui kemampuan dari ekstrak daun sembung sebagai anti bakteri untuk menghambat prtumbuhan bakteri Aeromonas hydrophilla. Uji
7 zona hambat menggunakan kertas
cakram yang direndam dengan ekstrak daun sembung pada konsenterasi 500 ppm, 600 ppm dan 700 ppm. Pengerjaan dilakukan secara steril di ruang laminar flow agar meminimalisir terjadinya kontaminasi. Kertas cakram yang telah dipersiapkan kemudian diletakkan diatas media yang telah diinokulasi dengan bakteri Aeromonas hydrophilla sebanyak 0,7 ml dengan kepadatan 107 CFU/ml kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 300C dalam inkubator. Setelah diinkubasi selama 24 jam kemudian diamati dan dihitung diameter zona hambatnya menggunakan jangka sorong.
Kelangsungan hidup (survival rate) Agar dapat mengetahui tingkat kelangsungan hidup ikan uji, dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang dinyatakan oleh Efeendi (1992) adalah sebagai berikut :
Keterangan :
SR = Kelangsungan Hidup
Nt = Jumlah Ikan pada akhir Penelitian
No = Jumlah ikan yang hidup pada awal Penelitian
Kualitas Air
Parameter pendukung pada penelitian ini yaitu kualitas air pemeliharaan ikan lele dumbo yang meliputi oksigen terlarut (DO), pH, suhu dan Amoniak (NH3) yang dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pukul 08.00 dan 17.00.
Gejala klinis
Pengamatan mengenai gejala klinis ikan lele yang telah diinfeksi dengan bakteri Aeromonas hydrophilla dilakukan setelah perendaman ikan dengan ekstrak daun sembung, adapun gejala klinis yang diamati meliputi tingkah laku ikan yang berupa respon terhadap makanan dan gerak tubuh ikan, serta luka fisik yang disebabkan oleh infeksi bakteri tersebut.
Analisis Data
Analisa data yang diperoleh dianalisa secara deskriptip dan menggunakan analisa keragaman ANOVA (Analysis og Varians) menggunakan Rancangan Acak
8 Lengkap (RAL) jika diperoleh adanya
perbedaan pengaruh pada perlakuan maka dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata terkecil) pada tarap 5%.
Hasil dan Pembahasan Daya Hambat
Ekstrak daun sembung terbukti memiliki kemampuan sebagai
antibakteri untuk menghambat pertumbuhan bakteri Aeoromonas hydrophilla yang ditunjukan dengan terbentuknya zona bening di kertas cakram. Hasil pengukuran diameter zona bening ditunjukkan pada gambar 1. Sebagai berikut.
Gambar 1. Grafik uji daya hambat Pada gambar 1. Dapat dilihat
bahwa zona hambat yang dihasilkan oleh berbagai konsenterasi ekstrak daun sembung yaitu 500 ppm, 600 ppm dan 700 ppm terhadap pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophilla mempunyai nilai diameter yang berbeda sedangkan perlakuan K- yang digunakan tidak memperlihatkan
adanya diameter zona hambat hal ini dikarenakan aquades steril yang digunakan sebagai kontrol negativ tidak mengandung zat antibakteri. Hal ini menunjukan bahwa ekstrak daun sembung mengandung zat anti bakteri yang bisa menghambat pertumbuhan bakteri. (Sakee et al., 2011). Menurut Kolopita (2005) daya hambat atau nilai
0 5,7 6,4 8,3 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 K- (0 ppm) A (500 ppm)B (600 ppm)C (700 ppm) Diameter zona bening
9 sensitivitas bakteri tergolong dalam 5
bagian yaitu Tidak ada zona hambat, kurang dari 5 mm tergolong lemah, daya hambat 5 – 10 mm tergolong sedang, kuat jika mencapai 10 – 20 mm dan sangat kuat yaitu 21 - 30 mm.
efek antibakteri yang paling kuat dari ekstrak daun sembung ialah minyak astiri. Adanya zona hambat yang terbentuk disebabkan oleh terdapatnya kandungan zat aktif dalam daun sembung yang memiliki sifat sebagai antibakteri. Daun sembung mempunyai kandungan kandungan falvonoid, alkaloid, saponin, triterpenoid dan glikosida yang mempunyai sifat antibakteri. Flavonoid merupakan salah satu dari golongan fenol alam terbesar yang memilki kecenderungan untuk mengikat protein yang dapat menyebabkan terganggunya proses metaboloisme. Metabolisme kerja flavonoid untuk menghambat pertumbuhan bakteri ialah dengan cara merusak permeabilitas dinding sel bakteri.
Alkaloid mempunyai kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme penghambatan bakteri oleh senyawa
ini dilakukan dengan cara mengganggu komponen yang menyususn peptidoglikan yang terdapat pada sel bakteri sehingga dapat menyebabkan lapisan pada dinding sel tidak bisa terbentuk secara utuh dan dapat menyebabkan kematian sel tersebut. Saponin akan mengganngu tegangan permukaan dinding sel, maka saat tegangan permukaan terganggu zat antibakteri dapat dengan mudah untuk masuk kedalam sel dan akan mengganngu metabolisme hingga terjadi kematian pada bakteri. Mekanisme penghambatan yang dilakukan oleh tanin yaitu dengan cara dinding bakteri yang sudah lisis yang disebabkan oleh senyawa saponin dan flavonoid dapat menyebabkan senyawa tanin dengan mudah masuk dalam sel bakteri (Karlina dkk., 2013).
Pada senyawa steroid atau truterpenoid melakukan mekanisme penghambatan bakteri dengan sintesis protein karena terakumulasi dan menyebabkan terjadinya perubahan komponen – komponen dari penyusun sel bakteri itu sendiri (Siregar dkk., 2012). Fenol bisa bersifat desinfektan yaitu bekerja melalui cara
10 mendenaturasi protein sehingga bisa
menyebabkan aktivitas metabolisme mengalami kematian pada sel bakteri (Miranti, 2013). Flavonoid dapat menyebabkan kerusakaan permebilitas pada dinding sel bakteri sehingga menghambat motilitas bakteri (Darsana, 2012). Tanin, dapat menyerang polipeptida dinding sel yang bisa mengakibatkan terjadinya kerusakan pada dinding sel bakteri (Ji Ys, 2012).
Gejala klinis Ikan Lele dumbo yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophilla
Pengamatan gajala klinis pada ikan lele dumbo dimulai stelah ikan diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophilla sampai 24 jam. Pengamatan dilakukan selama 6 jam sekali setelah perendaman dengan bakteri, gejala penyakit sudah terlihat pada ikan lele dumbo dan terus berkembang hingga 24 jam masa perendaman (seperti yang terlihat pada tabel 1).
Tabel 1. Pengamatan gejala klinis ikan lele dumbo Jam
ke
Gejala klinis (eksternal)
6 ikan cenderung diam, pergerakannya kurang aktif, warna tubuh ikan terlihat sedikit pucat.
Jam ke
Gejala klinis (eksternal)
12 Mulut ikan kemerahan, gerakan ikan tidak lincah, sirip ikan geripis, nafsu mkan berkurang
18 Ikan sering muncul dipermukaan, kulit ada yang luka dan kemerahan warna insang pucat
24 Hilang keseimbangan, sirip geripis, luka pada bagian tubuh, megap - megap dipermukaan, kurang nafsu makan gerakan ikan tidak aktif, terdapat bercak – bercak merah pada tubuh ikan.
11 Berdasarkan tabel 1. Terlihat bahwa
gejala klinis (eksternal) yang terdapat pada ikan lele dumbo yang telah terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophilla antara lain ialah tubuh ikan lele mengalami pendarahan (Kemerahan) terdapat bercak – bercak , siripnya geripis, gerakan ikan tidak aktif, sebagian besar ikan megap – megap di permukaan air dan penurunan nafsu makan, dari ciri – ciri tersebut yang muncul setelah penginfeksian maka dapat dipastikan bahwa ikan lele dumbo telah terinfeksi oleh bakteri Aeromonas hydrophilla. Bakteri Aeromonas hydrophilla adalah mikroorganisme akuatik yang berada pada perairan laut dan tawar yang bersifat patogen sehingga menyebabkan penyakit hemoragic septicemia (bercak – bercak merah) di ikan pada keadaan stres (Yogananth et al., 2009).
Bakteri Aeromonas hydrophilla termasuk ke dalam patogen oportunistik yaitu hampir sering terdapat di air dan juga dapat menimbulkan penyakit apabila ikan dalam kondisi yang kurang baik. Salah satu jenis penyakit yang ditemui pada
hewan budidaya ialah penyakit bakterial yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophilla, yang merupakan bakteri patogen yang menyebabkan penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS) yang terutama pada jenis ikan air tawar pada daerah perairan tropis. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Aeromonas hydrophilla ditandai dengan adanya bercak merah pada ikan dan dapat menimbulkan kerusakan di kulit, insang dan organ dalam. Bercak berwarna merah timbul di permukaan tubuh dikarenakan oleh aktivitas enzim hemolisin yang dihasilkan dari bakteri Aeromonas hydrophilla dengan targetnya yaitu memecahkan sel – sel darah merah, dan menyebabkan sel keluar dari pembuluh darah sehingga mengakibatkan timbulnya warna merah dipermukaan tubuh ikan (Sartika, 2011). Adanya perbedaan warna hati pada ikan yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophilla dengan ikan yang sehat diakibatkan oleh adanya enzim dan toksin produk ekstraseluler yang menjadi racundari bakteri Aeromonas hydrophilla pada ikan (Rey et al., 2009). Warna hati
12 ikan yang menjadi coklat pucat terjadi
dikarenakan meningkatnya kerja hati agar dapat mengumpulkan, mengubah, menetralkan dan menghilangkan toksin (Genten et al., 2009). Ikan yang terinfeksi oleh bakteri Aeromonas hydrophilla pertumbuhannya akan terhambat hal tersebut dikarenakan terdapat racun hasil produksi ekstraseluler bakteri tersebut yang akan mengganggu keseimbangan sistem dalam tubuh (Wahjuningrum et al., 2012).
Penyakit bakterial pada umumnya menyebar sangat cepat serta bisa menimbulkan kematian masal yang sangat tinggi pada ikan yang diinfeksinya. Gejala klinis yang timbul pada ikan yang terserang bakteri Aeromonas hydrophilla ialah gerakan ikan yang menjadi lambat, ikan cenderung diam di dasar akuarium, terdapat luka atau borok di daerah yang telah terinfeksi, pendarahan di bagian pangkal sirip ekor dan sirip punggung dan di bagian perut terlihat membesar disertai pembengkakan. Ikan yang sebelum mengalami kematian akan naik ke permukaan air dengan sikap berenang yang labil. Ikan
yang sudah terinfaksi oleh bakteri Aeromonas hydrophilla akan berkurang nafsu makan yang menjadi salah satu gejala klinis dari infeksi bakteri Aeromonas hydrophilla (Sukenda et al., 2008). Ikan yang terinfeksi oleh bakteri Aeromonas hydrophilla banyak ditemukan luka, infeksi pada hati dan ginjal (Rahmaningsih, 2012). Salah satu ciri – ciri ikan yang terinfeksi oleh bakteri Aeromonas hydrophilla ialah adanya pembengkakan pada bagian perut ikan (Ashari et al., 2014).
Proses recovery (pemulihan) ikan lele dumbo setelah dilakukan perendaman dengan eskrak daun sembung selama 13 jam.
Proses recovery (pemulihan) telah di lakukan selama 14 hari pengamatan, hal itu ditandai dengan pulihnya gejala – gejala yang terdapat yang disebabkan karena infeksi bakteri Aeromonas hydrophilla. Setelah ikan lele dumbo dilakukan perendaman dengan ekstrak daun sembung kemudian menunjukan adanya gejala - gejala penyembuhan dari penyakit. Pada perlakuan A (500 ppm), B (600 ppm) dan C (700 ppm) menunjukan
13 tanda – tanda ikan pulih dari infeksi
bakteri. Proses pemulihan ini diduga erat kaitannya dengan pemberian ekstrak daun sembung yang memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophilla. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak daun sembung bisa mengobati ikan yang terinfeksi oleh bakteri Aeromonas hydrophilla. Pada perlakuan K- (Kontrol), ketahanan tubuh ikan lele dumbo mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan setelah ikan diinfeksi oleh bakteri Aeromonas hydrophilla ikan tidak diobati dengan ekstrak daun sembung sehingga semakin lama pertumbuhan bakteri yang terdapat di dalam tubuh ikan menjadi semakin banyak sehingga tubuh ikan tidak memiliki kemampuan untuk mempertahankan hidupnya dan menyebabkan banyak ikan yang mengalami kematian. Tingkat kelangsungan hidup pada perlakuan K- (kontrol) hanya mencapai 13,49%
dibandingkan dengan perlakuan A,B dan C yang dapat mencapai 46,6 - 60%.
Proses recovery dapat terjadi disebabkan oleh aktivitas bakteri Aeromonas hydrophilla pada ikan lele dumbo terhambat oleh ekstrak daun sembung yang mengandung minyak astiri. Minyak astiri daun sembung merupakan cairan bewarna kuning berminyak yang mempunyai aroma yang khas. Sebagian besar minyak astiri terdapat di daun dan cabang (Bhuiyan, 2009). Terdapat 42 jenis kandungan yang terdapat pada minyak astiri yang mempunyai efek antitumor dan antioksidan (Jiang, 2014).total flavonoid yang terdapat pada daun sembung di beberapa bagian tumbuhan sembung yaitu yang terbanyak terdapat pada daun (2,49%), kemudian batang (1,36%) dan cabang (1,21%) (Huang et al, 2006). Adapun perbedaan ikan yang terinfeksi dengan ikan yang sudah sehat dapat dilihat pada gambar 2. Sebagai berikut.
14 Ikan sakit ikan sehat
Gambar 2. Ikan lele yang sudah mengalami proses penyembuhan
Sintasan
Berdasarkan hasil analisa data sintasan memperlihatkan f hitung > f tabel yang berarti memiliki pengaruh yang nyata dari setiap perlakuan
terhadap kelangsungan hidup ikan lele sehingga dapat dikatakan memiliki kemampuan untuk meningkatkan sintasan ikan lele, (dapat dilihat pada gambar 3.)
Gambar 3. Grafik Sintasan persentase kelangsungan hidup
ikan lele dumbo setelah dilakukan perendaman menggunakan ekstrak daun sembung dan dipelihara selama 14 hari didapati kelangsungan hidup
tertinggi terdapat pada perlakuan C (700 ppm ekstrak daun sembung) sebesar 60%, kemudian diikuti perlakuan B (600 ppm ekstrak daun sembung sebesar 53,3% dan
13,3 46,6 53,3 60 100 0 20 40 60 80 100 120 K- (0 ppm) A (500 ppm) B (600 ppm) C (700 ppm) K+ Sintasan (%)
15 selanjutnya perlakuan A (500 ppm
ekstrak daun sembung) dengan persentase sebesar 46,6% kemudian yang terendah terdapat pada perlakuan K- (tanpa pemberian ekstrak daun sembung) yaitu sebesar 13,3%.
Ikan lele dumbo yang telah dilakukan perendaman menggunakan ekstrak daun sembung selama 24 jam dengan dosis yang berbeda (Perlakuan A,B,C) dapat bertahan hidup terhadap serangan Aeromonas hydrophilla dan bisa menghambat pertumbuhannya, berbeda jika dibandingkan dengan ikan yang tidak direndam dengan ekstrak daun sembung (K-). Tingginya tingkat kelangsungan hidup ikan lele dumbo pada perlakuan C disebabkan oleh ekstrak daun sembung yang mengandung senyawa metabolit sekunder berupa terpenoid yang memiliki potensi sebagai antibakteri, terpenoid mempunyai kemampuan untuk merusak dinding sel bakteri yang bisa menyebabkan terjadinya lisis, mengubah permeabilitas membran sitoplasma sehingga bisa menyebabkab kebocoran nutrien dari dalam sel, sehingga mengakibatkan terjadinya denaturasi protein sel dan
menghambat kerja enzim didalam sel (Mulia dan Arif, 2012). Ikan lele telah mengalami kematian pada hari pertama setelah perendaman dengan ekstrak daun sembung hal ini diduga pada hari pertama setelah perendaman ekstrak daun sembung belum bekerja secara optimal dalam mengobati ikan lele yang sudah terinfeksi karena bakteri Aeromonas hydrophilla yang sudah berkembang didalam tubuh ikan bakteri Aeromonas hydrophilla telah mencapai pada pase eksponensial terjadi pada jam ke 12 sedangkan pada hari kedua merupakan tingkat kematian ikan yang paling terbanyak. Ikan lele merupakan salah satu inang bakteri Aeromonas hydrophilla sehingga saat bakteri yang ada dalam tubuh inang mendapatkan lingkungan dengan suhu, pH dan nutrisi yang cukup bakteri tersebut akan hidup dan memperbanyak diri. Penurunan tingkat kematian ikan terjadi pada hari ketiga sampai hari ketujuh setelah perendaman ekstrak daun sembung.hal ini diduga karena bakteri Aeromonas hydrophilla telah mengalami pase kematian seetelah melewati fase declining setelah melewati fase
16 stasionary selama 48 jam (Ndong et
al., 2007).. Setiap ikan mempunyai daya tahan tubuh yang berbeda, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, nutrisi dan stres (Rey et al., 2009). Bakteri Aeromonas hydrophilla menghasilkan produk yang mempunyai sifat toksin yang dapat mengakibatkan darah mengalami hemolisis yang menyebabkan kematian walaupun gejala klinis yang terlihat dari luar disebabkan oleh peradangan (Angka, 2005). Napsu makan ikan dan pertumbuhan pada ikan memilki hubungan yaitu jika nafsu makan ikan menurun maka pertumbuhan ikan akan terhambat sehingga mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh ikan (Utami, 2009).
Balangcod et al., (2012) dalam mengidentifikasikan kandungan fitokimia Blumea balsamifera adalah alkaloid, teroid, tanin, dan glikosida. Adanya kandungan alkaloid pada daun sembung dapat mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga dapat menyebabkan lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan dapat
menyebabkan kematian pada sel tersebut (Aulya, 2012).
Kualitas Air
Parameter kualitas air selama penelitian masih berada dalam kisaran yang baik dan layak untuk kelangsungan hidup ikan lele dumbo yaitu suhu air 26 0C, pH air 6,5 – 6,89 dan kandungan oksigen terlarut 6,74 – 6,89 ppm dan kadar amoniak < 1 ppm. Kualitas air untuk pemeliharaan sangat mendukung tehadap adanya patogenisitas bakteri. Kualitas air yang kurang bagus bisa mempercepat datangnya suatu penyakit, hal ini dapat disebabkan karena penyakit pada ikan tidak hanya disebabkan oleh bakteri patogen saja akan tetapi karena adanya hubungan antara lingkungan, inang dan patogen. Suhu perairan yang fluktuatif bisa menyebabkan ikan setres sehingga mengakibatkan terjadinya kematian. Fluktuasi suhu dapat terjadi disebabkan oleh cuaca yang kurang mendukung. Adanya fluktuasi suhu harian menyebabkan ikan mengalami stress (Ndong et al., 2007) Parameter kualitas air selama penelitian tidak menunjukan adanya variasi yang besar dan masih sesuai
17 untuk kelangsungan hidup ikan lele
dumbo. Suhu optimal untuk pertumbuhan ikan lele dumbo ialah 26 – 280
C, pH normal untuk budidaya yaitu antara kisaran 6,5 – 8,5 dan kandungan DO optimal adalah > 4 ppm (Murjani, 2011). Secara umum parameter kualitas air yang bagus untuk pemeliharaan ikan lele ialah air dengan suhu 25 - 30 0C, pH 6,5 – 8,5 dan kandungan oksigen terlarut minimal 3 ppm (Mahyuddin, 2008). Khairuman et al., (2002) juga menjelaskan syarat kualitas air yang baik untuk kehidupan ikan lele adalah suhu air 20 – 30 0C, DO lebih dari 3 ppm dan pH 6,5 – 8. Bakteri Aeromonas hydrophilla hidup pada kisaran suhu 15 – 300C, pH 5,5 – 9, kualitas air yang buruk bisa menyebabkan ikan menjadi stres sehingga dapan menurunkan sistem kekebalan tubuh pada ikan dan mengakibatkan bakteri Aeromonas hydrophilla yang bersifat patogen mudah untuk menginfeksi ikan (Kamiso et al., (1993). Menurut Khairuman dan Sukenda (2002)
kandungan Oksigen Terlarut yang bagus minimalnya adalah 4 ppm. Konsenterasi amoniak di perairan yang dapat ditoleransi oleh ikan yaitu berada di bawah 0,5 ppm (Djokosetiyanto et al., 2005). Akibat kualitas air yang buruk dan pemberian pakan yang berlebihan serta perubahan iklim juga menjadi penyebab timbulnya penyakit (Azmi et al., 2013). Menurunnya kualitas air dapat mengakibatkan penurunan kondisi kesehatan ikan yang dibudidayakan serta memungkinkan berkembangnya bakteri patogen pada perairan budidaya ( Badjoeri, 2008). Tinggi rendahnya prevalensi dapat dipengaruhi oleh kualitas air (Maulana et al., 2017). Menurut Mulqan et al., (2017), suhu optimum bagi pertumbuhan ikan adalah 25 – 320C. Kandungan oksigen terlarut pada media budidaya ikan harus lebih dari 3,0 mg/l dan pH pada kisaran 6,5-9 (Nugroho et al., 2013).. Adapun hasil pengamatan kualitas air disajikan pada tabel 2. sebagai berikut.
18 Tabel 2. Tabel hasil Pengamatan Kualitas Air
No Perlakuan Parameter Kualitas Air
Suhu (0C) pH DO (ppm) Amoniak (ppm) 1 K- 26,5 6,81 6,85 0,17 2 A 26,8 6,72 6,74 0,11 3 B 26,4 6,95 6,84 0,14 4 C 26,5 6,76 6,89 0,10 5 K+ 26,4 6,84 6,85 0,16 Kesimpulan
Ekstrak daun sembung memilki kemampuan untuk meningkatkan kelangsungan hidup ikan lele dumbo yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophilla dan pemberian ekstrak daun sembung memberikan hasil SR tertinggi terhadap kelangsungan hidup ikan lele yaitu pada perlakuan C (700 ppm) yang menjadi perlakuan paling tinggi persentase kelangsungan hidupnya yaitu sebesar 60% sedangkan untuk zona hambat yang paling kuat yaitu pada perlakuan C dengan diameter zona hambat sebesar 8,3 mm. Ucapan Terima Kasih
Terimakasih saya ucapkan Kepada Balai Benih Ikan (BBI) Anambas yang sudah menyediakan tempat untuk melaksanakan Penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Angka, S. L. 2005. Kajian Penyakit Motile Aeromonad Septicaemia (MAS) pada ikan Lele dumbo (Clarias sp) : Patologi pencegahan dan pengobatan dan fitofarmaka. Desertasi Institut Pertanian Bogor
Ashari, Tumbal dan Kalopita. 2014. Diagnosa penyakit bacterial pada ikan nila yang di budidaya pada jaring tancap di danau Tondano. Jurnal Penelitian Budidaya Perikanan. 2 (3): 24-30.
Aulya, S. 2012. Adorpsi, Emulsifikasi dan antibakteri Ekstrak Daun Pare (Momordica charantina). Skripsi, Bogor : Departemen Biolimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.
Azmi,H. D.R, Indriyanti dan Karida, N. 2013. Identifikasi ektoparasit pada ikan koi (Cyprinus carpio L) di pasar
19 ikan hias Jurnatan Semarang.
Unnes J. Life Sci., 2 (2), 64-70.
Badjoeri, M. 2008. Identifikasi bakteri patogen pada sistem keramba jaring apung di danau Maninjau, Sumatera Barat. Oseanology dan Limnology di Indonesia, 34 (2). 169-184.
Balangcod TD, Valejo VL. Patacsil M, Apostol O, Laruan LMVA, Manuel J, et al. 2012. Phytocemical Screening and Antibacterial activty of selected Medicinal Plants of Bayabas, Sablan, Benguet Province, Cordillera Administrative Region, Lauzon, Philippines. India Jurnal of Traditional Knowlledge. 11 (4): 580 – 585.
Bhuiyan NI, Choudury JU, Begum, J. 2009. Chemical Components In Volatile Oil from Blumea balsamifera. DC Bangladesh J. Botany, 38 : 107 – 109.
Darsana, I.G.O., Besung, I.N.K., Mahatmi, H. (2012). Potensi binahong (Anredera cordifolia (Tenere) Steenis) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escheria coli secara in vitro. Indonesia Medicus Veterinus, 1(3), 337-351).
Djkokosetioyanto D., Dongoran RK dan Supriyono E. 2005. Pengaruh Alkalinitas terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan patin siam (Pangasius sp). Jurnal Akuakultur Indonesia. 4(2):53-56.
Dwijoseputro, D.2010. Dasar - Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambaran Press.
Effendi, M.I. 1992. Metode Biologi Perikanan, Yayasan Agromedia Bogor.
Genten F, Terwinge E, Danguy A. 2009. Atlas of Fish Histology. London : CRC Press.
Huang YL., Zhao ZG, Wen YX. 2006. Determination of total Flavonoid in Different Sections of Blumea balsamifera. Guihana, 26 : 453 – 455.
Ji Ys., Lestari, N.D., Rinada, T. (2012). Uji Aktivitas antibakteri ekstrak etanol 30% dan 96% kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa) terhadap bakteri Streptococcus pyogenes secara in vitro. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 12(1), 31-36.
Jiang Z, Xhou Y, Ge W, yuan K. 2014. Phytocemical Compositions of Volitile Oil from Blumea balsamifera and their biological avtivites. Pharmagon Mag. 10 (39) : 346 – 352.
Kalopita, 2015. Thesis. Potensi Asap Cair Mangrove Sebagai Antibakterial Dalam Mengendalikan Infeksi buatan Vibrio harveyi, Pada Udang Windu, Panaeus monodon. Sekolah Tinggi Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
20 Karlina C.Y., Muslimin I. Dan Guntur
T. 2013. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Herba Krokot (Portulaca oleraca L.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherecia coli. Jurnal LenteraBio. 2(1): 87-93.
Khairuman., K. Amri. 2002. Budidaya Lele dumbo Secara Intensif. PT Agro Media Adiaksara. Jakarta.
Khairuman dan Sukenda. 2002. Budidaya Patin Secara Intensif. AgroMedia Pustaka. Jakarta
Kamiso, H.N., Triyanto. 1993. Karakteristik Aeromonas hydrophilla pada ikan Lele (Clarias sp) di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah Selatan. Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian. UGM. Yogyakarta.
KKP. 2017. SK Kepala Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan No. 32/KEP-BKIPM/2015. Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, Pusat Karantina Ikan.
Mahyuddin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.
Maulana, D. M., Muchlisin, Z. A., Sugianto, S. (2017). Intensitas prevalensi parasit pada ikan Betok (Anabas testudineus) dari perairan umum daratan
Aceh bagian Utara. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah, 2(1), 1-11.
Miranti, M., Prasetyorini., Suwary, C. (2013). Perbandingan aktivitas antibakteri ekstrak etanol 30% dan 96% kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa) terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Ekologia. 13(1), 337-351.
Moslem, M.A. 2016. Pengaruh Ekstrak Kasar Daun Sembung (Blumea balsamifera L Dc) Terhadap Hematologi Ikan Nila (Oreochromis niliticus) yang diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophilla. Tesis. FIKP. Budidaya Perairan, Universitas Brawijaya, Malang.
Mulia, D.S. dan Arif, H. 2012. Efektivitas ekstrak daun sirih dalam menangulangi ikan patin yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophilla. Laporan Penelitian FKIP. Universitas Muhammadiyah Purwokwerto. Purwokerto.
Mulia, D.S., R. Pratiwi dan Triyanto. 2004. Efikasi Vaksin debris sel Aeromonas hydrophilla secara suntik dengan variasi cara booster pada Lele dumbo (Clarias griepinus Burchell). Berkala Ilmiah Biologi. 3 (3) : 145 – 156.
Mulqan, M., Rahmini, S. A. E., Dewianti, I. 2017. Pertumbuhan dan kelangsungan Hidup Benih ikan Nila gesit
21 (Oreochromis niloticus) pada
sistem aquaponik dengan jenis tanaman yang berbeda. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah, 2(1), 183-192.
Murjani A. 2011. Budidaya beberapa varietas ikan Sepat rawa Trichogaster trichopterus (Pall) dengan pemberian pakan komersial. Fish Scientiae, Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Kelalutan 1:214-232.
Pang Y, Wang D, Fan Z, Chen X, Yu F, Hu X, Wang K et al. 2014. Blumea balsamifera –a
Phytocemical and
Phamacologycal Review. Molecules, 19 : 9453 – 9477.
Ndong D, Chen YY, Lin YH, Vaseeharan B. 2007. tilapia Oreochomis mossambicus and its susceptibility of Streptococcus iniae under stress in low and high temperatures. Fish and Shellfish Immunology 22: 686-694.
Nugroho, A., Arini, E., Elfitasari, T. 2013. Pengaruh kepadatan yang berbeda terhadap kelulusan hidup dan pertumbuhan ikan Nila (Oreochromis niloticus) pada sistem resirkulasi dengan filter arang, Jurnal of Aquaculture Management and Technology, 2(3), 94-100.
Rahmaningsih S. 2012. Pengaruh Ekstrak sidawayah dengan konsenterasi yang berbeda
untuk mengatasi infeksi bakteri Aeromonas hydrophilla pada ikan Nila (Oreochromis niloticus) Aquasains, Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan 1 : 1-7.
Rey A, Verjan N, Ferguson HW Iregul C.2009. Pathogenesis of Aeromonas hydrophilla strain KJ99 infection and its extracecullar pruducts in two species of fish. Veterinary Record 164: 439-499
Sakee U, Maneerat S, Cushnie T, De-eknamkul W. 2008. Antimicrobial activity og Blumea Balsamifera (Lin). DC. Extracts and assential oil. Natural Product Research. 25(19): 1849 – 1856.
Sartika, Y. 2011. Efektivitas Fitofarmaka dalam pakan untuk mencegah infeksi Bakteri Aeromonas hydrophilla pada ikan lele dumbo Chlarias sp. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor 39 hlm.
Siregar A, F., Agus S., Delianis P. 2012. Potensi antibakteri Ekstrak Rumput Laut Terhadap Bakteri Penyakit Kulit Pseudomonas aeruginosa. Staphylococcus epidermidis dan Micrococus Iuteus. Jurnal of Marine Reserch. 1(2):152-160.
Sukenda L., Jamal., Wahjuningrum D. Dan Hasan A. 2008. Penggunaan Kitosan untuk pencegahan infeksi Aeromonas
22 hydrophilla pada ikan Lele
sumbo (Clarias sp). Jurnal Akuakultur Indonesia 7(2):159-169)
Utami WP. 2009. Efektivitas ekstrrak paci – paci (Leucas lavandulaefolia) yang diberikan lewat pakan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit MAS (Motile Aeromonad Septicaemia) pada ikan Lele dumbo (Clarias sp) Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Wahjuningrum D., Kurniawan D., Setyomo K dan Setiawati M. 2012. Penggunaan campuran
tepung Meniran dan Bawang putih dangan metode repleting dalam pakan untuk pencegahan dan pengobatan Aeromonas hydrophilla pada ikan Lele dumbo (Clarias sp). Jurnal Akuakultur Indonesia, 11 : 11-16.
Yogananth, N., R. Bhakyaraj, A. Chanthuru, T. Anbalagan, M. Nila. 2009. Detection of Virulence gene in Aeromonas hydrophilla isolates from fish sample using pcr technque. Global Jurnal of Biotechnology and Biochemistry, 4 (1): 51-53.