• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI POLA PENYAKIT KULIT PADA PASIEN HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: ADIBAH BINTI ABD LATIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI POLA PENYAKIT KULIT PADA PASIEN HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: ADIBAH BINTI ABD LATIF"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

POLA PENYAKIT KULIT PADA PASIEN HIV/AIDS

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2013-2015

Oleh:

ADIBAH BINTI ABD LATIF 130100365

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

(2)

SKRIPSI

POLA PENYAKIT KULIT PADA PASIEN HIV/AIDS

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2013-2015

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

ADIBAH BINTI ABD LATIF 130100365

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Latar belakang:Saat ini, diperkirakan sebanyak 34 juta orang yang hidup dengan HIV/AIDS di seluruh dunia. Penelitian ini difokuskan pada prevalensi dan spektrum penyakit kulit yang terlihat pada populasi pasien AIDS.

Metode: Rancangan penelitian yang digunakan adalah statistik deskriptif dengan desain potong-melintang. Data diambil dengan meninjau hasil catatan rekam medis pasien AIDS rawat inap dan jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan.Sedangkan yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah sejumlah pasien AIDS yang didiagnosis mempunyai penyakit kulit pada tahun 2013-2015, yaitu sebanyak 521 orang.

Hasil: 521 pasien telah diambil datanya dalam penelitian ini. Penyakit kulit dari sampel tersebut didokumentasikan. Gambaran dermatologis yang paling sering didiagnosis adalah kandidiasis oral (51,2%).

Diskusi:Progresifitas infeksi HIV yang paling sering muncul dan mudah diamati adalah lesi intraoral. Penurunan jumlah sel CD4+ akan mengakibatkan pertumbuhan koloni infeksi baik jamur atau bakteri.

Kesimpulan: Penyakit HIV/AIDS sering didatangi dengan manifestasi penyakit kulit. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Pusyansus VCT RSUP Haji Adam Malik Medan sehingga dapat memberikan pencegahan dan pengobatan penyakit kulit yang diderita pasien HIV/AIDS.

Kata Kunci: Pola, Penyakit Kulit, AIDS

(5)

ABSTRACT

Introduction: Today, there are an estimated 34 million people living with HIV and AIDS worldwide. This study focused on the prevalence and spectrum of skin disorders seen in a population of AIDS patients.

Methods: A descriptive statistic with cross sectional design studies was conducted by reviewing the medical records of patients attending a HIV/AIDS in and out- patient clinic in Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan.While the sample in this study were AIDS patients who were referred to the Department of Dermatology and Venerology from 2013-2015, as many as 521 people.

Results: 521 patients were included in the study. Skin disorders were documented of the patients in this series. The most frequently diagnosed dermatological disorders were oral candidiasis (51,1%) and drug eruption (11.1%).

Discussion: The progress of a HIV infection mostly manifests and easy to observe on the intraoral lesion. The decrease in the CD4+ cells will result in the growth of bacterial or fungi infection colony.

Conclusions: HIV/AIDS is often associated with skin diseases manifestations. The results are expected to be useful to Pusyansus VCT RSUP Haji Adam Malik Medan that can provide prevention and treatment of skin disorders suffered by patients with AIDS.

Keyword: Pattern, Cutaneous Disease, AIDS

(6)

KATA PENGANTAR

Bersyukur kepada tuhan karena dengan berkat rahmah dan restuNya saya dapat menyiapkan laporan hasil penelitian ini dengan baik. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih pada kedua-dua ibu bapa saya yaitu Abd Latif Mohamed dan Rokiah Che Mamat karena dengan sokongan dan doa mereka akhirnya, saya dapat juga menyiapkan tugasan ini.

Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Ariyati Yosi, Sp.KK dan dr.

Murniati Manik MSc, SpKK selaku dosen pembimbing skripsi ini yang telah menyediakan waktu, tenaga, pemikiran dan kesabarannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugasan ini dengan baik. Tambahan pula, beliau juga telah memberikan banyak idea-idea yang dapat saya terapkan dalam menyiapkan tugasan ini.

Selain itu, saya ingin berterima kasih pada teman-teman saya khususnya Amelia Sefti Lestari, Nadhirah dan Shafiq yang telah membantu baik moral atau materi, memberikan masukan serta motivasi demi selesainya tugasan ini dengan baik. Saya menyadari bahwa hasil penelitian ini mungkin ada kekurangan baik dari segi isi maupun bahasanya sebagaimana pepatah “tidak ada gading yang tidak retak”. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi menyempurnakan skripsi ini. Turut diharapkan penelitian ini akan bermanfaat kepada peneliti dan pembaca sekalian dalam masa yang akan datang.

Medan, 03 Desember 2016

Adibah binti Abd Latif 130100365

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

ABSTRAK... iii

ABSTRACT... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR TABEL...,... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

DAFTAR SINGKATAN... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 3

1.3 Tujuan penelitian ... 3

1.4 Manfaat penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... .. 4

2.1 HIV/AIDS ... 4

2.1.1 Pengertian HIV/AIDS ... ... 4

2.1.2 Epidemiologi……….. 4

2.1.3Penularan HIV/AIDS ... 5

2.1.4 Patogenesis HIV/AIDS ... 5

2.1.5 Klasifikasi HIV/AIDS ... 6

2.1.6 Diagnosis HIV/AIDS ... 7

2.1.7 Terapi Antiretrovirus ... 8

2.2 Penyakit kulit pada pasien HIV/AIDS ... 10

2.2.1 Infeksi Oportunistik.………... 10

2.2.2 Gangguan Vaskuler……….. 13

2.2.3 Dermatosis………... 13

2.2.4 Reaksi Erupsi Obat……….. 16

2.2.5 Gangguan Neoplastik………...17

2.2.6 Xerosis atau Kulit Kering……… 17

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN……….. 20

3.1 Kerangka TeoriPenelitian... 20

3.2 Kerangka Konsep Penelitian... 21

(8)

BAB 4 METODE PENELITIAN………... 22

4.1 Rancangan Penelitian ... 22

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

4.3 Populasi dan SampelPenelitian ... 22

4.4 MetodePengumpulan Data ... 23

4.5 Metode Analisis Data ... 23

4.6 Definisi Operasional... 23

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 25

5.1. Hasil Penelitian... 25

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 25

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel... 25

5.1.2.1 Usia... 26

5.1.2.2 Jenis Kelamin... 26

5.1.2.3 Tingkat Pendidikan ... 27

5.1.2.4 Pekerjaan ... 28

5.1.3. Distribusi Frekuensi Penyakit Kulit pada Pasien HIV/ AIDS……….. 29

5.1.3.1 Distribusi Penyakit Kulit Berdasarkan Usia Pasien HIV/AIDS…….. 30

5.1.3.2 Distribusi Frekuensi Penyakit Kulit Berdasarkan Jenis Kelamin……. 31

5.1.3.3 Distribusi Frekuensi Penyakit Kulit Berdasarkan Tingkat Pendidikan.32 5.1.3.4 Distribusi Frekuensi Penyakit Kulit Berdasarkan Pekerjaan………….33

5.2. Pembahasan... 34

5.2.1 Distribusi Penyakit Kulit Pada Pasien HIV/AIDS……… 34

5.2.2 Distribusi Penyakit Kulit Berdasarkan Usia Pasien HIV/AIDS…………35

5.2.3 Distribusi Penyakit Kulit Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien…………... 35

5.2.4 Distribusi Frekuensi Penyakit Kulit Berdasarkan Tingkat Pendidikan…. 36 5.2.5 Distribusi Frekuensi Penyakit Kulit Berdasarkan Pekerjaan …………... 36

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...37

6.1. Kesimpulan... 37

6.2 Saran...37

DAFTAR PUSTAKA... 38

LAMPIRAN ……… 41

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel2.1 Klasifikasi Stadium Klinis WHO……… 7 Tabel 2.2 HAART (Highly Active Antiretroviral Therapy)………… 9 Tabel 2.3 Prevalensi Penyakit Kulit pada 90 Pasien HIV/AIDS di

Iran ………. 18

Tabel 2.4 Penyakit Kulit Pasien HIV/AIDS Mengikut Jenis Kelamin di Nigeria ……….

19 Tabel 4.6 Definisi Operasional …... 23 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Berdasarkan

Usia………. 26

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel berdasarkan

Jenis Kelamin………. 26

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Berdasarkan

Tingkat Pendidikan... 27 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Berdasarkan

Pekerjaan……… 28

Tabel 5.5 Penyakit Kulit pada 521 Pasien HIV/AIDS RSUPHAM

………. 29

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Kelompok Usia Pasien HIV/AIDS

dengan Penyakit Kulit……….... 30 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Penyakit Kulit Berdasarkan Jenis

Kelamin………. 31

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Penyakit Kulit Berdasarkan Tingkat

Pendidikan……… 32

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Penyakit Kulit Berdasarkan

Pekerjaan……… 33

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Infeksi Stafilokokus pada pasien HIV/AIDS………….. 11

Gambar 2.2 Psoriasis pada Kaki dan Aksila... 14

Gambar 2.3 Pruritic Papular Eruption pada Lengan dan Tubuh... 14

Gambar 2.4 Folikulitis Eosinofilik... 15

Gambar 2.5 Fotodermatitis pada wajah, leher dan lengan... 16

Gambar 2.6 Eritema Multiformis akibat Erupsi Antiretrovirus... 16

Gambar 2.7 Sarkoma Kaposi pada Pasien Terapi Antiretrovirus... 17

Gambar 3.1 Skema Kerangka Teori Penelitian... 20

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian... 21

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran I Daftar Riwayat Hidup……….. 40 Lampiran II Hasil Analisis Data……….. 41 Lampiran III Surat Izin Survei Awal Penelitian RSUPHAM………

72 Lampiran IV Surat Ethical Clearence Proposal Penelitian………… 73 Lampiran V Health Research Ethical Clearence………. 74 Lampiran VI Surat Izin Penelitian……… 75 Lampiran VII Surat Izin Penelitian Pusyansus VCT RSUPHAM….. 76

(12)

DAFTAR SINGKATAN AIDS : Acquired Immunodeficiency Syndrome ARV :Anti Retrovirus

CD :Cluster of Differentiation CDC :Centers for Disease Control

ELISA :Enzyme Linked Immunoabsorbent Assay HAART :Highly Active Antiretroviral Therapy HIV : Human Immunodeficiency Virus HTLV : Human T-lymphotropic Virus

KPAN : Komisi Penanggulangan AIDS Nasional LAV : Lymphadenopathy Associated Virus LGP :Lymphadenopathy Generalized Persistent NK :Natural Killer

PPE : Papular Prutitic Eruption RNA :Ribonucleic Acid

UNAIDS :United Nations Programme in HIV/AIDS VCT : Voluntary Counselling and Testing

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penyakit HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan penyakit dengan angka kematian yang tinggi didunia. Berdasarkan data UNAIDS (United Nations Programme on HIV/AIDS) pada tahun 2014, 36.9 juta penduduk dunia telah terinfeksi HIV dan terdapat sekitar 25.3 juta penduduk dunia yang meninggal karena AIDSsejak tahun 2000.[1]

Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1987 sampai dengan Desember 2015, HIV/AIDS tersebar di 407 (80%) dari 507 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai dengan tahun 2015 sebanyak 191.073 dan 77.112 diantaranya menderita AIDS.[2]Kasus HIV/AIDS adalah merupakan fenomena gunung es dimana jumlah orang yang dilaporkan jauh lebih sedikit dibanding dengan jumlah yang sebenarnya. Estimasi Kementerian Kesehatan RI (KemKes RI) pada tahun 2009 menyebutkan orang yang terinfesksi HIV di Indonesia mencapai angka 186.257.

Sedangkan dalam laporan kasus yang tercatat di KemKes RI, hingga 2010, menyebutkan jumlah kumulatif kasus HIV adalah 55.848 dan 24.131 orang diantaranya menderita AIDS. Jika mengacu pada teori gunung es, maka diperkirakan kasus hingga 2010 baru mencapai 43% dari seluruh orang yang terinfeksi di Indonesia.[1]

HIV adalah sejenis virus yang menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia.[3] Virus ini menyerang dan merusak sel limfosit T CD4+ dan beberapa sel imun yang mempunyai reseptor CD4 sehingga kekebalan pasien rusak dan rentan terhadap berbagai infeksi dan keganasan oportunistik.[4]

Telah dilaporkan bahawa sebanyak 90% dari orang yang terinfeksi dengan HIV mengalami penyakit kulit simptomatik selama menderita HIV bahkan

(14)

prevalensi penyakit kulit pada pasien HIV/AIDS juga mencapai 100%.[6]Menurut American Academy of Dermatology, 80-90% dari pasien HIV dan AIDS akan mengalami penyakit pada kulit yang dapat disebabkan oleh penurunan kadar CD4 maupun terapi antiretrovirus. Prevalensi penyakit kulit yang biasa ditemukan pada populasi orang normal juga menunjukkan peningkatan dalam kalangan individu positif HIV.[14]

Pada tahun 2014, sebuah penelitian tentang manifestasi penyakit kulit terhadap pasien HIV telah dijalankan di Nigeria melaporkan terdapat 156 tipe penyakit kulit dengan kandidiasis oral atau oesofagial atau vaginal (41.1%), Pruritic Papular Eruption (PPE) (24.4%), infeksi dermatofitik (8.9%) dan herpes zoster (3.8%) sebagai penyakit yang paling kerap ditemukan.[5]Dibandingkan dengan negara Barat, penelitian dan data mengenai penyakitkulit pada pasien HIV/ AIDS di Asia masih sangat sedikit, termasuk di Indonesia.Padahal, terdapat beberapa perbedaan pola penyakit kulit pada pasien HIV/AIDSdi Eropa dan Amerika Utara dengan pasien HIV/AIDS di Asia.[4]

Beberapa penyakit kulit termasuk HIV defining illness, yaitu penyakit kulityang khas pada pasien HIV dan menjadi indikasi untuk dilakukan tes serologi HIV.[5] Tahun 1980, sarkoma kaposi, dijadikan salah satu tandaseseorang terinfeksi dan sejak saat itu 56 penyakit kulit lainnya telah diidentifikasiberhubungan dengan HIV. Beberapa penyakit kulitlainnya adalah herpes zoster, dermatitis seboroik, folikulitis, dan PapularPruritic Eruption.[3]

Penyakit kulit pada pasien AIDS memberi efek buruk terhadap kualitas hidup pasien karena penyakit kulit biasanya jelas terlihat dan memberi stigma yang tidak menyenangkan dalam kehidupan sehari-hari. Data di Indonesia khususnya di Sumatera Utara juga masih terbatas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyakit dan penyakit kulit yang terjadi pada pasien HIV dan AIDS, sehingga diharapkan dapat mengetahui penyakit HIV/AIDS dari penyakit kulit yang mungkin timbul sehingga penatalaksanaan yang tepat dapat diberikan pada tingkat awal terjadi penyakit untuk membantu memelihara kualitas hidup pasien pada akhirnya.

(15)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalahyang akan diteliti, yaitu: Apakahpenyakit kulit yang diderita pasien HIV/AIDSdi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2013-2015.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahuitentangpenyakit kulit yang diderita pasienHIV/AIDS di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM)Medan tahun 2013-2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui karakteristik pasien HIV/AIDS yang didiagnosis dengan penyakit kulit berdasarkan usia dan jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan.

2. Untuk memperoleh data mengenai penyakit kulit yang paling banyak dideritapasien HIV/AIDS di RSUPHAM.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk:

1. Bagi masyarakat umum:Mengenali penyakit kulit yang dapat terjadi pada pasien HIV/AIDSdan diharapkan mendapatkan tatalaksana lebih awal untuk mengobati penyakit tersebut.

2. Bagi bidang akademik / ilmiah:Menambah wawasan dan informasi serta data dasar bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang sama.

3. Bagi peneliti:Menambah pengetahuan penulis mengenai penyakit HIV/AIDS danpenyakit kulit yang diderita pasien HIV/AIDS.

BAB 2

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HIV/AIDS

2.1.1 Pengertian HIV/AIDS

Virus HIV ditemukan pada tahun 1983 di Institut Pasteur sebagai virus yang menyebabkan limfadenopati sehingga disebut Lymphadenopathy Associated Virus (LAV). Pada tahun 1984, Popovic, Gallo dan kerabat kerjanya telah menemukan gambaran adanya perkembangan sel yang tetap berlangsung dan produktif setelah diinfeksi oleh virus yang disebut sebagai Human T-lymphotropic Virus (HTLV-III) yaitu virus yang sama dengan LAV. Pada tahun 1986, Komisi Taksonomi Internasional memberi nama baru yaitu Human Immunodeficiency Virus (HIV). [7]

Virus ini merupakan retrovirus kerana memiliki enzim reverse transcriptase yang memungkinkan virus mengubah informasi genetik yang berada dalam Ribonucleic Acid (RNA) ke dalam Deoxyribonucleic Acid (DNA) yang kemudian diintegrasikan ke dalam informasi genetik sel limfosit yang diserang.

HIV menyerang sistem imun manusia yaitu pada limfosit T helper yang memiliki reseptor CD4 di permukaannya. Limfosit T helper juga berfungsi menghasilkan zat kimia untuk pertumbuhan dan perkembangan sel-sel lain dalam sistem imun dan untuk pembentukan antibodi. Maka bila sel limfosit T helper yang diserang, ia akan mengganggu fungsi limfosit B, makrofag, monosit dan sebagainya.[7]Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan sindrom dengan gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat penurunan sistem imun oleh infeksi HIV. [9]

2.1.2 Epidemiologi

Epidemi HIV/AIDS merupakan krisis global dan tantangan yang berat bagi pembangunan dan kemajuan sosial. Pada tahun 2008, diseluruh dunia, diperkirakan 33 juta orang hidup dengan HIV. Setiap harinya terdapat 7.400 infeksi baru HIV 96% dari jumlah tersebut berada di negara dengan pendapatan

(17)

menengah ke bawah. Daerah subsahara di Afrika merupakan daerah dengan prevalens HIV terbesar, mencakup 67% dari jumlah keseluruhan orang yang hidup dengan HIV. Daerah Asia Tenggara, termasuk di dalamnya Asia Selatan, merupakan daerah nomor dua terbanyak kasus HIV dengan jumlah penderita 3,6 juta orang, 37% dari jumlah tersebut merupakan wanita. Indonesia merupakan satu dari lima negara dengan jumlah penderita HIV yang besar selain Thailand, Myanmar, Nepal, dan India (HTA, 2010).

2.1.3 Penularan HIV

Penularan HIV terjadi melalui cairan tubuh yaitu melalui darah dan air mani/semen dan sekret vagina serta melalui Air Susu Ibu(ASI) dari ibu ke bayinya. Namun, virus ini juga terdapat di limfosit, sel-sel dalam plasma bebas, cairan serebrospinal, air mata dan saliva tetapi tidak dapat tertular karena konsentrasi virusnya yang bervariasi. Karena itu, HIV dapat tersebar melalui hubungan seks baik homo atau heteroseksual, penggunaan jarum yang terkontaminasi, kecelakaan kerja pada sarana pelayanan kesehatan misalnya tertusuk jarum atau alat tajam yang tercemar, transfusi darah atau donor organ dan pemberian ASI dari ibu ke anak. Tidak ada bukti juga bahwa HIV dapat menular melalui kontak sosial, alat makan, toilet, udara maupun oleh nyamuk. [9]

2.1.4 Patogenesis HIV/AIDS

Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen dan sekret vagina. Sebagian besar penularan terjadi melalui kontak seksual.

HIV adalah retrovirus yang mempunyai materi genetik RNA. Bilamana virus diubah menjadi DNA oleh enzim reverse transcriptase yang dimiliki oleh HIV, DNA provirus kemudiannya diintegrasikan ke dalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus. [9]

Karena peran penting sel T dalam “menyalakan” semua kekuatan limfosit dan makrofag, sel T helper dapat dianggap sebagai “tombol utama” sistem imun.

Virus AIDS secara selektif menginvasi sel T helper, menghancurkan atau

(18)

melumpuhkan sel-sel yang biasanya mengatur sebagian besar respon imun. Virus ini juga menyerang makrofag yang semakin melumpuhkan sistem imun dan kadang-kadang juga masuk ke sel-sel otak, sehingga timbul demensia (gangguan kapasitas intelektual yang parah) yang dijumpai pada sebagian pasien AIDS.[13]

Dalam tubuh pasien AIDS, partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan tetap terinfeksi.[8]

Pada waktu orang dengan infeksi HIV masih merasa sehat, klinis tidak menunjukkan gejala, pada waktu itu terjadi replikasi HIV yang tinggi, 10 partikel setiap hari. Bersamaan dengan replikasi HIV, terjadi kehancuran limfosit CD4 yang tinggi, untungnya tubuh masih bisa mengkompensasi dengan memproduksi limfosit CD4 sekitar 109 setiap hari.[10]

2.1.5 Klasifikasi HIV/AIDS

Klasifikasi stadium klinis HIV/AIDS WHO dibedakan menjadi 4 stadium seperti yang dinyatakan dalam Tabel 2.1.

(19)

Tabel 2.1: Klasifikasi Stadium Klinis WHO

Sumber:World Health Organisation. Interim WHO Clinical Staging of HIV/AIDS and HIV/AIDS Case Definitions for Surveilence. 2005. (dari http://www.who.int/hiv/pub/guidelines/clinicalstaging.pdf diakses pada 20 Mei 2016)

2.1.6 Diagnosis HIV/AIDS

Untuk diagnosis HIV yang lazim dipakai tes Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) karena mempunyai sensitivitas tinggi, 98,1- 100%. Tes ELISA biasanya memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi.

Stadium Gejala Klinis

I Tidak ada penurunan berat badan

Tanpa gejala atau hanya Limfadenopati Generalisata Persisten II Penurunan berat badan <10%

ISPA berulang: sinusitis, otitis media, tonsilitis, dan faringitis Herpes zooster dalam 5 tahun terakhir

Luka di sekitar bibir (Kelitis Angularis) Ulkus mulut berulang

Ruam kulit yang gatal (seboroik atau prurigo) Dermatitis Seboroik

Infeksi jamur pada kuku III Penurunan berat badan >10%

Diare, demam yang tidak diketahui penyebabnya >1 bulan Kandidiasis oral atau Oral Hairy Leukoplakia

TB Paru dalam 1 tahun terakhir Limfadenitis TB

Infeksi bakterial yang berat: Pneumonia, Piomiosis

Anemia (<8 gr/dl), Trombositopeni Kronik (<50109 per liter) IV Sindroma Wasting (HIV)

Pneumoni Pneumocystis

Pneumonia Bakterial yang berat berulang dalam 6 bulan Kandidiasis esofagus

Herpes Simpleks Ulseratif >1 bulan Limfoma

Sarkoma Kaposi

Kanker Serviks yang invasif Retinitis CMV

TB Ekstra paru Toksoplasmosis Ensefalopati HIV Meningitis Kriptokokus

Infeksi mikobakteria non-TB meluas Lekoensefalopati multifokal progresif Kriptosporidiosis kronis, mikosis meluas

(20)

Hasil positif perlu dikonfirmasikan dengan pemeriksaan Western Blot. Bila hasilnya positif, dilakukan tes ulang karena uji ini dapat memberikan hasil palsu- negatif atau palsu-positif. Bila tetap positif maka pasien dikatakan mengalami HIV seropositif .[7]

Untuk memudahkan diagnosis, WHO menetapkan kriteria diagnosis HIV/AIDS apabila terdapat dua gejala mayor dan satu gejala minor di bawah ini:

1) Gejala Mayor

-Penurunan berat badan > 10% berat badan -Diare kronis > 1 bulan

-Demam > 1 bulan

-Kesadaran menurun dan gangguan neurologis -Demensia

2) Gejala Minor

-Batuk > 1 bulan

-Pruritus Dermatitis menyeluruh -Infeksi umum yang rekuren -Kandidiasis Orofaringeal

-Infeksi Herpes Simpleks yang meluas atau menjadi kronik progresif

-Limfadenopati generalisata.

AIDS merupakan stadium terakhir infeksi HIV. Pasien dinyatakan sebagai AIDS bila perkembangan HIV selanjutnya menunjukkan infeksi-infeksi dan kanker oportunistik yang mengancam jiwa pasien. Selain infeksi dan kanker dalam penetapan CDC 1993, juga termasuk: ensefalopati, sindrom kelelahan yang berkaitan AIDS dan hitungan CD4 <200/ml. CDC menetapkan kondisi dimana infeksi HIV sudah dinyatakan sebagai AIDS.[9]

2.1.7 Terapi Antiretrovirus

Peluang untuk mendapatkan terapi antiretrovirus (ARV) untuk menatalaksana dan mencegah HIV sudah berkembang pesat. Pada tahun-tahun

(21)

terakhir ini sentiasa ada inisiatif untuk memberikan terapi ARV lebih awal dan penggunaan ARV berkembang sebagai pencegah HIV untuk mendapat dampak yang hebat. Terdapat rekomendasi baru dari World Health Organisation (WHO) yang mendukung pemberian ARV kepada semua orang dewasa, remaja dan anak dengan HIV tanpa menghitung jumlah CD4 atau tingkat penyakit.[15] Pemberian ARV tergantung progresifitas penyakit, yang dapat dinilai melalui kadar CD4+ dan kadar RNA HIV serum. Terdapat tiga jenis antiretrovirus yang digolongkan berdasarkan cara kerjanya, yang dapat dilihat pada Tabel 2.2.[16]

Tabel 2.2. HAART (Highly Active Antiretroviral Therapy) Golongan Obat dan Mekanisme Kerja Nama Obat Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor

(NRTI)

Menghambat reverse transcriptase HIV, ssehingga pertumbuhan rantai DNA dan replikasi HIV terhenti.

Abacavir (ABC) Didanosin (ddl) Lamivudine (3TC) Stavudine (d4T),

Zidovudin (ZDZ atau AZT) Nonnucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor

(NNRTI)

Menghambat transkripsi RNA HIV menjadi DNA.

Nevirapin (NVP) Efavirenz (EFV)

Protease Inhibitor (PI)

Menghambat protease HIV, yang mencegah pematangan virus HIV.

Indinavir (IDV) Ritonavir (RTV, r) Lopinavir (LPV) Nelvinafir (NFV) Saquinavir (SQV)

Sumber: Rathbun C. Antiretroviral Therapy for HIV Infection. 2016. (dari http://emedicine.medscape.com/article/1533218-overview#a1 diakses pada 19 Mei 2016)

(22)

2.2 Penyakit Kulit pada Pasien HIV/AIDS

Kulit adalah pembungkus elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan .[10] Salah satu peran kulit adalah sebagai pertahanan eksternal tubuh oleh sel-sel yang terdapat pada kulit yaitu sel melanosit, keratinosit, sel Langerhans dan sel Granstein. [12]

Penyakit kulit muncul hampir secara umum pada perjalanan penyakit HIV, sebagai akibat dari penurunan sistem imun atau berhubungan dengan pengobatan antiretrovirus. Penurunan fungsi sel Langerhans yang terinfeksi HIV menjadi penyebab penyakit pada kulit.[11] Sel CD4 juga terdapat di sel Langerhans pada jaringan kulit. Sel ini juga dapat diinfeksi oleh HIV dan terjadi manifestasi penyakit kulit pada pasien HIV/AIDS. Penyebab manifestasi tersebut adalah karena infeksi berbagai jenis mikroorganisme seperti virus, jamur, atau timbulnya keganasan.[4] Semakin berkurang kadar CD4+ pada tubuh, maka keparahan penyakit kulit akan semakin meningkat, bertambah jumlahnya, dan sulit ditangani.[13]

Secara patofisiologik, gangguan infeksi pada kulit menjadi jelas apabila jumlah sel T helper turun menjadi lebih kecil dari 100/sel mm3.[9] Penyakit kulit tersebut meliputi infeksi oportunistik, gangguan vaskuler, gangguan neoplastik,reaksi erupsi obat, gangguan proliferasi dan xerosis.[4]

2.2.1 Infeksi Oportunistik

Infeksi oportunistik terjadi akibat pertumbuhan berlebih flora normal Candida albicans, peningkatan kolonisasi, reaktivasi infeksi laten virus atau perubahan infeksi subklinis menjadi klinis. Infeksi oportunistik lebih sering terjadi pada penyakit HIV stadium lanjut yang tidak terobati. Infeksi oportunistik meliputi:

1) Infeksi Bakteri

Infeksi bakteri cukup sering dijumpai yakni infeksi Staphylococcus aureus grup A, C dan G dan infeksi Pseudomonas pada daerah subkutan. Dapat

(23)

ditemukan abses dan ulkus pada daerah anal akibat diare yang tidak terkontrol dan menimbulkan iritasi serta infeksi sekunder. Ditemukan selulitis pada jaringan lunak di daerah leher akibat infeksi Haemophillus influenzae dan S. aureus.

Infeksi ini dapat juga terjadi di jaringan lunak lainnya. Sering selulitis ini memerlukan insisi dan drainase.Sifilis banyak ditemukan pada pasien homoeksual. Biasanya pada tes Serologik untuk Sifilis (TSS) ditemukan positif dengan titer yang sangat tinggi. [10]

Pada infeksi mikobakterium sering dijumpai lesi berbentuk ektima tanpa granuloma. Pada pembiakan ditemukan mikobakteria. Jenis yang paling sering dijumpai adalah Mycobacterium avium dan Mycobacterium marinum. Ditemukan juga infeksi protozoa Acanthamoeba castellani dengan penyakit berbentuk papul di daerah tungkai.[10]

Gambar 2.1. Infeksi Stafilokokus pada pasien HIV/AIDS

Sumber: Maurer T.A. Dermatologic Manifestations of HIV Infection. Topics in HIV Medicine. International AIDS Society –USA. 2006

2) Infeksi Virus

Terdapat beberapa infeksi virus yang sering ditemukan pada pasien dengan HIV/AIDS. Antaranya adalah herpes simpleks yaitu penyakit yang tampak pada kulit adalah erosi atau ulkus yang terus-menerus dan sukar dibedakan apakah termasuk infeksi primer atau rekuren, lesi yang ditimbulkan menyebar luar dan sering terlihat seperti impetigo. Bila infeksi rekuren, lesi yang ditimbulkan meluas dan persisten. Sering ditemukan pada daerah perirektal menyerupai hemoroid atau

(24)

abses, yang bila tidak diobati akan meninggalkan ulkus dengan infeksi sekunder.[10]

Pada Pasien HIV/AIDS juga dapat ditemukan penyakit kulit akibat virus varisela zoster yang sering menimbulkan masalah yang hebat. Tanda klinis dari herpes zoster tampak berat dan dapat menimbulkan komplikasi pnemoni. Lesi dapat bertahan lebih dari 10 bulan dan hanya dapat diatasi dengan pemberian Asiklovir intravena dan injeksi globulin. Makin rendah jumlah sel T Helper, makin mudah timbul penyakit zoster yang luas pada berbagai dermatom dan lesi bertahan dalam jangka waktu yang lama.[10]

Infeksi virus Epstein Barr (EBV) akan menyebabkan limfosit yang mengandungi EBV untuk menyokong pertumbuhan HIV sebagai kofaktor.

Keadaan ini akan menyebabkan timbulnya limfoma dan limfoproliferasi yang bertahan lama. Keadaan lain yang dapat timbul adalah mononukleosus primer dan anemi hemolitik. Virus ini banyak dijumpai di bagian lidah.[10]

Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) pada kulit, berupa veruka pada tangan dan kaki, sering kambuh. Sering pula terjadi veruka hemoragik pigmentosa pada daerah wajah. Kondiloma akuminata yang bisa berbentuk besar bahkan bisa rekuren.[10]

3) Infeksi Jamur

Pada pasien HIV/AIDS infeksi jamur pada daerah kulit dan selaput lendir sering dijumpai, terutama bila T helper dibawah 100 sel/mm3. Infeksi yang paling ssering adalah kandidiasis oral yang dijumpai pada lebih 50% pasien AIDS.

Penyakit ini dapat menjalar ke daerah tenggorokan dan esophagus [10].Infeksi jamur lain yang sering dijumpai adalah tinea versikolor. Tinea versikolor merupakan infeksi permulaan yang sering terjadi meski T helper masih di atas 300 sel/mm3.[10]

(25)

2.2.2Gangguan Vaskuler

Gangguan vaskuler atau trombosit yang sering disebut penyakit purpura karena gejala perdarahan pada kulit dan mukosa. Ptekiae merupakan tanda spesifik untuk gangguan vaskuler atau trombosit. Lesi ini merupakan perdarahan kapiler kecil, munculnya sekaligus dalam jumlah banyak begitu pula menghilangnya. Pada penyakit purpura, ptekiae sering dijumpai bersama ekhimosis superfisial yang multipel. Ditemukan pasien dengan angioma kulit multipel setelah suatu infeksi oportunistik pada pasien HIV. Gangguan vaskuler lain merupakan teleangiektasi pada daerah dagu yang disertai demam.

Teleangiektasi akan menghilang bila demam menjadi normal. Akibat trombositopeni terjadi ptekiae. Dapat ditemukan flebitis pada daerah kaki dengan edema yang hebat.[10]

2.2.3Dermatosis

1) Dermatitis Seboroik

Dermatitis Seboroik biasanya tampak pada bagian tubuh berambut.

Gambaran klinis berupa skuama eritematosa. Pada kulit kepala, biasanya ditemukan pembentukan skuama yang luas dan gatal dengan dasar eritematosa.

pada wajah didapatkan eritema berskuama. Dermatitis seboroik merupakan penyakit yang paling sering ditemukan yaitu sebanyak 83%.[10]

2) Psoriasis

Pada psoriasis ditemukan skuama yang lebih tebal, kasar, berlapis-lapis, putih dan tidak berminyak. Ada pasien yang mengeluh rasa gatal, merasa kaku, atau sakit bila bergerak. Penyakit ini disebabkan oleh kerusakan dan perubahan morfologik pada sel epidermis pasien.Lesi kulit yang pertama kali timbul biasanya pada tempat- tempat yang mudah terkena trauma, antara lain: siku, lutut, sakrum, kepala, dan genitalia. Lesi kulit berupa makula eritematus dengan batas jelas, tertutup skuama tebal dan transparan yang lepas pada bagian tepi dan lekat di bagian tengah. Bisa terjadi penyakit kuku, di mana permukaan kuku menjadi

(26)

keruh, kekuningan dan terdapat cekungan (pitting), menebal, dan terdapat sublingual hyperkeratosis sehingga kuku terangkat dari dasarnya.[11]

Gambar 2.2. Psoriasis pada kaki dan aksila

Sumber: Maurer T.A. Dermatologic Manifestations of HIV Infection. Topics in HIV Medicine. International AIDS Society –USA. 2006

3) Papular Pruritus Eruption (PPE)

PPE merupakan salah satu penyakit kulit yang khas pada pasien HIV/AIDS.

Penyakit kulit ini didapati pada 85% pasien HIV/AIDS. Lebih dari 80% kasus didapati pada pasien yang memiliki kadar CD4+ kurang dari 100 sel/μl. Lesi pada kulit berupa papul urtikaria berbatas tegas yang gatal. Eritema menyebar pada leher, ekstremitas, dan wajah. Kadang, lesi didapati berupa ekskoriasi dan hiperpigmentasi akibat garukan.[11]

Gambar 2.3. PPE pada lengan dan tubuh

(27)

Sumber: Maurer T.A. Dermatologic Manifestations of HIV Infection. Topics in HIV Medicine. International AIDS Society –USA. 2006.

d. Folikulitis Eosinofilik

Folikulitis Eosinofilik merupakan penyakit kulit pruritus kronis yang terjadi pada pasien dengan penyakit HIV lanjut. Secara klinis tampak papula folikulitis kecil berwarna merah muda sampai merah, edematous (bisa berupa pustula), simetris di atas garis nipple di dada, lengan proksimal, kepala dan leher.

Perubahan sekunder meliputi ekskoriasi, papul ekskoriasi, liken simpleks kronis, prurigo nodularis juga infeksi Staphylococcus aureus.[11]

Gambar 2.4. Folikulitis Eosinofilik.

Sumber: Maurer T.A. Dermatologic Manifestations of HIV Infection. Topics in HIV Medicine. International AIDS Society –USA. 2006.

4) Fotodermatitis

Fotodermatitis adalah perubahan reaktivitas kulit untuk bereaksi dengan energy sinar. Fotodermatitis pada pasien HIV/AIDS lebih sering disebabkan obat antiretrovirus. Gambaran klinis tampak pada wajah, area “vee” leher, lengan dan tungkai, dan bagian tubuh lainnya yang sering terpapar cahaya matahari.[18]Selain itu, didapatkan juga urtikaria akut sampai lesi papular atau eksematosa. Penyakit dapat terjadi lebih luas dari daerah yang terpajan dan bila adanya eksaserbasi penyakit dapat berlokasi lebih jauh dari daerah pajanan.[10]

(28)

Gambar 2.5. Fotodermatitis pada wajah, leher dan lengan.

Sumber: Maurer T.A. Dermatologic Manifestations of HIV Infection. Topics in HIV Medicine. International AIDS Society –USA. 2006.

2.2.4Reaksi Erupsi Obat

Penyakit kulit yang disebabkan reaksi alergi cukup umum dijumpai terutama karena pemakaian sulfa untuk pengobatan infeksi Pneumocystis carinii dan toxoplasmosis[10]. Gambaran klinis berupa erupsi makula papular yang menyebar luas. Gambaran lain berupa urtikaria, eritema multiformis dan reaksi sistemik lain.Antibiotik seperti penisilin dapat menyebabkan reaksi yang lebih berat pada pasien HIV.[11] Obat- obat antiretrovirus merupakan penyebab tersering penyakit kulit akibat erupsi obat. Karena itu, perlu dilakukan pemilihan kombinasi obat retrovirus yang tepat.[15]

Gambar 2.6. Eritema multiformis akibat erupsi antiretrovirus

Sumber: Maurer T.A. Dermatologic Manifestations of HIV Infection. Topics in HIV Medicine. International AIDS Society

(29)

2.2.5Gangguan Neoplastik 1) Sarkoma Kaposi

Sarkoma Kaposi merupakan tumor yang paling sering ditemukan pada pasien HIV.Sering yang berupa bercak dan nodul yang berwarna purpurik dan menyebabkan kulit menjadi tegang.[11]Penyakit ini muncul pada pasien dengan kadar CD4+ < 800 sel/μl. Lesi biasanya berupa makula, papula, pustula, nodul, atau plak. Penyakit ini merupakan salah satu tanda khas infeksi HIV.[10]

Gambar 2.7. Sarkoma Kaposi pada pasien dengan terapi antiretroviral.

Sumber: Maurer T.A. Dermatologic Manifestations of HIV Infection. Topics in HIV Medicine. International AIDS Society –USA. 2006.

2.2.6Xerosis atau Kulit Kering

Xerosis sering ditemui sebagai komplikasi dari penyakit defisiensi imun.

Pasien mengeluh kering dan gatal yang menjadi lebih buruk oleh banyak stimulus.

Prevalensi kulit kering pada pasien HIV menurun setelah adanya Highly Active Antiretrovirus Therapy (HAART), namun terkadang dapat terlihat pada pasien yang mengkonsumsi obat indinavir. [11]

Penyakit kulit diatas adalah beberapa penyakit kulit yang sering dijumpai pada pasien HIV/AIDS. Salah satu penelitian yang dilakukan di Iran pada tahun 2012 mendapatkan prevalensi penyakit kulit pada pasien HIV/AIDS di Iran yang dapat dilihat pada Tabel 2.3.

(30)

Tabel 2.3. Prevalensi Penyakit Kulit pada 90 Pasien HIV/AIDS di Iran.

Penyakit Kulit Frekuensi Presentase (%)

Dermatitis 30 22.3

Dermatitis Seboroik 18 13.8

Folikulitis 9 6.7

Dermatofitosis 9 6.7

Kandidiasis Oral 9 6.7

Molluskum Kontagiosum 9 6.7

Herpes Zoster 5 3.6

Acne Vulgaris 4 2.9

Pruritis 3 2.1

Urtikaria 3 2.1

Psoriasis 3 2.1

Ekzema 2 1.4

Melasma 2 1.4

Apthe Oral 2 1.4

Sumber: Foroughi M., Koochak H.E., Roosta N, et al. Prevalence of Dermatologic Manifestations among People Living with HIV/AIDS in Imam Khomeini Hospital in Tehran, Iran. Iranian Research Center for HIV/AIDS

(IRCHA), Tehran, Iran. 2013. (dari http://www.academicjournals.org/journal/JAHR/article-abstract/E768DEE4474

diakses pada 20 April 2016)

Selain itu, pada tahun 2014 sebuah penelitian telah dilakukan di Nigeria untuk mendapatkan pola penyakit kulit pasien HIV dan AIDS mengikut jenis kelamin yang dapat dilihat di Tabel 2.4.

(31)

Tabel 2.4. Penyakit Kulit Pasien HIV/AIDS Mengikut Jenis Kelamin di Nigeria.

Penyakit Kulit Pria Wanita Total

Anogenital warts / verruca plana 2 4 6

Herpes simpleks labialis / genitalis 1 4 5

Herpes zoster 3 3 6

Molluskum kontagiosum 1 0 1

Mumps 0 1 1

Carbunculosis/ folliculitis barbae 2 3 5

Oral thrush/ oesophageal thrush 14 36 50

Tinea faciae 1 0 1

Tinea corporis 1 6 7

Tinea manuum 0 1 1

Tinca ungium 2 3 5

Kandidiasis vaginal 0 14 14

Loa loa and elephantiasis 2 0 2

Angular stomatitis 1 0 1

Eosinophillic folliculitis 2 0 2

Miliaria rubra 0 1 1

Pruritic Papular Eruption 15 23 38

Pruritis 1 1 2

Psoariasis 0 2 2

Seborrheic dermatitis 1 2 3

Scar 0 1 1

Striae 0 1 1

Xerosis 0 1 1

Tiada penyakit kulit 32 70 102

Total 71 (33%) 144 (67%) 215 (100%)

Sumber: Oninla O.A, Mucocutaneous Manifestation of HIV and the Correlation With WHO Clinical Staging in a Tertiary Hospital in Nigeria. Obafemi Awolowo

University, Nigeria. 2014. (dari http://www.hindawi.com/journals/art/2014/360970/ diakses pada 20 April 2014)

(32)

Karakteristik Pasien HIV/AIDS:

-Usia

-Jenis kelamin -Tingkat pendidikan -Pekerjaan

BAB 3

KERANGKATEORI DAN KERANGKA KONSEP

3.1 KERANGKA TEORI

HIV

Infeksi sel CD4+ dan menyebabkan

penurunan sistem imun tubuh manusia

Penularan HIV terjadi melalui cairan tubuh (semen, sekret vagina dan darah)

Diagnosis

Pola Penyakit

Kulit Infeksi Oportunistik

-Bakteri -Jamur -Virus

Gangguan Neoplastik

Dermatosis

Stadium

Gangguan Vaskuler

Reaksi Erupsi Obat

Xerosis

Penatalaksanaan Antiretrovirus Keterangan:

Diteliti:

Tidak diteliti:

(33)

Pasien HIV/ AIDS

Karakteristik pasien HIV/AIDS:

-Usia

-Jenis kelamin -Tingkat pendidikan -Pekerjaan

3.2. Kerangka Konsep Operasional

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.2 Skema Kerangka Konsep Penelitian.

Pola Penyakit Kulit:

-Infeksi oportunistik -Dermatosis

-Gangguan vaskuler -Gangguan neoplastik -Reaksi erupsi obat -Xerosis

Variabel Independen Variabel Dependen

(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain potong-melintang (cross sectional) untuk menentukan penyakit-penyakit kulit yang diderita pasien HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (RSUP HAM) tahun 2013-2015.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian direncanakan akan mulai pada Agustus 2016 sehingga November 2016 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan bahwa RSUP HAM merupakan pusat pelayanan yang besar di Medan, lokasi terjangkau, dan juga memiliki Pusat Pelayanan Khusus Voluntary Counseling Test (VCT) dengan data rekam medis yang lengkap mengenai pasien HIV/AIDS dengan penyakit kulit.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang didiagnosis dengan HIV/AIDS baik rawat inap dan rawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Sampel penelitian pula adalah seluruh pasien yang didiagnosis HIV/AIDS dan semua pasien HIV/AIDS yang mempunyai penyakit kulit pada tahun 2013-2015. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling.

Kriteria inklusi:

1. Semua pasien HIV/AIDS yang didiagnosis dengan penyakit kulit di RSUP HAM tahun 2013-2015.

Kriteria eksklusi: Data rekam medis yang tidak lengkap memuat data yang akan diteliti.

(35)

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh melalui data sekunder yaitu rekam medik di RSUP HAM tahun 2013-2015.

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

Semua data yang terkumpul dicatat dan dilakukan editing dan coding, kemudian dimasukkan ke dalam program komputer. Jenis analisis statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi.

4.6 Definisi Operasional Tabel 4.6. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur

Alat Ukur

Skala

Pengukuran Pola penyakit

kulit

Setiap penyakit kulit yang diderita pasien HIV/AIDS akibat penurunan sistem imun dan pengobatan antiretrovirus yang tercatat dalam rekam medis.

Rekam Medis

Rekam Medis

Nominal

Pasien HIV/AIDS

Orang yang didiagnosis mengalami HIV/AIDS dan tercatat dalam rekam medis.

Rekam Medis

Rekam Medis

Nominal

Jenis kelamin Jenis kelamin pasien sesuai yang tercatat pada rekam medis.

Dikategorikan atas;

1. Laki-laki 2. Perempuan

Rekam Medis

Rekam Medis

Interval

Usia Lama waktu hidup atau

keberadaan seseorang mulai dari lahir hingga ulang tahun terakhirnya.

Kategori Umur Menurut Depkes RI (2009) :

1. Masa remaja akhir : 17 - 25 tahun.

2. Masa dewasa awal : 26- 35 tahun.

3. Masa dewasa akhir : 36- 45 tahun.

4. Masa lansia awal : 46- 55 tahun

Rekam Medis

Rekam Medis

Ordinal

(36)

Tingkat pendidikan

Ijazah formal tertinggi yang pernah di capai oleh seseorang.

Tingkat pendidikan dikategorikan menjadi :

1.Tidak bersekolah 2. Sekolah dasar (SD)

3. Sekolah Latihan Tingkat Atas (SLTA)

5. Perguruan Tinggi (Diploma, Sarjana, Magister, Doktor)

Rekam Medis

Rekam Medis

Nominal

Pekerjaan Suatu kegiatan atau aktivitas responden sehari-hari.

1. Tidak bekerja 2. Bekerja Sendiri 3. PNS

4. Wiraswasta 5. Honorer

6. Ibu Rumah Tangga

Rekam Medis

Rekam Medis

Nominal

(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

5.1.1.1. RSUP Haji Adam Malik Medan

Penelitian dilakukan RSUP Haji Adam Malik Medan, di mana rumah sakit ini merupakan rumah sakit kelas A dan merupakan Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau. RSUP Haji Adam Malik juga merupakan Rumah Sakit Pendidikan Universitas Sumatera Utara. Rumah Sakit ini dibangun di atas tanah seluas ± 10 Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No.17 Km 12 Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.

5.1.1.2. Pusat Pelayanan Khusus Klinik VCT RSUP Haji Adam Malik Medan

Klinik VCT RSUP Haji Adam Malik medan merupakan wadah pelayanan khusus yang didirikan untuk memberikan pelayanan kesehatan, baik individu maupun kelompok berisiko terinfeksi HIV, berupa konseling pra tes, tes HIV, dan konseling pasca tes. Klinik ini terletak di sebelah kanan pintu masuk utama RSUP Haji Adam Malik Medan.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Dalam penelitian ini, sampel yang terpilih sebanyak 521 pasien HIV/AIDS, yang terdiri dari pasien rawat inap dan rawat jalan, yang dirujuk ke Departemen Kulit dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan. Dari keseluruhan sampel, karakteristik yang dapat diamati adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan pasien. Berdasarkan data-data tersebut dapat dibuat karakteristik subjek penelitian sebagai berikut:

(38)

5.1.2.1 Usia

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia

Dari Tabel 5.1. dapat dilihat frekuensi tertinggi penderita HIV/AIDS dengan penyakit kulit terbanyak pada usia 26-35 (48,8%). Frekuensi terkecil terdapat pada kelompok usia 46-55 tahun sebanyak 4,0%.

5.1.2.2. Jenis Kelamin

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel berdasarkan Jenis Kelamin

Dari Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar pasien HIV/AIDS dengan penyakit kulit adalah laki-laki yaitu sebanyak 69,5%, sedangkan Usia

Tahun Total

2013 2014 2015

n (%) n (%) n (%) n %

17-25 7 1,3 11 2,1 15 2,9 33 6,3

26-35 69 13,2 107 20,5 78 15,0 254 48,8

36-45 83 15,9 60 11,5 70 13,4 213 40,9

46-55 5 1,0 7 1,3 9 1,7 21 4,0

Total 164 31,5 185 35,5 172 33,0 521 100,0

Jenis Kelamin

Tahun Total

2013 2014 2015

n (%) n (%) n (%) n %

Laki-Laki 114 21,9 139 26,7 109 20,9 362 69,5

Perempuan 50 9,6 46 8,8 63 12,1 159 30,5

Total 164 31,5 185 35,5 172 33,0 521 100,0

(39)

perempuan mewakili 30,5% dari keseluruhan jumlah sampel yaitu sebanyak 159 kasus.

5.1.2.3 Tingkat Pendidikan

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar penderita HIV/AIDS merupakan tamatan SLTA yaitu mewakili 458 orang sebanyak 87,9%

daripada 521 orang pasien HIV/AIDS yang didiagnosis dengan penyakit kulit.

Pasien yang paling sedikit adalah dari kalangan pasien yang tidak bersekolah yaitu hanya sebanyak 9 pasien (1,7%).

Tingkat Pendidikan

Tahun Total

2013 2014 2015

n (%) n (%) n (%) n %

Tidak Bersekolah

4 0,8 2 0,4 3 0,6 9 1,7

SD 8 1,5 8 1,5 9 1,7 25 4,8

SLTA 145 27,8 169 32,4 144 27,6 458 87,9 Perguruan

Tinggi

7 1,3 6 1,2 16 3,1 29 5,6

Total 164 31,5 185 35,5 172 33 521 100

(40)

5.1.2.4 Pekerjaan

Data mengenai pekerjaan pasien HIV/AIDS pada tahun 2013-2015 dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Berdasarkan Pekerjaan

Dari data mengenai pekerjaan pasien HIV/AIDS dapat dilihat pada Tabel 5.4, dapat diketahui bahwa sebagian besar pasien HIV/AIDS yang didiagnosis dengan penyakit kulit paling banyak adalah dari kalangan wiraswasta yaitu sebanyak 34,7% sedangkan pasien yang paling sedikit adalah honorer yang mewakili hanya 6 kasus (1,2%).

5.1.3 Distribusi Frekuensi Penyakit Kulit pada Pasien HIV/AIDS RSUPHAM Berikut adalah hasil data lengkap mengenai penyakit kulit yang diderita pasien AIDS di RSUP Haji Adam Malik Medan sejak tahun 2013-2015.

Pekerjaan

Tahun Total

2013 2014 2015

n (%) n (%) n (%) n %

Tidak Bekerja

34 6,5 14 2,7 5 1 53 10,2

Bekerja Sendiri

43 8,3 35 6,7 15 2,9 93 17,9

PNS 50 9,6 75 14,4 29 5,6 154 29,6

Wiraswasta 19 3,6 50 9,6 112 21,5 181 34,7

Honorer 2 0,4 0 0 4 0,8 6 1,2

Ibu Rumah Tangga

16 3,1 11 2,1 7 1,3 34 6,5

Total 164 31,5 185 35,5 172 33 521 100

(41)

Tabel 5.5. Penyakit Kulit pada 521 Pasien HIV/AIDS di RSUPHAM

Dari 521 pasien HIV/AIDS, penyakit kulit yang terbanyak dijumpai adalah kandidiasis oral, reaksi erupsi obat dan PPE yaitu sebanyak 51,2%, 16,5%, 11,1%

sedangkan penyakit kulit yang paling sedikit ditemukan dalam kurung waktu 3 tahun ini adalah prurigo senilis. Gonorrhea, molluskum kontangiosum dan herpes zoster yaitu sebanyak 1 kasus (0,2%) setiapnya.

Penyakit Kulit

Tahun Total

2013 2014 2015

n (%) n (%) n (%) n %

Kandidiasis Oral 92 17,7 97 18,6 78 15,0 267 51,2 Reaksi Erupsi Obat 27 5,2 37 7,1 22 4,2 86 16,5 PruriticPapular

Eruption

12 2,3 16 3,1 30 5,8 58 11,1

Kandidiasis Orofaring

10 1,9 5 1,0 17 3,3 32 6,1

Dermatitis Kontak 6 1,2 7 1,3 2 0,4 15 2,9

Pioderma 2 0,4 4 0,8 4 0,8 10 1,9

Kondiloma Akuminata

3 0,6 1 0,2 1 0,2 5 1,0

Dermatitis Seboroik 2 0,4 3 0,6 0 0,0 5 1,0

Impetigo 1 0,2 1 0,2 3 0,6 5 1,0

Varisela 0 0,0 1 0,2 3 0,6 4 0,8

Xerosis 0 0,0 0 0,0 3 0,6 3 0,6

Furunkulosis 3 0,6 0 0,0 0 0,0 3 0,6

Prurigo Nodularis 1 0,2 1 0,2 0 0,0 2 0,4

Psoariasis 0 0,0 2 0,4 0 0,0 2 0,4

Oral Hairy Leukoplakia

0 0,0 0 0,0 2 0,4 2 0,4

Tinea Korporis 0 0,0 1 0,2 1 0,2 2 0,4

Prurigo Senilis 0 0,0 1 0,2 0 0,0 1 0,2

Gonorrhea 1 0,2 0 0,0 0 0,0 1 0,2

Molluskum Kontagiosum

0 0,0 1 0,2 0 0,0 1 0,2

Herpes Zoster 1 0,2 0 0,0 0 0,0 1 0,2

Total 164 31,5 185 35,5 172 33,0 521 100,0

(42)

5.1.3.1 Distribusi Penyakit Kulit Berdasarkan Usia Pasien HIV/AIDS Tabel 5.6.Distribusi Penyakit Kulit Berdasarkan Usia Pasien HIV/AIDS

Penyakit Kulit Usia Total

n (%) 17-25

n (%)

26-35 n (%)

36-45 n (%)

46-55 n (%)

Kandidiasis Oral 18 (3,5) 127 (24,4) 112 (21,5) 10 (1,9) 267 (51,2) Reaksi Erupsi Obat 5 (1,0) 36 (6,9) 42 (8,1) 3 (0,6) 86 (16,5) Pruritic Papular

Eruption

2(0,4) 34 (6,5) 21 (4,0) 1 (0,2) 58 (11,1) Kandidiasis

Orofaring

1 (0,2) 13 (2,5) 16 (3,1) 2 (0,4) 32 (6,1) Dermatitis Kontak 0 (0,0) 11 (2,1) 3 (0,6) 1 (0,2) 15 (2,9) Pioderma 2 (0,4) 4 (0,8) 3 (0,6) 1 (0,2) 10 (1,9) Kondiloma

Akuminata

0 (0,0) 1 (0,2) 4 (0,8) 0 (0,0) 5 (1,0) Dermatitis

Seboroik

0(0,0) 4 (0,8) 1 (0,2) 0 (0,0) 5 (1,0) Impetigo 1 (0,2) 1 (0,2) 1 (0,2) 2 (0,4) 5 (1,0) Varisela 0 (0,0) 3 (0,6) 1 (0,2) 0 (0,0) 4 (0,8) Xerosis 1 (0,2) 1 (0,2) 1 (0,2) 0 (0,0) 3 (0,6) Furunkulosis 0 (0,0) 3 (0,6) 0 (0,0) 0 (0,0) 3 (0,6) Prurigo Nodularis 0 (0,0) 2 (0,4) 0 (0,0) 0 (0,0) 2 (0,4) Psoariasis 0 (0,0) 2 (0,4) 0 (0,0) 0 (0,0) 2 (0,4) Oral Hairy

Leukoplakia

0 (0,0) 2 (0,4) 0 (0,0) 0 (0,0) 2 (0,4) Tinea Korporis 0 (0,0) 1 (0,2) 1 (0,2) 0 (0,0) 2 (0,4) Prurigo Senilis 0 (0,0) 1 (0,2) 0 (0,0) 0 (0,0) 1 (0,2) Gonorrhea 0 (0,0) 1 (0,2) 0 (0,0) 0 (0,0) 1 (0,2) Molluskum

Kontagiosum

0 (0,0) 1 (0,2) 0 (0,0) 0 (0,0) 1 (0,2) Herpes Zoster 0 (0,0) 0 (0,0) 1 (0,2) 0 (0,0) 1 (0,2) Total 33 (6,3) 254 (48,8) 213 (40,9) 21 (4,0) 521 (100,0)

Dari Tabel 5.6 diatas, pada semua kelompok usia paling sering ditemukan penyakit kandidiasis oral yaitu sebanyak 3,5% di usia remaja akhir (17-25 tahun),

(43)

24,4% di kelompok usia dewasa awal (26-35 tahun), 21,5% di kelompok dewasa awal (36-45 tahun), dan 1,9% di kelompok lansia awal (46-55 tahun).

5.1.3.2 Distribusi Frekuensi Penyakit Kulit Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Penyakit Kulit Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari Tabel 5.7. pada 521 pasien HIV/AIDS penyakit kulit paling banyak diderita adalah kandidiasis oral, yaitu pada pasien laki-laki sebanyak 36,1% dan pada pasien perempuan sebanyak 15,2%.

Penyakit Kulit

Jenis Kelamin

Total Laki-Laki Perempuan

n (%) n (%) n %

Kandidiasis Oral 188 36,1 79 15,2 267 51,2

Reaksi Erupsi Obat 59 11,3 27 5,2 86 16,5

Pruritic Papular Eruption 40 7,7 18 3,5 58 11,1

Kandidiasis Orofaring 23 4,4 9 1,7 32 6,1

Dermatitis Kontak 11 2,1 4 0,8 15 2,9

Pioderma 7 1,3 3 0,6 10 1,9

Kondiloma Akuminata 2 0,4 3 0,6 5 1,0

Dermatitis Seboroik 2 0,4 3 0,6 5 1,0

Impetigo 3 0,6 2 0,4 5 1,0

Varisela 3 0,6 1 0,2 4 0,8

Xerosis 3 0,6 0 0,0 3 0,6

Furunkulosis 1 0,2 2 0,4 3 0,6

Prurigo Nodularis 2 0,4 0 0,0 2 0,4

Psoariasis 1 0,2 1 0,2 2 0,4

Oral Hairy Leukoplakia 1 0,2 1 0,2 2 0,4

Tinea Korporis 0 0,0 2 0,4 2 0,4

Prurigo Senilis 1 0,2 0 0,0 1 0,2

Gonorrhea 1 0,2 0 0,0 1 0,2

Molluskum Kontagiosum 0 0,0 1 0,2 1 0,2

Herpes Zoster 1 0,2 0 0,0 1 0,2

Total 362 69,5 159 30,5 521 100,0

(44)

5.1.3.3 Distribusi Frekuensi Penyakit Kulit Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Penyakit Kulit Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Penyakit Kulit Taraf Pendidikan Total

n (%) Tidak

Bersekolah n (%)

SD n (%)

SLTA n (%)

Perguruan Tinggi

n (%)

Kandidiasis Oral 7 (1,3) 12 (2,3) 235 (45,1) 13 (2,5) 267 (51,2) Reaksi Erupsi Obat 0 (0,0) 4 (0,8) 77 (14,8) 5 (1,0) 86 (16,5) PruriticPapular

Eruption

2 (0,4) 1 (0,2) 50 (9,6) 5 (1,0) 58 (11,1) Kandidiasis

Orofaring

0 (0,0) 2 (0,4) 29 (5,6) 1 (0,2) 32 (6,1) Dermatitis Kontak 0 (0,0) 1 (0,2) 12 (2,3) 2 (0,4) 15 (2,9) Pioderma 0 (0,0) 2 (0,4) 8 (1,5) 0 (0,0) 10 (1,9) Kondiloma

Akuminata

0 (0,0) 1 (0,2) 4 (0,8) 0 (0,0) 5 (1,0) Dermatitis

Seboroik

0 (0,0) 0 (0,0) 3 (0,6) 2 (0,4) 5 (1,0) Impetigo 0 (0,0) 1 (0,2) 4 (0,8) 0 (0,0) 5 (1,0) Varisela 0 (0,0) 0 (0,0) 4 (0,8) 0 (0,0) 4 (0,8) Xerosis 0 (0,0) 0 (0,0) 3 (0,6) 0 (0,0) 3 (0,6) Furunkulosis 0 (0,0) 0 (0,0) 3 (0,6) 0 (0,0) 3 (0,6) Prurigo Nodularis 0 (0,0) 0 (0,0) 2 (0,4) 0 (0,0) 2 (0,4) Prurigo Senilis 0 (0,0) 0 (0,0) 1 (0,2) 0 (0,0) 1 (0,2) Psoariasis 0 (0,0) 0 (0,0) 2 (0,4) 0 (0,0) 2 (0,4) Oral Hairy

Leukoplakia

0 (0,0) 0 (0,0) 1 (0,2) 1 (0,2) 2 (0,4) Gonorrhea 0 (0,0) 0 (0,0) 1 (0,2) 0 (0,0) 1 (0,2) Molluskum

Kontagiosum

0 (0,0) 0 (0,0) 1 (0,2) 0 (0,0) 1 (0,2) Herpes Zoster 0 (0,0) 0 (0,0) 1 (0,2) 0 (0,0) 1 (0,2) Total 9 (1,7) 25 (4,8) 458 (87,9) 29 (5,6) 521

(100,0)

Dari Tabel 5.8 ditemukan pasien dengan tingkat pendidikan SLTA mendapat penyakit kulit yang terbanyak yaitu sebanyak 87,9% yang majoritinya menderita kandidiasis oral (45,1%). Sedangkan pasien HIV/AIDS yang tidak

(45)

bersekolah merupakan pasien tingkat pendidikan paling sedikit dengan persentase sebanyak 1,7% yang mana 1,3% daripada itu menderita kandidiasis oral.

5.1.3.4 Distribusi Frekuensi Penyakit Kulit Berdasarkan Pekerjaan.

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Penyakit Kulit Berdasarkan Pekerjaan.

Penyakit Kulit

Jumlah Penyakit Kulit Berdasarkan Pekerjaan Total

n (%) Tidak

Bekerja n (%)

Bekerja Sendiri

n (%)

PNS

n (%)

Wira Swasta n (%)

Honorer n (%)

Ibu Rumah Tangga n (%) Kandidiasis

Oral

35 (6,7) 49 (9,4) 76 (14,6) 89 (17,1) 3 (0,6) 15 (2,9) 267 (51,2) Reaksi Erupsi

Obat

3 (0,6) 9 (1,7) 40 (7,7) 23 (4,4) 2 (0,4) 9 (1,7) 86 (16,5) PruriticPapula

r Eruption

2 (0,4) 11 (2,1) 11 (2,1) 29 (5,6) 1 (0,2) 4 (0,8) 58 (11,1) Kandidiasis

Orofaring

1 (0,2) 7 (1,3) 8 (1,5) 14 (2,7) 0 (0,0) 2 (0,4) 32 (6,1)

Dermatitis Kontak

1 (0,2) 7 (1,3) 5 (1,0) 2 (0,4) 0 (0,0) 0 (0,0) 15 (2,9)

Pioderma 3 (0,6) 1 (0,2) 2 (0,4) 3 (0,6) 0 (0,0) 1 (0,2) 10 (1,9) Kondiloma

Akuminata

1 (0,2) 0 (0,0) 2 (0,4) 1 (0,2) 0 (0,0) 1 (0,2) 5 (1,0)

Dermatitis Seboroik

1 (0,2) 2 (0,4) 1 (0,2) 0 (0,0) 0 (0,0) 1 (0,2) 5 (1,0)

Impetigo 1 (0,2) 1 (0,2) 1 (0,2) 2 (0,4) 0 (0,0) 0 (0,0) 5 (1,0) Varisela 0 (0,0) 0 (0,0) 1 (0,2) 3 (0,6) 0 (0,0) 0 (0,0) 4 (0,8) Xerosis 0 (0,0) 0 (0,0) 0 (0,0) 3 (0,6) 0 (0,0) 0 (0,0) 3 (0,6) Furunkulosis 1 (0,2) 1 (0,2) 0 (0,0) 0 (0,0) 0 (0,0) 1 (0,2) 3 (0,6) Prurigo

Nodularis

0 (0,0) 1 (0,2) 0 (0,0) 1 (0,2) 0 (0,0) 0 (0,0) 2 (0,4)

Psoariasis 0 (0,0) 0 (0,0) 2 (0,4) 0 (0,0) 0 (0,0) 0 (0,0) 2 (0,4) Oral Hairy

Leukoplakia

0 (0,0) 0 (0,0) 0 (0,0) 2 (0,4) 0 (0,0) 0 (0,0) 2 (0,4)

Tinea Korporis 0 (0,0) 0 (0,0) 2 (0,4) 0 (0,0) 0 (0,0) 0 (0,0) 1 (0,2) Prurigo Senilis 0 (0,0) 0 (0,0) 0 (0,0) 1 (0,2) 0 (0,0) 0 (0,0) 1 (0,2) Gonorrhea 0 (0,0) 0 (0,0) 1 (0,2) 0 (0,0) 0 (0,0) 0 (0,0) 1 (0,2) Molluskum

Kontagiosum

0 (0,0) 0 (0,0) 1 (0,2) 0 (0,0) 0 (0,0) 0 (0,0) 1 (0,2)

Herpes Zoster 0 (0,0) 1 (0,2) 0 (0,0) 0 (0,0) 0 (0,0) 0 (0,0) 1 (0,2) Total 53 (10,2) 93 (17,9) 154 (29,6) 181

(34,7)

6 (1,2) 34 (6,5) 521 (100,0)

(46)

Dari Tabel 5.9 didapati paling sering pasien HIV/AIDS yang didiagnosis dengan penyakit kulit adalah pasien yang bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 34,7%. Mayoritas dari wiraswasta tersebut adalah penderita kandidiasis oral yaitu sebanyak 17,1%. Pekerjaan yang paling sedikit ditemukan adalah honorer yaitu hanya ditemukan sebanyak 1,2% yang mana 0,6% daripadanya merupakan kasus kandidiasis oral.

5.2. Pembahasan

Jumlah dari seluruh pasien yang menjalani rawat inap dan rawat jalan di RSUP haji Adam Malik pada tahun 2013-2015 adalah sebesar 937 pasien. Dari seluruh pasien tersebut, 521 (55,6%) menderita penyakit kulit. Penelitian di India pada tahun 2006–2007 menunjukkan dari 181 pasien HIV/AIDS ditemukan penyakit kulit sebanyak 45,3%.20 Begitu juga penelitian di Tehran-Iran tahun 2012 menunjukkan sebanyak 32,6% pasien mendapat penyakit kulit.6

5.2.1 Distribusi Penyakit Kulit Pada Pasien HIV/AIDS

Penyakit kulit pada pasien HIV/AIDS terbanyak didapatkan adalah kandidiasis oral sebanyak 267 kasus (51,2%). Terbanyak kedua adalah reaksi erupsi obat sebesar 86 kasus (16,5%) diikuti, pruritic papular eruption (PPE) sebesar 58 kasus (11,1%), diikuti dengan kandidiasis orofaring sebesar 32 kasus (6,1%). Hal itu sesuai dengan penelitian pada tahun 2014 di Nigeria, terdapat penyakit kulit terbanyak adalah kandidiasis oral sebesar 66,3%.23 Begitu pula dengan penelitian pada tahun 2008 di India 32,2% adalah kandidiasis oral.24 Dalam satu penelitian di India juga menyebutkan, PPE merupakan penyakit kulit yang terbanyak didapatkan (25,6%) dan terdapat 24% pasien yang mendapat lebih dari satu penyakit kulit.25

Kandidiasis oral merupakan penyakit kulit yang paling banyak didapatkan pada pasien HIV & AIDS, karena infeksi HIV dapat berkembang menjadi AIDS, penanda utamanya adalah jumlah sel +CD4 dan jumlah virus HIV.4 Progresifitas infeksi HIV paling sering muncul dan mudah diamati adalah lesi intraoral.

Rongga mulut banyak terdapat koloni kuman, selain itu rongga mulut juga tempat

(47)

masuknya makanan jika tidak dijaga kebersihan rongga mulut akan mudah menimbulkan kerusakan mukosa.4

Penggunaan obat-obat antiretroviral dan antibiotik golongan sulfa sering mencetuskan erupsi obat pada pasien HIV/AIDS. Mekanisme terjadinya erupsi obat dapat secara non-imunologik dan imunologik sebagian besar merupakan reaksi imunologik. Erupsi obat dengan mekanisme imunologik disebut juga erupsi obat alergik. Satu macam erupsi dapat disebabkan oleh berbagai macam obat, sedangkan satu macam obat dapat menimbulkan berbagai macam erupsi.28PPE yang timbul pula sering dikaitkan dengan jumlah sel CD4 pasien yang berjumlah lebih rendah dari 200 sel/mm3 yaitu pasien HIV/AIDS pada stadium 3 dan 4.29

5.2.2Distribusi Penyakit Kulit Berdasarkan Usia Pasien HIV/AIDS

Pasien HIV/AIDS yang mendapat penyakit kulit terbanyak pada tahun 2013-2015 adalah kelompok umur 26-35 tahun sejumlah 254 pasien (48,8%).

Dalam penelitian di Surabaya pada tahun 2015, kelompok 25-44 tahun mempunyai persentase tertinggi yaitu sebanyak 70,8%.4Hal itu disebabkan karena rentang umur 25-44 tahun memiliki aktifitas seksual yang tinggi.4Penelitian di Semarang pada tahun 2009 mendapati kelompok usia 21-30 tahun mempunyai persentase pasien HIV/AIDS tertinggi yaitu 43,42%.19

5.2.3 Distribusi Penyakit Kulit Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien HIV/AIDS Jenis kelamin pasien HIV/AIDS yang mengalami penyakit kulit terbanyak adalah berjenis kelamin laki-laki (69,5%). Dalam penelitian retrospekstif di Tehran-Iran tahun 2012 mendapatkan 80,1% pasien HIV & AIDS yang mengalami penyakit kulit adalah laki-laki.6Penelitian pada tahun 2014 di Guru Nanak Dev Hospital India menyebutkan 75,6% berjenis kelamin laki-laki.21 Begitu juga penelitian pada tahun 2005 sebanyak 76% adalah laki-laki. Hal itu kemungkinan karena laki-laki memiliki aktifitas di luar rumah yang lebih besar sehingga kemungkinan potensi untuk terinfeksi HIV & AIDS semakin besar.22 Sebagai contoh, berpindah-pindah kerja dari satu kota ke kota lain mengakibatkan

Referensi

Dokumen terkait

The offspring of the low-licking/grooming arched-back nursing mothers show increased CRF receptor levels in the locus coeruleus and decreased central benzodiazepine receptor levels

James R Bettman; Mary Frances Luce; John W Payne.. Journal of Consumer Research; Dec 1998; 25, 3; ABI/INFORM

• Taxes are compulsory government-imposed charges levied on citizens and their property.. • Progressive income tax is the tax

The discovered height deviations between the model points and the points surveyed using geodetic methods comply with declared standard errors of the models both

To obtain well-distributed, stable and quantity controllable features, UR-SIFT algorithm is adopted in source image, meanwhile, SIFT with lower contrast threshold

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata

[r]

Merely the application of the M4P market system framework (Figure 1) to a typical RAS system, illustrates the usefulness of this framework – but also the importance