• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk trichokompos

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk trichokompos"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIVASI PETANI DALAM PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SEBAGAI PUPUK TRICHOKOMPOS

DI DESA KARANGNONGKO KECAMATAN PONCOKUSUMO KABUPATEN MALANG

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

ARMED ARYAKO NIRM : 04.01.18.128

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(2)

ii

TUGAS AKHIR

MOTIVASI PETANI DALAM PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SEBAGAI PUPUK TRICHOKOMPOS

DI DESA KARANGNONGKO KECAMATAN PONCOKUSUMO KABUPATEN MALANG

Diajukan sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan (S.Tr. P)

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

ARMED ARYAKO NIRM : 04.01.18.128

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(3)

Bismillahirrohmanirrohim Puji syukur saya Panjatkan Kepada Allah Subhanahu Wata’ala, dengan rahmat serta inayah dan

segala kasih sayang yang tercuhakan kepada hambanya, saya dapat menyelesaikan pendidikan ini dengan lancar.

Tugas Akhir ini saya persembahkan kepada kedua orang tua saya Bapak dan Ibu . serta saudara

dan saudari kandungku yang telah memberikan dukungan, do’a dan motivasi yang begitu besar, sampai terselesainya karya ilmiah ini.

Dosen Pembimbing I dan II yang sudah membimbing saya dengan sabar dalam pelaksanaan Tugas Akhir ini sehingga saya dapat menyelesaikan tepat waktu.

Tugas Akhir ini saya peruntukkan juga kepada Laptop saya yang selalu menemani dan mensupport saya. Dan terimaksih kepada sahabat dan rekan-rekan seperjuangan saya, khususnya rekan-rekan kelas TAN D yang selalu membantu saya.

Terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu dari yang telah membantu memotivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir Semoga Allah selalu melindungi dan menjaga kita semua…

(4)
(5)
(6)
(7)

vi

Limbah Ternak Sebagai Pupuk Trichokompos Di Desa Karangnongko, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Pembimbing I Dr. Ir. Suhirmanto, M.Si dan Pembimbing II Dr. Ugik Romadi, SST, M.Si.

Desa Karangnongko merupakan salah satu desa di Kecamatan Poncokusumo dengan komoditas unggulan adalah tanaman kubis, cabai, dan tomat. Dalam melakukan budidaya pertanian petani di Desa Karangnongko menggunakan limbah ternak sebagai pengganti pupuk kimia, namun pengaplikasian limbah ternak masih belum optimal. Hal ini dikarenakan petani hanya mengaplikasikan limbah mentah ke lahan pertanian sehingga akan menimbulkan penyakit yang menginfeksi tanaman. Hingga saat ini pengolahan limbah ternak di petani masih menjadi masalah serius. Beberapa kendala yang dihadapi dalam memecahkan masalah limbah ini antara lain karena masih rendahnya kesadaran petani serta kurangnya motivasi petani. Sehingga perlunya pengkajian mengenai bagaimana tingkat motivasi petani dan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak menjadi pupuk trichokompos di Desa Karangnongko, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang.

Hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak menjadi pupuk trichokompos tergolong dalam kategori tinggi dengan kecenderungan petani dalam memilih jawaban berada pada angka tiga atau nilai yang paling sering muncul ( Modus ) adalah tiga. Dan pengkajian mengenai faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak menjadi pupuk trichokompos menggunakan analisis rank spearman didapatkan bahwa variabel yang memiliki hubungan signifikan dengan motivasi adalah pengetahuan, kesesuaian,

(8)

vii

kerumitan, serta sarana dan prasarana dan didapatkan data modus dalam penelitian ini adalah tiga namun ada satu variabel dalam penelitian ini yang memiliki variabel paling rendah yaitu dua dimana penyebab petani tidak termotivasi untuk mau memanfaatkan limbah ternak menjadi pupuk trichokompos adalah inovasi ini masih dirasa sulit oleh petani itu sendiri.

Rancangan penyuluhan dari hasil penelitian ini adalah tentang bagaimana menerapkan metode atau media yang lebih baik dari penyuluhan sebelumnya agar petani mau dan mampu untuk menerapkan suatu inovasi ini sendiri.

Mengenai hal ini maka ditetapkan metode penyuluhan diskusi dan ceramah serta menggunakan media folder dengan materi penyuluhan Pemanfaatan Limbah Ternak Menjadi Pupuk Trichokompos, pelaksanaan penyuluhan dilakukan di rumah Ketua Kelompok Tani Karangsari IV pada hari Jum’at, tanggal 15 Juli 2022 pukul 14 : 00 s/d selesai.

Berdasarkan hasil penyuluhan didapatkan bahwa tingkat pengetahuan petani tentang pemanfatan limbah ternak menjadi pupuk trichokompos dalam kategori sangat tinggi yaitu dengan skor menunjukan peresntase 87,7%. Hal ini menunjukan bahwa petani di Desa Karangnongko sudah tahu mengenai pemanfaatan limbah ternak menjadi pupuk trichokompos dan sebelum penelitian ini dilakukan penyuluh setempat sudah memberikan penyuluhan mengenai pemanfaatan limbah ternak menjadi pupuk trichokompos.

Berdasarkan hasil penyuluhan yang dilakukan tingkat sikap didapatkan skor 63% menurut Notoatmodjo rentang skor 50% sampai 75% berada pada tingkat menghargai yang artinya petani mulai untuk mencoba/mendiskusikan suatu inovasi dengan petani lain guna saling bertukar pendapat dan menjawab rasa keraguan dalam suatu inovasi.

Kata Kunci : Motivasi Petani, Limbah Ternak, Trichokompos

(9)

viii

karunianya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul

“Motivasi Petani Dalam Pemanfaatan Limbah Ternak Sebagai Pupuk Trichokompos di Desa Karangnongko Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang”. Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan (S.Tr.P) di Politeknik Pembangunan Pertanian Malang.

Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Ir. Suhirmanto, MSi selaku Dosen Pembimbing I Tugas Akhir 2. Ugik Romadi, SST, M.Si selaku Dosen Pembimbing II Tugas Akhir

3. Dr. Eny Wahyuning P, SP, MP selaku Ketua Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan

4. Dr. Setya Budhi Udrayana S.Pt., M.Si. selaku Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini Penulis berharap saran dan kritik positif yang membangun dari berbagai pihak. Semoga laporan tugas akhir ini dapat menambah pengetahuan dan memberikan manfaat maupun inspirasi kepada pembaca.

Malang, Agustus 2022

Penulis

(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS TA ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... iv

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... v

RINGKASAN ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan ... 3

1.4 Manfaat ... 4

1.5 Hipotesis ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Penelitian Terdahulu ... 6

2.2 Landasan Teori... 9

2.2.1 Teori Motivasi ... 9

2.2.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Motivasi ... 11

2.2.3 Limbah Ternak ... 14

2.2.4 Trichokompos ... 16

2.2.5 Komponen Penyuluhan ... 18

2.3 Kerangka Pikir Tugas Akhir ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Lokasi Dan Waktu ... 26

3.2. Metode Kajian ... 26

3.2.1 Metode Penelitian ... 26

3.2.2 Populasi Dan Sampel ... 26

3.2.3 Jenis Data ... 28

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.2.5 Skala Pengukuran ... 30

3.2.6 Variabel Penelitian... 31

3.2.7 Definisi Oprasional Variabel ... 32

3.2.8 Teknik Pengujian Instrument ... 32

3.2.9 Analisis Data ... 33

3.3 Metode Perancangan penyuluhan ... 36

3.3.1 Tujuan Penyuluhan ... 36

3.3.2 Sasaran Penyuluhan ... 37

3.3.3 Materi Penyuluhan... 37

3.3.4 Metode Penyuluhan ... 37

3.3.5 Media Penyuluhan ... 37

3.4 Metode Implementasi/Uji Coba Rancangan ... 37

3.4.1 Waktu dan Tempat ... 37

3.4.2 Pelaksanaan Penyuluhan ... 38

3.5 Metode Evaluasi Rancangan... 38

(11)

x

4.1.2 Sumber Daya Manusia ... 39

4.2 Karateristik Responden Kajian ... 40

4.2.1 Umur ... 41

4.2.2 Pendidikan ... 41

4.3 Hasil Uji Validitas Dan Reabilitas Instrument Kajian ... 42

4.4 Hasil Kajian Motivasi Petani Dalam Pemanfaatan Limbah Ternak Sebagai Pupuk Trichokompos ... 42

4.5 Hasil Kajian Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Petani ... 53

4.5.1 Pengetahuan ... 55

4.5.2 Pengalaman Berusaha Tani ... 56

4.5.3 Keuntungan ... 57

4.5.4 Kesesuaian... 57

4.5.5 Kerumitan ... 58

4.5.6 Sarana dan prasaran ... 59

4.6 Hasil Korelasi Rank Spearman ... 62

4.6.1 Hubungan Antar Variabel Pengetahuan Dengan Motivasi Petani ... 63

4.6.2 Hubungan Antar Variabel Pengalaman Berusaha Tani Dengan Motivasi Petani ... 65

4.6.3 Hubungan Antar Variabel Keuntungan Dengan Motivasi Petani ... 66

4.6.4 Hubungan Antar Variabel Kesesuaian Dengan Motivasi Petani ... 67

4.6.5 Hubungan Antar Variabel Kerumitan Dengan Motivasi Petani ... 68

4.6.6 Hubungan Antar Variabel Sarana dan Prasarana Dengan Motivasi Petani ... 69

BAB V PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PENYULUHAN ... 71

5.1 Rancangan Penyuluhan ... 71

5.1.1 Tujuan Penyuluhan ... 71

5.1.2 Sasaran Penyuluhan ... 71

5.1.3 Materi Penyuluhan... 72

5.1.4 Metode Penyuluhan ... 72

5.1.5 Media Penyuluhan ... 72

5.2 Implementasi ... 73

5.2.1 Lokasi dan Waktu ... 73

5.2.2 Persiapan Penyuluhan ... 73

5.2.3 Pelaksanaan Penyuluhan ... 73

5.3 Evaluasi Penyuluhan ... 74

5.3.1 Jenis Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 74

5.3.2 Tujuan Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 75

5.3.3 Instrumen Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 75

5.3.4 Tabulasi dan Rekap Data ... 76

5.3.5 Data Identitas Responden ... 76

5.3.6 Hasil Evaluasi Pengetahuan ... 77

BAB VI PEMBAHASAN/DISKUSI ... 84

6.1 Pembahasan Implementasi dan Evaluasi Penyuluhan ... 84

(12)

xi

6.1.1 Implementasi Penyuluhan Pertanian ... 84

6.1.2 Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 83

6.2 Rencana Tindak Lanjut ... 83

BAB VII PENUTUP ... 87

7.1 Kesimpulan ... 87

7.2 Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

LAMPIRAN ... 92

(13)

xii

3. 1 Data Kelompok Tani Di Desa Karangnongko ... 26

3. 2 Penentuan Sampel Tiap Populasi ... 28

4. 1 Sebaran Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39

4. 2 Sebaran Penduduk Berdasarkan Tingakat Pendidikan ... 40

4. 3 Sebaran Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 40

4. 4 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 41

4. 5 Distribusi responden berdasarkan pendidikan ... 42

4. 6 Motivasi Petani ... 43

4. 7 Nilai Modus Motif ... 45

4. 8 Nilai Modus Harapan ... 47

4. 9 Nilai Modus Rasa Aman ... 49

4. 10 Nilai Modus Berhubungan ... 51

4. 11 Nilai Modus Pertumbuhan ... 53

4. 12 Distribusi jawaban responden terhadap variabel yang berhubungan dengan motivasi petani ... 54

4. 13 Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman. ... 63

4. 14 Analisis Hubungan Antara Variabel Pengetahuan Dengan Motivasi Petani. ... 63

4. 15 Analisis Hubungan Variabel Pengalaman Berusaha Tani Dengan Motivasi Petani ... 65

4. 16 Analisis Hubungan Variabel Keuntungan Dengan Motivasi Petani... 67

4. 17 Analisis Hubungan Variabel Kesesuaian Dengan Motivasi Petani... 68

4. 18 Analisis Antar Variabel Kerumitan Dengan Motivasi Petani ... 68

4. 19 Analisis Hubungan Antara Variabel Sarana dan Prasarana Dengan Motivasi Petani ... 70

5. 1 Distribusi responden berdasarkan umur ... 76

5. 2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 77

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Hubungan Antar Variabel ... 31

4.1 Distribusi petani berdasarkan motif……….. 44

4.2 Distribusi petani berdasarkan harapan ... 46

4.3 Distribusi petani berdasarkan kebutuhan rasa aman ... 48

4.4 Distribusi petani berdasarkan kebutuhan berhubungan ... 50

4.5 Distsibusi petani berdasarkan kebutuhan pertumbuhan ... 52

4.6 Distsibusi petani berdasarkan variabel pengetahuan ... 55

4.7 Distsibusi petani berdasarkan variabel pengalaman berusaha tani 56 4.8 Distsibusi petani berdasarkan variabel keuntungan ... 57

4.9 Distsibusi petani berdasarkan variabel kesesuaian ... 58

4.10 Distsibusi petani berdasarkan variabel kerumitan ... 59

4.11 Distsibusi petani berdasarkan variabel sarana dan prasarana ... 60

4.12 Distsibusi sebaran modus dalam variabel motivasi ... 61

(15)

xiv

1. Penelitian Terdahulu ... 92

2. Variabel, Indikator dan Skala Pengukuran Penelitian ... 94

3. Kuisioner Penelitian ... 97

4. Rekapitulasi Data Responden Penelitian ... 102

5. Tabulasi Data Faktor-Faktor Pembentuk Motivasi ... 104

6. Tabulasi Data Motivasi Petani Terhadap Pemanfatan Limbah Ternak Menjadi Pupuk Trichokompos ... 110

7. Matriks Penetapan Metode Penyuluhan Pertanian ... 112

8. Matriks Penetapan Media Penyuluhan Pertanian ... 117

9. Kisi-Kisi Kuesioner Evaluasi Pengetahuan ... 118

10. Uji Validitas Dan Realibilitas Pengetahuan ... 119

11. Kuisioner Penyuluhan Evaluasi Pengetahuan ... 121

12. Kisi – Kisi Kuesoner Evaluasi Sikap ... 123

13. Uji Validitas Dan Realibilitas Sikap ... 124

14. Kueisioner Evaluasi Sikap ... 126

15. Tabulasi Data Evaluasi Pengetahuan ... 129

16. Tabulasi Data Evaluasi Pengetahuan ... 130

17. Media Penyuluhan ( Folder ) ... 131

18. Lembar Persiapan Menyuluh ... 133

19. Sinopsis ... 134

20. Daftar Hadir Penyuluhan ... 136

21. Dokumentasi ... 137

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar masyarakatnya hidup dari bercocok tanam. Oleh karena itu, pembangunan sektor pertanian merupakan sektor penggerak perkembangan ekonomi dan laju pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini sektor pertanian masih merupakan salah satu sektor tumpuan yang diharapkan dalam proses pertumbuhannya dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat cenderung meningkat. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian serta produk nasional yang berasal dari pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional (Mubyarto, 1986).

Desa Karangnongko merupakan salah satu desa di Kecamatan Poncokusumo dengan komoditas unggulan ialah tanaman kubis, cabai, dan tomat. Dalam melakukan budidaya pertaniannya petani di Desa Karangnongko menggunakan limbah ternak sebagai pengganti pupuk kimia, namun pengaplikasian limbah ternak masih belum optimal. Hal ini dikarenakan petani hanya mengaplikasikan limbah mentah ke lahan pertanian sehingga akan menimbulkan penyakit yang menginfeksi tanaman.

Berdasarkan data di BPS jumlah ternak sapi potong di Kecamatan Poncokusumo pada tahun 2019 ada sebanyak 17.638 ekor dengan banyaknya ternak maka tidak luput juga dari permasalahan tentang bagaimana pengelolaan limbah ternak yang baik sehingga nantinya limbah tersebut bisa menjadi suatu hal yang bermanfaat dan bukan malah menjadi pencemaran lingkungan.

Hingga saat ini pengolahan limbah ternak di petani masih menjadi masalah serius. Beberapa kendala yang dihadapi dalam memecahkan masalah limbah ini

(17)

antara lain disinyalir karena masih rendahnya kesadaran petani serta kurangnya motivasi petani. Hal ini terlihat dari kebiasaan petani yang kurang mampu mengolah limbah ternak secara maksimal, serta kurangnya motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak secara optimal, padahal masalah limbah ternak yang tidak dikelola secara optimal akan menimbulkan berbagai masalah lingkungan, mulai dari polusi udara sampai menimbulkan penyakit pada tanaman apabila mengaplikasikan limbah ternak secara langsung.

Mengelola limbah ternak pada dasarnya membutuhkan peran aktif dari masyarakat terutama dalam mengurangi jumlah timbunan limbah ternak yang selama ini hanya ditumpuk dipinggir jalan tanpa adanya proses lebih lanjut dalam penanganan limbah ternak, limbah ternak pada dasarnya memiliki banyak manfaat sebagai pupuk pada tanaman apabila diolah lebih maksimal.

Penanganan limbah ternak secara maksimal tentunya perlu adanya dorongan motivasi dari masyarakat tentang manfaat penanganan limbah ternak sehingga permasalahan akan limbah ternak bisa teratasi.

Motivasi sendiri merupakan hal yang sangat penting karena motivasi sendiri merupakan dorongan kepada petani agar mau giat bekerja dan semangat dalam mencapai hal yang ingin dituju. Motivasi ialah dorongan dalam diri agar meningkatkan perkerjaan secara optimal, tanpa adanya dorongan dari dalam diri petani maka seseorang merasa kurang minat dan mau untuk mengadopsi suatu inovasi baru. Menurut Hasibuan dalam (Sutrisno, 2017) “Mengemukakan bahwa motivasi adalah perangsang keinginan dan daya penggerak kemauan berkerja karena motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai.

Pemberian motivasi tidak hanya sekedar pemenuhan kebutuhan hidup petani saja tetapi juga penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya seperti sarana-sarana produksi pertanian. Dari pihak pemerintah juga berpengaruh positif, karena pada umumnya petani akan senang dengan pemimpin

(18)

3

pemerintahan yang selalu memperhatikan kebutuhan petani, khususnya petani, sehingga semua itu dapat memotivasi petani agar bekerja dengan penuh semangat. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak menggunakan trichokompos.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menetapkan kajian dengan judul “ Motivasi Petani Dalam Pemanfaatan Limbah Ternak Sebagai Pupuk Trichokompos” di Desa Karangnongko, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk trichokompos ?

2. Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk trichokompos ?

3. Bagaimana merancang penyuluhan terkait motivasi petani terhadap pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk trichokompos ?

4. Bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap petani dalam pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk trichokompos ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui tingkat motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk trichokompos.

2. Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk Trichokompos.

3. Merancang penyuluhan terkait motivasi petani terkait pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk Trichokompos.

4. Mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap petani terhadap pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk Trichokompos.

(19)

1.4 Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

a. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa dalam memecahkan permasalahan yang di dapat dari hasil penelitian.

b. Meningkatkan komunikasi yang efektif antara mahasiswa dengan lingkungan petani dan masyarakat.

2. Bagi Petani

a. Menjadi sarana peningkatan pengetahuan petani.

b. Menjadi sarana memotivasi petani untuk aktif dalam mengembangkan ilmu dibidang pertanian

3. Bagi Instansi

a. Menjadi sarana memperkenalkan Politeknik Pembangunan Pertanian Malang kepada lingkungan petani dan masyarakat.

b. Sebagai sarana aktif Politeknik Pembangunan Pertanian Malang dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian.

1.5 Hipotesis 1. Hipotesis 1

H0 : Tingkat motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk trichokompos tergolong dalam kategori rendah.

H1 : Tingkat motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk trichokompos tergolong dalam kategori tinggi

2. Hipotesis 2

H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan motivasi petani dalam memanfaatkan limbah ternak.

H1 : Adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak.

(20)

5

3. Hipotesis 3

H0 : Tidak adanya hubungan yang signifikan antara pengalaman berusaha tani dengan motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak.

H1 : Adanya hubungan yang signifikan antara pengalaman berusaha tani dengan motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak.

4. Hipotesis 4

H0 : Tidak adanya hubungan yang signifikan antara keuntungan dengan motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak.

H1 : Adanya hubungan yang signifikan antara keuntungan dengan motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak.

5. Hipotesis 5

H0 : Tidak adanya hubungan yang signifikan antara kesesuaian dengan motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak menjadi pupuk.

H1 : Adanya hubungan yang signifikan antara kesesuaian dengan motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak.

6. H0 : Tidak adanya hubungan yang signifikan antara kerumitan dengan motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak.

H1 : Adanya hubungan yang signifikan antara kerumitan dengan motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak.

7. H0 : Tidak adanya hubungan yang signifikan antara sarana dan prasarana dengan motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak.

H1 : Adanya hubungan yang signifikan antara sarana dan prasarana dengan motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak.

(21)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

Amiruddin Saleh pada tahun 2010 melakukan seuatu penelitian dengan judul “Motivasi Petani dalam Menerapkan Teknologi Produksi Kakao: Kasus Kecamatan Sirenja, Sulawesi Tengah”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi motivasi petani dalam menerapkan teknologi produksi kakao, mengidentifikasi penerapan teknologi produksi kakao di tingkat petani, menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi petani dalam menerapkan teknologi produksi kakao, dan menganalisis hubungan motivasi petani dengan penerapan teknologi produksi kakao. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi petani dalam menerapkan teknologi produksi kakao di Kecamatan Sirenja tergolong sedang. Penerapan teknologi produksi kakao pada tingkat petani di Kecamatan Sirenja termasuk kategori sedang;

petani kakao pada umumnya belum melakukan penerapan teknologi produksi kakao secara intensif. Faktor internal petani guna meningkatkan motivasi petani dalam menerapkan teknologi produksi kakao adalah luas lahan garapan dan akses informasi, sedangkan faktor eksternalnya adalah ketersediaan sarana dan prasarana serta sifat inovasi yang berkaitan dengan kompleksitas teknologi.

Motivasi intrinsik berhubungan sangat nyata dengan tingkat penerapan teknologi produksi kakao, semakin tinggi motivasi petani semakin tinggi tingkat penerapan teknologi produksi kakao.

Amelia Sahetapy Tanasale, pada tahun 2015 melakukan penelitian tentang

“Motivasi Petani Menggunakan Pupuk Organik”. Penelitian ini dilakukan di Desa Airmadidi Atas, Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi petani dalam menggunakan pupuk organik, frekuensi penggunaan pupuk organik, hubungan motivasi petani yang

(22)

7

menggunakan pupuk organik dengan tindakan menggunakan pupuk organik, dan kendala dalam menggunakan pupuk organik. Responden terdiri dari 44 petani.

Data dikumpulkan melalui wawancara yang berpedoman pada kuesioner. Data yang terkumpul memperlihatkan bahwa motivasi petani menggunakan pupuk organik ada pada tingkat cukup; kebanyakan petani jarang menggunakan pupuk organik (86.4%); tidak terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi petani dalam menggunakan pupuk organik dengan tindakan menggunakan pupuk organik, dan kendala dalam menggunakan pupuk organik adalah produktivitas yang rendah dan kesulitan untuk memasarkan hasil produk organik dengan harga yang layak.

Andri Amaliel Managanta pada tahun 2016 melakukan penelitian dengan judul “Motivasi Dan Persepsi Petani Padi Terhadap Intensitas Penggunaan Pupuk Organik Di Desa Leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi motivasi, persepsi terhadap intensi penggunaan pupuk organik, menganalisis hubungan motivasi, persepsi terhadap intensi penggunaan pupuk organik. Menganalisis pengaruh norma subjektif, persepsi pengendalian perilaku dan sikap individu terhadap intensi penggunaan pupuk organik. Penelitian dilaksanakan dikelompok tani Rahayu Mekar Leuwibatu Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor. Populasi 110 petani dan sampel sebanyak 64 orang petani. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan model analisis jalur (path analysis) dan pengolahan data menggunakan program Lisrel 9.2 dan smartPLS 3.0. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara motivasi dan persepsi petani padi terhadap intensi penggunaan pupuk organik. Ini berarti semakin tinggi motivasi dan persepsi petani maka akan semakin tinggi pula intensi penggunaan pupuk organik pada petani. Adanya pengaruh dari sikap terhadap perilaku, norma

(23)

subjektif dan persepsi pengendalian perilaku petani padi terhadap intensi penggunaan pupuk organik.

Ridlo Wahyudi, Lenny Widjayanthi, Sri Subekti Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Jember, pada tahun 2018 melakukan penelitian dengan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Petani Menanam Mangrove Di Desa Mayangan Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember, Jawa Timur. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi petani menanam mangrove di Desa Mayangan Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan korelasional. Hasil analisis menunjukan variabel pengalaman, pendidikan formal dan pendidikan non formal memiliki hubungan dengan motivasi petani menanam mangrove sedangkan variabel lainnya yaitu umur dan jumlah anggota keluarga tidak memiliki hubungan, pada taraf kepercayaan 95%.

Muhamad Rahamdani Ardi, Midiansyah Effendi pada tahun 2018 melakukan penelitia dengan judul “Faktor-Faktor Yang Memotivasi Petani Dalam Melakukan Usahatani Semangka (Citrullus vulgaris S.) Di Desa Sumber Sari Kecamatan Kota Bangun Kabupaten Kutai Kartanegara. Tjuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang memotivasi petani dalam melakukan usahatani semangka di Desa Sumber Sari Kecamatan Kota Bangun Kabupaten Kutai Kartanegara. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai bulan Mei sampai November 2017. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 32 petani. Analisis data menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan umur, pendidikan, luas lahan, dan jumlah tanggungan secara simultan mempengaruhi motivasi petani dalam melakukan usahatani semangka. Umur dan pendidikan secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap motivasi petani semangka sedangkan luas lahan

(24)

9

dan jumlah tanggungan secara parsial berpengaruh nyata terhadap motivasi petani semangka. Penelitian ini dapat dilihat di matrik jurnal pada lampiran 1.

Berdasarkan uraian diatas, terdapat perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian terdahulu. Perbedaan terletak pada variabel, obyek penelitian, lokasi penelitian, dan tujuan penelitian. Perbedaan pada varibel kajian yang ditentukan, dimana dalam kajian ini varibel (X) yaitu pengetahuan, pengalaman berusaha tani, keuntungan, kesesuaian, kerumitan, sarana dan prasarana.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Motivasi

Istilah motivasi berasal dari bahasa latin movere, yang berarti bergerak.

Mempelajari motivasi, sasarannya adalah mempelajari penyebab atau alasan yang membuat kita melakukan apa yang kita lakukan. Motivasi merujuk pada suatu proses dalam diri manusia yang menyebabkannya bergerak menuju tujuan, atau bergerak menjauhi situasi yang tidak menyenangkan (Wade dan Carol, 2007).

Menurut Winardi (2004), motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada di dalam diri seorang manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan imbalan non moneter, yang dapat mempengaruhi hal kinerjanya secara positif atau secara negatif, hal mana tergantung pada situasi dan kondisi yang ada dihadapi orang yang bersangkutan.

Pada dasarnya motivasi dapat diartikan sebagai dorongan dalam bertindak yang timbul dari diri manusia itu sendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi motivasi dipengaruhi oleh faktor kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.

Motivasi ini akan menimbulkan perbedaan antar individu yang satu dengan yang lainnya disebabkan oleh adanya tujuan masing-masing anggota untuk bekerja (Hendarto, 2012 dalam Kusuma, 2014).

(25)

Motivasi berkenaan dengan member seseorang yaitu suatu dorongan atau rangsangan untuk membangkitkan sesuatu (Clegg, 2001). Dorongan adalah suatu keadaan yang timbul sebagai hasil dari beberapa kebutuhan biologis seperti kebutuhan akan makan, air, seks atau menghindari sakit. Semakin besar energi yang dicurahkan untuk bekerja maka orang tersebut mempunyai motivasi yang tinggi (Mulyana, 2002).

Sedangkan menurut Hasibuan (2001), mendefinisikan motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan. Pada penelitian ini teori motivasi yang digunakan yaitu teori Aldefer menurut Munandar bahwa motivasi terdiri dari unsur kebutuhan eksitensi, kebutuhan berhubungan serta kebutuhan untuk tumbuh . Unsur motivasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan indikator motif, harapan, serta ketiga unsur yang terkandung dalam teori Aldefer diatas, Maka dijelaskan sebagai berikut:

a. Motif, merupaka dorongan yang dibutuhkan petani untuk bersedia atau mau memanfaatkan limbah ternak sebagai pupuk trichokompos.

b. Harapan, merupakan upaya yang ini dicapai oleh petani dari pemanfatan limbah ternak sebagai pupuk trichokompos.

c. Kebutuhan eksitensi adalah kebutuhan untuk bertahan hidup, kebutuhan fisik, dan rasa aman dalam penelitian ini terdiri dari kebutuhan akan rasa aman dari pencemaran lingkungan akbiat limbah ternak.

d. Kebutuhan berhubungan, ialah kebutuhan untuk bersosialisasi dengan orang lain yang bermanfaat.

e. Kebutuhan pertumbuhan adalah kebutuhan untuk menjadi produktif dan kreatif.

(26)

11

2.2.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Motivasi

Gerungan (2004), menyatakan bahwa faktor yang menggerakkan seseorang itu dipengaruhi oleh beberapa hal yakni baik yang datang dari dalam (intern) maupun dari luar (ekstern). Motivasi internal merupakan kekuatan yang mendorong individu untuk melakukan kegiatan tertentu yang didasarkan pada keinginan dan kebutuhan individu itu sendiri. Sedangkan motivasi eksternal adalah motivasi yang timbul karena adanya dorongan atau pengaruh dari pihak – pihak luar. Dorongan yang dimaksud merupakan keadaan ketidakseimbangan dalam diri seseorang karena pengaruh dari dalam maupun dari luar yang dapat terbentuk secara personal, sosial, dan kelompok.

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas penggabungan atau kerjasama antara suatu subyek yang mengetahui dan objek yang diketahui. Segenap apa yang diketahui tentang sesuatu objek tertentu (Suriasumantri dalam Nurroh 2017). Menurut Notoatmodjo dalam Yuliana (2017), pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Jadi pengetahuan adalah berbagai macam hal yang diperoleh oleh seseorang melalui panca indera.

Pengetahuan adalah hasil tau dan terjadi setelah sesorang melakukan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan petani diperlukan dalam meningkatkan motivasi petani, ini dikarenakan dengan meningkatnya pengetahuan akan mengakibatkan petani mengetahui bagaimana mengolah limbah ternak secara baik dan bagaimana manfaatnya terhadap tanaman serta lingkungan. Dengan kurangnya pengetahuan, akan membuat petani kurang termotivasi dan hal ini berakibat pada pemanfaatan limbah ternak yang kurang baik.

(27)

2. Pengalaman berusaha tani

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan motivasi, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, motivasi akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas (Azwar, 2013). Pengalaman bertani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi petani dalam menerima suatu inovasi.

Pengalaman berusahatani terjadi karena pengaruh waktu yang telah dialami oleh para petani, petani yang berpengalaman dalam menghadapi hambatan- hambatan usahataninya akan tahu cara mengatasinya.

Semakin banyak pengalaman yang diperoleh petani, diharapkan produktivitas petani akan semakin tinggi, sehingga dalam mengusahakan usahataninya akan semakin baik.

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan motivasi, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, motivasi akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas (Azwar, 2013).

3. Keuntungan

Yaitu apakah inovasi baru ini memberikan suatu keunggulan dari pada inovasi sebelumnya. Keuntungannya tidak hanya sebatas pada keuntungan ekonomi, tetapi mecangkup keuntungan teknis, keuntungan ekonomis, dan keuntungan sosial-psikologis.

Motivasi petani akan meningkat apa bila petani sudah merasakan manfaat yang didaptkan dengan mengadopsi inovasi tersebut (Ekalinda dkk.,

(28)

13

2016). Hal ini juga sesuai dengan pendapat Zulvera (2014) mengemukakan tingkat keuntungan relatif sering kali dinyatakan dalam bentuk keuntungan ekonomi, teknis dan sosial psikologis. Semakin besar keuntungan relatif yang diperoleh, semakin besar pula motivasi yang akan dimiliki.

4. Kesesuaian/keserasian (compatibility)

Yaitu apakah inovasi mempunyai sifat lebih sesuai dengan nilai yang ada, pengalaman sebelumnya, dan kebutuhan yang diperlukan penerima.

Indraningsih (2010) dan Zulver (2014) menyatakan bahwa suatu inovasi teknologi dikatakan sesuai apabila dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, kepercayaan dan kebutuhan petani. Dengan ini bisa dilihat semakin konsisten dan sesuai suatu inovasi terhadap nilai-nilai yang ada maka akan meningkat pula motivasi petani dalam memanfatakan suatu inovasi.

5. Kerumitan (complexity)

Yaitu apakah inovasi tersebut dirasakan rumit. Inovasi baru akan sangat mudah untuk dimengerti dan disampaikan manakala cukup sederhana, baik dalam arti mudahnya bagi komunikator maupun mudah untuk dipahami dan dipergunakan oleh komunikasinya.

Zulvera (2014) menyebutkan bahwa semakin sulit suatu inovasi diuji- cobakan dan diamati oleh petani maka akan memperkecil ketertarikan petani untuk menerima dan menerapkan teknologi tersebut. Ini juga didukung oleh pendapat Sudarko dan Julian (2016) kerumitan menjadi salah satu faktor penting yang berpengaruh nyata terhadap motivasi internal petani.

(29)

6. Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana memiliki arti yang sama dengan fasilitas dapat mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan, sedangkan menurut Subroto di dalam Arianto (2008), fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu usaha dapat berupa benda-benda maupun uang. Lebih luas lagi tentang fasilitas, menurutArikunto dalam Arianto (2008) berpendapat, fasilitas dapat diartikansebagai segala suatu untuk mempermudah segala suatu upaya.

Motivasi pada petani tidak hanya meliputi pemenuhan kebutuhan hidup petani, namun juga berpengaruh pada peningkatan dalam penyediaan fasilitas-fasilitas penunjangn lainya seperti sarana prasarana produksi pertanian (Arga.,dkk 2021). Hal ini di dukung oleh Rukka dan Wahab (2013) menjelaskan jika motivasi petani dalam menerapkan suatu inovasi dalam usahataninya sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dan dukungan sarana produksi pertanian yang sesuai dan tepat waktu.

2.2.3 Limbah Ternak

Limbah adalah bahan atau sisa material yang dihasilkan oleh suatu proses dan hampir tidak berharga atau tidak memiliki nilai guna sehingga nilai ekonominya sangat rendah (Merkel, 1981; Marlina dkk., 2013). Ternak dapat menghasilkan limbah 5-10% bobot badan setiap harinya (Scmidt, dkk., 1998).

Limbah yang pada awalnya memiliki nilai ekonomis rendah akan menjadi tinggi nilai ekonomisnya apabila dilakukan pengolahan secara tepat.

Limbah ternak berupa feses yang bercampur dengan urin tidak dapat langsung diaplikasikan ke tanaman sebagai pupuk. Hal ini disebabkan bahan organik dalam feses belum terurai menjadi unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman. Dengan demikian pengolahan terlebih dahulu diperlukan agar limbah

(30)

15

sapi dapat mempunyai nilai manfaat untuk tanaman. Beberapa alasan limbah ternak harus diolah terlebih dahulu sebelum digunakan, yaitu (1) penguraian bahan organik secara cepat akan mengganggu pertumbuhan tanaman, (2) pasokan unsur hara yang tersedia utuk tanaman sangat sedikit, (3) struktur bahan organik pada limbah segar sangat kasar daya serapnya rendah sehingga akan mengganggu proses penyerapan air oleh tanah, (4) ketersediaan limbah ternak tidak kontinyu sepanjang waktu sehingga menyimpan dalam bentuk Trichokompos merupakan solusi yang baik sebelum digunakan sebagai pupuk (Prihandini dan Teguh, 2007).

Upaya dalam menangani limbah ternak adalah dengan melakukan pengolahan menjadi pupuk organik, baik padat maupun cair. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah pengolahan limbah terpadu. Pengolahan terpadu merupakan suatu pengolahan limbah menjadi beberapa produk, yaitu pupuk organik cair (POC), pupuk organik padat (POP), dan probiotik dalam satu rangkaian pengolahan. Pupuk organik pada umumnya mengandung unsur hara yang lebih rendah dibandingkan dengan pupuk anorganik, namun demikian hasil penelitian menunjukkan pupuk organik mengandung mikroba fungsional yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman, seperti bakteri yang berperan dalam nitrifikasi dan bakteri fiksasi N2 (Marlina dkk, 2017). Pupuk organik pada umumnya mengandung unsur hara yang lebih rendah dibandingkan dengan pupuk anorganik, namun demikian hasil penelitian menunjukkan pupuk organik mengandung mikroba fungsional yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman, seperti bakteri yang berperan dalam nitrifikasi dan bakteri fiksasi N2 (Marlina dkk, 2017).

(31)

2.2.4 Trichokompos

Ketersediaan pupuk sebagai sumber unsur hara bagi tanaman merupakan hal yang mutlak agar tanaman menjadi sehat, tahan terhadap serangan OPT sehingga diharapkan mampu mencapai produksi yang optimal. Pemberian pupuk kimia secara berlebihan dan kurang bijaksana justru akan memperburuk kondisi fisik tanah. Tanpa diimbangi dengan pemberian pupuk organik (Trichokompos), maka efisiensi dan efektifitas penyerapan unsur hara oleh tanaman menjadi tidak optimal. Alternatif yang cukup memberikan harapan bagi petani dalam mengatasi hal diatas adalah dengan memanfaatkan kotoran ternak, arang sekam dan trichoderma sebagai Trichokompos.

Trichokompos merupakan salah satu bentuk pupuk organik trichokompos yang mengandung cendawan antagonis Trichoderma sp . Semua bahan organik yang dalam proses pengomposannya ditambahkan trichoderma disebut sebagai “Trichokompos”. Trichokompos merupakan salah satu bentuk pupuk organik Trichokompos yang mengandung jamur antagonis Trichoderma sp.

Trichoderma yang terkandung dalam trichokompos ini berfungsi sebagai detrichokomposer bahan organik dan sekaligus sebagai pengendali OPT

penyakit tular tanah seperti: Sclerotium sp., Phytium sp., Fusarium sp., Phythoptora sp. dan Rhizoctonia sp.

Berdasarkan uji Laboratorium, Trichokompos dari bahan organik kotoran sapi mengandung hara N 0,50%, P 0,28%, K 0,42%, Ca 1,035 ppm, Fe 958 ppm, Mn 147 ppm, Cu 4 ppm dan Zn 25 ppm. Dalam proses pembuatan pupuk Trichokompos biasanya memanfaatkan bakteri pengurai atau deTrichokomposer untuk mempercepat proses pelapukan seperti EM4 atau MOL. Namun kali ini, agak sedikit berbeda karena terdapat tambahan Trichoderma sp. untuk membuat pupuk trichokompos tersebut.

(32)

17

1. Manfaat Trichokompos

a. Mengandung unsur hara makro dan mikro b. Memperbaiki struktur tanah

c. Memudahkan pertumbuhan akar tanaman, menahan air

d. Meningkatkan aktivitas biologis mikroorganisme tanah yang menguntungkan.

e. Meningkatkan PH pada tanah asam

f. Sebagai pengendalian OPT penyakit tular tanah 2. Langkah-Langkah Membuat Trichokompos a. Alat dan bahan yang diperlukan

1. Bibit atau starter jamur trichoderma sp 250 gr/ 1 liter air

2. Serbuk gergaji, arang sekam, daun-daun kering, sisa sayuran, maupun bahan-bahan lain yang dapat digunakan untuk membuat Trichokompos 3. Pupuk kandang sapi 2 karung atau 100 kg

4. Gula merah ½ kg 5. Kapur dolomit 6. Gembor 7. Cangkul 8. EM 4

9. Air secukupnya 10. Plastik atau terpal b. Cara Pembuatan

1. Campurkan bahan pupuk Trichokompos dan pupuk kandang dan aduk sampai merata.

2. Kemudian ratakan diatas tanah dengan ketebalan 20 cm.

3. Taburkan kapur dolomit di atasnya untuk menjaga ph pupuk.

4. Larutkan gula merah 1/2 kg dengan 10 liter air.

(33)

5. Masukkan EM4 ke dalam larutan gula merah, aduk-aduk hingga rata.

6. Siramkan secara merata larutan EM4 dan gula merah di atas campuran pupuk Trichokompos dan pupuk kandang menggunakan gembor

7. Aduk-aduk campuran pupuk Trichokompos dan pupuk kandang menggunakan cangkul sampai merata.

8. Tutup rapat menggunakan plastik atau terpal selama kurang lebih 7 hari.

9. Setelah 7 hari plastik penutup dibuka, masukkan biang/bibit trichoderma sp sebanyak 250 gram kemudian di aduk kembali.

10. Tutup kembali plastik penutup dan biarkan kurang lebih selama 21 hari.

11. Setelah 21 hari jamur trichoderma sp sudah tumbuh yang ditandai dengan munculnya benang halus berwarna putih pada media Trichokompos dan inilah yang dimaksud dengan pupuk Trichokompos.

12. Pupuk Trichokompos siap digunakan.

2.2.5 Komponen Penyuluhan 1. Identifikasi Potensi Wilayah

Identifikasi Potensi Wilayah (IPW) merupakan upaya untuk mengetahui potensi sebuah wilayah dengan menggali data dan informasi (primer dan sekunder) yang dilakukan secara partisipatif. Upaya ini bertujuan agar penyuluh mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi suatu wilayah. Disisi lain mengetahui potensi yang bisa dikembangkan kedepannya. Dan dapat memilih langkah yang tepat dalam pelaksanaanya.

2. Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Penyuluhan

Menurut Undang – Undang SP3K No.16 Tahun 2006, Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu mendorong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,

(34)

19

permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Selain itu, penyuluhan pertanian diartikan sebagai pendidikan luar sekolah yang ditujukan kepada petani dan keluarganya agar dapat bertani lebih baik, berusaha tani yang lebih menguntungkan, dan dapat terwujudnya kehidupan yang lebih sejahtera bagi keluarga dan masyarakatnya.

Tujuan penyuluhan pertanian dapat bersifat persuasif, yaitu tujuan untuk menggugah perasaan penerima, seperti senang tidak senang, suka tidak suka.

Tujuan yang lain yaitu untuk mengubah perilaku pelaku utam dan pelaku usaha (sikap, pengetahuan, keterampilan) dan meningkatkan sikap positif terhadap setiap paket pengetahuan. Kemudian tujuan penyuluhan pertanian diarahkan pada terwujudnya

a. Perbaikan teknis bertani b. Perbaikan usahatani

c. Perbaikan kehidupan petani d. Masyarakatnya

Tujuan penyuluhan pertanian agar pertanian di Indonesia dapat berkembang serta dapat memajukan perekonomian dan kesejahteraan rakyat.

Selain itu, agar dapat menambah pengetahuan serta perubahan sikap dan perilaku masyarakat pertanian agar mereka mau dan mampu menerapkan informasi anjuran yang dibawa dan disampaiakan oleh penyuluh pertanian.

3. Materi Penyuluhan

Menurut Undang – Undang SP3K, materi penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum, dan kelestarian lingkungan.

(35)

Materi penyuluhan dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestarian sumberdaya.

Materi penyuluhan adalah segala bentuk pesan yang ingin disampaikan oleh seorang penyuluh kepada masyarakat sasarannya dalam bentuk upaya mewujudkan proses komunikasi pembangunan. Materi atau bahan penyuluhan adalah segala bentuk pesan, informasi, inovasi teknologi baru yang diajarkan atau disampaikan kepada sasaran termasuk pelaku utama dan pelaku usaha meliputi berbagai ilmu, teknik, dan berbagai metode pengajaran yang diharapkan akan dapat mengubah perilaku, meningkatkan produktivitas, efektifitas usaha dan dapat meningkatkan pendapatan sasaran (Sasongko et al., 2011).

4. Media Penyuluhan Pertanian

Media atau saluran komunikasi adalah alat pembawa pesan yang disampaikan dari sumber kepada penerima. Media komunikasi penyuluhan berdasarkan jenisnya dibagi menjadi media perorangan (PPL, petugas), media forum (ceramah, diskusi), media cetak (koran, poster, leaflet, folder) dan media dengar pandang (TV, radio, film). Media penyuluhan sangat diperlukan agar penyuluh memberi manfaat kepada petani sehingga penetapan bentuk penyuluhan diharapkan berdasarkan atas pertimbangan waktu, penyampaian, isi, sasaran dan pengetahuan sasaran.

Penyuluhan dalam prakteknya dapat dilaksanakan dengan menggunakan media penyuluhan langsung dan tidak langsung. Media penyuluhan langsung, yaitu dimana penyuluh dengan petani dapat berhadapan untuk mengadakan acara tukar pikiran yang memungkinkan penyuluh dapat berkomunikasi secara langsung dan memperoleh respon langsung dari sasaran dalam waktu yang relatif singkat, sedangkan media penyuluhan tidak langsung, lewat perantara orang lain, surat kabar atau media lain yang tidak memungkinkan penyuluh dapat

(36)

21

menerima respon dari sasarannya dalam waktu yang relatif singkat. Media tidak langsung menurut bentuknya dapat dibagi atas : 1). Media elektronik, yaitu TV, radio, film, slide ; 2). Media cetak, berupa pamflet, leaflet, folder, brosur, placard, dan poster.

Media penyuluhan yang baik adalah media yang dapat dimengerti oleh sasaran. Diusahakan agar menggunakan media yang sederhana, menarik, menggunakan bahasa yang mudah dan sesuai dengan kapasitas maupun karakteristik sasaran maupun lingkungan.

5. Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan merupakan cara melakukan kegiatan penyuluhan untuk mengubah perilaku sasaran dengan langkah yang sistematis, untuk mendapatkan hasil yang efektif dan efisien, kemudian menyatakan bahwa metode penyuluhan merupakan suatu cara pengajaran yang bersifat khusus (berorientasi pada kepentingan petani) guna membangkitkan motivasi dan kemauan petani untuk meningkatkan kondisi sosialnya serta meningkatkan kepercayaan diri untuk mampu melakukan langkah-langkah perbaikan dalam berusaha tani guna meningkatkan kesejahteraan seperti yang diharapkan.

Menurut SKKNI Penyuluhan Pertanian tahun 2013, berikut adalah langkah- langkah menerapkan metode penyuluhan pertanian:

a. Menetapkan metode, harus memperhatikan kondisi karakteristik individu (sasaran) dan pemilihan metode penyuluhan berdasarkan materi dan media sesuai dengan tujuan dan karakteristik sasaran.

b. Menggunakan metode, meliputi pembuatan Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) dan penerapan metode yang dipilih dalam kegiatan penyuluhan pertanian seperti, ceramah, diskusi dan demonstrasi cara.

(37)

6. Sinopsis dan Lembar Persiapan Menyuluh (LPM)

Sinopsis berasal dari kata synopical yang artinya ringkas. Berdasarkan asal kata tersebut, sinopsis dapat diartikan sebagai ringkasan suatu materi tulisan yang panjang (baik fiksi maupun non-fiksi) dan sinopsis itu sendiri ditulis dalam bentuk narasi (Poli, 2015).

Sinopsis materi penyuluhan adalah ringkasan dari materi penyuluhan yang akan disampaikan dalam pelaksanaan penyuluhan. Sinopsis materi penyuluhan berisi :

a. Judul: ditulis dengan menggunakan kalimat singkat dan mudah dipahami yang menggambarkan inti dari materi.

b. Bagian awal : bagian ini berisi ringkasan latar belakang masalah

“mengapa” sasaran perlu mengetahui materi tersebut.

c. Bagian utama : bagian utama berisi ringkasan gambaran isi materi

“siapa, apa, mengapa, kapan, dimana, bagaimana” menerapkan atau melaksanakan isi materi tersebut.

d. Bagian akhir : bagian ini berisi ringkasan implikasi (disugestikan) materi tersebut.

Tujuan dibuatnya sinopsis materi penyuluhan adalah :

a. Untuk memberikan gambaran tentang masalah yang akan dibahas dan bagaimana memecahkan masalah tersebut.

b. Agar materi dapat disampaikan secara runtut.

c. Bagi orang lain yang berkepentingan membacanya dapat mengetahui inti dari materi yang disampaikan.

d. Sebagai bukti pelaksanaan kegiatan penyuluhan.

Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) dapat diartikan sebagai lembar yang memuat hal-hal pokok yang harus dipersiapkan dan dikerjakan saat berlangsungnya penyuluhan. Di sisi lain lembar persiapan menyuluh adalah

(38)

23

rencana desain kegiatan penyuluhan yang akan dilaksanakan untuk setiap kali sesi pertemuan. Tujuan Penyusunan LPM sebagai berikut (Poli, 2015) :

a. Agar memudahkan penyuluh dalam penyampaian Materi.

b. Agar penyuluhan dapat berjalan lancar sesuai skenario waktu yang telah ditetapkan.

c. Memudahkan dalam melakukan evaluasi baik pre-test maupun post-test.

d. Memudahkan penyuluah dalam mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan pada kegiatan penyuluhan.

e. Sebagai salah satu bukti pelaksanaan kegiatan penyuluhan.

7. Evaluasi Penyuluhan

Evaluasi merupakan metode untuk mengkaji atau mengukur keberhasilan suatu aktivitas tertentu, dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan lagi hasil-hasil yang telah dicapai sebelumnya. Evaluasi dalam kegiatan penyuluhan pertanian adalah suatu alat manajemen yang berorientasi pada tindakan dan proses. Informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis sehingga relevansi dan efek serta konsekuensinya ditentukan secara sistematis dan seobyektif mungkin.

Di sisi lain Evaluasi penyuluhan pertanian digunakan untuk memperbaiki kegiatan sekarang dan yang akan datang seperti dalam perencanaan program, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan program untuk mencapai kebijaksanaan penyuluhan yang lebih efektif.

Menurut Elita (2019), menyatakan evaluasi berusaha mengidentifikasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada pelaksanaan ataupun penerapan program penyuluhan yang telah dilaksanakan. Evaluasi bertujuan untuk sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan .

b. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran.

(39)

c. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang mungkin terjadi diluar rencana.

Evaluasi merupakan kegiatan untuk menilau sesuatu keadaan, gejala, atau kegiatan-kegiatan tertentu, dengan menggunakan landasan-landasan tertentu.

Kegiatan evaluasi harus memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi yaitu (Elita, 2019) :

a. Kegiatan evaluasi harus merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari kegiatan perencanaan program. Artinya, tujuan evaluasi harus elaras dengan tujuan yang ingin dicapai yang telah dinyatakan dalam perencanaan programnya. Sebab tujuan evaluasi adalah untuk melihat sampai seberapa jauh tujuan program telah dapat dicapai, dan seberapa jauh telah terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan program dibandingkan dengan perencanaannya.

b. Setiap evaluasi harus memenuhi persyaratan: 1) Objektif, artinya selalu berdasarkan pada fakta, 2) Menggunakan pedoman tertentu yang telah dibakukan, 3) menggunakan metoda pengumpulan data yang tepat dan teliti, 4) menggunakan alat ukur yang tepat (valid, sahih) dan dapat dipercaya (teliti, reliabel).

c. Setiap evaluasi, harus menggunakan alat ukur yang berbeda untuk mengukur tujuan evaluasi yang berbeda pula.

d. Evaluasi harus dinyatakan dalam bentuk:

1. Data kuantitatif, agar dengan jelas dapat diketahui tingkat pencapaian tujuan dan tingkat penyimpangan pelaksanaan.

2. Uraian kualitatif, agar dapat diketahui faktor-faktor: penentu keberhasilan, penyebab kegagalan, dan faktor penunjang serta penghambat keberhasilan tujuan program yang direncanakan.

e. Evaluasi harus efektif dan efisien, artinya

(40)

25

1. Evaluasi harus menghasilkan temuan-temuan yang dapat dipakai untuk meningkatkan efektivitas (tercapainya tujuan) program, dan 2. Evaluasi harus mempertimbangkan ketersediaan sumber dayanya

sehingga tidak terjebak pada kegiatan-kegiatan yang terlalu rinci, tetapi tidak banyak manfaatnya bagi tercapainya tujuan, melainkan harus dipusatkan kepada kegiatan-kegiatan yang strategis (memiliki dampak yang luas dan besar bagi tercapainya tujuan program).

(41)

2.3 Kerangka Pikir Tugas Akhir

Keadaan Sekarang

1. Pemanfaatan limbah ternak sebgai pupuk Trichokompos belum optimal 2. Kelangkaan pada pupuk kimia

bersubsidi

3. Motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk Trichokompos masih kurang.

Keadaan yang Diharapkan 1. Pemanfaatn limbah ternak sebagai

pupuk Trichokompos bisa optimal.

2. Pupuk trichokompos bisa menjadi solusi dari permasalahn kelangkaan pupuk

3. Petani mau memanfaatkan limbah ternak sebagai pupuk Trichokompos

Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat motivas petani dalam pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk Trichokompos ?

2. Apa saja faktor yang berhubungan dengan motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk Trichokompos ?

3. Bagaimana merancang penyuluhan terkait peningkatan motivasi petani terhadap pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk trichokompos ?

4. Bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap petani dalam pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk trichokompos ?

Tujuan

1. Mengetahui tingkat motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk Trichokompos.

2. Mengetahui apa saja faktor yang berhubungan dengan motivasi petani dalam pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk Trichokompos

3. Merancang penyuluhan terkait peningkatan motivasi petani terhadap pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk organik.

4. Mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap petani dalam pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk trichokompos.

Variabel Independen X 1. Pengetahuan.

2. Pengalaman berusaha tani 3. Keuntunga 4. Kesesuaian.

5. Kerumitan.

6. Sarana dan Prasarana

Variabel Dependen Y

Motivasi Petani

Kajian

Motivasi Petani Dalam Pemanfaatan Limbah Ternak Sebagai Pupuk Trichokompos.

(Studi Kasus : Desa karangnongko, Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

Rancangan Penyuluhan

Tujuan Penelitian Mengetahui Motivasi petani

dalam pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk Trichokompos.

Sasaran Penyuluhan

Petani di desa karangnongko

Materi Penyuluhan

Pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk Trichokompos.

Metode

Diskusi dan Ceramah

Media

Folder dan benda sesungguhnya

Pelaksanaan Penyuluhan Evaluasi RTL

(42)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Dan Waktu

Lokasi yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini bertempat di Desa Karangnongko Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan purposive sampling atau sengaja dipilih dengan pertimbangan (1) Petani di Desa Karangnongko sebagian besar memiliki ternak namun, pemanfaatan limbah ternak masih kurang optimal. Limbah ternak yang ada biasanya langsung diaplikasikan ke lahan tanpa adanya proses pematangan terlebih dahulu, (2) Mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani, (3) Limbah ternak yang langsung diaplikasikan kelahan tentunya akan menimbulkan bahaya bagi manusia juga tanaman itu sendiri, mulai dari polusi udara karena bau yang cukup menyengat, dan juga tentunya akan menjadi bibit penyakit yang nantinya akan menginfeksi tanaman, (4) Tingkat motivasi petani untuk mau memanfatkan limbah ternak sebagai pupuk Trichokompos masih rendah dikarenakan petani beranggapan penggunaan Trichokompos limbah ternak terlalu rumit dan juga memakan waktu yang lama sehingga petani memilih langsung mengaplikasikan ke lahan secara langsung. Oleh karena itu perlu adanya penelitian yang mengkaji mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi petani untuk mau menggunakan limbah ternak yang sudah melalui proses pengomposan terlebih dahulu atau pupuk Trichokompos. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2022 sampai dengan Juli 2022.

3.2. Metode Kajian 3.2.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan yakni metode kuantitatif deskriptif.

Penggunaan metode deskriptif kuantitatif ini diselaraskan dengan variabel penelitian yang memusatkan pada masalah-masalah aktual dan fenomena yang

(43)

Terjadi pada saat sekarang dengan bentuk hasil penelitian berupa angka-angka memiliki makna. Sebagaimana bahwa metode penelitian deskiptif dengan pendekatan kuantitatif digunakan apabila bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa atau suatu kejadian yang terjadi pada saat sekarang dalam bentuk angka-angka yang bermakna (Rosliani, 2017).

Metode penelitian kuantitatif disebut juga sebagiai metode positivistic karena penelitian kuantitatif didasarkan pada filsafat positivism. Penelitian kuantitatif dalam pelaksanaanya data penelitian berupa angka-angka dan analisis yang digunakan menggunakan statistik (Sugiyono, 2018). Penelitian kuantitatif deskriptif merupakan jenis penelitian yang memungkinkan dapat menggambarkan suatu keadaan mutlak pada lokasi penelitain tanpa adanya unsur kesengajaan. Hal tersebut meliputi beberapa aspek, mulai dari relasi, prespektif, attitude dan proses-proses yang mampu mempengaruhi dari suatu kondisi.

3.2.2 Populasi Dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono (2013).

Populasi dalam penelitian ini adalah petani didesa Karangnongko Kecamatan Jabung Kabupaten Malang Jawa Timur dengan jumlah Populasi 433 orang petani yang terdistribusi seperti hal berikut :

Tabel 3. 1 Data Kelompok Tani Di Desa Karangnongko

Nama Kelompok Tani Populasi

Poktan Karangsari 2 81

Poktan Karangsari 3 80

Poktan Karangsari 4 107

Poktan Karangsari 5 165

Jumlah 433

Sumber: Programa Desa Karangnongko 2020

(44)

27

2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013). Untuk menentukan sampel dapat menggunakan cara slovin. Dan peneliti menggunakan cara rumusan slovin sebagai berikut . Menentukan sampel mengacu pada rumus.

𝒏 = 𝑵

𝟏 + 𝑵𝒆

𝟐

Keterangan : n : Jumlah Sampel N : Jumlah Populasi

e : Batas Toleransi Kesalahan

Dalam hal ini penulis menetapkan batas toleransi kesalahan yang ditetapkan adalah 10%, maka pengambilan sampel dengan rumus slovin dari populasi berjumlah 433 orang adalah sebegai berikut :

n

= 433

1 + (433 x 0,1) ²

n

= 433

1 + 4,33

n

= 81

Berdasarkan perhitungan diatas, maka sampel petani yang diambil dari total populasi adalah 81 orang. Dan untuk teknik sampling menggunakan simple random sampling.

Selanjutnya pengambilan sampel dilanjutkan dengan proprotionate random sampling untuk menentukan jumlah sample per masing-masing kelompok tani dengan mengunakan rumus (Sugiyono, 2007).

(45)

𝒙 𝒏 𝑋 𝑁1

Keterangan :

n : Jumlah sampel yang diinginkan setiap strata N : Jumlah seluruh populasi

X : Jumlah populasi pada setiap strata N1 : Sampel

Tabel 3. 2 Penentuan Sampel Tiap Populasi

No Nama Kelompok Tani Populasi Sampel

1. Karangsari 2 81 20

2. Karangsari 3 80 19

3. Karangsari 4 107 21

4. Karangsari 5 165 21

Total 433 81

Sumber: Programa Desa Karangnongko 2020 3.2.3. Jenis Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari petani atau pelaku utama melalui observasi, kuesioner dan wawancara dengan petani Desa Karangnongko. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data secara langsung dengan mengadakan penelitian terhadap Petani yang sedang dalam penelitian lapangan tersebut. Pengumpalan Data tersebut menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengambilan daya digunakan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab.

Untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dilakukan wawancara kepada petani untuk mendapatkan data yang tepat dan akurat.

(46)

29

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data pendukung dan pelengkap data penelitian. Sumber data data ini didapat dari programa, RKTP, profil Desa Karangnongko, dan sumber data sekunder yang dimaksud adalah buku-buku dan bahan-bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3.2.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlansung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai. Melalui wawancara inilah peneliti menggali data, informasi, dan kerangka keterangan dari subyek penelitian. Dalam Penelitian yang diwawancarai yakni petani Desa Karangnongko, Penyuluh Pertanian, dan responden lain yang mendukung dalam penggalian data dan yang lebih mengetahui terkait dengan bagaimana motivasi petani terhadap pemanfatan limbah ternak sebagai pupuk Trichokompos di Desa Karangnongko. Teknik wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik semi terstruktur dengan pertanyaan terbuka. Sehingga dalam penggalian data bisa didapatkan data yang mendukung dan bisa mendapatkan informasi lebih mendalam tentang bagaimana pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk Trichokompos di Desa Karangnongko.

Dalam tahap wawancara pun pemilihan kata yang tepat dalam bertanya menjadi poin penting untuk mendapatkan jawaban yang akurat. Karena sebagian petani Desa Karangnongko memiliki usia yang tua, jadi perlu pemahaman dan pendekatan yang lebih baik.

Referensi

Dokumen terkait

Melihat pentingnya merancang Hotel Resort yang memiliki karakter dan memiliki daya tarik untuk memikat konsumen, Desain interior dapat menjadi solusi yang tepat

Berdasarkan uraian tersebut dapat terlihat bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan realisasi subsidi BBM di Indonesia selalu melebihi jumlah yang dianggarkan

Dari praktikum mesin bubut yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa mesin bubut merupakan mesin perkakas yang digunakan untuk memotong dan menyayat

[r]

Karyawan dengan motivasi kerja yang baik akan melaksanakan setiap pekerjaan dengan sebaik-baiknya dan mengerahkan seluruh kemampuan yang dimiliki untuk

Wakaf uang yang dihimpun oleh Kantor Wakaf Dârut Tauhîd ini berupa uang kertas dengan nominal rupiah, hal ini berarti telah sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 22

Hasil uji diagnostik indika- tor fisik DDSK dibandingkan baku emas dalam menegakkan diagnosis terduga kretin pada anak usia bawah tiga tahun (batita) diperoleh

Pada rancangan Layar Product ini terdapat sebelas button yang dapat ditekan, yang terdiri dari sembilan button menu utama serta tiga button pilihan, yaitu:. ƒ Home :