• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komitmen Kerja dan Dukungan Sosial dengan Burnout pada Guru Veren Wendy Warella

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Komitmen Kerja dan Dukungan Sosial dengan Burnout pada Guru Veren Wendy Warella"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Komitmen Kerja dan Dukungan Sosial dengan Burnout pada Guru

Veren Wendy Warella1

Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Jl. Semolowaru No.45 E-mail: veren_S2@untag-sby.ac.id

H.M. Farid2

Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Jl. Semolowaru No.45 E-mail: muhfaridrochim@gmail.com

Niken Titi Pratitis 3

E-mail: nikenpratitis@untag-sby.ac.id

Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Jl. Semolowaru No.45

Abstract

Burnout is an increase in feelings of emotional exhaustion, the development of negative feelings and behaviors, and the emergence of a negative self-evaluation of work. This study aims to determine 1) the relationship between work commitment and social burnout on teachers 2) the relationship between social support and teacher burnout. The population in this study were 52 teachers of YPKPM Ambon Christian High School. The method used in this study is a quantitative method with data collection through questionnaires. Data analysis technique in this research is Spearman Rho test using work commitment variable, social support variable as independent variable and as related variable is burnout variable. The results of this study indicate that 1) there is a negative relationship between work commitment and burnout, 2) there is a negative relationship between social support and burnout. Based on the hypothesis testing that has been done, the proposed hypothesis can be accepted. This means that the higher the work commitment, the lower the burnout for the teacher and the higher the social support, the lower the burnout for the teacher.

Keywords: Burnout, work commitment, social support

Abstrak

Burnout adalah meningkatnya perasaan kelelahan emosional, berkembangnya perilaku dan perasaan negatif, serta munculnya evaluasi diri yang negatif terhadap pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) hubungan antara komitmen kerja dengan burnout sosial pada guru 2) hubungan antara dukungan sosial dengan burnout pada guru. Populasi dalam penelitian ini adalah 52 guru SMA Kristen YPKPM Ambon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pengambilan data melalui penyebaran kuisioner. Teknik Analisis data dalam penelitian ini adalah Uji Spearman Rho dengan menggunakan variabel komitmen kerja, variabel dukungan sosial sebagai variabel bebas dan sebagai variabel terkait adalah variabel burnout. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 1) terdapat hubungan negatif antara komitmen kerja dengan burnout, 2) terdapat hubungan negatif anatara dukungan sosial dengan burnout.

Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan maka hipotesis yang diajukan dapat diterima. Hal tersebut berarti semakin tinggi komitmen kerja, akan semakin rendah burnout pada guru dan semakin tinggi dukungan sosial, akan semakin rendah juga burnout pada guru.

Kata Kunci: Burnout, Komitmen kerja, Dukungan Sosial

(2)

Pendahuluan

Penelitian yang dilakukan oleh Purba & Widyanti (2007) terhadap guru-guru di Indonesia ditemukan bahwa 30,27 % mengalami stres kerja yang serius (tinggi dan sangat tinggi) dan 48,11 % mengalami stres kerja tingkat sedang. Peneltian yang dilakukan oleh Muhbar & Rochmawati (2017) menyebutkan bahwa guru SLB mengalami stres berat berada pada 60% dan stres sedang pada 26,7%, penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fathonah & Renhoran (2021) pada guru di sekolah madrasah, sebagian besar responden tergolong ke dalam kategori stres sedang sebanyak 88 orang (59,9%), disusul dengan kategori stress ringan sebanyak 54 orang (36,7%) dan kategori stress berat sebanyak 5 orang (3,4%). Stres yang dialami guru terkait pekerjaannya yang berhadapan secara langsung dengan manusia sebagai penerima pelayanan, umumnya, disebut dengan istilah burnout (Maslach & Jackson, 1986).

Maslach & Jackson (1981) menyebutkan bahwa burnout syndrome merupakan sindrom kelelahan emosional dan sinisme yang sering kali terjadi pada orang-orang yang bekerja, yang oleh Purba & Widyanti (2007) yang didefinisikan suatu keadaan kelelahan secara fisik, emosi dan mental yang disebabkan keterlibatan dalam jangka waktu yang panjang pada situasi yang secara emosional penuh dengan tuntutan. Maslach & Jackson (1981) juga menggambarkan burnout sebagai suatu sindrom psikologis yang terdiri dari tiga karakteristik, yaitu kelelahan emosional, depersonalisasi, penurunan pencapaian kepuasan diri.

Murpi (2013) mengatakan bahwa stress pada guru yang mengarah pada burnout cenderung menyebabkan penurunan efektivitas dan produktivitas kerja individu, sehingga dapat berdampak pada komitmen kerja yang bertahan dengan pekerjaan yang ada. Meyer & Allen (1991) menyebutkan bahwa individu karyawan yang memiliki komitmen afektif yang tinggi akan tetap berada didalam organisasi kerana mereka memang menginginkannya, meskipun bisa jadi mereka menghadapi situasi- situasi yang membuat mereka lelah secara fisik dan psikologis atau justru membuat mereka dituntut secara berlebihan. Menurut Meyer & Allen (1991), komitmen kerja adalah suatu karakteristik hubungan pekerja dengan organisasi dan memiliki hubungan terhadap keputusan untuk melanjutkan keanggotaannya dalam suatu organisasi yang tercermin dari perasaan atau afektif, kontinuitas dan sikap normatif individu .

Selain komitmen kerja, burnout yang tinggi juga dapat terjadi karena lack of social support atau kurangnya dukungan sosial. Gold & Roth (2013). Hal tersebut tergambar dalam penelitian Purba, Yulianto & Widyanti (2007) bahwa semakin besar dukungan sosial yang diperoleh akan mengurangi level burnout yang dialami guru, Putra & Darmawan Muttaqin (2020) individu dapat mengatasi burnout ketika mampu merasakan kepuasan terhadap dukungan sosial yang diterima bukan terkait jumlah dukungan sosial yang diterima, dan penelitian yang dilakukan oleh Adawiyah & Blikololong (2018) tentang dukungan sosial dan burnout mengatakan semakin tinggi dukungan sosial maka semakin rendah kelelahan kerja pada karyawan rumah sakit. Sarafino (1994) menjelaskan bahwa dukungan sosial adalah kesenangan yang dirasakan oleh individu akan adanya kepedulian, penghargaan, informasi, serta bantuan langsung yang diterima dari individu-individu atau kelompok- kelompok lain.

Berdasarkan permasalahan yang jabarkan diatas, burnout dapat menyebabkan orang-orang yang sebelumnya sangat berkomitmen pada pekerjaan mereka menjadi kecewa, kehilangan minat, motivasi dan kurangnya dukungan sosial telah ditemukan dapat meningkatkan burnout.

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara komitmen kerja dan dukungan sosial dengan burnout pada guru, hubungan antara komitmen kerja dan burnout pada guru, serta hubungan antara dukungan sosial dengan burnout pada guru.

(3)

Hipotesis dalam penelitian ini ialah 1) Komitmen kerja dan dukungan sosial berkolerasi dengan burnout pada guru, 2) Komitmen kerja berkolerasi negatif dengan burnout pada guru, 3) Dukungan sosial berkolerasi negatif dengan burnout pada guru.

Metode

Penelitian ini akan membuktikan adanya hubungan antara komitmen kerja guru dan dukungan sosial yang diterima oleh guru dengan burnout guru, maka tiap variabel dalam penelitian ini meliputi variabel tergantung yaitu burnout guru dan variabel bebas yaitu komitmen kerja dan dukungan sosial yang diterima guru.

Burnout dalam penelitian ini didefinisi operasional sebagai meningkatnya perasaan kelelahan emosional, berkembangnya perilaku dan perasaan negatif, serta munculnya evaluasi diri yang negatif terhadap pekerjaan. Definisi operasional tersebut, didasarkan pada definisi teori yang dikemukakan oleh Maslach & Jackson (1981), yang teridi dari tiga aspek yakni (1) Kelelahan Emosional dengan indikator: individu akan mengalami perasaan frustasi, putus asa, sedih, tidak berdaya, tertekan, apatis terhadap pekerjaan dan merasa terbebani oleh tugas-tugas dalam pekerjaan, (2) Personal Accomplishment dengan indikator: adanya perasaan tidak puas terhadap diri sendiri, pekerjaan, dan kehidupan, serta adanya perasaan bahwa dirinya belum pernah mendapat sesuatu yang bermanfaat, (3) Depersonalisasi dengan indikator: adanya sikap negatif, kasar, menjaga jarak, menjauhi diri sendiri dari lingkungan sosial dan memiliki kecenderungan untuk tidak peduli terhadap lingkungan serta orang-orang di sekitarnya. Skala Burnout dalam penelitian ini diambil dari skala Maslach Burnout Inventory (MBI) dari Maslach & Jackson (1981) yang terdiri dari tiga aspek yakni pertama kelelahan emosional, personal accomplishment depersonalisasi.

Komitmen kerja dalam penelitian ini didefinisi operasional sebagai suatu keadaan dimana individu dengan orientasi nilai, sikap, dan tujuan untuk terlibat dalam kerja dan mempertahanlan keanggotaannya dalam kerja tersebut. Definisi operasional tersebut, didasarkan pada definisi teori yang dikemukakan oleh Allen dan Meyer (1990) yang terdiri dari tiga aspek yakni (1) Komitmen Afektif dengan indikator: keterlibatan dalam kerja, kenyamanan anggota organisasi, (2) Komitmen Berkelanjutan dengan indikator: pertimbangan untung rugi meninggalkan organisasi, (3) Komitmen Normatif dengan indikator: kepatuhan untuk setia pada organisasi, kewajiban melaksanakan pekerjaan. Skala Komitmen Kerja dalam penelitian ini diambil dari skala Organizational Commitment Scale (OCS) yang dikembangkan oleh Hyde dan Roy (2006) yang diadopsi oleh Gehlawat (2012) menggunakan teori dan aspek dari Allen dan Meyer (1990) yaitu komitmen afektif, komitmen berkelanjutan, komitmen normatif.

Dukungan sosial dalam penelitian ini didefinisi operasional sebagai suatu bantuan yang berasal dari individu maupun kelompok kepada individu lainnya baik berupa fisik maupun psikologis yang menimbulkan kenyamanan individu dalam menghadapi berbagai situasi. Definisi operasional tersebut, didasarkan pada definisi teori yang dikemukakan oleh Sarafino (2004) yang terdiri dari tiga aspek yakni pertama Dukungan Emosional dengan indikator: Empati, perhatian, kepedulian dari keluarga, teman dan guru/sekolah. Kedua Dukungan Penghargaan dengan indikator: Persetujuan, penilaian positif, hadiah, pujian, dari keluarga, teman dan guru/sekolah.

Ketiga Dukungan Instrumental dengan indikator: Fasilitas fisik,biaya/uang/dana, waktu dari keluarga, teman dan guru/sekolah. Keempat Dukungan Informasi dengan indikator: Nasehat, saran, petunjuk dari keluarga, teman, guru/sekolah.

Hasil uji asumsi menunjukan bahwa salah satu syarat yaitu uji normalitas sebaran variabel syarat yaitu uji normalitas sebaran variabel burnout tidak memenuhi syarat (tidak berdistribusi normal), sehingga analisis data yang semula menggunakan analisis regresi berganda dan kolerasi

(4)

parsial tidak dapat diterapkan. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan statistic non parametric dengan kolerasi Spearman Rho untuk menguji hipotesis nomor 2 dan 3 yaitu menemukan ada hubungan antara komitmen kerja dengan burnout (hipotesis 2) dan menemukan ada hubungan dukungan sosial dengan burnout (hipotesis 3), sedangkan pengujian hipotesis 1 yaitu ada hubungan antara komitmen kerja dan dukungan sosial dengan burnout tidak dapat dianalisis.

Hasil

Hasil analisis spearman rho ditemukan bahwa hubungan antara komitmen kerja dengan burnout guru diperoleh nilai Rho = - 0,530 (p<0,05), artinya ada kolerasi negative antara komitmen kerja dengan burnout. Temuan ini menyatakan adanya hubungan negatif antara komitmen kerja dengan burnout guru diterima. Variabel komitmen kerja guru memberikan kontribusi sebesar 28,09%.

Hasil analisis spearman rho ditemukan bahwa hubungan antara dukungan sosial dengan burnout guru diperoleh nilai Rho = - 0,598 (p<0,05), artinya ada kolerasi negatif antara dukungan sosial dengan burnout. Temuan ini menyatakan adanya hubungan negatif antara dukungan sosial dengan burnout guru diterima. Variabel dukungan sosial guru memberikan kontribusi sebesar 35,76%.

Pada burnout tedapat standar deviasi adalah 14,66 dengan mean 66. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, terdapat 32,69% partisipan atau 17 orang yang tergolong rendah dan kategori rendah sekali sebanyak 29 orang atau 55,76%. Berdasarkan hasil interpretasi tersebut maka dapat disimpulkan burnout pada partisipan dalam penelitian ini sebagian besar tergolong sangat rendah, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1. Hasil Interpretasi Skor Bunrout

Pada komitmen kerja tedapat standar deviasi adalah 20 dengan mean 75. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, terdapat 100% partisipan yang tergolong kategori tinggi sekali dengan rentan nilai ≥ 105. Berdasarkan hasil interpretasi tersebut maka dapat disimpulkan komitmen kerja pada partisipan dalam penelitian ini sebagian besar tergolong tinggi sekali, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2. Hasil Interpretasi Skor Komitmen Kerja

Pada dukungan sosial tedapat standar deviasi adalah 40,66 dengan mean 183. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, terdapat 84,61% partisipan yang tergolong kategori tinggi sekali dan pada 7,69% partisipan atau 4 orang yang tergolong kategori tinggi. Berdasarkan hasil interpretasi

Rentang Nilai Kategori F Persentase

88 - 110 Tinggi Sekali 0 0%

73 - 87 Tinggi 4 7,69%

59 - 72 Cukup 2 3,84%

44 - 58 Rendah 17 32.69%

22 - 43 Rendah Sekali 29 55,76%

52 100%

Rentang Nilai Kategori F Persentase

105 - 150 Tinggi Sekali 52 100%

85 – 104 Tinggi 0 0%

65 – 84 Cukup 0 0%

45 – 64 Rendah 0 0%

30 - 44 Rendah Sekali 0 0%

Total 52 100%

(5)

tersebut maka dapat disimpulkan dukungan sosial pada partisipan dalam penelitian ini sebagian besar tergolong sangat tinggi, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3. Hasil Interpretasi Skor Dukungan Sosial

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan Spearman Rho maka hasil analisis data menunjukan bahwa komitmen kerja memiliki kolerasi negatif dengan burnout. Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis yang menyatakan komitmen kerja berkolerasi dengan burnout pada guru dapat diterima. Jadi semakin tinggi komitmen kerja maka akan semakin rendah burnout guru.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prajawati (2020) dan Mulya (2017) yang menjelaskan bahwa adanya hubungan negatif antara komitmen kerja dengan burnout, pada penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa ketika pegawai memiliki komitmen kerja yang tinggi, maka mereka akan memiliki kecenderungan burnout yang rendah. Menurut Chughtai & Zafar (2006) komitmen pada tenaga pengajar dapat mempengaruhi performa mengajarnya di dalam kelas, sehingga dengan tinggimya komitmen pada organisasi berdampak pada peningkatan kinerja. Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen sekolah baik kepala sekolah, fasilitas kerja, guru, karyawan, maupun anak didik.

Hasil penelitian ditemukan bahwa komitmen kerja pada guru SMA Kristen YPKM Ambon sangat tinggi yaitu terdapat 100% partisipan yang tergolong kategori tinggi. Komitmen guru pada organisasi karena adanya keterikatan emosional seorang guru dengan sekolah dimana ia bekerja sehingga ia bersedia bertahan, mengidentifikasi diri dan terlibat untuk mencapai tujuan sekolah, kemudian komitmen guru terjadi sejak awal guru memasuki organisasi sekolah, komitmen organisasi tersebut bisa bertambah atau berkurang, keadaan yang memengaruhinya baik karena faktor yang datang dari dalam diri guru itu sendiri (internal guru) maupun datang dari sekolah tempat ia bekerja (eksternal guru) Adapun pengembangan dan peningkatan organisasional guru dapat dilakuan dengan berbagai macam cara antara lain : kepemimpinan yang mendukung, mengembangkan tradisi yang baik dalam sekolah; responsif atas komplain, komunikasi dua arah, tingkatkan rasa kebersamaan dan satu komunitas, menegakkan keadilan organisasi, meningkatkan aktualisasikan diri guru, memberikan bantuan kongkrit pada guru, menciptakan organisasi yang dinamis, promosi dari internal, memmotivasi, mengembankan guru, dan memberikan tauladan.

Hasil analisis data juga menunjukan bahwa dukungan sosial memiliki kolerasi yang negatif dengan burnout. Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis yang menyatakan dukungan sosial berkolerasi dengan burnout pada guru dapat diterima. Jadi semakin tinggi komitmen kerja maka akan semakin rendah burnout guru. penelitian tentang dukungan sosial dengan burnout yang dilakukan oleh Purba & Widyanti (2007) dan Putra & Utami (2021) pada guru menunjukan bahwa dukungan sosial berpengaruh negatif terhadap burnout pada guru, artinya semakin tinggi dukungan sosial yang di terima guru maka level burnout yang dialami semakin kecil. Hamaideh, (2014) menambahkan bahwa individu yang mendapat dukungan sosial yang baik memiliki penghargaan diri yang

Rentang Nilai Kategori F Persentase

≥ 243 Tinggi Sekali 44 84,61%

203– 242 Tinggi 4 7,69%

162 – 202 Cukup 4 7,69%

122 - 161 Rendah 0 0%

≤ 61 Rendah Sekali 0 0%

Total 52 100%

(6)

lebih tinggi sehingga akan mampu mengurangi gejala burnout. Labiib (2013) juga mengatakan bahwa semakin besar dukungan sosial yang diperoleh maka semakin rendah kemungkinan individu mengalami burnout.

Hasil perhitungan pada variabel dukungan sosial terdapat 84,61% partisipan yang tergolong kategori tinggi sekali dan pada 7,69% partisipan atau 4 orang yang tergolong kategori tinggi.

Berdasarkan hasil interpretasi tersebut maka dapat disimpulkan dukungan sosial pada guru SMA Kristen YPKM Ambon tergolong sangat tinggi. Dukungan sosial yang diperoleh dari atasan dan teman sekerja mempunyai andil besar untuk meringankan beban seseorang yang mengalami kelelahan kerja, dengan diperoleh dukungan sosial dari orang lain seseorang dapat mengatasi masalah-masalah psikologis dengan cepat dan juga tepat. Salah satu dukungan sosial yang diberikan di SMA Kristen YPKM Ambon didukung oleh adanya fasilitas fisik yang baik, serta dukungan dari pihak sekolah terhadap guru-guru berupa empati, perhatian, nasehat-nasehat, saran dan petunjuk karena SMK Kristen YPKPM Ambon juga merupakan sekolah berbasis agama. Marlina, dkk (2001) mengatakan bahwa guru pada sekolah yang berlatar belakang agama, memiliki skor burnout yang lebih rendah dari sekolah umum. Menurut Cherniss & Kranz (2008) bahwa burnout tidak terjadi pada pusat pelayanan agama, karena mereka menganggap apa yang dilakukan adalah panggilan dan bukan pekerjaan semata. Kesesuaian antara nilai-nilai organisasi dan nilai-nilai pribadi dapat menurunkan potensi burnout pada pekerja. Dukungan sosial merupakan landasan bagi seseorang untuk menghadapi kesulitan sehingga tidak mengalami burnout.

Adanya komitmen kerja dan diterimanya dukungan sosial kepada guru SMA Kristen YPKPM Ambon menunjukan bahwa burnout yang dialami para guru sangat rendah. Hal tersebut dapat didukung melalui data hasil penelitian variabel burnout terdapat 32,69% guru yang tergolong rendah dan kategori rendah sekali sebesar 55,76%. Berdasarkan hasil interpretasi tersebut maka dapat disimpulkan burnout pada guru sebagian besar tergolong sangat rendah.

Hasil penelitian juga menunjukan bahwa komiten kerja memberikan sumbangan efektif sebesar 28,09% terhadap burnout, sedangkan pada dukungan sosial dalam penelitian ini memberikan sumbangan efektif sebesar 35,76% .Adapun faktor lain yang dapat mengurangi burnout yaitu efikasi diri yang dikemukakan oleh Aryanti & Mulyani (2021) adanya hubungan yang sangat signifikan antara efikasi diri dan dukungan sosial keluarga dengan burnout perawat sehinnga efikasi diri yang tinggi dapat menurunkan burnout. Selain itu regulasi diri dapat mengurangu burnout seperti penelitian yang dilakukan oleh Ekawati & Mulyana (2016), menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel memiliki arah negatif, artinya semakin tinggi regulasi diri maka semakin rendah burnout.

Regulasi diri yang baik yang dimiliki individu akan mampu mengatasi stres dan emosi dalam dirinya, karena burnout timbul akibat stres yang berkepanjangan yang dialami individu. Yeni & Niswati (2012) menunjukkan bahwa burnout memiliki korelasi yang kuat tetapi berlawanan arah terhadap motivasi berprestasi. Di mana jika individu mengalami burnout maka motivasi berprestasi akan menurun, begitupula sebaliknya individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan menggurangi burnout

Sesuai dengan hasil analisis dari penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan penelitian ini sudah sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan peneliti. Hasil penelitian ini menunjukan semakin rendah burnout maka semakin tinggi komitmen kerja dan dukungan sosial dan begitu sebaliknya semakin tinggi burnout maka komitmen kerja dan dukungan sosial cenderung rendah.

(7)

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penyebaran skala penelitian yang dilakukan kepada Guru SMA Kristen YPKM Ambon dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian menjukan bahwa variabel komitmen kerja dengan variable burnout diperoleh nilai rho p= -0,530 dan p 0,000 (p<0,05). Berarti terdapat kolerasi negatif antara komitmen kerja dengan burnout. Jadi semakin tinggi komitmen kerja, akan semakin rendah burnout guru, hasil penelitian variabel dukungan sosial dengan variabel burnout diperoleh nilai rho p= -0,598 dan p 0,000 (p<0,05). Berarti terdapat kolerasi negatif antara dukungan sosial dengan burnout. Jadi semakin tinggi dukungan sosial, akan semakin rendah burnout guru.

Berdasarkan analisis deskriptif yang dilakukan, diperolah bahwa sebagian besar partisipan penelitian memiliki komitmen kerja dan dukungan sosial yang sama-sama tergolong tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial mempengaruhi burnout sehingga diharapkan bagi manajemen pihak sekolah dapat mengadakan pelatihan-pelatihan kepada para guru supaya bisa lebih maksimal dalam mengelola masalah yang dihadapi para guru dan tidak berpengaruh ketika bekerja.

Referensi

Allen, N.J. dan. J.P. Meyer (1991). The. Measurement. and Antecedents. Of Affective, Continuance And Normative. Commitment. To The. Organizational. Journal Of Occupational Psychology.

63 (1): 1- 18.

Arismunandar, Hubungan .Karakteristik Individu Dan Karakteristik. Lingkungan Dengan. Stres Kerja Pada Guru Di Sulawesi Selatan, Tesis. Malang: Fakultas Pascasarjana. Institut Keguruan.

Dan Ilmu. Pendidikan, 1997.

Adnyaswari .& Adnyani, (2017). Pengaruh Dukungan. Sosial Dan Burnout Terhadap Kinerja Perawat Rawat Inap RSUP Sanglah. E-Jurnal Manajemen Unud, 6.

Churiyah, Madziatul (2011). Pengaruh Konflik Peran, Kelelahan Emosional Terhadap Kepuasan Kerja Dan Komitmen Organisasi. Jurnal Ekonomi Bisnis.

Darmawan, A., Silviandari, I. A., & Susilawati, I. R. (2015). Hubungan Burnout Dengan Work-Life Balance. Jurnal Mediapsi, 1, 28–39.

David W. Johnson. 1991. Joining Together. USA: Prentice-Hall. Inc. Hal 73

Referensi

Dokumen terkait

 Merupakan satu-satunya file system 128-bit yang dapat menampung data dengan kapasitas hampir tidak terbatas, mampu menangani skala yang besar,.

Lokasi Kabupaten Gresik terletak di sebelah barat laut Kota Surabaya yang merupakan Ibu kota Provinsi Jawa Timur, Ibu kota Kabupaten Gresik berada 20 km sebelah

[r]

Untuk dapat memenuhi kebutuhan yang dituntut oleh pekerjaan, seorang sarjana Teknik Industri harus mempunyai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang memadai sesuai dengan keinginan

b) Besar lubang pintu dan jendela dibatasi. Jumlah lebar lubang- lubang dalam satu bidang dinding tidak melebihi ½ panjang dinding itu. Letak lubang pintu/jendela tidak terlalu

dengan materi. Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru

“ Perancangan Sistem Pipeline Minyak Solar Cilacap-Yogyakarta ” ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata Satu

Dari hasil pengolahan data dan analisis untuk proses milling pada mesin Milling Vertikal P1, waktu elemen kerja membersihkan jig dari geram dapat dikurangi dari 5.53 detik