ABSTRAK
Maria Florentina Woi (111414084). Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Hasil Belajar Matematika melalui Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing pada Materi Kubus dan Balok Siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, 2016.
Peneliti melakukan observasi dan memperoleh data bahwa siswa di SMP Kanisius Gayam belum fokus dengan tugas yang dikerjakan, kurang adanya komunikasi pembelajaran antar siswa, siswa kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok serta pada hasil hasil belajar nilai siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing dan juga mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan komunikasi dan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta pada materi kubus dan balok.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas menggunakan model dari Khemmis dan Mc. Taggart, yang terdiri dari perencanaan, tindakan dan pengamatan, serta refleksi, dengan subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah keterlaksanaan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing, hasil belajar siswa pada post-test 1 dan post-test 2, hasil wawancara siswa, dan komunikasi siswa selama proses pembelajaran. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu instrumen pembelajaran yang terdiri dari RPP dan LKS, dan instrumen pengumpulan data yang terdiri dari lembar observasi, pedoman wawancara, dan lembar tes. Data hasil belajar siswa, data observasi keterlaksanaan model pembelajaran, dan data observasi komunikasi siswa selama proses pembelajaran dianalisis secara kuantitatif sedangkan hasil wawancara siswa dianalisis secara kualitatif.
siklus 2 pertemuan kedua perolehan skor sebesar 72,38% dan tergolong pada kriteria tinggi. Pada hasil belajar juga terjadi peningkatan perolehan skor dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 67,9 dan tergolong pada kriteria baik meningkat menjadi 76,22 dan tergolong pada kriteria baik. Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa (1) Keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing tergolong sangat tinggi. (2) Pembelajaran menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan komunikasi dan hasil belajar matematika siswa.
ABSTRACT
Maria Florentina Woi (111414084). An Effort to Improve Communication Competence and Mathematics Learning Achievement by Using Guided Discovery Learning Especially in Cube and Cuboid for the Students of Class VIII B Kanisius Gayam Yogyakarta Junior High School. Thesis, Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, 2016.
I observed and got data that students in Canisius Gayam junior high school Gayam have not got focus in task which they did, lack of communication between students’ in learning process, less of active participation of students’ in group activities, and score of students’ learning outcome have not achieved minimum completeness criteria (KKM). The purpose of this research was to find out how far implementation of learning process using guided discovery learning model and whether the using of guided discovery learning models are able to improve communication and learning achievement of class VIII B students in Canisius Gayam Yogyakarta Junior High School at cube and cuboid subject.
This research was a classroom action research which use a model from Khemmis and Mc. Taggart, which consists of planning, acting and observing, and reflecting, with the subjects were students of class VIII B Canisius Gayam Yogyakarta Junior High School, year academic 2015/2016. Data collected in the research are implementation of guided discovery learning models, student’ learning achievement in post-test 1 and post-test 2, students’ interview, and students’ communication during the learning process. Instruments in this study consists of two instruments, namely learning instrument that consists of lesson plans and worksheets, and data collection instruments which consist of observations sheet, interviews and tests. Data of students’ learning achievement, data of learning models implementation observation data, and students’ communication observation during learning process were analyzed quantitatively while the results of students’ interviews were analyzed qualitatively.
above, it can be concluded that ( 1 ) implementation of learning process using guided discovery learning model is very high. ( 2 ) guided discovery learning model can improve communication and mathematics learning outcomes of students’.
KANISIUS GAYAM YOGYAKARTA SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh :
MARIA FLORENTINA WOI 111414084
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan
kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang
kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikannya kepadamu.
(Yoh. 15:16)
Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah
berhasil melakukannya dengan baik.
v
Karya ini kupersembahkan kepada :
Tuhan Yang Maha Esa
Kedua orang tuaku tercinta Bapak Mikhael Do dan Ibu Petronela Sato yang selalu memberikan
perhatian, cinta, kasih sayang, dukungan, serta doa.
Adik-adikku tercinta Imma, Ven, dan Icha yang selalu memberikan dukungan dan
semangat setiap saat.
viii
ABSTRAK
Maria Florentina Woi (111414084). Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Hasil Belajar Matematika melalui Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing pada Materi Kubus dan Balok Siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, 2016.
Peneliti melakukan observasi dan memperoleh data bahwa siswa di SMP Kanisius Gayam belum fokus dengan tugas yang dikerjakan, kurang adanya komunikasi pembelajaran antar siswa, siswa kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok serta pada hasil hasil belajar nilai siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing dan juga mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan komunikasi dan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta pada materi kubus dan balok.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas menggunakan model dari Khemmis dan Mc. Taggart, yang terdiri dari perencanaan, tindakan dan pengamatan, serta refleksi, dengan subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah keterlaksanaan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing, hasil belajar siswa pada post-test 1 dan post-test 2, hasil wawancara siswa, dan komunikasi siswa selama proses pembelajaran. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu instrumen pembelajaran yang terdiri dari RPP dan LKS, dan instrumen pengumpulan data yang terdiri dari lembar observasi, pedoman wawancara, dan lembar tes. Data hasil belajar siswa, data observasi keterlaksanaan model pembelajaran, dan data observasi komunikasi siswa selama proses pembelajaran dianalisis secara kuantitatif sedangkan hasil wawancara siswa dianalisis secara kualitatif.
ix
siklus 2 pertemuan kedua perolehan skor sebesar 72,38% dan tergolong pada kriteria tinggi. Pada hasil belajar juga terjadi peningkatan perolehan skor dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 67,9 dan tergolong pada kriteria baik meningkat menjadi 76,22 dan tergolong pada kriteria baik. Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa (1) Keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing tergolong sangat tinggi. (2) Pembelajaran menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan komunikasi dan hasil belajar matematika siswa.
x
ABSTRACT
Maria Florentina Woi (111414084). An Effort to Improve Communication Competence and Mathematics Learning Achievement by Using Guided Discovery Learning Especially in Cube and Cuboid for the Students of Class VIII B Kanisius Gayam Yogyakarta Junior High School. Thesis, Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, 2016.
I observed and got data that students in Canisius Gayam junior high school Gayam have not got focus in task which they did, lack of communication between students’ in learning process, less of active participation of students’ in group activities, and score of students’ learning outcome have not achieved minimum completeness criteria (KKM). The purpose of this research was to find out how far implementation of learning process using guided discovery learning model and whether the using of guided discovery learning models are able to improve communication and learning achievement of class VIII B students in Canisius Gayam Yogyakarta Junior High School at cube and cuboid subject.
This research was a classroom action research which use a model from Khemmis and Mc. Taggart, which consists of planning, acting and observing, and reflecting, with the subjects were students of class VIII B Canisius Gayam Yogyakarta Junior High School, year academic 2015/2016. Data collected in the research are implementation of guided discovery learning models, student’ learning achievement in post-test 1 and post-test 2, students’ interview, and students’ communication during the learning process. Instruments in this study consists of two instruments, namely learning instrument that consists of lesson plans and worksheets, and data collection instruments which consist of observations sheet, interviews and tests. Data of students’ learning achievement, data of learning models implementation observation data, and students’ communication observation during learning process were analyzed quantitatively while the results of students’ interviews were analyzed qualitatively.
xi
above, it can be concluded that ( 1 ) implementation of learning process using guided discovery learning model is very high. ( 2 ) guided discovery learning model can improve communication and mathematics learning outcomes of students’.
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ………...ii
HALAMAN PENGESAHAN………..………..iii
MOTTO...iv
HALAMAN PERSEMBAHAN...v
KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…………..…….vii
ABSTRAK ... viii
B. Identifikasi Masalah ... 4
xvi
B. Belajar ... 15
C. Hasil Belajar ... 16
D. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing ... 18
E. Pokok Bahasan ... 23
F. Kerangka Berpikir ... 27
G. Hipotesis ... 29
BAB III METODE PENELITIAN... 30
A. Jenis Penelitian ... 30
B. Waktu dan Tempat Pengambilan data... 30
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 31
D. Desain Penelitian Tindakan Kelas ... 31
E. Data Penelitian ... 34
F. Teknik Pengumpulan Data ... 35
G. Instrumen Penelitian……….………...…..37
H. Keabsahan Data……….………....42
I. Teknik Analisis Data………...…55
J. Indikator Keberhasilan………..61
BAB IV PELAKSANAAN DAN ANALISIS DATA………...63
A. Deskripsi Penelitian ... 63
B. Hasil Penelitian ... 77
C. Analisis Penelitian ... 96
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Ketangan Telah Melakukan Penelitian………...…...A
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Pertama Siklus 1 ... B1
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Kedua Siklus 1 ... B2
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Pertama Siklus 2 ... B3
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Kedua Siklus 2 ... B4
6. Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan Pertama Siklus 1 ... B5
7. Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan Kedua Siklus 1 ... B6
8. Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan Pertama Siklus 2 ... B7
9. Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan Kedua Siklus 2 ... B8
10. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan
Terbimbing………..………C1
11. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan
Terbimbing Pada Pertemuan Pertama Siklus 1 Dari Observer 1 ... C2
12. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan
Terbimbing Pada Pertemuan Pertama Siklus 1 Dari Observer 2 ... C3
13. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan
Terbimbing Pada Pertemuan Pertama Siklus 1 Dari Observer 3 ... C4
14. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan
Terbimbing Pada Pertemuan Kedua Siklus 1 Dari Observer 1 ... C5
15. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan
Terbimbing Pada Pertemuan Kedua Siklus 1 Dari Observer 2 ... C6
16. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan
xviii
17. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan
Terbimbing Pada Pertemuan Pertama Siklus 2 Dari Observer 1 ... C8
18. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan
Terbimbing Pada Pertemuan Pertama Siklus 2 Dari Observer 2 ... C9
19. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan
Terbimbing Pada Pertemuan Pertama Siklus 2 Dari Observer 3 ... C10
20. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan
Terbimbing Pada Pertemuan Kedua Siklus 2 Dari Observer 1 ... C11
21. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan
Terbimbing Pada Pertemuan Kedua Siklus 2 Dari Observer 2 ... C12
22. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan
Terbimbing Pada Pertemuan Kedua Siklus 2 Dari Observer 3 ... C13
23. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran ... C14
24. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan
Pertama Siklus 1 Dari Observer 1 ... C15
25. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan
Pertama Siklus 1 Dari Observer 2 ... C16
26. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan
Pertama Siklus 1 Dari Observer 3 ... C17
27. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan
Kedua Siklus 1 Dari Observer 1 ... C18
28. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan
Kedua Siklus 1 Dari Observer 2 ... C19
29. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan
xix
30. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan
Pertama Siklus 2 Dari Observer 1 ... C21
31. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan
Pertama Siklus 2 Dari Observer 2 ... C22
32. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan
Pertama Siklus 2 Dari Observer 3 ... C23
33. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan
Kedua Siklus 2 Dari Observer 1 ... C24
34. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan
Kedua Siklus 2 Dari Observer 2 ... C25
35. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan
Kedua Siklus 2 Dari Observer 3 ... C26
36. Lembar Soal Pre-Test ... D1
37. Lembar Jawaban Pre-Test ... D2
38. Kunci Jawaban Pre-Test ... D3
39. Lembar Soal Post-Test Siklus 1... D4
40. Lembar Jawaban Post-Test Siklus 1 ... D5
41. Lembar Kunci Jawaban Post-Test Siklus 1 ... D6
42. Lembar Soal Post-Test Siklus 2... D7
43. Lembar Jawaban Post-Test Siklus 2 ... D8
44. Lembar Kunci Jawaban Post-Test Siklus 2 ... D9
45. Hasil Perhitungan Uji Validitas Pre-Test ... E1
46. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Pre-Test ... E2
xx
48. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Post-Test Siklus 1 ... E4
49. Hasil Perhitungan Uji Validitas Post-Test Siklus 2 ... E5
xxi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Model Pembelajaran
Penemuan Terbimbing ... 22
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara ... 38
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Menggunakan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing ... 39
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Observasi Komunikasi ... 39
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Soal Pretest ... 40
Tabel 3.10 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Uji Validitas Pre-Test ... 48
Tabel 3.11 Data Uji Coba Soal Post-Test Siklus 1 ... 50
Tabel 3.12 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Uji Validitas Butir Soal
Post-Test Siklus 1 ... 51 Tabel 3.13 Data Uji Coba Soal Post-Test Siklus 2 ... 53
Tabel 3.14 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Uji Validitas Post-Test
Siklus 2 ... 54
Tabel 3.15 Kriteria Keterlakasanaan Model Pembelajaran Penemuan
Terbimbing ... 58
Tabel 3.16 Kriteria Komunikasi Pembelajaran ... 59
Tabel 3.17 Persentase Indikator Komunikasi Belajar Siswa Per Pertemuan .. 60
Tabel 3.18 Kategori Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif... 61
Tabel 3.19 Indikator Keberhasilan Penelitian ... 62
Tabel 4.1 Data Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Pertemuan
xxii
Tabel 4.2 Data Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Pada
Pertemuan Kedua Siklus 1 ... 79
Tabel 4.3 Data Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Pertemuan
Pertama Siklus 2 ... 80
Tabel 4.4 Data Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Pertemuan
Kedua Siklus 2 ... 81
Tabel 4.5 Data Hasil Pre-Test Tiap Butir Soal ... 82
Tabel 4.6 Data Hasil Post-Test Siklus 1 ... 83
Tabel 4.7 Data Hasil Post-Test Siklus 2 ... 84
Tabel 4.8 Data Perolehan Skor Tiap Butir Pernyataan Pada Lembar
Observasi Komunikasi Pertemuan Pertama Siklus 1 ... 85
Tabel 4.9 Data Perolehan Skor Tiap Butir Pernyataan Pada Lembar
Observasi Komunikasi Pertemuan Kedua Siklus 1 ... 86
Tabel 4.10 Data Perolehan Skor Tiap Butir Pernyataan Pada Lembar
Observasi Komunikasi Pada Pertemuan Pertama Siklus 2 ... 87
Tabel 4.11 Data Perolehan Skor Indikator Komunikasi Pada Pertemuan
Kedua Siklus 2 ... 88
Tabel 4.12 Data Kesulitab Siswa Dalam Pembelajaran Matematika ... 89
Tabel 4.13 Data Keaktifan Siswa Saat Diskusi ... 90
Tabel 4.14 Data Tindakan Siswa Saat Guru Memberikan Permasalahan
Matematika ... 91
Tabel 4.15 Data Siswa Yang Mengemukakan Pendapat ... 92
Tabel 4.16 Data Siswa Yang Bertanya Kepada Guru ... 93
Tabel 4.17 Data Siswa Yang Bertanya Kepada Teman ... 94
Tabel 4.18 Data Siswa Yang Mampu Menjelaskan Kepada Siswa Yang
Bertanya ... 95
Tabel 4.19 Hasil Analisis Keterlaksanaan Model Pembelajaran Penemuan
Terbimbing Tiap Pertemuan... 96
xxiii
Tabel 4.21 Data Analisis Hasil Belajar Post-Test Siklus 1 ... 101
Tabel 4.22 Data Analisis Hasil Belajar Post-Test Siklus 2 ... 102
Tabel 4.23 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus 1 Dan 2 ... 103
Tabel 4.24 Persentase Perolehan Skor Data Komunikasi Pada Pertemuan
Pertama Siklus 1 ... 104
Tabel 4.25 Persentase Masing-Masing Kriteria Komunikasi Pada Pertemuan
Pertama Siklus I ... 106
Tabel 4.26 Persentase Perolehan Skor Data Komunikasi Pada Pertemuan
Kedua Siklus 1 ... 106
Tabel 4.27 Persentase Masing-Masing Kriteria Komunikasi Pertemuan
Kedua Siklus 1 ... 108
Tabel 4.28 Persentase Perolehan Skor Data Komunikasi Pada Pertemuan
Pertama Siklus 2 ... 109
Tabel 4.29 Persentase Masing-Masing Kriteria Komunikasi Pertemuan
Pertama Siklus 2 ... 110
Tabel 4.30 Persentase Perolehan Skor Data Komunikasi Pada Pertemuan
Kedua Siklus 2 ... 111
Tabel 4.31 Persentase Masing-Masing Kriteria Komunikasi Pertemuan
Kedua Siklus 2 ... 112
xxiv
DAFTAR GAMBAR
xxv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran Penemuan
Terbimbing……… 120
Grafik 4.2 Persentase Perolehan Skor Data Komunikasi Belajar Siswa
Tiap Siklus ………. 122
Grafik 4.3 Persentase Perolehan Skor Data Hasil Belajar Siswa Tiap
Siklus……….. 123
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Komunikasi merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran
matematika. Dalam memunculkan ide secara lisan dibutuhkan komunikasi
yang baik agar ide-ide tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Matematika
adalah salah satu mata pelajaran yang dapat melatih siswa untuk
mengkomunikasikan idenya. Hal tersebut diakibatkan karena bahasa
matematika memiliki perbedaan dengan bahasa yang lainnya artinya dalam
matematika terdapat berbagai macam simbol, notasi dan juga rumus-rumus.
Saat pembelajaran di sekolah guru berkomunikasi untuk menjelaskan
materi kepada siswa, sedangkan siswa berkomunikasi dengan
mengungkapkan ide-ide terkait konsep materi ajar. Menurut konsep
komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antar siswa
dengan guru dan siswa dengan siswa dalam rangka perubahan sikap dan pola
pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan (Suherman,
2001).
Pembelajaran merupakan suatu proses belajar mengajar yang di
siswa ke arah yang lebih baik, baik dari segi ilmu, mental, sikap, dan spiritual
setelah mengikuti pembelajaran. Perubahan dalam diri siswa inilah yang
menjadi tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran. Keberhasilan
pembelajaran matematika dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Hasil belajar
siswa dikatakan baik apabila berhasil menguasai materi yang diajarkan
dengan perolehan rata-rata pada evaluasi mencapai rata-rata Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM).
Data rata-rata nilai ulangan harian siswa angkatan 2014/2015, pada
materi kubus dan balok hanya mencapai 66,6 dan belum mencapai KKM
sebesar 74. Siswa yang memperoleh nilai mencapai KKM hanya sebesar 56%.
Rata-rata ulangan harian tersebut belum mencapai KKM karena materi balok
sulit dipahami terutama pada unsur-unsurnya. Unsur-unsur balok terdiri dari
panjang, lebar, dan tinggi dengan ukuran yang berbeda-beda. Materi kubus
dan balok merupakan materi yang abstrak sehingga membutuhkan alat peraga
agar siswa lebih mudah memahami sifat-sifat dan unsur-unsurnya secara lebih
konkret.
Berdasarkan observasi tanggal 9 April 2015 dan tanggal 17 April
2015, siswa di SMP Kanisius Gayam belum fokus dengan tugas yang
dikerjakan, kurang adanya komunikasi pembelajaran antar siswa dan juga
siswa kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok. Hal ini dilihat saat
pergi ke kelompok lain, mengobrol dengan teman kelompoknya, belum berani
bertanya atau menyampaikan gagasan, tidak ambil bagian dalam mengerjakan
LKS, serta dalam mempresentasikan hasil kerjanya. Berdasarkan wawancara
dengan guru mata pelajaran, kemauan belajar siswa cukup tinggi tetapi tidak
didukung dengan kemampuan komunikasi yang cukup tinggi kecuali
diberikan rangsangan yang bisa memancing siswa untuk melakukan
komunikasi dalam pembelajaran.
Penerapan model pembelajaran juga mempengaruhi komunikasi dan
juga hasil belajar siswa. Ada berbagai macam model pembelajaran tetapi yang
diterapkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran penemuan
terbimbing karena model pembelajaran ini lebih memberikan kesempatan
kepada siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran (Markhaban,
2008). Pada model penemuan terbimbing, guru memiliki peran sebagai
fasilitator yang membimbing siswa melalui pertanyaan-pertanyaan agar
mengkomunikasikan ide-ide yang diperoleh. Siswa dibimbing untuk berpikir
aktif, menganalisis sendiri untuk menemukan ide ataupun cara
mengomunikasikannya berdasarkan materi pembelajaran yang diberikan oleh
guru (Markhaban, 2008).
Gumawang (2013), melakukan penelitian dengan menerapkan model
pembelajaran penemuan terbimbing dan hasil yang diperoleh menunjukkan
dengan model penemuan terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
yang menerapkan pembelajaran konvensional. Wardani (2013) melakukan
penelitian dengan menerapkan model pembelajaran penemuan terbimbing dan
diperoleh hasil bahwa rata-rata hasil belajar kelas yang menerapkan model
penemuan terbimbing dalam pembelajaran lebih baik dibandingkan dengan
kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional.
Dengan demikian peneliti tertarik untuk mengambil judul ’’UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI KUBUS DAN BALOK SISWA KELAS VIII B SMP KANISIUS GAYAM YOGYAKARTA”
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan maka dapat diidentifikasikan
beberapa masalah yaitu:
1. Kurangnya komunikasi siswa dalam kegiatan pembelajaran
2. Siswa belum fokus dengan tugas yang dikerjakan dan juga kurang
berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok.
3. Rata-rata hasil belajar siswa pada materi kubus dan balok belum mencapai
C. PEMBATASAN MASALAH
Agar permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak meluas
maka perlu adanya batasan masalah. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi
permasalahan hanya pada upaya meningkatkan kemampuan komunikasi dan
hasil belajar matematika melalui penerapan model pembelajaran penemuan
terbimbing pada materi kubus dan balok siswa kelas VIII B SMP Kanisius
Gayam Yogyakarta. Materi kubus dan balok dibatasi pada Kompetensi Dasar
(KD): 8.1 Memahami sifat-sifat kubus dan balok serta bagian-bagiannya.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat dalam
penelitian ini adalah
1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
penemuan terbimbing dalam meningkatkan komunikasi dan hasil belajar
matematika?
2. Apakah pembelajaran dengan model penemuan terbimbing mampu
E. BATASAN ISTILAH
1. Model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery) adalah suatu
model pembelajaran yang dalam prosesnya lebih mengutamakan penalaran
dan penemuan dari siswa dengan dibimbing oleh guru.
2. Komunikasi dapat diartikan sebagai proses interaksi sejumlah komponen
dalam menyampaikan suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain
untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
3. Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa setelah menjalani suatu proses
pembelajaran menggunakan model pembelajaran tertentu sesuai dengan
standar yang ditetapkan.
4. Materi kubus dan balok yang digunakan dalam penelitian ini dikhususkan
pada sifat-sifat dan unsur-unsur kubus dan balok serta bagian-bagiannya.
F. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan perumusan diatas, maka tujuan dari penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran penemuan terbimbing dalam upaya meningkatkan komunikasi
dan hasil belajar matematika.
2. Mengetahui apakah pembelajaran dengan model penemuan terbimbing
G. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, guru dan siswa.
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti
Peneliti dapat menerapkan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing
saat menjadi guru. Selain itu peneliti memperoleh pengalaman dan
pengetahuan yang baru mengenai pembelajaran dengan model penemuan
terbimbing.
2. Bagi guru
Penelitian ini dapat membantu guru di sekolah yang bersangkutan dalam
menerapkan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing.
3. Bagi siswa
Dengan menerapkan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing,
siswa dapat lebih bebas mengkomunikasikan idenya khususnya dalam
pembelajaran matematika.
H. SISTEMATIKA PENULISAN 1. Bab I
Bab I berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah,
2. Bab II
Bab II memaparkan teori komunikasi, belajar, hasil belajar, model
pembelajaran penemuan terbimbing dan materi kubus dan balok yang menjadi
landasan dalam penelitian.
3. Bab III
Bab III berisi metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, waktu dan
tempat penelitian, subjek dan objek penelitian, desain penelitian tindakan
kelas, data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,
keabsahan data, teknik analisis data, dan indikator keberhasilan.
4. Bab IV
Bab IV berisi tentang deskripsi penelitian, hasil penelitian, analisis penelitian,
pembahasan, dan faktor-faktor pendukung serta penghambat dalam penelitian.
5. Bab V
9 BAB II
LANDASAN TEORI
A. KOMUNIKASI 1. Pengertian
Menurut Tommy Suprapto (2009), kata komunikasi berasal dari
bahasa Inggris communication yang berarti „pemberitahuan‟ atau „pertukaran
pikiran‟. Jadi, secara garis besar, dalam suatu proses komunikasi haruslah
terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran
dan pengertian antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan
(penerima pesan).
Adapun beberapa definisi komunikasi dari para ahli dalam Tommy
Suprapto (2009) sebagai berikut :
a. Menurut Laswell, komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa
mengatakan apa dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa.
b. Menurut A. Winnet, komunikasi adalah proses pengalihan suatu maksud dari
sumber kepada penerima, proses tersebut merupakan suatu seri aktivitas,
rangkaian atau tahap-tahap yang memudahkan peralihan maksud tersebut.
c. Menurut Karlfried Knapp, komunikasi adalah interaksi antar pribadi yang
(kata-kata) dan nonverbal. Sistem ini dapat disosialisasikan secara langsung/tatap
muka atau melalui media lain (tulisan, oral, dan visual).
Berdasarkan pengertian para ahli, dapat disimpulkan pengertian
komunikasi yaitu proses interaksi sejumlah komponen dalam menyampaikan
suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.
2. Pembelajaran sebagai proses komunikasi
Menurut Effendy (2003) dalam M. Miftah (2012) komunikasi
melibatkan dua komponen yang terdiri atas pengajar sebagai komunikator dan
pelajar sebagai komunikan. Pengajar pada tingkatan bawah dan menengah
disebut guru dan pelajar dinamakan siswa sedangkan pada tingkatan tinggi,
pengajar disebut dosen dan pelajar disebut mahasiswa tetapi pada hakekatnya
proses komunikasi sama. Perbedaannya hanya terletak pada tujuan yang
diharapkan.
Menurut Effendy (2003) dalam M. Miftah (2012), tujuan pendidikan
adalah khas atau khusus, yaitu meningkatkan pengetahuan seseorang
mengenai suatu hal sehingga dapat dikuasai dengan baik. Tujuan pendidikan
akan tercapai jika prosesnya komunikatif. Komunikasi di dalam kelas adalah
komunikasi kelompok tetapi pelajar bisa mengubahnya menjadi komunikasi
antarpersonal. Komunikasi di dalam kelas merupakan komunikasi dua arah
pengajar. Terjadinya komunikasi dua arah ini ialah apabila para pelajar
bersikap responsif, mengetengahkan pendapat atau mengajukan pertanyaan,
diminta atau tidak diminta. Sedangkan komunikasi satu arah terjadi apabila
pelajar pasif artinya hanya mendengarkan tanpa mengekspresikan suatu
pernyataan atau pertanyaan.
Menurut M. Miftah (2012), komunikasi dalam bentuk diskusi dalam
proses belajar mengajar berlangsung efektif apabila:
a. Materi yang didiskusikan meningkatkan intelektualitas,
b. Komunikasi dalam diskusi bersifat intracommunication dan intercommunication.
Menurut M. Miftah (2012), intracommunication atau intrakomunikasi
adalah komunikasi yang terjadi pada diri seseorang. Ia berkomunikasi dengan
dirinya sendiri sebagai persiapan untuk melalukan intercommunication
dengan orang lain. Secara teoritis pada waktu seorang pelajar melakukan
intracommunication terjadilah proses yang terdiri atas tiga tahap yaitu: a. Persepsi (perception)
Persepsi adalah penginderaan terhadap suatu kesan yang timbul dalam
lingkungannya. Penginderaan itu dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan
dan kebutuhan. Kemampuan mempersepsi antara pelajar satu dengan
pelajar yang lain tidak akan sama meskipun mereka sama-sama dari
b. Ideasi (ideation)
Ideasi adalah tahap kedua dalam proses intracommunication. Seorang
pelajar dalam benaknya mengonsepsi apa yang dipersepsinya. Siswa
mengadakan seleksi dari sekian banyak pengetahuan dan pengalamannya
yang pernah diperolehnya, mengadakan penataan dengan yang relevan
dari hasil persepsinya dan siap untuk ditransfer kepada lawan diskusinya.
c. Transmisi (tranmission)
Transmisi adalah hasil konsepsi karya penalaran sehingga apa yang
dilontarkan adalah pernyataan yang mantap, meyakinkan, sistematis dan
logis. Dengan demikian dalam proses intercommunication berikutnya
siswa akan mengalami keberhasilan.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
suatu pembelajaran disebut sebagai proses komunikasi apabila terjadi
respon dari pihak-pihak yang mendapatkan pembelajaran tertentu.
Respon-respon tersebut bisa berupa pertanyaan, mengemukakan pendapat,
kesimpulan, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan pembelajaran.
3. Komunikasi yang efektif dalam pembelajaran
Menurut M. Miftah (2012), komunikasi yang efektif dalam pembelajaran
bisa berlangsung dengan baik apabila:
a. Semua komponen dalam komunikasi pembelajaran diusahakan dalam
1) Pesan (message) harus jelas, sesuai dengan kurikulum, terstruktur
secara jelas, menarik dan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
2) Sumber/guru harus berkompetensi terhadap materi ajar, media yang
digunakan, mampu menyampaikan tanpa pembiasan dan menarik
perhatian serta mampu membangkitkan motivasi diri dan siswa dalam
proses interaksi dan transaksi komunikasi.
3) Penerima/siswa harus dalam kondisi yang baik/sehat untuk
tercapainya prasyarat pembelajaran yang baik.
4) Materi/media software dalam kondisi baik/tidak rusak (sesuai dengan
isi/pesan).
5) Alat (device) tidak rusak sehingga tidak membiaskan arti
(audiovisual). Media yang menarik (dapat dilihat dan didengar) akan
memudahkan siswa dalam retensi dan pengingatan kembali pesan
yang pernah didapat.
Menurut M. Miftah (2012), agar komunikasi menjadi efektif, maka setiap
individu yang berkomunikasi baik sebagai komunikator atau sebagai
komunikan hendaknya memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Sebagai Pengirim:
a. Menggunakan bahasa yang tepat dan menarik serta dapat
b. Menggunakan empati dengan berusaha menempatkan diri di
tempat penerima
c. Mempertajam persepsi dengan membayangkan bagaimana pesan
akan diterima, dibaca, ditafsir dan ditanggapi oleh penerima
d. Mengendalikan bentuk tanggapan dengan menggunakan kode atau
lambang yang tepat dan sesuai
e. Bersedia menerirna umpan balik yang positif maupun negatif
f. Mengembangkan kredibilitas diri, sehingga dapat dipercaya karena
kualitas pribadi, mutu hidup dan keahlian profesional
g. Mempertahankan hubungan baik dengan penerima
2. Sebagai Penerima
Penerima adalah rekan komunikasi yang mempunyai peran
menentukan dalam menerima, membuat persepsi, menafsirkan suatu
pesan yang diterimanya, apakah untuk dirinya sendiri atau untuk
disampaikan kepada orang lain. Agar komunikasi menjadi efektif
maka penerima harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Meningkatkan kemampuan mendengarkan, sampai mampu
mendengarkan dengan empatik
b. Waspada terhadap prasangka, dan sikap tidak terbuka
d. Mengembangkan kecakapan menyampaikan umpan balik secara
konstruktif
e. Berusaha berpikir kreatif terhadap pesan yang diterimanya
f. Bersikap terbuka tetapi kritis.
Menurut Ahmad Sutanto (2012), kemampuan komunikasi dinyatakan
berhasil ketika diskusi antarsiswa dilakukan, di mana siswa di harapkan
mampu menyatakan, menjelaskan, menggambarkan, mendengar,
menanyakan, dan bekerja sama sehingga dapat membawa siswa pada
pemahaman yang mendalam tentang matematika.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
komunikasi yang efektif dalam pembelajaran terjadi apabila semua komponen
pada komunikasi pembelajaran dalam kondisi baik/ideal dan juga
memperhatikan berbagai aspek baik sebagai komunikator maupun sebagai
komunikan.
B. BELAJAR
Belajar memberi definisi dan batasan yang berbeda-beda, akibatnya
terdapat keragaman di dalam menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar.
Berikut pendapat belajar menurut beberapa ahli dalam Suyono dan Harianto
1. Menurut Hilgard, belajar adalah suatu proses di mana suatu perilaku muncul
atau berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi.
2. Menurut Marquis dan Hilgard, belajar merupakan proses mencari ilmu yang
terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan lain-lain
sehingga terjadi perubahan dalam diri.
3. Menurut Gagne dalam Dahar (1993), belajar adalah sebuah proses perubahan
tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia, seperti sikap,
minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya, yaitu peningkata kemampuan
untuk melakukan berbagai jenis kinerja.
Berbagai definisi diatas, disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku akibat pengalaman, yang relatif menetap,
menuju kebaikan menuju ke arah yang positif. Konsep belajar ini menekankan
bahwa belajar tidak hanya dari segi teknis, tetapi juga tentang nilai dan norma.
C. HASIL BELAJAR SISWA
Menurut Subino (1987) dalam Purwanto (2009), pada umumnya
tujuan pendidikan dapat dimasukkan kedalam salah satu dari 3 ranah, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar dimaksudkan untuk menimbulkan
perubahan perilaku yaitu perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Perubahan-perubahan dalam aspek itu menjadi hasil dari proses
Menurut Purwanto (2009), hasil belajar seringkali digunakan sebagai
ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai materi yang
sudah diajarkan. Mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan
serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi
syarat.
Menurut Winkel (1996) dalam Purwanto (2009), hasil belajar dapat
dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan
“belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat
dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya
input secara fungsional. Belajar dilakukan agar individu yang belajar
mengalami perilaku. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang
menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan
manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.
Menurut Nawawi dalam K. Ibrahim (2007) dalam Ahmad Sutanto
(2012) mengemukakan hasil belajar sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam
mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang
diperoleh dari hasil tes sejumlah materi pelajaran tertentu. Secara sederhana
yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh
anak setelah melalui kegiatan belajar.
Menurut Sunal (1993) dalam Ahmad Sutanto (2012), hasil belajar
dapat diketahui melalui evaluasi. Evaluasi merupakan proses untuk
Selain itu, dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian dapat dijadikan
feedback atau tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa.
Menurut Purwanto (2009), hasil belajar dinyatakan dalam bentuk skor
yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes hasil belajar yang diadakan setelah
program pengajaran. Hasil belajar dinyatakan berhasil apabila telah mencapai
rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kelas yang ditetapkan oleh
masing-masing sekolah. Dalam penelitian ini, rata-rata Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) kelas VIII yang digunakan oleh SMP Kanisisus Gayam
adalah sebagai berikut: Siswa dinyatakan tuntas belajar bila telah mencapai
skor 74.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
nilai yang diperoleh siswa setelah menjalani suatu proses pembelajaran
menggunakan model pembelajaran tertentu sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
D. MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING 1. Pengertian
Pandangan Bruner dalam Markaban (2008), belajar dengan penemuan
suatu masalah atau suatu situasi yang belum sesuai atau belum benar sehingga
siswa dapat mencari jalan pemecahan.
Menurut Ruseffendi (2006), metode penemuan adalah metode
mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga siswa
memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui
pemberitahuan melainkan harus menemukan sendiri.
Hudojo (2005) menyatakan belajar “menemukan” (discovery learning)
merupakan proses belajar dimana siswa menemukan untuk dirinya melalui
suatu rangkaian pengalaman-pengalaman yang konkret. Pada pembelajaran
dengan penemuan terbimbing, guru memberika pengarahan tentang materi
pelajaran. Bimbingan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, arahan,
pertanyaan atau dialog, sehingga diharapkan siswa mampu menyimpulkan
sesuai dengan rancangan guru.
Menggunakan model penemuan terbimbing, peranan guru adalah:
menyatakan persoalan, kemudian membimbing siswa untuk menemukan
penyelesaian dari persoalan itu dengan perintah-perintah atau dengan lembar
kerja. Siswa mengikuti petunjuk dan menemukan sendiri penyelesaiannya
(Krismanto, 2003).
Menurut Markaban (2008), penemuan terbimbing (Guided Discovery)
adalah model pembelajaran dimana guru memiliki peran sebagai fasilitator
yang membimbing siswa melalui pertanyaan-pertanyaan untuk
berpikir aktif serta menganalisis sendiri materi pembelajaran yang diberikan
oleh guru
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penemuan terbimbing
adalah suatu model pembelajaran yang dalam prosesnya lebih mengutamakan
penalaran dan penemuan dari siswa dengan dibimbing oleh guru.
2. Langkah-langkah model pembelajaran penemuan terbimbing
Agar pelaksanaan model penemuan terbimbing ini berjalan dengan
efektif, beberapa langkah yang perlu ditempuh oleh guru matematika dalam
Markaban (2008) adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data
secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan
salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.
b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir,
dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat
diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan
siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui
pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.
c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.
d. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa tersebut diatas
diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran
e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka
verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk
menyusunya. Di samping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak menjamin
100% kebenaran konjektur.
f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan
soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu
benar.
Sedangkan menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009 : 78),
langkah-langkah penemuan terbimbing adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi kebutuhan siswa
b. Seleksi pendahuluan terhadap konsep yang akan dipelajari
c. Seleksi bahan atau masalah yang akan dipelajari
d. Menentukan peran yang akan dilakukan masing-masing peserta didik
e. Mengecek pemahaman peserta didik terhadap masalah yang akan diselidiki
dan ditemukan
f. Mempersiapkan setting kelas
g. Mempersiapkan fasilitas yang diperlukan
h. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan penyelidikan
dan penemuan
i. Menganalisis sendiri atas dasar temuan
k. Memberi penguatan kepada peserta didik untuk giat dalam melakukan
penemuan
l. Memfasilitasi peserta didik dalam merumuskan prinsip-prinsip dan
generalisasi atas hasil temuan.
Dari langkah-langkah model pembelajaran penemuan terbimbing yang telah
dijelaskan diatas, peneliti menyimpulkan langkah-langkah yang akan digunakan
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.1
Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Model Penemuan Terbimbing memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
dari Model Penemuan Terbimbing menurut Markaban (2008) adalah sebagai
berikut:
Langkah-langkah model pembelajaran penemuan terbimbing 1. Mengecek pemahaman peserta didik terlebih dahulu
sebelum melakukan penemuan 2. Mempersiapkan setting kelas
3. Mempersiapkan fasilitas yang diperlukan dalam penemuan 4. Memberikan kesempatan serta membimbing peserta didik
dalam melakukan penemuan
5. Merangsang terjadinya dialog di dalam kelompok 6. Mengecek hasil penemuan peserta didik
7. Merangsang terjadinya dialog di dalam kelas
8. Memberikan umpan balik untuk mengukur sejauh mana 9. kemampuan siswa
10.Melakukan refleksi kegiatan pembelajaran
a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.
b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan)
c. Mendukung kemampuan problem solving siswa.
d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru,
dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
e. Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan
lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukanya.
Sementara itu kekurangannya menurut Markaban (2008) adalah sebagai berikut :
a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.
b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini.
c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini
E. POKOK BAHASAN 1. Kubus
Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi enam persegi (Shamsudin Baharin,
2007 : 73).
Gambar di atas dinamakan kubus ABCD.EFGH. Menurut Shamsudin Baharin
(2007), kubus memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
a. Sisi/Bidang kubus merupakan bangun datar yang membatasi kubus.
Kubus memiliki 6 buah sisi yang semuanya berbentuk persegi, yaitu sisi
bawah = ABCD, sisi atas = EFGH, sisi depan ABFE,
sisi belakang = CDHG, sisi kanan = ADHE, dan sisi kiri = BCGF.
b. Rusuk merupakan garis potong antara dua sisi bidang kubus. Kubus
yang tidak terletak dalam satu ruas garis.
e. Diagonal ruang merupakan garis yang menghubungkan dua titik sudut
yang tidak terletak dalam satu bidang. Terdapat empat diagonal ruang
yang sama panjangnya dan saling berpotongan di tengah-tengah yaitu
AG = BH = CE = DF.
f. Bidang diagonal merupakan bidang yang dibentuk oleh dua diagonal
bidang dan dua rusuk yang saling sejajar. Terdapat 6 buah bidang diagonal
Menurut Shamsudin Baharin (2007), kubus memiliki sifat-sifat sebagai
berikut:
1) Semua sisi merupakan persegi
2) Semua rusuk sama panjang
3) Semua diagonal bidang sama panjang
4) Semua diagonal ruang sama panjang
5) Semua bidang diagonal berbentuk persegi panjang.
2. Balok
Balok adalah bangun ruang yang dibentuk dari enam buah persegi panjang
(Shamsudin Baharin, 2007 : 73).
Berikut adalah gambar balok ABCD.EFGH.
Gambar 2.2 Balok
Menurut Shamsudin Baharin (2007), balok memiliki unsur-unsur sebagai
a. Sisi/Bidang
membentuk 3 pasang sisi yang saling berhadapan yang sama bentuk dan
besarnya yaitu ABFE berpasangan dengan DCGH, ABCD dengan EFGH,
dan BCGF dengan ADHE.
Ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak terletak dalam
satu ruas garis. Terdapat 12 buah diagonal sisi pada balok ABCD.EFGH
e. Diagonal Ruang
Ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak terletak dalam
satu bidang. Terdapat 4 buah diagonal ruang pada balok ABCD.EFGH
yaitu AG, BH, CE,dan AF. Keempat diagonal ruang ini saling berpotongan
ditengah-tengah.
f. Bidang Diagonal
Bidang yang dibentuk oleh dua buah diagonal bidang yang sejajar dan dua
buah rusuk balok yang saling sejajar disebut bidang diagonal. Terdapat 6
buah bidang diagonal pada balok ABCD.EFGH yaitu ACGE, BDHF,
ABGH, CDEF, ADGF, BCHE.
Menurut Shamsudin Baharin (2007), sifat-sifat balok sebagai berikut:
1) Setiap sisi balok berbentuk persegi panjang.
Setiap sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang
2) Setiap rusuk-rusuk yang sejajar memiliki ukuran sama panjang.
3) Setiap diagonal bidang pada sisi yang berhadapan memiliki ukuran
sama panjang.
4) Setiap diagonal ruang pada balok memiliki ukuran sama panjang.
F. KERANGKA BERPIKIR
Tujuan dari pembelajaran matematika adalah membentuk kemampuan
berpikir siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir secara logis,
rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien. Saat pembelajaran
matematika, siswa diharapkan untuk dapat berkomunikasi aktif sehingga
mampu meningkatkan komunikasi dan hasil belajar. Komunikasi siswa di
kelas dapat dilihat dari kemauan siswa saat diskusi, bertanya, memberikan
tanggapan, serta memberikan solusi sedangkan hasil belajar dilihat dari
evaluasi setelah diterapkan pembelajaran dengan suatu model tertentu.
Berdasarkan observasi, siswa di SMP Kanisius Gayam belum fokus
dengan tugas yang dikerjakan, kurang adanya komunikasi pembelajaran antar
siswa, siswa kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok serta pada
hasil hasil belajar nilai siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM).
Oleh karena itu, peneliti menerapkan penelitian tindakan kelas dengan
menerapkan sebuah tindakan yaitu model pembelajaran penemuan terbimbing
sebagai upaya untuk meminimalisir berbagai masalah yang dihadapi dalam
pembelajaran di kelas. Model pembelajaran penemuan terbimbing merupakan
suatu model yang dapat menciptakan pembelajaran dengan suasana baru di
kelas. Pembelajaran matematika menjadi lebih efektif dan menyenangkan
dengan adanya suatu kerjasama dan persaingan positif dalam belajar. Model
pembelajaran karena siswa menemukan sendiri materi yang dipelajari dan
lebih bebas dalam mengemukakan pendapatnya.
Dengan demikian, tujuan pembelajaran akan tercapai karena siswa
lebih aktif sehingga komunikasi dan hasil belajar yang diperoleh pun akan
lebih maksimal.
G. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, disusun hipotesis
sebagai berikut:
1. Terdapat peningkatan komunikasi belajar siswa setelah diterapkan
pembelajaran dengan model penemuan terbimbing.
2. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran
30 BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan
pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing dan juga
mengetahui apakah pembelajaran dengan model penemuan terbimbing
mampu meningkatkan komunikasi dan hasil belajar matematika siswa kelas
VIII B SMP Kanisius Gayam pada materi kubus dan balok. Oleh karena itu,
jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Menurut Arikunto,dkk (2007), Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas yang diberikan oleh guru atau
dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.
B. WAKTU DAN TEMPAT PENGAMBILAN DATA 1. Waktu Pengambilan data
2. Tempat pengambilan data
Pengambilan data dilakukan di Kelas VIII B SMP Kanisius Gayam yang
berlokasi di Jalan Dr. Sutomo 16, Demangan, Gondokusuman,
Yogyakarta.
C. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII B SMP Kanisius Gayam yang
berjumlah 32 siswa. Objek penelitian ini adalah komunikasi dan hasil belajar
matematika siswa kelas VIII B SMP Kanisius Gayam melalui pembelajaran
dengan model penemuan terbimbing pada materi kubus dan balok.
D. DESAIN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Sebelum melakukan penelitian, peneliti perlu membuat rancangan
penelitian tindakan kelas agar proses pembelajaran yang akan dilaksanakan
dapat berjalan dengan baik. Peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas
yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin McTaggart. Penelitian
ini dirancang berdasarkan siklus dengan mengikuti tahap-tahap dengan
komponen tindakan yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Kemmis dan McTaggart
menjadikan komponen tindakan dan pengamatan menjadi satu kesatuan
Diagram 3.1. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas Menurut Stephen
Kemmis dan Robbin Mc. Taggart
1. Siklus I
a. Perencanaan (Planning)
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai
dengan model pembelajaran penemuan terbimbing.
2) Membagikan lembar observasi kepada pengamat untuk melakukan
pengamatan selama proses pembelajaran. Pengamatan dilakukan 2
3) Menyusun pedoman wawancara untuk siswa. Pedoman ini
digunakan peneliti untuk mempermudah peneliti dalam bertanya
sehingga tidak melenceng dari garis besar apa yang ditanyakan,
dan bisa memperoleh data yang diinginkan.
4) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS), menyusun soal tes awal
(pre-test) dan soal tes akhir (post-test).
5) Menyiapkan alat peraga berupa kubus dan balok
6) Pembelajaran dilaksanakan sebanyak 2 kali untuk setiap siklus.
b. Tindakan dan Pengamatan (acting and observing)
Melaksanakan pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing
sesuai rencana pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti. Pengamatan
dalam penelitian ini dilaksanakan selama proses pembelajaran
berlangsung. Observasi dilakukan oleh observer sesuai dengan pedoman
observasi yang telah direncanakan.
c. Refleksi (reflecting)
Pada tahap ini, peneliti melakukan refleksi berdasarkan apa yang telah
diperoleh dari hasil observasi dan hasil tes akhir (post-test) pada siklus I.
Dari hasil observasi yang diperoleh peneliti dapat mengidentifikasi apa
saja yang belum dapat dicapai pada siklus I. Selain itu juga, hasil
2. Siklus II
Kegiatan pembelajaran pada siklus kedua dimaksudkan sebagai perbaikan
dari siklus pertama yang telah dilaksanakan. Tahapan pada siklus kedua
sama seperti siklus pertama yang diawali dengan perencanaan (Planning),
tindakan dan pengamatan (acting and observing) dan refleksi (reflecting).
Jika pada tahap refleksi siklus kedua belum mengalami peningkatan hasil
penelitian maka bisa dilanjutkan ke siklus yang berikutnya.
E. DATA PENELITIAN
Pada penelitian ini, data yang harus diperoleh adalah data
keterlaksanaan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing, data
komunikasi belajar siswa, dan data hasil belajar siswa.
1. Data keterlaksanaan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing
Data keterlaksanaan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing
merupakan data kuantitatif yang diperoleh dari observasi saat proses
pembelajaran pada materi kubus dan balok. Observasi dilakukan oleh 3
observer dengan perolehan data yang berbeda-beda. Data-data tersebut
kemudian akan dirangkum pada hasil penelitian di bab IV.
2. Data komunikasi siswa
Data komunikasi belajar diperoleh melalui observasi terhadap seluruh siswa
penemuan terbimbing pada materi kubus dan balok dan juga data hasil
wawancara yang diperoleh dari 10 orang siswa yang dipilih secara random
berdasarkan hasil observasi komunikasi siswa. Data observasi berupa data
kuantitatif sedangkan data wawancara berupa data kualitatif. Hasil observasi
pada setiap siklus digunakan untuk melihat sejauh mana peningkatan
komunikasi belajar siswa dan juga sebagai refleksi untuk melanjutkan ke
siklus yang berikutnya sedangkan hasil wawancara digunakan untuk
mengetahui apa saja pendapat siswa saat menerapkan pembelajaran dengan
model penemuan terbimbing dan sebelum diterapkan pembelajaran dengan
model penemuan terbimbing.
3. Data hasil belajar siswa
Data hasil belajar berupa data kuantitatif yang diperoleh dari evaluasi yang
dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Hasil evaluasi pada setiap siklus
digunakan untuk melihat sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa dan
juga sebagai refleksi untuk melanjutkan ke siklus yang berikutnya.
F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 1. Observasi
Mengamati berarti menatap kejadian, gerak atau proses. Mengamati bukan
merupakan pekerjaan yang mudah, karena hasilnya harus sama meskipun
dilakukan oleh beberapa orang yang berbeda. Oleh karena itu, pengamat harus
yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko
pengamatan sebagai instrumen (Arikunto, 2010 : 272). Dalam penelitian ini,
observer akan mengamati keterlaksanaan pembelajaran dengan model
penemuan terbimbing dan komunikasi siswa saat pembelajaran, pada setiap
pertemuan dan menilainya.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewi) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu. Dalam penelitian ini, teknik wawancara dilakukan untuk
memperjelas informasi tentang komunikasi siswa selama proses
pembelajaran. Pemilihan subjek dilakukan secara random berdasarkan
kemampuan masing-masing siswa pada hasil observasi komunikasi.
Wawancara dilaksanakan setelah diterapkannya model pembelajaran
penemuan terbimbing.
3. Tes
Tes merupakan serentetan pernyataan atau latihan yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010 : 193). Dalam
penelitian ini, tes yang diberikan kepada siswa berupa tes awal (pre-test), dan
tes akhir (post-test). Tes awal (pre-test) diberikan pada awal pembelajaran
kemampuan dan pengetahuan siswa. Tes akhir (post-test) diberikan saat akhir
pembelajaran pada setiap siklus untuk mengevaluasi dan mengetahui
pemahaman siswa setelah tindakan. Hasil evaluasi setiap siklus digunakan
sebagai bahan refleksi untuk perencanaan tindakan selanjutnya. Soal-soal
yang diberikan pada tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test) berupa tes
esai. Tes esai berbentuk pertanyaan dengan jawaban bebas (Suparno &
Moh.Yunus, 2007).
G. INSTRUMEN PENELITIAN
Ada dua macam instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.
1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran dalam penelitian ini berupa media pembelajaran
yakni Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa
(LKS).
a. Rencana pelaksanaan Pembelajaran
RPP ini disusun sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran
dalam model pembelajara penemuan terbimbing. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) digunakan untuk memudahkan
peneliti dalam pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran dapat
Lembar RPP dapat dilihat pada lampiran B.1
b. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) ini disusun oleh peneliti sebagai bahan
aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Lembar LKS dapat
dilihat pada lampiran B.2
2. Instrumen pengumpulan data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah
pedoman wawancara, lembar observasi, dan lembar tes. Kisi-kisi dari
instrumen pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pedoman wawancara
b. Lembar observasi
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Menggunakan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Lembar observasi dapat dilihat pada lampiran C.2
pertanyaan secara lisan 3,4
2
Lembar observasi dapat dilihat pada lampiran C.3
No Kisi-kisi Butir Banyaknya
item 1 Guru mampu merumuskan
masalah 1 1
2
Guru mampu mengajak siswa untuk berinteraksi berkaitan dengan materi pembelajaran
2,3,5,6,7 5
3 Guru membimbing siswa
c. Lembar Tes
1. Pre-test
Standar Kompetensi 6 : Memahami konsep segitiga dan segiempat serta
menentukan ukurannya
Kompetensi dasar
6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium,
jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang
6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat serta
menggunakan dalam pemecahan masalah
2. Post-test
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas,
dan bagian-bagiannya, serta menentukan
ukurannya.
Kompetensi Dasar :
5.1 Mengidentifikasi Sifat-sifat kubus dan balok serta bagian-
bagiannya
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Soal Post-Test Siklus 1
Materi Indikator Nomor
soal
Menyebutkan unsur-unsur pada kubus dan balok
2,3 2
Menentukan model kerangka kubus dan balok
4,5 2
Menentukan diagonal bidang, jumlah diagonal bidang, dan panjang diagonal bidang dari kubus dan balok
6,7 2