• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis penerpan PSAK Syariah no 109 pada lembaga Amil Zakat, infak sedekah(LAZIS) (studi kasus LAZIS YBW UII Yogyakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis penerpan PSAK Syariah no 109 pada lembaga Amil Zakat, infak sedekah(LAZIS) (studi kasus LAZIS YBW UII Yogyakarta)"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENERAPAN PSAK SYARIAH NO 109 PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH (LAZIS)

(Studi Kasus LAZIS YBW UII Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gerlar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh : Lidya Aprilia NIM : 132114086

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

ANALISIS PENERAPAN PSAK SYARIAH NO 109 PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH (LAZIS)

(Studi Kasus LAZIS YBW UII Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gerlar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh : Lidya Aprilia NIM : 132114086

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

LEMBAR PERSEMBAHAN

If You Never Try You Will Never Know

If You’re Greatful, I Will Give You More

(QS, 14:7)

Kun Fayakun

“If It;s Meant To Be, It Will Be”

(QS, 2:117)

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Allah SWT

Mama, Papa, Intan

Suyutno’s Family Husna’s Family

Sahabat-sahabat Penulis

Terima Kasih atas dukungan dan doa yang telah

(6)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul: ANALISIS PENERAPAN PSAK SYARIAH NO 109 PADA LEMBAGA

AMIL ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH (LAZIS) (Studi Kasus LAZIS YBW UII Yogyakarta)

Dan diajukan untuk diuji pada tanggal 10 Mei 2017 adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja ataupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 30 Juni 2017 Yang membuat pernyataan,

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:

Nama : Lidya Aprilia

Nomor Induk Mahasiswa (NIM) : 132114086

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

ANALISIS PENERAPAN PSAK SYARIAH NO 109 PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH (LAZIS)

(Studi Kasus LAZIS YBW UII Yogyakarta)

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan seharusnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 30 Juni 2017 Yang Menyatakan,

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Johanes Eka Priyatma, M. Sc., Ph. D selaku Rektor Univesitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian penulis.

2. Albertus Yudi Yuniarto. S.E., M.B.A selaku dekan Fakultas Ekonomi Univesitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di Fakultas Ekonomi Univesitas Sanata Dharma kepada penulis.

3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

4. Ilsa H. Suryandari, SE, S.IP., M.Sc., Ak selaku dosen pembimbing akademik .

5. Drs. Gabriel Anto Listianto, M.S.A., Ak selaku pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Drs. M. Sularno, MA selaku ketua LAZIS YBW UII yang telah

memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di LAZIS YBW UII Yogyakarta.

7. Mba dewi dan Mas bagas selaku pihak LAZIS YBW UII yang telah membantu memberikan data yang diperlukan untuk keperluan penelitian. 8. Riyanto Sutiarso, SE, MAK, AKT., CA., BKP yang telah memberikan

informasi mengenai Akuntansi Syariah.

(9)

viii

10.Mas Rangga yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

11.Sahabat-sahabat penulis (Tata, Siska, Martin, Alma, Vina, Memey, Enggar, Lizdha, Feli, Maria, Ririn)

12.Teman-teman Kelas Akuntansi 2013.

13.Teman-teman MPAT yang telah berbagi ide serta masukan-masukan yang positif kepada penulis.

14.Teman-teman UKF Basket Ekonomi (BATAKO).

Yogyakarta, 30 Juni 2017 Penulis

(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH ... vi

3. Zakat, Infak/Sedekah... 15

a. Pengertiam Zakat, Infak/Sedekah ... 15

b. Jenis Zakat dan Infak ... 17

c. Hak Penerima Zakat ... 18

d. Persamaan dan Perbedaan Zakat dan Infak/Sedekah ... 19

C. Penerapan PSAK 109 pada LAZIS ... 21

1. Proses Akuntansi ... 21

a. Akuntansi untuk Zakat ... 24

(11)

x

D. Peneliti Tedahulu ... 59

BAB III METODE PENELITIAN ... 62

A. Objek Penelitian ... 62

B. Metode dan Desain Penelitian ... 62

C. Teknik Pengumpulan Data ... 63

D. Teknik Analisa Data ... 64

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 67

A. Sejarah Berdirinya LAZIS YBW UII ... 67

B. Visi, Misi dan Fokus Program LAZIS YBW UII ... 68

C. Program Kerja LAZIS YBW UII ... 69

D. Struktur Organisasi ... 72

E. Sumber Dana ... 72

F. Penghimpunan Dana zakat, Infak/Sedekah ... 73

G. Penyaluran Dana Zakat, Infak/Sedekah ... 74

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 75

A. Analisis Data ... 75

1. Deskripsi Akuntansi Zakat, Infak/Sedekah ... 75

2. Deskripsi Pengakuan dan Pengukuran ... 82

3. Deskripsi Penyajian ... 98

4. Deskripsi Pengungkapan ... 102

5. Perbandingan Pengakuan dan Pengukuran Zakat ... 104

6. Perbandingan Pengakuan dan Pengukuran Infak/Sedekah ... 107

7. Perbandingan Penyajian ... 111

8. Perbandingan Pengungkapan ... 111

9. Deskripsi Hasil Perbandingan ... 116

B. Pembahasan ... 122

BAB VI PENUTUP ... 125

A.Kesimpulan... 125

B.Keterbatasan ... 125

C.Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 127

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan Zakat, Infak/Sedekah ... 20

Tabel 2. Ilustrasi Jurnal Umum ... 22

Tabel 3. Ilustrasi Buku Besar ... 43

Tabel 4. Ilustrasi Neraca Saldo ... 44

Tabel 5. Ilstrasi Adjusted Trial Balance ... 46

Tabel 6. Ilustrasi Neraca Lajur ... 47

Tabel 7. Ilustrasi Laporan Posisi Keuangan Amil ... 52

Tabel 8.Ilstrasi Laporan Perubahan Dana Amil ... 54

Tabel 9. Ilustrasi Laporan Perubahan Aset Kelolaan Amil ... 56

Tabel 10. Perbandingan Konsep Pengakuan dan Pengukuran Zakat ... 104

Tabel 11. Perbandingan Konsep Pengakuan dan Pengukuran Infak/Sedekah .... 107

Tabel 12. Perbandingan Konsep Penyajian ... 111

Tabel 13. Perbandingan konsep Pengungkapan ... 111

Tabel 14. Hasil Analisis Konsep Pengakuan dan Pengukuran Zakat ... 116

(13)

xii ABSTRAK

ANALISIS PENERAPAN PSAK SYARIAH NO 109 PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH (LAZIS)

(Studi Kasus LAZIS YBW UII Yogyakarta)

Lidya Aprilia NIM: 132114086 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian penerapan PSAK Syariah No 109 pada Lembaga Amil Zakat dan Infak/Sedekah YBW UII dengan konsep pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan PSAK Syariah No 109.

Jenis dalam penelitian ini adalah studi kasus. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan metode wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep pengakuan dan pengukuran zakat pada Lembaga Amil Zakat dan Infak/Sedekah YBW UII sudah sesuai dengan PSAK Syariah No 109. Konsep pengakuan dan pengukuran infak/sedekah pada Lembaga Amil Zakat dan Infak/Sedekah YBW UII UII belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK Syariah No 109. Konsep penyajian dan pengungkapan pada Lembaga Amil Zakat dan Infak/Sedekah YBW UII belum sesuai dengan PSAK Syariah No 109.

(14)

xiii ABSTRACK

ANALISIS PENERAPAN PSAK SYARIAH NO 109 PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH (LAZIS)

(Studi Kasus LAZIS YBW UII Yogyakarta)

Lidya Aprilia NIM: 132114086 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

The research aims is to analyze the accordance of the Statement of Islamic Finansial Accounting Standards (SFAS Sharia) Number 109 Amil Zakat Institution and in Infaq/Alms YBW UII.

This research is a case study research. The research method is descriptive analysis method. The data of this research are collacted using intervuews and documentation method.

The result of the research showed that the concepts of zakat recognation and measurement at Amil Zakat Institution and on Infaq/Alms YBW UII have been in accordance with the Statment of Islamic Financial Accounting Standards (SFAS Sharia) Number 109. In the other hand, the concepts of infaq/alms recognation and measurement and also the concepts of presentation and disclosure at Amil Zakat Institution and on Infaq/Alms YBW UII have not been in accordance with Statment of Islamic Financila Accounting Standards (SFAS

Sharia) Number 109.

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lembaga Amil Zakat dan Infak/Sedekah (LAZIS) merupakan bagian dari organisasi nirlaba, yaitu organisasi yang dalam menjalankan aktivitasnya tidak berorientasi mencari keuntungan (Muhammad, 2010:66). LAZIS merupakan salah satu contoh organisasi nirlaba yang bergerak dalam bidang keagamaan. Lembaga ini memiliki peran yang penting, karena menjadi wadah bagi kaum muslim untuk mengumpulkan serta menyalurkan dana zakat dan infak/sedekah. Dana yang terkumpul harus disalurkan kepada beberapa golongan yang sudah ditentukan. Menurut Widhi (2015) dalam mengelola dana zakat dan infak/sedekah LAZIS harus bekerja secara profesional, amanah, transparan karena LAZIS juga harus memberikan informasi mengenai pengelolaan dana bagi pihak yang memiliki kepentingan. Informasi tersebut merupakan salah satu kriteria yang menentukan tingkat akuntabilitas dan transparansi suatu lembaga atau organisasi nirlaba.

(16)

Praktik yang harusnya diterapkan masih tidak sejalan dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Masih banyak LAZIS yang belum menerapkan PSAK No 109, padahal perkembangan LAZIS di Indonesia lebih maju dibandingkan dengan perkembangan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang dibuat oleh Pemerintah. Penerapan PSAK Syariah No 109 pada Organisasi Pengelola Zakat baik LAZIS maupun BAZNAS sangat penting. Sesuai dengan Peraturan Badan Amil Zakat Nasional No 02 Tahun 2014 Bab II Pasal 3 yang menyebutkan bahwa “LAZ harus bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala”. Oleh

karena itu IAI membuat PSAK Syariah No 109 untuk menyamakan laporan keuangan serta memudahkan dalam proses pengauditan, karena audit atas laporan keuangan LAZIS merupakan bentuk transparansi kepada masyarakat. Lebih jauh lagi dana yang dikumpulkan merupakan dana umat.

(17)

laporan keuangan. Dengan demikian, LAZIS terkait belum secara penuh menerapkan PSAK 109 dalam pembukuan akuntansi dan pelaporan keuangannya. Namun, menurut Listyowati (2016), Kholifah (2014), dan Megawati (2013) menyimpulkan bahwa proses akuntansi yang dilakukan sudah lengkap, pengakuan dan pengukuran transaksi akuntansi sudah sesuai PSAK 109. Terdapat lebih dari dua komponen laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK 109.

LAZIS YBW UII adalah salah satu LAZIS yang berskala Provinsi yang telah mendapat izin melalui SK Gubernur Yogyakarta, diharapkan LAZIS menerapkan standar yang telah dibuat. Menurut ruang lingkup PSAK No 109 standar ini wajib digunakan bagi organisasi pengelola zakat yang telah mendapat izin dari regulator.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti akan mengambil judul “Analisis Penerapan PSAK Syariah No 109 pada Lembaga Amil Zakat dan Infak/Sedekah (Studi kasus pada LAZIS YBW UII)”.

B. Rumusan Masalah

(18)

C. Batasan Masalah

Penelitian ini terbatas pada penerapan konsep pengakuan dan pengukuran, penyajian, pengungkapan selama periode Mei – Agustus 2016 yang tersedia. Peneliti tidak menggunakan laporan tahunan dan tidak berpengaruh dengan analisis data yang akan dilakukan.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalalah untuk mengetahui kesesuaian penerapan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan PSAK Syariah No. 109 pada LAZIS YBW UII.

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan dapat mencapai tujuan dan memberi manfaat serta informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan berkepentingan. Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Bagi Penulis

Penelitian ini menambah pengalaman dan memperluas wawasan penulis khususnya mengenai PSAK Akuntansi Syariah yang diterapkan di Lembaga Amil Zakat dan Ifak/Sedekah.

2. Bagi Perusahaan

(19)

3. Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi yang berguna dan bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuannya tentang peranan PSAK Akuntansi Syariah pada Lembaga Amil Zakat, Infak/Sedekah.

F. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan mengenai latar belakang maslah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka

Bab ini menguraikan teori yang digunakan sebagai landasan untuk mengolah data. Teori yang berkaitan dengan Lembaga Amil Zakat, Infak/Sedekah, PSAK 109, dan Penerapan PSAK 109 di Lembaga Amil Zakat, Infak/Sedekah.

Bab III Metode Penelitian

(20)

Bab VI Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini mengurikan tentang sejarah singkat Lembaga Amil Zakat, Infak/Sedekah UII, struktur organisasi, dan personalia.

Bab V Analisis Data

Bab ini membahas hasil penelitian mengenai penerapan akuntansi di Lembaga Amil Zakat, Infak/Sedekah UII dengan menggunakan teknik analisis data.

Bab VI Penutup

(21)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Lembaga Amil Zakat, Infak/Sedekah (LAZIS)

Organisasi Pengelola Zakat merupakan sebuah institusi yang bergerak di bidang pengelolaan dana zakat, infak, dan sedekah. Keberadaan Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) di Indonesia diatur oleh beberapa peraturan perundang-undangan, yaitu (Muhammad, 2010: 67): 1. UU No 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.

2. Keputusan Menteri Agama no. 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU No 38 Tahun 1999.

3. Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/291 tentang pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.

Berdasarkan UU RI Nomor 23 Tahun 2011 diakui adanya dua jenis Organisasi Pengelola Zakat yakni:

1. Badan Amil Zakat (BAZ). Badan Amil Zakat adalah organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah.

2. Lembaga Amil Zakat (LAZ). Lembaga Amil Zakat adalah organisasi pengelola zakat yang sepenuhnya dibentuk oleh masyarakat, dan dikukuhkan oleh pemerintah.

Pasal 28 ayat 1 pada UU RI Nomor 23 Tahun 2011 menjelaskan

bahwa “selain menerima zakat, BAZNAS atau LAZ juga dapat menerima

(22)

dana infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya sering disebut LAZIS yaitu Lembaga Amil Zakat dan Infak/Sedekah.

Dalam perkembangannya Lembaga Amil Zakat (LAZ) lebih maju dan dinamis dibandingkan Badan Amil Zakar (BAZ). Bentuk LAZ bisa dikembangkan dalam berbagai kelompok masyarakat, takmir masjid, yayasan pengelola dan zakat dan infak/sedekah (ZIS) maupun Unit Pengumpul Zakat (UPZ) yang ada di setiap perusahan yang berusaha mengorganisir pengumpulan dan ZIS dari direksi maupun karyawan.

Perkembangan BAZ dan LAZ di Indonesia perlu diikuti dengan proses akuntabilitas publik yang baik dan transparan dengan mengedepankan motivasi melaksanakan amanah ummat. Ini terbukti dengan adanya Undang-undang yang diatur pemerintah yaitu, UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 31 yang isinya “Badan amil zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) memberikan laporan tahunan pelaksanaan tugasnya kepada pemerintah sesuai dengan tingkatannya selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun.” 1. Izin Pembentukan Lembaga Amil Zakat (LAZ)

(23)

a. Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial;

b. Berbentuk lembaga berbadan hukum; c. Mendapat rekomendasi dari BAZNAS; d. Memiliki pengawas syariat;

e. Memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan untuk melaksanakan kegiatannya;

f. Bersifat nirlaba;

g. Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat; dan

h. Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala.

Munculnya Lembaga Amil Zakat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok berdasarkan Peraturan BAZNAS No. 02 Tahun 2014 yaitu: a. Lembaga Amil Zakat berskala Nasional

Izin pembentukan LAZ berskala Nasional dapat diajukan oleh organisasi kemasyarakatan Islam berskala Nasional, yayasan berbasis Islam, atau perkumpulan berbasis Islam.

b. Lembaga Amil Zakat berskala Provinsi

(24)

c. Lembaga Amil Zakat berskala Kabupaten/Kota

Izin pembentukan LAZ berskala Kabupaten/Kota dapat diajukan oleh organisasi kemasyarakatan Islam berskala Kabupaten/Kota, yayasan berbasis Islam, atau perkumpulan berbasis Islam.

2. Jenis Dana yang dikelola LAZIS

Organisasi Pengelola Zakat dapat menerima dan mengelola berbagai jenis dana. Menurut Widyarti (2014) jenis dana yang dikelola LAZIS dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya:

a. Dana Zakat

Pada dasarnya zakat terdiri dari 2 jenis yaitu zakat maal (harta) dan zakat fitrah (jiwa). Zakat maal wajib dikeluarkan oleh orang-orang yang memiliki harta atau kekayaan. Zakat fitrah wajib dikeluarkan oleh orang-orang yang mampu setiap bulan Ramadhan. Berkaitan dengan masalah akuntansi, dana zakat dapat dibagi menjadi:

1) Dana zakat umum yaitu zakat yang diberikan oleh muzakki kepada orang tanpa permintaan tertentu.

2) Dana zakat dikhususkan yaitu zakat yang diberikan oleh muzakki kepada OPZ dengan permintaan tertentu. Misalnya, permintaan untuk disalurkan kepada anak yatim untuk program beasiswa dan lain-lain.

b. Dana Infak/Sedekah

(25)

Sedangkan sedekah mempunyai arti lebih luas dibanding infaq, tidak hanya berasak dari harta. Dana infak/sedekah dapat dibagi menjadi:

1) Dana infak/sedekah umum yaitu infak/sedekah yang diberikan para donatur kepada OPZ tanpa persyaratan apapun.

2) Dana infak/sedekah dikhususkan yaitu infaq/sedekah yang diberikan para donatur kepada OPZ dengan berbagai persyaratan tertentu, seperti untuk disalurkan kepada masyarakat di wilayah tertentu.

c. Dana Pengelola

Dana pengelola yang dimaksud adalah dana pengelolaan. Dana pengelola adalah dana hak amil yang dipergunakan untuk membiayai operasional lembaga seperti yang dijelaskan pada UU No 23 Tahun 2011 BAB IV tentang Pembiayaan Pasal 32 bahwa “LAZ dapat menggunakan hak Amil untuk membiayai kegiatan operasional”.Dana ini dapat bersumber dari:

1) Hak amil dari dana zakat.

2) Bagian tertentu dari dana infak/sedekah.

3) Sumber-sumber lain yang tidak bertentangan dengan syariah. B. PSAK Akuntansi Syariah

1. Sejarah Akuntansi Syariah

The Financial Acoounting Organization for Islamic Banks and

(26)

dibentuk dari penelitian-penelitian dan diskusi-diskusi mengenai perkembangan Standar Akuntansi Bank Syariah yang telah dimulai dari 1987. Menurut Muhammad (2014: 1.3) organisasi ini terdaftar sebagai organisasi nirlaba yang berdomisili di Manama, Ibukota Negara Bahrain pada 11 Ramadhan 1411 H atau 27 Maret 1991. Sejak pendirian organisasi tersebut kemudian berlanjut dengan upaya penyusunan Standar-standar Akuntansi Keungan Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Seiring dengan berjalannya waktu The Financial Accounting Organization for Islamic Banks and Financial Institution

berganti nama menjadi The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI).

Setelah berjalannya organisasi AAOIFI yang menjadi tonggak akuntansi Islam International, Indonesia mensahkan PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah dan Kerangka Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Bank Syariah pada 1 Mei 2002. PSAK ini resmi berlaku sejak 1 Januari 2003.

2. PSAK No 109

(27)

Akuntansi Perbankan Syariah, yaitu untuk Bank Layanan Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS).

Semenjak disahkannya PSAK 59, perkembangan industri syariah mengalami kemajuan. Perkembangan industri syariah akhirnya direspons IAI dengan membentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) yang bertugas untuk merumuskan Standar Akuntansi Keuangan Syariah pada tanggal 18 Oktober 2005.

Perkembangan industri syariah mendorong IAI untuk menyusun PSAK 109 tentang akuntansi zakat dan infak/sedekah sebagai bagian dari penyempurnaan transaksi pengelolaan zakat dan infak/sedekah pada Lembaga Keuangan Syariah. Lembaga Keuangan Syariah yang memiliki kompetensi untuk mengelola dana zakat, infak/sedekah (ZIS) adalah Organisasi Pengelola Zakat yang berbentuk Badan Amil Zakat (BAZ), Lembaga Amil Zakat (LAZ), maupun Unit Pengumpul Zakat (UPZ) (Muhammad, 2010: 394).

PSAK 109 bertujuan untuk mengatur pengakuam, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi zakat dan infak/sedekah. PSAK 109 berlaku untuk amil yang menerima dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah. Amil yang menerima dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah, yang selanjutnya disebut “amil”, merupakan organisasi

(28)

wajib diterapkan oleh amil yang mendapat izin dari regulator. (IAI, 2016: 109.1)

Berikut definisi-definisi khusus yang perlu diketahui dalam PSAK 109 (IAI, 2016: 109.1):

a. Amil adalah entitas pengelola zakat yang pembentukannya dan atau pengukuhannya diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang dimaksudkan untuk mengumpulkan dan menyalurkan zakat, infak/sedekah.

b. Dana amil adalah bagian amil atas dana zakat dan infak/sedekah serta dana lain yang oleh pemberi diperuntukkan bagi amil. Dana amil digunakan untuk pengelolaan amil.

c. Dana infak/sedekah adalah dana yang berasal dari penerimaan infak/sedekah.

d. Dana zakat adalah dana yang berasal dari penerimaan zakat.

e. Infak/sedekah adalah harta yang diberikan secara sukarela oleh pemiliknya, baik yang peruntukannya ditentukan maupun tidak ditentukan.

f. Mustahik (mustahiq) adalah orang atau entitas yang berhak menerima zakat. Mustahik terdiri dari:

1) Fakir; 2) Miskin; 3) Riqab;

(29)

5) Mualaf 6) Fisabilillah

7) Orang dalam perjalanan (ibnu sabil); dan 8) Amil

g. Muzaki (muzzaki) adalah individu muslim yang secara syariah wajib membayar atau menunaikan zakat.

h. Nisab adalah batas minimum harta yang wajib dikeluarkan zakatnya.

i. Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzaki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahik).

3. Zakat dan Infak/Sedekah

a. Pengertian Zakat dan Infak/Sedekah

Zakat merupakan kewajiban berdasarkan syariat Islam dan merupakan salah satu rukun Islam. Menurut Nurhayati (2009: 268) dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar dari “zaka” yang

(30)

23 tahun 2011 pasal 1 ayat 2 “harta yang wajib dikeluarkan oleh

seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam”.

Menurut Nuryati (2009: 268), infak adalah membelanjakan, sedangkan menurut terminologi artinya mengeluarkan harta karena taat dan patuh kepada Allah SWT dan menurut kebiasaan yaitu untuk memenuhi kebutuhan.

Pengeluaran infak dapat dilakukan oleh seorang muslim sebagai rasa syukur ketika menerima rezeki dari Allah dengan jumlah sesuai kerelaan dan kehendak muslim tersebut. Hal ini sesuai dengan (QS 2:195) “.... dan tetaplah kamu berinfak untuk

agama Allah dan janganlah kamu menjerumuskan diri dengan tanganmu ke lembah kecelakaan (karena menghentikan infak itu)”.

Sedekah adalah segala pemberian/kegiatan untuk mengharap pahala dari Allah SWT. Sedekah memiliki dimensi yang lebih luas dari infak, karena sedekah memiliki 3 pengertian utama menurut Nurhayati (2009: 268):

1. Sedekah merupakan pemberian kepada fakir, miskin yang membutuhkan tanpa mengharapkan imbalan (azzuhaili). Sedekah bersifat sunnah.

2. Sedekah dapat berupa zakat, karena dalam beberapa teks Al-Qur’an dan As-Sunnah ada yang tertulis dengan sedekah

(31)

3. Sedekah adalah sesuatu yang ma’aruf (benar dalam pandangan syariah).

b. Jenis Zakat dan Infak

Zakat terbagi atas dua jenis yakni: (Juanda, 2006: 18) 1. Zakat nafs (jiwa) atau zakat fitrah

Zakat yang wajib dikeluarkan umat muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadhan. Besar zakat ini setara dengan 3,5 liter (2,7 kilogram) makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan.

2. Zakat maal (harta)

Zakat yang dikelurkan umat muslim mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, hasil temuan, emas dan perak.

Jenis Infak menurut Nurhayati (2009: 269): 1. Infak wajib

Terdiri atas zakat dan nazar, yang bentuk dalam jumlah pemberiannya telah ditentukan.

2. Infak sunnah

(32)

mendapat pahala namun apabila tidak dikerjakan tidak mendapat hukuman.

c. Hak Penerima Zakat

Terdapat dua kategori hak penerima zakat yaitu, yang berhak menerima zakat dan tidak berhak (haram) menerima zakat (Hasan, 1995: 43):

1. Yang berhak menerima zakat

a) Fakir, yaitu orang yang tidak berharta dan tidak mempunyai pekerjaan atau usaha guna mencukupi kebutuhan hidupnya (nafkah), sedang orang yang menanggung (menjamin) tidak ada.

b) Miskin, yaitu orang tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya meskipun memiliki pekerjaan atau usaha tetap tetapi hasil usaha itu belum dapat untuk memenuhi kebutuhannya, dan orang yang menanggung (menjaminnya) tidak ada.

c) Amil, yaitu orang atau panitia atau organisasi yang mengurus zakat baik mengumpulkan, membagi, atau mengelolanya.

(33)

e) Riqab, (hamba sahaya) yang mempunyai perjanjian akan dimerdekakan oleh majikannya dengan jalan menembus dengan uang.

f) Ghorim, yaitu orang yang berhutang.

g) Fisabilillah yaitu orang yang berjuang di jalan Allah. Usaha-usaha yang dilakukannya bertujuan untuk meninggalkan syiar agama Islam seperti membela/mempertahankan agama, mendirikan tempat ibadah, pendidikan, danlembaga keagaman lainnya.

h) Ibnu sabil, yaitu orang yang kehabisan bekal dalam berpergian dengan maksud baik.

2. Yang tidak berhak (haram) menerima zakat:

a) Orang kaya dan orang yang masih memiliki tenaga.

b) Hamba sahaya yang masih mendapatkan nafkah atau tanggungan dari tuannya yang dimaksudkan disini adalah orang yang berpenghasilan tetap.

c) Keturunan Nabi Muhammad (ahlul bait).

d) Orang yang dalam tanggungan dari orang yang berzakat, misalnya anak dan istri.

d. Persamaan dan Perbedaan Zakat dan Infak/Sedekah

(34)

berkaitan dengan harta, namun terdapat perbedaan antara zakat dengan infak dan sedekah. Perbedaan tersebut adalah:

1. Dari segi hukumnya, zakat hukumnya wajib bagi umat Islam yang telah memenuhi ketentuan, sedangkan sedekah dan infak hukumnya sunnah.

2. Zakat mempunyai fungsi yang jelas untuk mensucikan atau membersihkan harta dan jiwa pemberinya. Pengeluaran zakat dilakukan dengan cara-cara dan syarat-syarat tertentu, baik mengenai jumlah, waktu maupun kadarnya .

3. Infak dan sedekah bukan merupakan suatu kewajiban. Sifatnya sukarela dan tidak terikat pada syarat-syarat tertentu dalam pengeluarannya, baik mengenai jumlah, waktu maupun kadarnya.

Perbedaan zakat dan infak/sedekah Tabel 1 : Perbedaan Zakat, Infak/Sedekah.

Menurut Zakat Infak Sedekah

Kewajiban Amal wajib Amal tidak wajib Amal tidak wajib

Waktu pembayaran Ditentukan Kapan saja Kapan saja

Ketentuan Memberikan

sebagian harta dengan

ketentuan

Membelanjakan hartanya untuk kepentingan diri sendiri

(35)

C. Penerapan PSAK 109 pada Lembaga Amil Zakat dan Infak/Sedekah 1. Proses Akuntansi

PSAK No 109 mengatur tentang akuntansi zakat, infak/sedekah. Pada dasarnya standar dalam siklus akuntansi adalah sama untuk semua jenis organisasi laba atau organisasi nirlaba. Menurut Hasiholan (2013: 4) siklus akuntansi dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Pencatatan data ke dalam dokumen sumber/bukti transaksi.

2) Setiap hari kita menjumpai dan melakukan transaksi keuangan. Tidak semua transaksi keuanga perlu dicatat sehingga diperlukan identifikasi atas transaksi-transaksi. Apabila ternyata transaksi tersebut perlu untuk dicatat maka pencatatan tersebut perlu dilakuakn dengan bukti transaksi yang lengkap.

3) Penjurnalan

Penjurnalan yaitu menganalisis dan mencatat transaksi dalam jurnal (buku harian). Menurut (Mulyadi, 2016: 80) kolom-kolom dalam jurnal umum tersebut diisi data berikut:

a) Kolom tanggal, diisi dengan tanggal terjadinya transaksi, yang diisi secara berurutan sesuai dengan kronologi terjadinya transaksi.

(36)

c) Kolom nomor bukti, digunakan untuk mencatat nomor formulir yang dipakai sebagai dasar pencatatan data dalam jurnal tersebut.

d) Kolom nomor akun, diisi dengan nomor akun yang di debit dan nomor akun yang di kredit dengan adanya transaski. Pencantuman nomor akun dalam kolom ini digunakan untuk proses peringkasan secara periodik, biasanya setiap bulan, transaksi keuangan yang terjadi dalam periode tertentu.

e) Kolom debit dan kredit, diisi dengan jumlah rupiah transaksi. Tabel 2 : Ilustrasi Jurnal Umum

Halaman : xx GENERAL JOURNAL

Tanggal Nama Akun Keterangan No Bukti No Akun

Jumlah

Debit Credit

Sumber: Mulyadi, 2016: 80

(37)

(Wiroso, 2011: 25). Sama dengan PSAK 109, PSAK ini memiliki akun-akun yang akan dipergunakan pada transaksi yang behubungan dengan zakat dan infak/sedekah. PSAK 109 bisa diterapkan pada tahap pencatatan dalam jurnal.

PSAK 109 mengatur tentang akuntansi zakat dan akuntansi infak/sedekah yang ruang lingkupnya hanya untuk amil yang menerima dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah. Dalam PSAK 109 juga memiliki konsep dalam pengakuan, pengukuran , penyajian, dan pengungkapan. Konsep-konsep ini akan menjelaskan bagaiamana unsur-unsur laporan keuangan harus diakui, diukur, disajikan, dan diungkapkan oleh Lembaga Amil Zakat, Infak/Sedekah.

Pengakuan adalah pencatatan suatu jumlah rupiah (kos) ke dalam sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut akan mempengaruhi suatu pos dan terefleksi dalam laporan keuangan. Jadi, pengkauan berhubungan dengan masalah apakah suatu transaski dicatat (dijurnal) atau tidak (Suwardjono, 2005: 134).

Pengukuran adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek yang terlibat dalam suatu transaksi keuangan. Jumlah rupiah ini akan dicatat untuk dijadikan dasar dalam penyusunan statment keuangan (Suwardjono, 2005: 133).

(38)

Pengungkapan berkaitan dengan cara pembeberan penjelasan hal-hal informatif yang dianggap penting dan bermanfaat bagi pemakai selain apa yang dapat dinyatakan melalui statment keuangan utama (Suwardjono, 2005: 134).

Berikut adalah konsep pengakuan, pengukuran menurut (IAI, 2014) dan perlakuan akuntansi yang mengacu pada PSAK 109 menurut Nurhayati (2013: 315):

a. Akuntansi Zakat 1) Penerimaan zakat

Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset lainnya diterima.

Zakat yang diterima dari muzakki diakui sebagai penambah zakat.

a) Jumlah zakat yang diterima dalam bentuk kas dicatat dalam jurnal sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun

Keterangan R

Jumlah Debit Kredit

20XX

Jan 31 Kas xxx -

Penerimaan Zakat - xxx

(mencatat penerimaan zakat

(39)

b) Jumlah zakat yang diterima dalam bentuk nonkas dicatat dalam jurnal sebesar nilai wajar sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun

Keterangan R

Jumlah Debit Kredit

20XX

Jan 31 Aset Nonkas (nilai wajar) Xxx - Penerimaan Zakat - xxx

(mencatat penerimaan zakat

dalam bentuk nonkas)

Akun yang digunakan dalam transaksi adalah:

1. Kas, jika penerimaan dalam bentuk kas. Kas adalah akun untuk mencatat transaksi kas masuk dan kas keluar yang dilakukan oleh amil.

2. Aset Nonkas, jika penerimaan tidak dalam bentuk kas. Aset nonkas adalah akun untuk mencatat penerimaan atau peenyerahan aset selain kas. 3. Penerimaan Zakat adalah akun untuk mencatat

(40)

Jika muzakki menentukan mustahiq yang menerima penyaluran zakat melalui amil, maka tidak ada bagian amil atas zakat yang diterima. Amil dapat memperoleh ujrah atas kegiatan tersebut. Ujrah ini berasal dari muzakki, di luar dana zakat. Ujrah tersebut diakui sebagai penambah dana amil. Transaksi dapat dicatat sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun

Keterangan R

Jumlah Debit Kredit

20XX

Jan 31 Kas Xxx -

Penerimaan Dana Amil - Xxx

(mencatat penerimaan zakat

dalam bentuk nonkas)

Akun yang digunakan dalam transaksi adalah Kas dan Penerimaan Dana Amil. Penerimaan Dana Amil adalah akun untuk mencatat transaksi yang menambah dana amil di luar dari zakat yang diterima, seperti saat muzakki yang menentukan mustahiq.

(41)

Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai:

a) Pengurang zakat, jika tidak disebabkan oleh kelalaian amil dicatat dalam jurnal sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun

Keterangan R

(mencatat penurunan nilai aset nonkas yang tidak disebabkan

oleh kelalaian amil)

b) Kerugian dan pengurang dana amil, disebabkan kelalaian amil dicatat dalam jurnal sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun

Keterangan R

Jumlah Debit Kredit

20XX

Jan 31

Kerugian Penurunan Nilai - Dana

Amil xxx -

Aset Nonkas - xxx

(mencatat kerugian penurunan nilai aset nonkas jika disebabkan

kelalaian amil)

Akun yang digunakan dalam mencatat penurunan nilai aset zakat nonkas adalah:

(42)

2. Kerugian Penurunan Nilai Dana Amil adalah akun untuk mencatat penurunan nilai aset zakat yang disebabkan oleh kelalaian amil misalnya ketika amil tidak memelihara aset tersebut.

2) Penyaluran zakat

Zakat yang disalurkan kepada mustahiq, termasuk amil, diakui sebagai pengurang zakat:

a) Jumlah yang disalurkan dalam bentuk kas dicatat dalam jurnal sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun

Keterangan R

(mencatat zakat yang disalurkan

dalam bentuk kas)

b) Jumlah yang disalurkan dalam bentuk aset non kas dicatat dalam jurnal sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun

Keterangan R

(mencatat zakat yang disalurkan

(43)

Akun yang digunakan dalam transaksi adalah:

1. Penyaluran Zakat Amil adalah akun yang untuk mencatat penyaluran dalam bentuk kas atau aset nonkas kepada amil.

2. Penyaluran Zakat Mustahiq adalah akun untuk mencatat penyaluran dalam bentuk kas atau nonkas kepada mustahiq atau penerima zakat.

Efektivitas dan efisiensi pengelolaan zakat bergantung pada profesionalisme amil. Dalam konteks ini, amil berhak mengambil bagian dari zakat untuk menutup biaya operasioanal dalam rangka melaksanakan fungsinya sesuai dengan kaidah atau prinsip syariah dan tata kelola organisasi yang baik. Kegiatan ini dapat dicatat dalam jurnal sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun

Keterangan R

Jumlah Debit Kredit

20XX

Jan 31 Beban - Dana Fisabilillah xxx - Kas - xxx

(mencatat pengeluaran untuk

operasional amil )

(44)

dalam hal ini amil dapat menjadi bagian dari fisabilillah karena amil juga berjuang di jalan Allah.

Penentuan jumlah atau presentase bagian untuk masing-masing mustahiq ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah, kewajaran, etika, dan ketentuan yang berlaku yang dituangkan dalam bentuk kebijakan amil.

Beban penghimpunan dan penyaluran zakat harus dikurangkan dari porsi amil. Amil dimungkinkan untuk meminjam dana zakat dalam rangka menghimpun zakat. Pinjaman ini sifatnya jangka pendek dan tidak boleh melebihi satu periode maka dicatat dalam jurnal sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun

Keterangan R

Jumlah Debit Kredit

20XX

Jan 31 Beban - Dana Amil Xxx - Kas - xxx

(mencatat beban penghimpunan

dan penyaluran zakat)

Akun yang digunakan dalam transaksi adalah Beban Dana Amil. Beban Dana Amil adalah akun untuk mencatat beban yang dikeluarkan untuk menghimpun dan menyalurkan zakat sesuai kebijakan amil, agar dana yang disalurkan lebih banyak dari yang diterima muzakki.

(45)

Zakat telah disalurkan kepada mustahik nonamil jika sudah diterima oleh mustahik nonamil tersebut. Zakat yang disalurkan melalui amil lain lain, tetapi belum diterima oleh mustahik nonamil, belum memenuhi pengertian zakat telah disalurkan. Amil lain tersebut tidak berhak mengambil bagian dari dana zakat, namun dapat memperoleh ujrah dari amil sebelumnya. Dalam keadaan tersebut, zakat yang disalurkan diakui sebagai piutang penyaluran, sedangkan bagi amil yang menerima diakui sebagai liabilitas penyaluran. piutang penyaluran dana liabilitas penyaluran tersebut akan berkurang ketika zakat disalurkan secara langsung kepada mustahiq nonamil.

Dana zakat yang diserahkan kepada mustahik nonamil dengan keharusan untuk mengembalikannya kepada amil, belum diakui sebagai penyaluran zakat.

Dana zakat yang disalurkan dalam bentuk perolehan aset tetap (aset kelolaan), misalnya rumah sakit, sekolah, mobil ambulan, dan fasilitas umum lain, diakui sebagai:

(46)

Transaksi membeli aset tetap dicatat dalam jurnal sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun

Keterangan R

(mencatat pembelian aset tetap

untuk penyaluran zakat)

Akun yang digunakan dalam transaksi adalah Aset Tetap. Aset Tetap adalah akun untuk mencatat penerimaan, pembelian atau penyerahan aset berwujud yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun seperti tanah, bangunan, kendaraan, dan peralatan.

Transaksi penyaluran aset tetap tersebut dicatat dalam jurnal sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun

(47)

Transaksi penyaluran bertahap dicatat dalam jurnal sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun

Keterangan R

Jumlah Debit Kredit

20XX

Jan 31

Penyaluran Zakat - Beban

Depresiasi xxx - Akumulasi Penyusutan - xxx

(mencatat penyaluran zakat berupa aset tetap secara

bertahap)

Akun yang digunakan dalam transaksi adalah: 1. Penyaluran Zakat Beban Depresiasi adalah akun

untuk mencatat beban depresiasi aset zakat per periode karena aset telah digunakan pada periode tersebut.

2. Akumulasi Penyusutan adalah akun untuk mencatat jumlah aset tetap zakat yang telah didepresiasikan sampai periode tertentu dan transaksi penyerahan aset tetap.

Transaksi penyaluran sepenuhnya dicatat dalam jurnal sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun

Keterangan R

(mencatat penyaluran zakat aset

(48)

b. Akuntansi Infak/ Sedekah 1) Penerimaan Infak/Sedekah

Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai penambah infak/sedekah terikat atau tidak terikat sesuai dengan tujuan pemberi infak/sedekah sebesar:

a) Infak/sedekah yang diterima dalam bentuk kas dicatat dicatat dalam jurnal sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun

Keterangan R

b) Jumlah infak/sedekah yang diterima dalam bentuk nonkas dicatat dalam jurnal sebesar nilai wajar sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun

(49)

Akun yang digunakan dalam transaksi adalah:

1. Kas, jika penerimaan dalam bentuk kas. Kas adalah akun untuk mencatat transaksi kas masuk dan kas keluar yang dilakukan oleh amil.

2. Aset Nonkas, jika penerimaan tidak dalam bentuk selain kas. Aset Nonkas adalah akun untuk mencatat penerimaan atau penyerahan aset selain kas.

3. Penerimaan Infak/Sedekah adalah akun untuk mencatat transaksi penerimaan infak/sedekah yang diterima oleh amil.

Penentuan nilai wajar aset nonkas yang diterima menggunakan harga pasar. Jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai dengan SAK yang relevan.

Infak/Sedekah yang diterima dapat berupa kas atau aset nonkas. Aset nonkas dapat berupa aset lancar atau aset tidak lancar.

(50)

tersebut sudah ditentukan oleh pemberi. Transaksi tersebut dicatat dalam jurnal sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun

Keterangan R

Jumlah Debit Kredit

20XX

Jan 31

Penyaluran Infak/Sedekah- Beban

Depresiasi Xxx Akumulasi Depresiasi xxx

(mencatat depresiasi aset yang

diterima atau dikelola)

Akun yang digunakan dalam transaksi adalah:

1. Penyaluran Infak/Sedekah Beban Depresiasi adalah akun untuk mencatat beban depresiasi aset infak/sedekah per periode karena aset telah digunakan pada periode tersebut.

2. Akumulasi Penyusutan adalah akun untuk mencatat jumlah aset tidak lancar infak/sedekah yang telah didepresiasikan sampai periode tertentu dan transaksi penyerahan aset tetap.

(51)

Aset nonkas lancar dinilai sebagai nilai peroleh sedangkan aset nonkas tidak lancar dinilai sebesar nilai wajar sesuai dengan SAK yang relevan.

Penurunan nilai aset infak/sedekah tidak lancar diakui sebagai:

a) Pengurang infak/sedekah jika tidak disebabkan kelalaian amil dicatat sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun

Keterangan R

b) Kerugian dan pengurang dana amil disebebkan kelalaian amil dicatat sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun

Keterangan R

Jumlah Debit Kredit

20XX

Jan 31

Kerugian Penurunan Nilai - Dana

Amil xxx -

Aset Nonkas - Xxx

(mencatat kerugian penurunan

nilai aset infak/sedekah)

Akun yang digunakan dalam transaksi adalah:

(52)

2. Kerugian Penurunan Nilai Dana Amil adalah akun untuk mencatat penurunan nilai aset infak/sedekah yang disebabkan oleh kelalaian amil misalnya ketika amil tidak memelihara aset tersebut.

Dalam hal amil menerima infak/sedekah dalam bentuk aset nonkas tidak lancar yang dikelola oleh amil, maka aset tersebut harus dinilai sesuai dengan SAK yang relevan.

Dana infak/sedekah sebelum disalurkan dapat dikelola dalam jangka waktu sementara untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hasil dana pengelolaan diakui sebagai penambah dana infak/sedekah dicatat dalam jurnal sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun

Keterangan R

Jumlah Debit Kredit

20XX

Jan 31 Kas Xxx -

Hasil Pengelolaan

Infak/Sedekah - Xxx

(mencatat infak/sedekah yang

dikelola dalam bentuk kas)

(53)

2) Penyaluran Infak/Sedekah

Penyaluran infak/sedekah diakui sebagai pengurang infak/sedekah:

a) Jumlah yang disalurkan dalam bentuk kas dicatat dalam jurnal sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun

Keterangan R

Jumlah Debit Kredit

20XX

Jan 31 Penyaluran Infak/Sedekah xxx - Kas - Xxx

(mencatat penyaluran

infak/sedekah dalam bentuk kas)

b) Jumlah yang disalurkan dalam bentuk nonkas dicatat sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun

Keterangan R

Jumlah Debit Kredit

20XX

Jan 31 Penyaluran Infak/Sedekah xxx - Aset Nonkas - Xxx

(mencatat penyaluran infak/kas

dalam bentuk nonkas)

Akun yang digunakan dalam penerimaan dana zakat adalah:

(54)

2. Aset Nonkas jika penyaluran tidak dalam bentuk kas. Aset Nonkas adalah akun untuk mencatat penerimaan atau peenyerahan aset selain kas. 3. Penyaluran Infak/Sedekah adalah akun untuk

mencatat transaksi penyaluran infak/sedekah yang diberikan oleh amil.

Bagian dana infak/sedekah yang disalurkan untuk amil diakui sebagai penambah dana amil.

Penentuan jumlah atau presentase bagian untuk penerima infak/sedekah ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah, kewajaran, dan etika yang ditungkan dalam kebijakan amil.

Penyaluran infak/sedekah oleh amil kepada amil lain merupakan penyaluran yang mengurangi dana infak/sedekah sepanjang amil tidak akan menerima kembali aset infak/sedekah yang disalurkan tersebut dicatat dalam jurnal sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun

Keterangan R

Jumlah Debit Kredit

20XX

Jan 31 Penyaluran Infak/Sedekah xxx -

Kas - Xxx

(mencatat penyaluran kepada amil lain yang mengurangi dana

(55)

Penyaluran infak/sedekah kepada penerima akhir dalam skema dana bergulir dicatat sebagai piutang infak/sedekah bergulir dan tidak mengurangi dana infak/sedekah dicatat dalam jurnal sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun

Keterangan R

Jumlah Debit Kredit

20XX

Jan 31 Piutang - Dana bergulir xxx -

Kas - Xxx

(mencatat penyaluran

infak/sedekah dana bergulir)

4) Melakukan Posting ke Buku Besar

Posting ke buku besar yaitu memindahkan debet dan kredit dari jurnal ke akun buku besar. Akun-akun di dalam jurnal dikelompokkan dalam akun yang sama di buku besar. Dalam sistem manual, kegiatan posting memerlukan empat tahap (Mulyadi, 2016: 96):

a) Pembuatan rekapitulasi jurnal. Jika perusahaan menyelenggarakan jurnal khusus berkolom, kegiatan posting diawali dengan penjumlahan kolom-kolom, dan pembuatan ringkasan data rupiah dari kolom lain-lain dalam jurnal tersebut. Angka rupiah beserta nama dan nomor akun hasil kegiatan pembuatan rekapitulasi ini siap untuk ditransfer ke akun yang bersangkutan dalam buku besar.

(56)

c) Pencatatan data hasil rekapitulasi jurnal ke dalam akun dilakukan dengan mencatat tanggal, nama jurnal, halaman jurnal, dan jumalh rupiah yang didebitkan dan dikreditkan ke dalam akun tersebut.

d) Pengembalian akun ke dalam arsip pada urutannya semula. Akun-akun yang dibentuk dalam buku besar harus disesuaikan dengan jenis dan susunan informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Susunan buku besar dalam LAZIS sebagai berikut:

a. Kas dan bank;

b. Invesatasi jangka pendek; c. Piutang

d. Cadangan kerugian penurunan nilai piutang; e. Uang muka;

(57)

Tabel 3: Ilustrasi Buku Besar

Debit Kredit

Debit Kredit

Debit Kredit BUKU BESAR

Nama rekening: No.Rek:

No Tanggal Fol v Debit Kredit Saldo

Nama rekening: No.Rek:

No Tanggal Fol v Debit Kredit Saldo Kredit Saldo

Nama rekening: No.Rek:

No Tanggal Fol v Debit

Sumber: Mulyadi, 2016 :70 5) Penyusunan Neraca Saldo

(58)

Tabel 4: Ilustrasi Neraca Saldo

Sumber : Maria, 2011: 22

6) Membuat Ayat Jurnal Penyesuaian.

Laporan keuangan belum dapat dibuat jika masih terdapat mixed account (akun-akun campuran) yang belum disesuaikan. Ada beberapa kategori akun campuran (mixed account) (Maria, 2011: 19):

a) Supplies (perlengkapan), dinamakan akun campuran karena pada waktu dibeli sebagai aset/harta, dan pada akhir periode setelah habis dipakai digolongkan sebagai biaya.

b) Fixed Asset (aktiva tetap), seluruh aktiva tetap kecuali tanah harus disusutkan karena mengalami penurunan nilai ekomi (aus), dan pada akhir periode harus dicatat jumlah yang menyusut/penyusutannya untuk mengurangi jumlah aktiva tetap yang bersangkutan.

c) Accrued Revenue (pendapatan akrual/yang masih harus diterima), misalnya kontrak kerja selama 6 bulan awalnya

PT ABC Neraca Saldo 31 Desember 20XX No

Akun

Nama Akun

Keterangan Debit Kredit

(59)

dicatat sebagai piutang dan pendapatan, sementara pada akhir bulan pertama jumlah yang seperenam dari piutang harus dikurangi setelah pembayaran diterima.

d) Accrued Expense (biaya/beban akrual/yang masih harus dibayar), misalnya utang gaji utang bunga, atau utang pajak. e) Unearned Revenue (pendapatan diterima di muka) ini

merupakan kebalikan dari pendapatan yang masih harus diterima. Jadi perusahaan menerima pendapatan sekalipun kontrak kerja masih berjalan/belum habis.

f) Prepaid Expense (biaya/beban dibayar di muka), misalnya sewa ruangan di muka untuk 3 bulan pada awalnya dicatat sebagai aset lancar (current asset), dan pada akhir bulan pertama jumlah sewa yang sepertiga harus digolongkan sebagai biaya sewa yang akan mngurangi jumlah sewa dibayar dimuka (prepaid expense).

7) Membuat Neraca Saldo Setelah Penyesuaian

(60)

Tabel 5: Ilustrasi Adjusted Trial Balance

Akum penyusutan peralatan xxx xxx

Utang usaha xxx

Utang gaji xxx xxx

modal xxx xxx

Penarikan xxx xxx

Biaya iklan xxx xxx

Biaya gaji xxx xxx xxx

Biaya perlengkapan xxx xxx xxx

Biaya pemakaian rutin xxx xxx

No

Pendapatan jasa diterima di muka

Pendapatan jasa diterima di

muka xxx xxx

xxx xxx

(61)

Tabel 6: Ilustrasi Work Sheet

Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Setelah

Penyesuaian PT ABC Work Sheet 31 Desember 20XX

No Aku n

Nama Akun

Neraca

Laporan Perubahan

Dana Neraca Saldo

Sumber: Hasiholan, 2013: 59

8) Membuat ayat-ayat jurnal penutup.

Membuat ayat-ayat jurnal penutup yaitu menjurnal dan memindah bukukan ayat-ayat penutup. Ada 4 langkah yang harus dilakukan untuk membuat jurnal penutup (Hasiholan, 2013: 61):

(62)

b) Menutup akun biaya, dilakukan dengan membalik semua akun biaya pada ikhtisar laba rugi. Akun biaya memiliki saldo normal debit. Ketika akan menutup akun biaya, kita mengkredit semua akun biaya dan mendebit akun ikhtisar laba rugi.

c) Menutup akun ikhtisar laba/rugi, dilakukan dengan cara membalik akun ikhtisar laba/rugi pada saldo akun laba. Saldo ikhtisar laba/rugi akan sangat dipengaruhi oleh besarnya nominal yang ditutup sebelumnya.

d) Menutup akun deviden/prive, dilakukan dengan membalik akun dividen/prive pada akun saldo laba. Akun dividen/prive memiliki saldo normal debit

9) Penyusunan Laporan Keuangan

Pada tahap ini juga diperlukan adanya konsep dari penyajian serta pengungkapan zakat dan infak/sedekah sesuai dengan ruang lingkup PSAK 109 sebagai berikut (IAI, 2014):

1) Penyajian Zakat dan Infak/Sedekah

Amil menyajikan dana zakat, dana infak/sedekah, dana amil, dan dana non halal secara terpisah dalam neraca (laporan posisi keuangan).

2) Pengungkapan Zakat

(63)

Kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran, dan penerima;

a) Kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran zakat, dan mustahik nonamil; b) Kebijakan penyaluran zakat untuk amil dan

mustahik non amil, seperti presentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan

c) Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat berupa aset nonkas;

d) Rincian jumlah penyaluran dana zakat yang mencakup jumlah beban pengelolaan dan jumlah dana yang diterima langsung mustahik;

e) Penggunaan dana zakat dalam bentuk aset kelolaan yang masih dikendalikan oleh amil atau pihak lain yang dikendalikan amil, jika ada, diungkapkan jumlah dan presentase terhadap seluruh penyaluran dana zakat serta alasannya; dan

f) Hubungan pihak-pihak berelasi antara amil dan mustahik yang meliputi:

1. Sifat hubungan istimewa;

2. Jumlah dan jenis aset yang disalurkan; dan 3. Presentase dari aset yang disalurkan tersebut

(64)

3) Pengungkapan Infak/Sedekah

Amil mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi infak/sedekah, tetapi tidak terbatas pada:

a) Kebijakan penyaluran infak/sedekah, seperti penentuan skala prioritas penyaluran infak/sedekah dan penerima infak/sedekah;

b) Kebijakan penyaluran infak/sedekah untuk amil dan non amil, seperti presentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan

c) Metode penetuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan infak/sedekah berupa aset nonokas;

d) Keberadaan dana infak/sedekah yang tidak langsung disalurkan tetapi dikelola terlebih dahulu, jika ada, diungkapkan jumlah dan presentase dari seluruh penerimaan infak/sedekah selama periode pelaporan serta alasannya ;

e) Hasil yang diperoleh dari pengelolaan yang dimaksud di huruf (d) diungkapkan secara terpisah

(65)

g) Rincian dana infak/sedekah berdasarkan peruntukannya, terikat dan tidak terikat; dan hubungan pihak-pihak berelasi antara amil dan penerima infak/sedekah yang meliputi:

1. Sifat hubungan istimewa;

2. Jumlah dan jenis aset yang disalurkan; dan

3. Presentase dari aset yang disalurkan selama periode. Komponen laporan keuangan amil yang lengkap terdiri dari (IAI, 2016):

1. Laporan Posisi Keuangan

Amil menyajikan dalam laporan posisi keuangan dengan memperhatikan ketentuan dalam SAK yang relevan mencakup, tetapi tidak terbatas pada, pos-pos berikut:

a. Aset

1) Kas dan setara kas; 2) Piutang;

3) Surat berharga; 4) Aset tetap; b. Liabilitas

5) Biaya yang masih harus dibayar; 6) Liabilitas imbalan kerja;

(66)

8) Dana infak/sedekah; dan 9) Dana amil.

Tabel 7: Ilustrasi Laporan Posisi Keuangan Amil

ENTITAS AMIL

LAPORAN POSISI KEUANGAN

Periode 1 Januari s.d 31 Desember 20XX

Keterangan Rp Keterangan Rp

ASET LIABILITAS

Aset Lancar Liabilitas Jangka Pendek Kas dan Setara Kas xxx Biaya yang masih harus dibayar xxx

Piutang xxx

Surat berharga xxx Liabilitas Jangka Panjang Liabilitas Imbalan Kerja xxx

Aset Tidak Lancar Jumlah Liabilitas xxx

Aset Tetap xxx SALDO DANA Akumulasi Penyusutan (xxx) Dana Zakat xxx Dana Infak/Sedekah xxx

Dana Amil xxx

Jumlah Dana xxx

Jumlah Aset xxx Jumlah Liabilitas dan SaldDana xxx Sumber: IAI (2016: 101.42)

2. Laporan Perubahan Dana

Amil menyajikan laporan perubahan dana zakat, dana infak/sedekah, dan dana amil. Penyajian laporan perubahan dana mencakup, tetapi tidak terbatas pada, pos-pos berikut: a. Dana zakat

(67)

a) Amil;

b) Mustahiq non amil; 3) Saldo awal dana zakat; 4) Saldo akhir dana zakat; b. Dana infak/sedekah

1) Penerimaan dana infak/sedekah:

a) Infak/sedekah terikat (muqayyadah); b) Infak/sedekah tidak terikat (mutlaqah); 2) Penyaluran dana infak/sedekah:

a) Infak/sedekah terikat (muqayyadah); b) Infak/sedekah tidak terikat (mutlaqah); 3) Saldo awal dana infak/sedekah;

4) Saldo akhir dana infak/sedekah; c. Dana amil

1) Penerimaan dana amil:

a) Bagian amil dari dana zakat;

b) Bagian amil dari dana infak/sedekah; c) Penerimaan lain;

(68)

Tabel 8: Ilustrasi Laporan Perubahan Dana Amil

Keterangan Rp

DANA ZAKAT Penerimaan

Penerimaan dari Muzakki

Muzaki entitas xxx

Muzaki individual xxx

Hail Penempatan xxx

Jumlah Penerimaan Dana Zakat xxx

Penyaluran

Amil (xxx)

Fakir miskin (xxx)

Riqab (xxx)

Gharim (xxx)

Muallaf (xxx)

Sabilillah (xxx)

Ibnu Sabil (xxx)

(xxx) (xxx)

Surplus (defisit) xxx

Saldo awal xxx

Saldo akhir xxx

Jumlah penyaluran Dana Zakat

ENTITAS AMIL

LAPORAN PERUBAHAN DANA Periode 1 Januari s.d 31 Desember 20XX

Alokasi pemanfaatan aset kelolaan (misalnya beban penyusutan)

xxx

(69)

Tabel 8: Laporan Perubahan Dana PSAK 109 (lanjutan)

Jumlah Penerimaan Dana Infak/Sedekah xxx

Penyaluran

Infak/sedekah terikat (xxx) Infak/sedekah tidak terikat (xxx) (xxx) (xxx) Jumlah Penyaluran Dana Infak/Sedekah (xxx)

Surplus (defisit) xxx

Saldo awal xxx

Saldo akhir xxx

DANA AMIL Penerimaan

Bagian amil dari dana zakat xxx Bagian amil dari dana infak/sedekah xxx

Penrimaan lainnya xxx

Jumlah Penerimaan Dana Amil xxx

Penggunaan

Beban pegawai (xxx)

Beban penyusutan (xxx)

Beban umum dan administrasi lainnya (xxx) Jumlah Penggunaan Dana Amil (xxx)

Surplus (defisit) xxx

Saldo awal xxx

Saldo akhir xxx

Alokasi pemanfaatan aset kelolaan (misalnya beban penyusutan)

(70)

3. Laporan Perubahan Aset Kelolaan

Amil menyajikan laporan perubahan aset kelolaan yang mencakup, tetapi tidak terbatas pada:

a. Aset kelolan yang termasuk aset lancar dan akumulasi penyisihan;

b. Aset kelolaan yang termasuk aset tidak lancar dan akumulasi penyusutan;

c. Penambahan dan pengurangan; d. Saldo awal;

e. Saldo akhir.

Tabel 9: Laporan Perunahan Aset Kelolaan Amil

Keterangan Saldo

Periode 1 Januari s.d 31 Desember 20XX LAPORAN PERUBAHAN ASET KELOLAAN

(71)

4. Laporan Arus Kas

Amil menyajikan laporan arus kas sesuai dengan PSAK 2: Laporan Arus Kas dan SAK lain yang relevan.

5. Catatan atas Laporan Keuangan

Amil menyajikan catatan atas laporan keuangan sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah dan SAK lain yang relevan.

Laporan keuangan yang baik harus memberikan informasi bagi pengguna. Kemampuan informasi memiliki karakteristik pokok. Menurut (IAI, 2016:8) terdapat empat karaktersitik kualitatif pokok:

1) Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna.

2) Relevan

(72)

3) Keandalan

Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

4) Dapat diperbandingkan

(73)

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian telah dilakukan oleh beberapa orang untuk menganalisis penerapan PSAK 109 di Lembaga Amil Zakat, Infak dan Sedekah. Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah berbeda-beda.

Indrayani (2011) melakukan penelitian tentang analisis perlakuan akuntansi zakat, infak, dan sedekah pada Lembaga Amil Zakat Peduli Ummat di Samarinda. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa proses akuntansi pada LAZ masih sangat sederhana namun pada pengakuan dan pengukuran dana zakat dan dana infak/sedekah sudah sesuai dengan PSAK 109. Laporan keuangan yang disajikan belum sesuai dengan standar yang berlaku, sehingga disimpulkan LAZ tersebut belum sepenuhnya menerpakan PSAK 109.

Hariyanto, dkk (2014) melakukan penelitian tentang analisis penerapan akuntansi zakat dan akuntansi infak/sedekah pada Baitul Mal Kota Lhoksumawe. Hasil dari penelitian menunujukkan proses akuntansi masih sangat sederhana karena hanya menggunakan sistem buku tanggal. Perlakuan akuntansi pada Baitul Mal Kota Lhoksumawe belum menerapkan akuntansi zakat sesuai dengan PSAK 109. Laporan keuangan yang dihasilkan hanya akumulasi dari penerimaan dan pengeluaran dana zakat, infak/sedekah.

(74)

namun pada pengakuan dan pengukuran hanya beberapa yang sudah sesuai sedangkan pada penyajian yang dihasilkan belum sesuai dengan PSAK 109.

Listyowati (2016) melakukan penelitian tentang analisis penerapan PSAK 109 tentang akuntansi zakar dan infak/sedekah pada LAZ Yayasan Solo Peduli Ummat. Hasil dari penelitian ini LAZ tersebut sudah melakukan proses akuntansi dengan baik, selain itu pada prinsipnya perlakuan akunransi pada LAZ telah sesuai dengan PSAK 109. Laporan keuangan yang dibuat sebanyak tiga komponen yang telah sesuai PSAK 109 yaitu neraca, laporan sumber dan penggunaan dana, dan catatan atas laporan keuangan.

Kholifah (2014) melakukan penelitian tentang kesesuain penerapan PSAK 109 mengenai penyajian laporan keuangan dana zakat, infak/sedekah pada BAZIS DKI Jakarta. Hasil penelitian menunujukkan bahwa BAZIS DKI Jakarta merasa sangat dimudahkan dengan adanya PSAK 109. Dari sisi pengakuan dan pengukuran sesuai dengan PSAK 109 begitupun dengan penyajian sampai pengungkapan yang dihasilkan telah sesuai dengan PSAK 109.

(75)
(76)

62 BAB III

METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sesuatu hal yang akan diteliti dengan mendapatkan data untuk tujuan tertentu dan kemudian dapat ditarik kesimpulan. Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah LAZIS YBW UII. Alamat dari LAZIS YBW UII, Jl. Cik Di Tiro No.1 Yogkarta. Penelitian akan dilakukan pada bulan Januari-Februari 107.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif analitis. Menurut Soegiyono (2009), metode deskriptif analitis merupakan metode yang bertujuan mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap suatu objek penelitian yang diteliti maupun sampel atau data yang telah terkumpul dan membuat kesimpulan yang berlaku umum. Jenis dari penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Menurut (Rahardjo,2011:250) studi kasus untuk memahami individu yang dilakukan secara integrative dan komperhensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik.

Gambar

Tabel 1 : Perbedaan Zakat, Infak/Sedekah.
Tabel 2 : Ilustrasi Jurnal Umum
Tabel 3: Ilustrasi Buku Besar
Tabel 4: Ilustrasi Neraca Saldo
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kepada para peserta yang dinyatakan lulus mengikuti Diklat akan diberikan Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP), sedangkan bagi peserta yang tidak

KEDUA : Pedoman umum ini adalah pedoman dalam beretika bagi para pengelola dan pengguna sumber daya hayati dalam rangka menjaga keanekaragaman dan pemanfaatan

Sebelum dilaksanakan pos tes, peneliti memberikan tindakan berupa pembelajaran Matematika perkalian bilangan cacah meng- gunakan media batang napier terhadap

Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami respon dan pemahaman tukang becak tentang pelatihan Bahasa Inggris yang dilaksanakan Pemkab Banyuwangi dalam menunjang keberhasilan

konstruktivistik dalam proses pembelajarannya, sementara dalam menyiapkan materi pelajaran menggunakan teori literasi baru sehingga hasil akhir yang didapat sebagaimana gambar

Netralisasi adalah proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga

Agar dalam pembahasan ini tidak terlalu luas dan keluar dari tema persoalan, maka dalam hal ini penulis membatasi pada bahasan metode fundraising dan

Konstruksi wartawan atas realitas menempatkan sumber berita yang menonjol dibandingkan dengan sumber lain, menempatkan wawancara seorang tokoh lebih benar dari tokoh lain,