SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH NILAI EKSPOR, UPAH PEKERJA DANPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING DI SUMATERA UTARA
OLEH
DAYURNI LESTARI SIMATUPANG 150523021
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2018
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH NILAI EKSPOR, UPAH PEKERJA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB) TERHADAP
PENANAMAN MODAL ASING DI SUMATERA UTARA
Investasi asing langsung merupakan salah satu alternatif pembiayaan berasal dari luar negeri yang dapat digunakan sebagai tambahan pembiayaan dalam pembangunan ekonomi di Sumatera utara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai ekspor, upah pekerja, dan PDRB terhadap Penanaman Modal Asing di Sumatera Utara pada tahun 1996 hingga 2016.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan berupadata sekunder dari tahun 1996-2016. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data time series dengan model Ordinary Least Square (OLS).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel nilai ekspor dan PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap terhadap Penanaman Modal Asing di Sumatera Utara . Hal ini dapat diartikan, jika nilai ekspor dan PDRB mengalami peningkatan, maka Penanaman Modal Asing di Sumatera Utara juga akan mengalami peningkatan.Sedangkan upah pekerja berpengaruh negatif terhadap Penanaman Modal Asing di Sumatera Utara. Hal ini dapat diartikan, jika upah pekerja mengalami peningkatan, maka Penanaman Modal Asing di Sumatera Utara akan mengalami penurunan.
Kata kunci : nilai ekspor, upah pekerja dan PDRB
ABSTRACT
THE EFFECT OFEXPORTS VALUE, LABOR WAGES,AND GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT (PDRB)TO
FOREIGN INVESTMENT IN NORTH SUMATERA
Foreign direct investment is one of the alternative financing comes from abroad that can be used as additional financing in economic development inNorth Sumatera.This study aimed to find out the effect of exports value, labor wages, gross regional domestic product to foreign investment in North Sumatera during 1996-2016.
This study employed the quantitative approach. The data were secondary data in 1996-2016. The data analysis technique in the study was the time series data analysis using the OLS (Ordinary Least Square).
The results of this study indicate that the variable exports value and gross regional domestic product have a positive and significant impact on foreign investment inNorth Sumatera. This can be interpreted if the exports value and gross regional domestic product, the foreign investment in North Sumatera will also increase. While the labor wages have a negative and sinsignificant effect on foreign investment inNorth Sumatera. This can be interpreted, if labor wages increase, then foreign investment in North Sumatera will decrease.
Keywords: foreign investment, exports value, labor wages, gross regional domestic product
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Nilai Ekspor, Upah Pekerja dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Penanaman Modal Asing di Sumatera Utara” dapat diselesaikan dengan baik.
Penulisan skripsi ini sebagai salah satu untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis prodi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu Penulis dan memberi dukungan dari berbagai pihak, baik berupa moril maupun material, sehingga penulis semakin termotivasi untuk menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini yang mana banyak sekali menemukan kendala-kendala yang cukup berarti dalam penyusunannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis, diantaranya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta ayahhanda Toni Parinduhan Simatupang S.Pd dan Ibunda Saddiah Siregar S.Pd , yang telah mendidik, merawat dan memberikan saya cinta, doa, dan kasih sayang yang sangat besar kepada saya.
2. Bapak Prof. DR. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP, selaku Ketua Program Studi S1 dan Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Murni Daulay, SE, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada saya selama masa pendidikan.
5. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si, selaku dosen penguji I yang telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Murbanto Sinaga, MA., selaku dosen penguji II yang telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Pengajar di Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
8. Seluruh Staf Adminitrasi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.
9. Pimpinan Badan Pusat Statistik Medan yang telah bersedia menerima saya untuk melakukan riset pada Badan Pusat Statistik Medan.
10. Kepada seluruh teman-teman Ekonomi Pembangunan 2015 serta kepada seluruh pihak laiinya yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini, namun tidak dituliskan pada lembaran ini, penulis mohon maaf dan kelalaian ini tidak mengurangi rasa terimakasih penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi bahasa maupun isinya, oleh karena itu penulis dengan senang hati akan menerima kritikan, saran dan masukan dari semua pihak. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya.
Medan, Februari 2018 Penulis
NIM : 150523021
Dayurni Lestari Simatupang
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang ... 1
1.2 PerumusanMasalah ... 4
1.3 TujuanPenelitian ... 4
1.4 ManfaatPenelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Investasi ... 6
2.1.1 Penentu-Penentu Tingkat Investasi ... 8
2.1.2 Fungsi Investasi ... 9
2.2 Pengertian Penanaman Modal Asing ... 10
2.3 Nilai Ekspor ... 18
2.4 Upah Pekerja ... 19
2.5 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 21
2.6 PenelitianTerdahulu ... 23
2.7 Hipotesis ... 25
2.8 KerangkaKonseptual ... 26
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data ... 27
3.2 Batasan Operasional ... 27
3.3 Defenisi Operasional ... 27
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian... 28
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 29
3.5 Pengolahan Data ... 29
3.6 Metode Analisis Data ... 29
3.7 Uji Asumsi Klasik ... 31
3.7.1 Uji Normalitas ... 31
3.7.2 Uji Heteroskedastisitas ... 31
3.7.3 Uji Autokorelasi ... 32
3.7.4 Uji Multikolinearitas ... 33
3.8 Test Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 33
3.8.1 Uji Koefisien Determinasi (R
23.8.2 Uji F Statistik ... 34
) ... 33
3.8.3 Uji t-Statistik ... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 36
4.1.1Kondisi Geografis ... 36
4.1.2 Kondisi Demografis ... 36
4.1.3 Perkembangan Perekonomian Sumatera Utara ... 37
4.2 Perkembangan PMA di Sumatera Utara ... 41
4.3 Perkembangan Nilai Ekspor di Sumatera Utara ... 42
4.4 Perkembangan Upah Pekerja di Sumatera Utara ... 44
4.5 Perkembangan PDRB di Sumatera Utara ... 45
4.6 Hasil dan Analisa Data ... 47
4.7 Interpretasi Model ... 47
4.8 Uji AsumsiKlasik ... 49
4.8.1Uji Normalitas ... 49
4.8.2 Uji Heterpskedastisitas ... 51
4.8.3 UjiAutokolerasi ... 52
4.8.4 Uji Multikolinearitas ... 55
4.9 Test of Goodness Fit ( Uji Kesesuaian) ... 56
4.9.1Uji Koefisien Determinasi (R
24.9.2 Uji F-statistik(Uji Simultan) ... 57
) ... 56
4.9.3 Uji t-Statistik ... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 61
5.2 Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.2 PenelitianTerdahulu ... 23
4.1 Perkembangan Penanaman Modal Asing di Sumut 1996-2016 ... 42
4.2 Perkembangan Nilai Ekspor di Sumut 1996-2016 ... 43
4.3 Perkembangan Upah Pekerja di Sumut 1996-2016 ... 44
4.4 Perkembangan PDRB di Sumut 1996-2016 ... 46
4.5 Hasil Estimasi Metode OLS ... 48
4.6 Hasil Uji Normalitas ... 50
4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 51
4.8 Hasil Estimasi Model OLS ... 52
4.9 Hasil Estimasi OLS Penambahan PMA (-1) ... 53
4.10 Pengujian Durbin-Watson Metode OLS ... 54
4.11 Hasil Uji Multikolinearitas ... 55
4.12 Pengujian t-Statistik ... 58
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kurva Fungsi Investasi ... 10
2.3 Kerangka Konseptual Penelitian ... 26
4.3 Kurva Uji Durbin Watson ... 54
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul
1 Data Variabel PMA, Nilai Ekspor, Upah Pekerja dan PDRB 2 Hasil Estimasi Model OLS
3 Hasil Uji Normalitas
4 Hasil Uji Heteroskedastisitas
5 Hasil Estimasi OLS Penambahan PMA (-1)
6 Hasil Uji Multikolinearitas
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang harus mempunyai tujuan untuk mengejar ketertinggalan dari segala hal dengan melakukan pembangunan dari segala bidang. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka Indonesia memerlukan sumber dana baik dana dari dalam negeri maupun luar negeri. Salah satunya adalah menarik Penanaman Modal Asing (PMA) untuk melakukan investasi di Indonesia. Investasi bagi suatu provinsi sangat penting karena dapat memacu pertumbuhan ekonomi, dapat menumbuhkan potensi-potensi yang ada di daerah tersebut sehingga dapat menarik investor dalam negeri maupun luar negeri untuk berinvestasi. Sumatera Utara memiliki potensi yang sangat besar dalam bidang investasi. Banyak sekali faktor-faktor yang saling terkait satu sama lainnya dengan pola yang sangat kompleks yang mempengaruhi pertumbuhan investasi asing di Sumatera Utara. Faktor-faktor tersebut antara lain nilai ekspor, upah pekerja, dan produk domestik regional bruto (PDRB).
Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan adanya keinginan untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara - negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.
Indonesia masih belum mampu menyediakan dana sendiri untuk keperluan dana
pembangunan. Disamping berupaya menggali sumber pembiayaan dalam negeri,
pemerintah juga mengundang sumber pembiayaan luar negeri, salah satunya adalah Penanaman Modal Asing Langsung ( Foreign Direct Investment = FDI).
Sumber pembiayaan FDI ini oleh sebagian pengamat, merupakan sumber pembiayaan luar negeri yang paling potensial dibandingkan dengan sumber lain.
Panayotou dalam Sarwedi ( 2002 ) menjelaskan bahwa FDI lebih penting dalam menjamin kelangsungan pembangunan dibandingkan dengan aliran bantuan atau modal portofolio, sebab terjadinya FDI di suatu negara akan diikuti dengan transfer of technology, management skill , resiko usaha relatif lebih kecil dan lebih profitable.
Suatu negara dikatakan aktif dalam perdagangan internasional jika nilai total ekspor lebih besar dari pada nilai total impor. Menurut Brenton dan Di Mauro dalam Sarwedi (2002:26), nilai total ekspor yang terus mengalami kenaikan diyakini akan diikuti dengan naiknya jumlah investasi asing langsung yang masuk kedalam perekonomian negara tersebut, karena nilai total ekspor memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap investasi asing langsung serta dapat disimpulkan memiliki hubungan komplementer terhadap investasi langsung.
Faktor suku bunga terkait erat dengan biaya investasi. Pada saat jumlah
uang yang beredar di masyarakat meningkat, maka harga dari uang tersebut yaitu
suku bunga akan berkurang. Berkurangnya suku bunga ini akan membuat biaya
investasi turun, dan perusahaan akan dapat membeli lebih banyak mesin, dan
bentuk investasi lainnya, dan nantinya akan dapat meingkatkan besaran investasi
secara agregat. Besarnya suku bunga suatu negara juga diyakini memiliki pengaruh terhadap besarnya investasi asing langsung ke dalam perekonomian.
Selain nilai ekspor dan suku bunga, faktor upah pekerja di yakini memiliki pengaruh terhadap investasi asing yang masuk kedalam suatu wilayah. Biaya tenaga kerja merupakan salah satu komponen dalam faktor produksi. Satu hal lain yang menjadi motif negara-negara investor untuk mengalokasikan investasinya adalah biaya tenaga kerja yang murah.
Sementara itu,untuk mencapai tingkat kemakmuran suatu negara, dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang dinamis, yaitu suatu keadaan yang menggambarkan peningkatan produk domestik regional bruto (PDRB) dari masyarakat suatu negara tersebut. Pertumbuhan produk domestik bruto yang kuat dapat meningkatkan aliran investasi asing, tetapi suatu negara wajib memiliki kapasitas infrastruktur yang baik dalam rangka mengambil keuntungan dari manfaatnya. Pertumbuhan ekonomi yang kuat meyiratkan sebuah pengambilan yang lebih tinggi bagi investor asing dalam peningkatan investasi.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Pengaruh
Nilai Ekspor, Upah Pekerja dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
terhadap Penanaman Modal Asing di Sumatera Utara”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian diatas maka dapat diketahui beberapa perumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar kajian penelitian yang dilakukan, antara lain:
1. Bagaimana pengaruh nilai ekspor terhadap penanaman modal asing di Sumatera Utara.
2. Bagaimana pengaruh upah pekerja terhadap penanaman modal asing di Sumatera Utara.
3. Bagaimana pengaruh produk domestik regional bruto terhadap penanaman modal asing di Sumatera Utara.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh nilai ekspor terhadap penanaman modal asing di Sumatera Utara.
2. Pengaruh upah pekerja terhadap penanaman modal asing di Sumatera Utara.
3. Pengaruh produk domestik regional bruto terhadap penanaman modal
asing di Sumatera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah sebagai pihak pengambil kebijakan, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk menentukan kebijakan yang tepat.
2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai aplikasi dari teori-tori ekonomi makro sehingga dapat menambah referensi untuk mengetahui secara teoritis mengenai penanaman modal asing.
3. Bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan dapat menambahkan wawasan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing.
4. Bagi peneliti, hasil penelitian ini menambah bukti empiris mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dab perlengkapan- perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang- barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sadono Sukirno, 1994).
Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada aset-aset finansial (financial assets) dan investasi pada aset-aset riil (real assets). Investasi pada aset-aset finansial dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya. Investasi dapat juga dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi dan lain-lain.
Sedangkan investasi pada aset-aset riil dapat berbentuk pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya (Halim, 2005).
Dalam jangka panjang pertumbuhan investasi berpengaruh pada
bertambahnya stok capital dan selanjutnya menaikan produktivitas.Di negara yang
tingkat penganggurannya tinggi, seperti Indonesia sekarang, angkatan kerja yang
menganggur dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembentukan modal.
1. Teori Neo Klasik
menekankan pentingnya tabungan sebagai sumber investasi. Investasi dipandang sebagai salah satu penggerak utama pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Makin cepat perkembangan investasi ketimbang laju pertumbuhan penduduk, makin cepat perkembangan volume stok kapital rata- rata per te naga kerja. Makin tinggi rasio kapital per tenaga kerja cendrung makin tinggi kapasitas produksi per tenaga kerja. Tokoh Neo Klasisk, Sollow dan Swan memusatkan perhatiannya pada bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi capital, kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi (Arsyad, 2010).
2. Teori Harrod - Domar.
Harrod-Domar mempertahankan pendapat dari para ahli ekonomi
sebelumnya yang merupakan gabungan dari pendapat kaum klasik dan
Keynes, dimana beliau meneka nkan peranan pertumbuhan modal dalam
menciptkan pertumbuhan ekonomi. Teori Harrod-Domar memandang
bahwa pembentukan modal dianggap sebagai pengeluaran yang akan
menambah kemampuan suatu perekonomian untuk menghasilkan barang
dan atau jasa, maupun sebagai pengeluaran yang akan menambah
permintaan efektif seluruh masyarakat. Dimana apabila pada suatu masa
tertentu dilakukan sejumlah pembentukan modal, maka pada masa
berikutnya perekonomian tersebut mempunyai kemapuan untuk
menghasilkan barang-barang dan atau jasa yang lebih besar (Sadono, 2007).
Dalam praktiknya, dalam usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi (atau pembentukan modal atau penanaman modal) meliputi pengeluaran- pengeluaran yang berikut :
1. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industry dan perusahaan.
2. Pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya.
3. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan pendapatan nasional.
Jumlah dari ketiga jenis komponen investasi tersebut dinamakan investasi bruto, yaitu yang meliputi investasi untuk menambah kemampuan memproduksidalam perekonomian dan mengganti barang modal yang telah didepresiasikan. Apabila investasi bruto dikurangi oleh nilai depresiasi maka akan didapat investasi neto.
2.1.1 Penentu-Penentu Tingkat Investasi
Menurut Sadono Sukiro (1994), banyaknya keuntungan yang akan
diperoleh besar peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang akan
dilakukan oleh para pengusaha. Disamping ditentukan oleh harapan di masa
depan untuk memperoleh untung, beberapa faktor lain juga penting peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian.
Faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah:
1. Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh.
2. Suku bunga.
3. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan.
4. Kemajuan teknologi.
5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.
6. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan.
2.1.2 Fungsi Investasi
Mankiw (2003) menyebutkan bahwa fungsi investasi mengaitkan jumlah
investasi atau pada tingkat bunga riil r. Investasi bergantung pada tingkat bunga
riil karena tingkat bunga adalah biaya pinjaman. Fungsi investasi miring ke
bawah: ketika tingkat bunga naik, semakain sedikit proyek investasi yang
menguntungkan, seperti yang dapat dilihat pada gambar 2.1
Sumber : Gregory Mankiw, 2003
Gambar 2.1 Kurva Fungsi Investasi
Gambar 2.1 menunjukan kurva fungsi investasi dengan persamaan yang mengaitkan investasi pada tingkat bunga riil r, yaitu I = I(r). Fungsi investasi ditunjukan pada garis biru yang melengkung dari atas ke bawah, karena kuantitas investasi dipengaruhi oleh tingkat bunga yang menunjukan hubungan yang negatif.
2.2 Pengertian Penanaman Modal Asing
Menurut undang-undang nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal
Asing pada pasal 1 menyebutkan bahwa : “Pengertian penanaman modal asing di
dalam undang-undang ini hanyalah meliputi penanaman modal asing secara
langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan undang
undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut”.
Pengertian penanaman modal asing dari tinjauan dan pembahasan undang-undang penanaman modal dan kredit luar negeri (Sunny dan Rachmad dalam Anoraga, 1995:48) :
a. Alat pembayaran luar negeri yang ditata merupakan bagian kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.
b. Alat-alat untuk perusahaan, yaitu bahan-bahan yang dimasukkan dari luar negeri ke wilayah Indonesia selama alat-alat tersebut tidak dibiayai oleh kekayaan Indonesia.
c. Bagian dari hasil perusahaan yang didasarkan undang-undang ini diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan Indonesia.
Penanaman modal secara langsung dalam pasal 1 itu adalah
sepertipengertian yang diberikan Organization for Europian Economic
Coorperationyaitu: “direct investment is mean acquisition of succifient investment
in an undertaking to ensure it’s control by investor”, kesimpulan dari direct
investment yaitubahwa penanaman modal (investor) diberikan keleluasaan
pengusahaan danpenyelenggaraan pimpinan dan perusahaan dimana modalnya
ditanam, dalam artibahwa penanaman modal mempunyai penguasaan atas modal.
Jadi penanamanmodal langsung itu artinya digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia.
Dilihat dari sasaran penjualan outputnya, perusahaan multinasional dapat dibedakan ke dalam dua kelompok: (1) penanaman modal asing yang berorientasi ke pasar domestik yang biasanya cenderung menggunakan teknologi produksi yang padat modal, dan (2) penanaman modal asing yang berorientasi ke pasar luar negeri yang besarnya cenderung menggunakan produksi berteknologi padat karya karena lebih murah (Kustituanto dan Istikomah, 1999:5).
Melakukan atau menjalankan perusahaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Perusahaan berkedudukan di luar negeri dan menjalankan perusahaan di Indonesia, dengan hanya mempunyai kantor tertentu atau, tanpa mendirikan badan hukum menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
b. Dengan mendirikan badan hukum di Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
Melihat pengertian penanaman modal asing pada pasal 1 tersebut, menyebutkan adanya beberapa hal yang menonjol (G. Kartasapoetra dkk dalam Nasruroji, 2001:20) :
a. Undang-undang PMA tidak mengatur perihal kredit atau peminjaman
modal melainkan hanya mengatur tentang penanaman modal (asing),
dengan demikian, hubungannya dengan kemungkinan pembangunan-
pembangunan perusahaan di tanah air kita dalam rangka menunjang
pembangunan.
b. Memberi kemungkinan perusahaan tersebut dijalankan dengan modal asing sepenuhnya (direct investment), joint venture dan atau join enterprise.
c. Direct Investment, dalam hal ini bukan hanya modal, tetapi kekuasaan dan pengambilan keputusan dilakukan oleh pihak asing, sepanjang segala sesuatunya diperoleh persetujuan pemerintah Indonesia, dan sejauh mana kebijaksanaannya tidak melanggar hukum dan keteriban umum yang berlaku di Indonesia.
d. Joint Venture merupakan kerjasama antar pemilik modal asing dengan pemilik modal nasional. Bentuk joint venture ini termasuk kategori penanaman modal dalm negeri.
e. Joint Enterprise merupakan kerjasama antara perusahaan nasional dengan perusahaan asing (bentuk kerjasama antar perusahaan).
f. Berbeda daripada kredit yang resiko penggunaannya ditanggung oleh pinjaman, sedang dalam penanaman modal asing resiko penggunaanya menjadi tanggungan penanam.
Menurut Paul Krugman, penanaman modal asing langsung ialah arus
modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau
memperluas usahanya di negara lain. Ciri yang menonjol dari penanaman modal
asing langsung adalah melibatkan bukan hanya pemindahan sumber daya tetapi
juga pemberlakuan pengendalian (control). Yakni, cabang atau anak perusahaan
tidak hanya memiliki kewajiban finansial kepada induk perusahaannya, ia adalah
bagian dari struktur organisasi yang sama.
Berdasarkan jenisnya investasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu :Pertama investasi pemerintah, adalah investasi yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pada umumnya investasi yang dilakukan oleh pemerintah tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.
Kedua investasi swasta, adalah investasi yang dilakukan oleh sektor swasta nasional yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ataupun investasi yang dilakukan oleh swasta asing atau disebut Penanaman Modal Asing (PMA).Investasi yang dilakukan swasta bertujuan untuk mencari keuntungan dan memperoleh pendapatan serta didorong oleh adanya pertambahan pendapatan.Jika pendapatan bertambah konsumsipun bertambah dan bertambah pula effective demand. Investasi timbul diakibatkan oleh bertambahnya permintaan yang sumbernya terletak pada penambahan pendapatan disebut inducedinvestment.
Dana investasi swasta menurut asalnya terdiri dari dua 2 macam, yaitu:
PMA (Penanaman Modal Asing), jenis investasi yang sumber modalnya berasal dari luar negeri, sedangkan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) ialah jenis investasi yang sumber modalnya berasal dari dalam negeri.
Penanaman Modal Asing (PMA) adalah salah satu upaya untuk meningkatkanjumlah modal untuk pembangunan ekonomi yang bersumber dari luar negeri. Salvatore (1997) menjelaskan bahwa PMA terdiri atas:
1. Investasi portofolio (portfolio investment), yakni investasi yang
melibatkan hanya aset-aset finansial saja, seperti obligasi dan saham, yang
didominasikan atau ternilai dalam mata uang nasional. Kegiatan-kegiatan
investasi portofolio atau finansial ini biasanya berlangsung melalui
lembaga-lembaga keuangan seperti bank, perusahaan dana investasi, yayasan pensiun, dan sebagainya.
2. Investasi asing langsung (Foreign Direct Investment), merupakan PMA yang meliputi investasi ke dalam aset-aset secara nyata berupa pembangunan pabrik-pabrik, pengadaan berbagai macam barang modal, pembelian tanah untuk keperluanproduksi, dan sebagainya. Wiranata (2004) berpendapat bahwa investasi asing secara langsung dapat dianggap sebagai salah satu sumber modal pembangunan ekonomi yang penting.
Semua negara yang menganut sistem ekonomi terbuka, pada umumnya memerlukan investasi asing, terutama perusahaan yang menghasilkan barang dan jasa untuk kepentingan ekspor. Di negara maju seperti Amerika, modal asing (khususnyadari Jepang dan Eropa Barat) tetap dibutuhkan guna memacu pertumbuhan ekonomi domestik, menghindari kelesuan pasar dan penciptaan kesempatan kerja. Apalagi di negara berkembang seperti Indonesia, modal asing sangat diperlukan terutama sebagai akibat dari modal dalam negeri yang tidak mencukupi. Untuk itu berbagai kebijakan di bidang penanaman modal perlu diciptakan dalam upaya menarik pihak luar negeri untukn menanamkan modalnya di Indonesia.
Dalam upaya untuk menarik minat investor asing menanamkan modalnya
di Indonesia, pemerintah terus meningkatkan kegiatan promosi, baik melalui
pengiriman utusan ke luar negeri maupun peningkatan kerjasama antara pihak
swasta nasional dengan swasta asing. Sementara itu, Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) sebagai badan yang bertanggung jawab dalam kegiatan penanaman modal terus mengembangkan perannya dalam menumbuhkan investasi.
Bila dibandingkan dengan investasi potofolio, penanaman modal asing (PMA) atau Foreign Direct Investment (FDI) lebih banyak mempunyai kelebihan.
Selain sifatnya yang permanen / jangka panjang, penanaman modal asing memberi andil dalam silih teknologi, alih keterampilan manajemen dan membuka lapangan kerja baru. Lapangan kerja ini penting diperhatikan mengingat masalah menyediakan lapangan kerja merupakan masalah yang cukup memusingkan pemerintah.
Dalam investasi portofolio, dana yang masuk ke perusahaan yang menerbitkan surat berharga (emiten), belum tentu membuka lapangan kerja baru.
Sekalipun ada emiten yang setelah mendapat dana dari pasar modal untuk memperluas usahanya atau membukukan usaha baru yang hal ini berarti pula membuka lapangan kerja. Tidak sedikit pula dana yang masuk ke emiten hanya untuk memperkuat struktur modal atau mungkin malah untuk membayar utang bank. Selain itu, dalam proses ini tidak terjadi alih teknologi atau alih keterampilan manajemen.
Faktor-faktor yang dapat menjadi motivasi bagi investor asing untuk melakukan FDI di suatu negara adalah:
a. Access to Mineral / Natural Resources
Orientasi dari penanaman modal asing ini hanyalah untuk memperoleh
sumber daya yang lebih murah dan efisien dimana sumber daya di negara
asalnya sudah tidak lagi mencukupi, namun begitu dapat berorientasi terhadap perdagangan dimana negara investor berkeinginan mengimpor komoditas yang sudah kehilangan komparatifnya apabila diproduksi di negara asal investor.
b. Menghindari hambatan tarif
Tarif untuk suatu produk yang akan masuk di suatu negara dapat menghambat jalur perdagangan dan dapat mengurangi tingkat keuntungan, sehingga mendirikan perusahaan di negara tersebut merupakan upaya untuk menghindari tarif tersebut.
c. Domestic Market Oriented
Pasar dari negara tuan rumah sangat menjanjikan dan dapat memperoleh profit yang lebih banyak jika dibandingkan dengan diproduksi di negara asalnya sendiri.
d. Tingkat upah pekerja yang relatif rendah
Kebanyakan upah di negara maju sudah terlalu tinggi bila dibandingkan dengan kapital dan berkembangnya produk baru yang lebih intensif modal dan pengetahuan sehingga alternatif untuk membuka atau mendirikan usaha industrinya di negara lain menjadi lebih menguntungkan, terlebih jika negara tujuannya mempunyai upah tenaga kerja yang lebih murah dari negara asalnya.
2.3 Nilai Ekspor
Penawaran ekspor dipengaruhi oleh penanaman modal asing (PMA). Peningkatan PMA secara tidak langsung akan meningkatkan industrialisasi. Sebagai akibatnya, jumlah barang yang diproduksi akan meningkat. Hubungan yang positif ini memang masih menjadi perdebatan oleh sebagian pengamat. Hal ini disebabkan oleh peluang terjadinya penanaman modal asing sangat tergantung dan dipengaruhi oleh kebijakan negara penerima atau host country (Sarwedi, 2002).
Hubungan akan ekspor dengan terjadinya investasi dinyatakan juga oleh Mankiw (2003) dalam bukunya menjelaskan dengan identitas perhitungan pendapatan nasional dalam bentuk tabungan dan investasi, yaitu :
Y = C + I + G + NX Dimna dapat diubah menjadi
Y – C – G = I + NX
Dalam pendekatan ini Y – C – G = S, maka persamaan sebelumnya dapat di ubah menjadi,
S = I + NX lalu menjadi, S + I = NX
NX merupakan ekspor neto yang terdapat dalam neraca pembayaran, sedangkan I merupakan investasi. Maka dapat diketahui besar kecilnya nilai total ekspor akan mempengaruhi akan investasi di suatu negara
Mankiw (2003) dalam bukunya juga menyatakan bahwa jika suatu negara
yang menganut perekonomian terbuka memiliki arus modal neto positif yaitu
dimana jumlah tabungan domestik lebih besar dari jumlah investasi domestik maka kelebihan dana dalam perekonomian akan keluar dari perekonomian, dalam kata lain maka arus modal akan keluar dari dalam negeri. Tetapi jika suatu negara dengan perekonomian terbuka memiliki arus modal neto negatif, maka perekonomian mengalami arus modal masuk, atau dalam kata lain investasi melebihi tabungan, dan perekonomian membiayai investasi ekstra ini dengan meminjam dari luar negeri atau mengharapkan adanya investasi asing langsung masuk.
2.4 Upah Pekerja
Apabila dalam perekonomian (Sukirno, 2000) terdapat pengangguran, para penganggur akan bersedia bekerja pada tingkat upah yang lebih rendah dari yang berlaku di pasar. Keadaan ini menimbulkan kekuatan-kekuatan yang akan menurunkan tingkat upah, dan penurunan dalam tingkat upah ini akan memperluas tingkat kegiatan ekonomi. Di dalam analisisnya ahli-ahli ekonomi klasik berkeyakinan:
1. Para pengusaha akan selalu mencari keuntungan yang maksimum.
2. Keuntungan yang maksimum akan dicapai pada keadaan dimana upah adalah sama dengan produksi fisikal marjinal.
Pengertian upah secara umum yaitu adalah pembayaran yang diperoleh
tenaga kerja sebagai bentuk balas jasa yang disediakan dan diberikan oleh tenaga
kerja kepada para pengusaha. Menurut peraturan pemerintah No. 8 tahun 1981
upah dapat diartikan suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada
buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, yang dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan berdasarkan suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan, dan dibayarkan atas dasar perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya.
Dalam teori ekonomi upah diartikan sebagai pembayaran atas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada para pengusaha.
Upah dibedakan menjadi upah uang dan upah riil. Upah uang adalah jumlah uang yang diterima para pekerja dan para pengusaha sebagai pembayaran atas tenaga mental maupun fisik para pekerja yang digunakan dalam proses produksi.
Sedangkan upah riil adalah tingkat upah para pekerja di ukur dari sudut kemampuan upah tersebut membeli barang-barang dan jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan para pekerja (Sukirno, 1996: 350).
Rendahnya upah pekerja di sector industry sangat berkaitan dengan
rendahnya tingkat keuntungan yang diperoileh perusahaan. Keadaan ini
disebabkan antara lain oleh tingkat daya saing hasil produksi yang juga relative
rendah. Komoditas Indonesia yang mempunyai daya saing layak baru sekitar 42
(1995), 33 (1992), 38 (1994) dan 47 (1995) (Pradiptyo, 1996). Hal ini
menunjukkan tidak adanya perkembangan yang berarti pada peningkatan daya
saing industry Indonesia dari tahun ke tahun, meskipun pemerintah telah
menggulirkan deregulasi sector riil sejak 1983. Kurang berkembangnya tingkat
daya saing ini sangat berpengaruh terhadap penghasilan yang diterima para
produsen, yaitu tentu saja kemudian akan menyebabkan kesulitan meningkatkan tingkat upah kerja.
2.5 Pendapatan Daerah Regional Bruto ( PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi (BPS, 2008). Menurut Dumairy (1996), penghitungan PDRB dapat dihitung atau diukur dengan tiga macam pendekatan yaitu :
1. Pendekatan Produksi.
Menurut pendekatan produksi PDRB merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu setahun. Unit-unit produksi dimaksud secara garis besar dipilah-pilah menjadi sembilan sektor atau lapangan usaha yaitu (1) pertanian, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik, gas dan air minum, (5) bangunan, (6) perdagangan, (7) pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, persewaa dan jasa perusahaan, dan lainnya, dan (9) jasa-jasa.
2. Pendekatan Pendapatan.
PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor
produksiyang turut serta dalam produksi di wilayah suatu Negara
dalam jangka waktu setahun. Balas jasa produksi dimaksud meliputi
upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan. Semuanya
dihitung sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.
Dalam definisi ini PDRB juga mencakup penyusutan dan pajak-pajak tak langsung neto. Jumlah semua komponen pendapatan ini per sektor disebut nilai tambah bruto sektoral. Oleh sebab itu PDRB menurut pendekatan pendapatan merupakan penjumlahan dari nilai tambah bruto seluruh sektor atau lapangan usaha.
3. Pendekatan pengeluaran.
PDRB adalah jumlah seluruh komponen permintaan akhir, meliputi (1) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan, (2) pembentukan modal tetap domestik bruto dan perubahan stok, (3) pengeluaran konsumsi pemerintah dan (4) ekspor neto, dalam jangka waktu setahun.
Salah satu faktor yang mendorong investor melakukan investasi di suatu daerah adalah karena faktor ekonomi di daerah tujuan, seperti potensi pasar, sumber daya alam dan daya saing. Potensi pasar digambarkan dengan besarnya pendapatan daerah tersebut yang dicerminkan oleh nilai Produk Domestik Bruto (PDRB).
Peranan pendapatan daerah (PDRB) terhadap investasi sangat
penting, karena pendapatan yang tinggi akan memperbesar pendapatan
masyarakat dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi akan
memperbesar permintaan terhadap barang dan jasa. Tingginya
permintaan juga akan meningkatkan keuntungan perusahaan dan
mendorong dilakukannya lebih banyak investasi. Dengan kata lain, apabila PDRB meningkat maka investasi akan bertambah tinggijuga.
Dengan demikian investasi mendapat pengaruh dari pendapatan daerah (PDRB).
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini merupakan berbentuk skripsi, tesis dan jurnal dari penelitian peneliti lain. Adapun penelitian tersebut sebagai berikut :
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Variabel dan Alat
Analisis
Hasil Penelitian 1 Tri
Rahayu (2010)
Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Penanaman Modal Asing di Indonesia
Variabel Dependen:
- Penanaman Modal Asing Variabel Independen:
- PDB - Suku Bunga
- Upah Pekerja - Krisis Ekonomi Alat analisis: ECM
1. Variabel PDB
berpengaruh negatif dan signifikan 2. Suku bunga
berpengaruh positif dan signifikan 3. Upah pekerja
berpengaruh negatif dan signifikan 4. Krisis
ekonomiberp engaruh positif tetapi tidak
signifikan.
No Peneliti Judul Variabel dan Alat Analisis
Hasil Penelitian 2 Sarwedi
(2002)
Investasi Asing Lansung di Indonesia dan Faktor yang
Mempengaruhi nya
Variabel Dependen:
- Foreign Direct Invesment
Variabel Independen : - GDP -Pertumbuhan Ekonomi
- Upah Tenaga Kerja
-Variabel
Stabilitas Politik -Nilai Ekspor Total
Alat analisis : Model Ordinary Least Square atau OLS dengan Mengaplikasikan Error Correction Model dan Uji Kasualitas
Granger
Variabel GDP, Pertumbuhan
Ekonomi, Upah Tenaga Kerja, Nilai
Ekspor Total memiliki hubungan positif dan signifikan.
Sedangkan Stabilitas Politik memiliki hubungan negatif dan signifikan
3 Sri Muwarni (2007)
Analisis Kebijakan Moneter Kaitannya dengan Penanaman Modal Asing : Pendekatan Taylor Rule
Variabel Dependen:
- Fluktuasi PMA Variabel
Independen:
- Inflasi
- Tingkat Bunga - Nilai Tukar
Variabel Inflasi paling berperan dalam Menjelasan Fluktuasi PMA di Indonesia
dibandingkan
dengan Tingkat
Bunga dan Nilai
Tukar.
No Peneliti Judul Variabel dan Alat Analisis
Hasil Penelitian 4 Agustina
Endah Wahyuni ngtyas (2010)
Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah
dan Defisit Anggaran
terhadap
Investasi di Indonesia
(1986-2008)
Variabel Dependen:
- Investasi Variabel Independen:
- Pengeluaran Pemerintah
- Defisit Anggaran - Suku Bunga Alat analisis:
ECM
Variabel Pengeluaran Pemerintah
berpengaruh secara
negatif dan signifikan terhadap
investasi di Indonesia. Tetapi Defisit Anggaran dan Suku bunga berpengaruh tidak signifikan secara statistik.
5 Endri (2008)
Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Indonesia
Model Kointegrasi dan Model Koreksi Kesalahan (Error Correction Model).
Dalam jangka panjang, instrumen kebijakan moneter, output gap, dan nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap inflasi. Sementara dalam jangka pendek, yang berpengaruh
terhadap inflasi adalah nilai tukar.
2.7 Hipotesis
Menurut Mardalis (2008:48) hipotesis merupakan jawaban sementara atau
kesimpulan yang diambil untuk menjawab permasalahan yang diajukan
dalampenelitian. Maka dalam penelitian ini dikemukakan hipotesis sebagai
berikut:
1. Nilai Ekspor berpengaruh positif terhadap penanaman modal asing di Sumatera Utara.
2. Upah Pekerja berpengaruh negartif terhadap penanaman modal asing di Sumatera Utara.
3. PDRB berpengaruh positif terhadap penanaman modal asing di Sumatera Utara.
2.8 Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar 2.3
Kerangka Konseptual Penelitian Nilai Ekspor
(X1)
Upah Pekerja (X2)
PDRB (X3)
Penanaman Modal Asing
(Y)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang diperoleh dari beberapa lembaga dan instansi pemerintah, antara lainberasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumaera Utara, Badan KoordinasiPenanaman Modal Provinsi Sumatera Utara dan Bank Indonesia serta beberapa situswebsite yang mendukung dan berhubungan dengan penelitian ini.
Data yangdigunakan adalah data penanaman modal asing yang disetujui pemerintah ProvinsiSumatera Utara, PDRB Provinsi Sumatera Utara atas dasar harga berlaku, nilai ekspor dan upah minimum provinsi.
3.2 Batasan Operasional
Penelitian ini menggunakan variabel terikat (dependent) yaitu penanaman modal asing, variabel tidak terikat (independent) yaitu nilai ekspor, upah pekerja dan PDRB. Dengan batasan tahun 1996-2016.
3.3 Defenisi Operasional
Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini maka perlu diberikan defenisi operasional sebagai berikut:
1. Penanaman Modal Asing
Realisasi nilai Penanaman Modal Asing di Provinsi Sumatera Utara
yaitu penanaman modal asing berasal dari perseorangan ataupun
perusahaan-perusahaan asing yang secara langsung masuk didalam perekonomian tiap tahunnya dalam satuan juta US$.
2. Nilai Ekspor
Nilai Ekspor adalah seluruh nilai ekspor produksi barang dan jasaProvinsi Sumatera Utara untuk pengamatan mulai tahun 1996 sampai dengan 2016dalam juta $.
3. Upah Pekerja
Upah pekerja yang dipakai dalam penelitian ini adalah rata-rata upah pekerja per tahun (UMR) di Sumatera Utara. Data upah pekerja diperoleh dari Badan Pusat Statistik diukur dalam satuan rupiah
4. PDRB
Nilai total dari produksi barang dan jasa di ProvinsiSumatera Utara yang diproxy berdasarkan harga konstan untuk pengamatan mulai tahun 1996 sampai dengan 2016. PDRB per kapita dinyatakan dalam juta rupiah.
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua data perkembangan
penanaman modal asing, data upah pekerja, dan data PDRB di Sumatera Utara
pada tahun 1996 - 2016. Dan untuk sampling data, peneliti memilih data tahunan,
yaitu data nilai investasi penanaman modal asing, data upah pekerja yang dilihat
dari UMR, dan data PDRBberdasarkan harga berlaku di Sumatera Utara pada
tahun 1996 - 2016.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan metode kepustakaan (library research), yaitu dengan cara mengambil data atau pun bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, artikel, majalah, buku-buku.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melakukan pencatatan langsung berupa data seri waktu (time series) yaitu tahun 1996 -2016 yang diperoleh dari laporan tahunan yang dikeluarkan oleh Bank Pusat Statistik (BPS).
3.5 Pengolahan Data
Dalam pengolahan data, penulis melakukan pengolahan data dengan metode ekonometrika menggunakan program komputer Eviews.
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dimulai dengan pembentukan model matematis, yaitu suatu peryataan yang berhubungan matematis yang digunakan dalam menentukan hubungan yang berlaku di antara suku nilai ekspor, upah pekerja dan PDRB terhadap Penanaman modal asing yang ada di Sumatera Utara.
Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen, penelitian ini menggunakan alat analisis ekonometrika yaitu
meregresikan variabel-variabel yang ada dengan MetodeOrdinary Least Square (OLS).Data-data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik yaitu persamaan regresi linear berganda.
Model persamaannya adalah sebagai berikut:
Y = f ( X1,X2,X3)... (I) Dengan model spesifikasi model sebagai berikut:
Y = α + 𝛽𝛽
1𝑋𝑋
1+ 𝛽𝛽
2𝑋𝑋
2+ 𝛽𝛽
3𝑋𝑋
3+µ ………... (II) Dimana:
Y =Penanaman Modal Asing ( Juta $) X1 =Nilai Ekspor (dalam Juta $) X2 =Upah Pekerja ( Rupiah) X3 =PDRB ( Jutaan Rupiah) 𝛽𝛽
1, 𝛽𝛽
2, 𝛽𝛽
3,=Koefisien regresi
µ =Term of error (Variabel pengganggu) α =Intercept/konstanta
Bentuk hipotesis di atas secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:
𝜕𝜕𝜕𝜕
𝜕𝜕𝑋𝑋1
> 0 Artinya, jika terjadi kenaikan Nilai ekspor, maka penanaman modal asing akan bertambah dan sebaliknya, ceteris paribus.
𝜕𝜕𝜕𝜕
𝜕𝜕𝑋𝑋2
< 0 Artinya, jika terjadi kenaikan Upah Pekerja, maka penanaman modal asing akan berkurang dan sebaliknya, ceteris paribus.
𝜕𝜕𝜕𝜕
𝜕𝜕𝑋𝑋3
< 0 Artinya, jika terjadi kenaikan tingkat PDRB, maka penanaman
modal asing akan berkurang dan sebaliknya, ceteris paribus.
3.7 Uji Asumsi Klasik 3.7.1 Uji Normalitas
Untuk menguji apakah normal atau tidaknya faktor pengganggu, maka perlu dilakukan uji normalitas dengan menggunakan Jarque-bera test (JB test). Cara lain untuk melihat apakah data telah berdistribusi normal dengan menggunakan JB test ini adalah dengan melihat angka probability.
Dengankriteriapegujianadalah:
1. Jikahasil dari nilai probabilitas (prob ρ) dari JB hitung < α yang dipilih, maka H
0ditolak, H
12. Jikahasildari nilai probabilitas (prob ρ) dari JB hitung > α yang dipilih, maka H
diterima atau signifikan yang berarti residual tidak terdistribusi normal
0
diterima, H
1ditolak atau tidak signifikan yang berarti residual terdistribusi normal karena nilai JB test mendekati nol.
3.7.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedasitas dilakukan melalui uji white yaitu (White’s
General Heterokedasticity Test). Kriteria ujinya adalah jika Prob Chi-
square nya lebihbesar dari taraf nyata α = 0,05 maka model persamaan
yang digunakan tidakmengalami masalah heterokedastisitas, dan
sebaliknya jika Prob Chi-square nyalebih kecil dari taraf nyata α = 0,05
maka model persamaan yang digunakanmengalami masalah
heterokedastisitas.
3.7.3 Uji Autokorelasi
Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota observasi dengan observasi lain yang berlainan waktu atau disebut juga serialcorrelation. Menurut Gujarati (1993), dalam model regresi akan terjadi autokorelasi apabila terjadi bentuk fungsi yang tidak tepat, peubah penting dihilangkan dari model, terjadi interpolasi data. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi first degree dapat digunakan nilai Durbin- Watson (DW) dari hasil regresi, namun untuk melihat autokorelasi pada tingkat yang lebih tinggi digunakan Uji Breuch Godfrey Serrial Corelation Lagrange LM Test.
Kriteria uji yang digunakan untuk melihat adanya autokorelasi adalah sebagai berikut:
1. Jika Prob Chi-square nya lebih besar dari taraf nyata α = 0,05 maka tidak tolak H0 yang artinya bahwa model persamaan yang digunakan pada penelitian tidak mengalami masalah autokorelasi.
2. Sebaliknya jika jika Prob Chisquare nya lebih kecil dari taraf
nyata α = 0,05 maka tolak H0 yang artinya bahwa model
persamaan yang digunakan pada penelitian mengalami masalah
autokorelasi.
3.7.4 Uji Multikorelasi
Multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linier diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Interpretasi dari persamaanregresi linier secara implisit bergantung pada asumsi bahwa variabel-variabel bebasdalam persamaan tidak saling berkorelasi. Bila Variabel-variabel bebas salingberkorelasi maka terjadi multikolinieritas.
Multikolinieritas dapat dideteksi denganVIF (Variance Inflating Factor), yaitu:
VIF =
11−𝑟𝑟122
Di mana 𝑟𝑟
12adalah koefisien korelasi variabel regressor 𝑋𝑋
1dan 𝑋𝑋
2VIF menunjukkan bagaimana varians yang ditaksir meningkat akibat keberadaan multikolinieritas.Varians koefisien model regresi secara langsung proporsional dengan VIF (Manurung, Manurung dan Saragih, 2005).
3.8 Test Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)
Uji kesesuaian (Test of Goodness Fit) dilakukan untuk mengetahui kesesuian garis regresi sampel mencocokkan data. Untuk menganalisa model tersebut dilakukan pengujian sebagai berikut:
3.8.1 Uji Koefisien Determinasi (R
2Untuk mengetahui sebaik apa model regresi terestimasi, dapat dilakukan dengan melakukan pengujian koefisien determinasi ( 𝑅𝑅
2). Uji koefisien determinasi mengukur seberapa besar variasi dan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen didalam model
)
regresi. Batasannya adalah 0 ≤ 𝑅𝑅
2≤1. Apabila 𝑅𝑅
2bernilai 0 artinya variasi dari variabel dependen tidak dapat diterangkan oleh variabel independen.
Sedangkan bila 𝑅𝑅
2bernilai 1 berarti suatu kecocokan sempurna, variasi dari variabel dependen 100% dapat diterangkan oleh variabel independen.
Jika variasi variabel dependen tidak 100% dapat dijelaskan oleh variabel independen, maka terdapat faktor-faktor lain diluar model regresi yang memengaruhi.
3.8.2 Uji F Statistik
Uji F-statistik adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen mampu secara bersama-sama mempengaruhi peningkatan variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
H
0:
β1=
β2=
β3= 0 H
0diterima (F-statistik < F-tabel) artinya variabel independen secara simultan tidak berpengaruh nyata atau tidak signifikan terhadap variabel independen.
H
a:
β1≠
β2≠
β3≠ 0 H
aditerima (F-statistik > F-tabel) artinya variabel independen secara simultan berpengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel dependen.
Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus : F-hitung =
𝑅𝑅2/(𝑘𝑘−1)(1−𝑅𝑅2)/(𝑛𝑛−𝑘𝑘)