• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya meningkatkan kemampuan komunikasi dan hasil belajar matematika melalui penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing pada materi kubus dan balok siswa kelas VIII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya meningkatkan kemampuan komunikasi dan hasil belajar matematika melalui penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing pada materi kubus dan balok siswa kelas VIII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta."

Copied!
319
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Maria Florentina Woi (111414084). Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Hasil Belajar Matematika melalui Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing pada Materi Kubus dan Balok Siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, 2016.

Peneliti melakukan observasi dan memperoleh data bahwa siswa di SMP Kanisius Gayam belum fokus dengan tugas yang dikerjakan, kurang adanya komunikasi pembelajaran antar siswa, siswa kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok serta pada hasil hasil belajar nilai siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing dan juga mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan komunikasi dan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta pada materi kubus dan balok.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas menggunakan model dari Khemmis dan Mc. Taggart, yang terdiri dari perencanaan, tindakan dan pengamatan, serta refleksi, dengan subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah keterlaksanaan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing, hasil belajar siswa pada post-test 1 dan post-test 2, hasil wawancara siswa, dan komunikasi siswa selama proses pembelajaran. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu instrumen pembelajaran yang terdiri dari RPP dan LKS, dan instrumen pengumpulan data yang terdiri dari lembar observasi, pedoman wawancara, dan lembar tes. Data hasil belajar siswa, data observasi keterlaksanaan model pembelajaran, dan data observasi komunikasi siswa selama proses pembelajaran dianalisis secara kuantitatif sedangkan hasil wawancara siswa dianalisis secara kualitatif.

(2)

siklus 2 pertemuan kedua perolehan skor sebesar 72,38% dan tergolong pada kriteria tinggi. Pada hasil belajar juga terjadi peningkatan perolehan skor dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 67,9 dan tergolong pada kriteria baik meningkat menjadi 76,22 dan tergolong pada kriteria baik. Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa (1) Keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing tergolong sangat tinggi. (2) Pembelajaran menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan komunikasi dan hasil belajar matematika siswa.

(3)

ABSTRACT

Maria Florentina Woi (111414084). An Effort to Improve Communication Competence and Mathematics Learning Achievement by Using Guided Discovery Learning Especially in Cube and Cuboid for the Students of Class VIII B Kanisius Gayam Yogyakarta Junior High School. Thesis, Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, 2016.

I observed and got data that students in Canisius Gayam junior high school Gayam have not got focus in task which they did, lack of communication between students’ in learning process, less of active participation of students’ in group activities, and score of students’ learning outcome have not achieved minimum completeness criteria (KKM). The purpose of this research was to find out how far implementation of learning process using guided discovery learning model and whether the using of guided discovery learning models are able to improve communication and learning achievement of class VIII B students in Canisius Gayam Yogyakarta Junior High School at cube and cuboid subject.

This research was a classroom action research which use a model from Khemmis and Mc. Taggart, which consists of planning, acting and observing, and reflecting, with the subjects were students of class VIII B Canisius Gayam Yogyakarta Junior High School, year academic 2015/2016. Data collected in the research are implementation of guided discovery learning models, student’ learning achievement in post-test 1 and post-test 2, students’ interview, and students’ communication during the learning process. Instruments in this study consists of two instruments, namely learning instrument that consists of lesson plans and worksheets, and data collection instruments which consist of observations sheet, interviews and tests. Data of students’ learning achievement, data of learning models implementation observation data, and students’ communication observation during learning process were analyzed quantitatively while the results of students’ interviews were analyzed qualitatively.

(4)

above, it can be concluded that ( 1 ) implementation of learning process using guided discovery learning model is very high. ( 2 ) guided discovery learning model can improve communication and mathematics learning outcomes of students’.

(5)

KANISIUS GAYAM YOGYAKARTA SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh :

MARIA FLORENTINA WOI 111414084

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(6)
(7)
(8)

iv

Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan

kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang

kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikannya kepadamu.

(Yoh. 15:16)

Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah

berhasil melakukannya dengan baik.

(9)

v

Karya ini kupersembahkan kepada :

Tuhan Yang Maha Esa

Kedua orang tuaku tercinta Bapak Mikhael Do dan Ibu Petronela Sato yang selalu memberikan

perhatian, cinta, kasih sayang, dukungan, serta doa.

Adik-adikku tercinta Imma, Ven, dan Icha yang selalu memberikan dukungan dan

semangat setiap saat.

(10)
(11)
(12)

viii

ABSTRAK

Maria Florentina Woi (111414084). Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Hasil Belajar Matematika melalui Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing pada Materi Kubus dan Balok Siswa Kelas VIII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, 2016.

Peneliti melakukan observasi dan memperoleh data bahwa siswa di SMP Kanisius Gayam belum fokus dengan tugas yang dikerjakan, kurang adanya komunikasi pembelajaran antar siswa, siswa kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok serta pada hasil hasil belajar nilai siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing dan juga mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan komunikasi dan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta pada materi kubus dan balok.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas menggunakan model dari Khemmis dan Mc. Taggart, yang terdiri dari perencanaan, tindakan dan pengamatan, serta refleksi, dengan subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah keterlaksanaan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing, hasil belajar siswa pada post-test 1 dan post-test 2, hasil wawancara siswa, dan komunikasi siswa selama proses pembelajaran. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu instrumen pembelajaran yang terdiri dari RPP dan LKS, dan instrumen pengumpulan data yang terdiri dari lembar observasi, pedoman wawancara, dan lembar tes. Data hasil belajar siswa, data observasi keterlaksanaan model pembelajaran, dan data observasi komunikasi siswa selama proses pembelajaran dianalisis secara kuantitatif sedangkan hasil wawancara siswa dianalisis secara kualitatif.

(13)

ix

siklus 2 pertemuan kedua perolehan skor sebesar 72,38% dan tergolong pada kriteria tinggi. Pada hasil belajar juga terjadi peningkatan perolehan skor dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 67,9 dan tergolong pada kriteria baik meningkat menjadi 76,22 dan tergolong pada kriteria baik. Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa (1) Keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing tergolong sangat tinggi. (2) Pembelajaran menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan komunikasi dan hasil belajar matematika siswa.

(14)

x

ABSTRACT

Maria Florentina Woi (111414084). An Effort to Improve Communication Competence and Mathematics Learning Achievement by Using Guided Discovery Learning Especially in Cube and Cuboid for the Students of Class VIII B Kanisius Gayam Yogyakarta Junior High School. Thesis, Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, 2016.

I observed and got data that students in Canisius Gayam junior high school Gayam have not got focus in task which they did, lack of communication between students’ in learning process, less of active participation of students’ in group activities, and score of students’ learning outcome have not achieved minimum completeness criteria (KKM). The purpose of this research was to find out how far implementation of learning process using guided discovery learning model and whether the using of guided discovery learning models are able to improve communication and learning achievement of class VIII B students in Canisius Gayam Yogyakarta Junior High School at cube and cuboid subject.

This research was a classroom action research which use a model from Khemmis and Mc. Taggart, which consists of planning, acting and observing, and reflecting, with the subjects were students of class VIII B Canisius Gayam Yogyakarta Junior High School, year academic 2015/2016. Data collected in the research are implementation of guided discovery learning models, student’ learning achievement in post-test 1 and post-test 2, students’ interview, and students’ communication during the learning process. Instruments in this study consists of two instruments, namely learning instrument that consists of lesson plans and worksheets, and data collection instruments which consist of observations sheet, interviews and tests. Data of students’ learning achievement, data of learning models implementation observation data, and students’ communication observation during learning process were analyzed quantitatively while the results of students’ interviews were analyzed qualitatively.

(15)

xi

above, it can be concluded that ( 1 ) implementation of learning process using guided discovery learning model is very high. ( 2 ) guided discovery learning model can improve communication and mathematics learning outcomes of students’.

(16)
(17)
(18)
(19)

xv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ………...ii

HALAMAN PENGESAHAN………..………..iii

MOTTO...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN...v

KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…………..…….vii

ABSTRAK ... viii

B. Identifikasi Masalah ... 4

(20)

xvi

B. Belajar ... 15

C. Hasil Belajar ... 16

D. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing ... 18

E. Pokok Bahasan ... 23

F. Kerangka Berpikir ... 27

G. Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Waktu dan Tempat Pengambilan data... 30

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 31

D. Desain Penelitian Tindakan Kelas ... 31

E. Data Penelitian ... 34

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

G. Instrumen Penelitian……….………...…..37

H. Keabsahan Data……….………....42

I. Teknik Analisis Data………...…55

J. Indikator Keberhasilan………..61

BAB IV PELAKSANAAN DAN ANALISIS DATA………...63

A. Deskripsi Penelitian ... 63

B. Hasil Penelitian ... 77

C. Analisis Penelitian ... 96

(21)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Ketangan Telah Melakukan Penelitian………...…...A

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Pertama Siklus 1 ... B1

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Kedua Siklus 1 ... B2

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Pertama Siklus 2 ... B3

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Kedua Siklus 2 ... B4

6. Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan Pertama Siklus 1 ... B5

7. Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan Kedua Siklus 1 ... B6

8. Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan Pertama Siklus 2 ... B7

9. Lembar Kerja Siswa (LKS) Pertemuan Kedua Siklus 2 ... B8

10. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan

Terbimbing………..………C1

11. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan

Terbimbing Pada Pertemuan Pertama Siklus 1 Dari Observer 1 ... C2

12. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan

Terbimbing Pada Pertemuan Pertama Siklus 1 Dari Observer 2 ... C3

13. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan

Terbimbing Pada Pertemuan Pertama Siklus 1 Dari Observer 3 ... C4

14. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan

Terbimbing Pada Pertemuan Kedua Siklus 1 Dari Observer 1 ... C5

15. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan

Terbimbing Pada Pertemuan Kedua Siklus 1 Dari Observer 2 ... C6

16. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan

(22)

xviii

17. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan

Terbimbing Pada Pertemuan Pertama Siklus 2 Dari Observer 1 ... C8

18. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan

Terbimbing Pada Pertemuan Pertama Siklus 2 Dari Observer 2 ... C9

19. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan

Terbimbing Pada Pertemuan Pertama Siklus 2 Dari Observer 3 ... C10

20. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan

Terbimbing Pada Pertemuan Kedua Siklus 2 Dari Observer 1 ... C11

21. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan

Terbimbing Pada Pertemuan Kedua Siklus 2 Dari Observer 2 ... C12

22. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Dengan Model Penemuan

Terbimbing Pada Pertemuan Kedua Siklus 2 Dari Observer 3 ... C13

23. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran ... C14

24. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan

Pertama Siklus 1 Dari Observer 1 ... C15

25. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan

Pertama Siklus 1 Dari Observer 2 ... C16

26. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan

Pertama Siklus 1 Dari Observer 3 ... C17

27. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan

Kedua Siklus 1 Dari Observer 1 ... C18

28. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan

Kedua Siklus 1 Dari Observer 2 ... C19

29. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan

(23)

xix

30. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan

Pertama Siklus 2 Dari Observer 1 ... C21

31. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan

Pertama Siklus 2 Dari Observer 2 ... C22

32. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan

Pertama Siklus 2 Dari Observer 3 ... C23

33. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan

Kedua Siklus 2 Dari Observer 1 ... C24

34. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan

Kedua Siklus 2 Dari Observer 2 ... C25

35. Lembar Observasi Komunikasi Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan

Kedua Siklus 2 Dari Observer 3 ... C26

36. Lembar Soal Pre-Test ... D1

37. Lembar Jawaban Pre-Test ... D2

38. Kunci Jawaban Pre-Test ... D3

39. Lembar Soal Post-Test Siklus 1... D4

40. Lembar Jawaban Post-Test Siklus 1 ... D5

41. Lembar Kunci Jawaban Post-Test Siklus 1 ... D6

42. Lembar Soal Post-Test Siklus 2... D7

43. Lembar Jawaban Post-Test Siklus 2 ... D8

44. Lembar Kunci Jawaban Post-Test Siklus 2 ... D9

45. Hasil Perhitungan Uji Validitas Pre-Test ... E1

46. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Pre-Test ... E2

(24)

xx

48. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Post-Test Siklus 1 ... E4

49. Hasil Perhitungan Uji Validitas Post-Test Siklus 2 ... E5

(25)

xxi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Model Pembelajaran

Penemuan Terbimbing ... 22

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara ... 38

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Menggunakan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing ... 39

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Observasi Komunikasi ... 39

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Soal Pretest ... 40

Tabel 3.10 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Uji Validitas Pre-Test ... 48

Tabel 3.11 Data Uji Coba Soal Post-Test Siklus 1 ... 50

Tabel 3.12 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Uji Validitas Butir Soal

Post-Test Siklus 1 ... 51 Tabel 3.13 Data Uji Coba Soal Post-Test Siklus 2 ... 53

Tabel 3.14 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Uji Validitas Post-Test

Siklus 2 ... 54

Tabel 3.15 Kriteria Keterlakasanaan Model Pembelajaran Penemuan

Terbimbing ... 58

Tabel 3.16 Kriteria Komunikasi Pembelajaran ... 59

Tabel 3.17 Persentase Indikator Komunikasi Belajar Siswa Per Pertemuan .. 60

Tabel 3.18 Kategori Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif... 61

Tabel 3.19 Indikator Keberhasilan Penelitian ... 62

Tabel 4.1 Data Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Pertemuan

(26)

xxii

Tabel 4.2 Data Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Pada

Pertemuan Kedua Siklus 1 ... 79

Tabel 4.3 Data Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Pertemuan

Pertama Siklus 2 ... 80

Tabel 4.4 Data Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Pertemuan

Kedua Siklus 2 ... 81

Tabel 4.5 Data Hasil Pre-Test Tiap Butir Soal ... 82

Tabel 4.6 Data Hasil Post-Test Siklus 1 ... 83

Tabel 4.7 Data Hasil Post-Test Siklus 2 ... 84

Tabel 4.8 Data Perolehan Skor Tiap Butir Pernyataan Pada Lembar

Observasi Komunikasi Pertemuan Pertama Siklus 1 ... 85

Tabel 4.9 Data Perolehan Skor Tiap Butir Pernyataan Pada Lembar

Observasi Komunikasi Pertemuan Kedua Siklus 1 ... 86

Tabel 4.10 Data Perolehan Skor Tiap Butir Pernyataan Pada Lembar

Observasi Komunikasi Pada Pertemuan Pertama Siklus 2 ... 87

Tabel 4.11 Data Perolehan Skor Indikator Komunikasi Pada Pertemuan

Kedua Siklus 2 ... 88

Tabel 4.12 Data Kesulitab Siswa Dalam Pembelajaran Matematika ... 89

Tabel 4.13 Data Keaktifan Siswa Saat Diskusi ... 90

Tabel 4.14 Data Tindakan Siswa Saat Guru Memberikan Permasalahan

Matematika ... 91

Tabel 4.15 Data Siswa Yang Mengemukakan Pendapat ... 92

Tabel 4.16 Data Siswa Yang Bertanya Kepada Guru ... 93

Tabel 4.17 Data Siswa Yang Bertanya Kepada Teman ... 94

Tabel 4.18 Data Siswa Yang Mampu Menjelaskan Kepada Siswa Yang

Bertanya ... 95

Tabel 4.19 Hasil Analisis Keterlaksanaan Model Pembelajaran Penemuan

Terbimbing Tiap Pertemuan... 96

(27)

xxiii

Tabel 4.21 Data Analisis Hasil Belajar Post-Test Siklus 1 ... 101

Tabel 4.22 Data Analisis Hasil Belajar Post-Test Siklus 2 ... 102

Tabel 4.23 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus 1 Dan 2 ... 103

Tabel 4.24 Persentase Perolehan Skor Data Komunikasi Pada Pertemuan

Pertama Siklus 1 ... 104

Tabel 4.25 Persentase Masing-Masing Kriteria Komunikasi Pada Pertemuan

Pertama Siklus I ... 106

Tabel 4.26 Persentase Perolehan Skor Data Komunikasi Pada Pertemuan

Kedua Siklus 1 ... 106

Tabel 4.27 Persentase Masing-Masing Kriteria Komunikasi Pertemuan

Kedua Siklus 1 ... 108

Tabel 4.28 Persentase Perolehan Skor Data Komunikasi Pada Pertemuan

Pertama Siklus 2 ... 109

Tabel 4.29 Persentase Masing-Masing Kriteria Komunikasi Pertemuan

Pertama Siklus 2 ... 110

Tabel 4.30 Persentase Perolehan Skor Data Komunikasi Pada Pertemuan

Kedua Siklus 2 ... 111

Tabel 4.31 Persentase Masing-Masing Kriteria Komunikasi Pertemuan

Kedua Siklus 2 ... 112

(28)

xxiv

DAFTAR GAMBAR

(29)

xxv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran Penemuan

Terbimbing……… 120

Grafik 4.2 Persentase Perolehan Skor Data Komunikasi Belajar Siswa

Tiap Siklus ………. 122

Grafik 4.3 Persentase Perolehan Skor Data Hasil Belajar Siswa Tiap

Siklus……….. 123

(30)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Komunikasi merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran

matematika. Dalam memunculkan ide secara lisan dibutuhkan komunikasi

yang baik agar ide-ide tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Matematika

adalah salah satu mata pelajaran yang dapat melatih siswa untuk

mengkomunikasikan idenya. Hal tersebut diakibatkan karena bahasa

matematika memiliki perbedaan dengan bahasa yang lainnya artinya dalam

matematika terdapat berbagai macam simbol, notasi dan juga rumus-rumus.

Saat pembelajaran di sekolah guru berkomunikasi untuk menjelaskan

materi kepada siswa, sedangkan siswa berkomunikasi dengan

mengungkapkan ide-ide terkait konsep materi ajar. Menurut konsep

komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antar siswa

dengan guru dan siswa dengan siswa dalam rangka perubahan sikap dan pola

pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan (Suherman,

2001).

Pembelajaran merupakan suatu proses belajar mengajar yang di

(31)

siswa ke arah yang lebih baik, baik dari segi ilmu, mental, sikap, dan spiritual

setelah mengikuti pembelajaran. Perubahan dalam diri siswa inilah yang

menjadi tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran. Keberhasilan

pembelajaran matematika dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Hasil belajar

siswa dikatakan baik apabila berhasil menguasai materi yang diajarkan

dengan perolehan rata-rata pada evaluasi mencapai rata-rata Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM).

Data rata-rata nilai ulangan harian siswa angkatan 2014/2015, pada

materi kubus dan balok hanya mencapai 66,6 dan belum mencapai KKM

sebesar 74. Siswa yang memperoleh nilai mencapai KKM hanya sebesar 56%.

Rata-rata ulangan harian tersebut belum mencapai KKM karena materi balok

sulit dipahami terutama pada unsur-unsurnya. Unsur-unsur balok terdiri dari

panjang, lebar, dan tinggi dengan ukuran yang berbeda-beda. Materi kubus

dan balok merupakan materi yang abstrak sehingga membutuhkan alat peraga

agar siswa lebih mudah memahami sifat-sifat dan unsur-unsurnya secara lebih

konkret.

Berdasarkan observasi tanggal 9 April 2015 dan tanggal 17 April

2015, siswa di SMP Kanisius Gayam belum fokus dengan tugas yang

dikerjakan, kurang adanya komunikasi pembelajaran antar siswa dan juga

siswa kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok. Hal ini dilihat saat

(32)

pergi ke kelompok lain, mengobrol dengan teman kelompoknya, belum berani

bertanya atau menyampaikan gagasan, tidak ambil bagian dalam mengerjakan

LKS, serta dalam mempresentasikan hasil kerjanya. Berdasarkan wawancara

dengan guru mata pelajaran, kemauan belajar siswa cukup tinggi tetapi tidak

didukung dengan kemampuan komunikasi yang cukup tinggi kecuali

diberikan rangsangan yang bisa memancing siswa untuk melakukan

komunikasi dalam pembelajaran.

Penerapan model pembelajaran juga mempengaruhi komunikasi dan

juga hasil belajar siswa. Ada berbagai macam model pembelajaran tetapi yang

diterapkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran penemuan

terbimbing karena model pembelajaran ini lebih memberikan kesempatan

kepada siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran (Markhaban,

2008). Pada model penemuan terbimbing, guru memiliki peran sebagai

fasilitator yang membimbing siswa melalui pertanyaan-pertanyaan agar

mengkomunikasikan ide-ide yang diperoleh. Siswa dibimbing untuk berpikir

aktif, menganalisis sendiri untuk menemukan ide ataupun cara

mengomunikasikannya berdasarkan materi pembelajaran yang diberikan oleh

guru (Markhaban, 2008).

Gumawang (2013), melakukan penelitian dengan menerapkan model

pembelajaran penemuan terbimbing dan hasil yang diperoleh menunjukkan

(33)

dengan model penemuan terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan kelas

yang menerapkan pembelajaran konvensional. Wardani (2013) melakukan

penelitian dengan menerapkan model pembelajaran penemuan terbimbing dan

diperoleh hasil bahwa rata-rata hasil belajar kelas yang menerapkan model

penemuan terbimbing dalam pembelajaran lebih baik dibandingkan dengan

kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional.

Dengan demikian peneliti tertarik untuk mengambil judul ’’UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI KUBUS DAN BALOK SISWA KELAS VIII B SMP KANISIUS GAYAM YOGYAKARTA”

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan maka dapat diidentifikasikan

beberapa masalah yaitu:

1. Kurangnya komunikasi siswa dalam kegiatan pembelajaran

2. Siswa belum fokus dengan tugas yang dikerjakan dan juga kurang

berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok.

3. Rata-rata hasil belajar siswa pada materi kubus dan balok belum mencapai

(34)

C. PEMBATASAN MASALAH

Agar permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak meluas

maka perlu adanya batasan masalah. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi

permasalahan hanya pada upaya meningkatkan kemampuan komunikasi dan

hasil belajar matematika melalui penerapan model pembelajaran penemuan

terbimbing pada materi kubus dan balok siswa kelas VIII B SMP Kanisius

Gayam Yogyakarta. Materi kubus dan balok dibatasi pada Kompetensi Dasar

(KD): 8.1 Memahami sifat-sifat kubus dan balok serta bagian-bagiannya.

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat dalam

penelitian ini adalah

1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran

penemuan terbimbing dalam meningkatkan komunikasi dan hasil belajar

matematika?

2. Apakah pembelajaran dengan model penemuan terbimbing mampu

(35)

E. BATASAN ISTILAH

1. Model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery) adalah suatu

model pembelajaran yang dalam prosesnya lebih mengutamakan penalaran

dan penemuan dari siswa dengan dibimbing oleh guru.

2. Komunikasi dapat diartikan sebagai proses interaksi sejumlah komponen

dalam menyampaikan suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain

untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

3. Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa setelah menjalani suatu proses

pembelajaran menggunakan model pembelajaran tertentu sesuai dengan

standar yang ditetapkan.

4. Materi kubus dan balok yang digunakan dalam penelitian ini dikhususkan

pada sifat-sifat dan unsur-unsur kubus dan balok serta bagian-bagiannya.

F. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan perumusan diatas, maka tujuan dari penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran penemuan terbimbing dalam upaya meningkatkan komunikasi

dan hasil belajar matematika.

2. Mengetahui apakah pembelajaran dengan model penemuan terbimbing

(36)

G. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, guru dan siswa.

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

Peneliti dapat menerapkan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing

saat menjadi guru. Selain itu peneliti memperoleh pengalaman dan

pengetahuan yang baru mengenai pembelajaran dengan model penemuan

terbimbing.

2. Bagi guru

Penelitian ini dapat membantu guru di sekolah yang bersangkutan dalam

menerapkan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing.

3. Bagi siswa

Dengan menerapkan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing,

siswa dapat lebih bebas mengkomunikasikan idenya khususnya dalam

pembelajaran matematika.

H. SISTEMATIKA PENULISAN 1. Bab I

Bab I berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah,

(37)

2. Bab II

Bab II memaparkan teori komunikasi, belajar, hasil belajar, model

pembelajaran penemuan terbimbing dan materi kubus dan balok yang menjadi

landasan dalam penelitian.

3. Bab III

Bab III berisi metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, waktu dan

tempat penelitian, subjek dan objek penelitian, desain penelitian tindakan

kelas, data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,

keabsahan data, teknik analisis data, dan indikator keberhasilan.

4. Bab IV

Bab IV berisi tentang deskripsi penelitian, hasil penelitian, analisis penelitian,

pembahasan, dan faktor-faktor pendukung serta penghambat dalam penelitian.

5. Bab V

(38)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. KOMUNIKASI 1. Pengertian

Menurut Tommy Suprapto (2009), kata komunikasi berasal dari

bahasa Inggris communication yang berarti „pemberitahuan‟ atau „pertukaran

pikiran‟. Jadi, secara garis besar, dalam suatu proses komunikasi haruslah

terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran

dan pengertian antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan

(penerima pesan).

Adapun beberapa definisi komunikasi dari para ahli dalam Tommy

Suprapto (2009) sebagai berikut :

a. Menurut Laswell, komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa

mengatakan apa dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa.

b. Menurut A. Winnet, komunikasi adalah proses pengalihan suatu maksud dari

sumber kepada penerima, proses tersebut merupakan suatu seri aktivitas,

rangkaian atau tahap-tahap yang memudahkan peralihan maksud tersebut.

c. Menurut Karlfried Knapp, komunikasi adalah interaksi antar pribadi yang

(39)

(kata-kata) dan nonverbal. Sistem ini dapat disosialisasikan secara langsung/tatap

muka atau melalui media lain (tulisan, oral, dan visual).

Berdasarkan pengertian para ahli, dapat disimpulkan pengertian

komunikasi yaitu proses interaksi sejumlah komponen dalam menyampaikan

suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk mencapai suatu

tujuan tertentu.

2. Pembelajaran sebagai proses komunikasi

Menurut Effendy (2003) dalam M. Miftah (2012) komunikasi

melibatkan dua komponen yang terdiri atas pengajar sebagai komunikator dan

pelajar sebagai komunikan. Pengajar pada tingkatan bawah dan menengah

disebut guru dan pelajar dinamakan siswa sedangkan pada tingkatan tinggi,

pengajar disebut dosen dan pelajar disebut mahasiswa tetapi pada hakekatnya

proses komunikasi sama. Perbedaannya hanya terletak pada tujuan yang

diharapkan.

Menurut Effendy (2003) dalam M. Miftah (2012), tujuan pendidikan

adalah khas atau khusus, yaitu meningkatkan pengetahuan seseorang

mengenai suatu hal sehingga dapat dikuasai dengan baik. Tujuan pendidikan

akan tercapai jika prosesnya komunikatif. Komunikasi di dalam kelas adalah

komunikasi kelompok tetapi pelajar bisa mengubahnya menjadi komunikasi

antarpersonal. Komunikasi di dalam kelas merupakan komunikasi dua arah

(40)

pengajar. Terjadinya komunikasi dua arah ini ialah apabila para pelajar

bersikap responsif, mengetengahkan pendapat atau mengajukan pertanyaan,

diminta atau tidak diminta. Sedangkan komunikasi satu arah terjadi apabila

pelajar pasif artinya hanya mendengarkan tanpa mengekspresikan suatu

pernyataan atau pertanyaan.

Menurut M. Miftah (2012), komunikasi dalam bentuk diskusi dalam

proses belajar mengajar berlangsung efektif apabila:

a. Materi yang didiskusikan meningkatkan intelektualitas,

b. Komunikasi dalam diskusi bersifat intracommunication dan intercommunication.

Menurut M. Miftah (2012), intracommunication atau intrakomunikasi

adalah komunikasi yang terjadi pada diri seseorang. Ia berkomunikasi dengan

dirinya sendiri sebagai persiapan untuk melalukan intercommunication

dengan orang lain. Secara teoritis pada waktu seorang pelajar melakukan

intracommunication terjadilah proses yang terdiri atas tiga tahap yaitu: a. Persepsi (perception)

Persepsi adalah penginderaan terhadap suatu kesan yang timbul dalam

lingkungannya. Penginderaan itu dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan

dan kebutuhan. Kemampuan mempersepsi antara pelajar satu dengan

pelajar yang lain tidak akan sama meskipun mereka sama-sama dari

(41)

b. Ideasi (ideation)

Ideasi adalah tahap kedua dalam proses intracommunication. Seorang

pelajar dalam benaknya mengonsepsi apa yang dipersepsinya. Siswa

mengadakan seleksi dari sekian banyak pengetahuan dan pengalamannya

yang pernah diperolehnya, mengadakan penataan dengan yang relevan

dari hasil persepsinya dan siap untuk ditransfer kepada lawan diskusinya.

c. Transmisi (tranmission)

Transmisi adalah hasil konsepsi karya penalaran sehingga apa yang

dilontarkan adalah pernyataan yang mantap, meyakinkan, sistematis dan

logis. Dengan demikian dalam proses intercommunication berikutnya

siswa akan mengalami keberhasilan.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

suatu pembelajaran disebut sebagai proses komunikasi apabila terjadi

respon dari pihak-pihak yang mendapatkan pembelajaran tertentu.

Respon-respon tersebut bisa berupa pertanyaan, mengemukakan pendapat,

kesimpulan, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan pembelajaran.

3. Komunikasi yang efektif dalam pembelajaran

Menurut M. Miftah (2012), komunikasi yang efektif dalam pembelajaran

bisa berlangsung dengan baik apabila:

a. Semua komponen dalam komunikasi pembelajaran diusahakan dalam

(42)

1) Pesan (message) harus jelas, sesuai dengan kurikulum, terstruktur

secara jelas, menarik dan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

2) Sumber/guru harus berkompetensi terhadap materi ajar, media yang

digunakan, mampu menyampaikan tanpa pembiasan dan menarik

perhatian serta mampu membangkitkan motivasi diri dan siswa dalam

proses interaksi dan transaksi komunikasi.

3) Penerima/siswa harus dalam kondisi yang baik/sehat untuk

tercapainya prasyarat pembelajaran yang baik.

4) Materi/media software dalam kondisi baik/tidak rusak (sesuai dengan

isi/pesan).

5) Alat (device) tidak rusak sehingga tidak membiaskan arti

(audiovisual). Media yang menarik (dapat dilihat dan didengar) akan

memudahkan siswa dalam retensi dan pengingatan kembali pesan

yang pernah didapat.

Menurut M. Miftah (2012), agar komunikasi menjadi efektif, maka setiap

individu yang berkomunikasi baik sebagai komunikator atau sebagai

komunikan hendaknya memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Sebagai Pengirim:

a. Menggunakan bahasa yang tepat dan menarik serta dapat

(43)

b. Menggunakan empati dengan berusaha menempatkan diri di

tempat penerima

c. Mempertajam persepsi dengan membayangkan bagaimana pesan

akan diterima, dibaca, ditafsir dan ditanggapi oleh penerima

d. Mengendalikan bentuk tanggapan dengan menggunakan kode atau

lambang yang tepat dan sesuai

e. Bersedia menerirna umpan balik yang positif maupun negatif

f. Mengembangkan kredibilitas diri, sehingga dapat dipercaya karena

kualitas pribadi, mutu hidup dan keahlian profesional

g. Mempertahankan hubungan baik dengan penerima

2. Sebagai Penerima

Penerima adalah rekan komunikasi yang mempunyai peran

menentukan dalam menerima, membuat persepsi, menafsirkan suatu

pesan yang diterimanya, apakah untuk dirinya sendiri atau untuk

disampaikan kepada orang lain. Agar komunikasi menjadi efektif

maka penerima harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Meningkatkan kemampuan mendengarkan, sampai mampu

mendengarkan dengan empatik

b. Waspada terhadap prasangka, dan sikap tidak terbuka

(44)

d. Mengembangkan kecakapan menyampaikan umpan balik secara

konstruktif

e. Berusaha berpikir kreatif terhadap pesan yang diterimanya

f. Bersikap terbuka tetapi kritis.

Menurut Ahmad Sutanto (2012), kemampuan komunikasi dinyatakan

berhasil ketika diskusi antarsiswa dilakukan, di mana siswa di harapkan

mampu menyatakan, menjelaskan, menggambarkan, mendengar,

menanyakan, dan bekerja sama sehingga dapat membawa siswa pada

pemahaman yang mendalam tentang matematika.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

komunikasi yang efektif dalam pembelajaran terjadi apabila semua komponen

pada komunikasi pembelajaran dalam kondisi baik/ideal dan juga

memperhatikan berbagai aspek baik sebagai komunikator maupun sebagai

komunikan.

B. BELAJAR

Belajar memberi definisi dan batasan yang berbeda-beda, akibatnya

terdapat keragaman di dalam menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar.

Berikut pendapat belajar menurut beberapa ahli dalam Suyono dan Harianto

(45)

1. Menurut Hilgard, belajar adalah suatu proses di mana suatu perilaku muncul

atau berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi.

2. Menurut Marquis dan Hilgard, belajar merupakan proses mencari ilmu yang

terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan lain-lain

sehingga terjadi perubahan dalam diri.

3. Menurut Gagne dalam Dahar (1993), belajar adalah sebuah proses perubahan

tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia, seperti sikap,

minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya, yaitu peningkata kemampuan

untuk melakukan berbagai jenis kinerja.

Berbagai definisi diatas, disimpulkan bahwa belajar adalah suatu

proses perubahan tingkah laku akibat pengalaman, yang relatif menetap,

menuju kebaikan menuju ke arah yang positif. Konsep belajar ini menekankan

bahwa belajar tidak hanya dari segi teknis, tetapi juga tentang nilai dan norma.

C. HASIL BELAJAR SISWA

Menurut Subino (1987) dalam Purwanto (2009), pada umumnya

tujuan pendidikan dapat dimasukkan kedalam salah satu dari 3 ranah, yaitu

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar dimaksudkan untuk menimbulkan

perubahan perilaku yaitu perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Perubahan-perubahan dalam aspek itu menjadi hasil dari proses

(46)

Menurut Purwanto (2009), hasil belajar seringkali digunakan sebagai

ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai materi yang

sudah diajarkan. Mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan

serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi

syarat.

Menurut Winkel (1996) dalam Purwanto (2009), hasil belajar dapat

dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan

“belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat

dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya

input secara fungsional. Belajar dilakukan agar individu yang belajar

mengalami perilaku. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang

menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan

manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

Menurut Nawawi dalam K. Ibrahim (2007) dalam Ahmad Sutanto

(2012) mengemukakan hasil belajar sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam

mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang

diperoleh dari hasil tes sejumlah materi pelajaran tertentu. Secara sederhana

yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh

anak setelah melalui kegiatan belajar.

Menurut Sunal (1993) dalam Ahmad Sutanto (2012), hasil belajar

dapat diketahui melalui evaluasi. Evaluasi merupakan proses untuk

(47)

Selain itu, dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian dapat dijadikan

feedback atau tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa.

Menurut Purwanto (2009), hasil belajar dinyatakan dalam bentuk skor

yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes hasil belajar yang diadakan setelah

program pengajaran. Hasil belajar dinyatakan berhasil apabila telah mencapai

rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kelas yang ditetapkan oleh

masing-masing sekolah. Dalam penelitian ini, rata-rata Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) kelas VIII yang digunakan oleh SMP Kanisisus Gayam

adalah sebagai berikut: Siswa dinyatakan tuntas belajar bila telah mencapai

skor 74.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

nilai yang diperoleh siswa setelah menjalani suatu proses pembelajaran

menggunakan model pembelajaran tertentu sesuai dengan standar yang

ditetapkan.

D. MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING 1. Pengertian

Pandangan Bruner dalam Markaban (2008), belajar dengan penemuan

(48)

suatu masalah atau suatu situasi yang belum sesuai atau belum benar sehingga

siswa dapat mencari jalan pemecahan.

Menurut Ruseffendi (2006), metode penemuan adalah metode

mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga siswa

memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tidak melalui

pemberitahuan melainkan harus menemukan sendiri.

Hudojo (2005) menyatakan belajar “menemukan” (discovery learning)

merupakan proses belajar dimana siswa menemukan untuk dirinya melalui

suatu rangkaian pengalaman-pengalaman yang konkret. Pada pembelajaran

dengan penemuan terbimbing, guru memberika pengarahan tentang materi

pelajaran. Bimbingan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, arahan,

pertanyaan atau dialog, sehingga diharapkan siswa mampu menyimpulkan

sesuai dengan rancangan guru.

Menggunakan model penemuan terbimbing, peranan guru adalah:

menyatakan persoalan, kemudian membimbing siswa untuk menemukan

penyelesaian dari persoalan itu dengan perintah-perintah atau dengan lembar

kerja. Siswa mengikuti petunjuk dan menemukan sendiri penyelesaiannya

(Krismanto, 2003).

Menurut Markaban (2008), penemuan terbimbing (Guided Discovery)

adalah model pembelajaran dimana guru memiliki peran sebagai fasilitator

yang membimbing siswa melalui pertanyaan-pertanyaan untuk

(49)

berpikir aktif serta menganalisis sendiri materi pembelajaran yang diberikan

oleh guru

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penemuan terbimbing

adalah suatu model pembelajaran yang dalam prosesnya lebih mengutamakan

penalaran dan penemuan dari siswa dengan dibimbing oleh guru.

2. Langkah-langkah model pembelajaran penemuan terbimbing

Agar pelaksanaan model penemuan terbimbing ini berjalan dengan

efektif, beberapa langkah yang perlu ditempuh oleh guru matematika dalam

Markaban (2008) adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data

secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan

salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.

b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir,

dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat

diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan

siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui

pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.

c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.

d. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa tersebut diatas

diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran

(50)

e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka

verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk

menyusunya. Di samping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak menjamin

100% kebenaran konjektur.

f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan

soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu

benar.

Sedangkan menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2009 : 78),

langkah-langkah penemuan terbimbing adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi kebutuhan siswa

b. Seleksi pendahuluan terhadap konsep yang akan dipelajari

c. Seleksi bahan atau masalah yang akan dipelajari

d. Menentukan peran yang akan dilakukan masing-masing peserta didik

e. Mengecek pemahaman peserta didik terhadap masalah yang akan diselidiki

dan ditemukan

f. Mempersiapkan setting kelas

g. Mempersiapkan fasilitas yang diperlukan

h. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan penyelidikan

dan penemuan

i. Menganalisis sendiri atas dasar temuan

(51)

k. Memberi penguatan kepada peserta didik untuk giat dalam melakukan

penemuan

l. Memfasilitasi peserta didik dalam merumuskan prinsip-prinsip dan

generalisasi atas hasil temuan.

Dari langkah-langkah model pembelajaran penemuan terbimbing yang telah

dijelaskan diatas, peneliti menyimpulkan langkah-langkah yang akan digunakan

dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1

Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Model Penemuan Terbimbing memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan

dari Model Penemuan Terbimbing menurut Markaban (2008) adalah sebagai

berikut:

Langkah-langkah model pembelajaran penemuan terbimbing 1. Mengecek pemahaman peserta didik terlebih dahulu

sebelum melakukan penemuan 2. Mempersiapkan setting kelas

3. Mempersiapkan fasilitas yang diperlukan dalam penemuan 4. Memberikan kesempatan serta membimbing peserta didik

dalam melakukan penemuan

5. Merangsang terjadinya dialog di dalam kelompok 6. Mengecek hasil penemuan peserta didik

7. Merangsang terjadinya dialog di dalam kelas

8. Memberikan umpan balik untuk mengukur sejauh mana 9. kemampuan siswa

10.Melakukan refleksi kegiatan pembelajaran

(52)

a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.

b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan)

c. Mendukung kemampuan problem solving siswa.

d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru,

dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia

yang baik dan benar.

e. Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan

lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukanya.

Sementara itu kekurangannya menurut Markaban (2008) adalah sebagai berikut :

a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.

b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini.

c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini

E. POKOK BAHASAN 1. Kubus

Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi enam persegi (Shamsudin Baharin,

2007 : 73).

(53)

Gambar di atas dinamakan kubus ABCD.EFGH. Menurut Shamsudin Baharin

(2007), kubus memiliki unsur-unsur sebagai berikut :

a. Sisi/Bidang kubus merupakan bangun datar yang membatasi kubus.

Kubus memiliki 6 buah sisi yang semuanya berbentuk persegi, yaitu sisi

bawah = ABCD, sisi atas = EFGH, sisi depan ABFE,

sisi belakang = CDHG, sisi kanan = ADHE, dan sisi kiri = BCGF.

b. Rusuk merupakan garis potong antara dua sisi bidang kubus. Kubus

yang tidak terletak dalam satu ruas garis.

e. Diagonal ruang merupakan garis yang menghubungkan dua titik sudut

yang tidak terletak dalam satu bidang. Terdapat empat diagonal ruang

yang sama panjangnya dan saling berpotongan di tengah-tengah yaitu

AG = BH = CE = DF.

f. Bidang diagonal merupakan bidang yang dibentuk oleh dua diagonal

bidang dan dua rusuk yang saling sejajar. Terdapat 6 buah bidang diagonal

(54)

Menurut Shamsudin Baharin (2007), kubus memiliki sifat-sifat sebagai

berikut:

1) Semua sisi merupakan persegi

2) Semua rusuk sama panjang

3) Semua diagonal bidang sama panjang

4) Semua diagonal ruang sama panjang

5) Semua bidang diagonal berbentuk persegi panjang.

2. Balok

Balok adalah bangun ruang yang dibentuk dari enam buah persegi panjang

(Shamsudin Baharin, 2007 : 73).

Berikut adalah gambar balok ABCD.EFGH.

Gambar 2.2 Balok

Menurut Shamsudin Baharin (2007), balok memiliki unsur-unsur sebagai

(55)

a. Sisi/Bidang

membentuk 3 pasang sisi yang saling berhadapan yang sama bentuk dan

besarnya yaitu ABFE berpasangan dengan DCGH, ABCD dengan EFGH,

dan BCGF dengan ADHE.

Ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak terletak dalam

satu ruas garis. Terdapat 12 buah diagonal sisi pada balok ABCD.EFGH

(56)

e. Diagonal Ruang

Ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak terletak dalam

satu bidang. Terdapat 4 buah diagonal ruang pada balok ABCD.EFGH

yaitu AG, BH, CE,dan AF. Keempat diagonal ruang ini saling berpotongan

ditengah-tengah.

f. Bidang Diagonal

Bidang yang dibentuk oleh dua buah diagonal bidang yang sejajar dan dua

buah rusuk balok yang saling sejajar disebut bidang diagonal. Terdapat 6

buah bidang diagonal pada balok ABCD.EFGH yaitu ACGE, BDHF,

ABGH, CDEF, ADGF, BCHE.

Menurut Shamsudin Baharin (2007), sifat-sifat balok sebagai berikut:

1) Setiap sisi balok berbentuk persegi panjang.

Setiap sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang

2) Setiap rusuk-rusuk yang sejajar memiliki ukuran sama panjang.

3) Setiap diagonal bidang pada sisi yang berhadapan memiliki ukuran

sama panjang.

4) Setiap diagonal ruang pada balok memiliki ukuran sama panjang.

(57)

F. KERANGKA BERPIKIR

Tujuan dari pembelajaran matematika adalah membentuk kemampuan

berpikir siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir secara logis,

rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien. Saat pembelajaran

matematika, siswa diharapkan untuk dapat berkomunikasi aktif sehingga

mampu meningkatkan komunikasi dan hasil belajar. Komunikasi siswa di

kelas dapat dilihat dari kemauan siswa saat diskusi, bertanya, memberikan

tanggapan, serta memberikan solusi sedangkan hasil belajar dilihat dari

evaluasi setelah diterapkan pembelajaran dengan suatu model tertentu.

Berdasarkan observasi, siswa di SMP Kanisius Gayam belum fokus

dengan tugas yang dikerjakan, kurang adanya komunikasi pembelajaran antar

siswa, siswa kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok serta pada

hasil hasil belajar nilai siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM).

Oleh karena itu, peneliti menerapkan penelitian tindakan kelas dengan

menerapkan sebuah tindakan yaitu model pembelajaran penemuan terbimbing

sebagai upaya untuk meminimalisir berbagai masalah yang dihadapi dalam

pembelajaran di kelas. Model pembelajaran penemuan terbimbing merupakan

suatu model yang dapat menciptakan pembelajaran dengan suasana baru di

kelas. Pembelajaran matematika menjadi lebih efektif dan menyenangkan

dengan adanya suatu kerjasama dan persaingan positif dalam belajar. Model

(58)

pembelajaran karena siswa menemukan sendiri materi yang dipelajari dan

lebih bebas dalam mengemukakan pendapatnya.

Dengan demikian, tujuan pembelajaran akan tercapai karena siswa

lebih aktif sehingga komunikasi dan hasil belajar yang diperoleh pun akan

lebih maksimal.

G. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, disusun hipotesis

sebagai berikut:

1. Terdapat peningkatan komunikasi belajar siswa setelah diterapkan

pembelajaran dengan model penemuan terbimbing.

2. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran

(59)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan

pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing dan juga

mengetahui apakah pembelajaran dengan model penemuan terbimbing

mampu meningkatkan komunikasi dan hasil belajar matematika siswa kelas

VIII B SMP Kanisius Gayam pada materi kubus dan balok. Oleh karena itu,

jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Menurut Arikunto,dkk (2007), Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu

pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja

dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas yang diberikan oleh guru atau

dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

B. WAKTU DAN TEMPAT PENGAMBILAN DATA 1. Waktu Pengambilan data

(60)

2. Tempat pengambilan data

Pengambilan data dilakukan di Kelas VIII B SMP Kanisius Gayam yang

berlokasi di Jalan Dr. Sutomo 16, Demangan, Gondokusuman,

Yogyakarta.

C. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII B SMP Kanisius Gayam yang

berjumlah 32 siswa. Objek penelitian ini adalah komunikasi dan hasil belajar

matematika siswa kelas VIII B SMP Kanisius Gayam melalui pembelajaran

dengan model penemuan terbimbing pada materi kubus dan balok.

D. DESAIN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Sebelum melakukan penelitian, peneliti perlu membuat rancangan

penelitian tindakan kelas agar proses pembelajaran yang akan dilaksanakan

dapat berjalan dengan baik. Peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas

yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin McTaggart. Penelitian

ini dirancang berdasarkan siklus dengan mengikuti tahap-tahap dengan

komponen tindakan yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting),

pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Kemmis dan McTaggart

menjadikan komponen tindakan dan pengamatan menjadi satu kesatuan

(61)

Diagram 3.1. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas Menurut Stephen

Kemmis dan Robbin Mc. Taggart

1. Siklus I

a. Perencanaan (Planning)

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai

dengan model pembelajaran penemuan terbimbing.

2) Membagikan lembar observasi kepada pengamat untuk melakukan

pengamatan selama proses pembelajaran. Pengamatan dilakukan 2

(62)

3) Menyusun pedoman wawancara untuk siswa. Pedoman ini

digunakan peneliti untuk mempermudah peneliti dalam bertanya

sehingga tidak melenceng dari garis besar apa yang ditanyakan,

dan bisa memperoleh data yang diinginkan.

4) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS), menyusun soal tes awal

(pre-test) dan soal tes akhir (post-test).

5) Menyiapkan alat peraga berupa kubus dan balok

6) Pembelajaran dilaksanakan sebanyak 2 kali untuk setiap siklus.

b. Tindakan dan Pengamatan (acting and observing)

Melaksanakan pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing

sesuai rencana pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti. Pengamatan

dalam penelitian ini dilaksanakan selama proses pembelajaran

berlangsung. Observasi dilakukan oleh observer sesuai dengan pedoman

observasi yang telah direncanakan.

c. Refleksi (reflecting)

Pada tahap ini, peneliti melakukan refleksi berdasarkan apa yang telah

diperoleh dari hasil observasi dan hasil tes akhir (post-test) pada siklus I.

Dari hasil observasi yang diperoleh peneliti dapat mengidentifikasi apa

saja yang belum dapat dicapai pada siklus I. Selain itu juga, hasil

(63)

2. Siklus II

Kegiatan pembelajaran pada siklus kedua dimaksudkan sebagai perbaikan

dari siklus pertama yang telah dilaksanakan. Tahapan pada siklus kedua

sama seperti siklus pertama yang diawali dengan perencanaan (Planning),

tindakan dan pengamatan (acting and observing) dan refleksi (reflecting).

Jika pada tahap refleksi siklus kedua belum mengalami peningkatan hasil

penelitian maka bisa dilanjutkan ke siklus yang berikutnya.

E. DATA PENELITIAN

Pada penelitian ini, data yang harus diperoleh adalah data

keterlaksanaan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing, data

komunikasi belajar siswa, dan data hasil belajar siswa.

1. Data keterlaksanaan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing

Data keterlaksanaan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing

merupakan data kuantitatif yang diperoleh dari observasi saat proses

pembelajaran pada materi kubus dan balok. Observasi dilakukan oleh 3

observer dengan perolehan data yang berbeda-beda. Data-data tersebut

kemudian akan dirangkum pada hasil penelitian di bab IV.

2. Data komunikasi siswa

Data komunikasi belajar diperoleh melalui observasi terhadap seluruh siswa

(64)

penemuan terbimbing pada materi kubus dan balok dan juga data hasil

wawancara yang diperoleh dari 10 orang siswa yang dipilih secara random

berdasarkan hasil observasi komunikasi siswa. Data observasi berupa data

kuantitatif sedangkan data wawancara berupa data kualitatif. Hasil observasi

pada setiap siklus digunakan untuk melihat sejauh mana peningkatan

komunikasi belajar siswa dan juga sebagai refleksi untuk melanjutkan ke

siklus yang berikutnya sedangkan hasil wawancara digunakan untuk

mengetahui apa saja pendapat siswa saat menerapkan pembelajaran dengan

model penemuan terbimbing dan sebelum diterapkan pembelajaran dengan

model penemuan terbimbing.

3. Data hasil belajar siswa

Data hasil belajar berupa data kuantitatif yang diperoleh dari evaluasi yang

dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Hasil evaluasi pada setiap siklus

digunakan untuk melihat sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa dan

juga sebagai refleksi untuk melanjutkan ke siklus yang berikutnya.

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 1. Observasi

Mengamati berarti menatap kejadian, gerak atau proses. Mengamati bukan

merupakan pekerjaan yang mudah, karena hasilnya harus sama meskipun

dilakukan oleh beberapa orang yang berbeda. Oleh karena itu, pengamat harus

(65)

yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko

pengamatan sebagai instrumen (Arikunto, 2010 : 272). Dalam penelitian ini,

observer akan mengamati keterlaksanaan pembelajaran dengan model

penemuan terbimbing dan komunikasi siswa saat pembelajaran, pada setiap

pertemuan dan menilainya.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviewi) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu. Dalam penelitian ini, teknik wawancara dilakukan untuk

memperjelas informasi tentang komunikasi siswa selama proses

pembelajaran. Pemilihan subjek dilakukan secara random berdasarkan

kemampuan masing-masing siswa pada hasil observasi komunikasi.

Wawancara dilaksanakan setelah diterapkannya model pembelajaran

penemuan terbimbing.

3. Tes

Tes merupakan serentetan pernyataan atau latihan yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat

yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010 : 193). Dalam

penelitian ini, tes yang diberikan kepada siswa berupa tes awal (pre-test), dan

tes akhir (post-test). Tes awal (pre-test) diberikan pada awal pembelajaran

(66)

kemampuan dan pengetahuan siswa. Tes akhir (post-test) diberikan saat akhir

pembelajaran pada setiap siklus untuk mengevaluasi dan mengetahui

pemahaman siswa setelah tindakan. Hasil evaluasi setiap siklus digunakan

sebagai bahan refleksi untuk perencanaan tindakan selanjutnya. Soal-soal

yang diberikan pada tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test) berupa tes

esai. Tes esai berbentuk pertanyaan dengan jawaban bebas (Suparno &

Moh.Yunus, 2007).

G. INSTRUMEN PENELITIAN

Ada dua macam instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu

instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran dalam penelitian ini berupa media pembelajaran

yakni Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa

(LKS).

a. Rencana pelaksanaan Pembelajaran

RPP ini disusun sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran

dalam model pembelajara penemuan terbimbing. Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) digunakan untuk memudahkan

peneliti dalam pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran dapat

(67)

Lembar RPP dapat dilihat pada lampiran B.1

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) ini disusun oleh peneliti sebagai bahan

aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Lembar LKS dapat

dilihat pada lampiran B.2

2. Instrumen pengumpulan data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah

pedoman wawancara, lembar observasi, dan lembar tes. Kisi-kisi dari

instrumen pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pedoman wawancara

(68)

b. Lembar observasi

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Menggunakan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Lembar observasi dapat dilihat pada lampiran C.2

pertanyaan secara lisan 3,4

2

Lembar observasi dapat dilihat pada lampiran C.3

No Kisi-kisi Butir Banyaknya

item 1 Guru mampu merumuskan

masalah 1 1

2

Guru mampu mengajak siswa untuk berinteraksi berkaitan dengan materi pembelajaran

2,3,5,6,7 5

3 Guru membimbing siswa

(69)

c. Lembar Tes

1. Pre-test

Standar Kompetensi 6 : Memahami konsep segitiga dan segiempat serta

menentukan ukurannya

Kompetensi dasar

6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium,

jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang

6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat serta

menggunakan dalam pemecahan masalah

(70)

2. Post-test

Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas,

dan bagian-bagiannya, serta menentukan

ukurannya.

Kompetensi Dasar :

5.1 Mengidentifikasi Sifat-sifat kubus dan balok serta bagian-

bagiannya

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Soal Post-Test Siklus 1

Materi Indikator Nomor

soal

Menyebutkan unsur-unsur pada kubus dan balok

2,3 2

Menentukan model kerangka kubus dan balok

4,5 2

Menentukan diagonal bidang, jumlah diagonal bidang, dan panjang diagonal bidang dari kubus dan balok

6,7 2

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Gambar di atas dinamakan kubus ABCD.EFGH. Menurut Shamsudin Baharin
Tabel 3.1 Kisi- Kisi Wawancara
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Observasi Komunikasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis menunjukkan bahwa elemen pengendalian intern sistem penjualan pada Toko Buku Taman Pustaka Kristen Yogyakarta sudah baik, terlihat dari unsur organisasi,

Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Negeri 2 Jogopaten sudah ada meskipun belum terealisasi secara khusus artinya SDN 2 Jogopaten belum memiliki

Telah dilakukan perhitungan dan analisis dari yield, distribusi fluks dan spektrum neutron hasil spallasi antara proton energi tinggi dan target merkuri pada sistem target

Drie Brotosudarmo Etika Kristen Perguruan Tinggi untu; ANDI, 2007 6.. George Barna

litura dengan komponen hasil kedelai seperti jumlah polong berisi per tanaman, jumlah biji per tanaman, dan berat biji per tanaman pada varietas Anjasmoro dan

Beda halnya dengan risiko yang ada pada pembiayaan yang menggunakan akad murabahah dimana pada prakteknya akad ini menjadi akad yang paling dominan digunakan

sema-oama merupokan organisaai pemerintahan terendah yang langsung berada di bawah Carnet* Ktcuali itu nampak pula perbedaan antara Kepala Desa dan Kepala Kelurahan, di mana

Hasil Pengujian secara Simultan (Uji F) yang telah dilakukan dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa secara serempak atau simultan semua variabel independen yaitu variabel merek,