• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN TAKTIS TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN PERMAINAN KASTI:Studi Deskriptif Kualitatif di SDN Sukamandi II Kabupaten Subang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN TAKTIS TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN PERMAINAN KASTI:Studi Deskriptif Kualitatif di SDN Sukamandi II Kabupaten Subang."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

ix

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah………... 6

C. Tujuan Penelitian………... 6

D. Manfaat Penelitian………. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA , KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTEIS PENELITIAN………... 8

I. Kajian Pustaka……… 8

A. Pengertian dan Karakteristik Permainan Bulutangkis………... 8

B. Keterampilan Dasar Bermain Bulutangkis……… 12

C. Teknik Pukulan Servis Panjang atau Tinggi (High Service), Pukulan Lob (Overhead Clear) dan Pukulan Drop (Dropshot……….. 23

D. Raket Standar dan Raket Mini………... 27

E. Penggunaan Raket Ukuran Standar dan Raket Mini terhadap Keterampilan Bulutangkis pada Abak Usia 8-9 Tahun………. 29

II. Kerangka Pemikiran……….. 30

III. Hipotesis Penelitian………. 33

BAB III PROSEDUR PENELITIAN……… 34

A. Metode Penelitian……….. 34

B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian……… 35

C. Desain Penelitian………... 37

D. Definisi Operasional……….. 40

E. Instrumen Penelitian……….. 42

(2)

x

G. Teknik Pengumpulan Data………. 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 55

A. Pengolahan dan Analisis Data………... 55

B. Diskusi Penemuan……….. 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………... 65

A. Kesimpulan………... 65

B. Saran……….. 66

DAFTAR PUSTAKA……….. 67

LAMPIRAN-LAMPIRAN……….. 69

50

(3)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak digemari oleh masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Munculnya klub-klub bulutangkis di Indonesia dapat dijadikan bukti bahwa olahraga ini diminati oleh banyak masyarakat. Olahraga bulutangkis di Indonesia mengalami perkembangan yang semakin pesat, baik dari segi pembinaan maupun dari segi prestasi. Hal ini menjelaskan bahwa semakin banyaknya perkumpulan bulutangkis atau pusat latihan bulutangkis di tiap-tiap daerah yang membina atlet-atlet usia dini dengan harapan akan berprestasi lebih baik. Sejalan dengan perkembangan olahraga bulutangkis, prestasi terbaik merupakan dambaan untuk setiap atlet maupun pelatih. Untuk mencapai hal itu tidaklah mudah dalam mewujudkannya, oleh karena prestasi yang optimal membutuhkan pembinaan dalam waktu yang cukup lama.

(4)

olahraga bulutangkis usia dini mulai banyak bermunculan di daerah-daerah. Dalam upaya pembinaan, keberadaan Diklat bulutangkis menempati posisi penting, karena para pesertanya adalah anak-anak usia sekolah yang merupakan bibit-bibit atau sumber daya manusia yang sangat diharapkan bagi perkembangan prestasi olahraga bulutangkis di masa mendatang.

Apalagi dewasa ini, prestasi perbulutangkisan atlet-atlet Indonesia mengalami penurunan secara signifikan. Terbukti dengan terjadinya kekalahan-kekalahan tim Indonesia di pertandingan internasional secara terus menerus. Oleh karena itu, perlu adanya upaya dalam meningkatkan kualitas perbulutangkisan Indonesia melalui pembinaan usia dini yang lebih baik. Hal tersebut bertujuan untuk menyiapkan atlet-atlet yg berkualitas untuk masa mendatang dari sejak dini.

Pada umumnya, banyak sekali anak-anak di setiap daerah di Indonesia yang menyukai olahraga permainan bulutangkis. Namun untuk usia pemula, berdasarkan pengalaman penulis, banyak sekali anak-anak yang memulai latihan bulutangkis dengan menggunakan raket ukuran standar. Tetapi berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, raket ukuran standar itu sendiri terlalu panjang apabila digunakan oleh anak usia dini, sehingga membatasi gerak atlet usia tersebut dalam menguasai teknik dasar bulutangkis yang pada akhirnya menghasilkan gerakan-gerakan yang kurang maksimal.

(5)

3

Pada tahun 2005, Ivana Lee, mantan ratu bulutangkis Indonesia yang pernah menjuarai berbagai kejuaran dunia telah menginovasi suatu raket yang diperuntukan anak usia dini dengan nama raket mini. Tetapi informasi mengenai inovasi raket mini tersebut kurang meluas sehingga banyak masyarakat umum yang belum mengetahui tentang adanya raket tersebut. Karena itu masih banyak sekali anak usia dini yang menggunakan raket ukuran standar pada waktu bermain bulutangkis, khususnya ketika baru memulai latihan dasar.

Padahal permainan bulutangkis itu sendiri dikenal sebagai permainan yang banyak menggunakan pergelangan tangan. Ukuran raket standar yang terlalu panjang ketika digunakan oleh anak usia 8-9 tahun ketika melakukan pukulan bulutangkis akan menghasilkan lecutan yang kurang maksimal karena beban raket ukuran standar terlalu berat apabila dibandingkan dengan raket mini (raket yang dipendekan). Dalam situs (http://www.bulutangkis.com) yang diunduh pada tanggal 5 Juni 2012, Agus Sudarmawan menuliskan sebagai berikut “olahraga ini membutuhkan power yang

cukup untuk menggerakkan pergelangan tangan saat melakukan pukulan. Singkat kata raket yang dipakai harus membuat sipemakai mudah untuk menggerakkannya”.

Selanjutnya dalam buku biomekanika olahraga Yusuf, dkk (2007:155) mencontohkan suatu kasus sebagai berikut “sebuah barbel yang ringan lebih mudah untuk diangkat daripada barbel yang lebih berat”. Begitupun halnya dengan raket,

(6)

harus membuat sipemakai mudah untuk menggerakannya, yaitu salah satunya adalah dengan cara menggunakan raket mini (raket yang dipendekan).

Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud untuk meneliti tentang perbandingan keterampilan bulutangkis yang menggunakan raket ukuran standar dengan raket mini yang dilakukan oleh anak usia 8-9 tahun. Peneliti hendak meneliti anak usia 8-9 tahun karena usia tersebut dikategorikan sebagai usia permulaan dalam olahraga bulutangkis atau usia dini. Sebagaimana yang telah diadopsi dari Bompa (1986), Yesus dan Trubo (1988), Harsono (1988), Mencek (1978) dalam situs (http://sukses bersamasukarto.blogspot.com/2010/04/oleh-hendro-suwignyo-s.html) yang diunduh pada tanggal 19 September 2012 sebagai berikut :

Tabel 1.1

Spesifikasi Cabang Olahraga Berdasarkan Usia Cabang Olahraga Umur Permulaan

Berolahraga

Spesialisasi Prestasi Puncak

Atletik 10-12 13-14 18-23

Bola basket 8-9 10-12 20-25

Tinju 13-14 15-16 20-25

Balap sepeda 14-15 16-17 21-24

Loncat indah 6-7 8-10 18-22

Anggar 8-9 10-12 20-25

Senam (putri) 6-7 8-10 18-22

Senam (putra) 6-7 12-14 18-24

Dayung 12-14 16-18 22-24

Sepak bola 10-12 14-15 18-24

Renang 3-7 10-12 16-18

Tenis lapangan 8-10 12-14 18-25

Bola voli 11-12 14-15 20-25

Angkat besi 14-15 16-18 21-28

Gulat 13-14 15-16 24-28

(7)

5

Hoki 12-14 16-18 22-25

Sofbal 11-12 16-18 18-24

Panahan 11-12 16-18 20-28

Pencak silat 10-11 15-16 18-22

Bola tangan 12-13 15-16 18-24

Tenis meja 7-8 10-12 18-24

Polo air 12-13 15-16 18-28

Dalam buku Kepelatihan Permainan Bulutangkis, Subarjah (2008:72)

mengungkapkan bahwa “Seseorang sudah dapat memainkan permainan bulutangkis

apabila dapat melakukan beberapa keterampilan dasar yang terdiri dari; servis, lob, dropshot, netting dan smash;”. Dikarenakan penelitian ini mengambil sampel anak usia dini yaitu anak usia 8-9 tahun, maka jenis pukulan bulutangkis yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi hanya pada servis panjang, lob dan dropshot. Pukulan netting dan smash tidak diteliti karena untuk anak usia 8-9 tahun pukulan tersebut masih sulit untuk dilakukan mengingat pukulan netting itu sendiri merupakan pukulan yang memerlukan kecermatan tinggi karena jatuhnya shuttlecock harus sedekat mungkin dengan net, bahkan kalau bisa menyentuh net terlebih dahulu sampai akhirnya jatuh di bidang permainan lawan, sedangkan pukulan smash merupakan pukulan dari atas kepala yang dilakukan dengan sangat keras, cepat dan arah bola yang menukik ke bawah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Widiyanto (2008:41) “Smash atau smes adalah pukulan overhead atau di atas kepala yang

(8)

Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti bermaksud untuk meneliti tentang perbandingan penggunaan raket ukuran standar dengan raket mini (raket yang dipendekan) terhadap keterampilan bulutangkis khususnya servis panjang, lob dan dropshot pada anak usia 8-9 tahun dengan judul “Perbandingan Penggunaan Raket Ukuran Standar Dengan Raket Mini Terhadap Keterampilan Bulutangkis Pada Anak Usia 8-9 Tahun Di PB Garuda Mas Tasikmalaya”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah raket ukuran standar memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun di PB Garuda Mas Tasikmalaya?

2. Apakah raket mini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun di PB Garuda Mas Tasikmalaya?

3. Jenis raket manakah yang memberikan pengaruh lebih baik terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun di PB Garuda Mas Tasikmalaya?

(9)

7

C. Tujuan Penelitian

Penetapan tujuan dalam suatu kegiatan adalah penting sebagai awal untuk kegiatan selanjutnya untuk mencapai tujuan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi tujuannya sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan raket ukuran standar terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun di PB Garuda Mas Tasikmalaya.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan raket mini terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun di PB Garuda Mas Tasikmalaya.

3. Untuk mengetahui penggunaan jenis raket mana yang memberikan pengaruh lebih baik terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun di PB Garuda Mas Tasikmalaya.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoretis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan yang berarti atau sebagai bahan referensi dan rujukan bagi atlet, pelatih, dan pembina di daerah-daerah terhadap pengembangan pendidikan pada umumnya dan cabang olahraga bulutangkis khususnya.

(10)
(11)

36

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan metode untuk memecahkan masalah yang ingin diteliti. Surakhmad (2004: 131) menjelaskan “Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan”. Metode penelitian merupakan suatu cara yang ilmiah dan teratur yang digunakan dalam mendapatkan informasi atau data agar memudahkan untuk mencapai tujuan. Metode penelitian memberikan gambaran kepada peneliti tentang langkah-langkah bagaimana penelitian dilakukan sehingga masalah yang diteliti dapat dipecahkan.

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen. Metode tersebut merupakan rangkaian kegiatan percobaan dengan tujuan untuk menyelidiki sesuatu hal atau masalah sehingga diperoleh data-data yang mampu memberikan makna dari penelitian yang dilakukan. Mengenai metode

eksperimen, Surakhmad (2004:149) menjelaskan bahwa eksperimen “ialah

mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat sesuatu hasil. Hasil itu yang menegaskan bagaimanakah kedudukan perhubungan kausal antara variabel-varabel

yang diselidiki”.

(12)

ukuran standar dengan raket mini, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil pukulan bulutangkis.

B. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di Gor Bulutangkis Susi Susanti yang berada di pusat Kota Tasikmalaya.

2. Populasi Penelitian

Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau obyek yang merupakan sifat-sifat umum. Sudjana (1992:6) menjelaskan bahwa “Totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya, dinamakan populasi”. Sedangkan menurut Arikunto (2010:173) “populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian”. Maka dari penjelasan para ahli tersebut, penulis menetapkan populasi

(13)

38

3. Sampel Penelitian

Sebagian yang diambil dari populasi disebut sampel penelitian. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Surakhmad (2004:93) sebagai berikut :

Karena tidak mungkinnya penyelidikan selalu langsung menyelidiki segenap populasi, -padahal tujuan penyelidikan adalah menemukan generalisasi yang berlaku secara umum-, maka seringkali penyelidik terpaksa mempergunakan sebahagian saja dari populasi, yakni sebuah sampel, yang dipandang representatif terhadap populasi itu.

Sedangkan menurut Arikunto (2010:174) mengungkapkan bahwa “Sampel

adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Dalam penelitian ini, mengingat

(14)

menentukan urutan dari rangking 1-10. Rangking diperoleh dari data yang disediakan oleh pelatih PB Garuda Mas. Kemudian pembagiannya sebagai berikut:

Tabel 3.1.

Teknik Pembagian Kelompok

KELOMPOK A KELOMPOK B

1 2

4 3

5 6

8 7

9 10

C. Desain Penelitian

Dalam suatu penelitian perlu adanya suatu desain penelitian yang sesuai dengan variabel-variabel yang terkandung dalam tujuan hipotesis penelitian untuk diuji kebenarannya. Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian. Mengenai desain penelitian yang digunakan, peneliti menggambarkannya dalam pola sebagai berikut:

E1 O1 X1 O2 E2 O3 X2 O4

(15)

40

Keterangan :

E1 : Kelompok eksperimen 1. E2 : Kelompok eksperimen 2.

X1 : Treatment dengan menggunakan raket ukuran standar. X2 : Treatment dengan menggunakan raket mini.

O1 dan O3 : Tes awal atau observasi awal. O2 dan O4 : Tes akhir atau observasi akhir.

Adapun langkah-langkah penelitiannya penulis deskripsikan dalam bentuk

Gambar 3.2 seperti yang di bawah ini.

Gambar 3. 2

Langkah-langkah Penelitian Sampel

Tes awal/Tes Kerampilan Bulutangkis khususnya servis panjang,lob dan dropshot

Treatment/Latihan dengan Menggunakan Raket Ukuran

Standar

Treatment/Latihan dengan Menggunakan Raket Mini

Tes akhir/Tes Kerampilan Bulutangkis khususnya servis panjang,lob dan dropshot

Analisis Data

(16)

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang pengertiannya perlu penulis jelaskan lebih lanjut, agar dapat dipahami dan dapat menghindari salah penafsiran. Di bawah ini dijelaskan istilah-istilah yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

1. Raket. Menurut Poole (2011:138) adalah “alat yang dipegang dalam tangan pemain, dan digunakan untuk memukul shuttle”. Menurut Subarjah, dkk

(2008:102) adalah “alat pemukul atau raket yang dibuat dari bahan metal,

berbentuk lingkaran dan dijalin dengan senar plastik”.

Ukuran adalah 1 hasil mengukur; 2 cak alat untuk mengukur, misalnya penggaris, meteran; jengkal; 3 ki norma; 4 panjang, lebar, luas, besar satuan; format; 5 bilangan yang menunjukan besar ukuran suatu benda, (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 2001:649).

Standar adalah 1 ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan; 2 ukuran atau tingkat biaya hidup; 3 sesuatu yang dianggap tetap nilainya sehingga dapat dipakai sebagi ukuran nilai atau harga; 4 baku, (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 2001:572).

Mini adalah bentuk terikat; berukuran kecil; berdimensi kecil, (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 2001:345).

(17)

42

menyatakan bahwa ”ukuran panjang keseluruhan kerangka raket standar tidak

boleh melebihi 680 mm dan lebarnya tidak boleh melebihi 230 mm”.

Raket Mini yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah raket kecil atau raket yang dipendekan bagian batangnya kurang lebih 10 cm. Dalam situs (http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/006/01/09/OR/mbm.20060109. OR117814.id.html), Yuliati, dkk mengemukakan raket mini sebagai berikut

“Panjang alat pemukul ini 57,5 sentimeter, lebih kecil dibandingkan dengan

raket orang dewasa, …raket standar berukuran 67,5 sentimeter”. Disebut raket

mini karena kata tersebut diambil dari konsep badminton mini yang disodorkan oleh Ivana Lie.

2. Keterampilan. Menurut Kamus Bahasa Indonesia dalam situs (http://kamusbahasaindonesia.org/keterampilan/mirip#ixzz2IiIi9PLo) adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas.

Bulutangkis. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2001:64) adalah permainan yang dimainkan dengan memakai raket. Sedangkan definisi bulutangkis dalam situs (http://id.wikipedia.org/wiki/Bulu_tangkis) adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang (untuk tunggal) atau dua pasangan

(untuk ganda) yang saling berlawanan.

(18)

gerakan sampai akhir yang meliputi cara memegang raket, posisi siap, footwork dan strokes/pukulan) khususnya servis panjang, lob dan dropshot.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan suatu alat yang digunakan dalam penelitian. Hal ini diperjelas oleh Arikunto (2010:203) bahwa instrumen penelitian adalah “alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah”. Terdapat jenis-jenis metode atau instrumen

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian, dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode tes. “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat

lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. (Arikunto, 2010:193).

Untuk tercapainya keberhasilan dalam penelitian, maka diperlukan alat ukur untuk mendapatkan data. Nurhasan dan Cholil (2007:5) mengemukakan bahwa

“pengukuran adalah proses pengumpulan data/informasi dari suatu subyek tertentu,

dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur”. Alat ukur yang digunakan

(19)

44

tangkis yang telah digunakan pada anak usia 8-12 tahun dengan validitas yaitu validitas isi dan reliabilitas sebesar 0,68.

Adapun beberapa item tes tersebut diantaranya adalah dengan menggunakan teknik observasi yang bertujuan untuk mengamati aspek-aspek yang ingin diteliti. Adapun jenis observasi yang digunakan adalah observasi sistematis, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat (ahli) yang dilakukan oleh tiga observer yang kompeten di bidang bulutangkis, dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan yang diamati melalui penampilannya dengan memperagakan keterampilan bermain bulutangkis yang meliputi; penempatan posisi, gerakan kaki, serta keterampilan memukul shuttlecock. Kriteria tes tersebut mempunyai tiga kategori yang akan diobservasikan, yaitu :

Baik (B) diberikan skor 3,

Cukup (C) diberikan skor 2, dan

Kurang (K) diberikan skor 1.

(20)

Tabel 3.2

Kisi-kisi Indikator Keterampilan Bermain Bulutangkis

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR PENILAIAN

1 2 3

Sumber : Subarjah yang dikutip oleh Benni dalam skripsi Krismayaddi (2011:59)

Tabel 3.3

Cara Pelaksaan Tes Keterampilan Bermain Bulutangkis

Subjek Penyaji

a) Melakukan servis pada kotak servis

-

b) Melakukan pukulan lob Menyajikan shuttlecock melambung tinggi ke belakang

c) Melakukan pukulan drive Menyajikan shuttlecock mendatar ke sebelah kanan lapangan

d) Melakukan pukulan dropshot Menyajikan shuttlecock melambung tinggi ke belakang

e) Melakukan netting Menaruh shuttlecock di depan net

f) Melakukan smash Menyajikan shuttlecock mendatar ke sebelah kanan lapangan

Sumber : Subarjah yang dikutip oleh Benni dalam skripsi (Krismayaddi (2011:59)

(21)

46

servis panjang, lob dan dropshot yang dapat disimpulkan seperti dalam tabel 3.4, 3.5 di bawah ini :

Tabel 3.4

Kisi-kisi Indikator Keterampilan Bermain Bulutangkis

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR PENILAIAN

1 2 3

(22)

Tabel 3.5

Cara Pelaksaan Tes Keterampilan Bermain Bulutangkis

Subjek Penyaji

a) Melakukan servis panjang pada kotak servis

-

b) Melakukan pukulan lob Menyajikan shuttlecock melambung tinggi ke belakang

c) Melakukan pukulan dropshot Menyajikan shuttlecock melambung tinggi ke belakang

Berdasarkan uraian di atas, maka urutan gerak memukul yang dilakukan oleh testee adalah servis panjang, lob, dan dropshot. Kriteria penilaian oleh masing-masing

juri dilakukan seperti dalam skripsi Krismayaddi (2011:60) sebagai berikut :

1. Penilaian Posisi Badan

Nilai 3 : Apabila posisi badan selalu kembali ke tengah dengan cepat setelah memukul, dan posisi badan sesuai dengan arah pukulan.

Nilai 2 : Apabila posisi badan terlambat ke tengah setelah memukul, dan posisi badan kurang sesuai dengan pukulan.

Nilai 1 : Apabila posisi badan tidak kembali ke tengah setelah memukul, dan posisi badan tidak sesuai dengan arah pukulan.

2. Penilaian Gerakan Kaki

Nilai 3 : Apabila pergerakan kaki dilakukan dengan baik dan luwes, mulai dari gerakan awal, saat pergerakan dan gerak akhir

Nilai 2 : Apabila pergerakan kaki dilakukan kurang baik dan tidak luwes, mulai dari gerakan awal, saat pergerakan dan gerak akhir

Nilai 1 : Apabila pergerakan kaki dilakukan tidak baik dan kaku, mulai dari gerakan awal, saat pergerakan dan gerak akhir.

3. Penilaian Teknik Long Servis

Nilai 3 : Apabila gerakan memukul shuttlecock dilakukan dengan baik dan luwes, arah shuttlecock melambung tinggi dan masuk ke bagian belakang daerah permainan lawan.

Nilai 2 : Apabila gerakan memukul shuttlecock dilakukan dengan cukup baik tetapi kurang luwes, arah shuttlecock kurang melambung tinggi dan masuk ke tengah lapangan permainan lawan.

(23)

48

4. Penilaian Teknik Memukul Lob

Nilai 3 : Apabila gerakan memukul shuttlecock dilakukan dengan baik dan luwes, arah shuttlecock melambung tinggi dan masuk ke bagian belakang daerah permainan lawan bagian belakang.

Nilai 2 : Apabila gerakan memukul shuttlecock dilakukan cukup baik tetapi kurang luwes, arah shuttlecock kurang melambung tinggi dan masuk ke tengah lapangan permainan lawan.

Nilai 1 : Apabila gerakan memukul shuttlecock dilakukan dengan kurang baik, arah shuttlecock tidak melambung atau kebawah, atau tidak masuk ke bagian belakang permainan lawan.

5. Penilaian Teknik Memukul Dropshot

Nilai 3: Apabila gerakan memukul shuttlecock dilakukan dengan baik dan luwes, arah shuttlecock mendekati atas netdan jatuh didepan net, dan masuk ke bagian depan lapangan lawan.

Nilai 2 : Apabila gerakan memukul shuttlecock dilakukan cukup baik tetapi kurang luwes, arah shuttlecock jatuh didepan net melewati garis servis pendek pada lapangan permaian lawan.

Nilai 1 : Apabila gerakan memukul shuttlecock dilakukan kurang baik dan kaku, arah shuttlecock tidak mendekati atas net dan tidak melewati net atau keluar lapangan permainan lawan.

F. Program Latihan

Lamanya masa latihan menjadi suatu hal yang penting dan akan berpengaruh terhadap suatu hasil yang diperoleh. Penulis menetapkan batas waktu untuk penelitian adalah 8 minggu, dengan 3 kali pertemuan dalam tiap minggunya sehingga total adalah 24 kali pertemuan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Harsono

(1988:235) bahwa “Agar dapat mencapai hasil-hasil yang positif dan efektif dan agar

hasil-hasil tersebut dapat bermanfaat kelak dalam musim-musim berikutnya, maka latihan dalam musim ini bisa berlangsung antara 8 sampai 10 minggu”. Kemudian Bompa (1991:86) yang dikutip dalam skripi Didin Abidin (2000:46) menyatakan

„During this time athletes should train 3-5 times per week depending on their level of

(24)

seminggu, tergantung dari tingkat kebutuhannya sebagai atlet dalam olahraga. Latihan dilaksanakan 3 kali dalam semingu di lapangan bulutangkis Susi Susanti Tasikmalaya yaitu pada hari Senin, Rabu dan Jum‟at jam 14.00 sampai 16:00. Adapun contoh program latihan yang akan penulis terapkan adalah sebagai berikut :

PROGRAM LATIHAN BULUTANGKIS ANAK USIA 8-9 TAHUN Pertemuan ke- : 2

Hari/Tanggal : Senin/29 Oktober 2012

Pukul : 14.00-16.00 WIB

No

Jenis Kegiatan

Waktu Latihan dengan menggunakan raket

ukuran standar

Latihan dengan menggunakan raket mini

- Belajar dasar pukulan ditempat tanpa shuttlecock 10 x 10 - Dasar pukulan di tempat

dengan menggunakan shuttlecock 10 x 10  Istirahat kiri 10 pukulan x 5

Inti:

 Dasar

- Belajar cara memegang raket yang benar.

- Belajar dasar pukulan ditempat tanpa shuttlecock 10 x 10 - Dasar pukulan di tempat

dengan menggunakan shuttlecock 10 x 10  Istirahat kiri 10 pukulan x 5

(25)

50

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengolah data yang merupakan skor-skor mentah dari hasil tes awal dan tes akhir, perlu adanya pengolahan secara statistik. Rumus-rumus yang

digunakan dikutip dari buku “Metode Statistik” karangan Sudjana. Langkah-langkah

pengolahan data dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Menghitung Nilai Rata-rata

Dengan pendekatan rumus:

= “Sigma” yang berarti jumlah.

2. Mencari Simpangan Baku

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

(26)

3. Mencari Varians

Pendekatan statistik yang digunakan:

n

2

1

X - (

X1)2

n(n-1)

4. Uji Normalitas

Untuk menguji normalitas kedua kelompok sampel, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan. Adapun langkah-langkah pengujian yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Menyusun data hasil pengamatan yang dimulai dari nilai pengamatan yang paling kecil sampai nilai pengamatan yang paling besar.

b. Untuk semua nilai pengamatan dijadikan angka baku Z dengan pendekatan Z

skor, yaitu :

S X X Z

__

1

c. Untuk tiap bilangan ini, menggunakan daftar distribusi normal baku (tabel distribusi Z). Kemudian hitung peluang dari masing-masing nilai Z (Fzi) dengan ketentuan jika nila Z negatif, maka dalam menentukan Fzi-nya adalah 0,5-luas daerah distribusi Z pada tabel.

d. Menentukan proporsi masing-masing nilai Z (Szi) dengan cara melihat kedudukan nila Z pada nomor urut sampel yang kemudian dibagi dengan banyaknya sampel.

e. Hitung selisih antara F(zi) – S (zi) dan tentukan harga mutlaknya.

2

(27)

52

f. Ambilah harga mutlak yang paling besar diantara harga mutlak seluruh sampel yang ada dan berilah symbol Lo.

g. Dengan bantuan tabel nilai Kritis L untuk uji Liliefors, maka tentukanlah nilai L.

h. Bandingkanlah nilai L tersebut dengan nilai Lo untuk mengetahui diterima atau ditolak hipotesisnya dengan kriteria :

- Terima Ho jika Lo < L α = Normal - Tolak Ho jika Lo > L α = Tidak Normal 5. Uji Homogenitas

Dalam menguji homogen atau tidaknya data yang diperoleh dari 2 variansi, peneliti melakukan pendekatan Uji Kesamaan Dua Variansi, dengan formulasi rumus sebagai berikut :

il VariansKec

ar VariansBes F

6. Pengujian Hipotesis (Uji Signifikansi Kedua Kelompok)

Adapun langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

a. 1) Ho : B = 0, penggunaan raket ukuran standar tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun.

H1 : B ≠ 0, penggunaan raket ukuran standar memberikan pengaruh yang

(28)

2) Ho : B = 0, penggunaan raket mini tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun.

H1 : B ≠ 0, penggunaan raket mini memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun. b. Rumus :

_ _

B

SB/√n

Keterangan:

t : nilai kritis untuk uji signifikansi beda. B : Rata-rata beda

SB : Simpangan baku beda n : Jumlah sampel

c. Terima Ho jika : -t

(1-2

1 α)(dk=n-1) < t<

(1-2

1 α) (dk=n-1)

α = 0,05

7. Uji Signifikansi (dua rata-rata satu pihak) a. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah :

Ho : µ1 = µ2, Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

penggunaan raket ukuran standar dengan raket mini terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun.

(29)

54

H1 : µ1 > µ2, Penggunaan raket mini pengaruhnya lebih signifikan

terhadap keterampilan bulutangkis anak usia 8-9 tahun dibandingkan dengan penggunaan raket ukuran standar. b. Oleh karena hipotesis yang penulis ajukan sudah mengunggulkan salah

satu kelompok eksperimen (uji satu pihak). Adapun pendekatan rumus yang digunakan menurut Nurhasan, dkk (2008:152) :

2

c. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesisnya :

(30)

66 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data yang telah dilakukan pada Bab IV, maka penulis menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebagai berikut:

1.Penggunaan raket standar memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun di PB Garuda Mas Tasikmalaya.

2.Penggunaan raket mini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan bulutangkis pada anak usia 8-9 tahun di PB Garuda Mas Tasikmalaya.

(31)

67

B. Saran

1. Raket mini dapat digunakan oleh anak usia dini pada saat benar-benar mengawali latihan bulutangkis. Dengan tujuan untuk mengatasi beban raket ketika diayun sehingga menghasilkan terknik pukulan bulutangkis (gerakan dari awal sampai akhir) yang baik, serta membiasakan diri dalam melakukan gerak dasar bulutangkis tersebut dengan baik.

2. Raket ukuran standar dapat diberikan setelah anak memiliki kekuatan lengan yang memadai untuk berlatih dengan menggunakan raket ukuran standar yang memiliki beban lebih besar dari raket mini, serta setelah anak usia dini tersebut menguasai teknik dasar bulutangkis dengan baik (seiring dengan tumbuh kembangnya anak itu sendiri). Dengan tujuan untuk membiasakan diri dengan menggunakan raket ukuran standar tersebut.

(32)

68

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Abidin, Didin. (2000). Dampak Peragaan Teknik Shooting Dari Pelatih Dibanding Dengan Latihan Konsentrasi Terhadap Hasil Tembakan Hukuman Dalam Olahraga Bola Basket (Studi Eksperimen Pada mahasisiwa FPOK UPI Bandung). Bandung: tidak diterbitkan.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta: CV Tambak Kusum.

Hidayat, Imam. (1998). Biomekanika. Bandung: CV Andhira.

Mahendra, Agus. (2007). Modul Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK UPI.

Kamajaya. (2007). Cerdas Belajar Fisika. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Krismayaddi. (2011). Hubungan Antara Sikap Latihan Dan Motivasi Latihan Dengan Hasil Belajar Keterampilan Bermain Bulutangkis (Studi Deskriptif Usia 8-12 Tahun Di Sekolah Bulutangkis Ciamis). Skripsi S1 IKOR UPI Bandung: tidak diterbitkan

No Name. [Online]. Tersedia:http.//dc244.4shared.com/doc/ GvK3Qy44c/preview. html. [Diunduh pada tanggal 28 September 2012]

No Name. [Online]. Tersedia: http://azamihsan87.blogspot.com/2013/01/c-peraturan-permainan-perwasitandan. html. [Diunduh pada tanggal 8 Februari 2013] No Name. [Online]. Tersedia: http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=modul%20

permainan%20kepelatihan%20bulutangkis&source=web&cd=1&cad=rja&ve d=0CDIQFjAA&url. [Diunduh pada tanggal 8 Februari 2013]

(33)

69

No Name. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Bulu_tangkis [Diunduh pada tanggal 22 januari dan 8 Februari 2013]

No Name. [Online]. Tersedia: http://kamusbahasaindonesia.org/keterampilan/mirip #ixzz2IiIi9PLo [Diunduh pada tanggal 22 januari 2013]

No Name. (2005). [Online]. Tersedia:http://www.merdeka.com/ olahraga/ lain- lain/ivanalie-sodorkan-konsep-badmini-untuk-bulutangkis-di-indonesia-h1f4q10. html [Diunduh pada tanggal 19 September 2012]

Nurhasan, H., Cholil, D.H. (2007). Modul Tes Dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: FPOK UPI.

Nurhasan, H., Cholil, D.H., dan Hidayah, N. (2008). Modul Mata Kuliah Statistik. Bandung: FPOK UPI.

Poole, James. (2011). Belajar Bulutangkis. Bandung: Pionir Jaya.

Subarjah, H., Satriya., dan Hidayat, Y. (2008). Modul Kepelatihan Permainan Bulutangkis. Bandung: FPOK-UPI.

Sudarmawan, Agus. (2010). Tersedia: [Online] http://www. bulutangkis.com [5 Juni 2012]

Sudjana. (1992). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sukarto. (2010). [Online] http://suksesbersamasukarto.blog spot.com/2010/04/oleh-hendro-suwignyo-s.html [Diunduh pada tanggal 19 September 2012]

Sunaryadi, Yadi. (2008). Analisis Mekanika Cabang Olahraga. Bandung: FPOK UPI. Supiyanto. (2004). Fisika SMA. Jakarta: Erlangga.

Surakhmad, Winarno. (2004). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metoda Teknik. Bandung: Tarsito.

Surayin. (2001). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: Yramada Widya. Widiyanto. (2008). Bulutangkis. Jakarta: Ganeca Exact.

(34)

Gambar

Tabel 1.1 Spesifikasi Cabang Olahraga Berdasarkan Usia
gambaran kepada peneliti tentang langkah-langkah bagaimana penelitian dilakukan
Tabel 3.1.
Gambar 3.2 seperti yang di bawah ini.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk memaparkan tata laksana odontektomi pada gigi molar ketiga mandibula yang impaksi ektopik dengan kista

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu: Melakukan pembuatan knalpot untuk di uji jatuh bebas dengan menggunakan komposit polyester resin tak jenuh

Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Wilayah. Telkom Jabar Barat Utara

Oleh karena itu guna mempermudah peserta didik dalam pembelajaran menulis kalimat sederhana bahasa Jepang, diperlukan sebuah pendekatan yang menarik dan interaktif,

Website ini dibuat untuk memberikan informasi yang ditujukan kepada masyarakat yang ingin mempelajari, mengolah dan memanipulasi gambar / foto menjadi lebih baik menggunakan

Sistem ini dibuat untuk merancang bangun sistem informasi perpustakaan pada SMAK Untung Suropati Sidoarjo secara terkomputerisasi sehingga dapat memperoleh informasi

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini melihat pelaksanaan program PNPM pada komunitas nelayan untuk mengetahui sejauhmana partisipasi masyarakat khususnya

focuses on the true meaning of Rezső Seress’ Gloomy Sunday as portrayed in the words of the song through formalist approach and psychological