PROFIL KONDISI FISIK ATLET ATLETIK NOMOR LARI
JARAK PENDEK BERDASARKAN HASIL TES
PARAMETER KONDISI FISIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Oleh
IRVAN HARYADI PERMANA YUDA
0800492
PRODI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
ABSTRAK
PROFIL KONDISI FISIK ATLET ATLETIK NOMOR LARI JARAK PENDEK BERDASARKAN HASIL TES
PARAMETER KONDISI FISIK
Pembimbing: 1. Dr. Komarudin, M.Pd.
2. Ira Purnamasari, M.Pd.
*Irvan Haryadi Permana Yuda 2013
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu pemikiran bahwa kondisi fisik merupakan faktor yang sangat penting dalam pencapaian prestasi maksimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar gambaran kondisi fisik para atlet atletik nomor lari jarak pendek berdasarkan hasil tes parameter kondisi fisik. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah atlet atletik nomor lari jarak pendek di sentra pembinaan atlet atletik SMPN 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Sedangkan sampel yang digunakan sebanyak 25 atlet yang terdiri dari 15 atlet putra dan 10 atlet putri yang mengikuti tes parameter kondisi fisik. Sampel tersebut diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang disesuaikan dengan karakteristik cabang olahraga atletik nomor lari jarak pendek (sprint). Untuk mengetahui hasil tes tersebut dihitung nilai rata-rata dan nilai simpangan baku dalam setiap item tes dan dilanjutkan dengan penentuan kategori kondisi fisiknya berdasarkan norma kondisi fisik yang ditentukan. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, dapat penulis simpulkan bahwa kondisi fisik pada keseluruhan item tes atlet berada pada kategori baik. Saran penulis yaitu bagi para pelatih hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan fisik atlet lari jarak pendek dan bagi para pelatih, pembina, guru, dan pemerhati olahraga dalam pembinaan dan pemilihan bakat supaya memperhatikan kriteria kemampuan kondisi fisik untuk menunjang pencapaian prestasi atlet di masa yang akan datang.
DAFTAR ISI
2. Komponen Kondisi Fisik Lari Jarak Pendek (Sprint) ... 22
a. Kekuatan (Strength) ... 22
b. Kelentukan (Flexibility) ... 25
c. Kecepatan (Speed) ... 26
d. Daya Tahan (Endurance) ... 27
4. Hubungan Parameter dengan Kondisi Fisik Atlet Lari Jarak
Pendek.... ... 29
5. Parameter Fisik untuk Lari Jarak Pendek (Sprint) ... 30
E. Anggapan Dasar ... 31
BAB III PROSEDUR PENELITIAN A.Lokasi, Populasi dan Sampel ... 34
B. Desain dan Langkah-langkah Penelitian ... 36
C.Metode Penelitian ... 37
D.Definisi Operasional ... 39
E. Instrumen dan Alat Ukur Penelitian ... 40
F. Prosedur dan Analisis Data ... 46
BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 52
B. Nilai Kondisi Fisik Putra dan Putri dalam setiap Tes ... 63
C. Diskusi Penemuan ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 69
B. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... .... 71
LAMPIRAN ... .... 73
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang tertua, yang dilakukan oleh
manusia sejak zaman Yunani kuno sampai dewasa ini. Gerakan-gerakan yang
terdapat dalam cabang olahraga atletik adalah gerakan-gerakan yang dilakukan
oleh manusia di dalam hidup dan kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu,
berdasarkan atas sejarah, atletik adalah sebagai ibu dari semua cabang olahraga.
Menurut Hendrayana (2007: 3) atletik adalah: “Cabang olahraga yang meliputi jalan, lari, lompat dan lempar.”
Di dalam setiap penyelenggaraan pesta olahraga seperti PON, Asian
Games, Sea Games, Olimpiade, atletik adalah salah satu cabang olahraga yang
selalu dijadikan acara pokok yang diperlombakan dalam penyelenggaraan
pesta-pesta olahraga tersebut. Atletik boleh dibilang sebagai olahraga yang paling
bergengsi dan populer dari semua cabang olahraga Olimpiade.
Dalam olahraga atletik, banyak nomor yang dipertandingkan, salah satu
nomor yang dipertandingkan dalam cabang olahraga atletik ini adalah nomor lari
jarak pendek (sprint). Nomor lari jarak pendek (sprint) terbagi kedalam beberapa
bagian, sebagaimana dikemukakan oleh Dikdik (2010: 2) bahwa: “Nomor lari
sprint adalah salah satu nomor dalam cabang atletik yang terdiri dari jarak lari 60
dari Jonath et al. (1987: 55) tentang lari jarak pendek yaitu: “Semua jarak lari
cepat dari 100 sampai 400 m disebut sebagai jarak lari cepat atau jarak sprint.”
Salah satu nomor dalam atletik yang mendapat perhatian lebih dari mata
dunia adalah nomor lari, terutama lari sprint atau lari jarak pendek. Dikatakan
demikian karena sejak zaman Athena sebelum masehi, adu lari cepat khususnya
jarak pendek ini sudah sangat terkenal. Nomor yang paling bergengsi dalam lari
jarak pendek adalah lari 100 meter, menurut Yuwono et al. (2010: 22) tentang lari
jarak pendek (sprint) adalah:
Lari 100 meter merupakan salah satu nomor lari jarak pendek yang terdapat dalam cabang atletik. Nomor ini merupakan nomor yang sangat menarik dan bergengsi, karena pelari yang menjuarai nomor ini akan cepat dikenal oleh masyarakat dan menjadi ukuran kemampuan manusia untuk mengatasi keterbatasan alamiah.
Komponen kondisi fisik dalam nomor lari jarak pendek (sprint) antara lain
kecepatan, fleksibilitas, kekuatan dan daya tahan. Berdasarkan karakteristik
tersebut maka sprinter harus dilatih komponen-komponen tersebut terutama
kecepatan, hal itu dijelaskan oleh Dikdik (2010: 2) sebagai berikut: “... yang
paling dibutuhkan untuk semua nomor lari sprint dan gawang adalah kecepatan
(speed), sesuai dengan pengertian “sprint” yang berarti lari dengan tolakan
secepat-cepatnya.”
Kondisi fisik atlet memegang peranan penting dalam program latihannya.
Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis
dan ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional
dari sistem tubuh sehingga memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang
Satriya, et al. (2007: 57) menjelaskan bahwa:
Latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical fitness). Derajat kesegaran jasmani seseorang sangat menentukan kemampuan fisiknya dalam pelaksanaan tugas sehari-hari. Kian tinggi derajat kesegaran jasmani seseorang maka kian tinggi pula kemampuan kerja fisiknya.
Senada dengan pendapat tersebut, Harsono (1988: 153) menjelaskan
bahwa kondisi fisik baik maka:
1. Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung. 2. Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan dan
lain-lain komponen kondisi fisik.
3. Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan.
4. Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan.
5. Akan ada respons yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu respons demikian diperlukan.
Untuk itu program latihan kondisi fisik harus ditata, dirancang, dan
dilaksanakan secara baik, dan sistematis sehingga bisa meningkatkan kesegaran
jasmani, dan meningkatkan kemampuan biomotorik atlet yaitu kekuatan,
kecepatan, daya tahan, dan fleksibilitas.
Mengenai latihan kondisi fisik Harsono (1998: 154) mengemukakan
bahwa: “Saat-saat paling berbahaya dalam latihan biasanya adalah tiga atau empat
minggu pertama dari musim latihan, oleh karena pada saat itu atlet biasanya
belum memiliki kekuatan, kelentukan, daya tahan dan keterampilan yang cukup.”
Oleh karena itu, melalui latihan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan
intensitas serta kompleksitasnya sedikit demi sedikit ditingkatkan, maka atlet akan
berubah menjadi lebih kuat, lebih lincah, lebih tahan, dan terampil, dengan
Berdasarkan pendapat tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa
latihan kondisi fisik dapat menunjang atlet dalam performanya. Sehingga apabila
seorang atlet mempunyai performa yang bagus pada saat bertanding, maka sudah
dipastikan atlet tersebut mempunyai kondisi fisik yang bagus. Dengan kata lain,
hasil kerja kian produktif jika kemampuan jasmaninya kian meningkat.
Prestasi yang optimal dapat dicapai oleh seorang atlet apabila atlet tersebut
memiliki tingkat kualitas kondisi fisik yang baik, sehingga perlunya latihan
kondisi fisik yang terprogram secara sistematis dan terencana. Hal ini tidak lepas
dari peran seorang pelatih dan program latihan yang baik serta penataan
(management) organisasi yang baik. Pelatih yang berpengalaman dan
berpengetahuan memiliki peran yang penting dalam proses pembinaan kondisi
fisik atlet atletik khususnya lari jarak pendek, dikarenakan dalam proses kondisi
fisik diperlukan berbagai pengetahuan pendukung agar latihan kondisi fisik dapat
berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
Kondisi fisik yang baik harus dimiliki seorang atlet karena merupakan
syarat yang tidak dapat diabaikan dan penting sekali dalam mencapai prestasi
yang tinggi. Disamping itu, kondisi fisik yang baik merupakan kunci keberhasilan
dalam berbagai cabang olahraga. Jadi, sebelum atlet diturunkan ke dalam situasi
pertandingan, atlet harus sudah berada dalam suatu kondisi fisik dan tingkat
fitness yang baik atau prima untuk menghadapi intensitas kerja dan segala macam
kondisi yang akan dihadapinya selama pertandingan dilaksanakan. Dalam hal ini
Harsono (1988: 153) mengatakan bahwa: “Karena sukses dalam olahraga sering
semakin jelas bahwa kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam
meningkatkan prestasi atlet.” Berdasarkan pendapat tersebut, latihan kondisi fisik
(physical conditioning) memegang peranan yang sangat penting untuk
mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical fitness).
Agar atlet lari jarak pendek menjadi atlet yang baik, seorang atlet dituntut
untuk memiliki komponen fisik sesuai dengan nomornya masing-masing. Untuk
mengetahui kemampuan yang dimiliki atlet, perlu dilakukannya sebuah tes. Salah
satu tes yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan fisik atlet
adalah tes parameter fisik. Dikdik (2010: 43) mengungkapkan bahwa: “Parameter
adalah sesuatu yang harus ada.” Berdasarkan pendapat tersebut penulis dapat
menyimpulkan bahwa tes parameter sangat penting untuk melihat kualitas kondisi
fisik atlet agar dapat mengetahui sejauh mana kemampuan atlet, dan tes parameter
fisik atlet juga sangat bermanfaat agar pelatih bisa membuat program yang baik
untuk membentuk kondisi fisik atlet.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti
kondisi fisik yang dimiliki oleh atlet lari jarak pendek yang berada di sentra
pembinaan atlet atletik SMPN Cisarua Kabupaten Bandung Barat, karena sejauh
ini belum ada hasil yang konkret mengenai profil kondisi fisik atlet atletik nomor
lari jarak pendek Kabupaten Bandung Barat. Di samping itu, nomor lari jarak
pendek atau sprint adalah nomor lari yang paling bergengsi diantara nomor-nomor
yang lain, hal ini dikarenakan apabila seseorang yang mampu memenangkan
lomba di nomor ini dengan catatan waktu yang sangat baik dalam artian bahwa
sebagai orang tercepat di dunia seperti sprinter dunia asal Jamaika yaitu Usain
Bolt. Usain Bolt Sampai saat ini masih memegang rekor manusia tercepat di
dunia, karena sampai saat ini belum ada atlet-atlet yang bisa mengalahkan rekor
dunia miliknya.
Atlet lari jarak pendek yang berada di sentra pembinaan atlet atletik SMPN
Cisarua KBB adalah atlet-atlet yang bagus. Hal itu dapat dilihat dari hasil
PORKAB KBB I yang diadakan tahun 2012 kemarin, banyak atlet-atlet muda
yang sangat berpotensi di nomor lari jarak pendek. Dengan demikian penulis
termotivasi untuk meneliti nomor lari jarak pendek yang berada di sentra
pembinaan atlet atletik SMPN Cisarua Kabupaten Bandung Barat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis ingin merumuskan
masalah penelitian ini dalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu: “Bagaimanakah
profil kondisi fisik atlet atletik nomor lari jarak pendek berdasarkan hasil tes
parameter kondisi fisik?”.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan
yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui bagaimana profil kondisi fisik atlet
D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan oleh penulis pada penelian ini
adalah metode deskriptif. Metode ini digunakan atas dasar bahwa sifat penelitian
ini yaitu melakukan satu kali tes untuk melihat profil kondisi fisik atlet atletik
nomor lari jarak pendek berdasarkan hasil tes parameter kondisi fisik di sentra
pembinaan atlet atletik SMPN Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Mengenai
metode deskriptif Surakhmad (1982: 139) menjelaskan:
Penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Karena banyak sekali ragam penyelidikan demikian, metode penyelidikan deskriptif lebih merupakan istilah umum yang mencakup berbagai teknik deskriptif. Di antaranya ialah penyelidikan yang menuturkan, menganalisa, dan mengklasifikasi; penyelidikan dengan teknik survey, dengan teknik interviu, angket, observasi, atau dengan teknik test; studi kasus, studi komperatif, studi waktu dan gerak, analisa kuantitatif, studi kooperatif atau operasional.
Dari berbagai uraian tersebut, maka untuk meneliti pada penelititan kali ini
penulis menggunakan metode deskriptif, karena penulis langsung memperoleh
data pada saat itu juga.
E. Manfaat penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan
penelitian yang hendak dicapai, maka manfaat yang penulis harapkan adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat dijadikan sebagai informasi dan sumbangan ilmu yang berarti dalam
atletik nomor lari jarak pendek sentra pembinaan atlet atletik SMPN Cisarua
Kabupaten Bandung Barat.
b. Hasil penelitian ini dapat berguna bagi pelatih atletik khususnya nomor lari
jarak pendek (sprint) dalam memberikan materi yang benar dan sesuai kepada
atlet, dan dapat dijadikan bagi para pelatih atletik untuk memberikan bentuk tes
yang sesuai untuk kondisi fisik para atlet sesuai dengan nomor nya
masing-masing.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi pelatih, pelatih dapat mengetahui sejauh mana tingkat kondisi
fisik atlet, sehingga pelatih dapat mengembangkan dan meningkatkan kondisi
fisik atlet yang dilatihnya, dan dapat menjadi acuan sejauh mana kondisi fisik
para atlet.
b. Manfaat bagi atlet, atlet dapat mengetahui sejauh mana kemampuan atlet,
sehingga atlet dapat termotivasi untuk meningkatkan kondisi fisik atlet
tersebut.
c. Manfaat bagi peneliti, kondisi fisik atlet dapat dijadikan sebagai bahan acuan
dalam pelaksanaan penelitian khususnya di daerah Kabupaten Bandung Barat.
F. Batasan Penelitian
Berdasarkan masalah yang diangkat oleh penulis yaitu profil kondisi fisik
atlet atletik nomor lari jarak pendek berdasarkan hasil tes parameter kondisi fisik
maka untuk menghindari salah tafsir maka penulis membatasi penelitian ini
1. Penelitian ini hanya mengungkap gambaran tingkat kondisi fisik atlet atletik
putra dan putri pada nomor lari jarak pendek, untuk dijadikan dasar dalam
melihat kualitas program pelatihan di sentra pembinaan atlet atletik SMPN
Cisarua Kabupaten Bandung Barat.
2. Kajian parameter fisik untuk atlet putra dan putri hanya dilihat pada
kemampuan fleksibilitas, kecepatan, daya tahan, dan power.
3. Populasi penelitian adalah atlet atletik nomor lari jarak pendek di sentra
pembinaan atlet atletik SMPN Cisarua Kabupaten Bandung Barat dengan
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel
a. Lokasi
Penulis melaksanakan penelitian di sentra pembinaan atlet atletik SMPN 1
Cisarua KBB yang berada di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat.
Alasan penulis memilih sentra pembinaan atlet atletik SMPN 1 Cisarua KBB
karena penulis ingin mengetahui sejauh mana kemampuan kondisi fisik para atlet
atletik, khususnya nomor lari jarak pendek yang berada di sentra pembinaan atlet
atletik SMPN 1 Cisarua KBB.
b. Populasi
Dalam suatu penelitian, populasi dan sampel merupakan suatu hal yang
sangat penting artinya sebagai objek penelitian atau sebagai sumber data. Adapun
yang dimaksud dengan populasi seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (2010: 173)
yaitu: “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.” Senada dengan pendapat
tersebut, Sudjana (1994: 121) mengemukakan bahwa: “Populasi adalah jumlah
tertentu dari manusia yang diselidiki secara nyata.” Sedangkan menurut Sugiyono
(2011: 117) populasi adalah: “Wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”
Dengan demikian berdasarkan penjelasan tersebut, dapat penulis
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah atlet atletik nomor lari jarak
pendek yang berada di sentra pembinaan atlet atletik Kabupaten Bandung Barat.
c. Sampel
Mengenai sampel penelitian, Arikunto (2010: 174) menjelaskan bahwa:
“Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.” Menurut Sugiyono
(2011: 118) sampel adalah: “Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut.” Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa sampel
adalah jumlah populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
teknik purposive sampling, yaitu menentukan sampel dengan pertimbangan
tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal. Dalam teknik
ini penulis menggunakan pengetahuannya dalam melakukan pertimbangan
memilih sampel. Atlet yang dijadikan sampel adalah atlet atletik nomor lari jarak
pendek di sentra pembinaan atlet atletik SMPN Cisarua KBB yang berusia 14 - 15
tahun dan sudah berprestasi di tingkat Kabupaten. Atlet putra maupun putri yang
dijadikan sampel ini pernah mengikuti pertandingan dan aktif dalam mengikuti
latihan, dengan demikian sampel yang ditentukan penulis diharapkan dapat
memberikan data secara maksimal. Data yang diperoleh dari pelatih sentra
pembinaan atlet atletik SMPN 1 Cisarua KBB yang berada di Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bandung Barat, jumlah atlet atletik nomor lari jarak pendek yang aktif
B. Desain dan Langkah-langkah Penelitian
a. Desain Penelitian
Untuk memperlancar proses penelitian maka perlu dilakukan
langkah-langkah yang akan peneliti lakukan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan desain one-shoot case study yaitu pendekatan yang
menggunakan satu kali pengumpulan data pada saat itu juga. Desain atau
rancangan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah seperti yang terlihat
dalam skema seperti pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1
Desain Penelitian One-Shoot Case Study (Sumber: Arikunto, 2010: 124) Keterangan :
X : Tes parameter kondisi fisik atlet
O : Kondisi fisik atlet nomor lari jarak pendek
b. Langkah-langkah Penelitian
Menurut Muhammad (2010: 1) langkah-langkah penelitian adalah:
Serangkaian proses penelitian dimana peneliti menghadapi suatu masalah dan berupaya memecahkan masalah tersebut sampai pada pengambilan kesimpulan apakah hasil penelitian itu dapat memecahkan masalah atau tidak. Langkah-langkah penelitian ini saling terkait satu dengan yang lain dan sistematis hingga diperoleh bobot hasil penelitian yang qualified.
Pada penelitian ini, langkah-langkah yang telah disusun peneliti adalah
sebagai berikut:
1. Menetapkan populasi dan sampel
Populasi
Sampel
Tes parameter kondisi fisik
Sprint 30 Meter 10 Bound Sprint 300 Meter Sit and Reach
Pengolahan dan Analisis Data
Kesimpulan
Lari 12 Menit
3. Pengolahan dan analisis data
4. Kesimpulan
Langkah-langkah yang akan ditempuh peneliti pada penelitian ini adalah
seperti pada skema Gambar 3.2.
Gambar 3.2
Langkah-langkah Penelitian
C. Metode Penelitian
Dalam setiap penelitian diperlukan suatu metode. Penggunaan metode
prosedur penelitian membicarakan urutan kerja penelitian dan teknik penelitian
membicarakan alat-alat yang digunakan dalam mengukur atau mengumpulkan
data penelitian. Dengan demikian, metode penelitian melingkupi prosedur dan
teknik penelitian.
Mengenai metode penelitian, menurut Arikunto (2010: 203) metode
penelitian adalah: “Cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
penelitiannya.” Sedangkan menurut Sugiyono (2011: 6) metode penelitian adalah:
“Cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,
dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada
giliranya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi
masalah dalam bidang pendidikan.” Ada beberapa metode yang digunakan untuk
mengadakan suatu penelitian diantaranya seperti metode historis, deskriptif, dan
eksperimen. Dari ketiga metode tersebut, yang sesuai dengan permasalahan yang
dikemukakan penulis adalah metode deskriptif. Metode ini digunakan atas dasar
bahwa sifat penelitian ini yaitu melakukan satu kali tes untuk melihat profil
kondisi fisik awal atlet atletik nomor lari jarak pendek berdasarkan hasil tes
parameter kondisi fisik di sentra pembinaan atlet atletik Kabupaten Bandung
Barat. Mengenai metode deskriptif Winarno Surakhmad (1982:139) menjelaskan:
Senada dengan pendapat tersebut, Sudjana dan Ibrahim (Rodianto, 2012:
33) menjelaskan tentang metode deskriptif yaitu: „Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala peristiwa kejadian yang
terjadi pada saat sekarang.‟ Dari berbagai uraian tersebut, maka untuk meneliti
pada penelitian kali ini penulis menggunakan metode deskriptif, karena penulis
langsung memperoleh data pada saat itu juga.
D. Definisi Operasional
Untuk lebih memahami dan memudahkan istilah-istilah penelitian maka
penulis akan menjelaskan istilah yang ada didalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Profil. Menurut Moeliono (1989: 702) profil adalah gambaran. Menurut Victori
(Nugroho, 2010: 10) profil adalah grafik, diagram, atau tulisan yang
menjelaskan suatu keadaan yang mengacu pada data seseorang atau sesuatu.
Jadi profil adalah gambaran yang menjelaskan tentang suatu keadaan. Keadaan
pada penelitian ini adalah gambaran tentang profil kondisi fisik atlet lari jarak
pendek.
2. Atletik. Menurut Hendrayana (2007: 3) atletik adalah cabang olahraga yang
meliputi jalan, lari, lompat dan lempar.
3. Daya tahan. Menurut Harsono (1988: 155) daya tahan adalah keadaan atau
kondisi tubuh yang mampu untuk bekerja untuk waktu yang lama, tanpa
mengalami kelelahan yang berlebihan.
4. Fleksibilitas. Menurut Harsono (1988: 163) fleksibilitas adalah kemampuan
5. Kekuatan. Menurut Harsono (1988: 176) kekuatan adalah kemampuan otot
untuk membangkitkan tegangan terhadap sesuatu tahanan.
6. Power. Menurut Harsono (1988: 200) power adalah kemampuan otot untuk
mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat.
7. Kecepatan. Menurut Suhendro (1998: 4.20) kecepatan adalah kemampuan
seseorang untuk melakukan gerakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
8. Parameter adalah ukuran atau kriteria yang harus ada.
E. Instrumen dan Alat Ukur Penelitian
Instrumen merupakan suatu alat yang digunakan untuk penelitian.
Menurut Arikunto (2010: 203) instrumen adalah: “Alat atau fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih
mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah.” Ada banyak instrumen yang digunakan dalam
suatu penelitian, dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen dengan
metode tes. Menurut Arikunto (2010: 193) tes adalah: “Serentetan pertanyaan
atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok.”
Agar tercapainya keberhasilan dalam penelitian ini maka diperlukan alat
ukur untuk mendapatkan data. Nurhasan et al. (2007: 5) mengemukakan bahwa:
“Pengukuran adalah proses pengumpulan data/informasi dari suatu obyek tertentu,
peneliti menggunakan instrumen berupa tes. Untuk memperoleh data dalam
penelitian ini penulis menggunakan tes parameter kondisi fisik untuk sprint yang
dirancang dalam buku Vern Gambetta (1989: 33) yang terdiri dari 6 (enam) butir
tes yaitu: 1) Sprint 30 meter untuk menguji kecepatan absolut (absolut speed), 2)
Lari 300 meter untuk menguji daya tahan khusus, 3) 3 x 30 Meter Bounding, 4) 10
Meter Bounding untuk menguji kekuatan elastik yang berhubungan langsung
dengan kecepatan absolut, 5) Lari 3000 meter (putra) dan 6) Lari 2000 meter
(putri). Sedangkan menurut Cholil (2008: 51) tes untuk pelari jarak pendek harus
memenuhi komponen power, kecepatan, fleksibilitas, dan daya tahan. Menurut
Mackanzie (2012: 1) Tes untuk sprint yaitu: 1) sprint 30 meter untuk kecepatan,
2) sit and reach test, 3) cooper VO2 max test untuk daya tahan, 4) Lari 250 meter,
5) 10 stride test.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen berupa tes. Tes
parameter kondisi fisik ini mengacu pada tabel yang dipaparkan oleh Rainer
Martens (1942: 276) bahwa: “Dalam olahraga atletik khususnya lari jarak pendek
membutuhkan fleksibilitas, kekuatan, daya tahan, kecepatan, dan power.” Adapun
tes parameter yang peneliti gunakan pada penelitian ini adalah kombinasi dari
Gambetta dan Mackenzie sebagai berikut:
1. Fleksibilitas : Sit and reach test
2. Power : 10 Bound test
3. Daya tahan cardiovascular : Lari 12 menit
4. Kecepatan : Sprint 30 meter
Berikut adalah penjelasan instrumen tes parameter kondisi fisik tersebut:
1. Tes sit and reach test
a. Tujuan :
Untuk mengukur fleksibilitas dari pantat/panggul dan punggung, juga
elastisitas otot-otot hamstring.
b. Keterangan :
Tes ini untuk pria dan wanita, usia 10 tahun hingga tingkat mahasiswa.
Reliabilitas tes 0,92 dengan prosedur tes retes pada hari yang berbeda. Validitas
tes tergolong face validity. Untuk lebih jelas pelaksanaan tes sit and reach dapat
dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Sit and Reach Test
2. Tes Sprint 30 M
a. Tujuan :
Untuk mengukur kecepatan absolut
b. Alat/Fasilitas :
1) Lintasan lurus, rata dan tidak licin jarak antara garis start dan finish 30 m.
3) Stop Watch
c. Pelaksanaan :
Atlet berdiri di belakang garis start dengan sikap berdiri, aba-aba “ya”
subyek lari ke depan secepat mungkin menempuh jarak 30 meter. Pada saat atlet
menyentuh garis finish, stopwatch dihentikan. Untuk lebih jelas pelaksanaan tes
sprint 30 meter dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Sprint 30 Meter
2. Tes 10 Bounds
a. Tujuan :
Untuk mengukur power
b. Alat/Fasilitas :
1) Lintasan lurus, rata, dan tidak licin
2) Peluit
3) Meteran
Pelaksanaan : Atlet berdiri di garis start, kemudian pada saat mendengar peluit,
atlet melakukan gerakan hop tanpa diawali dengan awalan. Apabila atlet sudah
ditempuh oleh atlet pada langkah yang ke 10 dengan menggunakan meteran yang
sudah dipersiapkan dimulai dari garis start sampai jarak yang dicapai oleh atlet
pada langkah yang ke 10. Untuk lebih jelas pelaksanaan 10 bound test dapat
dilihat pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5 10 Bounding Test
3. Tes Sprint 300 Meter
a. Tujuan :
Untuk mengukur daya tahan kecepatan
b. Alat/Fasilitas :
1) Lintasan yang rata dan tidak licin yang telah diketahui panjangnya, sehingga
mudah untuk menentukan jarak yang ditempuh oleh atlet
2) Bendera start
3) Peluit
4) Stop Watch
c. Pelaksanaan :
Atlet berdiri dibelakang garis start. Pada aba-aba “siap” subyek
menuju garis finish secepat-cepatnya. Apabila atlet telah sampai di garis finish,
stop watch dihentikan. Untuk lebih jelas pelaksanaan tes sprint 300 meter dapat
dilihat pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6 Sprint 300 Meter
4. Tes lari 12 menit untuk putra dan putri
a. Tujuan :
Untuk mengukur Vo2Max/daya tahan
b. Alat/Fasilitas :
1) Lintasan yang rata dan tidak licin yang telah diketahui panjangnya, sehingga
mudah untuk menentukan jarak yang ditempuh oleh atlet.
2) Bendera start
3) Peluit
4) Stop Watch
5) Nomor dada
6) Formulir pencatatan hasil
c. Pelaksanaan :
Atlet berdiri dibelakang garis start. Pada aba-aba “siap” subyek
mengambil sikap start berdiri untuk siap lari. Pada aba-aba “ya” subyek lari
menuju garis finish, dengan menempuh waktu 12 menit untuk putra dan 10 menit
untuk putri. Untuk lebih jelas pelaksanaan tes lari 12 menit dapat dilihat pada
Gambar 3.7.
Gambar 3.7 Lari 12 Menit
F. Prosedur dan Analisis Data
Setelah data dari tes terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengolah data
dan analisis data. Langkah-langkah pengolahan data tersebut ditempuh dengan
prosedur sebagai berikut :
1. Menghitung Rata-Rata
Untuk menghitung rata-rata dalam penelitian ini penulis menggunakan
rumus sebagai berikut:
X = n
X
Arti tanda-tanda rumus diatas adalah:
X = skor mentah
n = jumlah sampel
2. Menghitung Simpangan Baku
Untuk menghitung simpangan bakunya penulis menggunakan rumus
sebagai berikut:
Arti tanda-tanda rumus di atas adalah:
S = simpangan baku yang dicari
X = nilai data mentah
X = nilai rata - rata yang dicari
n = jumlah sampel
3. Penentuan Kategori
Dalam penentuan kategori yang penulis gunakan dalam penelitian ini,
penulis menggunakan peniliaian acuan norma dengan menggunakan skala 1-4
yang sudah ada dan layak dipergunakan. Adapun kriteria penilaian atau norma
untuk putra maupun putri seperti dalam Tabel 3.1, 3.2, 3.3, 3.4, 3.5, 3.6, 3.7, 3.8,
3.9, dan 3.10.
Tabel 3.1
Kategori Skor Tes Sit and Reach Atlet Putra
Skala Batas Skor Rentang Skor Kategori Nilai Kategori
x + 1.8 (s) 16 + 1.8 (4.4) = 24 > 24 Sempurna 10
x + 0.6 (s) 16 + 0.6 (4.4) = 18.6 18.6 - 23 Baik Sekali 8
x - 0.6 (s) 16 - 0.6 (4.4) = 13.4 13.4 - 17 Baik 6
x - 1.8 (s) 16 - 1.8 (4.4) = 8.1 8.1 - 12 Cukup 4
Tabel 3.2
Kategori Skor Tes Sit and Reach Atlet Putri
Skala Batas Skor Rentang Skor Kategori Nilai Kategori
x + 1.8 (s) 13.6 + 1.8 (5.34) = 23.2 > 23.2 Sempurna 10
Kategori Skor Tes Sprint 30 Meter Atlet Putra
Skala Batas Skor Rentang Skor Kategori Nilai Kategori
x - 1.8 (s) 4.7 - 1.8 (0.56) = 3.70 < 3.70 Sempurna 10
Kategori Skor Tes Sprint 30 Meter Atlet Putri
Skala Batas Skor Rentang Skor Kategori Nilai Kategori
x - 1.8 (s) 5.69 - 1.8 (0.23) = 5.28 < 5.28 Sempurna 10
Kategori Skor Tes 10 Bound Atlet Putra
Tabel 3.6
Kategori Skor Tes 10 Bound Atlet Putri
Skala Batas Skor Rentang Skor Kategori Nilai Kategori
Kategori Skor Tes Lari 300 Meter Atlet Putra
Skala Batas Skor Rentang Skor Kategori Nilai Kategori
Kategori Skor Tes Lari 300 Meter Atlet Putri
Skala Batas Skor Rentang Skor Kategori Nilai Kategori
Kategori Skor Tes Lari 12 Menit Atlet Putra
Tabel 3.10
Kategori Skor Tes Lari 12 Menit Atlet Putri
Skala Batas Skor Rentang Skor Kategori Nilai Kategori
Dari data yang diolah kemudian disederhanakan kedalam persentase
Menggunakan analisis deskriptif persentase dengan rumus
Arti tanda-tanda rumus di atas adalah:
DF = Klasifikasi nilai
F = Jumlah siswa yang masuk dalam klasifikasi nilai dalam setiap tes
N = Jumlah keseluruhan populasi
5. Penentuan Konversi
Penentuan konversi nilai dari setiap komponen tes kondisi fisik terlihat
6. Penentuan Nilai Kondisi Fisik Atlet
Rumus:
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini, penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Komponen kondisi fisik atlet putra: a) fleksibilitas atlet putra berada pada
kategori baik, b) komponen kecepatan berada pada kategori baik, c) power atlet
putra berada pada kategori baik, d) komponen daya tahan khusus berada pada
kategori baik dan e) komponen daya tahan cardiovascular atlet putra berada
pada kategori baik.
2. Komponen kondisi fisik atlet putri: a) komponen fleksibilitas atlet putri berada
pada kategori baik, b) untuk komponen kecepatan berada pada kategori baik, c)
power berada pada kategori baik, d) komponen daya tahan khusus berada pada
kategori baik, dan e) daya tahan cardiovascular atlet putri berada pada kategori
baik.
3. Secara keseluruhan kondisi fisik atlet atletik nomor lari jarak pendek
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, selanjutnya
penulis mengajukan saran atau rekomendasi sebagai berikut:
1. Bagi para pelatih bisa dijadikan sebagai bahan acuan untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan fisik atlet atletik nomor lari jarak pendek yang berada di
sentra pembinaan atlet atletik SMPN Cisarua KBB.
2. Bagi para pelatih, pembina, guru, dan pemerhati olahraga khususnya cabang
olahraga atletik, dalam pembinaan dan pemilihan bakat supaya memperhatikan
kriteria kemampuan kondisi fisik, guna menunjang pencapaian prestasi atlet
atau anak didiknya dimasa yang akan datang.
3. Para pelatih hendaknya dalam proses latihan memberikan latihan yang baik dan
berkualitas, yaitu proses latihan yang memperhatikan prinsip-prinsip latihan
serta norma-norma latihan. Serta menerapkan ilmu-ilmu penunjang dalam
metodologi kepelatihan agar atlet yang kita bina dapat menjadi atlet yang baik.
4. Penulis menganjurkan kepada rekan mahasiswa yang akan melakukan
penelitian tentang kondisi fisik, khususnya dalam cabang olahraga atletik agar
mencoba unsur tes parameter kondisi fisik sesuai dengan nomornya
masing-masing, sehingga dengan begitu menambah pembendaharaan bentuk tes
parameter sesuai dengan nomornya masing-masing sehingga dapat mengetahui
sejauh mana kemampuan atlet yang kita bina sesuai dengan nomor/events
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Giriwijoyo, Santosa. (2007). Ilmu Faal Olahraga. FPOK UPI Bandung.
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta : C.V. Tambak Kusuma.
Hendrayana, Yudy. (2007). Bermain Atletik. FPOK UPI Bandung.
Jafar, Muhamad.(2010). Metodologi Penelitian. [Online]. Tersedia: http://www.slideshare.net/liroesdy/materi-kuliah-metodologi-penelitian-3-langkahlangkah-penelitian. [Desember, 2010]
Jaya, Ricky Saputra. (2007). Lari Sprint 100m. [Online]. Tersedia : http://riki1987.blogspot.com/. [ November 2007 ]
Jonath. et al. (1987). Atletik. Jakarta : PT Rosda Jayaputra.
Lutan, Rusli. et al. (2007). Evaluasi Pendidikan Jasmani. FPOK UPI Bandung.
Mackenzi, Brian. 101 Evaluation Test.[Online]. Tersedia: http://www.brianmac.co.uk/flying30.htm.
Martens, Rainer. (1942). Succesful Coaching. United States: Human Kinetics.
Melati, Dewi Sekar. (2011). Atletik. [Online]. Tersedia: http://ra-dewisekarmelati.blogspot.com/p/atletik.html. [ Februari 2011]
Moeliono, Anton M. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Nurhasan. et al. (2008). Modul Mata Kuliah Statistika. FPOK UPI Bandung.
Rodianto, Ismail. (2011). Profil Kondisi Fisik Atlet Dayung Jawa Barat Dikaitkan dengan Prestasi pada Event PON XVII di Kalimantan Timur. Skripsi pada FPOK UPI Bandung.
Satriya, et al. (2007). Metodologi Kepelatihan Olahraga. FPOK UPI Bandung.
Sidik, Dikdik Zafar. (2010). Mengajar dan Melatih Atletik. Bandung : PT Remaja Remaja Rosdakarya.
Sidik, Dikdik Zafar. (2010). Pembinaan Kondisi Fisik. FPOK UPI Bandung.
Soegito. et al. (1996). Pendidikan Atletik. Jakarta : Universitas Terbuka.
Sugiyono. (2011). Metode Penelian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Bandung.
Suhendro, Andi. (1998). Dasar-dasar Kepelatihan. Depdikbud: Universitas Terbuka.
Surakhmad, Winarno. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik. Bandung : Tarsito.
Yuwono, Cahyo et al. (2011). Pengembangan Accelerometer Berbasis Personal Computer untuk Mengetahui Karakteristik Lari Jarak Pendek Menggunakan Teknologi Wireless. Dalam Profesional [Online], Vol 8 (8),
32 halaman. Tersedia : journal.unnes.ac.