PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBACA CERITA SEDERHANA
MENGGUNAKAN MEDIA PUZZLE DI KELAS IV
SLB B PRIMA BHAKTI MULIA, BANDUNG
SKRIPSI
Diajukkan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa
Oleh:
Sidiq Purnama Rachmat
0800899
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN
MEMBACA CERITA SEDERHANA
MENGGUNAKAN MEDIA PUZZLE DI
KELAS IV
SLB B PRIMA BHAKTI MULIA, BANDUNG
Oleh
© Sidiq Purnama Rachmat 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Sidiq Purnama Rachmat
0800899
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBACA CERITA SEDERHANA MENGGUNAKAN MEDIA PUZZLE DI KELAS IV SLB – B PRIMA BHAKTI
MULIA, BANDUNG
Disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I
Dr. Imas Diana Aprilia, M. Pd. NIP. 19700417 199402 2 001
Pembimbing II
Dr. Sima Mulyadi, M. Pd. NIP. 19600214 198203 1 003
Mengetahui,
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul
“PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBACA CERITA SEDERHANA MENGGUNAKAN MEDIA PUZZLE DI KELAS IV SLB B PRIMA BHAKTI
MULIA, BANDUNG” ini sepenuhnya karya saya sendiri tidak ada bagian didalamnya yang merupakan plagiat atau karya orang lain dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan keilmuan
yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya
saya ini.
Bandung, Agustus 2013
Yang membuat pernyataan
i
ABSTRAK
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBACA CERITA SEDERHANA MENGGUNAKAN MEDIA PUZZLE DI KELAS IV SLB B PRIMA BHAKTI
MULIA, BANDUNG
Oleh: Sidiq Purnama Rachmat (0800899)
Berdasarkan hasil observasi dalam proses pembelajaran dan wawancara dengan guru di kelas IV SLB-B Prima Bakti Mulia, nilai yang diperoleh delapan siswa dalam keterampilan membaca jauh di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Keterampilan berbahasa, khususnya dalam membaca isi cerita kurang mampu memahami. Proses pembelajaran keterampilan membaca, guru belum memanfaatkan media secara optimal, menggunakan teks bacaan sebagai media. Peneliti mencoba melakukan penelitian dengan memanfaatkan media puzzle dalam pembelajaran keterampilan membaca cerita sederhana, dengan media puzzle menurut beberapa teori dan penelitian terdahulu cukup efektif, sehingga peneliti perlu membuktikannya.
Penelitian yang dilakukan menggunakan metode eksperimen, dengan pendekatan kuantitatif, desain one group pre-test pos-ttest. Subyek penelitian siswa kelas IV berjumlah delapan siswa. Terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas penggunaan media puzzle bergambar binatang yang dikembangkan dari cerita sederhana dan variabel terikatnya membaca cerita sederhana. Hipotesis yang dikemukakan yaitu: “Penggunaan media puzzle efektif dalam mengembangkan keterampilan memahami isi cerita sederhana pada siswa tunarungu kelas IV SLB-B”. Untuk uji hipotesis digunakan uji tanda wilcoxson.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penggunaan media puzzle dalam mengembangkan keterampilan memahami isi cerita sederhana pada siswa tunarungu kelas IV SLB-B Prima Bhakti Mulia Bandung cukup efektif.
Saran dan rekomendasi untuk guru, yaitu penggunaan media puzzle merupakan hal yang penting diusahakan keberadaannya dan penting digunakannya dalam setiap pembelajaran cerita sederhana, didiukung oleh variasi dan bentuk puzzle beragam agar tidak jenuh dan monoton pada diri siswa. Saran untuk kepala sekolah diusahakan penyediaan media puzzle dan memberikan motivasi pada guru untuk menggunakan media puzzle. Saran untuk calon peneliti diharapkan menggunakan eksperimen pembanding.
vii
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6
1. Tujuan Penelitian ... 6
2. Kegunaan Penelitian ... 6
F. Struktur Organisasi Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Tunarungu ... 8
1. Pengertian Tunarungu ... 8
2. Dampak Ketunarunguan ... 10
B. Konsep Dasar Keterampilan Membaca ... 14
1. Pengertian Keterampilan Membaca ... 14
2. Tujuan Membaca ... 15
3. Aspek-aspek Membaca ... 16
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Membaca ... 16
C. Puzzle Sebagai Media Pembelajaran Membaca ... 18
1. Puzzle dan Jenisnya ... 18
viii
D. Penelitian yang Relevan ... 22
E. Alur Penelitian dan Hipotesis ... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 24
B. Lokasi, Populasi dan Sampel ... 25
C. Desain Penelitian ... 25
D. Definisi Operasional Variabel ... 26
E. Instrumen Penelitian ... 27
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 28
G. Teknik Pengolahan Data ... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 32
B. Pengujian Hipotesis ... 37
C. Pembahasan ... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 44
B. Saran ... 45
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Subyek Penelitian ... 25
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Keterampilan Membaca ... 28
Tabel 4.1 Nilai Pre - test – Post - test Tema Ayam yang Berkelahi dan
Burung Elang ... 32
Tabel 4.2 Nilai Pre - Test - Post - Test Tema Burung Elang dan Burung
Gagak ... 33
Tabel 4.3 Nilai Pre Test - Post Test Tema Dua Ekor Kambing ... 33
Tabel 4.4 Rekapitulasi Nilai Pre Test - Post Test ... 34
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Pre-tes Post-test P-1, P-2, P-3 Kemampuan
Pemahaman Isi Cerita Sederhana ... 35
Tabel 4.6 Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Pre-Test dan Post-Test ... 35
xi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Rekapitulasi Nilai Pre Test - Post Test ... 34
xii
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Perizinan ... 48
Lampiran 2 Judgment ... 49
Lampiran 3 Reabilitas ... 50
Lampiran 4 Instrument ... 51
Lampiran 5 RPP ... 52
Lampiran 6 Test ... 53
Lampiran 7 Dokumentasi ... 54
Lampiran 8 Tabel Statistik ... 55
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hasil beberapa kali pengamatan dalam kegiatan pra-penelitian yang
dilakukan peneliti dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, ditemukan dalam proses
pembelajarannya, guru tidak menggunakan media pembelajaran yang memadai,
hanya menggunakan teks-teks bacaan cerita. Padahal betapa pentingnya media
pembelajaran bagi anak tunarungu, sebagai manusia “pemata”, dengan media
pembelajaran yang tepat akan membantu upaya mengembangkan kemampuan
bahasa anak. Hal ini dikuatkan oleh Pakasi (1981), bahwa makin banyak benda
yang dilihat, didengar, diraba atau dimanipulir, dirasa, dan dicium, makin pesat
berlangsung perkembangan persepsinya, dan makin banyak tanggapan yang
diperoleh, makin pesat pulalah perkembangan bahasanya.
Memperhatikan permasalahan kemampuan bahasa dan faktor penyebabnya,
jelas diperlukan suatu upaya yang optimal dari semua pihak, terutama dalam hal
ini guru di sekolah diperlukan kreatifitas dan usaha yang maksimal, di antaranya
dengan memanfaatkan media pembelajaran berupa media puzzle.
Banyak media yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca bagi
anak tunarungu, namun pemilihan media harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan anak tunarungu tersebut. Salah satu media yang memungkinkan
digunakan yaitu media puzzle, karena dengan puzzle anak akan merasa sedang
bermain, karena bermain merupakan pendekatan yang baik untuk menarik minat
anak secara terarah. Sesuai dengan pendapat Hudoyo (Hakim,2000:15) kelebihan
pola bermain yang diterapkan pada anak yaitu membuat anak gemar
menyelesaikan masalah yang didasarkan pada pengalamannya sendiri karena ia
dituntut mengerjakan sesuatu menurut kemampuannya. Dengan demikian bermain
merupakan metode yang sesuai untuk anak tunarungu.
Anak pada umumnya di kelas IV SD dalam membaca sebuah cerita
2
cerita. Begitu pula ketika kita membaca sebuah bacaan, kata benda atau kata sifat,
akan terbayang benda atau sifat yang merupakan sebuah penafsiran dari kata
tersebut. Misalnya kata “malam” kita akan membayangkan suasana malam hari
yang gelap dengan bulan dan bintang dilangit. Satu kata memiliki imajinasi
penafsiran yang bermacam-macam pada setiap orang, kata dirangkai agar orang
yang membaca dapat menerima pesan penulis terhadap pembaca.
Apabila siswa dalam hal keterampilan membaca hanya mampu
membacakan sebuah cerita, namun ia sulit memberikan imajinasi pada kata
tersebut. Imajinasi itu diperlukan untuk dijadikan sebuah sinyal pesan agar
tersampai dari penulis kepada pembaca.
Pendengaran merupakan alat sensoris yang sangat penting untuk berbicara
dan berbahasa diantaranya membaca. Tidak atau kurang berfungsinya
pendengaran, baik yang terjadi sejak lahir atau pada masa awal kelahiran akan
berdampak dalam kemampuan berbicara, berbahasa dan berkomunikasi dengan
orang lain, baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat luas.
Kehilangan kemampuan pendengaran pada anak tunarungu akan
berpengaruh pada kemampuan untuk memahami informasi yang sifatnya verbal,
terutama yang berhubungan dengan konsep-konsep yang sifatnya abstrak yaitu
konsep-konsep yang memerlukan suatu penjelasan lebih lanjut. Mereka juga
mengalami hambatan dalam berbahasa secara lisan, oleh karena itu mereka
mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran di sekolah.
Kemampuan bahasa anak yang mengalami hambatan auditif (anak
tunarungu), kurang berkembang secara optimal, karena mereka tidak atau kurang
menerima rangsangan suara dari lingkungannya, sedangkan mereka itu belajar
bebicara melalui peniruan suara-suara yang datang dari lingkungan sekitarnya.
Natawijaya dan Alimin (1996:127), menjelaskan bahwa ada tiga faktor yang
3
Kemampuan berbahasa terdiri atas empat aspek keterampilan, seperti
dijelaskan Tarigan (1993); Suhendar & Supinah (1992), bahwa keterampilan
berbahasa terdiri atas empat sub-keterampilan yaitu menyimak, berbicara,
membaca dan menulis, dimana keempat keterampilan tersebut tidak dapat
dipisahkan satu sama lain, saling menunjang, sehingga disebut catur-tunggal
keterampilan berbahasa.
Hambatan berbahasa, pada anak tunarungu menyangkut semua aspek
keterampilan berbahasa. Seperti dijelaskan oleh Meadow (1976) dalam Bunawan
dan Yuwati (2000) bila seseorang anak menderita ketunarunguan sejak lahir,
padanya tidak akan terjadi proses penguasaan bahasa secara sepontan, sehingga
dalam kehidupannya di masyarakat normal atau pada umumnya, ia akan
mengalami berbagai kesukaran dalam perkembangan sosial, emosi dan mental.
Selanjutnya Hendarmin (1984), menjelaskan “….. gangguan pendengaran pada
anak yang belum dapat berbicara dan berbahasa dapat mempengaruhi proses
belajar anak tersebut baik di rumah maupun di sekolah”.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru di kelas IV SLB-B
Prima Bakti Mulia, dari jumlah siswa sebanyak 8 anak, terdapat 6 anak yang
mendapatkan nilai jauh dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), sedangkan
2 anak memilki nilai sama dengan KKM yaitu 67 (enam puluh tujuh). Melihat
nilai rata-rata yang didapatkan siswa jelas tidak sesuai dengan harapan, belum
mencapai target KKM yang telah di tetapkan. Kemampuan mereka dalam
memahami keterampilan bahasa, khususnya pemahaman cerita dinilai sangat
kurang mampu. Guru sulit dalam agar anak paham terhadap isi kalimat atau cerita
yang mereka baca. Anak memiliki kekurangan dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia materi memahami isi cerita, untuk pertanyaan sederhana anak masih
mampu untuk menjawab, tetapi untuk pertanyaan yang abstrak anak sulit untuk
menjawab karena mereka kurang memahami isi cerita yang mereka baca.
Membaca menurut Tarigan (1993 : 6) adalah “suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan
oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis”, namun siswa ini belum
4
Rendahnya kemampuan memahami isi cerita (keterampilan membaca),
disebabkan faktor internal diri anak yaitu karena ketunarunguannya, namun
bagaimanapun mereka kondisinya tetap memiliki potensi yang perlu
dikembangkan dengan berbagai cara dan media yang tepat, agar potensi mereka
dapat berkembang secara optimal. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa
rendahnya kemampuan memahami cerita sederhana pada anak tunarungu tersebut
juga disebabkan oleh faktor di luar diri anak, misalnya faktor lingkungan belajar
yang kurang tepat.
Salah satu media yang peneliti gunakan untuk mengembangkan dalam
pelajaran membaca adalah dengan menggunakan puzzle, yaitu dimana anak
dihadapkan dengan sebuah gambar cerita sederhana dan kalimat cerita yang
teracak sehingga anak harus menyusun sebuah gambar dan kalimat menjadi cerita.
Penerapan media ini baik untuk digunakan karena memiliki tujuan dan manfaat
bagi siswa, sehingga dinilai cukup efektif dan efisien diterapkan dalam proses
pembelajaran, sehingga diharapkan dapat mengembangkan kemampuan
membaca, mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan.
Dengan pemaparan permasalahan tersebut peneliti terdorong untuk
melakukan suatu penelitian dengan judul “Pembelajaran keterampilan membaca
cerita sederhana menggunakan media puzzle di kelas IV SLB B Prima Bhakti,
Bandung” .
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang penelitian, dan hasil pengamatan
serta wawancara dengan guru kelas, ada beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi yaitu sebagai berikut:
1. Kemampuan siswa tunarungu dalam memahami isi bacaan atau cerita yang
5
3. Efektifitas hasil pembelajaran Bahasa Indonesia bagi anak tunarungu akan
ditentukan oleh berbagai faktor, di antaranya penggunaan media yang tepat. Di
sekolah saat ini penggunaan media pembelajaran jarang digunakan, hanya
seadanya, padahal betapa pentingnya penggunaan media, apalagi dengan
menggunakan media yang tepat.
4. Kemampuan berbahasa anak tunarungu tidak saja bergantung pada pesan-pesan
yang diberikan di sekolah secara sistimatis, tetapi juga bergantung pada
pembicaraan, komunikasi yang diharapkan dan berlangsung di dalam
kehidupan keluarga dan lingkungan masyarakat.
5. Usaha nyata dalam layanan pembelajaran dalam mengembangkan keterampilan
memahami isi cerita sederhana untuk anak tunarungu perlu dilakukan dengan
kesungguhan dengan menggunakan berbagai cara dan media yang tepat. Maka
keterampilan memahami isi cerita sederhana anak tunarungu perlu dibina dan
dikembangkan secara optimal melalui berbagai cara, hal ini penting agar anak
tunarungu mampu mengikuti proses belajar dengan baik dan efektif.
C. Batasan Masalah
Memperhatikan berbagai aspek, baik menyakut keterbatasan kemampuan
peneliti maupun masalah obyek penelitian yang ada sangat luas, maka dalam
penelitian ini perlu dibatasi, agar fokus, dengan harapan dapat mencapai tujuan
yang optimal sesuai dengan harapan. Maka untuk itu penelitian ini akan dibatasi
pada masalah pengembangan keterampilan memahami isi cerita sederhana yang
dibaca siswa tunarungu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
menggunakan media puzzle di Kelas IV SLB-B Prima Bhakti Mulia, Bandung.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan di atas, maka masalah
yang diangkat dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah media
puzzle yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat
mengembangkan keterampilan mememahmi isi cerita sederhana yang dibaca
6
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk memperoleh
data dan informasi yang kongkrit tentang perkembangan keterampilan membaca
isi cerita sederhana dengan menggunakan media puzzle pada anak tunarungu
kelas IV SLB-B Prima Bhakti Mulia Bandung.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh data
tentang:
a. Keterampilan membaca isi cerita sederhana pada anak tunarungu kelas IV
SLB-B Prima Bhakti Mulia Bandung sebelum menggunakan media puzzle
pada pembelajaran bahasa Indonesia.
b. Keterampilan membacaisi cerita sederhana yang dibaca siswa tunarungu
kelas IV SLB-B Prima Bhakti Mulia Bandung sesudah menggunakan media
puzzle pada pembelajaran bahasa Indonesia.
c. Efektifitas media puzzle dalam mengembangkan keterampilan
memahami isi cerita sederhana yang dibaca siswa tunarungu kelas IV
SLB-B Prima Bhakti Mulia Bandung.
2. Kegunaan Penelitian
Apabila hasil penelitian mengenai pengembangan keterampilan membaca
cerita sederhana terbukti efektif, maka diharapkan dapat memberikan manfa'at
baik secara teoritis maupun secara praktis.
Manfaat Teoritis
Secara keilmuan atau teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat
membuktikan bahwa puzzle sebagai media pembelajaran efektif untuk digunakan
dalam mengembangkan keterampilan membaca isi cerita sederhana yang dibaca
anak tunarungu, tentu dengan memperhatikan keunggulan dan kekurangannya.
7
membelajaran bahasa Indonesia diharapkan menjadi inspirasi melakukan
kreatifitas dan inovasi dalam menggunakan media puzzle sebagai mdia
pembelajaaran. Bagi kepala sekolah diharapkan menjadi pemikiran dan berbuat
nyata untuk menyediakan media pembelajaran khususnya media puzzle. Bagi
orang tua diharapkan dapat memberikan motivasi pada siswa di rumah untuk
belajar membaca dengan melengkapi berbagai puzzle yang sesuai.
F. Struktur Organisasi Penelitian
Laporan hasil penelitian ini terdiri atas lima bab, yaitu sebagai berikut:
1. Bab I menjelasakan pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,
identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian,
manfaat penelitian dan struktur organisasi penelitian.
2. Bab II menjelasakan mengenai kajian pustaka yang mencakup konsep yang
mendukung penelitian kemudian menjelaskan penelitian terdahulu yang
relevan, lalu kerangka pikir dan hipotesis.
3. Bab III menjelaskan metode penelitian yang digunakan untuk memecahkan
permasalahan penelitian, yang didalamnya terdiri dari Pada bab ini
dikemukakan tentang: metode penelitian, lokasi, populasi dan sampel
penelitian, desain penelitian, definisi oprasional variable, instrument yang
digunakan, teknik pengumpulan data, validitas dan reliabilitas instrument
serta analisis data.
4. Bab IV menjelaskan hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari dua hal
utama yaitu deskripsi hasil penelitian, pengujian hipotesis dan pembahasan.
5. Bab V menjelaskan kesimpulan dan rekomendasi yang disampaikan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara untuk memperoleh pengetahuan atau
pemecahan dari suatu masalah yang dilakukan secara ilmiah dan sistematis dalam
ruang lingkup penelitian yang diteliti dengan metodologi penelitian. Pada bab ini
dikemukakan tentang: metode penelitian, lokasi, populasi dan sampel penelitian,
desain penelitian, definisi oprasional variable, instrument yang digunakan, teknik
pengumpulan data, validitas dan reliabilitas instrument serta analisis data.
A. Metode Penelitian
Menurut Furchan (1982: 50) metode penelitian merupakan “strategi umum
yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna
menjawab persoalan yang dihadapi”. Metode penelitian dianggap tahap yang sangat penting dalam penelitian karena merupakan strategi dalam memecahkan
permasalahan penelitian dengan cara mengumpulkan data kemudian dianalisis.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen, Sugiyono
(2011: 72) menjelaskan bahwa penelitian eksperimen diartikan sebagai metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap
yang lain dalam kondisi yang terkendali.” Selanjutnya Sudjana (1991)
mengemukakan metode eksperimen yaitu metode untuk mengungkapkan antara
dua variabel terhadap variabel yang lain.
Metode eksperimen dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari
suatu perlakuan. Metode eksperimen harus ada suatu faktor yang diuji-cobakan
untuk mengetahui dari hasil suatu percobaan. Dalam penelitian ini sebagai faktor
yang diuji cobakan terhadap subjek adalah penggunaan media puzzle untuk
25
B. Lokasi, Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilakukan di SLB-B Prima Bhakti Mulia merupakan sekolah
swasta yang dikelola oleh yayasan keluarga, berlokasi di kompleks perumahan
Gunung Batu, Kota Cimahi.
Populasi dan sampel dijelaskan Sugyiono (2011:80) “populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakterstik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya”. Selanjutnya Sugiyono menjelaskan (2011:81) “sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”
maka dengan menggunakan sampel total akan mendapatkan karakteristik yang
diinginkan.
Dalam penelitian ini tidak menggunakan sampel, karena subyek yang diteliti
jumlahnya terbatas, yaitu hanya delapan siswa. Dengan kata lain seluruh populasi
berjumlah 8 siswa, populasi dijadikan sampel total.
Tabel 3.1 Subyek Penelitian
No. Nama Siswa Jenis Kelamin Keterangan
1. AS Laki-Laki Kelas D-4
Desain penelitian merupakan rancangan atau perencanaan penelitian yang
harus ditentukan agar proses penelitian terlaksana secara efektif. Desain penelitian
menurut Haedarrauf (2012), yaitu semua proses yang diperlukan dalam
26
penelitian ini adalah satu kelompok pretest-posttest (one group pretest-postest
design), yaitu eksperimen yang dilakukan pada satu kelompok saja tanpa ada
kelompok pembanding, dengan cara memberikan test awal dan test akhir terhadap
sampel penelitian. Adapun desain eksperimennya sebagai berikut :
(Sugiyono, 2011)
Keterangan:
O1 : Nilai pre-test (sebelum diberi perlakuan)
X : Perlakuan / Pembelajaran yang diberikan
O2 : Nilai Post-test (setelah diberi perlakuan)
Eksperiman ini dilakukan sesuai banyak waktu yang dibutuhkan. Jarak angka
antara O1 dan O2 diasumsikan merupakan pengaruh dari eksperimen yang
diberikan.
D. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau
konstruks dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun
memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (X)
dan variabel terikat (Y). Variabel bebas yaitu variabel yang diasumsikan menjadi
munculnya variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu penggunaan
media puzzle bergambar binatang yang dikembangkan dari cerita sederhana,
sedangkan variabel terikatnya atau variabel yang kemunculannya disebabkan oleh
variabel bebas, yaitu membaca cerita sederhana.
Penggunaan Media Puzzle adalah alat praga yang digunakan untuk
menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan yang terkandung dalam isi atau
27
Membaca cerita sederhana dimaksudkan yaitu kemampuan khusus pada
siswa tunarungu kelas IV untuk memperoleh informasi, dan pemahaman makna
bacaan, yaitu; memahami persamaan kata (sinonim), kebalikan kata (antonim) dan
kata-kata abstrak yang terdapat dalam cerita sederhana (antara 100 s/d 150 kata).
Untuk mengetahui perubahan pemahaman isi cerita sederhana yang dibaca
digunakan tes awal dan tes akhir dalam setiap pertemuan. Bentuk tes yang
digunakan yaitu tes obyektif pilihan berganda.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan suatu alat pengumpul data yang digunakan dalam suatu
penelitian. Instrumen yang digunakan yaitu berupa tes. Bentuk tes yang dipilih
yaitu tes pilihan ganda. Tes ini digunakan untuk melihat pengaruh dari perlakuan
yaitu berupa skor hasil belajar.
Adapun langkah-langkah dalam penyusunan instrument penelitian sebagai
berikut :
1. Menganalisis SK-KD dalam kurikulumbidangstudiBahasa Indonesia untuk
SLB-B dan melakukan konsultasi dengan guru kelas tentang kemampuan awal
siswa yang akan dijadikan subyek penelitian.
2. Membuat kisi-kisi, kisi-kisi ini merupakan isi dari materi yang akan diberikan
kepada siswa yang menjadi sampel penelitian. Dimana di dalamnya
mengandung beberapa tujuan instruksional untuk mengukur peningkatan
pembelajaran kosakata anak Tunarungu.
3. Dalam penelitian ini penggunaan media puzzle yang tidak terpisahkan dengan
28
4. Membuat Butir Soal, butir soal ini dibuat berdasarkan kisi-kisi (terlampir)
yang telah dirusmuskan sebelumnya dan diberikan penilaian dengan
menggunakan kriteria sebagai berikut : jika jawaban benar diberi skor satu (1)
dan jika salah diberi skor nol (0).
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Tes Keterampilan Membaca Standar
2.Memahami lawan kata
(antonim) yang terdapat
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Agar perangkat tes yang digunakan dalam penelitian layak digunakan, maka
seperangkat tes yang telah disusun perlu diuji cobakan terlebih dahulu kepada
sejumlah subjek yang memiliki karakteristik sama atau mendekati karakteristik
yang sebenarnya. Data hasil uji coba selanjutnya diolah dan dianalisis dengan
menggunakan teknik tertentu sebagaimana tercantum dalam lampiran.
Aspek-aspek yang dianalisis untuk menetapkan baik tidak nya tes tersebut
29
aspek-aspek yang terkandung dalam bentuk butir soal yang telah dibuat, setelah
dapat terkumpul maka dihitung validitas tersebut menggunakan prosentase dengan
rumus sebagai berikut :
Menurut Sugiyono (2011 : 125) “Untuk menguji validitas konstruksi, dapat
digunakan pendapat dari ahli (judgement expert)”. Judgement expert dilakukan
oleh 4 orang dosen PLB FIP UPI dan 1 Guru Kelas SLB B Prima Bhakti
Mulia.Dari hasil judgement expert yang telah dihitung (terlampir) di dapat nilai
rata-rata judgement yaitu 95%. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa instrument
yang digunakan valid sesuai antara tujuan pembelajaran yang ditetapkan dengan
butir soal yang dibuat.
2. Realibilitas tes
Realibilitas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam
menilai apa yang dinilai artinya kapan pun alat tersebut digunakan hasilnya akan
sama. Realibilitas tes bertujuan untuk menentukan apakah instrument penelitian
yang dibuat dapat dipercaya atau tidak. Realibilitas yang digunakan yaitu
konsistensi internal, perhitungan dengan realibilitas dengan menggunakan Kuder
Richardson (K-R 20).
Selain itu K-R 20 akan lebih besar pemerolehan nilainya, jika dibandingkan
dengan K-R 21 (Sugiyono, 2011). Maka dalam penelitian ini realibilitas yang
digunakan adalah konsistensi internal dengan rumus sebagai berikut :
R11 =
R11 = Reliabilitas keseluruhan
N = Jumlah butir soal
S2 = Standar Deviasi
P = Proposi jawaban benar
30
Pq = Hasil perkalian p dan q
Setelah nilai realibilitas diperoleh, kemudian diinterpretasikan dengan
menggunakan besarnya koefisien korelasi tingkat kepercayaan diantaranya yang
dikemukakan (Arikunto, 2002 : 75), sebagai berikut :
a. Antara 0,00 s.d 0,20 = sangat rendah
b. Antara 0,20 s.d 0,40 = rendah
c. Antara 0,40 s.d 0,70 = cukup
d. Antara 0,70 s.d 0,90 = tinggi
e. Antara 0,90 s.d 1,00 = sangat tinggi
Dari hasil perhitungan reliabilitas dengan menggunakan rumus Kuder
Richardson (terlampir), didapat hasil sebagai berikut :
R11 =
Nilai reliabilitas 0,855 menunjukkan bahwa instrument yang dibual reliable
dengan interpretasi tinggi.
G. Teknik Pengolahan Data
Setelah memperoleh data yang diinginkan dengan alat penelitian yang
telah memiliki validitas, maka data diolah dengan metode kuantitatif
non-paramertik, menggunakan uji wilcoxon. Setelah data terkumpul dari hasil
penelitian, kemudian diolah dengan menggunakan uji bertanda Wicoxon. Tes
Wilcoxon ini dapat digunakan untuk penelitian khususnya untuk data
31
2. Mentabulasikan skor tes awal dan skor tes akhir
3. Membuat tabel perhitungan skor tes awal dan tes akhir
4. Menghitung selisih skor tes awal dan tes akhir
5. Menyusun rangking
6. Membutuhkan tanda (+) atau (-) untuk tiap rangking sesuai dengan tanda
beda
7. Menjumlahkan semua rangking bertanda positif atau negatef tergantung
dimana yang memberi jumlah lebih kecil untuk tanda yang dihilangkan dan
menuliskan dengan tanda T maka diperoleh T hitung
8. Membanding kan nilai T yang diperoleh dengan T dari table nilai-nilai kritis
T untuk uji wilcoxon
9. Membuat kesimpulan, yaitu :
Ho ditolak jika Thitung ≤ Ttabel
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian dan pembahasan, maka penelitian dapat merumuskan beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:
1. Keterampilan membaca isi cerita sederhana pada anak tunarungu kelas IV
SLB-B Prima Bhakti Mulia Bandung sebelum menggunakan media puzzle
(pre-test) pada pembelajaran bahasa Indonesia diperoleh nilai rata-rata dari
tiga kali pertemuan yaitu 40.625. Dari pre-test ke satu, ke dua dan ke tiga
cenderung meningkat, hal itu merupakan kewajaran karena siswa sebelumnya
telah memperoleh pengalaman, baik di rumah, di sekolah, maupun dari
pergaulan sehari-hari di masyarakat.
2. Keterampilan membaca isi cerita sederhana pada anak tunarungu kelas IV
SLB-B Prima Bhakti Mulia Bandung sesudah menggunakan media puzzle
(post-test) pada pembelajaran bahasa Indonesia memperoleh nilai rata-rata
dari tiga kali pertemuan yaitu 59,869. Peningkatan nilai rata-rata post-test
tersebut sebagai dampak penggunaan media puzzle dalam setiap tema cerita
sederhana
3. Terbukti penggunaan media puzzle dalam mengembangkan keterampilan
membaca isi cerita sederhana pada siswa tunarungu kelas IV SLB-B Prima
Bakti Mulia Bandung cukup/sangat efektif.
4. Eksperimen penggunaan media puzzle untuk mengembangkan keterampilan
membaca cerita sederhana pada anak tunarungu kelas IV SLB-B Prima
Bhakti Mulia Bandung dilakukan tiga kali, dengan tema cerita yang berbeda,
45
B. Rekomendasi
Rekomendasi peneliti disampaikan kepada pihak guru, kepala sekolah di
tempat penelitian juga kepada calon-calon peneliti.
1. Bagi Guru
Pembuktian hasil penelitian eksperimen bahwa media puzzle dalam upaya
mengembangkan keterampilan membaca cerita sederhana pada anak didik yang
tunarungu sangat efektif. Di sisi lain bahwa kebutuhan khusus pada anak
tunarungu yaitu pengembangan bahasa, untuk itu peneliti beranggapan bahwa
penggunaan media puzzle merupakan hal yang penting diusahakan
keberadaannnya dan penting digunakannya dalam setiap pembelajaran cerita
sederhana, tentu dengan berbagai variasi dan bentuk puzzle agar tidak jenuh dan
monoton pada diri siswa.
2. Bagi Kepala Sekolah
Fakta membuktikan bahwa media puzzle efektif untuk mengembangkan,
kondisi nyata bahwa anak tunarungu membutuhkan pengembangan bahasa, maka
alangkah tepatnya kepala sekolah menyediakan media puzzle secara lengkap
untuk pengembangan kemampuan bahasa, di samping itu memberikan motivasi
dan bimbingan kepada guru untuk selalu menggunakan media yang tepat yang
sesuai dengan kondisi anak yang sifatnya pemata.
3. Bagi Calon Peneliti
Penelitian yang saya lakukan tentang efektifitas media puzzle dengan melalui
eksperimen semu, yaitu penelitian eksperimen yang tidak menggunakan
pembanding, untuk itu penelitian merekomendasikan kepada calon-calon peneliti
berikutnya dengan masalah yang sejenis, sebaiknya menggunakan penelitian
eksperimen sebenarnya, yaitu menggunakan kelompok pembanding yang setara.
Dengan harapan dapat lebih meyakinkan bahwa media puzzle memiliki efektifitas
yang berarti dalam upaya meningkatkan keterampilan membaca cerita sederhana
46
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.
Bunawan, Lani dan Yuwati, Cecilia Susila (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama.
Epeni, Hani. [Online]. Puzzle. Tersedia: http://kuliah.itb.ac.id/. [02 Mei 2013].
Fajari, Asep Awaludin. (2012). Pengembangan Multimedia Pembelajaran Permainan Puzzle untuk Pemahaman Materi Daur Hidup Hewan di Sekolah Dasar. Skripsi pada FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Furchan. (1982). Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Haedarrauf. (2012). Desain Penelitian. [Online]. Tersedia: http//haedarrauf.wordpress.com/. [02 Mei 2013].
Hakim, Lukman. (2000) Pengaruh Permainan Kotak Huruf Berwarna Terhadap Penambahan Kosakata Pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas D4 dan D5 SLB-C Sumber Sari Bandung, Skripsi Sarjana FIP UPI: tidak diterbitkan.
Harjasujana, et.al. (1988). Materi Pokok Membaca. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hendarmin. (1984). Metode Identifikasi Medis Anak ddengan Kelainan Pendengaran. Naskah pada Lokakarya Pendidikan Cacat Ganda. Jakarta.
Hernawati, Tati. (2008). JASI Anakku “Jurnal Assesment dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP UPI.
Natawidjaya dan Alimin (1996). Penelitian Bagi Guru Pendidikan Luar Biasa. Depdikbud. Dirjen Dikti. PPTG. Jakarta.
Pakasi. (1981). Anak dan Perkembangannya. Pendekatan Psiko-Pedagogis terhadap Generasi Muda. PT Gramedia. Jakarta.
Purba. (1980). Pendidikan Keterampilan Teknik dan Kerajinan. Depdikbud. Jakarta.
47
Siegel, Sidney. (1986) Statistik Nonparametrik. Jakarta: PT. Gramendia.
Soemantri,T,S. (2005), Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung : FIP IKIP.
Sofyanti, Indri. (2011). Pengaruh Permainan Puzzle Tangkai Untuk Meningkatkan Kemampuan Ingatan Visual Anak Tunarungu. Skripsi pada FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Somad, Permanarian dan Herawati, Tati. (1996), Ortopedagogik Anak Tunarungu, Bandung: Depdikbud.
Sudjana. (1991). Desain dan Analisis Eksperiment. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhendar dan Supinah. (1992). Seri Materi Kuliah Dasar Umum. Bahasa Indonesia. Pionir Jaya. Bandung.
Susetyo, Budi. (2011). Menyusun Tes hasil Belajar. Bandung : Cakra.