ABSTRAK
ANALISIS FLYPAPER EFFECT PADA BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI D.I YOGYAKARTA
TAHUN 2008-2014 Eni Nur Puji Astutik
122114112
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum pada belanja daerah serta untuk mengonfirmasi terjadinya
flypaper effect pada keuangan pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi D.I
Yogyakarta.
Obyek penelitian adalah seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada periode tahun anggaran 2008-2014.
Teknik analisis yang digunakan adalah regresi data panel.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah. Hasil perbandingan uji statistik t menunjukkan koefisien DAU lebih besar daripada koefisien PAD, oleh karena itu terjadi flypaper effect pada belanja daerah di Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta.
ABSTRACT
FLYPAPER EFFECT ON LOCAL GOVERNMENT’S BUDGET AT DISTRICTS OF D.I YOGYAKARTA PROVINCE
FOR THE PERIOD 2008 - 2014 Eni Nur Puji Astutik
122114112
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
This research aims to determine the influence of the regional income and general allocation fund in local gonvernment’s bugdet as well as to confirm the occurrence of flypaper effect on government’s budget at province of D.I Yogyakarta.
The object of this research are all districts at province of D.I Yogyakarta. This research was conducted from period 2008 to 2014 budget years. The analysis technique used was panel data regression.
The results of this study indicate that the regional income and general allocation fund have positive and significant impact to local government’s budget. The results show that there is flypaper effect on local government’s budget at districts of D.I Yogyakarta Province.
Keywords: Flypaper Effect, Regional Income, General Allocation Fund, Local
ANALISIS FLYPAPER EFFECT PADA BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI D.I YOGYAKARTA
TAHUN 2008-2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Progam Studi Akuntansi
Oleh:
Eni Nur Puji Astutik NIM: 122114112
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
ANALISIS FLYPAPER EFFECT PADA BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI D.I YOGYAKARTA
TAHUN 2008-2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Progam Studi Akuntansi
Oleh:
Eni Nur Puji Astutik NIM: 122114112
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Sesungguhnya perbuatan baik itu dapat menghapus perbuatan buruk.
(QS. Hud: 114)
Waktu itu bagaikan sebilah pedang, kalau engkau tidak
memanfaatkannya, maka ia akan memotongmu.
(Ali bin Abu Thalib)
Menjadi orang sukses itu bukanlah mustahil, kemustahilan dapat diubah
dengan semangat dan keyakinan akan keberhasilan tersebut.
(Eni Nur Puji Astutik)
Skirpsi ini ku persembahkan untuk mereka
yang selalu menyertaiku, mendoakanku dan
menyemangatiku:
Allah SWT
Orangtuaku Bapak Bakir dan Ibu Kaminem
Mas Wahyu, Kembaranku Tari, Adikku Ari
Saudara-saudaraku
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terimakasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan
dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih tak terhingga kepada:
1. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph. D. Selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan
mengembangkan kepribadian kepada penulis.
2. A. Diksa Kuntara, SE., MFA., QIA. selaku Dosen Pembimbing, yang telah
membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Josephine Wuri, SE., M.Si dan Drs. G. Anto Listianto M.S.A, Akt. selaku
dosen penguji yang telah memberi banyak masukan bagi penyempurnaan
skripsi ini.
4. Seluruh bapak ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang
sudah membimbing dan memberikan ilmu selama perkuliahan sampai selesai.
5. Kepada kedua orang tuaku Bapak Bakir dan Ibu Kaminem, kepada Masku
viii
Asmorowati. Terima kasih atas dukungan doa, semangat, cinta, dan
perhatiannya hingga sekarang.
6. Semua staf di Kantor Pemerintah baik Provinsi DIY maupun di Kabupaten
dan Kota di seluruh Provinsi DIY, yang telah membantu penulis dalam hal
perijinan penelitian.
7. Kepala Bagian Akuntansi dan Staf Bagian Akuntansi Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Kota Yogyakarta, Kabupaten
Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, dan Kabupaten Gunung
Kidul, yang telah membantu penulis dalam pemberian data-data yang
dibutuhkan.
8. Sahabat – sahabatku semasa kuliah : Monik, Sandra, Dita, Donna, dan Ibeth
yang telah mengisi hari-hariku selama kuliah dan berbagi suka duka selama 4
tahun terakhir.
9. Sahabat - sahabatku semasa SMK: Dini, Ikka, Affi, Clara, Lusi, Arimbi, Rani.
10.Sahabat dan teman hidupku selama KKP, kelompok Imogiri 5: Beka, Vero,
dan Wiwik. Terimakasih karena kita bisa saling berbagi kebahagiaan bersama
meskipun ada banyak perbedaan diantara kita.
11.Rexa, Fristina, dan Fika yang membantu selama pencarian data demi
kelancaran skripsi ini, tanpa kalian sudah dipastikan penulis akan kesulitan
mencari arah di daerah yang tidak dikenal itu.
12. Mbak Anas yang mendengarkan segala kekhawatiranku seminggu sebelum
ujian dan atas segala masukan serta bimbingannya untuk kebingungan yang
x DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
ABSTRAK ... xiv
ABSTRAC ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Sistematika Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
A. Otonomi Daerah ... 8
B. Desentralisasi Fiskal ... 9
C. Teori Transfe ... 9
D. Flypaper Effect ... 10
E. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ... 12
1. Anggaran Daerah ... 12
2. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ... 13
3. Penyusunan APBD ... 13
4. Fungsi APBD ... 15
5. Komponen APBD ... 16
F. Belanja Daerah ... 17
G. Pendapatan Asli Daerah ... 22
H. Dana Perimbangan ... 25
I. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah ... 28
J. Penelitian Terdahulu ... 29
K. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 32
1. Kerangka Konseptual ... 32
2. Hipotesis Penelitian ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
A. Jenis Penelitian ... 36
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 36
xi
2. Objek penelitian ... 36
C. Populasi ... 37
D. Jenis dan Sumber Data ... 37
1. Jenis Data ... 37
2. Sumber Data ... 38
E. Variabel Penelitian ... 38
1. Variabel Terikat (Dependent Variabel) ... 38
2. Variabel Bebas (Independent Variabel) ... 39
F. Teknik Pengumpulan Data ... 40
G. Teknik Analisis Data ... 40
1. Pengujian Signifikansi Pengaruh ... 40
2. Analisis Regresi Data Panel ... 41
3. Uji Hipotesis ... 44
4. Analisis Flypaper Effect ... 45
BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN ... 46
A. Tugas Pokok Fungsi Struktural KPPD DIY ... 47
B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Daerah (KPPD) Kabupaten/Kota SE DIY ... 51
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 52
A. Deskripsi Data ... 52
B. Analisis Data ... 55
1. Analisis Regresi Data Panel ... 55
2. Uji Hipotesis ... 57
3. Analisis Flypaper Effect ... 58
C. Pembahasan ... 60
1. Pengaruh PAD terhadap Belanja Daerah ... 60
2. Pengaruh DBH terhadap Belanja Daerah ... 60
3. Pengaruh DAU terhadap Belanja Daerah ... 61
4. Pengaruh DAK terhadap Belanja Daerah ... 62
5. Analisis Flypaper Effect pada Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta ... 62
BAB VI PENUTUP ... 65
A. Kesimpulan ... 65
B. Keterbatasan Penelitian ... 65
C. Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 68
xii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Realisasi Penerimaan PAD Tahun 2008-2014 ... 53 Tabel 2. Realisasi Penerimaan Dana Bagi Hasil Tahun 2008-2014 ... 53 Tabel 3. Realisasi Penerimaan Dana Alokasi Umum Tahun 2008 –
2014 ... 54 Tabel 4. Realisasi Penerimaan Dana Alokasi Khusus Tahun 2008 -
2014 ... 54 Tabel 5. Realisasi Penerimaan Belanja Daerah Tahun 2008-2014 ... 55 Tabel 6. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ... 56 Tabel 7. Hasil Regresi Pengaruh DAU dan PAD terhadap Belanja
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv ABSTRAK
ANALISIS FLYPAPER EFFECT PADA BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI D.I YOGYAKARTA
TAHUN 2008-2014 Eni Nur Puji Astutik
122114112
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum pada belanja daerah serta untuk mengonfirmasi terjadinya flypaper effect pada keuangan pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta.
Obyek penelitian adalah seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada periode tahun anggaran 2008-2014. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi data panel.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah. Hasil perbandingan uji statistik t menunjukkan koefisien DAU lebih besar daripada koefisien PAD, oleh karena itu terjadi flypaper effect pada belanja daerah di Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta.
xv ABSTRACT
FLYPAPER EFFECT ON LOCAL GOVERNMENT’S BUDGET AT DISTRICTS OF D.I YOGYAKARTA PROVINCE
FOR THE PERIOD 2008 - 2014 Eni Nur Puji Astutik
122114112
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
This research aims to determine the influence of the regional income and general allocation fund in local gonvernment’s bugdet as well as to confirm the occurrence of flypaper effect on government’s budget at province of D.I Yogyakarta.
The object of this research are all districts at province of D.I Yogyakarta. This research was conducted from period 2008 to 2014 budget years. The analysis technique used was panel data regression.
The results of this study indicate that the regional income and general allocation fund have positive and significant impact to local government’s budget. The results show that there is flypaper effect on local government’s budget at districts of D.I Yogyakarta Province.
Keywords: Flypaper Effect, Regional Income, General Allocation Fund, Local
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki beberapa provinsi yang
terbagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota
itu mempunyai pemerintahan daerah. Seperti yang dijelaskan dalam
Undang-Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah yang
kemudian diganti dengan Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2014,
seluruh daerah kabupaten/kota yang ada di Indonesia diberikan otonomi yang
luas oleh pemerintah pusat untuk membantu pengembangan masing-masing
daerah termasuk dalam bidang keuangan. Dalam pasal 1 ayat 6 dijelaskan
otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepetingan
masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Alasan diadakan otonomi daerah didasarkan pada suatu asumsi bahwa hal-hal
mengenai urusan pemerintahan yang dapat dilaksanakan oleh daerah itu
sendiri, sangat tepat diberikan kebijakan otonomi sehingga setiap daerah
mampu dan mandiri untuk memberikan pelayanan demi meningkatkan
kesejahteraan rakyat di daerah.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana
kegiatan pemerintah daerah yang dituangkan dalam bentuk angka dan batas
Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah
Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan
DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2014 disebutkan bahwa untuk
pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat akan
mentransfer Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU),
Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil yang terdiri dari pajak dan
sumber daya alam. Selain Dana Perimbangan tersebut, Pemerintah Daerah
mempunyai sumber pendanaan sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Kebijakan penggunaan semua dana
tersebut diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Dana transfer dari pemerintah
pusat dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka desentralisasi.
Dana transfer dari pemerintah pusat diharapkan secara efektif dan efisien
digunakan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanannya kepada
masyarakat. Kebijakan penggunaan dana tersebut sudah seharusnya pula secara
transparan dan akuntabel. Berdasarkan desentralisasi maka pemerintah daerah
diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan, khususnya untuk
memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di
daerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah.
Pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah
operasi utama sehari-hari. Permasalahan yang terjadi saat ini, pemerintah
daerah terlalu menggantungkan alokasi dari pemerintah pusat untuk membiayai
belanja daerah dan pembangunan tanpa mengoptimalkan potensi yang dimiliki
daerah (Wulansari, 2015). Kuncoro (2007) menyebutkan bahwa PAD hanya
mampu membiayai belanja pemerintah daerah paling besar 20%. Permasalahan
yang muncul akibat ketergantungan pemerintah daerah kepada dana transfer
dari pemerintah pusat tersebut memicu terjadinya fenomena flypaper effect
pada keuangan pemerintah daerah (Putra dan Dwirandra, 2015).
Menurut Maimunah (2006), fenomena flypaper effect merupakan suatu
kondisi yang terjadi saat pemerintah daerah merespon belanja lebih banyak
dengan menggunakan dana perimbangan yang diproksikan dengan Dana
Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil
untuk kepentingan belanja daerah daripada menggunakan Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Fenomena flypaper effect membawa implikasi lebih luas bahwa
transfer akan meningkatkan belanja pemerintah daerah yang lebih besar
daripada penerimaan transfer itu sendiri (Turnbull,1992 dalam Kuncoro 2007).
Flypaper effect itu sendiri merupakan respon yang tidak simetri atau asimetris
terhadap peningkatan dan penurunan penggunaan dana transfer dari pemerintah
pusat, Tresch (2002:920) dalam Wulansari (2015) menyatakan bahwa dana
transfer tersebut diberikan untuk jangka waktu tertentu dengan indikasi adanya
pihak yang memperoleh keuntungan dari penerimaan transfer (grants) yang
pengeluaran, maka pemerintah diharapkan dapat seminimum mungkin
memperkecil respon yang berlebihan pada belanja daerah.
Beberapa penelitian telah dilakukan guna menguji pengaruh pendapatan
asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah
terhadap belanja daerah. Beberapa juga menguji kecenderungan pemerintah
daerah yang lebih menggantungkan diri pada dana transfer dari pemerintah
pusat (Dana Alokasi Umum). Ferdian (2013) meneliti tentang pengaruh
pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah
terhadap belanja daerah pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa PAD, DAU, dan lain-lain pendapatan yang
sah berpengaruh positif signifikan terhadap belanja daerah.
Wulansari (2015) melakukan penelitian tentang Pengaruh Pendapatan
Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Daerah serta Analisis
Flypaper Effect. Hasil penelitannya menunjukkan bahwa PAD dan Dana
Perimbangan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap belanja daerah. Hal
ini konsisten dengan hasil penelitian Ferdinan. Penelitian Wulansari tersebut
juga menunjukkan bahwa terdapat flypaper effect pada belanja pemerintah di
Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, hal ini terjadi karena
pengaruh DAU terhadap belanja daerah lebih tinggi dibandingkan dengan
pengaruh PAD terhadap belanja daerah.
Berdasarkan penjelasan di atas maka, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Analisis Flypaper Effect pada Belanja Daerah
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan sebelumnya maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Belanja Daerah Kabupaten/Kota
di Provinsi D.I Yogyakarta terjadi flypaper effect”
C. Batasan Masalah
Batasan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas yang digunakan dalam
pengujian analisis flypaper effect pada belanja daerah hanya Pendapatan Asli
Daerah dan Dana Alokasi Umum.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui terjadinya flypaper
effect pada belanja daerah Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasis serta masukan
kepada pemerintah akan pentingnya mengoptimalkan potensi lokal yang
dimiliki daerah untuk peningkatan kualitas pelayanan publik demi kemajuan
daerah.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis lain
dan pembaca, mengenai pengaruh penerimaan daerah terhadap pengeluaran
daerah dan analisis terjadinya flypaper effect pada belanja daerah. Hasil
pengkajian topik – topik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas
dalam penelitian ini.
3. Bagi Universitas
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah koleksi pustaka bagi
Universitas Sanata Dharma dan dapat dijadikan tambahan referensi,
diharapkan juga hasil penelitian ini mampu memberikan informasi untuk
penelitian berikutnya.
F. Sistematika Penulisan
Bab I: Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab II: Landasan Teori
Bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakaan penulis sebagai
dasar penelitian dan perumusan hipotesis penelitian.
Bab III: Metode Penelitian
Bab ini berisi tentang jenis penelitian, subjek dan objek penelitian,
jenis dan sumber data, variable penelitian, teknik pengumpulan
data, dan teknik analisis data.
Bab IV: Gambaran Umum Objek Penelitian
Bab ini berisi tentang objek penelitian Kabupaten/Kota di Provinsi
Bab V: Analisis dan Pembahasan
Bab ini menjelaskan tentang deskripsi data, hasil penelitian,
analisis data, dan pembahasan.
Bab VI: Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan
saran yang diharapkan bermanfaat bagi pemerintah dan peneliti
8 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Otonomi Daerah
Berdasarkan UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,
otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Saragih (2003) dalam Kusumadewi dan Rahman (2007) otonomi
sendiri berarti adanya kebebasan menjalankan atau melaksanakan sesuatu oleh
suatu unit politik atau bagian wilayah dalam kaitannya dengan masyarakat
politik atau negara. Konsep otonomi daerah adalah bahwa kewenangan untuk
menjalankan fungsi atau mengurus daerah sendiri tidak datang begitu saja
tetapi merupakan keputusan politik yang ditempuh guna meningkatkan
efektifitas penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik, dan
pembangunan (Kurnia, 2013).
Menurut Mardiasmo (2002:59) tujuan utama penyelenggaraan otonomi
daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik (public service) dan
memajukan perekonomian daerah. Pada dasarnya terkandung tiga misi utama
pelaksanaan otonomi daerah yaitu meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, menciptakan efisiensi dan
menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses
pembangunan.
B. Desentralisasi Fiskal
Desentralisasi menurut UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah Pasal 1 ayat 8 adalah penyerahan urusan pemerintah oleh pemerintah
pusat kepada daerah otonom berdasarkan asas otonomi. Menurut Yustika
(2008) desentralisasi fiskal merupakan komponen utama dari desentralisasi
yang artinya desentralisasi tidak dapat dilepaskan dari isu kapasitas keuangan
daerah, dimana kemandirian daerah diukur berdasarkan kemampuan menggali
dan mengelola keuangannya.
Kurnia (2013) menjelaskan anggaran daerah atau anggaran pendapatan
dan belanja daerah sebagai salah satu bentuk dari desentralisasi fiskal,
merupakan instrumen kebijakan fiskal yang utama bagi pemerintah daerah dan
juga menunjukkan kapasitas dan kemampuan daerah.
C. Teori Transfer
Berdasarkan pendapat Rosen (1999: 497-500) dan Boex (2001: 7)
dalam Afrizawati (2012) bahwa bantuan (grants transfer) dikelompokan
dalam tiga jenis, yaitu: 1). Bantuan bersyarat (conditional grants), bantuan ini
sering disebut juga categorical grants atau spesific grants yang terdiri atas
bantuan penyeimbang (matching grants) dan bantuan bukan penyeimbang
penyeimbang tidak terbatas (open-ended matching grants) dan bantuan
penyeimbang terbatas (closed ended matching grants); 2). Bantuan tidak
bersyarat (unconditional grants) adalah bantuan yang diberikan oleh
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah tanpa ada syarat tertentu, artinya
pemerintah daerah dapat menggunakan bantuan tersebut sesuai dengan
kepentingan daerah yang bersangkutan tanpa ada batasan tertentu yang
ditetapkan oleh pemerintah pusat. Bantuan tanpa syarat ini biasanya
ditentukan berdasarkan formula pemerataan (equalization formula) yang
mengukur kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal; 3). Bantuan bagi hasil
(revenue sharing).
D. Flypaper Effect
Kuncoro (2007) menjelaskan bahwa istilah flypaper effect
diperkenalkan pertama kali oleh Courant, Gramlich, dan Rubinfeld (1979)
untuk mengartikulasikan pemikiran Arthur Okun (1930) yang menyatakan
“money sticks where it hits”. Sejauh ini, belum ada padanan kata “flypaper
effect” dalam bahasa Indonesia sehingga kata ini dituliskan sebagaimana
adanya tanpa diterjemahkan. Menurut Maimunah (2006), flypaper effect
merupakan suatu kondisi yang terjadi saat pemerintah daerah merespon
belanja lebih banyak/boros dengan menggunakan dana transfer (grants) yang
diproksikan dengan DAU (Dana Alokasi Umum) daripada menggunakan
Kuncoro (2007) mengungkapkan fenomena flypaper effect mengarah
pada elastisitas pengeluaran terhadap transfer yang lebih tinggi daripada
elastisitas pengeluaran terhadap penerimaan pajak daerah. Fenomena flypaper
effect membawa implikasi lebih luas bahwa transfer akan meningkatkan
belanja pemerintah daerah yang lebih besar daripada penerimaan transfer itu
sendiri (Turnbull,1998 dalam Kuncoro 2007). Flypaper effect merupakan
kondisi dimana transfer dari pemerintah pusat secara signifikan meningkatkan
belanja publik jika dibandingkan dengan pendapatan daerah.
Sementara itu, Gorodnichenko (2011 dalam Oktavia 2014)
berpendapat bahwa fenomena flypaper effect dapat terjadi dalam dua versi,
yaitu peningkatan pajak daerah dan anggaran belanja pemerintah yang
berlebihan, dan mengarah pada elastisitas pengeluaran terhadap transfer yang
lebih tinggi daripada elastisitas pengeluaran terhadap penerimaan pajak
daerah.
Flypaper effect membawa implikasi dimana salah satunya akan
meningkatkan belanja pemerintah daerah lebih besar daripada penerimaan
transfer itu sendiri serta kecenderungan untuk menanti bantuan dari pusat di
banding mengelola sumber daya daerah sendiri. Secara implisit terdapat
beberapa implikasi dari terjadinya flypaper effect pada belanja daerah
Kabupaten/Kota seperti:
a. Menyebabkan celah kepincangan fiskal (fiscal gap) akan tetap ada.
b. Menimbulkan ketidakmaksimalan dalam pemanfaatan sumber-sumber
c. Menyebabkan unsur ketergantungan daerah kepada pemerintah pusat.
d. Adanya respon yang berlebihan dalam pemanfaatan dana transfer.
e. Mengakibatkan kurangnya kemampuan kemandirian keuangan daerah
pada Kabupaten/Kota yang bersangkutan (Walidi, 2009 dalam Oktavia
2014).
Menurut Wulansari (2015) syarat terjadinya flypaper effect adalah:
a. Apabila efek (nilai koefisien) DAU terhadap Belanja Daerah lebih besar
daripada efek PAD dan keduanya sama-sama signifikan; atau
b. PAD tidak signifikan, maka dapat disimpulkan terjadi flypaper effect.
E. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 1. Anggaran Daerah
Untuk melaksanakan hak dan kewajibannya serta melaksanakan
tugas yang dibebankan oleh rakyat, pemerintah harus mempunyai suatu
rencana yang matang untuk mencapai suatu tujuan yang dicita-citakan.
Rencana-rencana tersebut yang disusun secara matang nantinya akan
dipakai sebagai pedoman dalam setiap langkah pelaksanaan tugas Negara.
Berbagai definisi atau pengertian anggaran menurut Djayasinga
(2007) dalam Safitri (2008) antara lain:
a. APBD menggambarkan segala bentuk kegiatan Pemerintah daerah
dalam mencari sumber-sumber penerimaan dan kemudian bagaimana
b. APBD menggambarkan perkiraan dan pengeluaran daerah yang
diharapakan terjadi dalam satu tahun kedepan yang didasarkan atas
realisasinya masa yang lalu.
c. APBD merupakan rencana kerja operasional Pemerintah Daerah yang
akan dilaksanakan satu tahun kedepan dalam satuan angka rupiah.
APBD ini merupakan terjemahan secara moneteris dari dokumen
perencanaan daerah yang ada dan disepakati yang akan dilakasanakan
selama setahun.
2. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Pemerintah
Daerah dan Dewan Perwakilan Daerah, kemudian ditetapkan dengan
Peraturan Daerah (UU 33 Tahun 2004).
3. Penyusunan APBD
Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2016 didasarkan prinsip
sebagai berikut (Permendagri No 52 Tahun 2015):
a. Sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah;
b. Tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa
keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat;
c. Tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan
d. Transparan, untuk memudahkan masyarakata mengetahui dan
mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang APBD;
e. Partisipatif, dengan melibatkan masyarakat; dan
f. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.
Anggaran adalah rencana kegiatan keuangan yang berisi perkiraan
belanja yang diusulkan dalam satu periode dan sumber pendapatan yang
diusulkan untuk membiayai belanja tersebut. Anggaran merupakan alat
penting di dalam penyelenggaran pemerintahan (Arif, 2002). Adanya
keterbatasan dana yang dimiliki oleh pemerintah menjadi alasan mengapa
penganggaran menjadi mekanisme terpenting untuk pengalokasian sumber
daya.
Menurut Susanti (2008) dalam Safitri (2008) menjelaskan bahwa
anggaran tidak hanya sebagai rencana keuangan yang menetapkan biaya
dan pendapatan pusat pertanggungjawaban dalam suatu perusahaan tetapi
juga merupakan alat bagi manajer tingkat atas untuk mengendalikan,
mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, mengevalusi kinerja dan
memotivasi bawahannya. Anggaran daerah merupakan salah satu alat yang
memegang peranan penting dalam rangka meningkatakan pelayanan
publik dan didalamnya tercermin kebutuhan masyarakat dengan
memperhatikan potensi dan sumber-sumber kekayaan daerah. Sedangkan
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat/DPR (UU No 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara).
4. Fungsi APBD
Permedagri No 13 Tahun 2006 pasal 15 dan pasal 16 menyebutkan bahwa
APBD memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi Otorisasi
Fungsi otorisasi berarti APBD menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah
untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan.
b. Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan berarti APBD menjadi pedoman bagi pemerintah
daerah untuk merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
c. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan berarti APBD menjadi pedoman untuk menilai
(mengawasi) apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah
sudah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
d. Fungsi Alokasi
Fungsi alokasi berarti APBD dalam pembagiannya harus diarahkan
dengan tujuan untuk mengurangi pengangguran, pemborosan sumber
daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
e. Fungsi Distribusi
Fungsi distribusi berarti APBD dalam pendistribusiannya harus
f. Fungsi Stabilisasi
Fungsi stabilitas memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi
alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian daerah.
5. Komponen APBD
Menurut Permendagri No 37 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, komponen APBD
adalah sebagai berikut:
a. Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran
merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki
kepastian serta dasar hukum penerimaanya. Komponen Pendapatan
Daerah adalah Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah.
b. Belanja Daerah
Belanja daerah harus digunakan untuk pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan
pemerintah Kabupaten/Kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan
pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan peranturan
perundang-undangan. Komponen Belanja Daerah adalah Belanja Tidak Langsung
c. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya. Komponen pembiayaan daerah adalah Penerimaan
Pembiayaan, Pengeluaran Pembiayaan, dan Sisa Lebih Pembiayaan
(SILPA) Tahun Berjalan.
F. Belanja Daerah
a. Pengertian Belanja Daerah
Belanja Daerah menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2014
adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
Belanja daerah diprioritaskan untuk mendanai urusan pemerintah wajib
yang terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan standar pelayanan
minimal dengan berpedoman pada standar teknis dan standar harga satuan
regional sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Klasifikasi Belanja Daerah
Klasifikasi belanja daerah bedasarkan Permedagri No. 13 Tahun 2006
adalah:
1) Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintah
Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintah terdiri dari belanja
urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban
daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar,
pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak
serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Belanja menurut urusan
pilihan mencakup pertanian, kehutanan, energi dan sumber daya
mineral, pariwisata, kelautan dan perikanan, perdagangan,
perindustrian dan transmigrasi.
2) Klasifikasi belanja menurut fungsi
Klasifikasi belanja menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan
keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara terdiri dari
pelayanan umum, ketertiban dan ketentraman, ekonomi, lingkungan
hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata dan
budaya, pendidikan, dan perlindungan sosial.
3) Klasifiasi belanja menurut organisasi
Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan
organisasi pada masing-masing pemerintah daerah.
4) Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan
Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan disesuaikan dengan
urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah.
c. Kelompok Belanja Daerah
Klasifikasi belanja menurut kelompok terdiri dari belanja tidak langsung
dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program
dan kegiatan.
Belanja tidak langsung terdiri dari:
1) Belanja Pegawai
Belanja pegawai adalah belanja kompensasi dalam bentuk gaji dan
tunjangan serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai
negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
2) Belanja Bunga
Belanja bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga
uang yang dihitung atas kewajiban pokok utang berdasarkan perjanjian
pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
3) Subsidi
Belanja subsidi digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya
produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual
produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat
banyak.
4) Belanja Hibah
Belanja hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah
dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau
pemerintah daerah lainnya, dan kelompok masyarakat atau perorangan
5) Bantuan Sosial
Bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan
dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
6) Belanja Bagi Hasil
Belanja bagi hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil
yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada Kabupaten/Kota atau
pendapatan Kabupaten/Kota kepada pemerintah desa atau pendapatan
pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
7) Bantuan Keuangan
Bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan
yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada Kabupaten/Kota,
pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari
pemerintah Kabupaten/Kota kepada daerah dan pemerintah daerah
lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan
keuangan.
8) Belanja Tidak Terduga
Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya
tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan
bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya,
termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun
Belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
Belanja langsung terdiri dari:
1) Belanja Pegawai
Belanja pegawai dalam hal ini untuk pengeluaran honorarium atau
upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah.
2) Belanja Barang dan Jasa
Belanja barang dan jasa digunakan untuk pengeluaran
pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12
(duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan
program dan kegiatan pemerintah.
3) Belanja Modal
Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam
rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud
yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk
digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah,
peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan,
dan aset tetap lainnya.
Rumus yang digunakan untuk menghitung belanja daerah :
G. Pendapatan Asli Daerah
a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah
yang dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan (UU No. 23
Tahun 2014). Pendapatan Asli Daerah bersumber dari pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan
lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah bertujuan
memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mendanai
pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai
perwujudan desentralisasi.
Wujud dari desentralisasi fiskal adalah pemberian sumber-sumber
penerimaan bagi daerah yang dapat digunakan sendiri sesuai dengan
potensi daerah. Kewenangan daerah untuk memungut pajak dan retribusi
diatur dalam Undang-undang No. 28 tahun 2009 ditindaklanjuti dengan
peraturan pelaksanaan dalam PP No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah
dan PP No.66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. Pungutan pajak dan
retribusi daerah yang berlebihan dalam jangka pendek dapat meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah, namun dalam jangka panjang dapat menurunkan
kegiatan perekonomian, yang pada akhirnya akan menyebabkan
menurunnya Pendapatan Asli Daerah.
b. Sumber Pendapatan Asli Daerah
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Pendapatan Asli
1) Pajak Daerah
Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib
kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2) Retribusi Daerah
Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan.
Dalam struktur APBD baru dengan pendekatan kinerja, jenis
pendapatan yang berasal dari pajak daerah dan restribusi daerah
berdasarkan UU No. 28 tahun 2009 tentang Perubahan Atas UU No.34
Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Rertibusi Daerah, dirinci
menjadi:
a) Pajak Provinsi. Pajak ini terdiri atas: (i) Pajak kendaraan bermotor
dan kendaraan di atas air, (ii) Bea balik nama kendaraan bermotor
(BBNKB), (iii) Pajak bahan bakar kendaran bermotor, (iv) Pajak
pengambilan air permukaan, dan (v) Pajak Rokok.
b) Jenis pajak Kabupaten/Kota. Pajak ini terdiri atas: (i) Pajak Hotel,
(ii) Pajak Restoran, (iii) Pajak Hiburan, (iv) Pajak Reklame, (v)
Batuan, (vii) Pajak Parkir, (viii) Pajak Air Tanah, (ix) Pajak Sarang
Burung Walet, (x) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan, dan (xi) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
c) Retribusi. Retribusi ini dirinci menjadi: (i) Retribusi Jasa Umum,
(ii) Retribusi Jasa Usaha, (iii) Retribusi Perijinan Tertentu.
3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Kekayaan negara yang dipisahkan adalah komponen kekayaan
negara yang pengelolaannya diserahkan kepada Badan Usaha Milik
Negara atau Badan Usaha Milik Daerah. Pengelolaan kekayaan negara
yang dipisahkan ini merupakan subbidang keuangan negara yang
khusus ada pada negara-negaa nonpublik. Hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan merupakan bagian dari PAD daerah tersebut,
yang antara lain bersumber dari bagian laba dari perusahaan daerah,
bagian laba dari lembaga keuangan bank, bagian laba atas penyertaan
modal kepada badan usaha lainnya.
4) Lain-Lain Pendaptan Asli Daerah yang Sah
Pendapatan daerah yang sah meliputi:
a) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
b) Jasa giro;
c) Pendapatan bunga;
d) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;
e) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.
Rumus untuk menghitung Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu:
H. Dana Perimbangan
a. Pengertian Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (UU No 23 Tahun 2014).
Dana Perimbangan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara
pemerintah dan pemerintah daerah dan antar-pemerintah daerah. Dana
Perimbangan terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana
alokasi khusus.
b. Komponen Dana Perimbangan
1) Dana Bagi Hasil
Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka presentase untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Dana
Bagi Hasil yang bersumber dari pajak terdiri atas :
a) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);
b) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB);
c) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang
Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.
Dana Bagi Hasil yang bersumber dari sumber daya alam berasal dari :
a) Kehutanan;
b) Pertambangan Umum;
c) Perikanan;
d) Pertambangan Minyak Bumi;
e) Pertambangan Gas Bumi; dan
f) Pertambangan Panas Bumi.
Pemerintah menetapkan alokasi Dana Bagi Hasil yang berasal dari
sumber daya alam sesuai dengan penetapan dasar perhitungan dan
daerah penghasil. Penyaluran Dana Bagi Hasil berdasarkan realisasi
penerimaan tahun anggaran berjalan.
Rumus untuk menghitung DBH yaitu:
2) Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Jumlah keseluruhan DAU
ditetapkan sekurang-kurangnya 26% (dua puluh enam persen) dari
Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU
untuk suatu daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi
dasar. Celah fiskal yang dimaksud adalah kebutuhan fiskal dikurangi
dengan kapasitas fiskal daerah. Alokasi dasar dihitung berdasarkan
jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah.
Rumus yang digunakan untuk menghitung DAU yaitu:
3) Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan
tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan
urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Bersarnya DAK
ditetapkan setiap tahun dalam APBN dan dialokasikan kepada daerah
tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan
daerah. Kegiatan yang dimaksud sesuai dengan fungsi yang telah
ditetapkan dalam APBN.
Kriteria DAK meliputi :
a) Kriteria umum ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan
Keuangan Daerah dalam APBD.
b) Kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan
perundang-undangan dan karakteristik daerah.
c) Kriteria teknis ditetapkan oleh kementrian negara atau departemen
teknis.
Rumus yang digunakan untuk menghitung DAK yaitu:
DAU = Alokasi Dasar + Celah Fiskal
Keterangan :
PU APBD = Penerimaan umum APBD (PAD + DAU + (DBH – DBHDR)
Dana Perimbangan yang terdiri atas 3 (tiga) jenis sumber dana, merupakan
pendanaan pelaksanaan desentralisasi yang alokasinya tidak dapat dipisahkan
satu dengan yang lain karena masing-masing jenis dana perimbangan tersebut
saling mengisi dan melengkapi.
I. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
Lain-lain pendapatan daerah yang sah terdiri atas pendapatan hibah
dan pendapatan dana darurat yang bertujuan memberi peluang kepada daerah
untuk memperoleh pendapatan daerah selain pendapatan asli daerah, dana
perimbangan, dan pinjaman daerah. Pendapatan Hibah yang dimaksud
merupakan bantuan yang tidak mengikat dimana hibah dituangkan dalam
suatu naskah perjanjian antara pemerintah daerah dan pemberi hibah. Hibah
kepada Daerah bersumber dari luar negeri dilakukan melalui pemerintah (UU
No. 23 Tahun 2014).
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang
pedoman pengelolaan keuangan daerah, lain-lain pendapatan daerah yang sah
dibagi menurut jenis pendapatan yang mencakup:
a. Hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya,
badan/lembaga/organisasi swasta dalam negeri, kelompok
b. Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan
korban/kerusakan akibat bencana alam.
c. Dana bagi hasil dari provinsi kepada Kabupaten/Kota.
d. Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah.
e. Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.
Rumus untuk menghitung Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah yaitu:
Keterangan :
Pendapatan Lainnya : Dana penyesuaian, dana otonomi khusus, dan bantuan keuangan dari Provinsi atau pemerintah daerah lainnya.
J. Penelitian Terdahulu
Igna (2015) melakukan penelitian mengenai pengaruh PAD, Dana
Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah terhadap belanja
daerah pada Kabupaten Bengkayang. Objek yang diteliti adalah hasil laporan
realisasi APBD pemerintah Kabupaten Bengkayang selama enam tahun
(2009-2014). Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder dan
pengolahan data menggunakan regresi linier berganda. Hasil dari
penelitiannya menunjukkan bahwa dana perimbangan dan lain-lain
pendapatan daerah yang sah secara bersama-sama berpengaruh positif dan
signifikan terhadap belanja daerah. Semakin tinggi dana perimbangan dan
lain-lain pendapatan daerah yang sah maka semakin tinggi juga belanja
daerah. Variabel yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap belanja
daerah adalah dana perimbangan.
Putra dan Dwirandra (2015) melakukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh dana alokasi umum, dana bagi hasil, dana alokasi khusus, dan
pendapatan asli daerah pada belanja daerah serta untuk mengonfirmasi
terjadinya fenomena flypaper effect pada keuangan pemerintah
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Hasil penelitian menemukan bahwa dana
alokasi umum, dana bagi hasil, dan pendapatan asli daerah berpengaruh positif
dan signifikan pada belanja daerah, sedangkan dana alokasi khusus
berpengaruh positif tidak signifikan pada belanja daerah. Fenomena flypaper
effect tidak terjadi pada belanja daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
dibuktikan dengan nilai koefisien regresi dana alokasi umum yang lebih kecil
dari nilai koefisien regresi pendapatan asli daerah.
Santoso, Suparta, dan Saimul (2015) melakukan penelitian tentang
Flypaper Effect pada pengelolaan Keuangan Daerah di Provinsi Lampung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel PAD, DBH, dan DAU secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah. Secara parsial
variabel yang berpengaruh terhadap belanja daerah secara positif dan
signifikan hanya PAD dan DAU, sedangkan variabel DBH tidak berpengaruh
terhadap belanja daerah. Nilai dari koefisien DAU lebih besar dari nilai
koefisien PAD dan keduanya signifikan, hal ini menunjukkan telah terjadi
flypaper effect pada belanja daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.
Wulansari (2015) melakukan penelitian tetang pengaruh pendapatan
asli daerah dan dana perimbangan terhadap belanja daerah serta analisis
Jawa Barat tahun 2012-2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dan dana bagi hasil berpengaruh
terhadap belanja daerah, sedangkan dana alokasi khusus tidak berpengaruh
terhadap belanja daerah. Dari hasil analisis yang dilakukan peneliti juga
membuktikan bahwa terjadi fenomena flypaper effect pada belanja daerah di
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat.
Adiputra (2014) meneliti tentang flypaper effect pada dana alokasi
umum dan pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah di Kabupaten
Karangasem. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode 6 (enam)
tahun 2005-2010 DAU dan PAD hanya memberikan kontribusi pada tahun
2005 dan 2006, karena pada tahun depan, 2007-2010 persentase kotribusi
PAD dan DAU kurang dari rata-rata kontribusi persentase (0,69%). Selama
periode 2005-2010, penelitian tidak menemukan fenomena flypaper effect.
Ferdian (2013) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Pendapatan
Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah
Terhadap Belanja Daerah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat yang diambil melalui dokumen
laporan APBD pada tahun 2007 -2011. Pemilihan sampel dengan metode
totaling sampling. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa Pendapatan
Asli Daerah berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah. Dana
Perimbangan berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah.
belanja daerah. Hal ini dapat dilihat dari masing-masing variabel bahwa nilai
signifikasinya sebesar 0.000 < α 0.05.
Masdjojo dan Sukartono (2009) melakukan penelitian tetang pengaruh
pendapatan asli daerah dan dana perimbangan terhadap belanja daerah serta
analisis flypaper effect Kabupaten/Kota di Jawa Tengah tahun 2006-2008.
Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa PAD, DBH, dan DAU
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Belanja Daerah, sementara
DAK tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah. Hasil
perbandingan uji statistik t, sig, Korelasi dan Koefisien Determinasi dari
variabel DAU terhadap Belanja Daerah adalah lebih besar daripada nilai-nilai
statistik PAD. Oleh karena itu terjadi flypaper effect pada Belanja Daerah di
Jawa Tengah.
K. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual
Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah
yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah yang terdiri dari, Hasil
Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan dari Laba Perusahaan Daerah,
dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Pertumbuhan ekonomi
daerah yang terus-menerus meningkat akan mendorong peningkatan
pendapatan yang diterima suatu daerah. Semakin besar pendapatan asli
daerah yang tinggi maka semakin besar pula belanja daerah yang bisa
Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus. Dana
perimbangan yang meningkat ke daerah akan meningkatkan pengeluaran
pemerintah daerah melalui APBD. Dana transfer yang diberikan
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah berarti memberikan
kewenangan sepenuhnya kepada pemerintah daerah untuk menggunakan
[image:51.595.86.514.210.627.2]dana tersebut.
Gambar I: Kerangka Konseptual
2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka di atas, hipotesis yang akan diuji dalam
penelitian ini adalah pengaruh dari pendapatan asli daerah, dana bagi hasil,
dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dan Pengaruh Flypaper Effect
terhadap belanja daerah Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta
sebagai berikut :
a. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Daerah
Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh
daerah dari sumber-sumber dalam daerahnya sendiri yang dipungut
berdasarkan Peraturan Daerah dan sesuai dengan peraturan yang
belaku. Menurut Mardiasmo (2004), dengan pendapatan asli daerah
yang tinggi maka belanja daerah akan semakin besar.
Belanja Daerah (Y)
Berdasarkan pemahaman tersebut, hipotesis penelitian :
HA : Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap Belanja Daerah.
b. Pengaruh Dana Perimbangan (Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum,
dan Dana Alokasi Khusus) dan Belanja Daerah
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana
perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu daerah dalam
mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi
ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara pusat dan daerah
serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar
daerah. Menurut Widjaja (2004) transfer dana perimbangan yang
meningkat ke daerah akan meningkatakan pengeluaran pemerintah
daerah melalui APBD. Peningkatan pengeluaran pemerintah pada era
desenstralisasi ini lebih disebabkan oleh aliran dana perimbangan yang
juga meningkat dari pemerintah pusat ke daerah (Riyanto, 2005).
Legrenzi dan Milas (2001) dalam (Syukriy dan Halim, 2003)
menyatakan bahwa dalam jangka panjang transfer berpengaruh
terhadap belanja daerah.
Berdasarkan pemahaman tersebut, hipotesis penelitian :
HA : Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap Belanja Daerah.
HA : Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Belanja Daerah.
c. Pengaruh Flypaper Effect pada Belanja Daerah
Holtz-Eakin et al (1985 dalam Maimunah 2006) menyatakan
bahwa terdapat keterkaitan sangat erat antara transfer dari pemerintah
pusat dengan belanja pemerintah daerah. Secara spesifik mereka
menegaskan bahwa variabel-variabel kebijakan pemda dalam jangka
pendek disesuaikan (adjusted) dengan transfer yang diterima, sehingga
memungkinkan terjadinya respon yang non-linier dan asymmetric. Hal
ini juga dibuktikan oleh Oktavia (2014), yang melakukan penelitian
berkaitan dengan fenomena flypaper effect di Kabupaten/Kota di Jawa
Timur. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa Kabupaten/Kota di
Jawa Timur umumnya mengalami flypaper effect terbukti dan diterima,
respon belanja daerah masih lebih besar disebabkan oleh dana
perimbangan khususnya yang berasal dari komponen DAU. Semakin
besar dana transfer (DAU) yang diberikan pemerintah pusat ke
pemerintah daerah, maka tingkat ketergantungan pemerintah daerah
dalam membiayai belanja daerah juga akan semakin tinggi untuk
melaksanakan program dan kegiatan yang ada di daerah.
Berdasakan penelitian - penelitian yang ada, maka hipotesis
penelitian:
HA : Belanja Daerah di Kabupaten/Kota di Provinsi D. I. Yogyakarta
36 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi empiris di Pemerintah
Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta. Desain penelitian yang dilakukan oleh
penulis adalah studi kausal, yang menyangkut hal-hal seperti sebab-akibat,
kekuatan, sistem, dan ciri-ciri (Spillane, 2008). Unsur pokok dari sebab-akibat
adalah bahwa variabel bebas “menghasilkan” variabel terikat atau variabel
bebas “menyebabkan” variabel terikat terjadi. Penelitian ini dimaksudkan
untuk mengetahui pengaruh dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus terhadap belanja daerah.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang atau badan yang berhubungan
dengan objek penelitian, dan dapat memberikan informasi tentang objek
penelitian tersebut. Subjek dalam penelitian ini adalah Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah suatu hal yang menjadi pokok penelitian.
objek dalam penelitian ini adalah laporan Realisasi APBD
C. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten/Kota Provinsi
D.I. Yogyakarta terdiri dari 4 kabupaten dan 1 kota. Penulis dalam penelitian
mengambil seluruh populasi dengan beberapa kriteria sebagai berikut:
1. Kabupaten dan Kota menyampaikan Laporan Realisasi APBD tahunan
kepada Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun 2008 –
2014.
2. Kabupaten dan Kota mencamtumkan data-data mengenai PAD, DAU,
DBH, DAK, dan Alokasi Belanja Daerah pada Laporan Realisasi APBD
yang digunakan dalam penelitian ini.
Jumlah Kabupaten dan Kota yang menyampaikan Laporan Realisasi APBD
Tahun 2008 – 2014 sebanyak 4 Kabupaten dan 1 Kota di Provinsi D.I.
Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2008 – 2014 dengan data
penelitian sebanyak 35 data, dimana jumlah tersebut diperoleh dengan rumus :
N = Jumlah Daerah x Periode Penelitian N = 5 x 7 tahun
N = 35
D. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Berdasarkan waktu pengumpulannya data yang digunakan digolongkan
pada data panel (pooled data). Berdasarkan sifatnya, data yang digunakan
adalah data kuantitatif yaitu data berupa angka - angka. Berdasarkan cara
yaitu data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya, atau data
yang diperoleh pihak lain. Data ini berupa laporan realisasi APBD
Kabupaten dan Kota di Provinsi D.I Yogyakarta dari tahun 2008-2014.
2. Sumber Data
Data yang digunakan oleh peneliti adalah data laporan Realisasi APBD
dari tahun 2008-2014, yang bersumber dari Dinas Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah (DPKAD) masing-masing Kabupaten dan Kota di
Provinsi D.I. Yogyakarta.
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam
sebuah pengamatan. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Alokasi
Belanja Daerah. Alokasi Belanja Daerah adalah pengeluaran yang
dilakukan oleh pemerintah daerah untuk melaksanakan kewenangan dan
tanggungjawab kepada masyarakat dan pemerintah. Kelompok belanja
daerah terdiri dari belanja tidak langsung (belanja pegawai, belanja bunga,
subsidi, belanja hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja
keuangan, dan belanja tidak terduga) dan belanja langsung (belanja
2. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan
dalam variabel terikat dan mempunyai pengaruh positif atau negatif bagi
variabel terikat nantinya. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ( � )
Pendapatan Asli Daerah adalah semua penerimaan daerah yang berasal
dari sumber ekonomi asli daerah (pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
Pendapatan Asli Daerah yang sah), yang diukur melalui besarnya
target PAD Kabupaten/Kota pada setiap tahun anggaran.
b. Dana Bagi Hasil (DBH) (X )
Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka presentase untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentraslisasi.
c. Dana Alokasi Umum (DAU) (X )
Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar.
Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26%
(duapuluh enam persen) dari pendapatan dalam negeri neto yang
ditetapkan dalam APBN.
d. Dana Alokasi Khusus (DAK) (X )
Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah
dan sesuai dengan prioritas nasional. Besarnya DAK ditetapkan setiap
tahun dalam APBN dan dialokasikan kepada daerah tertentu untuk
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi yaitu
dengan cara mengumpulkan laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi D. I Yogyakarta dari tahun
2008-2014.
G. Teknik Analisis Data
a. Pengujian Signifikansi Pengaruh
Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji t)
Gujarati (2008: 77) menjelaskan Test-Of-Significance secara garis
besar sebagai berikut:
Pengujian-tingkat penting (Test-Of-Significance) adalah suatu prosedur dengan mana hasil sampel digunakan untuk menguji kebenaran atau kepalsuan suatu hipotesis nol. Ide dasar dibelakang pengujian tingkat penting adalah pengujian atas statistik uji (estimator) dan distribusi sampling statistik seperti itu dalam hipotesis nol. Keputusan untuk menerima atau menolak Ho dibuat atas dasar nilai statistik uji yang diperoleh dari data yang dimiliki.
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
dependen (Ghozali,2006). Dasar untuk pengambilan keputusan dalam
pengujian ini adalah:
H : β = 0, berarti bahwa Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,
Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus tidak berpengaruh terhadap
belanja daerah secara parsial;
HA: β ≠ 0 berarti bahwa Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,
Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap belanja
daerah secara parsial.
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf
signifikansi 5% (α = 0,05) dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
1) t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa
ada pengaruh yang signifikan dari Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus terhadap
belanja daerah secara parsial.
2) t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolah yang berarti bahwa
tidak ada pengaruh yang signifikan dari Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus terhadap
belanja daerah secara parsial.
Selain itu, bisa juga dilakukan dengan melihat p-value dari
masing-masing variabel. Hipotesis diterima apabila p-value < 5% (Ghozali,2006).
b. Analisis Regresi Data Panel
Teknik analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kombinasi antara data silang tempat (cross section) dengan data runtut
waktu (time series). Penelitian ini menggunakan data lima Kabupaten/Kota
di Provinsi D.I. Yogyakarta yang diamati dengan kurun waktu tujuh tahun
pengamatan yaitu tahun 2008-2014.
Menurut Widarjono (2009) metode regresi data panel mempunyai
beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan data time series atau cross
section, yaitu:
1) Data panel yang merupakan gabungan dua data, time series dan cross
section mampu meny