• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI TERHADAP PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MATEMATIK DAN DAYA REPRESENTASI PADA SISWA SLTP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN PEMBELAJARAN DISKURSUS MULTI REPRESENTASI TERHADAP PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MATEMATIK DAN DAYA REPRESENTASI PADA SISWA SLTP."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

xi DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN ……… ii

PERNYATAAN ……… iii

ABSTRAK ………. iv

ABSTRACT ……….. v

UCAPAN TERIMA KASIH ……… vi

PERSEMBAHAN ………. viii

KATA PENGANTAR ………... ix

DAFTAR ISI ………. xi

DAFTAR TABEL ………. xiii

DAFTAR DIAGRAM ………... xv

DAFTAR LAMPIRAN ………... xvii

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Rumusan Masalah ……… 10

C. Tujuan Penelitian …. ………. 12

D. Manfaat Penelitian ….……… 13

BAB II STUDI LITERATUR ………. 16

A. Pengertian Representasi dalam Matematika ……… 16

B. Representasi Sebagai Aktivitas Matematika ……… 22

C. Representasi dalam Pandangan Vygotsky ………... 32

D. Representasi dan Pemecahan Masalah ………. 43

E. Diskursus dalam Pembelajaran Matematika ……… 51

F. Penilaian Hasil Belajar Matematika ……… 63

G. Penelitian Tentang Representasi ……….. 77

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN ……….. 87

A. Hipotesis Peneltian ………... 87

(2)

xii

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……….. 90

D. Populasi dan Sampel Penelitian ………... 93

E. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ……….. 95

F. Prosedur Penelitian ……….. 104

G. Prosedur Analisis Data ……… 105

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 108

A. Analisis Kemampuan Dasar Matematika Siswa ………….. 108

B. Analisis Kemampuan Matematik dan Daya Representasi … 116

C. Analisis Pengaruh Pembelajaran dan Tingkat Kemampuan terhadap Kemampuan Matematik dan Daya Representasi Siswa ……… 121

D. Analisis Pengaruh Perlakuan terhadap Aspek Kemampuan Matematik ……… 126

E. Analisis Pengaruh Perlakuan terhadap Komponen Daya Representasi ………. 132

F. Analisis Perolehan Kemampuan Matematik dan Daya Representasi ………. 137

G. Respon Siswa terhadap Pembelajaran ………. 140

H. Analisis Pembelajaran ………. 165

I. Pembahasan ………...………. 177

BAB V KESIMPULAN, DALIL, KETERBATASAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 189 A. Kesimpulan ………... 189

B. Dalil ……… ………. 194

C. Keterbatasan ……….. 195

D. Implikasi dan Rekomendasi ………. 196

DAFTAR PUSTAKA ……… 198

LAMPIRAN-LAMPIRAN ………... 204

(3)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Proses Translasi (Translation Processes) ………….………. 27 Tabel 2 Tingkatan dalam Representasi Kognitif ……….…… 42 Tabel 3 Kriteria Penskoran Jawaban Tipe Konvergen ………... 74 Tabel 4 Kriteria Umum Penskoran Tipe Jawaban Terbuka ………… 75 Tabel 5 Skor Rata-Rata Tes Kemampuan Dasar Matematika ……….. 110 Tabel 6 Rekapitulasi Uji Normalitas Kemampuan Dasar

Matematika ………. ………. 112 Tabel 7 Rekapitulasi Uji Perbedaan Rata-Rata Kemampuan Dasar

Matematika ……..….……….. 116 Tabel 8 Skor Rata-Rata Tes Awal, Tes Akhir, dan Perolehan ………. 117 Tabel 9 Rangkuman Uji Normalitas Tes Awal, Tes Akhir dan

Perolehan ……….………..….. 119 Tabel 10 Rangkuman Uji Perbedaan Rata-Rata Tes Awal, Tes Akhir

dan Perolehan ………. 120 Tabel 11 Skor Rata-Rata Hasil Belajar Kemampuan Matematik

dan Daya Representasi ………... 122 Tabel 12 Skor Rata-Rata dan Diagram Interaksi Aspek

Kemampuan Matematik ……… …… 127 Tabel 13 Skor Rata-Rata dan Diagram Interaksi Komponen

Daya Representasi ………..…. 133 Tabel 14 Skor Rata-Rata Perolehan Hasil Belajar Kemampuan

(4)

xiv

Tabel 21 Cara Penyelesaian Persamaan Garis dan SPLDP yang

Dikenal Siswa ……… 149 Tabel 22 Cara Penyelesaian Persamaan Garis dan SPLDP yang

Disukai Siswa ………. 150 Tabel 23 Hasil Observasi Pembelajaran Diskursus Multi

Representasi ……… 170 Tabel 24 Hasil Observasi Pembelajaran Klasikal Multi

(5)

xv

DAFTAR DIAGRAM

Halaman Diagram 1 Representasi Siswa dari Hasil Menduakalikan Ukuran

Panjang Sisi-Sisi Persegipanjang ……… 22 Diagram 2 Teori Belajar Materi Visual dan Verbal .. 26 Diagram 3 Tipe Representasi menurut Lesh, Post & Behr ….…... 29 Diagram 4 Representasi menurut Pandangan Piaget & Vygotsky ... 36 Diagram 5 Daerah Perkembangan Kognitif menurut Vygotsky…... 37 Diagram 6 Model Representasi Kognitif ………. 40 Diagram 7 Pola Interaksi antara Aktivitas Solver’s dan

Representasi Problem ………..………… 48 Diagram 8 Kerangka Penilaian Dimensi Matematik …..………. 66 Diagram 9 Prosedur Penelitian .………... 106 Diagram 10 Skor Rata-Rata Tes Kemampuan Dasar Matematika … 110 Diagram 11 Skor Rata-Rata Tes Awal, Tes Akhir, dan Perolehan….. 117 Diagram 12 Skor Rata-Rata Hasil Belajar Kemampuan

Matematik dan Daya Representasi ………... 123 Diagram 13 Interaksi antara Bentuk Pembelajaran dan Tingkat

Kemampuan …..……….……. 123 Diagram 14 Skor Rata-Rata Perolehan Hasil Belajar Kemampuan

Matematik dan Daya Representasi ………….……….. 138 Diagram 15 Interaksi antara Pembelajaran dan Tingkat

(6)

xvi

Diagram 22 Cara Penyelesaian Persamaan Garis dan SPLDP yang

Dikenal Siswa ……… 149 Diagram 23 Cara Penyelesaian Persamaan Garis dan SPLDP yang

Disukai Siswa ……… 150 Diagram 24 Perkembangan Proses Pembelajaran oleh Guru pada

Kelompok Eksperimen-1 ..………. 171 Diagram 25 Perkembangan Proses Pembelajaran oleh Guru pada

(7)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A 204

Lampiran A-1 Daftar Sampel Penelitian ………. 205 Lampiran A-2 Uji Normalitas Distribusi Sampel ……… 208 Lampiran A-3 Sampel Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan ………... 212 Lampiran A-4 Daftar Sampel Eksperimen-1 dalam Bentuk Kelompok ….. 214

Lampiran B 215

Lampiran B-1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Dasar ……….. 216 Lampiran B-2 Uji Reliabilitas Tes Kemampuan Dasar Matematika …….. 219 Lampiran B-3 Penyempurnaan Perangkat Tes ……… 224 Lampiran B-4 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Matematika ………. 236 Lampiran B-5 Contoh Rekapitulasi Penilaian Tes Hasil Belajar

Matematika oleh Guru ……….. 237 Lampiran B-6 Analisis Reliabilitas antar Penimbang ………... 239 Lampiran B-7 Analisis Koefisien Reliabilitas Tes Hasil Belajar

Matematika ………. 244 Lampiran B-8 Penyempurnaan Tes Hasil Belajar Matematika ………….. 246 Lampiran B-9 Model Satuan Pelajaran dan Contoh Rencana Pelajaran

untuk Kelompok Eksperimen-1 ……….

260 Lampiran B-10 Tahapan Pembelajaran dan Contoh Rencana Pelajaran

untuk Kelompok Eksperimen-2 ……….. 270 Lampiran B-11 Tahapan Pembelajaran dan Contoh Rencana Pelajaran

untuk Kelompok Kontrol ……… 278 Lampiran B-12 Pedoman Observasi Pembelajaran Diskursus Multi

(8)

xviii

Lampiran C 287

Lampiran C-1 Ringkasan Statistik Deskriptif dan Analisis Normalitas

Skor Kemampuan Dasar Matematika Siswa ……… 288 Lampiran C-2 Uji Perbedaan Rata-rata Skor Kemampuan Dasar

Berdasarkan Tingkat Kemampuan ……… 290 Lampiran C-3 Sebaran Skor Tes Awal dan Tes Akhir ………... 291

Lampiran D 294

Lampiran D-1 Ringkasan Ukuran Statistik dan Histogram Tes Hasil Belajar Kelompok Eksperimen-1, Eksperimen-2 dan

Kontrol ………. 295 Lampiran D-2 Uji Normalitas Distribusi (Uji Kay Kuadrat) Tes Hasil

Belajar Kelompok Eksperimen-1, Eksperimen-2 dan

Kontrol ……… ……… 298 Lampiran D-3 Uji Homogenitas Berdasarkan Skor Tes Hasil Belajar

(Menggunakan Uji Bartlett)………. ……… 301 Lampiran D-4 Uji Anova Dua-Jalur Data-Data Penelitian ….……… 304 Lampiran D-5 Uji Anova Satu-Jalur dan Uji Scheffe

Data-Data Penelitian ………. ………..……… 308 Lampiran D-6 Rekapitulasi Sebaran Jawaban Angket ………. 312 Lampiran D-7 Jadwal Kegiatan Penelitian dan Hasil Observasi

(9)

Bab I : Pendahuluan

BAB I

PENDAHULUAN

Sasaran pembelajaran matematika, di antaranya adalah mengembangkan

kemampuan siswa dalam berfikir secara matematika (think mathematically). Pengembangan kemampuan ini sangat diperlukan agar siswa lebih memahami konsep yang dipelajari dan dapat menerapkannya dalam berbagai situasi. Sedangkan pemahaman konsep matematika berkaitan erat dengan daya matematika yang salah satunya adalah daya representasi, baik dalam bentuk internal maupun eksternal. Oleh karena itu untuk menggali informasi lebih lanjut, penelitian ini berusaha mengungkap upaya pengembangan kemampuan matematik dan daya representasi siswa melalui pembelajaran matematik yang dilakukan guru. Pembelajaran matematika yang dimaksud adalah bentuk pembelajaran diskursus (discourse) multi representasi, yaitu suatu pembelajaran yang menekankan pada pemanfaatan multi representasi dalam seting kelas berbentuk diskursus. Sebagai langkah awal, pada bagian pendahuluan dari penelitian ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

(10)

Bab I : Pendahuluan

2

berbeda dalam pembelajaran. Sebagai contoh dalam Curriculum and Evaluation

Standard (NCTM, 1989, h.26), representasi hanya merupakan bagian kecil dari salah

satu bagian Standard Mathematics as Communication. Namun pada tahun 2000 the

National Council of Teachers of Mathematics, memutuskan bahwa representasi

memiliki kedudukan yang sama, yaitu sebagai “a new process standard” setara dengan yang lainnya (Luitel, 2001).

Dalam Principles and Standards for School Mathematics tahun 2000 diungkapkan bahwa terdapat lima standar yang mendeskripsikan keterkaitan pemahaman matematika dan kompetensi matematika yang hendaknya siswa ketahui dan dapat dilakukan. Pemahaman, pengetahuan dan keterampilan yang perlu dimiliki siswa tercakup dalam standar proses yang meliputi: problem solving, reasoning and

proof, communication, connections, and representation (NCTM, 2000, h.29).

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan representasi matematika siswa yang selama ini dianggap hanya merupakan bagian kecil sasaran pembelajaran, dan tersebar dalam berbagai materi matematika yang dipelajari siswa, ternyata dapat dipandang sebagai suatu proses yang fundamental untuk mengembangkan kemampuan berfikir matematika siswa dan sejajar dengan komponen-komponen proses lainnya.

(11)

Bab I : Pendahuluan

3

representasi, namun adakalanya ide matematika tersebut dapat diungkapkan dalam berbagai representasi (Hiebert & Carpenter, 1992, h.66).

Meskipun representasi telah dinyatakan sebagai salah satu standar proses yang harus dicapai oleh siswa melalui pembelajaran matematika, pelaksanaannya bukan hal sederhana. Keterbatasan pengetahuan guru dan kebiasaan siswa belajar di kelas dengan cara konvensional belum memungkinkan untuk menumbuhkan atau mengembangkan daya representasi siswa secara optimal. Sebagai contoh, berikut ini disajikan gambaran pemanfaatan kemampuan representasi siswa yang diperoleh dari hasil studi pendahuluan (Hudiono, 2002) di mana siswa mengerjakan soal matematika yang berkaitan dengan representasi yang di antaranya sebagai berikut:

Sebuah persegi dengan keliling 100 meter, dibagi menjadi empat bagian persegi

yang sama. Benarkah keliling persegi yang kecil seperempat dari keliling

persegi semula? Jelaskan jawabanmu dan gunakan gambar untuk memperjelas

tahapan yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.

Dari 44 siswa klas 2 SLTP Negeri diperoleh respon sebagai berikut:

1. Enam siswa menjawab benar. Langkah yang dilakukan adalah menggambar persegi yang diminta, dan menyimpulkannya dengan perhitungan, seperti berikut ini.

Keliling = 12,5 + 12,5 + 12,5 + 12,5 = 50

(12)

Bab I : Pendahuluan

4

2. Siswa yang lainnya menjawab salah yang terbagi dalam dua katagori, yaitu: 28 siswa membagi persegi menjadi empat diikuti dengan perhitungan 100 : 4 = 25; dan 10 siswa memberikan jawaban yang kurang logis seperti menggambar kubus atau memberikan alasan dengan kalimat yang tidak tepat.

Respon siswa tersebut menunjukkan, bahwa meskipun sebagian kecil siswa dapat menjawab benar, namun sebagian besar lainnya masih lemah dalam memanfaatkan daya representasi yang dimilikinya khususnya representasi visual. Kemampuan yang diandalkan siswa tampaknya terbatas pada representasi simbolik khususnya kemampuan aritmatik. Hal ini sejalan dengan informasi yang disimpulkan dari hasil wawancara pada saat studi pendahuluan (Hudiono, 2002), bahwa menurut guru (pengajar), representasi seperti tabel dan grafik merupakan obyek matematik yang berfungsi untuk menjelaskan konsep dan mendukung penyelesaian soal-soal. Bentuk representasi tersebut disampaikan kepada siswa, sebagai penyerta atau pelengkap dalam penyampaian materi, dan jarang memperhatikan representasi yang dikembangkan oleh siswa.

(13)

Bab I : Pendahuluan

5

memanipulasi benda konkrit, membuat model, diagram, dan lain-lain sebagai alat perantara untuk merumuskan dan menyajikan konsep-konsep abstrak (Ruseffendi, 1991, h.149). Oleh karena itu menjadi penting bagi pemerhati pendidikan matematika untuk mencari solusi berupa pembelajaran di SLTP yang memungkinkan berkembangnya penguasaan matematika yang tergambar dari representasi siswa.

Peran pentingnya representasi, tampaknya tidak terbatas pada pembelajaran matematika dalam pandangan matematik strukturalis, tetapi juga dalam pandangan matematik realistik. Menurut Freudenthal (dalam Gravemeijer, 1994, h.20) yang memandang ide-ide matematika sebagai aktivitas manusia dan menyandarkan pada situasi realistik, memberikan konsekuensi bahwa matematika bukan merupakan materi yang siap transfer. Matematika merupakan aktivitas manusia yang menekankan pada proses matematisasi. Akibatnya, dalam pembelajaran, guru perlu memiliki kemampuan tertentu yang berbeda dari sebelumnya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

(14)

Bab I : Pendahuluan

6

bentuk representasi matematika berupa sajian model konkrit dalam bentuk gambar ataupun bentuk lainnya.

Model representasi matematika yang digunakan dalam pembelajaran, selain berperan sebagai alat bantu pemahaman, juga berkaitan dengan kemampuan dan kesiapan seseorang. Pada tahap yang lebih tinggi, di mana kemampuan dan kesiapan siswa dalam mempelajari matematika telah berada pada tingkat tertentu, siswa tidak lagi memerlukan bantuan sajian model konkrit, tetapi dapat berupa representasi matematika yang lain, seperti: grafik, simbol, tabel ataupun berupa deskripsi verbal dengan permodelannya.

Sedangkan kemampuan representasi matematika seseorang, selain menunjukkan tingkat pemahaman, juga terkait erat dengan kemampuan pemecahan masalah dalam matematika. Suatu masalah yang dianggap rumit dan kompleks, bisa menjadi lebih sederhana jika strategi dan pemanfaatan representasi matematika yang digunakan sesuai dengan permasalahan tersebut. Sebaliknya permasalahan menjadi sulit dipecahkan jika penggunaan representasinya keliru. Kesulitan ini menjadi semakin kompleks jika siswa tidak dapat menemukan atau membuat representasi matematika yang tepat karena keterbatasan referensi representasi alternatif yang dimilikinya. Oleh karena itu otomatisasi pemilihan model representasi yang dimiliki siswa sangat berperan dalam pengambilan keputusan strategi pemecahan masalah matematika yang tepat dan akurat. Dari peran representasi ini menunjukkan bahwa representasi selain merupakan proses dan produk juga merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dengan pemahaman matematika sebagai pengetahuan formal.

(15)

Bab I : Pendahuluan

7

menekankan pada istilah realistik, bukanlah sebagai alat bantu, tetapi sebagai titik awal pembentukan pengetahuan atau ide-ide matematika yang dipelajari. Meskipun dalam pembelajarannya tidak selalu menghadirkan benda konkrit tersebut, tetapi penyajian permasalahan realistik yang sesuai dengan kehidupan keseharian siswa dihadirkan dihadapan siswa melalui representasi dalam bentuk ilustrasi atau gambar yang dapat membawa siswa kearah suasana realistik. Dari permasalahan realistik tersebut, siswa beraktivitas melakukan matematisasi horisontal dan vertikal (Trafeers, 1991, h.30). Artinya, pemecahan masalah dilakukan dengan diawali menerjemah-kannya kedalam permasalahan matematika, dan selanjutnya untuk sampai pada sasaran akhir, yaitu pemahaman ide-ide matematika, siswa perlu melakukan aktivitas dengan memanfaatkan ide-ide dalam matematika yang telah dikuasainya.

Selanjutnya, meskipun pembelajaran matematika dalam RME menyandarkan ide matematika sebagai aktivitas manusia, sasaran akhirnya adalah pemahaman matematika. Maksudnya, melalui pendekatan bottom-up, yaitu diawali dengan pengetahuan matematika informal siswa, dilanjutkan dengan proses matematisasi dengan menggunakan prinsip reinvention, siswa membangun model sebagai dasar untuk sampai pada pemahaman matematika dalam level yang formal (Gravemeijer, 1994, h.100). Jadi, pada akhirnya siswa harus memahami ide-ide matematika yang bersifat abstrak yang dibangun dari suasana realistik dan dapat dimanfaatkan dalam memecahkan berbagai masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

(16)

Bab I : Pendahuluan

8

cognitive schemata”. Sedangkan setiap skemata yang dibangun oleh siswa, terbentuk

sebagai bagian dari jaringan mental internal siswa. Ini menunjukkan bahwa peran representasi dalam menggali pemahaman dalam belajar matematika adalah vital. Sebab belajar untuk memperoleh pemahaman akan mungkin terjadi jika konsep, pengetahuan, rumus dan prinsip menjadi bagian dari jaringan representasi seseorang (Hiebert & Carpenter, 1992, h.67).

Berkaitan dengan teori mental representasi, Bruner (1964) membedakan tiga model mental representasi, yaitu: enactic, iconic dan symbolic (Resnick & Ford, 1981, h.112). Representasi enactif, berkaitan dengan pengajaran yang menekankan pada aksi atau gerak; representasi iconic dihasilkan melalui image; sedangkan representasi symbolic dihasilkan melalui bahasa matematika dan simbol. Dari ketiga model, perkembangan setiap model representasi dipengaruhi oleh yang lainnya.

Selanjutnya, Vygotsky (dalam Tchoshanov, 2001) juga mengungkapkan adanya hirarki dalam system representasi. Dalam pandangannya menekankan bahwa pada awalnya representasi yang dibangun oleh anak diawali dengan bentuk yang sederhana, kemudian berkembang melalui proses kognitif dalam belajar, hingga terbentuk representasi yang lebih sempurna. Pandangan ini tampak sejalan dengan Bruner, di mana proses perkembangan kognisi dan representasi pada anak, dipengaruhi oleh aktivitasnya dan lingkungannya. Teori belajar ini memberikan konsekuensi bahwa perlunya scaffolding untuk mempercepat pemahaman siswa dan diskursus matematika disertai pembelajaran secara kelompok untuk memperoleh pemahaman yang optimal.

(17)

Bab I : Pendahuluan

9

preoperational, concrete operational, dan formal operational (Hamilton & Ghatala,

1994, h.218). Dalam pandangan Piaget, salah satu faktor penting penunjang perkembangan struktur kognitif, adalah pengalaman logika-matematik. Melalui pengalaman ini seseorang dapat mengalami proses konstruksi, di mana pengetahuan dikonstruksi dari tindakan-tindakan anak terhadap benda-benda.

Dari ketiga teori di atas, terdapat perbedaan penekanan antara Piaget di satu sisi, Bruner dan Vygotsky di sisi yang lain. Berdasarkan teori Piaget, yang menyandarkan pada kebutuhan, bahwa untuk menyampaikan suatu pengetahuan tertentu, perlu menunggu sampai siswa siap menerima. Ini berarti bahwa dalam proses pembelajaran, kesiapan siswa dan pengetahuan awal siswa menjadi pertimbangan utama. Sedangkan Bruner cenderung pada penerapan langsung di kelas tanpa menunggu kesiapan siswa. Bruner beranggapan bahwa setiap pengetahuan dapat disampaikan kepada siswa jika dapat disajikan sesederhana mungkin agar mudah dipahami (Resnick & Ford, 1981, h.111). Selanjutnya, Vygotsky lebih menekankan pada hirarki sistem representasi, di mana representasi yang dibangun oleh siswa pada tingkat awal yang masih sederhana, dapat berkembang menjadi yang lebih sempurna melalui aktivitas kognitif dalam masa belajar (Luitel, 2001).

(18)

Bab I : Pendahuluan

10

perkembangan kognitif siswa. Ini menunjukkan bahwa representasi telah diterima sebagai komponen proses seperti halnya komponen-komponen proses yang lain.

Sebagai pelengkap, karena peneliti tidak menemukan penelitian di Indonesia yang dipublikasikan tentang pembelajaran matematika yang mengarah pada pengembangan daya representasi siswa, pada bagian akhir Bab II diutarakan beberapa hasil penelitian dari luar. Penelitian tersebut di antaranya: peran representasi dalam pembelajaran (Kalathil & Sherin, 2000), peran representasi verbal dan material (Nunes & Borba, 2000), pengaruh representasi visual dalam problem solving (Lowrie, dalam Luitel, 2001), make sense dalam pembelajaran matematika (Silver, Shapiro & Deutsh,1993), pendekatan visual dan auditory (Erland & Kuyper, 1998), proses translasi formula ke grafik (Acuna, 2001), dan perbedaan metode pengajaran terhadap kemampuan mengkomunikasikan penalaran matematika (Kramaski, 2000).

B. Rumusan Masalah

Sebagaimana diuraikan pada latar belakang masalah bahwa di SLTP hendaknya terdapat pembelajaran yang memungkinkan berkembangnya daya representasi siswa secara optimal. Dalam kesempatan ini dilakukan penelitian yang membandingkan efektifitas pembelajaran diskursus multi representasi, klasikal multi representasi, dan konvensional. Dengan demikian yang menjadi permasalahan utama penelitian ini adalah:

Apakah penerapan pembelajaran diskursus multi representasi (DMR) dalam

pembelajaran matematika lebih efektif daripada pembelajaran klasikal multi

representasi (KMR), maupun pengajaran konvensional dalam mengembangkan

(19)

Bab I : Pendahuluan

11

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, sub-sub masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pengetahuan awal siswa tentang kemampuan matematik dan daya representasi matematika pada siswa SLTP sebelum penelitian dilakukan?

2. Manakah yang lebih efektif dalam mengembangkan kemampuan matematik dan daya representasi siswa di antara: pembelajaran diskursus multi representasi, klasikal multi representasi, dan konvensional pada siswa SLTP?

3. Apakah penerapan pembelajaran diskursus multi representasi terhadap siswa dengan tingkat kemampuan berbeda (atas, menengah, bawah) memberikan hasil belajar kemampuan matematik dan daya representasi siswa yang berbeda pula?

4. Pada penggunaan pembelajaran (DMR, KMR, dan Konvensional) dan tingkat kemampuan siswa (atas, menengah, bawah) yang manakah yang menghasilkan pengembangan kemampuan matematik dan daya representasi terbesar pada siswa SLTP?

5. Apakah penerapan pembelajaran diskursus multi representasi efektif untuk mengembangkan ketiga aspek kemampuan matematik yang meliputi: pemahaman konseptual, pengetahuan prosedural, dan pemecahan masalah, daripada pembelajaran klasikal multi representasi atau konvensional?

6. Apakah penerapan pembelajaran diskursus multi representasi lebih efektif untuk mengembangkan ketiga aspek daya representasi yang meliputi: kemampuan membuat dan menggunakan representasi untuk mengorganisasi dan mengkomunikasikan ide-ide matematik; kemampuan memilih, menerapkan, dan translasi antar representasi matematik untuk memecahkan masalah; dan

(20)

Bab I : Pendahuluan

12

matematik, pisik, dan sosial daripada pembelajaran klasikal multi representasi

atau konvensional?

7. Bagaimana respon terhadap pembelajaran matematika dari siswa yang terlibat pembelajaran diskursus multi representasi, klasikal multi representasi atau konvensional?

8. Bagaimanakah gambaran pembelajaran diskursus multi representasi dan klasikal

multi representasi di kelas? Layakkah diterapkan untuk meningkatkan kemam-puan matematik dan daya representasi siswa?

9. Keunggulan dan kelemahan apa saja yang ditemukan di lapangan dalam penerapan pembelajaran diskursus multi representasi dan klasikal multi representasi dalam pembelajaran matematika di SLTP?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran matematika dengan memanfaatkan multi representasi, baik yang disertai diskursus ataupun secara klasikal dalam mengembangkan kemampuan matematik dan daya representasi siswa. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis perbedaaan hasil belajar siswa berupa kemampuan matematik dan daya representasi antara pembelajaran diskursus multi representasi, klasikal multi representasi dan pembelajaran secara konvensional pada tingkat kemampuan yang berbeda-beda (atas, menengah, bawah).

(21)

Bab I : Pendahuluan

13

diskursus multi representasi, klasikal multi representasi dan pembelajaran secara konvensional pada tingkat kemampuan yang berbeda-beda (atas, menengah, bawah).

3. Menganalisis perbedaaan hasil belajar siswa berupa penggunaan representasi untuk mengkomunikasikan ide-ide matematik, translasi antar representasi untuk memecahkan masalah, dan interpretasi gejala matematik antara pembelajaran diskursus multi representasi, klasikal multi representasi dan pembelajaran secara konvensional pada tingkat kemampuan yang berbeda-beda (atas, menengah, bawah).

4. Menelaah respon siswa terhadap penerapan pembelajaran matematika yang berbeda, yaitu: diskursus multi representasi, klasikal multi representasi, dan konvensional.

5. Menelaah kelayakan penerapan pembelajaran diskursus multi representasi dan klasikal multi representasi untuk mengembangkan kemampuan matematik dan daya representasi siswa.

6. Mengungkap keunggulan dan kelamahan penerapan diskursus multi representasi dan klasikal multi representasi dalam pembelajaran matematika.

D. Manfaat Penelitian

(22)

Bab I : Pendahuluan

14

diri siswa dalam menghadapi masalah matematika. Selanjutnya, pembelajaran dengan diskursus memberikan fasilitas pengembangan bernalar secara logis melalui aktivitas pengajuan pertanyaan, pertukaran ide dan berdiskusi untuk sampai pada pemahaman matematika yang dipelajari.

Selain manfaat umum di atas terdapat beberapa manfaat khusus yang dihasilkan dari penelitian ini, yaitu:

1. Dengan melihat keefektifan diskursus multi representasi dan klasikal multi representasi, diharapkan dapat meyakinkan guru memilih pembelajaran yang tepat diterapkan atau sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika sehari-hari dengan mempertimbangkan kondisi kemampuan siswa pada umumnya. Dengan kata lain hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan atau referensi bagi guru dalam pembelajaran matematika dengan memanfaatkan multi representasi baik dengan cara diskursus ataupun klasikal.

2. Bagi guru yang terlibat pemberian perlakuan dalam penelian ini berupa pembelajaran klasikal multi representasi diharapkan mendapat pengalaman nyata menerapkan pembelajaran matematika dengan memanfaatkan multi representasi dalam bentuk klasikal. Sedangkan yang terlibat pemberian perlakuan pembelajaran diskursus multi representasi, selain pemanfaatan multi representasi juga pengalaman nyata menciptakan diskursus dalam pembelajaran matematika.

(23)

Bab I : Pendahuluan

15

Gambar

Tabel 21 Cara Penyelesaian Persamaan Garis dan SPLDP yang

Referensi

Dokumen terkait

Dalam keadaan lembab, tanah dibedakan ke dalam konsistensi gembur (mudah diolah) sampai teguh (agak sulit dicangkul), yaitu ditentukan dengan meremas segumpal tanah

Dengan demikian penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil sehingga peneliti merekomendasikan penerapan pembelajaran kooperatif learning model problem based

Pengendalian senyawa pencemar pada sumber merupakan upaya yang paling berhasil-guna bahkan pengendalian ini dapat mengghilangkan atau paling sedikit mengurangi kadar

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang hygiene sanitasi dan kandungan bakteri Escherichia coli pada makanan dan air minum..

Tabel 4.11 Hasil Reduksi dan Pengkodean Catatan Lapangan ke dalam. Kategori Transparansi adalah Suatu

semakin tinggi tingkat kelembaban udara maka penurunan tegangan flashover AC. akan semakin besar, baik pada kondisi bersih maupun

yang terkandung dalam debu vulkanik dan lahar dingin Gunung Sinabung. dengan menggunakan metode Analisis Aktivasi

Sementara itu, kontribusi ( share ) kabupaten/kota lainnya berada pada posisi di bawah 13,25 persen. Pada konteks lain, pola panen jagung selama tahun 2015 agak sedikit