• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) dalam menunjang kinerja UMKM (studi kasus pada sentra industri Kampoeng Batik Laweyan Solo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) dalam menunjang kinerja UMKM (studi kasus pada sentra industri Kampoeng Batik Laweyan Solo)"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

DALAM MENUNJANG KINERJA UMKM

(Studi Kasus Pada Sentra Industri Kampoeng Batik Laweyan Solo)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Felisia Ayuningtyas Marhanani NIM : 132114012

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

DALAM MENUNJANG KINERJA UMKM

(Studi Kasus Pada Sentra Industri Kampoeng Batik Laweyan Solo)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Felisia Ayuningtyas Marhanani NIM : 132114012

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

S K R I P S I

IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

DALAM MENUNJANG KINERJA UMKM

(Studi Kasus Pada Sentra Industri Kampoeng Batik Laweyan Solo)

Oleh:

Felisia Ayuningtyas Marhanani

NIM: 132114012

Telah Disetujui oleh:

Pembimbing

(4)

S K R I P S I

IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM MENUNJANG KINERJA UMKM

(Studi Kasus Pada Sentra Batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo)

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Felisia Ayuningtyas Marhanani

NIM: 132114012

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal 13 Juni 2017

Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua Dr. Fr. Reni Retno Anggraeni, M.Si., Ak. ... Sekretaris Lisia Apriani, S.E., M.Si., Ak., QIA., CA ... Anggota Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA ... Anggota Dr. Fr. Reni Retno Anggraeni, M.Si., Ak. ... Anggota Lisia Apriani, S.E., M.Si., Ak., QIA., CA ...

Yogyakarta, 31 Juli 2017 Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma Dekan

(5)

Motto dan Persembahan

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah

dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur Filipi 4:6

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menuntun dan menyertai setiap detik waktu dihidupku

(6)

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:

IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM MENUNJANG KINERJA UMKM

(Studi Kasus Pada Sentra Batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo)

Dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 13 Juni 2017 adalah hasil karya saya. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukan gagasan atau pendapatan atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 31 Juli 2017 Yang membuat pernyataan,

(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma: Nama : Felisia Ayuningtyas Marhanani

Nomor Induk Mahasiswa (NIM) : 132114012

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

DALAM MENUNJANG KINERJA UMKM

(Studi Kasus Pada Sentra Batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo)

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan seharusnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 31 Juli 2017 Yang Menyatakan

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM MENUNJANG KINERJA UMKM (Studi Kasus Pada Sentra Batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo).

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

2. Albertus Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah membagikan ilmu dan pengalamannya dalam proses perkuliahan.

(9)

4. Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing dan memberi masukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dr. Fr. Reni Retno Anggraini, M.Si., Ak., CA. selaku Dosen Pendamping Akademik yang selalu membantu dalam masa-masa perkuliahan saya.

6. Papa Yohanes Marso dan Mama MTh. Hanny Budi Astuti, dan keluarga besarku tercinta atas dukungan, doa, serta bantuannya baik dalam bentuk moril maupun materiil.

7. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan semangat dan mendoakan satu sama lain.

8. Teman-teman Akuntansi angkatan 2013 kelas A yang mendukung dan memberikan semangat serta mendoakan satu sama lain.

9. Teman-teman seperjuangan kelas MPAT yang bersama-sama dengan penulis dari menyusun proposal penelitian, bimbingan, hingga karya ini selesai.

10.Semua pihak yang banyak membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 31 Juli 2017

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ...v

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ...vi

KATA PENGANTAR ...vii

HALAMAN DAFTAR ISI ...ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ...xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ...xiii

ABSTRAK ...xiv

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Batasan Masalah ...6

D. Tujuan Masalah ...6

E. Manfaat Penelitian ...6

F. Sistematika Penulisan ...7

BAB II LANDASAN TEORI ...9

A. Corporate Social Responsibility (CSR) ...9

1. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) ...9

2. Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) ...11

3. Pengukuran Corporate Social Responsibility (CSR) dengan Menggunakan GRI G4 ...12

4. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) ...13

B. Teori Stakeholder ...15

C. Pembangunan Berkelanjutan (Sustainability Development) ...16

D. Usaha Menengah, Kecil, Mikro (UMKM) ...17

E. Kinerja ...19

1. Kinerja Finansial (Keuangan) ...20

2. Kinerja Non Finansial (Non Keuangan) ...21

(11)

G. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Menunjang Kinerja ...25

H. Kerangka Konseptual Penelitian ...26

BAB III METODE PENELITIAN...29

A. Jenis Penelitian ...29

B. Populasi Sasaran ...29

C. Subjek dan Objek Penelitian...30

D. Tempat dan Waktu Penelitian ...30

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel ...30

1. Variabel Kinerja UMKM ...30

2. Variabel Corporate Social Responsibility (CSR) ...31

F. Jenis dan Sumber Data ...32

G. Teknik Pengumpulan Data ...33

1. Kuesioner ...33

2. Wawancara ...33

H. Teknik Analisis Data ...34

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ...37

A. Sejarah dan Letak Geografis Kampoeng Batik Laweyan ...37

B. Tujuan, Visi, dan Misi Kampoeng Batik Laweyan ...39

C. Struktur Organisasi Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) ...41

D. Bidang Usaha Kampoeng Batik Laweyan ...41

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ...43

A. Karakteristik Responden Penelitian ...43

1. Status UMKM Batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo...43

2. Lama Usaha UMKM Batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo ..43

3. Jenis Kelamin Responden ...44

4. Usia Responden ...44

5. Pendidikan Terakhir dan Pekerjaan Utama Responden ...45

6. Jumlah Tenaga Kerja UMKM Batik ...46

B. Hasil Analisis Data ...47

1. Implementasi CSR UMKM Batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo ...47

2. Implementasi CSR dalam Menunjang Kinerja UMKM ...69

C. Pembahasan ...78

1. Implementasi CSR di Kampoeng Batik Laweyan ...78

2. Implementasi CSR dalam Menunjang Kinerja Keuangan ...79

3. Implementasi CSR dalam Menunjang Kinerja Non Keuangan ....80

BAB VI PENUTUP ...83

A. Kesimpulan ...83

B. Keterbatasan Penelitian ...84

(12)
(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Lama Usaha UMKM Batik ...44

Tabel 5.2 Jenis Kelamin Responden ...44

Tabel 5.3 Responden Berdasarkan Usia Responden ...45

Tabel 5.4 Pendidikan Terakhir Responden ...45

Tabel 5.5 Jumlah Tenaga Kerja UMKM batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo ...46

Tabel 5.6 Corporate Social Responsibility Index (CSRi) ...48

Tabel 5.7 Distribusi Jawaban Kuesioner Responden Pada Kategori Ekonomi .53 Tabel 5.8 Distribusi Jawaban Kuesioner Responden Pada Kategori Lingkungan ...57

Tabel 5.9 Distribusi Jawaban Kuesioner Responden Pada Kategori Sosial Dimensi Praktik Ketenagakerjaan dan Kenyamanan Bekerja ..63

Tabel 5.10 Profit Margin Tahunan dari Setiap UMKM Batik yang Menjadi Responden ...69

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Menunjang

(15)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM MENUNJANG KINERJA UMKM

(Studi Kasus Pada Sentra Batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo)

Felisia Ayuningtyas Marhanani NIM: 132114012

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2017

(16)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) IN SUPPORTING THE MICRO, SMALL, AND MEDIUM

ENTERPRISES (MSMEs) PERFORMANCE

(Case Study at Batik Central in Kampoeng Batik Laweyan Solo)

Felisia Ayuningtyas Marhanani Student Number: 132114012

Sanata Dharma University Yogyakarta

2017

Previous studies examined the implementation of CSR by large scale companies. So, it needs to be explored whether the implementation of CSR conducted by MSMEs can support their performance. This study aims to determine the implementation of CSR in supporting the performance of batik industry in Kampoeng Batik Laweyan Solo, both financial and non-financial performance. Targeted population was 20 MSMEs producing handmade batik, stamp batik, and printing batik. The type of data used is qualitative data presented descriptively. The result showed that the implementation of CSR conducted by MSMEs batik mostly did not support the financial performance.It showed from the correlation of Corporate Social Responsibility Index (CSRi) with their profit margin. However, the implementation of CSR from MSMEs batik industry have a good impact to non-financial performance such as the customer’s repeat order and the expansion of marketing areas. This research gave contribution for MSMEs in doing CSR as an effort to improve their performance.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat menyadari pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup dan dampak dari kegiatan produksi industri seperti pemanfaatan sumber daya yang berlebih dan pembuangan limbah. Industri dalam menjalankan bisnisnya tidak hanya berupaya untuk meningkatkan profit saja, tetapi lebih dari itu industri juga diharapkan untuk memperhatikan keadaan lingkungan dan sosial yang ada di sekitar industri. Tidak hanya industri–industri dalam

skala besar saja, tetapi UMKM juga mulai dituntut untuk dapat memperhatikan keadaan lingkungan dan sosial sekitarnya. UMKM sebagai ujung tombak perekonomian Indonesia diharapkan dapat memberikan perhatian terhadap permasalahan–permasalahan lingkungan dan sosial yang ada disekitarnya dan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR).

(18)

kerajinan. Batik sebagai salah satu icon budaya Indonesia kini telah merambah di kancah internasional. Selain ciri budaya Indonesia, setiap jenis batik memiliki filosofi tersendiri dan hal ini yang membuat batik bernilai tinggi. Banyaknya permintaan akan batik mengiringi munculnya sentra batik di berbagai kota, salah satunya di Kampoeng Batik Laweyan Solo. UMKM batik yang semakin banyak diharapkan memperhatikan keadaan lingkungan dan sosial yang ada di sekitarnya. Dalam proses produksinya, pembuatan batik menghasilkan limbah seperti sisa malam, air sisa pencelupan, zat–zat kimia seperti pewarna, dan sisa potongan kain. Adanya limbah yang dihasilkan dari pembuatan batik, mendorong UMKM batik melakukan tanggung jawabnya terhadap pelestarian dan menjaga lingkungan. Salah satu program CSR yang dilakukan adalah pembuatan IPAL (Instalasi Pengolah Air Limbah) yang bekerja sama dengan pemerintah. IPAL berfungsi untuk menghilangkan zat kimia berbahaya yang terkandung dalam pewarna kain. Selain menjaga lingkungan sekitar, UMKM juga diharapkan untuk memperhatikan keadaan sosial seperti kesejahteraan tenaga kerja, keselamatan tenaga kerja, dan kegiatan untuk pengembangan masyarakat sekitar. Selain untuk program CSR yang berkelanjutan, hal ini dilakukan oleh pemilik UMKM batik untuk menjaga keharmonisan dengan masyarakat sekitar.

UMKM yang menerapkan program CSR tentunya akan menaikkan harga–harga produk guna menutup biaya yang dikeluarkan untuk CSR.

(19)
(20)

karena dengan kesadaran inilah implementasi CSR dapat dilakukan secara optimal sehingga kinerja dari industri juga akan baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Ekadjaja dan Bunadi (2012) menunjukkan bahwa CSR memiliki pengaruh terhadap Return On Assets (ROA). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ekadjaja dan Bunadi (2012) tersebut terdapat penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Lindrawati, dkk. (2008) yang menunjukkan bahwa pengungkapan informasi CSR dalam laporan keuangan akan mempengaruhi nilai Return On Assets (ROA). Penelitian ini juga menunjukkan hasil bahwa CSR memiliki pengaruh terhadap Return On Equity (ROE). Hal ini karena perusahaan yang mengungkapkan CSR lebih banyak, maka kinerja keuangan perusahaan lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengungkapkan CSR.

(21)

Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada UMKM batik karena industri yang memiliki banyak konsumen ini menghasilkan limbah dalam jumlah banyak dan beraneka ragam yang dapat merusak lingkungan. UMKM batik juga diharapkan memiliki kepedulian kepada kesejahteraan tenaga kerja. Selain itu, penulis juga tertarik untuk melihat sejauh mana implementasi CSR dalam menunjang kinerja UMKM batik. Oleh karena itu, penulis akan melakukan penelitian ini dengan judul “IMPLEMENTASI CORPORATE

SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM MENUNJANG KINERJA

UMKM BATIK” dengan studi kasus pada UKM batik di Kampoeng Batik

Laweyan Solo.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

(22)

C. Batasan Penelitian

Batasan penelitian terletak pada variabel penelitian, yaitu pada item pernyataan Corporate Social Responsibility (CSR). Penelitian ini menggunakan implementasi CSR terkait dengan tiga kategori, yaitu kategori ekonomi, lingkungan, dan sosial tetapi pada kategori sosial dimensi yang digunakan adalah dimensi praktik tenaga kerja dan kenyamanan bekerja. Kategori sosial dengan dimensi praktik tenaga kerja dan kenyamanan bekerja digunakan sebagai batasan masalah karena CSR pada kategori dan dimensi tersebut merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh pemilik UMKM kepada tenaga kerjanya untuk menjaga loyalitas dan hubungan baik dengan tenaga kerja.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut: Mengetahui apakah implementasi CSR menunjang kinerja dari UMKM batik yang ada di Kampoeng Batik Laweyan Solo.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah diuraikan di atas, maka manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi UMKM batik kawasan Kampoeng Batik Laweyan Solo

(23)

dalam menunjang kinerja UMKM. Hal ini dapat dijadikan sebagai acuan pemilik dalam menunjang kinerja.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tentang implementasi CSR dalam menunjang kinerja UMKM batik dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi Peneliti

Penyusunan skripsi ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan penulis dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh untuk dilaksanakan di lapangan.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah dalam proses penulisan, penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

Bab II : Landasan Teori

Uraian tentang teori–teori yang mendukung topik

(24)

Bab III : Metode Penelitian

Pada bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan meliputi jenis penelitian, populasi dan sampel, tempat dan waktu penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV : Gambaran Umum Perusahaan

Pada bab ini, penulis akan menggambarkan secara umum perusahaan yang diambil sebagai sampel penelitian dan gamabaran umum data yang akan digunakan dalam penelitian.

Bab V : Analisis Data dan Pembahasan

Uraian analisis data dan pembahasan sesuai dengan temuan yang ada di lapangan.

Bab VI : Penutup

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Corporate Social Responsibility (CSR)

1. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)

Perusahaan dalam menjalankan bisnisnya selalu berusaha untuk meningkatkan citra perusahaan, salah satunya dengan melaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang berkelanjutan. Tidak hanya mengejar kepentingan bisnis untuk pencapaian profit yang optimal, tetapi perusahaan dituntut juga untuk menjaga hubungan baik dengan lingkungan dan sosial. Selain untuk memenuhi tanggung jawab sosialnya, CSR juga digunakan sebagai salah satu upaya untuk menunjang kinerja perusahaan dan sebagai upaya dalam memenangkan persaingan bisnis. Selain itu, perusahaan yang memberikan program – program CSR akan memiliki citra yang baik dan konsumen akan loyal sehingga penjualan meningkat yang diikuti dengan adanya peningkatan profit.

(26)

ekonomi, dan lingkungan serta terus-menerus menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungan hidupnya.

Menurut Suharto (2008) dalam Azizah (2011) menyatakan CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan berkelanjutan. Definisi CSR menurut World Business

Council for Sustainable Development (WBCSD) adalah komitmen

bisnis untuk berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, bekerja dengan karyawan, keluarga mereka dan masyarakat lokal. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan, maka dirilis ISO 26000 tentang International Guidance for Social Responsibility.

(27)

CSR di atas, dapat disimpulkan bahwa CSR merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menjaga lingkungan dan menjamin kesejahteraan karyawan serta masyarakat sekitar. 2. Implementasi Program CSR

Dalam pelaksanaannya, penerapan program CSR melibatkan beberapa pihak yaitu perusahaan, LSM, masyarakat, dan pemerintah. Menurut Solihin (2011), terdapat 3 kondisi yang akan menjamin terlaksananya program CSR, yaitu :

a. Implementasi CSR memperoleh persetujuan dan dukungan dari manajemen puncak perusahaan. Apabila program CSR mendapat persetujuan dari manajemen puncak, maka pelaksanaan program CSR akan secara penuh memperoleh sumber daya dari perusahaan. Sumber daya yang diperoleh ini meliputi sumber daya finansial dan sumber daya manusia.

b. Ditetapkannya pola hubungan (relationship) di antara pihak – pihak yang terlibat secara jelas. Hal ini akan meningkatkan kualitas koordinasi pelaksanaan program CSR.

(28)

3. Pengukuran CSR dengan Menggunakan GRI (Global Reporting Initiative) G4

Pengukuran CSR dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti CSP (Corporate Social Performance) dan ISO 26000. Pengukuran CSR dengan menggunakan CSP ini dapat diukur dengan menggunakan elemen individual dan elemen kolektif. Namun, pada elemen kolektif, CSP cenderung akan terpengaruh oleh perbedaan yang disebabkan industri (Mardikanto, 2014). Sementara, berdasarkan ISO 26000, penerapan CSR sebaiknya terintegrasi di seluruh aktivitas organisasi yang mencakup 7 isu pokok dari ISO 26000. Apabila suatu industri sangat peduli terhadap salah satu isu tetapi tidak mempedulikan isu lain, maka sesuai konsep ISO 26000 industri tersebut belum melaksanakan tanggung jawab sosial secara utuh (Forum CSR Kessos RI).

Oleh karena itu, pengukuran CSR dapat dilakukan dengan menggunakan metode pengukuran lain yaitu GRI G4. Metode ini dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative (GRI). Variabel dalam pengukuran metode GRI G4 terdiri dari:

a. Kategori ekonomi b. Kategori lingkungan

c. Kategori sosial, yang memiliki sub kategori sebagai berikut : 1) Praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja 2) Hak Asasi Manusia (HAM)

(29)

4) Tanggung jawab atas produk

Pengukuran Corporate Social Responsibility dilakukan dengan melakukan checklist item-item yang terdapat pada GRI G4. Setelah checklist dilakukan, maka dapat dihitung indeks dari pengungkapan program CSR yang dilakukan dengan menggunakan CSRi (Corporate Social Responsibility Index) (Angela, 2015).

4. Manfaat Corporate Social Responsibility

Tanggung jawab sosial merupakan hal yang penting dalam suatu perusahaan baik dalam skala bisnis besar, menengah, kecil, maupun unit usaha mikro. Implementasi CSR merupakan komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan melalui praktik bisnis. CSR dilakukan bukan sebagai bentuk amal industri tetapi lebih dari itu, CSR merupakan strategi bisnis baru bagi suatu industri seperti untuk meningkatkan citra positif perusahaan di mata masyarakat. Selain itu, CSR juga sebagai salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan kepada stakeholder. Mardikanto (2014) menguraikan 3 manfaat CSR untuk stakeholder sebagai berikut:

a. Manfaat CSR bagi masyarakat

(30)

1) Peluang penciptaan kesempatan kerja, pengalaman kerja, dan pelatihan

2) Pendanaan investasi komunitas dan pengembangan infrastruktur 3) Keahlian komersial

4) Kompetensi teknis dan personal individual pekerja yang terlibat 5) Representasi bisnis sebagai promosi bagi prakarsa–prakarsa

komunitas

b. Manfaat CSR bagi pemerintah

CSR yang dilakukan oleh perusahaan memberikan kontribusi kepada pemerintah sebagai berikut:

1) Dukungan pembiayaan karena keterbatasan anggaran pemerintah untuk membiayai pembangunan yang berkaitan dengan kemiskinan

2) Dukungan sarana dan prasarana yang dimiliki maupun dibangun melalui kegiatan CSR

3) Dukungan keahlian yang diwujudkan dalam program pengembangan kapasitas masyarakat

4) Keterlibatan LSM dalam kegiatan CSR merupakan sumber belajar dalam menumbuhkan, menggerakkan, dan memelihara partisipasi masyarakat dalam pembangunan

c. Manfaat CSR bagi korporasi

(31)

1) Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan

2) Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial 3) Melebarkan akses sumber daya bagi operasi sosial 4) Membuka peluang pasar yang lebih luas

5) Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah 6) Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan

7) Peluang mendapatkan penghargaan

B. Teori Stakeholder

Dalam perkembangannya, terdapat teori–teori yang melandasi pemikiran tentang CSR, salah satunya adalah teori stakeholder. Perusahaan harus memperhatikan kepentingan pihak-pihak berkepentingan (stakeholder), karena stakeholder memiliki pengaruh yang besar bagi keberlangsungan hidup seluruh perusahaan (Azizah, 2011). Menurut Freeman (1984) dalam Mardikanto (2014), CSR sebagai strategi memuaskan stakeholder merupakan praktik bisnis yang terus menerus menjaga kepuasan dan loyalitas pelanggan eksternal.

(32)

pemasaran produk, serta aksesibilitas kebijakan untuk memperoleh dukungan politik dari pemerintah dan tokoh–tokoh masyarakat.

Dalam teori ini, perusahaan tidak hanya bertanggung jawab pada pemilik modal saja (shareholder), tetapi juga harus memperhatikan tanggung jawab kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) baik stakeholder internal maupun eksternal (Heryani dan Zunaidah, 2013).

Stakeholder internal meliputi pemilik, karyawan, pelanggan dan pemasok, sedangkan stakeholder eksternal meliputi masyarakat dan pemerintah. Menurut Mardikanto (2014), teori stakeholder memberikan beberapa manfaat, yaitu :

a. Organisasi dapat menggunakan CSR sebagai instrumen untuk mencapai tujuan stakeholder.

b. Pendekatan stakeholder memungkinkan perusahaan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham, sementara juga meningkatkan total nilai tambah.

c. Kemampuan manajemen pemangku kepentingan akan terkait secara positif dengan pengembangan strategi lingkungan yang proaktif oleh UKM.

C. Pembangunan Berkelanjutan (Sustainability Development)

(33)

hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Konsep pembangunan berkelanjutan mengintegrasi masalah lingkungan, sosial dan ekonomi.

Sementara, Budimanta (2005) dalam Mardikanto (2014:15) mendefinisikan pembangunan berkelanjuatan sebagai suatu cara pandang mengenai kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam kerangka peningkatan kesejahteraan, kualitas kehidupan dan lingkungan umat manusia tanpa mengurangi akses dan kesempatan kepada generasi yang akan datang untuk menikmati dan memanfaatkannya. Program CSR merupakan salah satu bentuk investasi industri untuk pembangunan berkelanjutan.

D. UMKM (Usaha Menengah, Kecil, Mikro)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pada Bab I (Ketentuan Umum) Pasal 1 dari UU tersebut, dinyatakan bahwa:

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

(34)

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dinyatakan sebagai berikut:

a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

1. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

(35)

1. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

1. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

E. Kinerja

(36)

dalam Noor (2013), kinerja didefinisikan sebagai kontribusi individu baik positif maupun negatif yang diberikan individu pada organisasinya.

Sementara, Sucipto (2003) mendefinisikan kinerja sebagai penentuan ukuran–ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Dalam pengelolaan kinerja sebaiknya dilakukan secara kolaboratif dan kooperatif antara pegawai, pemimpin, dan organisasi melalui pemahaman dan penjelasan kinerja dalam suatu kerangka kerja atas tujuan–tujuan terencana, standar, dan

kompetensi yang disetujui bersama (Noor, 2013:270). Azizah (2011) menyatakan bahwa kinerja merupakan pencapaian hasil dari suatu pekerjaan yang telah dilakukan baik oleh individu maupun suatu organisasi.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan ukuran untuk mengetahui keberhasilan dari suatu industri yang dapat diukur melalui tingkat penjualan dan laba. Kinerja terdiri dari 2 jenis yaitu kinerja keuangan dan kinerja non keuangan.

1. Kinerja Keuangan

(37)

aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja keuangan berfokus pada aspek–aspek keuangan suatu industri. Kinerja keuangan yang baik dapat dilihat dari tingkat penjualan dan tingkat laba yang dihasilkan oleh industri. Informasi mengenai kinerja keuangan tersedia dalam format laporan keuangan, tetapi tidak mudah untuk mengetahui kinerja keuangan secara langsung. Kinerja keuangan dapat diketahui dengan menggunakan alat pengukuran keuangan yaitu rasio. Rasio yang digunakan seperti current ratio, return on investment, residual income, profit margin, dan return on assets.

Profit margin merupakan salah satu cara untuk mengukur kinerja

keuangan dari suatu perusahaan. Gaspersz (2003) menyatakan bahwa rasio laba bersih terhadap penjualan adalah hal yang paling penting karena mampu menggambarkan kesuksesan dari suatu operasi perusahaan. Sementara, Krismiaji dan Aryani (2011) mendefinisikan profit margin sebagai ukuran persentase dari tiap rupiah penjualan

yang dihasilkan dalam laba bersih. 2. Kinerja Non Keuangan

Selain melihat kinerja dari sisi keuangan, dapat juga dilihat kinerja dari sisi non keuangan. Kinerja non keuangan muncul karena terdapat kelemahan–kelemahan dalam kinerja keuangan seperti mengutamakan

(38)

fleksibel dan dinamis. Menurut Ittner dan Larcker dalam Krismiaji dan Aryani (2011), kinerja non keuangan memberikan beberapa manfaat, diantaranya sebagai berikut:

a. Para manajer dapat memperoleh informasi yang cepat mengenai perkembangan bisnis mereka sebelum laporan keuangan diterbitkan

b. Karyawan dapat memperoleh informasi yang lebih terpercaya mengenai tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan strategis perusahaan

c. Investor menerima informasi yang lebih akurat mengenai kinerja perusahaan secara keseluruhan karena ukuran–ukuran kinerja non keuangan biasanya tergambarkan dalam nilai aset tidak berwujud seperti produktivitas riset dan pengembangan.

Krismiaji dan Aryani (2011) mengidentifikasikan ukuran–ukuran kinerja non keuangan sebagai berikut:

a. Ukuran efisiensi

Ukuran ini digunakan untuk melacak indikator intra organisasi. Efisiensi digunakan untuk menentukan apakah suatu unit bisnis telah menggunakan sumber daya dan proses internal dengan efisien.

b. Ukuran inovasi

(39)

produk baru, waktu proses yang diperlukan untuk mengirim produk baru ke pasar, dan waktu yang diperlukan untuk membangun suatu produk generasi yang akan datang.

c. Ukuran pembelajaran dan pertumbuhan

Ukuran ini digunakan untuk menilai kapasitas pembelajaran suatu organisasi guna meningkatkan pertumbuhan organisasi jangka panjang dan mengukur hal–hal seperti kapasitas intelektual karyawan, pengembangan dan pelatihan karyawan, sistem intensif karyawan, dan perputaran karyawan.

d. Ukuran pelanggan

Ukuran ini digunakan untuk menilai kinerja yang mengarah ke hubungan dengan pelanggan dan menggunakan ukuran tersebut untuk mengukur pangsa pasar, waktu pelayanan pelanggan, kinerja tepat waktu, dan keterpercayaan produk.

(40)

mempertahankan dan menjaga loyalitas karyawan. Karyawan merupakan potensi yang besar bagi keberlangsungan lembaga.

F. Corporate Social Responsibility (CSR) pada UMKM

UMKM sebagai unit bisnis perlu untuk memberikan perhatian terhadap keadaan lingkungan dan sosial disekitarnya. Bentuk perhatian ini dapat diwujudkan dengan adanya pemberian program CSR untuk lingkungan dan untuk keadaan sosial khususnya tenaga kerja. Penggunaan sumber daya secara terus-menerus dan berlebih mendorong pemilik/pengelola untuk berusaha menghemat sumber daya yang digunakan. Selain itu, dengan adanya UMKM dapat menyerap tenaga kerja sekitar lokasi UMKM dan dapat mengurangi jumlah pengangguran. Saat ini, sudah banyak UMKM yang mulai memberikan program-program CSR tetapi belum menyadari manfaat CSR yang dilakukan. Hal ini karena kurangnya pemahaman dari pemilik/pengelola UMKM mengenai manfaat dari implementasi CSR.

(41)

Sementara penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2013) menunjukkan bahwa UMKM batik di Kota Pati sudah sering melakukan program CSR. Selain itu, terdapat upaya dari UMKM batik di Kota Pati dalam meningkatkan nilai perusahaan lewat penerapan program CSR.

G. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Menunjang Kinerja Perusahaan perlu memberikan perhatian dan kepedulian khusus bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Perhatian dan kepedulian yang dilakukan oleh perusahaan diwujudkan lewat program-program CSR. Program CSR dapat diwujudkan melalui program untuk ekonomi, lingkungan, dan program untuk sosial. Dalam kategori ekonomi, CSR dapat dilakukan dengan mendistribusikan pendapatan UMKM ke tenaga kerja dan masyarakat sekitar, mempekerjakan masyarakat sekitar UMKM, dan memberikan upah berdasarkan standar upah kepada tenaga kerja. Program lingkungan dapat dilakukan dengan adanya pengolahan limbah yang baik sebelum dibuang ke lingkungan dan dapat berupa penggunaan sumber daya yang efisien. Sementara program sosial terkait dengan ketenagakerjaan dapat berupa pemberian pelatihan dan sosialisasi mengenai pengolahan limbah dan inovasi dalam menghasilkan produk baru.

(42)

nilai perusahaan yang berwujud peningkatan kinerja UMKM itu sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Ekadjaja dan Bunadi (2012) menunjukkan bahwa CSR memiliki pengaruh terhadap Return On Assets (ROA) karena perusahaan yang mengungkapkan CSR lebih banyak, kinerja keuangan lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengungkapkan CSR.

Sementara, penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2013) menyatakan bahwa terdapat pengaruh implementasi Corporate Social Responsibility terhadap laba pada UMKM batik bakaran di Kota Pati,

yaitu UMKM mendapatkan feedback seperti peningkatan laba, pertumbuhan penjualan, dan mendapatkan pelanggan baru. Hal ini karena program CSR untuk karyawan yang dilakukan oleh pemilik UMKM membuat karyawan menjadi loyal dan CSR untuk lingkungan membuat masyarakat sekitar senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan UMKM batik bakaran di Kota Pekalongan. Oleh sebab itu, karyawan dan masyarakat sekitar akan ikut merekomendasikan produk UMKM tersebut yang diharapkan dapat menarik pelanggan baru dan dapat meningkatkan penjualan yang berdampak pada peningkatan pendapatan UMKM tersebut.

H. Kerangka Konseptual Penelitian

(43)

dalam menunjang kinerja UMKM (studi kasus pada UMKM batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo) sebagai berikut:

Gambar 2.1

Corporate Social Responsibility dalam Menunjang Kinerja UMKM

Implementasi program-program CSR kategori ekonomi (seperti memberikan pekerjaan untuk masyarakat sekitar, mendistribusikan penghasilan UMKM kepada tenaga kerja dan masyarakat, dan memberikan upah berdasarkan standar upah yang berlaku), kategori lingkungan (seperti efisiensi dalam penggunaan bahan baku, penggunaan bahan baku dari daur ulang, dan pengolahan limbah) dan kategori sosial dengan dimensi tenaga kerja (seperti perhatian terhadap keselamatan kerja tenaga kerja, pemberian pelatihan, dan benefit yang diberikan kepada tenaga kerja) yang dilakukan oleh pemilik atau pengelola UMKM dapat menunjang kinerja dari UMKM tersebut. Apabila pemilik atau

Corporate Social Responsibility (CSR)

Kinerja Keuangan UMKM

(44)

pengelola UMKM mengimplementasikan program-program CSR, maka diharapkan tenaga kerja akan menjadi loyal dalam bekerja.

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Dalam penelitian studi kasus, penelitian dilakukan secara rinci mengenai suatu obyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh termasuk kondisi masa lalunya (Umar, 2001). Penelitian ini menerapkan metode analisis data deskriptif kualitatif yang dilakukan dengan mengumpulkan data yang obyektif berdasarkan fakta yang diperoleh di lapangan yang menjadi lokasi penelitian. Desain penelitian deskriptif merupakan desain penelitian yang disusun dalam rangka memberikan gambaran secara sistematis tentang informasi ilmiah yang berasal dari subyek atau obyek penelitian (Sanusi, 2013).

B. Populasi Sasaran

Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah UMKM batik yang berada di Kampoeng Batik Laweyan Solo. Dalam penelitian ini, penulis menentukan kriteria yaitu:

1. UMKM batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo yang memproduksi batik.

(46)

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menentukan subyek penelitian yaitu: a. Pemilik atau pengelola UMKM batik yang berada di Kampoeng

Batik Laweyan Solo.

b. Pengurus Paguyuban Kampoeng Batik Laweyan Solo 2. Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menentukan obyek penelitian yaitu implementasi CSR dan kinerja UMKM.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian : Kampoeng Batik Laweyan, Solo Waktu penelitian : Desember 2016-Januari 2017

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Variabel Kinerja UMKM

Kinerja UMKM akan diukur dari sisi finansial dan non finansial. Sisi finansial akan diukur dengan menggunakan profit margin, yaitu membandingkan antara tingkat laba dan penjualan. Menurut Krismiaji dan Aryani (2011), profit margin dihitung dengan rumus:

(47)

Sisi non finansial akan diukur dengan melihat adanya pemesanan kembali dari pelanggan dan perluasan pasar. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data wawancara kepada pemilik atau pengelola UMKM untuk mengetahui adanya pemesanan kembali dari pelanggan dan perluasan wilayah pemasaran UMKM.

2. Variabel Corporate Social Responsibility (CSR)

Pengukuran CSR akan dilakukan dengan menggunakan checklist berdasarkan GRI G4 dengan kategori ekonomi, kategori lingkungan, dan kategori sosial dimensi praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja. Seluruh item pernyataan CSR dengan GRI G4 berjumlah 91 item yang terdiri dari 9 item pernyataan pada kategori ekonomi, 34 item pernyataan pada kategori lingkungan, 16 item pernyataan pada kategori sosial dimensi praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja, 12 item pada kategori sosial dimensi hak asasi manusia, 11 item pada kategori sosial dimensi masyarakat, dan 9 item pada kategori sosial dimensi tanggung jawab produk. Tetapi dalam penelitian ini pengukuran CSR dilakukan dalam bentuk kuesioner dengan 37 pernyataan. Pemilihan item-item pernyataan CSR yang digunakan berdasarkan relevannya item pernyataan dengan keadaan untuk UMKM. Pemilihan item-item pernyataan CSR penulis sajikan pada bagian lampiran penelitian ini.

(48)

memberikan nilai 0 pada pernyataan yang tidak dilakukan oleh pemilik atau pengelola UMKM. Setelah checklist dilaksanakan, kemudian akan dihitung Corporate Social Responsibility Index (CSRi) untuk mengetahui tingkat penerapan CSR yang dilakukan (Angela, 2015). Setelah CSRi dari setiap responden diketahui, maka akan dihitung rata-ratanya untuk menentukan kriteria tinggi rendah tingkat CSRi. Apabila responden memiliki CSRi di bawah rata-rata, maka CSRi-nya rendah, dan apabila responden memiliki CSRi di atas rata-rata maka CSRi-nya tinggi. Rumus yang digunakan untuk menghitung CSRi adalah:

� � = �

Keterangan:

CSRi : Corporate Social Responsibility

V : Jumlah pernyataan yang dilakukan oleh pemilik UMKM M : Jumlah pernyataan yang diharapkan

F. Jenis dan Sumber Data

(49)

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden. Kuesioner yang akan dibagikan kepada pemilik atau pengelola UMKM berkaitan dengan implementasi CSR. Kuesioner berisi 37 pernyataan yang dibagi menjadi 3 kategori yaitu kategori ekonomi, kategori lingkungan, dan kategori sosial dimensi tenaga kerja. Kategori ekonomi berisi 7 indikator, kategori lingkungan berisi 20 indikator, dan kategori sosial dimensi tenaga kerja berisi 10 indikator. Kuesioner akan dibagikan secara langsung kepada responden.

2. Wawancara

(50)

Solo akan mengambil topik berkaitan profil Kampoeng Batik Laweyan Solo dan terkait dengan CSR seperti pengadaan IPAL.

H. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik deskriptif kualitatif untuk mengetahui implementasi CSR dalam menunjang pertumbuhan kinerja UMKM. Untuk menjawab masalah mengenai “apakah implementasi CSR menunjang pertumbuhan

kinerja perusahaan”, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Menghitung Corporate Social Responsibility Index (CSRi)

Penghitungan CSRi digunakan untuk mengetahui berapa indeks CSR yang dilakukan oleh setiap UMKM batik. Setelah diketahui hasil CSRi dari setiap UMKM batik, selanjutnya CSRi akan dirata-rata untuk keseluruhan UMKM dan dianalisis untuk mengetahui berapa indeks CSRi yang menjadi populasi sasaran. Apabila responden memiliki CSRi di bawah rata-rata, maka CSRi-nya rendah dan apabila responden memiliki CSRi di atas rata-rata, maka CSRi-nya tinggi.

2. Menghitung profit margin pada UMKM batik

Untuk mengetahui kinerja keuangan pada UMKM batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo, penulis menghitung besarnya profit margin pada setiap UMKM batik. Setelah profit margin dihitung,

(51)

untuk mengetahui keseluruhan profit margin yang menjadi populasi sasaran. Apabila profit margin dari responden di bawah rata-rata maka profit margin-nya rendah. Sebaliknya, apabila responden memiliki

profit margin di atas rata-rata maka profit margin-nya tinggi.

3. Menganalisis dan mendeskripsikan adanya pemesanan kembali dari pelanggan dan perluasan pemasaran

Pada tahap ini, penulis menganalisis adanya pemesanan kembali dari pelanggan dan perluasan pemasaran dari setiap UMKM. Dengan adanya pemesanan kembali dari pelanggan dan perluasan pemasaran, berarti program CSR yang dilakukan oleh pemilik atau pengelola UMKM menunjang kinerja non keuangan. Hal ini akan diperjelas dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada pemilik atau pengelola UMKM terkait dengan adanya pemesanan kembali dari pelanggan dan perluasan wilayah pemasaran. Penulis mendeskripsikan adanya pemesanan kembali dari pelanggan dan perluasan pemasaran untuk mengetahui kinerja non keuangan dari UMKM.

4. Analisis crosstab CSRi dengan profit margin

(52)

kategori. Analisis crosstab ini dilakukan oleh penulis untuk mengetahui keterkaitan CSR dalam menunjang kinerja keuangan UMKM batik. 5. Mendeskripsikan dan menganalisis implementasi Corporate Social

Responsibility (CSR) terhadap kinerja UMKM

Pada tahap ini, penulis akan mendeskripsikan dan menganalisis apakah implementasi program CSR yang dilakukan oleh UMKM batik dapat menunjang kinerja keuangan dan kinerja non keuangan UMKM. Deskripsi dan analisis ini dilakukan oleh penulis dengan melihat hasil dari tabulasi silang atau crosstab dan dari dekripsi adanya pemesanan kembali dari pelanggan dan perluasan pemasaran yang telah dilakukan pada langkah sebelumnya.

6. Penarikan kesimpulan

(53)

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah dan Letak Geografis Kampoeng Batik Laweyan

Kampoeng Batik Laweyan merupakan salah satu destinasi wisata budaya yang terletak di Kota Solo. Selain terkenal dengan produk-produk batiknya, Kampoeng Batik Laweyan juga terkenal akan warisan budayanya. Tidak hanya sebagai tujuan wisata saja, tetapi Kampoeng Batik Laweyan Solo juga menyimpan banyak sejarah, khusunya sejarah perkembangan batik di Indonesia. Desa Laweyan (kini Kampoeng Batik Laweyan) sudah ada sejak munculnya Kerajaan Pajang (1546 M).

Awalnya, Pasar Laweyan merupakan Pasar Lawe atau pasar bahan baku tenun yang sangat ramai. Batik mulai dikenal pada zaman Kerajaan Pajang yang dipelopori oleh Kyai Ageng Henis pada awal abad ke 16. Semasa pemerintahan Sultan Hadiwijaya atau kerap kali dikenal sebagai Joko Tingkir, para pengrajin batik di daerah tersebut mulai memproduksi batik dengan teknik batik tulis dan menggunakan pewarna alami yang berasal dari akar-akaran dan tanaman sebagai pewarnanya.

(54)

teknik batik tulis, ada juga teknik batik cap, teknik batik smok, dan teknik batik printing. Pewarnaan batik yang dulunya hanya dengan pewarna alami saja, kini sudah berkembang dengan adanya pewarna kimia. Pewarna kimia tentunya digunakan industri batik untuk menekan cost produksi batik.

Kehidupan kampung batik ini selalu diiringi dengan keadaan politik nusantara. Sekitar tahun 1911, Serikat Dagang Islam (SDI) dibentuk oleh Kyai Haji Samanhudi di Kampung Laweyan. Dengan terbentuknya SDI, dalam bidang ekonomi, para saudagar batik Laweyan merintis pergerakan koperasi dengan didirikannya “Persatoean Peroesahaan Batik Boemi Putera

Soerakarta” pada tahun 1935. Masa ini merupakan masa kejayaan batik di

Kampoeng Batik Laweyan Solo. Misalnya saja pada masa itu, di Kampoeng Batik Laweyan terdapat seorang tokoh juragan batik yang sukses yaitu Tjokrosoemarto. Industri yang dijalankan oleh Tjokrosoemarto telah menghasilkan omzet dalam jumlah besar dan pemasarannya tidak hanya di dalam negeri saja, tetapi juga mencakup pemasaran ke manca negara. Beliau merupakan produsen batik yang melakukan ekspor batik pertama di Indonesia. Sisa-sisa kejayaan Kampoeng Batik Laweyan dapat dilihat dari bangunan-bangunan rumah kuno yang berarsitektur Jawa dan Eropa.

(55)

selatan yaitu Kabupaten Sukoharjo, dan batas timur adalah Kelurahan Bumi. Wilayah Kampoeng Batik Laweyan meliputi Kelurahan Laweyan sebagai wilayah inti dan Kelurahan Bumi, Purwosari, Sondakan, dan Pajang sebagai wilayah pengembangan.

Eksistensi Kampoeng Batik Laweyan yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Pajang sampai sekarang tak lepas dari ketekunan masyarakat Laweyan yang turut serta secara aktif dalam menjaga warisan budaya ini. Masyarakat Laweyan menganggap batik tidak hanya terbatas pada motif saja, tetapi batik juga memiliki arti atau nilai disetiap motifnya. Selain itu, Kampoeng Batik Laweyan memiliki paguyuban yang turut menjaga dan mengembangkan kelestarian kawasan ini. Peran yang besar dari masyarakat dan paguyuban (Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan) menjadikan kawasan batik ini sebagai sentra batik dan destinasi wisata budaya di Kota Solo.

B. Tujuan, Visi, dan Misi Kampoeng Batik Laweyan

(56)

FPKBL memiliki tujuan dalam pendiriannya, yaitu menciptakan dan mengembangkan:

1. Tingkat sosial ekonomi yang berkeadilan 2. Iklim usaha yang kondusif

3. Pelestarian lingkungan di kawasan cagar budaya 4. Kawasan Pusat Pengembangan Batik Terpadu

5. Hubungan yang harmonis antar berbagai unsur masyarakat 6. Kawasan tujuan wisata kreatif yang unik dan spesifik

Dalam mencapai tujuan tersebut, FPKBL memiliki visi dan misi sebagai berikut:

Visi FPKBL:

Menjadikan Laweyan sebagai kawasan pusat industri batik dan cagar budaya yang dikembangkan dengan konsep kepariwisataan melalui pembangunan yang ramah lingkungan dan berkesinambungan.

Misi FPKBL:

1. Mengembangkan kawasan berbasis industri batik dan non batik yang ramah lingkungan

2. Memelihara situs-situs bersejarah, arsitektur khas Laweyan dan tradisi budaya lokal

3. Mengembangkan kawasan Laweyan sebagai kawasan edukatif

(57)

5. Mengembangkan kawasan Laweyan sebagai pusat penelitian dan pengembangan industri batik

6. Mewujudkan kawasan Sapta Pesona Pariwisata

C. Struktur Organisasi Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan

(FPKBL)

Struktur organisasi merupakan hal yang penting dalam sebuah organisasi. Dalam struktur organisasi garis komando, tugas, wewenang, dan tanggung jawab digambarkan secara jelas. Struktur organisasi dapat berjalan dengan baik apabila pelaku organisasi melaksanakan tugas, wewenang, dan tanggung jawab sesuai dengan posisinya.

Dalam kepengurusan FPKBL, terdapat suatu struktur organisasi. FPKBL dipimpin oleh ketua forum, wakil ketua, dua orang sekretaris, dua orang bendahara, dan lima orang ketua bidang. Organisasi ini memiliki lima bidang kerja, yaitu bidang industri, bidang teknologi dan informasi, bidang pariwisata, bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang), dan bidang Batik Development Center (BDC). Kepengurusan FPKBL memiliki masa jabatan 5

tahun dan dalam pemilihan pengurus akan dilakukan Rembug Kampoeng Batik Laweyan atau Rapat Luar Biasa. Hak dan kewajiban dari pengurus diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).

D. Bidang Usaha Kampoeng Batik Laweyan

(58)

yang diproduksi dapat berupa kain, pakaian, tas, dompet, sepatu, dan aksesoris seperti kalung. Data yang penulis dapat dari hasil wawancara dengan salah satu pengurus FPKBL, Bapak Arif Budiman Effendi, menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 80 UMKM yang ada di kawasan batik ini, baik yang berproduksi maupun showroom.

Kampoeng Batik Laweyan sebagai kawasan batik memiliki dua motif batik khas. Motif khas yang dimiliki Kampoeng Batik Laweyan adalah jarik motif Tirto Tejo dan motif Truntum. Walaupun memiliki dua motif khas, tetapi UMKM-UMKM batik juga memiliki motif khas tersendiri. Keunikan inilah yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan dan juga pembeli lokal.

Gambar 4.1 Batik Motif Tirto Tedjo

Sumber: http://www.barangtempodoeloe.com/2013/09/kain-batik-1913.html Gambar 4.2

Batik Motif Truntum

(59)

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden Penelitian

Total UMKM yang memproduksi batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo berjumlah 34 UMKM. Dari 34 UMKM terdapat 7 UMKM yang tidak bersedia untuk dijadikan responden karena tidak menerima penelitian sehingga kuesioner dibagikan kepada 26 UMKM. Dari total 26 kuesioner yang dibagikan, hanya 20 kuesioner yang memenuhi kebutuhan data dari penulis dan dapat dianalisis. Sementara, 6 kuesioner lainnya tidak diisi dengan lengkap karena adanya kerahasiaan data dari UMKM yang tidak boleh diketahui pihak luar. Data mengenai karakteristik responden berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dan wawancara adalah sebagai berikut:

1. Status UMKM Batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo

Data yang diperoleh penulis menunjukkan bahwa semua UMKM batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo yang menjadi responden berstatus perusahaan perseorangan.

2. Lama Usaha UMKM Batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo

(60)

Tabel 5.1. Lama Usaha UMKM Batik No Usia UMKM Batik

(tahun)

Frekuensi Persentase

1 3-12 8 40%

2 13-22 6 30%

3 23-32 3 15%

4 33-42 2 10%

5 43-52 1 5%

Total 20 100%

Tabel 5.1 menunjukkan lama usaha UMKM batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo. Pada rentang 3-12 tahun, terdapat 1 UMKM yang telah melakukan kegiatan usahanya selama 3 tahun. Sementara, pada rentang 43-52 tahun terdapat 1 UMKM yang telah melakukan kegiatan usahanya selama 46 tahun. Banyak UMKM pada rentang 3-12 tahun. 3. Jenis Kelamin Responden

Tabel 5.2. menunjukkan jenis kelamin dari pemilik UMKM yang menjadi responden dalam penelitian ini. Berikut tabel mengenai jenis kelamin responden:

Tabel 5.2. Jenis Kelamin Responden

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Laki-laki 14 70%

2 Perempuan 6 30%

Total 20 100%

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 70% responden adalah laki-laki. Hal ini karena sebagian besar laki-laki di UMKM batik lebih mengetahui secara detail mengenai teknik produksi dan pemasaran batik. 4. Usia Responden

(61)

termuda adalah 24 tahun dan usia responden tertua adalah 63 tahun. Berikut tabel usia pemilik yang menjadi responden dalam penelitian: Tabel 5.3. Responden Berdasarkan Usia Responden

No Usia Pemilik UMKM Batik Frekuensi Persentase

1 24-33 2 10%

2 34-43 7 35%

3 44-53 5 25%

4 54-63 6 30%

Total 20 100%

Berdasarkan tabel distribusi usia, menunjukkan bahwa semua pemilik UMKM berada di usia produktif. Menurut website resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS), usia produktif adalah penduduk dengan usia antara 15-64 tahun. Tabel 5.3 menunjukkan sebanyak 35% pemilik berada di usia 34-43 tahun. Pemilik UMKM dalam usia yang produktif merupakan kekuatan bagi keberlanjutan usaha. Hal ini karena pada usia tersebut, pemilik UMKM memiliki pengalaman yang matang dalam bisnis batik dan jaringan pemasaran yang luas.

5. Pendidikan Terakhir dan Pekerjaan Utama Responden

Data responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat dari tabel 5.4 berikut ini:

Tabel 5.4. Pendidikan Terakhir Responden No Pendidikan Terakhir

Pemilik UMKM Batik

Frekuensi Persentase

1 SMP 3 15%

2 SMA/SMK 9 45%

3 D-II 1 5%

4 D-III 1 5%

5 S-I 4 20%

6 S-II 2 10%

(62)

Tabel distribusi di atas menunjukkan bahwa sebanyak 45% pendidikan terakhir dari pemilik UMKM batik yang menjadi responden dalam penelitian adalah tamatan SMA/SMK. Artinya tingkat pendidikan bukan merupakan kunci dalam menjalankan usaha batik, melainkan keterampilan dan kreativitas dalam memproduksi batik.

Penyebaran kuesioner dan wawancara juga menunjukkan bahwa sebanyak 19 responden memiliki pekerjaan utama sebagai wirausaha batik. Sementara, 1 responden memiliki pekerjaan utama sebagai dosen dan usaha batik yang dijalankan merupakan usaha sampingan dari pemilik. Hal ini menunjukkan bahwa usaha batik yang dijalankan oleh pemilik UMKM merupakan sumber penghasilan utama bagi pemilik UMKM tersebut.

6. Jumlah Tenaga Kerja UMKM Batik

Tabel 5.5 menunjukkan jumlah tenaga kerja yang bekerja di UMKM batik yang menjadi responden dalam penelitian ini. Berikut tabel jumlah tenaga kerja di UMKM batik Kampoeng Batik Laweyan Solo: Tabel 5.5. Jumlah Tenaga Kerja UMKM batik di Kampoeng Batik

Laweyan Solo

No Jumlah Tenaga Kerja Frekuensi Persentase

1 3-12 9 45%

2 13-22 8 40%

3 23-32 2 10%

4 33-42 1 5%

Total 20 100%

(63)

sedikit memiliki 3 tenaga kerja dan paling banyak memiliki 35 tenaga kerja. Status tenaga kerja di UMKM batik Kampoeng Batik Laweyan Solo adalah tetap dan lepas. Semua UMKM batik yang menjadi responden memiliki tenaga kerja yang berasal dari lokasi sekitar UMKM.

B. Hasil Analisis Data

Analisis data untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini dengan menggunakan deskriptif kualitatif dan analisis crosstabulation dengan program statistik SPSS 16. Penulis menyebarkan kuesioner kepada responden berkaitan dengan implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mengetahui sejauh mana pemilik UMKM batik telah melakukan tanggung jawab sosial perusahaannya.

(64)

Tabel 5.6. Corporate Social Responsibility Index (CSRi)

No Nama Usaha Ya Tidak CSRi

1 Batik Sherlyta Ayu 35 2 0,95

2 Batik Herdea 35 2 0,95

3 Batik Puspita Mekar 34 3 0,92

4 Batik Loring Pasar 32 5 0,86

5 Batik Uni 32 5 0,86

6 Batik Puspa Kencana 31 6 0,84

7 Batik Widya Kencana 30 7 0,81

8 Batik Oguud 29 8 0,78

9 Batik Purworaharjo 29 8 0,78

10 Batik Mahkota 29 8 0,78

11 Batik Fantri 29 8 0,78

12 Batik Jova 27 10 0,73

13 Batik Pandono 27 10 0,73

14 Batik Hayuningrum 26 11 0,70

15 Batik Nurma 26 11 0,70

16 Batik Ratnasari 25 12 0,68

17 Batik Estu Mulya 23 14 0,62

18 Batik Truntum 23 14 0,62

19 Batik Setya 23 14 0,62

20 Batik Tritunggal 21 16 0,57

Total 566 174 15,30

Rata-rata 28,3 8,7 0,76 Sumber: Data primer diolah

Keterangan:

Ya : Pernyataan CSR yang dilakukan oleh responden Tidak : Pernyataan CSR yang tidak dilakukan oleh responden

Tabel 5.6 menunjukkan CSRi dari setiap UMKM. Indeks CSR (CSRi) digunakan untuk mengetahui sejauh mana UMKM batik melakukan implementasi program CSR. Tabel tersebut memuat kolom untuk jawaban “ya” dan jawaban “tidak”. Kolom jawaban “ya” memiliki

(65)

berapa banyak item pernyataan CSR yang tidak dilakukan oleh pemilik UMKM. Pada tabel 5.6 dapat dilihat rata-rata CSRi dari UMKM batik yang menjadi responden dalam penelitian ini sebesar 0,76. Rata-rata CSRi digunakan oleh penulis untuk mengetahui tingkatan atau kategori pada CSRi. Apabila UMKM batik yang menjadi responden penelitian memiliki CSRi di atas rata-rata, maka CSRi dari UMKM tersebut tinggi. Sementara, untuk UMKM dengan CSRi di bawah rata-rata, maka UMKM tersebut memiliki CSRi yang rendah. Tabel 5.6 menunjukkan CSRi yang paling banyak sebesar 0,78.

(66)

bahwa kehidupan usaha yang mereka jalankan tentunya memerlukan bantuan dan kerja sama dari lingkungan sekitar dan dari tenaga kerja.

Selanjutnya, Batik Puspita Mekar, Batik Uni, Batik Loring Pasar, Batik Puspa Kencana, Batik Widya Kencana, Batik Oguud, Batik Purworaharjo, Batik Mahkota, dan Batik Fantri memiliki CSRi yang tinggi. Ini berarti UMKM-UMKM batik tersebut sudah melakukan sebagian besar program CSR, meskipun terdapat beberapa item CSR yang tidak dilakukan. Hal ini memiliki arti bahwa responden memiliki kesadaran bahwa implementasi CSR penting untuk dilakukan, meskipun UMKM batik belum optimal dalam mengimplementasikan program CSR karena masih terdapat beberapa item pernyataan CSR yang belum dilakukan. Responden mengatakan terdapat manfaat dari implementasi CSR yaitu, berkurangnya jumlah pengangguran di sekitar lokasi produksi, tenaga kerja semakin loyal dan semangat dalam bekerja, dan terjalin hubungan baik antara UMKM dengan lingkungan sekitar. Hal ini dibuktikan juga dengan tenaga kerja UMKM yang merupakan masyarakat sekitar lokasi produksi.

(67)

kategori sosial dimensi praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja dengan item pernyataan memiliki jam pelatihan pekerja dan item pernyataan adanya pelatihan bagi setiap karyawan. Kedua item pernyataan CSR ini paling banyak tidak dilakukan karena responden atau pemilik UMKM batik tidak pernah memiliki waktu untuk memberikan pelatihan bagi tenaga kerjanya.

Sementara, untuk Batik Jova, Batik Pandono, Batik Hayuningrum, Batik Nurma, Batik Ratnasari, Batik Estu Mulya, Batik Truntum, dan Batik Setya memiliki CSRi rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa ke-8 responden tersebut memiliki CSRi di bawah rata-rata meskipun beberapa item pernyataan CSR telah dilakukan. Hal ini memiliki arti bahwa responden memiliki kesadaran mengenai pentingnya implementasi program CSR tetapi dalam pelaksanaannya terdapat kendala yang menyebabkan implementasi CSR belum dapat dilakukan dengan baik.

(68)

ini dikarenakan kesibukan Bapak Syamsul Aarif dalam bekerja dan juga pendanaan untuk implementasi tanggung jawab sosial seperti membantu memberikan dana jika ada kerusakan lingkungan akibat proses produksi. Bapak Syamsul Aarif menjelaskan sebagai pelaku UMKM, keuntungan yang didapat dari hasil produksi digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan untuk menambah modal usaha sehingga tidak banyak bagian dari keuntungan yang digunakan untuk pendanaan implementasi CSR.

Indeks CSR terendah terletak pada Batik Tritunggal sebesar 0,57. Artinya pemilik dari Batik Tritunggal kurang memiliki kesadaran mengenai pentingnya implementasi program CSR. Hal ini didukung hasil wawancara dengan Bapak Siswanto yang menunjukkan bahwa implementasi CSR tidak penting untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan pelaksanaan program CSR dirasa tidak terlalu memberikan dampak atau manfaat bagi UMKM Batik Tritunggal. Wawancara dengan Bapak Siswanto membuktikan bahwa perhatian dan kepedulian kepada tenaga kerja ternyata tidak membuat tenaga kerja menjadi loyal atau setia kepada Batik Tritunggal.

(69)

a. Kategori Ekonomi

Kategori pertama dalam pengungkapan CSR adalah kategori ekonomi. Dalam kuesioner ini, kategori ekonomi diukur dengan menggunakan 7 pernyataan. Tabel 5.7 berikut ini menunjukkan hasil jawaban dan persentase jawaban responden:

Tabel 5.7 Distribusi Jawaban Kuesioner Responden Pada Kategori Ekonomi

Pernyataan (Kode) Jawaban Responden Ya % Tidak % Pernyataan 1 (G4-EC1) 16 80 4 20 Pernyataan 2 (G4-EC2) 16 80 4 20 Pernyataan 3 (G4-EC3) 5 25 15 75 Pernyataan 4 (G4-EC4) 17 85 3 15 Pernyataan 5 (G4-EC5) 18 90 2 10 Pernyataan 6 (G4-EC6) 19 95 1 5 Pernyataan 7 (G4-EC7) 18 90 2 10

Jumlah 109 31

Persentase 77,86 22,14

Sumber: Data primer diolah

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa persentase tertinggi dari implementasi program CSR pada kategori ekonomi terdapat pada pertanyaan ke-6, yaitu sebanyak 19 responden (95%) menjawab “ya”. Sementara, sebanyak 1 responden (5%) menjawab “tidak”.

(70)

sekitar UMKM seperti membayar iuran dan mengikuti kerja bakti di lingkungan sekitar UMKM.

Selanjutnya, pada pernyataan ke-5 dan ke-7, terdapat 18 responden (90%) menjawab “ya” dan sebanyak 2 responden (10%) menjawab “tidak”. Pernyataan ke-5 dalam kategori ekonomi yaitu

mempekerjakan masyarakat sekitar UMKM dan pernyataan ke-7 adalah pengetahuan mengenai dampak ekonomi yang terjadi. Hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada responden yang menunjukkan bahwa sebagian besar pemilik UMKM merekrut tenaga kerja dari masyarakat sekitar UMKM batik. Sementara itu, hampir semua responden memiliki pengetahuan mengenai dampak ekonomi yang terjadi. Untuk responden yang memberikan jawaban “tidak” artinya mereka mempekerjakan masyarakat di luar wilayah

UMKM dan tidak memiliki pengetahuan mengenai dampak ekonomi yang terjadi. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi yang diterima oleh responden mengenai dampak ekonomi yang terjadi.

Kemudian, untuk pernyataan ke-4 sebanyak 17 responden (85%) menjawab “ya” dan sebanyak 3 responden (15%) menjawab “tidak”.

(71)

responden belum memiliki kemampuan lebih secara finansial untuk membayar tenaga kerja sesuai dengan standar upah pengrajin batik.

Pernyataan nomor 1 dan pernyataan nomor 2 sebanyak 16 responden (80%) menjawab “ya” dan sebanyak 4 responden (20%)

menjawab “tidak”. Item pernyataan nomer 1 nilai ekonomi yang

dihasilkan didistribusikan secara langsung (pendapatan, biaya, kompenasasi ke karyawan, donasi ke masyarakat, dan keuntungan yang digunakan membayar pinjaman). Pernyataan nomer 2 berisi pembayaran kewajiban atau hutang dibayar tepat waktu dan ditulis dalam pembukuan. Ini berarti sebagian besar responden telah melakukan distribusi nilai ekonomi secara langsung untuk kompensasi ke karyawan, donasi ke masyarakat, dan untuk membayar pinjaman serta telah melakukan pembayaran kewajiban atau hutang secara tepat waktu dan ditulis dalam pembukuan. Sementara, sebagian kecil responden tidak melakukan item pe

Gambar

Gambar 4.1 Batik Tirto Tedjo  ............................................................................42
Corporate Social Responsibility Gambar 2.1 dalam Menunjang Kinerja UMKM
Gambar 4.1 Batik Motif Tirto Tedjo
Tabel 5.1 menunjukkan lama usaha UMKM batik di Kampoeng
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah bentuk implementasi kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan atau dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) khususnya pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Kesimpulan penelitian menjelaskan: (1) Implementasi tanggung jawab sosial perusahaan CSR pada PT HM Sampoerna Tbk terlaksana ditinjau dari perundang-undangan yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana persepsi pelaku UMKM dalam menerapkan konsep pengakuan berdasarkan SAK ETAP serta tantangan yang dihadapi

Implementasi Progam Kemitraan Sebagai Wujud Corporate Social Responsibility (CSR) PT.Telkom Kadantel Jember (Study Deskriptif Proses Pelaksanaan Progam Kemitraan

Sebuah bentuk implementasi kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan atau dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) khususnya pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)