• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Angka Indeks

Setiap kegiatan selalu mengalami kemajuan dan kemunduran, kadang-kadang produksi meningkat kadang-kadang menurun, hasil penjualan suatu perusahaan dapat meningkat dan juga menurun, hasil penerimaan devisa mengalami naik turun, pendapatan nasional kadang-kadang naik kemudian merosot lagi, juga harga, gaji, biaya hidup mengalami naik turun. Untuk mengetahui maju mundurnya suatu usaha (perusahaan ingin mengetahui maju mundurnya hasil penjualan, pemerintah ingin mengetahui maju mundurnya penerimaan Negara, penerimaan devisa, dan lain sebagainya) diperlukan angka indeks.

Angka indeks atau sering disebut indeks saja, pada dasarnya merupakan suatu angka yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan antara kegiatan yang sama (produksi, ekspor, hasil penjualan, jumlah uang beredar, dan lain sebagainya) dalam waktu yang berbeda (J. Supranto, 1990). Dari angka indeks bisa diketahui maju mundurnya atau naik turunnya suatu usaha atau kegiatan. Jadi tujuan pembuatan angka indeks sebetulnya untuk mengukur secara kuantitatif terjadinya suatu perubahan dalam dua waktu yang berlainan, misalnya indeks harga untuk mengukur perubahan harga (berapa persen kenaikan dan penurunannya), indeks produksi untuk mengetahui perubahan yang terjadi di dalam kegiatan produksi, indeks biaya hidup sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi dan lain sebagainya. Dengan demikian angka indeks sangat diperlukan untuk siapa saja yang ingin mengetahui maju mundurnya kegiatan atau usaha yang dilaksanakan.

Ciri khas dari angka indeks ini adalah perhitungan rasio (pembagian), dimana hasil rasio tersebut selalu dikalikan dengan bilangan 100 untuk menunjukkan

(2)

perubahan tersebut dalam persentase. Dengan demikian, basis dari angka indeks apapun selalu 100, (Singgih Santoso, 2003)

Di dalam membuat angka indeks diperlukan dua macam waktu, yaitu waktu dasar (base period) dan waktu yang bersangkutan atau sedang berjalan (current period). Waktu dasar adalah waktu dimana suatu kegiatan (kejadian) dipergunakan untuk dasar perbandingan, sedangkan waktu yang bersangkutan ialah waktu dimana suatu kegiatan (kejadian) akan diperbandingkan terhadap kegiatan (kejadian) pada waktu dasar, (J. Supranto, 1990)

2.2. Macam -Macam Indeks

Beberapa macam indeks yang umum dipakai dalam perekonomian, yaitu :

2.2.1 Indeks Harga Konsumen

Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indeks yang memperhatikan harga-harga yang harus dibayar konsumen baik di perkotaan maupun pedesaan, (Suharyadi, Purwanto S.K, 2003). IHK mengukur rata-rata perubahan harga dari suatu paket komoditas yang dikonsumsi oleh masyarakat/rumah tangga di suatu daerah (urban) dalam kurun waktu tertentu. Persentase perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) bisa bernilai positif atau negatif. Bila persentase perubahan IHK positif dapat dikatakan terjadi inflasi (kenaikan harga eceran secara umum) dan sebaliknya bila persentase perubahan IHK bernilai negatif berarti terjadi deflasi (penurunan harga secara umum). Kegunaan Indeks Harga Konsumen antara lain :

a. Dapat digunakan sebagai barometer nilai tukar rupiah atau sebagai indikator inflasi.

b. Dipakai sebagai landasan untuk memperbaiki/menyesuaikan gaji dan upah karyawan.

c. Merupakan pengukur perubahan harga konsumen. d. Indikator perubahan pengeluaran rumah tangga.

(3)

Indeks harga perdagangan besar merupakan indikator yang digunakan untuk melihat perekonomian suatu negara, yang pada hakekatnya menyangkut komoditi yang diperjualbelikan di suatu negara pada tingkat perdagangan besar/grosir.

Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) di Indonesia mencakup lima sektor yaitu pertanian (44 komoditas), pertambangan dan penggalian (6 komoditas), ekspor (53 komoditas) dan impor (38 komoditas).

2.2.3 Indeks Nilai Tukar Petani

Untuk melihat fluktuasi harga barang-barang yang dihasilkan petani dari tahun ke tahun digunakan indeks harga yang diterima petani, yang merupakan rata-rata harga produsen dari hasil produksi petani sebelum farm gate atau yang disebut dengan harga di sawah setelah petik. Dengan membandingkan indeks yang diterima petani (IT) terhadap indeks harga yang dibayar petani (IB), maka akan diperoleh nilai tukar petani. Indeks harga yang diterima petani (IT) merupakan suatu ukuran perubahan harga yang terjadi pada rata-rata harga yang diterima petani untuk produksi pertaniannya. Sedang indeks yang dibayar petani (IB) merupakan ukuran perubahan harga yang dibayar petani untuk barang dan jasa baik untuk keperluan rumah tangga maupun produksi pertanian. Apabila Nilai Tukar Petani (NTP) lebih dari 100, maka kondisi petani lebih baik dari tahun dasar dan begitu sebaliknya.

2.2.4 Indeks Produktivitas

Produktivitas merupakan rasio antara output atau produksi dengan input. Produktivitas input bisa mencerminkan jenisnya seperti produktivitas tenaga kerja, produktivitas modal dan produktivitas mesin. Namun demikian pada saat teknologi berkembang, sumbangan input sudah tidak dapat dipisahkan, maka sebutan produktivitas diarahkan pada produktivitas total. Apabila indeks lebih dari 100, menunjukkan bahwa produktivitas lebih baik dari tahun dasar.

2.3 Penghitungan Indeks Harga Konsumen

Indeks harga termasuk yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, karena secara langsung mencerminkan pergerakan harga berbagai jenis barang.

(4)

Dalam pengukurannya indeks harga bisa dicari dengan metode tak tertimbang, metode tertimbang, metode relatif atau metode rantai.

Indeks harga tak tertimbang atau unweighted melakukan penghitungan indeks langsung dengan menilai uang dari barang tertentu, dan bukannya mempertimbangkan satauan barang tersebut, seperti berat barang (kilogram), panjang kain (meter) dan sebagainya. Dianggap semua variabel yang akan diukur indeksnya mempunyai nilai yang sama. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan praktis dalam mengukur sebuah angka indeks (bisa indeks harga, indeks kuantitas atau jenis indeks yang lain).

Jika pada metode tertimbang atau tak tertimbang, proses perhitungan dimulai dengan menjumlah seluruh komponen yang ada kemudian dilakukan rata-rata, maka metode relatif memulai dengan menghitung setiap indeks komponen, kemudian baru melakukan rata-rata dari semua indeks individe yang didapat. Pada metode rantai menghitung indeks secara berantai, misal dari tahun 1998 dibandingkan dengan tahun 1997, kemudian tahun 1999 dibandingkan dengan tahun 1998 dan seterusnya.

Berbeda dengan cara sederhana dari metode tak tertimbang, pada metode indeks harga tertimbang ada bobot yang digunakan untuk membedakan variabel yang satu dengan yang lain. Seperti adanya penimbang yang berupa kuantitas barang yang terjual untuk berbagai jenis barang yang berlainan harganya. Mengapa harus diberikan bobot yang berbeda? Karena pada dasarnya setiap barang dan jasa mempunyai tingkat utilitas (manfaat dan kepentingan) yang berbeda. Contoh, beras mungkin dirasakan lebih penting dibandingkan sayuran atau jenis barang yang lain. Indeks harga tertimbang biasa digunakan untuk indeks agregat di mana banyak jenis komoditi, sehingga tiap komoditi mempunyai bobot yang berbeda. Metode ini dalam praktek masih dibagi dalam beberapa cara perhitungan indeksnya, seperti metode Laspeyres, Paasche, Fisher dan lain sebagainya.

2.3.1. Indeks Laspeyres

Entienne Laspeyres mengembangkan metode ini pada akhir abad ke – 18 dalam menentukan sebuah indeks tertimbang dengan menggunakan bobot sebagai penimbang yaitu periode dasar. Pengukuran dengan indeks ini merupakan salah satu

(5)

alat pengukuran yang paling populer. Indeks tertimbang Laspeyres dirumuskan sebagai berikut :

I

L

=

.100 . . 0 0 0

Q P Q Pn

Dengan : IL = Indeks Laspeyres Pn = Harga Tahun ke n P0 = Harga Tahun Dasar

Q0 = Jumlah jenis barang yang dikonsumsi pada tahun dasar (Timbangan / bobot)

Penghitungan Indeks Harga Konsumen pada tahun dasar dilakukan setelah melalui tahapan-tahapan seperti pembentukan paket komoditas, pengumpulan harga tahun dasar dan pembentukan diagram timbang dasar. Setelah melakukan penghitungan IHK bulan berjalan. IHK bulan berjalan tersebut akan digunakan untuk menghitung laju inflasi/deflasi setiap bulan/tahun.

a) Relatif Harga (RH)

Relatif Harga (RH) adalah Rasio perbandingan harga suatu komoditas pada suatu periode waktu tertentu terhadap harga pada periode waktu sebelumnya. RH perbulan untuk setiap jenis barang/jasa digunakan untuk memperoleh Nilai Konsumsi (NK) perbulan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

100

.

) 1 (n ij nij nij

P

P

RH

Dimana :

RH nij = Relatif harga bulan ke-n untuk jenis barang i dengan kualitas j Pnij = Harga bulan ke-n untuk jenis barang i dengan kualitas j

P(n-1)ij = Harga bulan sebelumnya (n-1) untuk jenis barang i dengan kualitas j

(6)

Nilai Konsumsi (NK) adalah nilai-nilai yang dikeluarkan oleh rumah tangga untuk memperoleh suatu komoditas untuk konsumsi. Nilai konsumsi merupakan perkalian harga suatu komoditas dengan kuantitas yang dikonsumsi pada periode dasar. Ada dua macam nilai konsumsi yaitu nilai konsumsi pada periode dasar dan nilai konsumsi pada periode berjalan. Nilai Konsumsi dihitung dengan rumus :

100

.

) 1 (n i ni ni

RH

NK

NK

 Dengan :

NKij = Nilai konsumsi bulan ke-n, jenis barang i NK(n-1)i = Nilai konsumsi sebelumnya (n-1), jenis barang i RHni = Relatif Harga bulan ke-n, jenis barang i

c) Indeks Laspeyres yang Dimodifikasi

Formula yang digunakan untuk menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) di Indonesia adalah Indeks Laspeyres yang telah dimodifikasi. Adapun formula Indeks Laspeyres yang telah dimodifikasi adalah sebagai berikut :

I

L

=

    k i i i i i n k i n ni Q P Q P P P 1 0 0 0 ) 1 ( 1 ( 1) . . .

. 100

Dengan : IL = Indeks harga konsumen bulan/tahun ke n Pni = Harga jenis barang i bulan/tahun ke n P(n-1)i = Harga jenis barang i bulan/tahun ke (n-1)

P(n-1)i.Qoi = Nilai konsumsi jenis barang i pada bulan/tahun ke (n-1) Poi.Qoi = Nilai konsumsi jenis barang i pada tahun dasar

k = Banyaknya jenis barang paket komoditas dalam sub kelompok

(7)

Indeks Harga Paasche (Hermann Paasche) berbanding terbalik dengan formula Laspeyres, formula Paasche menggunakan nilai terakhir atau tahun berjalan pada tiap periode tertentu tersebut dan bukan tahun dasar sebagai bobot untuk menjadi bobot pada perhitungan. Formula Paasche lebih berupa rataan harmonik yang relatif dengan perubahan nilai suatu komoditi di tiap periodenya. Berikut rumus atau formula untuk menghitung indeks harga dengan menggunakan metode Paasche

I

P

=

.100 . . 0

ni i ni ni Q P Q P

Dengan : IP = Indeks Paasche

Pni = Harga jenis barang i bulan ke n P0i = Harga jenis barang i pada tahun dasar

Qni = Banyaknya jenis barang i paket komoditas dalam sub kelompok sebagai pembobot (W)

Dari rumus diatas terdapat rumus utama yaitu perkalian antara indeks pertumbuhan harga dengan bobot dari tiap komoditi pada periode tertentu dan tidak terdapat periode dasar yang menjadi acuan. Dengan formula Paasche nilai indeks harga yang dihasilkan akan lebih detail mengikuti pertumbuhan nilai yang dibobotkan tersebut, sehingga gejolak kenaikan atau penurunan angka indeks harga akan lebih terlihat mengikuti perkembangan nilai total dari komoditi tersebut.

2.4 TAHUN DASAR DALAM PENGHITUNGAN ANGKA INDEKS

Di dalam pembuatan angka indeks pada suatu waktu tertentu (minggu tertentu, bulan tertentu, triwulan tertentu, tahun tertentu), harus ditentukan terlebih dahulu waktu dasar (base period) yaitu waktu dimana suatu kegiatan akan dipergunakan sebagai dasar perbandingan (J. Supranto, 1990). Waktu dasar dapat berupa suatu waktu tertentu (at a point of time), misalnya bulan Oktober 1996, tahun 1996, tahun 2002, atau berupa suatu jangka waktu atau periode tertentu.

(8)

Apabila kita hanya membandingkan suatu kegiatan dari 2 waktu saja (2 bulan, 2 tahun misalnya), maka hal ini tidak sukar, sebab tinggal memilih satu di antara dua, misalnya untuk indeks harga 9 bahan pokok pada bulan Agustus 2009 dengan waktu dasar Juli 2009, atau produksi padi tahun 2009 dengan waktu dasar 2008, hal ini dinamakan Binary Comparison (J. Supranto, 1990). Akan tetapi dalam prakteknya kita harus membuat angka indeks dari data berkala selama 10 tahun atau lebih, katakanlah antara 1995-2010, dan lain sebagainya. Untuk ini kita harus memilih satu waktu tertentu.

Ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan dalam menentukan atau memilih waktu dasar tersebut :

1. Waktu seyogyanya menunjukkan keadaan perekonomian yang stabil, dimana harga tidak berubah dengan cepat sekali. Di dalam keadaan inflasi orang biasanya istilah kenaikan harga tetapi pergantian harga, mengingat kenaikan itu tidak wajar, sering melebihi 100%. Antara tahun 2000-2009, angka indeks Badan Pusat Statistik didasarkan pada tahun 2002 sebagai waktu dasar, mengingat keadaan perekonomian selama periode tersebut relatif stabil.

2. Waktu jangan terlalu jauh dibelakang, kalau bisa usahakan paling lama 10 tahun

atau lebih baik kurang dari 5 tahun. Khususnya untuk indeks tertimbang, dimana timbangannya terdiri dari beberapa barang, seperti indeks biaya hidup. Timbangan yang dipergunakan untuk membuat indeks biaya hidup, merupakan suatu hasil penelitian biaya hidup (cost of living survey). Di dalam penelitian itu ditanyakan sejumlah barang atau komoditi (basket of commodities) yang dikonsumsi oleh golongan masyarakat tertentu (misalnya pendapatannya rendah). Komoditi meliputi barang dan jasa yang harus dibeli untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi anggota rumah tangga. Komoditi-komoditi tersebut pada umumnya dikelompokkan menjadi 7 kelompok yaitu bahan makanan; makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; sandang; kesehatan; pendidikan, rekreasi dan olah raga; transport komunikasi dan jasa keuangan. Kalau waktu dasarnya terlalu lama, maka barang dan jasa yang dahulunya dikonsumsi sudah tidak ada lagi di pasaran (sudah tidak diproduksi) atau kemungkinan ada barang dan jasa yang dahulunya belum dikonsumsi. Ingat

(9)

bahwa dengan kemajuan teknologi dapat diciptakan barang-barang baru dan di samping itu selera masyarakat juga berubah dengan cepat, selalu mengikuti mode (pakaian, hiburan dan lain sebagainya). Itulah sebabnya waktu dasar harus up to

date (mutakhir), tidak boleh terlalu jauh di belakang.

3. Waktu di mana terjadi perisiwa penting, misalnya saja jika suatu perusahaan

dalam membuat indeks produksi atau hasil penjualan menggunakan waktu dasar pada saat direktur produksi/pemasaran yang baru diangkat. Dengan demikian dapat diketahui apakah dengan penggantian pimpinan yang baru itu terjadi perbaikan-perbaikan (kenaikan produksi dan penjualan) yang tercermin dengan angka indeks yang selalu lebih besar dari 100% serta meningkat terus. Peristiwa penting lainnya adalah dilaksanakannya kebijakan baru dalam perekonomian, dalam pemasaran dan lain sebagainya. Kalau harus berpegang pada kestabilan (keadaan perekonomian yang normal), mungkin sulit sekali mencari waktu dasar, akan tetapi sangat mudah untuk menentukan waktu di mana terjadi peristiwa penting.

4. Waktu dimana tersedia data untuk keperluan timbangan. Hal ini biasanya juga

tergantung kepada tersedianya biaya untuk melakukan penelitian (pengumpulan data).

Pada suatu ketika apabila waktu dasar dari suatu angka indeks dianggap sudah

out of date, karena sudah terlalu lama atau terlalu jauh ketinggalan, maka perlu

diadakan pergeseran waktu dasar (shifting the base period). Ada tiga cara untuk melakukan pergeseran itu, yaitu sebgai berikut :

1. Apabila data asli masih tersedia, maka angka pada waktu atau tahun tertentu yang akan dipakai sebagai tahun dasar yang baru itu diberi nilai 100%. Sedangkan angka-angka lainnya dibagi dengan angka dari waktu tersebut, kemudian dikalikan dengan 100%

2. Dibuat berdasarkan indeks yang lama. Indeks pada tahun yang akan dipilih sebagai waktu dasar diberi nilai 100%, kemudian indeks pada tahun-tahun lainnya dibagi dengan indeks dari tahun dasar baru, dan mengalikannya dengan 100%. Cara ini sering digunakan kalau data aslinya sudah tidak ada lagi. Sebaiknya cara

(10)

ini dipergunakan kalau angka indeks memenuhi pengujian sirkuler (circular test), atau kalau terpaksa harus menggeser waktu dasar tetapi data aslinya sudah tidak ada lagi, seperti telah diuraikan di atas.

3. Harus dilakukan suatu penelitian baru, untuk membuat timbangan bagi indeks tertimbang, seperti angka indeks biaya hidup. Penelitian harus dilakukan pada waktu atau tahun dasar yang baru, misalnya Badan Pusat Statistik melakukan Survei Biaya Hidup (SBH) pada tahun 2007 untuk membuat timbangan bagi angka indeks biaya hidup yang baru, dengan waktu dasar 2007 sebagai pengganti indeks biaya hidup yang lama.

2.5 INFLASI

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang. Harga barang yang ada mengalami kenaikan nilai dari waktu-waktu sebelumnya dan berlaku di mana-mana dan dalam rentang waktu yang cukup lama. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.

2.5.1 Penyebab Inflasi

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan atau desakan biaya produksi. Inflasi tarikan permintaan terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu

(11)

kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment.

Inflasi desakan biaya terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik. Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal,yaitu kenaikan harga,misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji,misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang. dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi adalah sebagai berikut:

1. Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa

2. Tuntutan kenaikan upah dari pekerja. 3. Kenaikan harga barang impor

4. Penambahan penawaran uang dengan cara mencetak uang baru

5. Kekacauan politik dan ekonomi seperti yang pernah terjadi di Indonesia tahun 1998. akibatnya angka inflasi mencapai 70%.

2.5.2 Dampak Sosial Dari Inflasi

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan

investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990,

(12)

-atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.

Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.

Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.

Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).

Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan gangguan pada stabilitas ekonomi di mana para pelaku ekonomi enggan untuk melakukan spekulasi dalam perekonomian berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan akibat menurunnya daya beli masyarakat secara

(13)

umum akibat harga-harga yang naik. Selain itu distribusi pendapatan pun semakin buruk akibat tidak semua orang dapat menyesuaikan diri dengan inflasi yang terjadi.

2.5.3 Penghitungan Inflasi

Untuk memperoleh persentase (%) perubahan laju inflasi setiap bulan, dengan mengurangkan indeks Harga Konsumen (IHK sub kelompok/kelompok/umum) suatu bulan dengan bulan indeks (IHK sub kelompok/kelompok/umum) bulan sebelumnya dikalikan 100 atau indeks Harga Konsumen (IHK sub kelompok/kelompok/umum) suatu bulan dibandingkan dengan indeks harga konsumen (IHK sub kelompok/kelompok/umum) bulan sebelumnya, hasilnya dikurangi dengan 1 dan dikalikan 100. atau dapat dijabarkan dengan rumus sebagai berikut :

L(I)

n

=

.100% ) 1 ( ) 1 (    n n n I I I

Atau

L(I)

n

=

( 1).100% ) 1 (   n n I I

Dengan : L(I)n = Laju inflasi bulan/tahun ke n In = Indeks bulan/tahun ke n I(n-1) = Indeks bulan/tahun (n-1)

2.5.4 Tujuan dan Kegunaan Penghitungan Inflasi

Data statistik harga-harga pada umumnya dan data statistik harga konsumen pada khususnya terutama yang telah disusun dalam bentuk indeks dapat digunakan sebagai indikator atas terjadinya perubahan harga. Selain itu dapat digunakan sebagai alat untuk melihat seberapa besar tingkat kestabilan harga yang terjadi di suatu negara/daerah. Hal ini menjadi wajar apabila pemerintah baik pusat maupun daerah dan konsumen data lainnya akan selalu memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi atas harga-harga konsumen dan indeksnya.

(14)

Adapun secara garis besarnya kegunaan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sebagai petunjuk dalam penyusunan kebijaksanaan ekonomi secara umum oleh pemerintah, yaitu dalam merumuskan kebijaksanaan pengambilan keputusan dan penetapan peraturan yang menyangkut harga, tarip, subsidi, rencana produksi/pengadaan barang dan lain sebagainya.

2. Digunakan untuk indeksasi upah dan tunjangan gaji pegawai (wage indexation).

3. Digunakan untuk penyesuaian upah buruh oleh pimpinan perusahaan, karena dengan tersedianya data tersebut merupakan bantuan yang besar dalam penetapan atau penyesuaian upah yang riil, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.

4. Untuk beberapa analisa ekonometri seperti : analisa pasar, analisa penjualan atas barang-barang konsumen dan lain-lain.

5. Sebagai indikator maka indeks harga ini juga dipakai untuk mengambil keputusan dalam kebijaksanaan fiskal dan moneter, penyesuaian nilai kontrak (contractual

payment), dan ekskalasi nilai proyek (project escalation), penentuan target inflasi

(inflation targeting), dan indeksasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (budgeting indexation).

6. Digunakan sebagai proxi perubahan biaya hidup (proxy of cost of living).

7. Digunakan sebagai indikator dini tingkat bunga, valuta asing(valas), dan indeks harga saham.

Referensi

Dokumen terkait

1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pelaksanaan kegiatan K3 tidak hanya ditujukan pada tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja agar terjamin

&ejarah Melayu' &atu (ajian ari Aspek )ensejarahan  %udaya.  $ebat' Malaysian $ournal o istory, )olitics and &trategic &tudies, /. &ejarah Melayu,

etika-etika profesional lain yang perlu dipahami dan diikuti, dengan kemampuan intelektualnya, seorang engineer akan dapat menemukan etika- etika tsb selama mengembangkan

(2) Perpindahan karier diagonal JF Ahli Utama ke dalam JPT Madya dan JPT Utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf d dilaksanakan melalui promosi secara

Based on the formulation of the problem above, the objective of this research is: To know the influence of using Crossword Puzzle on student s’ reading comprehension in

Untuk Pengguna Lulusan, KEMENRISTEKDIKTI, dan calon mahasiswa, yang membutuhkan penguatan dalam hal kerjasama, kualitas SDM serta pendanaan, program kami adalah perluasan

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya (Sugiono, 2012:

Memahami konsep-konsep umum Proses, Fungsi, & Manajemen organisasi & bisnis (termasuk perilaku.. ITS Curru culu m : 2014 -2019 3 organisasi, model bisnis,