• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH HARI PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI TANAMAN KARET

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH HARI PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI TANAMAN KARET"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH HARI PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI TANAMAN KARET

(Hevea

Brasiliensis Muel Arg)

KLON PB 260 DI KEBUN PETANI DESA KRAMAT GAJAH

TUGAS AKHIR

NAWI NAPOSO HARAHAP 0901629

PROGRAM STUDI BUDI DAYA PERKEBUNAN

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN AGROBISNIS PERKEBUNAN

MEDAN

2013

(2)

PENGARUH HARI PENYIMPANAN ENTRES TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI TANAMAN KARET

(Hevea Brasiliensis Muel Arg)

KLON PB 260 DI KEBUN PETANI DESA KRAMAT GAJAH

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Sain Terapan Diploma IV Pada Program studi Budidaya Perkebunan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian

Agrobisnis Perkebunan

NAWI NAPOSO HARAHAP 0901629

PROGRAM STUDI BUDI DAYA PERKEBUNAN

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN AGROBISNIS PERKEBUNAN

MEDAN

2013

(3)

Judul Tugas Akhir : PENGARUH HARI PENYIMPANAN ENTRES

TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI

TANAMAN KARET (Hevea Brasiliensis Muel Arg) KLON PB 260 DI KEBUN PETANI DESA KRAMAT GAJAH

Nama : NAWI NAPOSO HARAHAP

Nim : 0901629

Program Studi : BUDIDAYA PERKEBUNAN

Menyetujui,

Ir. P.Sembiring Pembimbing

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ketua STIPAP

Ir. Mardiana Wahyuni, MP Ir. Sukirso, MS

(4)

TIM PENGUJI TUGAS AKHIR

PEMBIMBING : 1. Ir.P. Sembiring PENGUJI : 1.Hardi Wijaya

: 2.Saroha Manurung SST

Telah diuji pada tangal : 28 Agustus 2013

(5)

i

RINGKASAN

NAWI NAPOSO HARAHAP. “Pengaruh Hari Penyimpanan Entres Terhadap Keberhasilan Okulasi Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muel Arg) Klon PB 260 di Kebun Petani Desa Kramat Gajah. Dibimbing oleh Bapak Ir. P, Sembiring.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hari penyimpanan entres terhadap keberhasilan okulasi tanaman karet.

Hipotesis Lama hari penyimpanan entres berpengaruh posotif terhadap keberhasilan okulasi tanaman karet.

Perlakuan entres disimpan dalam debok pisang selama 4 hari, sementara untuk hari pertama langsung di okulasi. Dari mulai hari ke 2 hingga ke 4 entres juga di okulasi tiap harinya. Kemudian diamati setelah 21 hari pengokulasian.

Hasilnya pengokulasian hari pertama hingga ke 3 begitu maksimal, sementara hari ke 4 dan 5 kurang begitu maksimal hasilnya.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Nawi Naposo Harahap lahir pada tanggal 27 juli 1991 di Kotapinang, ayahanda Asri Pudun Harahap dan ibunda Hanna Hayani Nasution, Anak pertama dari 4 bersaudara.

Tamat pendidikan sekolah dasar pada tahun 2003 dari SD 114618 Kotapinang, kemudian melanjutkan pendidikan di sekolah menengah pertama di MTs Islamiyah Kotapinang, dan tamat pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan di sekolah menengah atas di SMAN 1 Kotapinang dan tamat pada tahun 2009.

Pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agribisnis Perkebunan ( STIP-AP ) Medan dengan mengikuti beberapa ujian tes. Dalam masa pendidikan di STIP-AP penulis telah mengikuti Praktek Kerja Lapangan 1 di kebun Pulau Mandi afdeling 1 PTPN III dan Praktek Kerja Lapangan II di kebun Ajamu afdeling II PT.HPP, dan juga Pengabdian Masyarakat di desa bunga- bunga STM Hulu Kab.Deli Serdang.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Tugas Akhir ini berjudul Pengaruh Hari Penyimpanan Entres Terhadap Keberhasilan Okulasi Tanaman Karet Klon PB 260 di kebun petani desa kramat gajah, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agribisnis Perkebunan Medan.

Berkaitan dengan penyelesaian tugas akhir ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Sukirso selaku ketua STIP-AP

2. Ir. Mardiana Wahyuni, MP selaku Ketua Program Studi Budidaya Perkebunan

3. Bapak Ir. P sembiring selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran, arahan, dan bimbingan kepada penulis mulai dari awal hingga penyelesaian Tugas Akhir ini.

4. Teristimewa kepada Ayahanda Asri Pudun Harahap dan Ibunda Hanna Hayani Nst atas doa, restu, cinta kasih, dukungan materil dan moril yang telah diberikan selama ini kepada penulis.

5. Adinda Khoiriah Harahap, Adinda Siti nurhasanah Nst, Ade Tika Sari Harahap, Anggita Amanda Harahap dan seluruh keluarga penulis atas semangat yang selalu diberikan kepada penulis.

(8)

6. Ucapan senada penulis sampaikan kepada Prananda Ryanza, Tri Mahendra, Pery ardiansyah, Victor ketaren, Setiawan ginting, dan Wahyudi yang turut membantu penulis dalam pelaksanaan segala aktivitas penulis, serta kepada rekan-rekan STIP-AP angkatan BDP B 2009.

Penulis menyadari Tugas Akhir ini belum sempurna. Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua khususnya dalam upaya menghasilkan bahan tanam karet yang baik.

Medan, September 2013

Penulis

(9)

v DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP . ... ii

KATA PENGANTAR ... ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN . ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 2

C. Hipotesis ... 2

D. Tujuan Penelitian ... 2

E. Manfaat Penelitian ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. Morfologi Tanaman Karet... 3

B. Syarat Tumbuh Tanaman Karet ... 6

C. Klon – Klon Unggulan Yang Disarankan Untuk Kebun Entres ... 7

D. Okulasi ... 8

E. Persyaratan Okulasi ... 14

F. Pelaksanaan Okulasi ... 14

(10)

III. METODOLOGI ... 17

A. Tempat dan Waktu Penelitian. ... 17

B. Bahan dan Alat ... 17

C. Metode Penelitian... 17

D. Rancangan Penelitian. ... 18

E. Aplikasi ... 18

F. Pengamatan ... 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

A. Lokasi Penelitian ... 19

B. Perlakuan H0 ... 19

C. Perlakuan H1 ... 20

D. Perlakuan H2 ... 21

E. Perlakuan H3 ... 22

F. Perlakuan H4 ... 23

G. Hari Mulai Terlihat Hiudup dan Matinya Okulasi ... 24

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

A. Kesimpulan ... 27

B. Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28

LAMPIRAN ... 29

(11)

vii

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Hari Mulai Terlihat Hidup Dan Matinya Okulasi ... 24

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1. Batang Bawah Untuk Okulasi . ... 9

2. Batang Atas Untuk Okulasi ... 10

3. Batang Entres Yang Dicelup Kedalam Lilin ... 12

4. Batang Entres Disimpan Dalam Debok Pisang ... 12

5. Perlakuan H0 ... 19

6. Perlakuan H1 ... 20

7. Perlakuan H2 ... 21

8. Perlakuan H3 ... 22

9. Perlakuan H4 ... 23

10. Grafik Hidup dan Matinya Okulasi ... 25

11. Okulasi Mati . ... 26

12. Okulasi Hidup . ... 26

(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Tabel tanggal kegiatan pelaksanaan penelitian ... 29

(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas didunia, meskipun tanaman karet sendiri baru di introduksi pada tahun 1864. Dalam kurun waktu sekitar 150 tahun sejak dikembangkan pertama kalinya, luas perkebunan karet di Indonesia telah mencapai 3.262.291 hektar. (Setiawan dan Agus, 2008)

Perkebunan-perkebunan karet banyak tersebar diberbagai propinsi di Indonesia. Perkebunan karet yang besar banyak diusahakan oleh pemerintah serta swasta, sedangkan perkebunan-perkebunan karet dalam sekala kecil dimiliki oleh rakyat. Namun, jumlah perkebunan karet rakyat ini bila dihimpun akan menghasilkan jumlah yang besar. Dengan demikian, perkebunan rakyat mempunyai peranan yang cukup menentukan bagi dunia perkaretan nasional.

Agar tanaman karet dapat menghasilkan produktivitas yang di inginkan maka sudah seharusnya sejak saat ini para petani karet Indonesia berbenah diri.

Teknik budidaya, perawatan tanaman, pengolahan panen, harus ditingkatkan sehingga produksi dan kualitasnya meningkat. (Setiawan dan Agus, 2008)

Dalam pelaksanaan program peremajaan ataupun penanaman areal baru dianjurkan menggunakan bibit okulasi. Bibit okulasi ini merupakan satu-satunya cara pengembangbiakan tanaman secara vegetatif pada tanaman karet.

Budidaya tanaman karet mulai dari awal pembibitan hingga penanaman ke areal kebun perlu diperhatikan seperti penyediaan batang atas dan batang bawah untuk diokulasi agar dapat memenuhi kebutuhan yang diingikan. Dalam hal tersebut waktu dalam pelaksanaanya dapat dilakukan semaksimal mungkin agar

(15)

2

mendapatkan tanaman yang sesuai dengan yang diinginkan. (Lasminingsih, 2012)

B. Perumusan Masalah

Upaya memenuhi kebutuhan entres tanaman karet yang akan diokulasi.

Entres yang telah diambil dari kebun entres agar dapat digunakan untuk pengiriman entres ke daerah yang wilayahnya jauh, hingga sampai berhari-hari entres disimpan untuk pengiriman. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh penyimpanan entres terhadap kesuksesan okulasi tanaman karet.

C. Hipotesis

Lama hari penyimpanan entres berpengaruh posotif terhadap keberhasilan okulasi tanaman karet.

D. Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh penyimpanan entres terhadap keberhasilan okulasi tanaman karet.

E. Kegunaan Penelitian

Hasil dari Tugas Akhir ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai suatu rekomendasi dalam upaya mempersiapkan entres dalam okulasi karet yang baik.

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Morfologi Tanaman Karet 1. Akar

Tanaman karet memiliki sistem perakaran tunggang dan perakaran serabut. Akar tunggang tanaman karet menembus ke dalam tanah menuju pusat bumi cukup dalam dan kokoh. Oleh karena itu, tanaman karet sangat tahan terhadap kekeringan dan tanaman tidak mudah roboh. Sedangkan akar serabutnya tumbuh menyebar secara horizontal yang cukup dalam. (Ali, 2007)

2. Batang

Batang tanaman karet merupakan batang sejati. Batang tanaman karet berkayu, memiliki cabang-cabang atau ranting. Tanaman karet dapat tumbuh mencapai 28 m atau lebih. Cabang-cabang batang tumbuh menyudut dan beranting banyak dengan daun-daun cukup lebat. Batang tanaman berukuran besar dengan lingkar batang dapat mencapai 120 cm.

Kulit batang tanaman karet menempel kuat pada kayunya, berwarna coklat sampai coklat tua, tergantung pada klonnya, dan cukup tebal. Pertumbuhan batang lurus sampai jagur. Bentuk batang silindris, pipih lurus, pipih spiral, dan ketegakan batang tegak, lurus, bengkok, dan lengkung, tergantung pada klonnya.

(Ali, 2007)

(17)

4 3. Daun

Daun merupakan satu organ tumbuhan yang penting, daun biasanya tipis, melebar, kaya akan suatu zat warna hijau yang dinamakan Klorofil, oleh karena itu dau berwarna hijau. Fungsi utama daun ialah menjalankan sintesis senyawa- senyawa organik dengan menggunakan cahaya sebagai sumber energi yang diperlukan, suatu proses yang dikenal dengan Fotosintesis. Proses pengubahan energi berlangsung dalam organel sel khusus yang disebut khloroplas. Tempat penyimpanan pigmen klorofil.

Fungsi daun lainnya adalah:

a) Pengolahan zat-zat makanan (asimilasi) b) Pengambilan zat-zat makanan (resorbsi) c) Penguapan air (transpirasi)

d) Pernapasan (respirasi)

Daun karet berwarna hijau, apabila akan gugur berubah warna menjadi warna kuning atau merah, biasanya daun karet mempunyai jadwal gugur daun pada musim kemarau yang disebut wintering. (Ali, 2007)

4. Bunga

Bunga tanaman karet tergolong bunga berumah dua (monoecious) dan berbentuk bunga majemuk. Pada satu tangkai bunga yang berbentuk majemuk tersebut, terdapat bunga betina dan bunga jantan. Penyerbukan bungan dapat terjadi secara penyerbukan sendiri maupun penyerbukan silang. Penyerbukan silang dibantu oleh serangga. Bunga betina hanya mengandung putik (pistillum) saja yang merupakan alat kelamin betina yang mempunyai bakal buah (ovarium)

(18)

yang berisi bakal biji (ovulum) dan sel telur (ovum). Bunga jantan hanya mengandung benang sari (stamen) saja, yang merupakan alat kelamin jantan yang menghasilkan serbuk sari (pollen) yang mengandung inti sperma untuk penyerbukan. Putik yang telah diserbuki benang sari, akan tumbuh menjadi buah dan bakal biji akan menjadi biji. (Ali, 2007)

5. Buah

Buah karet memilki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya 3 sampai 6 ruang. Garis tengah buah berukuran 3-5 cm, bila buah sudah masak maka akan pecah dengan sendirinya. Pemecahan terjadi dengan kuat menurut ruang-ruangnya, biji yang terlontar kadang terlempar sampai jauh. (Ali, 2007)

6. Biji

Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah, jumlah biji biasanya 3 sampai 6 sesuai dengan ruangnya. Ukuran biji besar dengan berat sekitar 3,5 sampai 6 gr, bidang pada permukaan perut sedikit agak rata dengan lapisan pelindung biji/testa keras dan berkilat, warna coklat kehitaman dengan bercak berpola yang khas pada bagian punggung, tiap klon biji karet mempunyai corak/pola “batik” yang berbeda sehingga menjadi alat untuk mengidentifikasi setiap klon. (Ali, 2007)

(19)

6 B. Syarat Tumbuh Tanaman Karet 1. Iklim

Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat.

2. Curah hujan

Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2500 mm sampai 4000 mm/tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100 sd 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang. (Bayu, 2010) 3. Tinggi tempat

Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 250C sampai 350C.

4. Angin

Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet.

5. Tanah

Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya.

(20)

Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimanya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetap sifat fisikanya terutama draeinase dan aerasenya kurang baik.

Reaksi tanah berkisar antara pH 3,5 – 6 pH. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umunya antara lain:

1. Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas 2. Aerase dan drainase baik

3. Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air 4. Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir dan 35% debu 5. Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm

6. Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro 7. Reaksi tanah dengan pH 4,5 – pH 6,5

8. Kemiringan tanah < 16% dan 9. Permukaan air tanah < 100 cm.

C. Klon-klon Unggulan Yang Disarankan Untuk Kebun Entres

Berdasarkan hasil rumusan Lokakarya Nasional Pemuliaan karet, yang diselenggarakan pada tanggal 22-23 Nopember 2005 di Medan, telah disusun daftar Klon Karet Anjuran priode 2006-2010 sebagai berikut :

1. Klon penghasil lateks : BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217 dan PB 260

(21)

8

2. Klon penghasil lateks- kayu : BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR32, IRR 39, IRR 42, IRR 112 dan IRR 118 3. Klon penghasil kayu : IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78

(Sumarmadji,2006) D. Okulasi

Dalam pelaksaan program peremajaan ataupun penanaman areal baru dianjurkan menggunakan bibit okulasi. Bibit okulasi ini merupakan satu-satunya cara pengembangbiakan tanaman secara vegetatif pada tanaman karet.

Okulasi merupakan penempelan mata tunas dari tanaman batang atas ketanaman batang bawah yang keduanya bersifat unggul. Dengan cara ini akan terjadi penggabungan sifat-sifat baik dari dua tanaman dalam waktu yang relatif pendek dan memperlihatkan pertumbuhan yang seragam. Tujuan utama membuat bibit okulasi adalah agar produksi bisa lebih tinggi.

Menurut sejarahnya, pertama kali okulasi berhasil dibuat di perkebunan Pasir Waringin pada tahun 1913, di tempat ini terdapat pohon hasil okulasi tertua yang ditanam tahun 1916. Pohon-pohon yang ditaman itu hingga kini masih tetap disadap dan berproduksi normal dengan keadaan pemulihan kulit yang normal pula.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam okulasi 1. Batang bawah

Okulasi adalah cara menghidupkan salah satu bagian dari pohon induksinya, yaitu mata tunas. Mata tunas yang sudah dipisahkan dari induknya

(22)

tidak akan dapat hidup tanpa alat atau bahan yang menghidupkannya. Alat atau bahan penghidup mata tunas ini disebut batang bawah.

Syarat batang bawah yang baik :

a) Sistem perakaran yang kuat dan baik.

b) Mempunyai daya gabung yang bagus dengan beberapa klon.

c) Cepat tumbuh.

Biji yang digunakan hendaknya berupa biji karet yang minimal salah satu induknya diketahui atau lebih baik lagi kalau kedua induknya diketahui.

Biji yang dianjurkan yaitu :

a) PB 260, AVROS 2037, RRIC 100, PB 330, PB 340 dan masih banyak yang lainnya (Nurhawaty, 2006)

Bibit yang sudah dapat di okulasi, batang yang sudah berwarna coklat dan diameternya > 1 cm

Gambar 1. Batang Bawah Untuk Okulasi

(23)

10 3. Batang Atas

Berbeda dengan batang bawah yang harus dari biji, batang atas diambil dari kebun entres. Tanaman batang atas harus diketahui klonnya untuk mempermudah menetukan hasil dari okulasi. Dari batang atas inilah akan dihasilkan sadapan yang baik.

Gambar 2. Batang Atas Untuk Okulasi 4. Kebun Entres

Kebun entres disebut juga dengan kebun kayu okulasi. Kebun entres adalah merupakan kebun penghasil mata tunas yang akan digunakan sebagai batang atas dalam perbanyakan tanaman karet secara okulasi. Di kebun entres ditanam klon-klon unggul karet anjuran komersial maupun klon harapan.

Untuk mengadakan pemuliaan klon tanaman karet, setiap kebun harus memiliki kebun entres sendiri. Bahan klon dapat diambil dari kebun seinduk dengan klon terpilih atau dari balai penelitian. (Bolot, 2010)

(24)

Areal kebun entres harus memenuhi syarat : a) Tanahnya subur, rata atau sedikit miring

b) Dekat sumber air, bebas dari cendawan akar putih (JAP) c) Dibuat khusus untuk kebun entres.

Untuk menghasilkan kayu okulasi coklat jarak tanam entresnya (100 x 100) cm setiap bedengan terdiri atas lima baris dan setiap baris terdiri dari

20 batang. Bila akan dihasilkan kayu okulasi hijau, jarak tanamannya (100x50)cm, tiap bedengan terdiri dari 20 batang. Diantara bedengan dibuatkan jalan selebar 150 cm termasuk parit.

Satu tanaman berumur satu tahun akan menghasilkan beberapa kayu entres dengan 10-15 mata tunas terpakai. Untuk tanaman yang sudah dua kali dipotong sebanyak 6-8 tajuk hijau, Maka masing-masing tajuk akan menghasilkan 3-4 mata tunas atau sekitar 20 mata tunas terpakai. Okulasi yang bisa diperoleh rata-rata 80%.

Untuk entres yang berwarna coklat, penanganan entres setelah dipotong sangat penting diperhatikan. Tujuannya adalah agar entres tidak layu, okulasinya masih segar. Segera setelah entres dipotong, ujungnya dicelup sekejap pada lilin cair. Lilin cair diperoleh dengan cara memanaskan lilin batangan. Pencelupan ujung entres tidak boleh terlalu lama karena dapat merusak jaringan akibat panas.

Sesudah dililin kemudian di bungkus dengan debok pisang. (Siagian, 2006)

(25)

12

Gambar 3. Batang Entres Yang Dicelup Kedalam Lilin

Gambar 4. Batang Entres Disimpan Dalam Debok Pisang

(26)

5. Mata Tunas

Mata tunas terdapat pada kulit, semakin muda bagian entres, semakin tampak mata tunasnya. Ada tiga jenis mata tunas yang tampak pada tanaman karet: mata daun, mata sisik, dan mata bunga. Mata daun dan mata sisik dapat dipakai untuk okulasi, sedangkan mata bunga tidak bisa digunakan. Hal ini disebabkan karena mata daun dan mata sisik bisa menghasilkan cabang baru yang akhirnya akan digunakan sebagai kayu okulasi, sedangkan mata bunga hanya akan menghasilkan bunga dan akhirnya gugur setelah beberapa waktu. Tanda dari mata daun dan mata sisik adalah letak matanya jauh dari bekas kaki daun yang telah gugur. Untuk mata bunga ditandai dengan letaknya yang berdekatan dengan bekas kaki daun dan banyak terdapat didahan. Kayu okulasi yang baik biasanya terdapat 20-25 mata tunas setiap meternya.

6. Perisai dan Jiwa

Perisai adalah bagian kayu okulasi yang diiris dan akan ditempelkan pada batang bawah. Pada perisai ini terdapat mata tunas sehingga perisai terdiri dari mata tunas bersama sedikit kulit. Sedangkan jiwa merupakan sebuah bintil yang terdapat disebelah dalam kulit dan merupakan inti dari mata tunas. Jika jiwa ini rusak atau terkena kotoran, maka okulasi tidak akan berhasil.

Pemotongan dilakukan agak dalam pada kayu okulasi agar kayu ikut teriris, Hal ini dimaksudkan agar jiwa tidak rusak terkena pisau. Potongan kayu yang teriris kemudian dikeluarkan secara perlahan karena tidak akan ikut ditempelkan pada batang bawah. (Bolot,2010)

(27)

14 E. Persyaratan Okulasi

Setelah batang atas dan batang bawah siap, kegiatan okulasi bisa segera dilaksanakan. Beberapa prinsip dasar yang harus dimengerti agar kegiatan okulasi berhasil sebagai berikut :

1. Kedua lapisan kambium, yaitu kambium batang bawah dan perisai harus menyatu dan tak boleh teraba jari, terkena kotoran atau keringat, serta terbuka terlalu lama. Ketika keduanya ditempel tidak boleh mengalami geseran sedikitpun.

2. Tidak dianjurkan melakukan okulasi pada batang bawah dalam keadaan basah.

3. Peralatan atau pisau okulasi harus tajam dan bersih.

4. Pekerja yang melaksanakan kegiatan ini juga harus dalam keadaan bersih

5. Pekerja harus teliti dan sabar.

F. Pelaksanaan Okulasi

Berikut ini tahap-tahap okulasi untuk jenis okulasi coklat :

1. Bersihkan batang bawah dari tanah atau kotoran yang menempel. Setelah bersih, buat jendela okulasi berjarak 10 cm dari permukaan tanah.

Sentuhkan ujung pisau okulasi ke kayu dengan arah irisan dari bawah ke atas. Sisi atas jendela diiris miring, sedangkan sisi bawah tidak.

2. Sambil menunggu getah jendela okulasi mengering, ambil mata tunas beserta perisainya dari kayu okulasi. Sertakan sedikit kayu yang menutupi jiwa dan usahakan jiwa tidak sampai rusak dalam kegiatan ini.

(28)

3. Cara memegang perisai adalah dibagian tepinya dan usahakan bagian dalam tidak sampai teraba oleh jari. Jika perisai harus diletakkan di tanah, letakkan dengan punggung dibawah dan bagian dalamnya menghadap keatas. Ratakan bagian tepi perisai, sehingga ukurannya sama dengan jendela okulasi. Potong sisi bawah perisai tegak lurus di bagian yang belum pernah tersentuh jari.

4. Keluarkan lapisan kayu dari perisai dengan cara menahan bagian punggung dengan jari dan pisau menahan bagian dalamnya. Lakukan dengan hati-hati supaya kulit perisai tidak bengkok. Lihatlah jiwanya, jika sudah sudah tidak ada, perisai tidak dapat digunakan.

5. Potong bagian atas perisai dengan kemiringan sama dengan kemiringan bagian atas jendela okulasi.

6. Kulit jendela okulasi yang sudah kering selanjutnya dikupas dengan hati- hati menggunakan ujung pisau, dimulai dari bagian ujung jendela sampai seluruh kulit dijendela terkelupas. Dalam kegiatan ini kulit kambium lapisan luar boleh dipegang, tetapi kulit kambium yang ada di batang bawah jangan sampai tersentuh.

7. Jika perisai dan jendela siap, segera tempelkan perisai ke jendela okulasi, Jika keduanya sudah menempel jangan digeser-geser karena bisa merusak lapisan kambium jendela okulasi dan bakal tunas. Saat penempelan perisai usahakan posisinya benar, yaitu bekas kaki daun dibawah mata tunas, sehingga tunas akan tumbuh keatas. Jika posisinya terbalik, tunas akan tumbuh kebawah dan kemudian membelok keatas.

(29)

16

8. Setelah tertempel, daun jendela okulasi ditutupkan dipunggung perisai dan dibalut menggunakan tali plastik. Saat pembalutan, jendela okulasi ditekan kearah batang sehingga tidak akan bergeser. Arah pembalut dari bawah keatas, kemudian dari atas ke bawah, dan diulangi beberapa kali sampai balutan cukup kuat.

9. 2 atau 3 mingu kemudian balutan dilepaskan menggunakan pisau tajam untuk melihat hasilnya. Toreh perisa dengan ujung pisau. Jika torehan berwarna hijau berarti okulasi berhasil, tetapi jika berwarna coklat berarti okulasi gagal.( Didit dan Heru, 2008)

(30)

III. METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu

Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di desa Keramat Gajah. Mulai melakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013.

B. Bahan dan Alat

Bahan : 1. Batang bawah PB 260 2. Entres klon PB 260 Alat : 1. Pisau Okulasi

2. Plastik okulasi 3. Gunting 4. Kertas

5. Pulpen 6. Kain lap

7. Debok pisang

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisa deskriptif yaitu dengan menganalisa hasil dari okulasi dengan cara menyimpan entres dalam debok pisang.

(31)

18 D. Rancangan Penelitian

Perlakuan yang diberikan adalah penyimpanan batang entres:

H0 : Hari pertama (Langsung di okulasi) H1 : Hari ke 2 (Entres disimpan 1 hari) H2 : Hari ke 3 (Entres disimpan 2 hari) H3 : Hari ke 4 (Entres disimpan 3 hari) H4 : Hari ke 5 (Entres disimpan 4 hari)

E. Aplikasi

Okulasi dilakukan pada batang bawah tanaman karet berumur 6 bulan di ground nursery dengan seketsa :

Pohon okulasi dibuat dalam 5 baris dalam tiap barisnya terdapat 4 pohon, sehingga lebih mudah dalam pengamatannya.

F. Pengamatan

Pengambilan data dilakukan pada setiap tanaman, pengamatan dilaksanakan setelah 21 hari pengokulasian.

Parameter pengamatan yang diamati adalah sebagai berikut :

1. Cara pengamatan dilihat pada pertautan okulasi, plastik okulasi dibuka jika sudah tampak kulitnya mulai berwarna coklat dan mata entres berwarna hijau maka okulasi berhasil.

2. Kemudian jika tampak kulitnya berwarna coklat dan mata entres berwarna coklat maka okulasi gagal.

(32)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kebun Petani Desa Kramat Gajah, Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.

B. Perlakuan H0

Pada perlakuan H0 okulasi dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2013 dan pengamatan keberhasilan dilaksanakan pada tanggal 13 Juni 2013 dengan hasil :

1. Jumlah di okulasi = 20 bibit 2. Berhasil = 18 bibit

3. Gagal = 2 bibit

Gambar pada perlakuan ini adalah sebagai berikut.

Gambar 5. Perlakuan H0

(33)

20

Pada hari pengamatan ke 21, didapatkan okulasi yang hidup 18 bibit, okulasi yang mati sebanyak 2 bibit, yaitu pada baris ke 2 pohon pertama dan baris ke 5 pohon ke 3.

C. Perlakuan H1

Pada perlakuan H1 okulasi dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2013 dan pengamatan keberhasilan dilaksanakan pada tanggal 14 Juni 2013 dengan hasil :

1. Jumlah di okulasi = 20 bibit 2. Berhasil = 17 bibit

3. Gagal = 3 bibit

Gambar pada perlakuan ini adalah sebagai berikut.

Gambar 6. Perlakuan H1

Pada hari pengamatan ke 21, didapatkan okulasi yang hidup 17 bibit, okulasi yang mati 3 bibit, yaitu pada baris ke 2 pohon ke 2, baris ke 3 pohon ke 3, baris ke 5 pohon ke 2.

(34)

D. Perlakuan H2

Pada perlakuan H2 okulasi dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2013 dan pengamatan keberhasilan dilaksanakan pada tanggal 15 Juni 2013 dengan hasil :

1. Jumlah di okulasi = 20 bibit 2. Berhasil = 17 bibit

3. Gagal = 3 bibit

Gambar pada perlakuan ini adalah sebagai berikut.

Gambar 7. Perlakuan H2

Pada hari pengamatan ke 21, didapatkan okulasi yang hidup 17, okulasi yang mati sebanyak 3 bibit, yaitu pada baris pertama pohon ke 2, baris pertama pohon ke 4, baris ke 3 pohon ke 3.

(35)

22 E. Perlakuan H3

Pada perlakuan H3 okulasi dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 2013 dan pengamatan keberhasilan dilaksanakan pada tanggal 16 Juni 2013 dengan hasil :

1. Jumlah di okulasi = 20 bibit 2. Berhasil = 16 bibit

3. Gagal = 4 bibit

Gambar pada perlakuan ini adalah sebagai berikut.

Gambar 8. Perlakuan H3

Pada hari pengamatan ke 21, didapatkan okulasi yang hidup 16, okulasi yang mati sebanyak 4 bibit, yaitu pada baris ke 2 pohon pertama, baris ke 4 pohon ke 3, baris ke 4 pohon ke 4, dan baris ke 5 pohon ke 2.

(36)

F. Perlakuan H4

Pada perlakuan H4 okulasi dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2013 dan pengamatan keberhasilan dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2013 dengan hasil :

1. Jumlah di okulasi = 20 bibit 2. Berhasil = 15 bibit 3. Gagal = 5 bibit

Gambar pada perlakuan ini adalah sebagai berikut.

Gambar 9. Perlakuan H4

Pada hari pengamatan ke 21, didapatkan okulasi yang hidup 15 bibit, okulasi yang mati 5 bibit, yaitu pada baris pertama pohon ke 3, baris ke 2 pohon ke 4, baris ke 3 pohon ke 3, baris ke 3 pohon ke 4, baris ke 5 pohon ke 4.

(37)

24

G. Hari Mulai Terlihat Hidup dan Matinya Okulasi

Dilakukan pengamat setelah 21 hari di okulasi, jadi jarak hari pertama di okulasi sampai kepada pengamatan okulasi 21 hari. Hasil pengamatan terhadap hidup dan matinya okulasi dengan penyimpanan entres disajikan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 1. Hari Mulai Terlihat Hidup Dan Matinya Okulasi Perlakuan Tanggal

Pengamatan

Jumlah Bibit

Diokulasi Berhasil Gagal %

H0 13 Juni 2013 20 18 2 100%

H1 14 Juni 2013 20 17 3 95%

H2 15 Juni 2013 20 17 3 90%

H3 16 Juni 2013 20 16 4 85%

H4 17 Juni 2013 20 15 5 80%

Keterangan : H0= Hari pertama, H1= Hari ke 2, H2= Hari ke 3, H3= Hari 4, H4= Hari ke 5

Berdasarkan dari pengamatan yang dapat dilihat pada tabel 1, semakin lama penyimpanan kayu entres maka hasil dari okulasi kayu entres semakin rendah. Pada hari pertama (H0) dapat dilihat okulasi yang hidup 18 bibit dan yang mati 2, hasil pada hari ke 2 (H1) 17 bibit dan yang mati 3, kemudian pada hari ke 3 (H2) 17 bibit yang hidup dan yang mati 3, pada hari ke 4 (H3) 16 bibit yang hidup dan yang mati 4, dan hari ke 5 (H4) sangat terlihat penurunan dari hasil penyimpanan kayu entres sebanyak 15 bibit yang hidup dan yang mati 5.

(38)

Gambar 10. Grafik hidup dan matinya okulasi

Dari grafik diatas terlihat okulasi yang berhasil lebih tinggi dari pada okulasi yang gagal. Maka pada hari ke 1, 2, 3 dapat digunakan entres yang telah disimpan, karena pada hari tersebut hasil okulasi yang sukses masih bisa maksimal hidupnya. Sementara untuk hari ke 4 dan ke 5 masih bisa dilakukan okulasi tapi hasilnya kurang begitu maksimal.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

1 2 3 4 5

HIDUP MATI

(39)

26

Gambar 11. Okulasi Mati

Gambar 12. Okulasi Hidup

(40)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan :

1. Lama penyimpanan entres berpengaruh terhadap kesuksesan okulasi tanaman karet.

2. Semakin lama entres disimpan maka mata layu, kambium sudah kering, mata susah dilepaskan dari kayu entres.

B. Saran

1. Untuk pengiriman ke lokasi diluar sumatera entres harus disimpan dalam debok pisang agar tidak cepat layu.

2. Pada hari ke 1, 2, 3 dapat digunakan entres yang telah disimpan, karena pada hari tersebut hasil okulasi yang sukses masih bisa maksimal hidupnya. Sementara untuk hari ke4 dan lima masih bisa dilakukan okulasi tapi hasilnya kurang begitu maksimal

(41)

28

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Efi Said. 2007. Botani dan Morfologi Tanaman Karet. STIPAP. Medan.

Anonim. 2008. Panduan Lengkap Tanaman Karet. Penebar Swadaya. Jakarta.

Cahyono, Bambang. 2010. Cara Sukses Berkebun Karet. Pustaka Mina. Jakarta.

Pratomo, Bayu. 2010. Pengaruh Tinggi Titik Penyerongan Terhadap Pertumbuhan Tunas Okulasi Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muel Arg) Di Pembibitan Polibeg. STIPAP. Medan.

Santoso, Bolot. 2010. Konsep Dasar Manajemen Kultur Teknis Tanaman Karet.

Lembaga Pendidikan Perkebunan. Medan.

Setiawan, H Didit dan Andoko Agus. 2008. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet.

Agromedia Pustaka. Jakarta

Setyamidjaja, Djhoehana. 1993. Karet Budidaya dan pengolahan. Kanisius.

Yogyakarta.

Siagian, Nurhawaty. 2006. Pembibitan dan Pengadaan Bahan Tanam Karet Unggul. Balai Penelitian Sungai Putih. Pusat Penelitian Karet. Medan.

Sumarmadji, Lukman dan Junaidi. 2006. Prosiding Lokakarya Nasional Budidaya Tanaman Karet. Balai Penelitian Sungai Putih. Pusat Penelitian Karet.

Lasminingsih Mudji, dkk. 2012. Petunjuk Praktis Pembibitan Karet. Agromedia Pustaka. Jakarta

(42)

Lampiran 1. Tabel tanggal kegiatan pelaksanaan penelitian

Perlakuan Tanggal Mengokulasi Tanggal Membuka Okulasi

H0 23 Mei 2013 13 Juni 2013

H1 24 Mei 2013 14 Juni 2013

H2 25 Mei 2013 15 Juni 2013

H3 26 Mei 2013 16 Juni 2013

H4 27 Mei 2013 17 Juni 2013

Gambar

Gambar 1. Batang Bawah Untuk Okulasi
Gambar 2. Batang Atas Untuk Okulasi  4. Kebun Entres
Gambar 3. Batang Entres Yang Dicelup Kedalam Lilin
Gambar pada perlakuan ini adalah sebagai berikut.
+7

Referensi

Dokumen terkait

2 Dalam undang-undang tersebut hanya disebutkan secara enumeratif kegiatan-kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum, tanpa memberikan batasan yang jelas, sehingga

menurut Sukardi (2013: 138), “Tes merupakan prosedur sistematik di mana individual yang dites direpresentasikan dengan suatu set stimuli jawaban mereka yang

Analisis dilakukan dengan melihat pengaruh opini audit going concern yang diberikan oleh auditor, reputasi auditor, pergantian komisaris yang dilakukan oleh perusahaan,

- Yield Strength (Sy) = 180 MPa - Ultimate Strength (Su) = 300 MPa.. Penjabaran desain frame yang rinci sudah tertulis dengan rapi di 2016 Formula SAE Rule bagian T3. Rule ini

Mengingat ketebatasan waktu, Penelitian ini di batasi pada Penentuan lintasan terpendek dari tempat parkir ke fakultas atau antar fakultas, Penentuan lintasan

Jika pada algoritma SLIQ nilai gini index dihitung dari jumlah rekod pada suatu atribut yang berasosiasi dengan kelas tertentu, maka pada pohon keputusan fuzzy berbasis gini ,

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 67 ayat (3), Pasal 71, dan Pasal 72 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Menurut Gredel (1994) teori belajar sosial yang dikemukakan oleh Bandura menegaskan hal yang sangat penting dalam pembelajaran observasi adalah :