• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

13

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Perekonomian Indonesia secara Makro

Menurut McEachern (2016), ilmu ekonomi makro mempelajari perekonomian dalam suatu negara secara keseluruhan seperti tingkat produksi, tingkat pengangguran, pertumbuhan ekonomi, maupun faktor lainnya yang dapat menggambarkan struktur kegiatan ekonomi dari negara tersebut. Pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2018, perekonomian Indonesia berjalan secara tidak menentu dimana terdapat beberapa kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya dalam menjaga perekonomian Indonesia agar tetap stabil.

Pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014, Indonesia dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono dimana terdapat 4 kebijakan utama yang mengatur BI rate, nilai tukar rupiah dalam pasar valuta asing, operasi moneter, serta kebijakan makroprudensial untuk pengelolaan likuiditas dan lalu lintas modal.

Pada era kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono, Indonesia dapat bangkit dari krisis ekonomi global dimana terjadi commodity boom yang menyebabkan ekspor meningkat, serta pendapatan maupun konsumsi rumah tangga yang turut meningkat.

Namun, pada tahun 2013, terjadi pelemahan rupiah terhadap dolar akibat adanya ketidakpastian dalam penyelesaian krisis utang Eropa sehingga investor

(2)

14 asing lebih memilih untuk berinvestasi pada dolar. Beberapa kebijakan yang dilakukan pemerintah adalah mendorong ekspor dengan deduction tax sebesar minimal 30% dari produksi, mengurangi impor migas, serta meningkatkan pajak barang impor bermerek dari 75% menjadi 125%-150%.

Pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2018, Indonesia dipimpin oleh Joko Widodo dimana terdapat beberapa kebijakan yang diberlakukan seperti penguatan pembiayaan ekspor melalui national interest account, simplifikasi perizinan usaha, pembagian beras miskin maupun BPJS, penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan listrik, Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang lebih murah dan meluas, dan insentif pajak pada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Beberapa kebijakan pada era ini dibuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang dimana banyak dilakukan pembangunan infrastruktur maupun mendorong pengembangan usaha dalam negeri.

Namun, pada tahun 2015, rupiah kembali melemah yang disebabkan oleh pemulihan ekonomi di Amerika serta dinamika politik yang tidak menentu pada masa transisi pemerintahan. Pemerintah melakukan intervensi dalam pasar forward, menerbitkan Sertifikat Deposito Bank Indonesia 3 bulan, serta menurunkan holding period dari SBI dari 1 bulan menjadi 1 minggu.

Selain itu, pada tahun 2018, rupiah mengalami pelemahan terburuk terhadap dollar akibat dari eskalasi dari perang dagang antara Amerika dan China, krisis pasar berkembang, serta keadaan ekonomi di Amerika yang sedang menguat. Bank Indonesia melakukan intervensi dengan menaikkan suku bunga

(3)

15 acuan, sementara pemerintah berupaya memperbaiki defisit anggaran dengan menerapkan kebijakan biodiesel 20%.

2.1.2. Gross Domestic Product

Gross Domestic Product adalah market value dari sejumlah produk dalam bentuk barang atau jasa hasil produksi dari sebuah negara yang dihitung secara tahunan (Mankiw, 2017). Sementara itu, menurut McEachern (2016), Gross Domestic Product merupakan total market value dari barang maupun jasa hasil produksi dari sebuah negara dengan menggunakan sumber daya nya selama periode waktu tertentu, biasanya dalam jangka waktu tahunan. Produk Domestik Bruto biasa dimanfaatkan oleh suatu negara sebagai acuan dalam mempelajari keadaan ekonomi dari waktu ke waktu.

Menurut McEarchern (2016), Gross Domestic Product dapat dimanfatkan sebagai indikator dalam menilai pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Fungsi lain dari Produk Domestik Bruto adalah:

1. Mengindikasikan adanya peningkatan feedback terhadap faktor produksi suatu negara dengan menghitung total value added dari keseluruhan kegiatan produksi.

2. Cara dalam membandingkan total output dalam satu periode dengan periode sebelumnya dengan menggunakan circular flow concept dimana Produk Domestik Bruto dihitung dengan menjumlahkan total nilai produk dalam 1 periode tertentu tanpa memasukkan total nilai produk periode sebelumnya.

(4)

16 3. Alat dalam mengukur seberapa efektif pemerintah dalam menetapkan sebuah kebijakan ekonomi untuk mendorong aktivitas perekonomian domestik nya pada periode tertentu karena batas perhitungan Produk Domestik Bruto adalah dalam suatu negara tertentu.

Menurut Mankiw (2017), Produk Domestik Bruto terbagi atas 2 jenis, diantara nya adalah:

1. Produk Domestik Bruto Nominal

PDB nominal mengukur total nilai harga barang dan jasa hasil produksi sebuah negara dalam jangka waktu tertentu. Produk Domestik Bruto nominal menggunakan dasar harga yang berlaku saat itu. Kekurangan dari metode tersebut adalah tingkat harga yang berlaku saat itu dapat berubah karena faktor inflasi yang akan menyebabkan kenaikan Produk Domestik Bruto nominal meskipun pada kenyataan nya jumlah barang maupun jasa yang dihasilkan tidak mengalami kenaikan.

2. Produk Domestik Bruto Riil

PDB riil mengukur total nilai harga barang dan jasa hasil produksi sebuah negara dalam jangka waktu tertentu. Produk Domestik Bruto riil menggunakan dasar harga yang berlaku saat periode tertentu yang telah ditetapkan untuk digunakan pada periode selanjutnya sehingga memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai kenaikan maupun penurunan jumlah produksi.

(5)

17 Menurut Case, Fair, dan Oster (2017), terdapat 3 pendekatan berbeda dalam menghitung jumlah Produk Domestik Bruto dari suatu negara. Ketiga pendekatan yang dimaksud adalah:

1. Pendekatan Produksi

Mengukur nilai produksi yang dihasilkan dari semua faktor produksi dalam sebuah negara.

PDB = Sewa + Upah + Bunga + Laba 2. Pendekatan Pendapatan

Mengukur pendapatan dalam menghasilkan produk akhir yang diperoleh semua faktor produksi dalam sebuah negara.

PDB = Pendapatan Nasional + Depresiasi + (Pajak Tidak Langsung – Subsidi) + Pembayaran Faktor Netto untuk Luar Negeri

Pendapatan nasional diukur dengan menjumlahkan pendapatan dari semua faktor produksi dalam sebuah negara. Depresiasi dihitung dengan menjumlahkan penurunan nilai dari suatu aktiva. Pajak tidak langsung merupakan pajak dalam bentuk bea cukai maupun pajak penjualan.

Sementara itu, pembayaran faktor netto untuk luar negeri merupakan hasil pengurangan dari pembayaran pendapatan faktor produksi untuk luar negeri terhadap penerimaan nya.

3. Pendekatan Pengeluaran

Mengukur total pengeluaran seluruh barang akhir dalam periode waktu tertentu.

PDB = Konsumsi + Investasi + Konsumsi Pemerintah + (Expor – Impor)

(6)

18 Pendekatan pengeluaran paling sering digunakan dalam menghitung Produk Domestik Bruto. Setiap kenaikan pada nilai konsumsi, investasi, konsumsi pemerintah, dan ekspor akan meningkatkan jumlah Produk Domestik Bruto, begitu juga sebaliknya, sehingga konsumsi, investasi, konsumsi pemerintah, dan ekspor memiliki korelasi positif terhadap Produk Domestik Bruto. Sedangkan impor memiliki korelasi negatif terhadap Produk Domestik Bruto. Artinya setiap kenaikan pada nilai impor akan mengurangi jumlah Produk Domestik Bruto, begitu juga sebaliknya.

2.1.3. Exchange Rate

Menurut Salvatore (2016), kurs adalah nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lainnya. Kurs merupakan harga satu unit mata uang asing yang divaluasikan dalam satuan mata uang domestik (Madura, 2015).

Sementara itu, berdasarkan Mankiw (2017), kurs atau valuta asing (valas) merupakan tingkat harga dalam melakukan pertukaran yang nilai nya telah disepakati oleh kedua negara yang bersangkutan.

Menurut Sukirno (2015) kurs terbagi menjadi 3 macam, yaitu:

1. Kurs Jual

Merupakan harga dimana bank maupun lembaga penjual valuta asing membeli valuta asing. Kurs jual merupakan kurs yang berlaku pada saat pedagang valuta asing membeli suatu mata uang dari negara lain maupun pada saat kita sebagai konsumen ingin menukarkan mata uang negara lain dengan mata uang rupiah.

2. Kurs Beli

(7)

19 Merupakan harga dimana bank maupun lembaga penjual valuta asing menjual valuta asing. Kurs beli merupakan kurs yang berlaku pada saat kita sebagai konsumen ingin menukarkan mata uang rupiah dengan mata uang negara lain.

3. Kurs Tengah

Merupakan harga gabungan antara kurs jual dengan kurs beli. Kurs tengah dapat dihitung dengan menjumlahkan kurs jual dan kurs beli kemudian dibagi dengan angka 2 untuk mendapatkan hasil rata – rata nya.

Semua negara mempunyai sistem nilai tukar nya masing – masing.

Menurut Madura (2015), terdapat empat jenis sistem penentuan kurs, yaitu:

1. Floating Exchange Rate System

Negara yang menganut floating exchange rate system menggunakan mekanisme pasar untuk menentukan kurs nya. Nilai tukar negara tersebut bergantung kepada permintaan dan juga penawaran nya di dalam pasar pertukaran mata uang internasional. Maka dari itu, pemerintah tidak memiliki kontrol sama sekali terhadap fluktuasi kurs negara nya.

2. Fixed Exchange Rate System

Negara yang menganut fixed exchange rate system memiliki kurs tetap dengan campur tangan pemerintah yang cukup besar. Bank sentral dapat melakukan devaluasi maupun revaluasi untuk melakukan penyesuaian.

3. ManagedExchange Rate System

Negara yang menganut managed exchange rate system memiliki kurs terkendali dimana kurs negara tersebut bergantung kepada permintaan dan juga penawaran nya di dalam pasar pertukaran mata uang internasional

(8)

20 namun Bank Central masih memiliki kontrol dalam menstabilkan nilai mata uang tersebut.

4. Pegged Exchange Rate System

Negara yang menganut pegged exchange rate system memiliki kurs yang diikat dengan kurs negara lain. Negara dengan pegged exchange rate system memiliki cadangan devisa yang besar dan membutuhkan intervensi pemerintah yang besar.

Nilai kurs dapat berganti - ganti seiring dengan berjalan nya waktu.

Pergantian tersebut terjadi karena beberapa fakor. Menurut Madura (2015), terdapat 6 faktor yang berpengaruh dalam kurs suatu negara, antara lain:

a. Tingkat Inflasi

Dalam perdagangan internasional, tingkat inflasi berperan penting dalam fluktuasi nilai tukar mata uang. Perubahan harga yang terjadi di dalam negeri akan berpengaruh terhadap harga di luar negeri dan akan mempengaruhi pergerakan nilai tukar.

b. Kebijakan Pemerintah

Pemerintah dapat membuat suatu kebijakan dalam rangka melakukan intervensi terhadap kurs negara nya seperti menjual maupun membeli mata uang negara nya.

c. Tingkat Suku Bunga

Pasar valuta asing sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Kenaikan suku bunga dalam sebuah negara akan menarik investor asing dan akan menambah masuk nya modal ke negara tersebut.

d. Tingkat Pendapatan Relatif

(9)

21 Tingkat pendapatan domestik terhadap harga di luar negeri akan mempengaruhi penawaran maupun permintaan mata uang di pasar valas.

Kurs mata uang domestik akan meningkat ketika tingkat pendapatan domestik meningkat.

e. Aktivitas Neraca Pembayaran

Kurs suatu negara dapat meningkat saat negara tersebut memiliki neraca pembayaran yang aktif. Neraca pembayaran dipengaruhi oleh beberapa aktivitas seperti perubahan tarif, pembatasan impor, kuota perdagangan, maupun subsidi.

f. Ekspektasi

Ekspektasi terhadap kurs sebuah negara pada masa mendatang memiliki pengaruh terhadap kurs tersebut sekarang. Pemain dalam pasar valas memiliki reaksi yang cepat terhadap berita – berita yang berhubungan dengan ekspektasi di masa depan.

Volatilitas kurs yang selalu berganti dapat mempengaruhi beberapa pihak yang melakukan aktivitas perdagangan yang berhubungan langsung dengan mata uang asing. Berdasarkan pendapat Salvatore (2016), volatilitas kurs dapat mempengaruhi beberapa pihak, antara lain:

1. Importir

Keuntungan yang didapat oleh importir sangat bergantung pada kurs. Saat kurs mata uang asing menguat, seorang importir akan mengalami kerugian karena seorang importir akan mengeluarkan uang yang lebih banyak dari yang biasanya dikeluarkan untuk membayar produk yang di impor.

2. Eksportir

(10)

22 Keuntungan yang didapat oleh eksportir sangat bergantung pada kurs. Saat kurs mata uang asing menguat, seorang importir akan mendapatkan keuntungan karena seorang eksportir akan mendapatkan uang yang lebih banyak dari yang biasanya dibayarkan untuk membayar produk yang di ekspor.

3. Pihak dengan Utang

Pihak yang memiliki utang dapat diuntungkan maupun dirugikan dengan flukuasi kurs. Saat kurs mata uang asing menguat, pihak yang mempunyai utang luar negeri akan merasa dirugikan dikarenakan nilai utang yang semakin besar. Tetapi, saat kurs mata uang asing melemah, pihak yang mempunyai utang akan merasa diuntungkan karena nilai utang yang semakin rendah.

4. Pemilik Mata Uang Asing

Banyak masyarakat yang mulai mengumpulkan mata uang asing sebagai sarana investasi mereka. Seseorang yang menyimpan mata uang asing sebagai sarana investasi jangka pendek akan merasa dirugikan saat kurs mata uang asing melemah, sementara akan merasa diuntungkan saat kurs mata uang asing menguat.

2.1.4. Government Expenditure

Government expenditure adalah kebijakan pemerintah untuk mengatur alur perekonomian dengan merencanakan jumlah pengeluaran maupun penerimaan pemerintah setiap tahun (Sukirno, 2015). Pengeluaran pemerintah yang termasuk dalam bagian dari kebijakan fiskal diatur dengan Anggaran Pendapatan Belanja Nasional (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

(11)

23 Pengeluaran negara merupakan penggunaan sumber daya maupun uang negara dalam rangka membiayai kegiatan pemerintah. Menurut Adam Smith dalam Mankiw (2017), pengeluaran pemerintah dibatasi oleh beberapa prinsip yang berdasarkan pada kemampuan mendatangkan penerimaan negara, diantara nya adalah:

1. Tax Rate Limitation

Prinsip ini menekankan bahwa setiap pengeluaran pemerintah akan dibatasi oleh kemampuan pemerintah dalam membiayai pengeluaran tersebut dari penerimaan pajak nya.

2. Pay as You Go

Prinsip ini menekankan bahwa setiap pengeluaran pemerintah akan dibatasi oleh kemampuan pemerintah dalam membiayai pengeluaran tersebut dari penerimaan rutin nya.

3. Debt Rate Limitation

Prinsip ini menekankan bahwa setiap pengeluaran pemerintah akan dibatasi oleh kemampuan pemerintah dalam membiayai pengeluaran tersebut serta kemampuan pemerintah dalam membayar kembali hutang yang digunakan untuk pengeluaran pemerintah.

Menurut Adam Smith dalam Mankiw (2017), pengeluaran pemerintah harus memiliki prinsip yang didasari pada tujuan yang ingin dicapai, diantara lain adalah:

1. Economizing Principle

(12)

24 Pengeluaran pemerintah harus dipertimbangkan sedemikian rupa, dimana biaya yang dikeluarkan harus seekonomis mungkin.

2. Better Selection of Alternative Principle

Pertimbangan yang cukup harus dilakukan untuk menentukan pengeluaran pemerintah, dimana pemerintah harus mempertimbangkan semua pilihan dan alternatif yang diajukan sebelum mengambil keputusan.

3. More Performance Eat Money Expensed

Pengeluaran pemerintah harus dipertimbangkan sedemikian rupa, dimana pengeluaran yang dilakukan diharapkan dapat memberikan nilai tambah untuk penghasilan masyarakat sehingga dapat membantu meningkatkan perekonomian negara.

Menurut Sukirno (2015), pengeluaran pemerintah dapat dikategorikan menjadi 5 jenis, yaitu:

1. Routine Actual and Development Expenditure

Routine actual expenditure merupakan pengeluaran rutin yang dilakukan oleh pemerintah untuk membayar pegawai, barang – barang pemerintah, pemeliharaan fasilitas umum, maupun pengeluaran transportasi.

Sementara itu, development expenditure merupakan biaya rutin yang dikeluarkan guna membangun infrastruktur fisik ataupun non fisik.

2. Obligatory and Optional Expenditure

Obligatory expenditure merupakan pengeluaran yang diwajibkan untuk dikeluarkan agar pemerintah berjalan dengan baik. Sementara itu,

(13)

25 optional expenditure merupakan pengeluaran yang terjadi namun pemerintah dapat memilih untuk tidak mengeluarkan biaya tersebut.

3. Current Expenditure and Capital Expenditure

Current expenditure merupakan biaya untuk penyelenggaraan pemerintah untuk sehari – hari sedangkan capital expenditure merupakan biaya untuk pembangunan infrastruktur tetap di masa depan.

4. Consolidated and Unconsolidated Expenditure

Consolidated expenditure merupakan pengeluaran yang telah dikonsolidasi dan diteliti sehingga tidak memerlukan persetujuan dari DPR. Sementara itu, unconsolidated expenditure merupakan pengeluaran yang memerlukan persetujuan dari DPR.

5. Liquidated and Cash Expenditure

Liquidated expenditure merupakan pengeluaran pemerintah yang telah direncanakan dan diajukan kepada DPR, sementara cash expenditure merupakan pengeluaran pemerintah yang terjadi secara mendadak untuk pembayaran konkrit.

6. Real and Transfer Expenditure

Real expenditure merupakan pengeluaran untuk membeli suatu barang maupun jasa. Transfer expenditure merupakan pengeluaran bukan untuk membeli barang maupun jasa.

2.1.5. Budget Deficit

Budget deficit atau defisit anggaran merupakan anggaran dimana pemerintah sudah merencanakan bahwa pengeluaran pemerintah akan lebih besar dari penerimaan pemerintah (Rahardja dan Manurung, 2018). Menurut Irwin

(14)

26 (2015), budget deficit merupakan anggaran dimana total belanja negara lebih besar dari total pendapatan negara. Pemerintah biasanya merencanakan defisit anggaran saat pemerintah ingin memicu pertumbuhan ekonomi dan saat perekonomian negara sedang berada pada tahap resesi.

Defisit anggaran dapat terjadi karena negara tidak memiliki tabungan yang cukup untuk membiayai pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran. Tugas pemerintah dalam suatu negara adalah untuk menjaga tingkat defisit anggaran sesuai dengan batas aman yang telah ditetapkan.

Menurut Rahardja dan Manurung (2018), perhitungan defisit anggaran dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:

1. Defisit Moneter

Defisit moneter merupakan selisih antara total belanja negara (tidak termasuk pembayaran pokok utang) dengan total pendapatan negara (tidak termasuk penerimaan utang).

2. Defisit Konvensional

Defisit konvensional merupakan selisih antara total belanja negara dengan total pendapatan negara (termasuk hibah).

3. Defisit Primer

Defisit primer merupakan selisih antara total belanja negara (tidak termasuk pembayaran pokok dan bunga utang) dengan total pendapatan negara.

4. Defisit Operasional

(15)

27 Defisit operasional memiliki perhitungan yang sama dengan defisit moneter. Namun, defisit operasional dihitung dengan menggunakan nilai riil, bukan menggunakan nilai nominal.

Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan sebuah negara memiliki defisit anggaran (Anwar, 2014), beberapa penyebab nya adalah:

1. Pemerintah ingin mempercepat laju pertumbuhan ekonomi negara nya.

Untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, pemerintah pastinya membutuhkan dana yang besar sehingga defisit anggaran dapat terjadi.

2. Banyaknya masyarakat yang memiliki daya beli rendah untuk membeli kebutuhan sehari-hari membuat pemerintah mengeluarkan subsidi secara besar sehingga dapat menyebabkan defisit anggaran.

3. Pemerintah ingin melakukan pemerataan dalam hal pendapatan masyarakat. Untuk menunjang pemerataan, pemerintah juga membutuhkan dana yang besar sehingga dapat menyebabkan defisit anggaran.

4. Kurs mata uang domestik melemah. Jika kurs mata uang domestik melemah, pembayaran pokok dan bunga utang akan semakin meningkat sehingga dapat menyebabkan defisit.

5. Penyimpangan rencana realisasi anggaran dapat terjadi saat penerimaan negara tidak mencapai nominal yang ditargetkan maupun saat pengeluaran negara melebihi nominal yang ditargetkan sehingga dapat menyebabkan defisit anggaran.

(16)

28 6. Inflasi di dalam negeri yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya defisit anggaran karena biaya pembangunan akan semakin meningkat sementara anggaran yang dibuat tidak mengalami perubahan.

2.1.6. Utang Luar Negeri

Menutut Ulfa dan Zulham (2017) serta Rubel (2014), utang luar negeri merupakan pinjaman suatu negara yang diberikan oleh kreditor dari negara lain.

Dalam sebuah negara, terdapat beberapa pihak yang berkontribusi terhadap banyaknya jumlah utang luar negeri seperti pemerintah, perusahaan swasta maupun non swasta, dan juga perorangan. Utang luar negeri bisa didaptkan dari berbagai pihak seperti pemerintah negara lain, bank swasta negara lain, maupun organisasi keuangan internasional seperti World Bank.

Keterbatasan dana membuat pemerintah beralih kepada sumber pendanaan eksternal berupa utang luar negeri untuk memenuhi kebutuhan perekonomian negara. Berdasarkan Undang – Undang nomor 17 pasal 12 ayat 3 Tahun 2003 mengenai Keuangan Negara, utang negara memiliki batas maksimal sebesar 60%

dari jumlah Produk Domestik Bruto.

Menurut Tribroto (2001), utang luar negeri dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan 5 jenis aspek yang berbeda, diantara nya adalah:

1. Didasari oleh bentuk dana pinjaman yaitu:

1. Bantuan proyek adalah pinjaman dari luar negeri yang akan dimanfaatkan dalam kebutuhan aktifitas pembangunan seperti memberikan bantuan dalam bentuk barang modal maupun jasa.

(17)

29 2. Bantuan teknik merupakan pinjaman dari luar negeri berupa bantuan

tenaga kerja maupun tenaga ahli.

3. Bantuan program merupakan pinjaman dari luar negeri yang akan digunakan untuk keperluan umum yang alokasi nya akan ditentukan sendiri oleh penerima pinjaman.

2. Didasari oleh sumber dana pinjaman yaitu:

1. Lembaga internasional seperti International Development Association (IDA), Official Development Assistance (ODA), International Monetary Fund (IMF), dan lain sebagainya.

2. Negara anggota IGGI (Inter-Govermental Group on Indonesia).

3. Didasari oleh jangka waktu pinjaman yaitu:

1. Jangka pendek dengan waktu jatuh tempo selama 1-5 tahun.

2. Jangka menengah dengan waktu jatuh tempo selama 5-15 tahun.

3. Jangka Panjang dengan waktu jatuh tempo selama lebih dari 15 tahun.

4. Didasari oleh status penerima pinjaman yaitu:

1. Pinjaman pemerintah merupakan pinjaman yang dibuat oleh pemerintah suatu negara.

2. Pinjaman swasta merupakan pinjaman yang dibuat oleh perusahaan maupun pelaku bisnis.

5. Didasari oleh persyaratan pinjaman yaitu:

1. Pinjaman lunak adalah pinjaman dari lembaga bilateral ataupun multilateral dimana dana yang dipinjamkan berasal dari anggaran anggota negara yang bersangkutan. Biasanya pinjaman lunak

(18)

30 dipergunakan dalam rangka menunjang pembangunan ekonomi negara.

2. Pinjaman setengah lunak merupakan pinjaman dengan persyaratan dimana 50% nya bersifat lunak dan 50% nya bersifat komersil.

Pinjaman komersil biasa diperoleh dari lembaga keuangan berupa bank maupun lembaga keuangan lainnya yang berada dalam pasar internasional.

2.1.7. Pengaruh Gross Domestic Product dengan Utang Luar Negeri

Menurut teori ekonomi yang berlaku, semakin tinggi produk domestik bruto di sebuah negara, maka pendapatan nasional nya juga semakin meningkat sehingga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat nya juga. Dengan begitu, jumlah utang luar negeri pun akan semakin berkurang (Rubel, 2014). Menurut penelitian Imimole, Ehikioya, dan Okhuese (2014) gross domestic product mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah utang luar negeri di Nigeria. Selain itu, menurut Waheed (2017), gross domestic product mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah utang luar negeri dalam beberapa negara yang aktif mengekspor dan mengimpor minyak.

2.1.8. Pengaruh Exchange Rate dengan Utang Luar Negeri

Menurut teori ekonomi yang berlaku dikutip dari Salvatore (2016), pelemahan exchange rate suatu negara akan memperbesar jumlah utang luar negeri nya lantaran nilai nominal utang menjadi semakin tinggi. Menurut penelitian Awan, Anjum, dan Rahim (2015), exchange rate mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah utang luar negeri di Pakistan. Selain itu,

(19)

31 menurut Al-Fawwaz (2016), exchange rate mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah utang luar negeri di Jordania. Namun, menurut penelitian Abdullahi, Bakar, dan Hassan (2015), exchange rate mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah utang luar negeri di Nigeria.

2.1.9. Pengaruh Government Expenditure dengan Utang Luar Negeri

Menurut teori ekonomi yang berlaku, semakin besar pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah pada sebuah negara (biasanya dalam rangka melakukan pembangunan ekonomi), maka semakin besar pula jumlah utang luar negeri nya (Rubel, 2014). Menurut penelitian Waheed (2017), government expenditure mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah utang luar negeri dalam beberapa negara yang aktif mengekspor dan mengimpor minyak.

2.1.10. Pengaruh Budget Deficit dengan Utang Luar Negeri

Menurut teori ekonomi yang berlaku, semakin besar jumlah defisit anggaran pada sebuah negara, maka semakin besar juga jumlah utang luar negeri nya. Hal ini terjadi karena pemerintah membutuhkan dana tambahan untuk membiayai kebutuhan investasi maupun pembangunan karena dana yang diperoleh dari pendapatan negara tidak mencukupi (Rubel, 2014). Menurut penelitian Abdullahi, Bakar, dan Hassan (2015), budget deficit mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah utang luar negeri di Nigeria.

(20)

32

2.2. Penelitian Terdahulu

Penulis menggunakan hasil dari beberapa penelitian terdahulu sebagai referensi dalam menganalisis data beserta dengan variabel yang terlibat. Berikut merupakan lampiran penelitian terdahulu sebagai acuan penulis:

(21)

33

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Variable Hasil

1.

Awan, R. U., Anjum, A., Rahim,

S. (2015)

An Econometric Analysis of Determinants of External

Debt in Pakistan

Independen:

Trade Openness Exchange Rate

Fiscal Deficit Dependen:

External Debt

Fiscal deficit dan Exchange rate mempunyai pengaruh positif yang signifikan. Trade

openness mempunyai pengaruh negatif namun insignifikan.

2.

Imimole, B., Ehikioya, I. L., Okhuese, M. A.

(2014)

Determinants and Sustainability of External

Debt in a Deregulated Economy: A Cointegration Analysis from Nigeria (1986-

2010)

Independen:

Gross Domestic Product Budget Deficit Exchange Rate Foreign Direct Investment

Dependen:

External Debt

Budget deficit memiliki pengaruh positif namun insignifikan. Gross domestic product

mempunyai pengaruh negatif yang signifikan. Foreign direct investment

memiliki pengaruh negatif namun insignifikan. Exchange rate mempunyai

pengaruh positif yang signifikan.

(22)

34

No Peneliti Judul Variable Hasil

3.

Fadillah, N. D. N., Sutjipto, H. (2018)

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Utang Luar

Negeri Indonesia

Independen:

Defisit Angggaran Utang luar negeri sebelumnya

Nilai Tukar

Pembayaran Utang Luar Negeri Dependen:

Utang luar negeri

Defisit angggaran, nilai tukar, dan utang luar negeri sebelumnya mempunyai pengaruh signifikan. Pembayaran utang luar negeri tidak mempunyai pengaruh secara signifikan.

Semua variabel berpengaruh secara signifikan.

4.

Afrianto, Y., Tasri, E. S., Karim, K.

(2016)

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia

Independen:

Produk Domestik Bruto Defisit Angggaran Pengeluaran Pemerintah

Kurs Dollar Dependen:

Utang luar negeri

Kurs dollar memiliki pengaruh positif namun insignifikan. Defisit angggaran mempunyai

pengaruh positif yang signifikan. Produk domestik bruto mempunyai pengaruh positif

yang signifikan. Pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh negatif yang

signifikan.

(23)

35

No Peneliti Judul Variable Hasil

5. Waheed, A. (2017)

Determinants of External Debt: A Panel Data Analysis

for Oil and Gas Exporting and Importing Countries

Independen:

Gross Domestic Product Government Expenditure Foreign Exchange Reserves

Dependen:

External Debt

Gross domestic productmempunyai pengaruh negatif yang signifikan.

Government expendituremempunyai pengaruh positif yang signifikan. Foreign

exchange reserves memiliki pengaruh negatif yang signifikan.

6.

Abdullahi, M. M., Bakar, N. A. A. B.,

Hassan, S. B.

(2015)

Determining the Macroeconomic Factors of External Debt Accumulation in Nigeria: An ARDL Bound

Test Approach

Independen:

Exchange Rate National Savings

Interest Rate Budget Deficit

Dependen:

External Debt

National savings, interest rate, budget deficit, dan exchange rate mempunyai

pengaruh negatif yang signifikan.

(24)

36

No Peneliti Judul Variable Hasil

7.

Al-Fawwaz, T. M.

(2016)

Determinants of External Debt in Jordan: An Empirical

Study (1990–2014)

Independen:

Exchange Rate Deficit Trade Openness

Gross Domestic Product per capita Term of Trade

Dependen:

External Debt

Exchange rate, deficit, term of trade, dan trade openness, mempunyai pengaruh positif

yang signifikan. Gross domestic product per capita mempunyai pengaruh negatif yang

signifikan.

8. Devi, S.I. (2017)

Pengaruh PDB, Pengeluaran Pemerintah, dan Defisit Anggaran Terhadap Utang

Luar Negeri Indonesia

Independen:

Defisit Anggaran Pengeluaran Pemerintah

Produk Domestik Bruto Dependen:

Utang luar negeri

Produk domestik bruto mempunyai pengaruh positif yang signifikan. Pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh negatif

yang signifikan. Defisit anggaran mempunyai pengaruh positif yang signifikan.

(25)

37

No Peneliti Judul Variable Hasil

9.

Puspitaningrum, I.

(2018)

Analisis Faktor-Faktor yang Mempenggaruhi Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia

Periode (1991-2015)

Independen:

Defisit Anggaran Pengeluaran dalam Negeri

Pendapatan Nasional Tabungan Domestik

Dependen:

Utang luar negeri

Tabungan Domestik tidak berpengaruh signifikan. Defisit anggaran dan pendapatan

nasional memiliki pengaruh positif yang signifikan. Pengeluaran dalam Negeri memiliki pengaruh negatif yang signifikan.

10. Swamy, V. (2015)

Government Debt and its Macroeconomic

Determinants – An Empirical Investigation

Independen:

Gross Domestic Product Government expenditure

Inflation Trade Openness

Dependen:

External Debt

Gross domestic product, inflation, dan trade openness berpengaruh secara signifikan.

Government expenditure tidak berpengaruh secara signifikan.

(26)

38

2.3. Model Penelitian

Berlandaskan oleh latar belakang pada bab sebelumnya, berikut merupakan model penelitian yang akan digunakan:

Sumber: Imimole, Ehikioya, Okhuese (2014) dan Waheed (2017) Gambar 2.1. Model Penelitian

2.4. Hipotesis Penelitian

Bedasarkan landasan teori serta model penelitian yang tertera, beberapa hipotesis yang penulis ingin uji yaitu:

H1: Gross Domestic Product mempunyai pengaruh signifikan terhadap jumlah utang luar negeri Indonesia.

H2:Dollar Exchange Rate mempunyai pengaruh signifikan terhadap jumlah utang luar negeri Indonesia.

(27)

39 H3: Government Expenditure mempunyai pengaruh signifikan terhadap jumlah utang luar negeri Indonesia.

H4: Budget Deficit mempunyai pengaruh signifikan terhadap jumlah utang luar negeri Indonesia.

H5: Gross Domestic Product, Dollar Exchange Rate, Government Expenditure, Budget Deficit secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap jumlah utang luar negeri Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Plaxis output dapat dipanggil dengan mengklik toolbar Plaxis output, atau dari start menu yang bersesuaian dengan program plaxis. Toolbar Calculation pada

Namun, ada dua alasan mengapa ln(x) disebut logaritma natural: pertama, persamaan-persamaan yang variable tak diketahuinya merupakan pangkat dari e jauh lebih sering

menunjukkan bahwa agresi pada anak dapat terbentuk karena setiap hari anak sering melihat dan menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga baik secara langsung atau

2 Dimensi yang diperoleh setelah direduksi dengan PCA 10 3 Akurasi organisme dikenal menggunakan k=3 pada KNN (dalam %) 11 4 Akurasi organisme dikenal menggunakan k=5 pada KNN

Menurut Sajogyo dalam Takdir (2013) menetapkan garis kemiskinan berdasarkan penghasilan rumah tangga senilai 360 Kg beras per tahun di perkotaan dan 240 Kg beras

Artikel ini disusun dari hasil penelitian dengan tujuan menjelaskan Pengaruh tuton yang mencakup Inisiasi, forum diskusi dan tugas terhadap nilai akhir semester.. Sampel

(2006), “Analisis faktor psikologis konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian roti merek Citarasa di Surabaya”, skripsi S1 di jurusan Manajemen Perhotelan, Universitas

Tidak dilakukan proses hardening sama sekali, dengan kata lain material berada dalam kondisi as anneal karena AISI 4140 bila sudah di (Hardening dan Tempering) disuplai dengan