46
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian merupakan tempat untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian. Penelitian akan dilaksanakan di SLB-B YRTRW yang terletak di Jalan Gumunggung, RT 01/II, Gilingan, Banjarsari, Surakarta. Alasan pemilihan sekolah tersebut sebagai tempat penelitian adalah sebagai berikut:
a. Perbendaharaan kata bahasa Inggris anak tunarungu kelas VII di SLB-B YRTRW Surakarta rendah.
b. Media permainan edukatif guess the picture belum pernah diterapkan sebagai media pembelajaran di SLB-B YRTRW Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 dengan menyesuaikan materi yang akan diajarkan. Pelaksanaan penelitian dibagi dalam tiga tahapan, yang meliputi:
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan meliputi pengajuan judul, penyusunan proposal, penyusunan instrumen, perijinan, serta validitas dan reliabilitas instrumen, yang dilaksanakan pada bulan Desember sampai April.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan penelitian yang meliputi pengukuran pretest,
treatment, dan posttest dilakukan bulan April.
c. Tahap Penyelesaian
Pada tahap penyelesain meliputi pengolahan data, penyimpulan, dan penyusunan laporan penelitian yang dilaksankan pada bulan April sampai Mei.
B. Desain Penelitian 1. Pengertian
Arikunto (2013: 90) berpendapat, “Desain (design) penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti, sebagai ancar-ancar kegiatan, yang akan dilaksanakan”. Nurslam dalam Sujarweni (2014: 41) berpendapat bahwa, “Desain Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian”.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa desain penelitian adalah sebuah rencana atau rancangan yang dibuat peneliti dalam melakukan penelitian untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dan berperan sebagai pedoman penelitian.
2. Macam-Macam Desain Penelitian
Pemilihan desain penelitian juga mempertimbangkan pendekatan penelitian yang digunakan menyelesaikan masalah penelitian. McMillan & Schumacher dalam Sukmadinata (2015: 53) berpendapat, “memulai membedakannya antara pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan kuantitatif dibedakan pula antara metode-metode penelitian eksperimental dan noneksperimental. Dalam penelitian kualitatif dibedakan antara kualitatif interaktif dengan noninteraktif”.
Pada penelitian yang akan dilaksanakan menggunakan pendekatan kuantitatif. Musfiqon (2015: 59) menyatakan bahwa, “Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang difokuskan pada kajian fenomena objektif untuk dikaji secara kuantitatif”. Pendapat lain dari Sukmadinata (2015: 53) menyatakan bahwa, “Penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yang menekankan fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif”. Menurut Musfiqon (2015: 60-69) pengelompokan jenis penelitian kuantitatif yaitu:
a. Penelitian ekperimental
Penelitian eksperimental adalah penelitian untuk menguji sebab akibat antarvariabel melalui langkah manipulasi, pengendalian, dan pengamatan.
b. Penelitian noneksperimental 1) Penelitian dekriptif kuantitatif
Penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian untuk
memberikan uraian mengenai gejala, fenomena, atau fakta yang diteliti dengan mendeskripsikan tentang nilai variabel mandiri, tanpa bermakasud menghubungkan atau membandingkan.
2) Penelitian komparatif
Penelitian komparatif adalah penelitian yang membandingkan antara dua variabel atau lebih untuk dicari perbedaan atau kesamaannya.
3) Penelitian korelasional
Penelitian korelasional adalah penelitian untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih dengan mengukur koefisiensi atau signifikansi dengan menggunakan statistik.
4) Penelitian survei
Penelitian survei merupakan penelitian ilmiah, karena dalam proses penelitian menggunakan langkah ilmiah dan mempertimbangkan kaidah ilmiah.
5) Penelitian ekpos fakto
Penelitian ekpos fakto penelitian yang mencari hubungan sebab akibat yang tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan oleh peneliti. Pada penelitian yang akan dilaksanakan menggunakan jenis penelitian eksperimental. Jenis penelitian eksperimen terbagi menjadi empat kelompok desain penelitian. Menurut Sugiyono (2014: 108-115) yaitu:
a. Pre-Experimental Design
Pre-experimental design belum merupakan eksperimen sunguh-sungguh,
karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Berikut tiga bentuk pre-experimental
design yaitu:
1) One-shot Case Studi: suatu kelompok diberi treatment/perlakuan, dan
selanjutnya diobservasi hasilnya.
2) One Group Pretest-Posttest: suatu kelompok diberi pretest sebelum
perlakuan, selanjutnya diberi posttest.
3) Intec-Group Comparasion: suatu kelompok digunakan untuk penelitian,
diberi perlakuan) dan setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).
b. True Experimental Design
True Experimental design (eksperimen yang betul-betul), karena dalam
desain ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Berikut dua bentuk true experimental
design yaitu:
1) Posttest Only Control Design: terdapat dua kelompok yang
masing-masing dipilih secara random. Kelompok pertama untuk eksperimen (diberi perlakuan) dan kelompok yang lain untuk kontrol (yang tidak diberi perlakuan).
2) Pretest-Posttest Control Group Design: terdapat dua kelompok yang
dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui perbedaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
c. Factorial Design
Desain factorial merupakan modifikasi dari true experimental design, yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan (variabel independen) terhadap hasil (variabel dependen).
d. Quasi Experimental Design
Quasi experimental merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol,
tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Berikut dua bentuk quasi experimental design yaitu:
1) Time-Series Design: kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak
dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi
pretest sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui kestabilan
2) Nonquivalent Control Group Design: terdapat dua kelompok yang dipilih
secara tidak random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui perbedaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
3. Desain Penelitian yang Digunakan
Berhubungan dengan judul penelitian yang dilakukan bertujuan mengetahui pengaruh media permainan edukatif guess the picture terhadap perbendaharaan kata bahasa Inggris anak tunarungu kelas VII SLB-B YRTRW Surakarta. Maka desain yang digunakan pada penelitian yang akan dilaksanakan adalah pre-experimental design.
Bentuk Pre-Experimental Design ada beberapa macam. Menurut Sugiyono (2014: 110) yaitu, “One Shot Case Study, One Group Pretest-
Posttest Design, dan Intact-Group Comparison”.
Bentuk desain yang digunakan dalam penelitian yaitu One Group
Pretest-Posttest Design. Suryabrata (2014: 101) berpendapat, “Dalam
rancangan tersebut digunakan satu kelompok subjek. Pertama-tama dilakukan pengukuran (pretest), lalu dikenakan perlakuan untuk jangka waktu tertentu (treatment), kemudian dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya (posttest)”. Senada dengan pendapat tersebut, Suwarto & Slamet (2007: 64) menyatakan bahwa, “One Group Pretest-Posttest design yaitu sekelompok subjek dikenai perlakuan untuk jangka waktu tertentu; pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan diberikan, dan pengaruh perlakuan diukur dari perbedaan antara hasil pengukuran awal (T1) dengan hasil pengukuran akhir (T2)”.
Alasan peneliti memilih bentuk desain tersebut karena eksperimen dilaksanakan pada satu kelompok pembanding. Maka menunjukkan hasil
treatment dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan
keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Menurut Suryabrata (2014: 102) desain penelitian One Group Pretest-Posttest digambarkan seperti tabel berikut:
Tabel 3.1. Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest
Pretest Treatment Posttest
T1 X T2
Keterangan :
T1 : pretest sebelum perlakuan diberikan
X : treatment, yaitu menerapkan media permainan edukatif guess the picture. T2 : posttest setelah diberikan perlakuan
Terdapat prosedur penelitian eksperimental jenis One Group Pretest
Posttest Design. Suryabrata (2014: 102) menyatakan sebagai berikut:
a. Kenakan T1, yaitu pretest, untuk mengukur mean prestasi belajar sebelum subjek diajar dengan media permainan guess the picture.
b. Kenakan subjek dengan X, yaitu media permainan edukatif guess the
picture, untuk jangka waktu tertentu.
c. Berikan T2, yaitu posttest, untuk mengukur mean prestasi belajar setelah subjek dikenakan media permainan edukatif guess the picture.
d. Bandingkan T1 dan T2 untuk menentukan seberapakah perbedaan yang timbul, jika sekiranya ada, sebagai akibat dari digunakan media permainan edukatif guess the picture.
e. Terapkan test statistik yang cocok dalam hal ini t test untuk menentukan apakah perbedaan tersebut signifikan.
4. Variabel Penelitian
Sebuah penelitian eksperimen tentu memiliki variabel. Sugiyono (2014: 60) menjelaskan bahwa, “Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”. Azwar (2013: 32-33) menjelaskan bahwa “Variabel penelitian dapat berupa apapun juga variasinya perlu kita perhatikan agar kita dapat mengambil kesimpulan mengenai fenomena yang terjadi”. Berdasarkan menurut ahli tersebut dapat dijelaskan bahwa pengertian variabel penelitian
adalah suatu atribut, nilai/ sifat dari objek individu/ kegiatan yang mempunyai banyak variasi tertentu antara satu dan lainnya yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan dicari informasi kemudian ditarik kesimpulan. Pada penelitian yang akan dilakasanakan melibatkan dua variabel yang terdiri dari :
a. Variabel Bebas (X)
Sugiyono, (2014: 61) menyatakan bahwa “Variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Dimayati (2013: 41) menyatakan bahwa, “Variabel bebas adalah faktor atau unsur yang menentukan atau memengaruhi adanya atau munculnya faktor lain”. Variabel bebas dalam penelitian adalah media permainan edukatif guess the
picture.
b. Variabel Terikat (Y)
Sugiyono (2014: 61) menyatakan bahwa “Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas”. Dimyati (2013: 41) menyatakan bahwa, “Variabel terikat adalah gejala atau faktor atau unsur yang muncul karena adanya pengaruh dari variabel bebas”. Variabel terikat dalam penelitian adalah perbendaharaan kata bahasa Inggris anak tunarungu kelas VII SLB-B YRTRW Surakarta.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi menurut Sugiyono (2014 :117) adalah, “wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Sedangkan menurut Sukardi (2013: 53), “Populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir penelitian”. Maka, populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi bukan
sekedar jumlah yang ada pada objek/ subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi adalah sekelompok manusia, binatang, benda atau keadaan dengan karakteristik/sifat tertentu yang ditetapkan peneliti sebagai subjek penelitian dan menjadi target kesimpulan dari hasil suatu penelitian. Pada penelitian yang akan dilakasanakan peneliti tidak menggunakan populasi akan tetapi penelitian ini menggunakan subjek penelitian.
2. Sampel
Sampel menurut Sugiyono (2014: 81) adalah, “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan Arikunto (2013: 174) berpendapat, “Sampel yaitu sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misal katerbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel diambil dari populasi. Maka, sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif atau mewakili.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian kecil data yang diambil dari keseluruhan populasi yang akan diteliti dengan menggunakan cara tertentu. Pada penelitian yang akan dilaksanakan, peneliti tidak menggunakan sampel akan tetapi peneliti menggunakan subjek penelitian yaitu anak kelas VII Semester II SLB-B YRTRW Surakarata tahun pelajaran 2015/2016, yang terdiri dari satu kelas dengan jumlah sembilan anak.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Sugiyono (2014: 118) mengemukakan bahwa, “Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel”. Menurut Sujarweni (2014: 69) teknik sampel pada dasarnya dikelompokan menjadi dua yaitu:
1. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
untuk dipilih menjadi sampel. Teknik probability sampling terdiri dari 3 yaitu:
a. Simple random sampling
Pengambilan anggota sampel dan populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
b. Proportionate stratified random sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogeny dan berstrata secara proposional.
c. Cluster sampling
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas.
2. Nonprobality sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik nonprobality sampling terdiri dari 6 yaitu:
a. Sampling sistematis
Teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
b. Sampling kuota
Teknik menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan.
c. Sampling incidental
Teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
d. Sampling purposive
Teknik penentuan sampel dengan pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu.
e. Sampling jenuh
Teknik penentuan sampel bila populasi dijadikan sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
f. Snowball sampling
Teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar.
Pada penelitian yang akan dilaksanakan tidak menggunakan sampel dan populasi akan tetapi menggunakan subjek penelitian yang sudah ditentukan. Sehingga penelitian ini tidak menggunakan teknik pengambilan sampel.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pada metode pengumpulan data ada beberapa cara yang digunakan, tetapi tidak semua cara dapat diterapkan dalam setiap jenis penelitian. Maka, sangat perlu diperhatikan teknik yang sesuai dalam pengumpulan data.
Dilihat dari sumber data menurut Sugiyono (2014: 193), “pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder”. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber
sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data. Menurut Azwar (2013: 36), “Data penelitian dikumpulkan baik lewat instrumen pengumpulan data, observasi, maupun lewat data dokumentasi. Data yang harus dikumpulkan mungkin berupa data primer, data sekunder, atau keduanya”. Data primer diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur dan teknik pengambilan data yang dapat berupa interview, observasi, maupun penggunaan instrumen pengukuran yang khusus dirancang sesuai dengan tujuan. Data sekunder diperoleh dari sumber tidak langsung yang berupa data dokumentasi dan arsip-arsip.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik pengumpulan data adalah data penelitian yang dikumpulkan berupa data
primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misal wawancara, angket, pengamatan maupun penggunaan instrumen pengukuran yang khusus dirancang sesuai dengan tujuan. Sumber data sekunder adalah merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misal berupa data dokumentasi dan arsip-arsip . Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian adalah tes. Penjelasan lebih lanjut tentang tes dapat dilihat sebagai berikut:
1. Pengertian Tes
Arikunto (2012: 67) menyatakan bahwa, “Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”. Sanjaya (2013: 251) berpendapat bahwa, “Tes adalah instrumen atau alat untuk mengumpulkan data tentang kemampuan subjek penelitian dengan cara pengukuran”. Pendapat lain
menurut Sukardi (2013: 138), “Tes merupakan prosedur sistematik di mana individual yang dites direpresentasikan dengan suatu set stimuli jawaban mereka yang dapat menunjukkan ke dalam angka”.
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu cara atau alat yang digunakan oleh seseorang yang di dalamnya terdapat serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur. Tes digunakan dalam penelitian untuk mengukur kemampuan perbendaharaan kata bahasa Inggris anak tunarungu. Tes diberikan dalam penelitian dilakukan dua kali. Tes dilakukan untuk mendapatkan data awal sebelum treatment dan data akhir sesudah treatment.
2. Bentuk Tes
Tes merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan dan bakat. Tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Berdasarkan bentuk jawabannya, Dimyati (2013: 73) membedakan tes sebagai berikut :
a. Tes tindakan, yakni tes yang diberikan kepada testee dimana testee harus melakukan kegiatan tertentu.
b. Tes verbal, yakni tes yang diberikan kepada testee dalam bentuk pertanyaan baik menggunakan bahasa lisan maupun tertulis.
Terdapat beberapa macam bentuk tes. Menurut Nurkaca dkk dalam Dimyati (2013: 73-76) membagi tes berdasarkan bentuk pertanyaannya dibedakan menjadi:
a. Tes Obyektif
Tes obyektif adalah tes yang disusun dalam bentuk obyektif, saat memberikan jawaban testee tinggal memberikan tanda silang atau melingkari serta mengisi atau melengkapi. Jenis-jenis tes obyektif terdapat empat macam sebagai berikut:
1) Tes Benar-Salah (True False)
Saat memberikan jawaban pada tes bentuk benar-salah testee tinggal memberikan tanda silang pada jawaban B bila benar dan S bila Salah.
2) Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Saat memberikan jawaban pada tes bentuk pilihan ganda testee tinggal memberikan lingkaran atau tanda silang pada option yang dianggap benar. Tes bentuk pilihan ganda berupa item/soal yang belum lengkap, dan kelengkapannya disediakan untuk dipilih oleh testee.
3) Menjodohkan (Matching)
Saat penyusunan soal pada tes bentuk menjodohkan dibuat dua kolom secara paralel, yakni kolom soal dan kolom jawaban.
4) Melengkapi (Completion)
Saat memberikan jawaban pada tes bentuk melengkapi testee tinggal melengkapi item soal yang belum lengkap.
b. Tes Uraian (Essay)
Tes bentuk uraian adalah saat memberikan jawaban menghendaki agar
testee menjawab dalam bentuk uraian yang relatif panjang, bentuk
pertanyaan kepada testee biasanya menjelaskan, membandingkan, dan menginterprestasikan tentang sesuatu.
3. Tes yang Digunakan
Pada penelitian yang akan dilakukan, bentuk tes yang digunakan adalah tes objektif berupa tes pilihan ganda. Tes berjumlah 20 butir soal. Materi dari tes tersebut adalah perbendaharaan kata bahasa Inggris berupa, sayuran, hewan, buah, dan benda.
Alasan peneliti memilih bentuk tes pilihan ganda karena pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai berbagai jenis keragaman target pembelajaran dibandingkan format soal pilihan jawaban lainnya, semua indikator dapat terwakili, dan lebih mudah serta membutuhkan waktu yang singkat dalam penyelesaian penilaiannya.
4. Kisi-Kisi Soal
Arikunto (2013: 205) berpendapat, “Kisi-kisi adalah sebuah tabel yang menunjukkan hubungan antara hal-hal yang disebutkan dalam baris dengan
hal-hal yang disebutkan dalam kolom”. Acuan cakupan dalam pembuatan kisi-kisi soal disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan anak. Adapun kisi-kisi-kisi-kisi soal tertulis dalam instrumen tes perbendaharaan kata bahasa Inggris dalam penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut:
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Soal
Kompetensi Dasar Indikator Nomor
Soal Jumlah Soal 12.2 Mengungkapkan makna yang terdapat dalam teks tulis fungsional pendek (misal: benda, sayuran, buah, dan hewan) sangat sederhana dan berterima. 12.2.1 Kemampuan
mengenal benda yang ada di lingkungan sekitar dalam bahasa Inggris 1,5,9,13, 17 5 12.2.2 Kemampuan mengenal sayuran yang ada di lingkungan sekitar dalam bahasa Inggris
2,6,10,14, 18
5
12.2.3 Kemampuan
mengenal buah yang ada di lingkungan sekitar dalam bahasa Inggris
3,7,11,15, 19
5
12.2.4 Kemampuan
mengenal hewan yang ada di lingkungan sekitar dalam bahasa Inggris
4,8,12,16, 20
5
5. Penilaian
Kriteria penilaian pada soal dalam penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Jumlah soal adalah 20 soal b. Soal benar diberi nilai 1 c. Soal salah diberi nilai 0
d. Rumus untuk mencari nilai akhir dalam tes sebagai berikut:
e. Nilai akhir maksimal adalah 100 f. Nilai minimal adalah 0
Penilaian tersebut untuk memperoleh berbagai ragam informasi tentang sejauh mana hasil belajar anak atau informasi tentang ketercapaian kompetensi anak. Proses penilaian tersebut bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar anak. Maka diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan.
F. Teknik Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas Instrumen
Suatu instrumen dikatakan valid atau memiliki validitas jika instrumen benar-benar mengukur aspek atau segi yang akan diukur (Sukmadinata, 2015: 228). Sukardi (2013: 122) menyatakan, “Validitas suatu instrumen penelitian, tidak lain adalah derajat yang menunjukkan di mana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur. Prinsip suatu tes adalah valid, tidak universal. Validitas suatu tes yang perlu diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa ia hanya valid untuk suatu tujuan tertentu saja”.
Azwar (2014: 40) menyatakan bahwa, “Validitas mengacu pada aspek ketepatan dan kecermatan hasil pengukuran”. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak suatu aspek yang terdapat dalam diri seseorang, yang dinyatakan oleh skor terebut pada instrumen pengukuran yang bersangkutan. Terdapat beberapa macam validitas menurut Sukmadinata (2015: 229) yaitu:
a. Validitas isi (content validity), berkenaan dengan isi dan format dari instrumen. Apakah instrumen tersebut tepat untuk mengukur hal apa yang ingin diukur, apakah butir-butir pertanyaan tersebut telah mewakili aspek-aspek yang akan diukur.
b. Validitas konstruk (construct validity), berkenaan dengan konstruk atau struktur dan karakteristik psikologis aspek yang akan diukur dengan instrumen tersebut. Apakah konstruk tersebut dapat menjelaskan perbedaan kegiatan atau perilaku individu individu berkenaan dengan aspek yang diukur.
c. Validitas kriteria (criterion validity), berkenaan dengan tingkat ketepatan instrumen mengukur segi yang diukur dibandingkan dengan
hasil pengukuran dengan instrumen lain yang akan menjadi kriteria. Instrumen yang menjadi kriteria adalah instrumen yang sudah standar. Validitas kriteria dihitung dengan mengkorelasikan skor yang diperoleh dari penggunaan instrumen lain menjadi kriteria.
Terdapat berbagai macam pengujian validitas instrumen. Menurut Sugiyono (2014: 177-183) pengujian validitas instrumen terdiri dari tiga macam sebagai berikut:
a. Pengujian Validitas Konstrak (Construct Validity)
Instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, dan selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. b. Pengujian Validitas Isi (Content Validity)
Pengujian validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.
c. Pengujian Validitas Eksternal
Pada validitas eksternal instrumen dilakukan dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi pada lapangan.
Validitas yang digunakan dalam penelitian adalah validitas isi. Karena penelitian dalam menyusun instrumen penelitian membandingkan soal dengan kurikulum yang digunakan untuk kelas VII SLB-B YRTRW Surakarata. Selain instrumen, media pembelajaran yang digunakan juga divalidasi. Pengujian validitas isi tersebut dilakukan melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten atau melalui expert judgement. Berikut daftar validator instrumen dan media perbendaharaan kata bahasa Inggris anak tunarungu:
Tabel 3.3. Validator Instrumen
No Nama Bidang Keahlian
1. Gunarhadi Pendidikan Luar Biasa
2. Priyono Pendidikan Luar Biasa
3. Dewi Sri Wahyuni Bahasa Inggris
4. Anugrah Irfan Ismail Game dan Animasi 2D
Setelah dikonsultasikan dengan expert judgement tersebut, untuk menguji validitas butir-butir instrumen dilakukan uji coba dan dianalisis dengan
menghitung korelasi antara skor butir instrumen dengan skor total. Hal tersebut didasarkan pada pernyataan yang dikemukakan oleh Sugiyono (2014: 183), “Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut, maka setelah dikonsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya diujicobakan, dan dianalisis dengan analisis item atau uji beda”. Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir instrumen. Uji validitas dilakukan pada setiap butir instrumen. Menurut Sujarweni (2014: 83) untuk mengetahui uji validitas suatu soal digunakan teknik Product Moment dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi
∑xy = jumlahperkalian skor item x dengan skor item y x = jumlah skor item x (item ganjil)
y = jumlah skor item y (item genap)
n = jumlah responden
∑x2 = jumlah kuadrat skor item x
∑y2 = jumlah kuadrat skor item y
Hasil pengujian validitas dilakukan secara langsung terhadap sembilan anak tunarungu kelas VII di SLB Negeri Surakarta dengan menggunakan
tryout. Uji validitas dihitung dengan menggunakan bantuan software SPSS 23
dengan ketentuan butir dinyatakan valid jika r hitung > r tabel (sig. 0,05). Dari hasil analisis didapat nilai korelasi skor item. Nilai korelasi setiap item kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. r tabel dicari pada signifikan 0,05 dengan uji 2 sisi dan n=9, maka didapat r tabel sebesar 0.6664. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sujarweni (2014: 83), ”Hasil r hitung kita bandingkan dengan r tabel dimana df=n-2 dengan sig 5%. Jika r tabel < r hitung maka valid”. Berdasarkan hasil pengujian validitas instrumen menunjukkan bahwa dari 25 butir soal terdapat 5 butir soal yang tidak valid. (Hasil perhitungan uji validitas terlampir).
= ∑ − (∑ ) (∑ )
2. Reliabilitas Instrumen
Suatu instrumen yang dijadikan sebagai alat pengumpul data harus dapat dipercaya, yang reliabel karena akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Arikunto (2013: 221) menjelaskan bahwa, “Reliabilitas adalah suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”. Mengenai hasil penelitian yang reliabel, Sugiyono (2014: 172) berpendapat, “Hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda”
Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan beberapa cara. Sugiyono (2014: 184) berpendapat, pengujian reabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal.
a. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan:
1) Test-Retest
Intrumen penelitian yang reabilitasnya diuji dengan tes-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada reponden.
2) Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama dan dengan cara mencobakan intrumen cukup satu kali.
3) Gabungan
Pengujian reliabilitas tersebut dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen beberapa kali ke responden yang sama. Cara ini adalah gabungan antara test-retest dan ekuivalen.
b. Secara internal pengujian dapat dilakukan dengan mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik belah dua yaitu dengan rumus Spearman Brown (Split half), KR 20, KR 21 dan
Anova Hoyt.
Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan beberapa cara. Menurut Arikunto (2013: 222), secara garis besar ada dua jenis tes reliabilitas, yaitu reliabilitas eksternal dan reliabilitas internal.
a. Reliabilitas eksternal
Ada dua cara untuk menguji reliabilitas eksternal sesuatu instrumen diperoleh dengan cara mengolah hasil pengetesan yang berbeda yaitu dengan teknik paralel dan teknik ulang.
b. Reliabilitas internal
Reliabilitas internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan. Ada bermacam-macam cara untuk mengetahui reliabilitas internal yaitu dengan rumus Spearman-Brown, rumus Flagnagan, rumus
Rulon, rumus K-R.20, rumus K-R.21, rumus Hoyt, dan rumus Alpha.
Berdasarkan beberapa jenis reliabilitas dan teknik pengujian tersebut, penelitian ini menggunakan jenis reliabilitas internal dengan metode reliabilitas internal maka dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Pengujian reliabilitas internal dapat digunakan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split Half) dengan menggunakan bantuan software SPSS 23. Menurut Arikunto (2013: 223) berikut rumus Spearman Brown:
Keterangan :
r11 = reliabilitas instrumen
= rXY yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen
Hasil analisis didapat angka reliabilitas sebesar 0,967. Hasil pengujian reliabilitas menggunakan bantuan software SPSS 23 dengan ketentuan butir dinyatakan reliabel jika r hitung > r tabel. Angka reliabilitas kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel product moment. r tabel product moment dicari pada signifikan 0,05 dengan uji 2 sisi dan n=9, maka di dapat r tabel sebesar 0.6664. Hal tersebut didukung pendapat Arikunto (2013: 227), “Jika kita sudah memperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan harga tersebut dengan tabel r product moment”. Maka
= (2x )
dengan koefisien reliabilitas tes sebesar 0,967 > 0,6664 dapat dikatakan item soal objektif yang sudah teruji kehandalannya. Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas instrumen menunjukkan bahwa dari 20 butir soal yang valid, soal tersebut sudah reliabel dan teruji kehandalannya. (Hasil perhitungan uji reliabilitas terlampir).
G. Teknik Analisis Data
Mahmud (2011: 189) menyatakan bahwa, “Analisis dalam penelitian merupakan bagian penting dalam proses penelitian karena dengan analisis inilah, data yang ada akan tampak manfaatnya, terutama dalam memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir penelitian”. Noor (2012: 163) berpendapat, “Teknik analisis data merupakan cara menganalisis data penelitian, termasuk alat-alat penelitian yang relevan untuk digunakan dalam penelitian”. Peneliti akan menggunakan teknik analisis data statistik non-parametrik dalam melakukan analisis data, yaitu dengan Wilcoxon Signed Rank Test yang bertanda Z dengan menggunakan bantuan software SPSS 23. Somantri & Muhidin (2011: 305) menyebutkan rumus Wilcoxon Sign Rank Test adalah sebagai berikut:
Keterangan:
"# : rank yang bertanda
Alasan teknik tersebut digunakan karena disesuaikan dengan jenis eksperimen dan jenis data, peneliti menggunakan one group pretest posttest
design. Wilcoxon Signed Rank Test digunakan untuk mengetahui besarnya selisih
antara pretest dan posttest. Apabila dapat menentukan besarnya setiap selisih, maka dapat menetapkan peringkat untuk masing-masing selisih tersebut, manakah yang lebih besar antara pretest dan posttest.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian akan mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. Prosedur penelitian dilakukan melalui lima tahap, yaitu:
$ = ∑ "#
1. Memberikan tes pertama/T1, yaitu pretest sebelum subjek diberi media permainan edukatif guess the picture ketika pembelajaran bahasa Inggris. 2. Memberikan perlakuan kepada subjek dengan menerapkan media permainan
edukatif guess the picture ketika pembelajaran bahasa Inggris.
3. Memberikan tes kedua/T2, yaitu posttest setelah subjek diberi media permainan edukatif guess the picture ketika pembelajaran bahasa Inggris.
4. Membandingkan T1 dan T2 untuk mengetahui perbedaan yang timbul sebagai
akibat diberikannya media permainan edukatif guess the picture ketika pembelajaran bahasa Inggris berlangsung.
5. Menerapkan analisis statistik yang cocok untuk menentukan apakah perbedaan tersebut signifikan atau tidak.
Prosedur penelitian mengenai pengaruh media permainan edukatif guess the
picture terhadap perbendaharaan kata bahasa Inggris anak tunarungu dengan
menggunakan One Group Pretest-Posttest Design dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian
Pretest
Treatment dengan media
permainan edukatif guess
the picture
Posttest
Dibandingkan hasil pretest dan
posttest
Analisis data dengan
Wilcoxon Signed Rank Test One Group Pretest-Posttest
Design
Perbendaharaan kata bahasa Inggris anak
tunarungu rendah
Hasil perbandingan
pretest dan posttest