HUBUNGAN KECERDASAN LINGUISTIK
DENGAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA
KELAS X SMK NEGERI 12 BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
oleh
Anggit Khairani Wiwitan 0906449
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
HUBUNGAN KECERDASAN LINGUISTIK
DENGAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA
KELAS X SMK NEGERI 12 BANDUNG
oleh
Anggit Khairani Wiwitan
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Anggit Khairani Wiwitan 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN KECERDASAN LINGUISTIK DENGAN HASIL
PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS X
SMK NEGERI 12 BANDUNG
oleh
ANGGIT KHAIRANI WIWITAN NIM 0906449
disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I,
Dr.H.Andoyo Sastromiharjo, M.Pd. NIP 196109101986031004
Pembimbing II,
Dra.Nunung Sitaresmi, M.Pd NIP 196201091987032002
Diketahui oleh:
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
HUBUNGAN KECERDASAN LINGUISTIK DENGAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS X
SMK NEGERI 12 BANDUNG
oleh
ANGGIT KHAIRANI WIWITAN
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya hasil pembelajaran menulis siswa yang tidak optimal pencapaian dalam evaluasinya. Di samping itu, seorang guru belum bisa menyadari dan memanfaatkan sebuah kecerdasan linguistik yang dimiliki siswa dalam pengembangan pembelajaran menulis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan yang dihasilkan oleh kecerdasan linguistik terhadap hasil pembelajaran menulis dan mengetahui perbedaan pengaruh kecerdasan linguistik terhadap hasil karangan narasi 3 subkelompok, yaitu unggul, sedang, dan rendah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi yang merupakan pengembangan dari penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi pada penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMK Negeri 12 Bandung yang berjumlah 14 kelas. Sampel penelitian ini adalah kelas X PPU 2 di SMK Negeri 12 Bandung. Data penelitian diperoleh melalui tes psikologi kecerdasan linguistik dan tes hasil belajar yang terdiri dari tes awal dan tes akhir berupa evaluasi menulis karangan narasi dengan strategi pembelajaran multiple intelligences, yaitu metode VAK (Visual, Auditory, Kinestethic).
Hasil penelitian dengan taraf signifikansi yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi r = 0,370 menunjukan hubungan yang rendah namun bernilai positif, dan P-value (sig) = 0,048. Taraf signifikansi P-value (sig) < 0,05 tersebut, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan linguistik dan kemampuan menulis. Hubungan yang dimaksud berupa hubungan positif, yakni semakin besar kecerdasan linguistik yang dimiliki siswa akan memberi peluang semakin besar pula kemampuan menulisnya.
Hasil pembelajaran akhir lebih baik daripada hasil pembelajaran menulis dengan kemampuan awal. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa pembelajaran VAK dapat memaksimalkan modalitas dalam belajar dan mampu mengakomodasi kecerdasan linguistik siswa dalam mengoptimalkan hasil pembelajaran menulis secara signifikan.
Dari hasil uji beda rata-rata 3 subkelompok didapatkan nilai P-value = 0,116, artinya kecerdasan linguistik tidak memberikan perbedaan kontribusi terhadap kemajuan hasil pembelajaran menulis siswa yang tinggi, sedang,
ABSTRACT
THE CONNECTION OF LINGUISTICS INTELLIGENCE WITH THE LEARNING OUTCOMES OF NARRATIVE WRITING
FROM CLASS X SMKN 12 BANDUNG
by
ANGGIT KHAIRANI WIWITAN
This research is based on the result of students’ writing subject. Moreover, die the fact that teachers can not maximize students’ linguistics intelligence to increase the teaching of writing. This research is aimed to know the correlation of students’ linguistics intelligence towards the result of teaching writing and to know the effect of students’ linguistics intelligence of 3 subcategories: superior,
medium, and low.
The method used in this study is the correlation of which is the development of a quantitative descriptive study. The population is all class X students of SMK Negeri 12 Bandung, consisting of 14 classes. The sample is class X PPU 2 at SMK Negeri 12 Bandung. The data were obtained through psychological tests of linguistic intelligence and achievement test consisting of the initial test and final test in the form of narrative essay writing evaluation with multiple intelligences learning strategies, which are the methods of VAK (Visual, Auditory, and Kinesthetic).
The results of research conducted with a significance level indicates that the value of the correlation coefficient r = 0.370 shows that the relationship is low but positive, and value (sig) = 0.048. Significance level of P-value (sig) <0.05, indicating that there is a significant relationship between linguistic and writing skill. The relation is a positive relationship that is the greater the linguistic intelligence of the students will give the greater chance of writing skill.
Learning result is better than in the beginning. Thus, we can say that VAK method can be used to maximize and accommodate students’ linguistics intelligence to optimize the result of students’ writing ability significantly.
DAFTAR ISI
BAB II KECERDASAN LINGUISTIK, MENULIS, DAN MODEL PEMBELAJARAN MENULIS A. Landasan Teori ... 9
1. Kecerdasan Linguistik ... 9
a. Pengertian Kecerdasan Linguistik ... 9
b. Karakteristik Kecerdasan Linguistik ... 10
c. Indikator Kecerdasan Linguistik ... 12
d. Penilaian Menulis Narasi ... 24
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 52
3. Hubungan Hasil Tes Psikologi dengan Pembelajaran Menulis 61 4. Perbedaan Kontribusi Kecerdasan Linguistik terhadap Hasil Pembelajaran Menulis Siswa Tinggi, Sedang, Rendah ... 63
2. Hasil Pembelajaran Menulis Siswa ... 68 3. Hubungan antara Kecerdasan Linguistik dengan Hasil
Pembelajaran Menulis ... 70 4. Perbedaan Kontribusi Kecerdasan Linguistik terhadap Hasil
Menulis siswa tinggi, sedang, rendah ... 71
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 72 B. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hurlock (1980 : 208) mengatakan bahwa masa Sekolah Menengah Atas/SMK
adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa awal. Pada masa
inilah pembendaharaan verbal linguistik mengalami perkembangan, yaitu adanya
penambahan kosakata dan kemampuan untuk melakukan kegiatan verbal lebih
banyak. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah sekolah yang memusatkan
pembelajaran pada satu keahlian yang spesifik. Hal tersebut bertujuan untuk
mempersiapkan para siswanya agar siap terjun langsung ke dunia kerja. Salah satu
syarat untuk dapat mempersiapkan hal tersebut, siswa setidaknya memiliki
kecerdasan verbal yang baik dalam berkomunikasi untuk menunjang dalam
pekerjaanya.
Sebuah kecerdasan verbal-linguistik telah terbentuk sebelum kelahiran. Dalam
studinya Verney (Campbell, 2002: 10) menunjukkan bahwa bayi-bayi yang
dibacakan sebelum lahir, memiliki awal yang utama dalam perkembangan
kecerdasan verbal-linguistik.
Sylwester (Jasmine, 2012:37) mengatakan “motivasi yang kuat dan pengajaran yang bagus bisa membantu untuk meningkatkan pemungsian ranah-ranah kecerdasan kita yang lemah, walaupun mungkin tidak akan sekuat ranah-ranah yang sejak awal memang berlevel tinggi”.
Masyarakat awam terkadang mengartikan kecerdasan sebagai IQ di atas
rata-rata, nilai ulangan selalu sempurna, selalu menjadi bintang kelas, dan
sebagainya. Sebuah kecerdasan bisa termasuk kreativitas, kepribadian, watak,
pengetahuan, atau kebijaksanaan. Kecerdasan biasanya merujuk pada kemampuan
atau kapasitas mental dalam berpikir. Namun, beberapa pakar psikologi tidak
memasukkan hal-hal tadi dalam kerangka definisi kecerdasan. Di tahun 1921,
menurut mereka kecerdasan adalah kemampuan untuk beradaptasi dan memiliki
kapasitas untuk belajar (Rafael, 2001:35).
Sejalan dengan pernyataan di atas, Gardner (Campbell, 2002: 2) pun
mengemukakan konsep kecerdasan yang sama bahwa ia tidak memandang
kecerdasan manusia berdasarkan skor tes standar semata. Namun, Gardner
menjelaskan kecerdasan adalah kemampuan untuk:
1) menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia;
2) menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan, dan
3) menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan
penghargaan dalam budaya seseorang.
Menurut Gardner (2003:36) kecerdasan majemuk diidentifikasi menjadi
tujuh jenis kecerdasan, yaitu (1) kecerdasan linguistik, (2) kecerdasan
logika-matematika, (3) kecerdasan keruangan/gambar, (4) kecerdasan gerakan, (5)
kecerdasan musik, (6) kecerdasan interpersonal, dan (7) kecerdasan intrapersonal.
Setiap kecerdasan tampaknya memiliki urutan perkembangan sendiri, tumbuh
pada waktu yang berbeda dalam suatu kehidupan. Howard Gardner (Campbell,
2002: 1) mengatakan “kognisi manusia itu bersifat satuan dan setiap individu
dapat dijelaskan sebagai makhluk yang memiliki kecerdasan yang dapat diukur dan tunggal”. Salah satunya adalah kecerdasan linguistik yang dapat diamati tingkat kecenderungannya. Armstrong (2002: 2) mengatakan “kecerdasan
linguistik itu adalah kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara
lisan (misalnya, pendongeng, narator, atau politisi) maupun secara tertulis
(misalnya, sastrawan, penulis drama, dan penyair)”.
Kecerdasan linguistik bersifat universal. Kecerdasan ini mewujudkan
dirinya dalam kata-kata, baik lisan maupun tulis. Kecerdasan linguistik
menyiratkan beberapa elemen yang dapat dipisahkan, seperti kemampuan untuk
melakukan analisis sintaksis, kemampuan baca-tulis, dan untuk belajar bahasa
melalui telinga (mendengarkan). Gardner (2003:75) mengatakan “orang dengan
kecerdasan linguistik yang tinggi menampilkan fasilitas dengan kata-kata dan
bahasa dan mereka biasanya pandai membaca, menulis, bercerita, dan menghafal
Menurut Gardner (Campbell, 2002 : 12) salah satu ciri orang yang memiliki
kecerdasan linguistik yaitu mampu menggunakan kemampuan menulis secara
efektif, memahami dan menerapkan aturan-aturan tata bahasa, ejaan, tanda baca,
dan menggunakan kosakata efektif. Kegiatan menulis bukan sekedar membuat
huruf dengan pena pada selambar kertas, melainkan media untuk memunculkan
potensi yang telah ada dalam diri, hal tersebut sejalan dengan Hernowo (2006: 9).
Potensi yang telah ada dalam diri tersebut dapat diartikan sebagai sebuah
kecerdasan linguistik yang telah dimiliki oleh siswa yang dapat digunakan dan
dipotimalkan dalam kegiatan menulis. Kegiatan menulis yang dimaksudkan
adalah menulis sebuah karangan narasi dengan memperhatikan diksi, bentuk kata,
dan ungkapan yang digunakannya.
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik
yang menggambarkan suatau bahasa yang dipahami oleh seseorang (Tarigan,
2008: 22). Menulis juga merupakan suatu respresentasi dari kesatuan-kesatuan
ekspresi bahasa dari hasil berpikir. Banyak orang yang mengatakan bahwa
menulis itu merupakan sebuah bakat yang dimiliki setiap orang. Baik itu menulis
biasa ataupun menulis terampil, tetapi semua orang dipastikan memiliki bakat
dalam menulis apa pun.
Menulis termasuk ke dalam salah satu keterampilan berbahasa. Sebagai
salah satu aspek dari keterampilan berbahasa, menulis atau mengarang merupakan
kegiatan yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan
kemampuan untuk menata dan mengorganisasikan ide secara runtut dan logis,
serta menyajikannya dalam ragam bahasa tulis dan kaidah penulisan lainnya.
Akan tetapi, di balik kerumitannya, menulis menjanjikan manfaat yang begitu
besar dalam membantu pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, kepercayaan
diri dan keberanian, serta kebiasaan dan kemampuan dalam menemukan,
mengumpulkan, mengolah, dan menata informasi.
Keraf (1994: 139) mengatakan, bahwa narasi adalah suatu bentuk wacana
yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Karena narasi mengajarkan siswa untuk
memperluas pengetahuan yang didasarkan kepada penalaran rasional dengan
menggunakan bahasa informatif, serta siswa dapat memiliki pola pikir yang lebih
sistematis. Jadi, dengan menulis karangan narasi siswa akan menggunakan
penalarannya melalui, kosakata, tata bahasa, dan ejaan yang dikuasainya agar
dapat mendeskripsikan dan menggambarkan suatu kejadian atau peristiwa secara
kronologis dan jelas. Kemampuan untuk menggunakan bahasa dan kata-kata yang
tepat dalam memaparkan sesuatu akan berhubungan dengan kecerdasan linguistik
yang dimiliki oleh siswa.
Kecenderungan sebagian guru dalam mengajarkan keterampilan menulis
di luar konteks bisa menjadi salah satu alasan mengapa hasil pembelajaran
menulis siswa tidak maksimal tercapai. John Goodlad (Campbell, 2002: 11) mengungkapkan, bahwa “pada kebanyakan kasus, guru merupakan pihak yang berbicara paling banyak sepanjang waktu terhadap siswa yang pasif”. Dalam hal ini siswa seharusnya ikut dilibatkan dan diberikan model pembelajaran yang
optimal dalam mengajarkan sebuah keterampilan menulis, salah satunya dengan
memanfaatkannya kecerdasan linguistik yang dimiliki oleh siswa.
Sejalan dengan pernyataan di atas, kecerdasan dan kemampuan menulis itu
sama-sama merupakan sebuah bakat yang dimiliki oleh seseorang. Akan tetapi,
guru belum bisa menyadari dan memanfaatkan sebuah kecerdasan linguistik yang
dimiliki siswa untuk pengembangan pembelajaran menulis. Dengan demikian,
dalam hasil evaluasi pembelajaran menulis dirasakan belum optimal. Hal tersebut
perlu diteliti dan diamati untuk menjawab pertanyaan apakah ada pengaruh
tingkat kecerdasan linguistik terhadap hasil pembelajaran menulis. Ada pun judul
yang akan diangkat oleh penulis dalam penelitian ini adalah “Hubungan
Kecerdasan Linguistik dengan Hasil Pembelajaran Menulis Karangan Narasi
Siswa Kelas X SMK Negeri 12 Bandung”.
B. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai
1. Kecerdasan lingusitik yang dimiliki siswa berbeda. Hal tersebut memiliki
hubungan dengan hasil menulis karangan narasi siswa.
2. Pada masa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kelas X pembendaharaan
verbal linguistik mengalami perkembangan dengan adanya penambahan
kosakata dan kemampuan untuk melakukan kegiatan verbal lebih banyak.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan yang sebenarnya,
maka penulis membatasi masalah yaitu memfokuskan penelitian ini pada
pengaruh kecerdasan linguistik terhadap hasil pembelajaran dalam menulis sebuah
karangan narasi. Adapun ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada hal-hal
berikut.
1. Fokus dalam penelitian ini adalah kompetensi pembelajaran menulis
karangan narasi.
2. Fokus dalam penelitian ini adalah melihat kecerdasan kecerdasan linguistik.
3. Sasaran dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMK Negeri 12
Bandung tahun ajaran 2012/2013.
D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan pokok masalah di atas, masalah tersebut dapat dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. bagaimanakah kecerdasan linguistik siswa kelas X SMK Negeri 12 Bandung?
2. bagaimanakah hasil pretes dan postes pembelajaran menulis siswa X SMK
Negeri 12 Bandung?
3. bagaimanakah hubungan kecerdasan linguistik dengan hasil pembelajaran
menulis karangan narasi siswa kelas X SMK Negeri 12 Bandung?
4. adakah perbedaan kontribusi kecerdasan linguistik terhadap hasil karangan
narasi siswa tinggi, sedang, dan rendah ?
E. Tujuan Penelitian
1. tingkat kecerdasan linguistik siswa kelas X SMK Negeri 12 Bandung;
2. hasil pretes dan postes pembelajaran menulis siswa X SMK Negeri 12
Bandung;
3. hubungan kecerdasan linguistik terhadap hasil pembelajaran menulis karangan
narasi siswa kelas X SMK Negeri 12 Bandung;
4. perbedaan pengaruh kecerdasan linguistik terhadap hasil karangan narasi
siswa unggul, sedang, dan rendah.
F. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat konseptual utamanya kepada
pembelajaran bahasa Indonesia itu sendiri. Manfaat dari penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini memiliki manfaat dalam keilmuan, yaitu sebagai sebuah
sebagai pijakan untuk mengembangkan penelitian dengan kecerdasan majemuk.
Karena dalam tiga tahun terakhir masih sangatlah kurang penelelitian tentang
kecerdasan majemuk yang sebenarnya dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai
perkembangan keilmuan keterampilan berbahasa pada umumnya.
Selaian itu, manfaat dalam keilmuan dapat dijadikan sebagai indikator
bahwa sebuah kecerdasan linguistik yang dimiliki siswa dapat dijadikan sebagai
sebuah potensi. Indikator tersebut dapat dikembangkan dalam pembelajaran yang
berbasiskan kecerdasan linguistik yang telah ada.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini memiliki manfaat praktis bagi guru, siswa, dan sekolah. Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut.
a. Guru
Manfaat bagi guru akan semakin mengerti bahwa sebuah kecerdasan
linguistik yang siswa miliki merupakan sebuah potensi dan dapat dikembangkan
sebuah pembelajaran yang baik dapat memberikan stimulasi yang optimal bagi
para siswa. Sehingga, tujuan dalam pembelajaran pun akan dicapai dengan baik.
b. Siswa
Siswa akan lebih mengetahui potensi kecerdasan linguistik yang dimilikinya.
Dengan demikian, kecerdasan linguistik tersebut dapat dikembangkan menjadi
salah satu kelebihan siswa yang bisa digali kemampuannya oleh siswa itu sendiri.
Sehingga, pada akhirnya siswa dapat menjadikan potensi kecerdasan yang
dimilikinya sebagai sebuah prestasi yang baik.
c. Sekolah
Dalam penelitian ini manfaat yang didapatkan oleh sekolah adalah bahwa
sebuah kecerdasan yang dimiliki oleh siswa dapat dikembangkan dan dijadikan
sebuah potensi dalam diri siswa. Dengan demikian, sekolah dapat memfasilitasi
siswa untuk mengembangkan potensi kecerdasan linguistik yang dimiliki para
siswanya.
G. Anggapan Dasar
Anggapan dasar penulis dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. menulis sebuah karangan narasi merupakan suatu kompetensi yang perlu
diajarkan kepada para siswa kelas X SMK Negeri 12 Bandung.
2. kemampuan verbal-linguistik menjadi salah satu kemampuan yang harus
dimiliki oleh para siswa kelas X SMK Negeri 12 Bandung sebagai penunjang
dalam ranah perkerjaan.
3. kecerdasan linguistik merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
hasil pembelajaran menulis karangan narasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rencana Penelitian
Pada sebuah penelitian dibutuhkan sebuah perencanaan sebelum kegiatan
penelitian itu dilakukan. Sebuah rencana penelitian tersebut meliputi lokasi,
populasi dan sampel penelitian. Adapun rinciannya sebagai berikut.
1. Lokasi
Lokasi penelitian ini yaitu SMK Negeri 12 Bandung yang bertempat di jalan
Pajajaran No. 92 Tlp/ Fax. 022-6038055 Bandung 40173 dengan program studi
keahlian teknologi pesawat udara. Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian
dengan pertimbangan sebagai berikut.
a. Memiliki prestasi akademik yang baik dan membanggakan. Banyak taruna
dan taruni SMK Negeri 12 Bandung yang menjuarai kejuaraan dan meraih
berbagai prestasi, diantaranya sebagai berikut:
1) Juara III Perhitungan Emisi Karbon Dan Menjalanlkan Program PLH
Tingkat Nasional Tahun 2008;
2) Juara III Open turnamen Bola Volley Senat Universitas Nurtanio Tahun
2010;
3) Juara Film Terbaik III dalam lomba Young Diplomacy Short Movie
Competition Festival Konferensi Asia Afrika tahun 2010;
4) Juara 1 kreasi PBB Lomba aksi baris terbuka akbar open cup 2010
se-Indonesia tahun 2010;
5) Juara II Lomba PMR Twiater F7 se-Bandung Raya dan Sumedang tahun
2011;
6) Juara II Apresiasi Membaca Cerpen Lomba Kreatifitas Sastra STIKIP
Siliwangl se-Bandung Raya & Sumedang tahun 2011;
7) Juara II menulis Artikel Lomba Parade Cinta Tanah Air KODAM III
8) Pembuatan pesawat terbang yang diproduksi langsung oleh para taruna
dan taruni SMK Negeri 12 Bandung. Bahkan tidak tanggung-tanggung
kabar kegemilangan prestasi tersebut dipublikasikan di media cetak dan
elektronik.
b. Kinerja kepala sekolah yang sangat baik dan penuh semangat dalam
membangun SMK Negeri 12 Bandung sehingga lebih maju dan berkembang
dari tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut membuahkan sebuah prestasi untuk
kepala sekolah kepala sekolah yang mendapatkan penghargaan sebagai kepala
sekolah yang inspiratif dari Sahabat Thalassemia Indonesia pada tanggal 14
januari 2013.
c. Pengajar dan para staf pegawai yang ada di SMK Negeri 12 Bandung
memiliki kompetensi yang tinggi. Baik dalam kualitas pelayanan administrasi
tata usaha dan fasilitas, maupun dalam kualitas pengajar yang kurang lebih
60%nya merupakan lulusan S2 dengan penguasaan keilmuan mengajar yang
baik.
d. Kondisi kedisplinan taruna-taruni yang tinggi dalam belajar. Sebuah
kedispilinan sudah menjadi sifat wajib yang harus dimiliki oleh taruna dan
taruni di SMK Negeri 12 Bandung. Baik dalam bersikap ketika dilingkungan
sekolah, maupun bersikap disiplin ketika sedang pembelajaran.
Dari beberapa pertimbangan tersebut di atas, maka peneliti merasa tertarik
untuk menjadikan SMK Negeri 12 Bandung sebagai lokasi penelitian.
2. Populasi
Sebuah penelitian dapat dilakukan apabila peneliti sudah menemukan
sekelompok populasi yang akan ditelitinnya, menyangkut kasus atau sebuah
fenomena yang terjadi di dalam kelompok populasi tersebut.
Sugiyono (2009: 117) mengatakan :
Berdasarkan pengertian di atas, populasi pada penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas X SMK Negeri 12 Bandung dengan jumlah 14 kelas yang terdiri atas
beberapa jurusan di antaranya yaitu, Permesinan Pesawat Udara (PPU), Kontruksi
Badan Pesawat Udara (KBPU), Kelistrikan Pesawat Udara (KPU), Kontruksi
Rangka Pesawat Udara (KRPU), Elektronika Pesawat Udara (EPU), dan Airframe
dan Powerplant (AP).
Peneliti mengambil populasi siswa kelas X SMK Negeri 12 Bandung karena
usia siswa kelas X berada pada masa peralihan dari masa remaja menuju masa
dewasa awal. Pada masa inilah pembendaharaan verbal linguistik mengalami
perkembangan, yaitu adanya penambahan kosakata dan kemampuan untuk
melakukan kegiatan verbal lebih banyak dan perkembangan pada masa ini
cenderung lebih stabil sampai usia 20 tahun. Dengan demikian, peneliti merasa
populasi kelas X merupakan populasi yang cocok untuk dijadikan sebagai
populasi penelitian karena semua data yang penulis butuhkan ada di kelas X.
3. Sampel
Sebuah sampel didapatkan dari hasil menentukan populasi dalam rancangan
penelitian, kemudian dari sekelompok populasi ditentukanlah sampel atau bagian
kecil yang mewakili kelompok atau keseluruhan yang lebih besar sebagai contoh
yang dapat mewakili sekelompok populasi.
Sugiyono (2009:118) mengatakan “Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
Peneliti menggunakan teknik probability sampling dalam penentuan sampelnya. Teknik probability sampling menganggap bahwa semua kelas yang ada memiliki peluang sama pada anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel, sehingga pemilihan sampel secara acak dapat dilakukan secara objektif.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sample random sampling. Random sampling adalah pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi itu (Sugiyono, 2009:117). Pemilihan
tersebut dilakukan berdasarkan cara menentukan anggota sampel dengan
populasi dalam penelitian ini adalah 400 dengan tingkat kesalahan 5% atau taraf
kepercayaan 95% dengan faktor penggalinya = 1,195. Maka didapatkan jumlah
sampel yang diambil sebanyak 32 orang atau sama dengan satu kelas.
Dalam hal ini sampel yang digunakan adalah kelas X PPU 2 SMK Negeri 12
Bandung, Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan jurusan konsentrasi permesinan
pesawat udara. Kelas X PPU 2 berjumlah 31 siswa, terdiri atas 29 siswa laki-laki
dan 2 siswi perempuan.
B. Metode dan Desain Penelitian
Peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif dan desain penelitian
menurut Sugiyono (2009: 49). Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif karena
data penelitian yang ada di dalam penelitian ini berupa angka-angka dan analisis
menggunakan perhitungan statistika. Sugiyono (2009: 14) mengatakan :
“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yang merupakan
pengembangan dari penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian korelasional
memiliki tujuan untuk meneliti ada tidaknya hubungan antaravariabel satu dengan
variabel yang lainnya (Sukmadinata, 2006: 56). Korelasi positif berarti memiliki
pengaruh yang tinggi dalam suatu variabel terhadap variabel lainnya. Korelasi
negatif berarti memiliki pengaruh yang rendah dalam suatu variabel tarhadap
variabel yang lainnya. Dengan demikian, tipe hubungan antarvariabel dalam
penelitian korelasi ini adalah hubungan simetris, yaitu jenis hubungan antara dua
Pada penelitian ini variabel yang dikorelasikannya adalah tingkat kecerdasan
linguistik dengan hasil pembelajaran menulis karangan narasi siswa kelas X SMK
Negeri 12 Bandung.
2. Desain Penelitian
Pada penelitian ini penulis memiliki desain penelitian berdasarkan proses
penelitian kuantitatif yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009: 49). Berikut adalah
gambar desain penelitiannya.
Berdasarkan gambar 3.1 di atas peneliti dapat memberikan penjelasannya
bahwa setiap penelitian selalu berawal dari sebuah masalah yang ditemukan oleh
penulisnya. Dalam penelitian ini peneliti menemukan masalah yang belum pernah
diteliti sebelumnya yaitu pengaruh kecerdasan linguistik terhadap hasil
pembelajaran menulis siswa kelas X SMK Negeri 12 Bandung.
Setelah masalah teridentifikasi dan dibatasi, maka selanjutnya masalah
tersebut dirumuskan menjadi beberapa rumusan masalah. Jawaban terhadap
rumusan masalah terdapat pada bab pembahasan. Rumusan masalah tersebut Rumusan
Masalah
Landasan Teori
Perumusan Hipotesis
Pengumpulan
data Analisis Data
Pengembangan Instrumen Pengujian Instrumen
Populasi
& Sampel
Gambar 3.1.
Desain Penelitian Sugiyono (2009: 49)
memandu peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian selanjutnya berdasarkan
masalah yang telah peneliti identifikasi. Berdasarkan rumusan masalah tersebut
peneliti membutuhkan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian kuantitatif
dan yang berhubungan dengan masalah yang telah peneliti rumuskan tadi karena
teori-teori tersebut diperlukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.
Jawaban tersebut dinamakan hipotesis karena jawaban tersebut merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.
Hipotesis yang telah didapatkan selanjutnya dibuktikan kebenarannya secara
empiris berdasarkan data lapangan. Untuk itu, peneliti melakukan pengumpulan
data pada populasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti. Teknik
pengambilan sampel yang peneliti ambil adalah dengan teknik random sampling. Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan sebuah instrumen yang
kemudian dikembangkan menjadi sebuah instrumen penelitian yang harus
diujikan terlebih dahulu nilai validitas dan reliabilitasnya kepada responden.
Setelah instrumen teruji validitas dan reliabilitasnya, selanjutnya peneliti
menggunakannya untuk mengukur variabel yang telah ditetapkan untuk diteliti.
Instrumen tersebut berbentuk tes yang terdiri atas, tes psikologi dan tes hasil
belajar.
Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dan diarahkan untuk
menjawab rumusan masalah dan hipotetsis yang telah ada. Analisis data tersebut
menggunakan statistika. Statistik yang digunakan berupa statistik deskriptif dan
inferensial/induktif. Data analisis selanjutnya disajikan dan diberikan
pembahasan. Penyajian data disajikan berupa tabel, dan perhitungan-perhitungan
statistik yang kemudian dilanjutkan dengan penjelasan mendalam dan interpretasi
terhadap data-data yang telah disajikan.
Setelah hasil penelitian diberikan pembahasan, maka selanjutnya disimpulkan
dan diberikan saran. Simpulan berisi jawaban singkat terhadap rumusan masalah
berdasarkan data yang telah peneliti dapatkan. Selanjutnya, peneliti juga
berkewajiban memberikan saran-saran dari hasil penelitiannya. Saran tersebut
C. Definisi Operasional
Pada penelitian ini terdapat beberapa variabel yang dijadikan sebagai fokus
penelitian di antaranya sebagai berikut.
1. Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan linguistik dioperasionalkan sebagai kemampuan berpikir siswa
dalam menggunakan bahasa dan memanupulasi tata bahasa pada kegiatan verbal,
di antaranya retorika, mnemonik, eksplanasi, dan metabahasa dengan.
2. Hasil Pembelajaran Menulis Karangan Narasi
Menulis karangan narasi dioperasionalkan sebagai hasil evaluasi siswa
setelah mengalami pembelajaran menulis sebuah karangan narasi dengan
memperhatikan isi berdasarkan penggunaan pemilihan kata (diksi), bentuk kata,
dan ungkapan yang tepat.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data
primer yang diambil secara langsung oleh peneliti ke lapangan. Teknik yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri atas teknik tes psikologi dan teknik tes hasil
belajar. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.
1. Tes Psikologi
Sukmadinata (2006: 224) mengatakan “Tes psikologi digunakan untuk
mengukur atau mengetahui kecakapan potensial dan karakteristik pribadi para
siswa”. Kecakapan potensial dan kapasitas biasanya dibedakan menjadi dua
kategori, yaitu kecakapan potensial umum dan kecakapan khusus atau masa
dewasa. Kecakapan ini dikenal dengan konsep kecerdasan majemuk (multiple intelligence). Dalam hal ini siswa diberikan sebuah tes untuk mengukur seberapa besar kecenderungan siswa terhadap kecerdasan linguistiknya. Bentuk tes
kecerdasan linguistik ini bernama TIMI (the telee inventory of multiple intelligence) yang dibuat oleh pakar multiple intelligence dari Amerika, yaitu Howard Gardner. Tes ini kemudian dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan, dan
untuk memastikan validitas instrument tes tersebut dapat mengukur tingkat
kecerdasan linguistik seseorang. Akan tetapi, bentuk instrumennya tetap
berpanduan pada indikator yang dijabarkan oleh Amstrong (2002:2).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket/kuesioner tertutup dengan
skala Likert. Skala Likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur
variabel penelitian (fenomena sosial spesifik), seperti sikap, pendapat, dan
peresepsi seseorang atau sekelompok orang (Sugiyono, 2009: 134). Angket ini
terdiri atas beberapa pernyataan yang meminta reaksi responden. Reaksi itu harus
diungkapkan dari tingkat sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Setiap respons
diberi nilai bilangan. Respons positif diberi nilai paling tinggi dan respons negatif
diberi nilai paling rendah. Nilai sikap seorang responden adalah jumlah nilai dari
seluruh pernyataan. Skala sikap menghasilkan ukuran interval. Jawaban setiap
item dengan skala Likert dinyatakan dalam bentuk kategori yang dimaksud dapat
dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel 3.1 Skala Likert
Kategori Skor
Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Ragu-ragu (R) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)
5 4 3 2 1
3. Tes Hasil Belajar
Dalam penelitian ini tes hasil belajar diartikan sebagai alat untuk mengukur
kemampuan menulis siswa pada karangan narasi setelah siswa mengalami proses
pembelajaran selama satu pertemuan. Sukmadinata (2006: 223) mengatakan “Tes
hasil belajar disebut juga tes prestasi belajar, mengukur hasil-hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu”. Tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tes menulis narasi dari bidang keterampilan menulis. Tes ini berfungsi
Kemampuan menulis tersebut diperoleh dari hasil penilaian menulis siswa dengan
kriteria ketepatan memilih kata, bentuk kata, dan ungkapan.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian bagi seorang peneliti adalah sebagai sarana penelitian
yang berupa seperangkat alat tes untuk mengumpulkan data sebagai bahan
pengolahan selanjutnya. Dalam penelitian kuantitatif, kualitas instrumen
penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas dan berkenaan dengan
ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri atas.
1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis
menulis karangan narasi. Tes yang akan diberikan pada penelitian ini terdiri dari
dua tahap, yaitu tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Tes awal dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi
sebelum distimulus dengan strategi belajar multiple intelligences. Sedangkan pada
tes akhir, evaluasi menulis karangan narasi yang diberikan bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana kontribusi sebuah kecerdasan linguistik yang dimiliki
oleh siswa terhadap hasil pemebelajaran menulis karangan narasinya setelah
diberikan stimulus melalui strategi belajar multiple intelligences yaitu dengan metode VAK (visual, auditory, kinestethic). Kelas penelitian hanya menggunakan satu kelas saja yaitu X PPU 2. Karena menurut penghitungan dengan
menggunakan Nomogram Herry King (Sugiyono, 2009: 129). Diketahui jumlah
populasi dalam penelitian ini adalah 400 dengan tingkat kesalahan 5% atau taraf
kepercayaan 95% dengan faktor penggalinya = 1,195. Maka didapatkan jumlah
sampel yang diambil sebanyak 32 orang atau sama dengan satu kelas.
Instrumen pembelajaran adalah instrumen yang dipakai saat pembelajaran
dalam penelitian ini terdiri atas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
Lembar Kerja Siswa (LKS).
a. Rancana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
1) Kurniawan (2012: 253) mengatakan “Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran, baik di kelas, laboratorium, maupun lapangan untuk setiap kompetensi dasar”.
2) Gintings (2008: 224) mengatakan “RPP atau Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran secara praktis dapat disebut sebagai skenario
pembelajaran”.
Dari penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) merupakan sebuah pegangan dan pedoman bagi seorang guru
dalam menyiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi dalam kegiatan
pembelajaran. RPP tersebut dapat disusun sesuai dengan alokasi waktu satu
pertemuan atau satu jenis kompetensi dasar.
Peneliti menggunakan RPP dalam kompetensi dasar menulis karangan
narasi dalam melaksanakan proses pembelajaran. RPP ini digunakan dalam satu
kali pertemuan/ tatap muka. Kegiatan pembelajaran harus dilakukan dalam
penelitian ini untuk mendapatkan data hasil tes belajar siswa setelah mengalami
proses pembelajaran menulis. RPP yang peneliti gunakan dalam pembelajaran
dengan Standar Kompetensi (SK) berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara
tingkat Semenjana dan Kompetensi Dasar (KD) membuat berbagai teks tertulis
dalam konteks bermasyarakat dengan memilih kata, bentuk kata, dan ungkapan
yang tepat. Penulis menggunakan metode Visual, Auditory, Kinestetik (VAK)
yang merupakan salah satu dari strategi pembelajaran multiple intelligence.
Adapun RPP yang peneliti gunakan terlampir.
b. Tes Evaluasi Menulis Karangan Narasi
Instrumen tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis
menulis karangan narasi. Tes yang akan diberikan pada penelitian ini terdiri atas
dua tahap, yaitu tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Tes awal dilakukan untuk
sebelum distimulus dengan strategi belajar multiple intelligences. Sedangkan pada tes akhir, evaluasi menulis karangan narasi yang diberikan bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana kontribusi sebuah kecerdasan linguistik yang dimiliki
oleh siswa terhadap hasil pembelajaran menulis karangan narasinya setelah
diberikan stimulus melalui strategi belajar multiple intelligences yaitu dengan metode VAK (visual, auditory, kinestethic). Kelas penelitian hanya menggunakan satu kelas saja yaitu X PPU 2.
Bentuk evaluasi yang dilakukan berupa LKS. LKS merupakan lembar kerja
yang diberikan kepada siswa untuk melakukan sebuah evaluasi dalam
pembelajaran. LKS diberikan kepada siswa setelah siswa mengalami proses
pembelajaran dengan kompetensi dasar menulis karangan narasi. LKS ini
diberikan pada siswa di akhir pembelajaran, dan siswa langsung mengerjakannya
pada saat itu juga agar dapat langsung terukur hasil belajar dari setiap siswa di
saat pertemuan berakhir. Adapun format penilaian yang akan peneliti gunakan
adalah dalam bentuk tabel yang terdiri atas identitas kelas, nomor, nama siswa,
kriteria penilaian yang dibagi menjadi tiga komponen penilaian, yaitu pemilihan
kata (diksi), bentuk kata, dan ungkapan dengan rentang skor 1-3 sesuai dengan
kriteria indikator yang sesuai dengan hasil tulisan siswa. Kemudian kolom
terakhir adalah nilai total secara keseluruhan dari masing-masing siswa siswa.
Rancangan penilaian yang peneliti gunakan untuk menilai Lembar Kerja
Siswa (LKS) diadaptasi dari penilaian otentik dalam pembelajaran menulis oleh
Abidin (2012: 278) yang kemudian dimodifikasi oleh peneliti sesuai dengan
kebutuhan dalam penilaian menulis karangan narasi. Adapun rinciannya adalah
Format Penilaian :
1. Pemilihan Kata (Diksi)
Skor Indikator
3 Pilihan kata tepat dan jelas sesuai dengan konteks isi Kata-kata yang dipilih bervariasi
Diksi sesuai dengan gagasan yang hendak disampaikan
2
Pilihan kata baik tetapi monoton
Kata-kata yang digunakan masih sederhana
Diksi cukup sesuai dengan gagasan yang hendak disampaikan
1
Pilihan kata kurang tepat dengan konteks isi
Diksi yang digunakan kurang bervariasi
Menggunakan kata-kata yang tidak tepat dengan gagasan yang hendak disampaikan
2. Bentuk Kata
Skor Indikator
3
Bahasa yang digunakan baik dan benar sesuai konteks isi
Penggunaan ejaan tepat
Tidak terdapat kesalahan penulisan kata atau huruf
2
Bahasa yang digunakan baik tapi kurang sesuai dengan isi
Terdapat beberapa kesalahan pengunaan ejaan
Terdapat 3-4 kesalahan penulisan kata atau huruf
1
Bahasa yang digunakan kurang baik dan kurang benar
Terdapat banyak kesalahan pengunaan ejaan
Terdapat lebih dari 4 kesalahan penulisan kata atau huruf
3. Ungkapan
Skor Indikator
3
Penggunaan ungkapan tepat dalam menyampaikan sebuah makna dalam karangan
Penggunaan ungkapan lebih dari 2 dalam satu wacana
2
Penggunaan ungkapan kurang tepat dalam menyampaikan sebuah makna dalam karangan
Penggunaan ungkapan kurang lebih 2 dalam satu wacana
1
Penggunaan ungkapan tidak tepat dalam menyampaikan sebuah makna dalam karangan
Data-data yang diperoleh dari hasil pembelajaran menulis siswa akan
diolah dengan melakukan analisis dan interpretasi. Pada akhirnya akan
mendapatkan nilai akhir hasil menulis dengan interval skor nilai 0-100. Nilai
tersebut didapatkan dari pembagian skor perolehan dengan skor ideal tertinggi
yaitu 9.
N =
x 100
Contoh :
Apabila seorang siswa mendapatkan skor 5 dari jumlah skor maksimal 9 yang
dinilai, maka:
N = x 100 = 55,5
Dengan demikian, siswa tersebut dapat diketahui nilai dari hasil
pembelajaran menulisnya adalah 55,5
2. Instrumen Tes Kecerdasan Lingusitik
Instrumen kecerdasan linguistik adalah instrumen yang digunakan saat
mengukur tingkat kecerdasan linguistik siswa sebelum mengalami pembelajaran.
Instrumen ini dibuat dan dikembangkan berdasarkan indikator yang dikemukakan
oleh Armstrong (2002: 2) tentang kecerdasan linguistik. Berikut adalah kisi-kisi
pengembangan indikator yang dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan untuk
instrumen tes psikologi. Adapun kisi-kisi instrument dapat di lihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen
Tes Psikologi Kecerdasan Linguistik (Thomas Armstrong, 2002:2)
Variabel Indikator Pernyataan Skor
(SkalaLikert)
1.1 Saya mampu membuat orang lain
tertawa dengan sebuah lelucon.
1.2 Saya mampu menegur teman
yang melakukan kesalahan.
1.3 Saya dapat memberikan saran
pada orang lain.
1.4 Saya mampu mengajak teman
melakukan suatu kegiatan.
2.1 Saya dapat mengingat nama
orang, nama tempat, dan tanggal
dengan baik.
2.2 Saya memiliki kosakata yang
baik untuk anak seusia saya.
2.3 Saya dapat mengingat informasi
dengan baik dari penjelasan guru.
2.4 Saya mampu mengingat apa yang
saya ucapkan.
2.5 Saya dapat mengingat kata-kata
sulit yang baru saya dengar.
3. Eksplanasi
(penggunaan
bahasa untuk
memberikan
informasi)
3.1 Saya dapat saling bertukar
informasi terbaru dengan teman
3.2 Saya mampu membicarakan
masalah pelajaran yang sulit
dengan teman.
3.3 Saya mampu berbicara di depan
kelas.
3.4 Saya dapat menyampaikan
informasi secara lengkap kepada
orang lain.
3.5 Saya dapat menerangkan kembali
apa yang telah saya baca.
1-5
4.1 Saya dapat menggunakan tanda
baca dengan benar.
4.2 Saya dapat menerapkan
aturan-aturan tata bahasa.
4.3 Saya dapat menggunakkan ejaan
yang benar dalam tulisan saya.
4.4 Saya mampu menggunakan kosa
kata yang benar sesuai kaidah
bahasa saat berbicara.
4.5 Saya dapat membuat kalimat
dengan struktur kalimat sesuai
dengan kaidah bahasa.
1-5
Sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat oleh peneliti, maka peneliti
memindahkannya ke dalam sebuah format instrumen penelitian yang nantinya
akan diberikan kepada responden sebagai data tes kecerdasan linguistik. Jumlah
total pernyataan yang ada dalam instrumen tes psikologi tersebut berjumlah 20
Jadi, skala Likert dirasakan tepat untuk mengkur sebuah kecerdasan
responden. Format penilaian tes kecerdasan linguistik yang peneliti gunakan
berbentuk tabel yang terdiri atas nomor, nama siswa, skor perindikator, dan
jumlah skor total. Adapun bentuk formatnya telah terlampir.
KL = Jumlah total skor yang diperoleh
Keterangan:
1. Skor Tertinggi = 100 (20 Pernyataan angket x 5 Skala tertinggi Likert)
2. Skor Terendah = 20 (20 (Pernyataan angket x 1 Skala terendah Likert)
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan data kuantitatif. Tahap penelitian kuantitatif tersebut terdiri
atas uji validitas dan uji reliabilitas. Selanjutnya data dihitung dan dianalisis
menggunakan Statistical Passage for Social Science (SPSS) versi 17. Adapun penjelasannya sebagai berikut.
1. Uji Validitas Tes
Validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang
ingin diukur sesuai dengan sasaran. Uji validitas yang pertama dilakukan oleh
pakar psikologi dan statistik untuk menentukan validitas instrument tes
kecerdasan linguistik yang telah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan agar alat
ukur tersebut dapat digunakan untuk pengolahan data selanjutnya.
Sebuah tes atau evaluasi yang digunakan dalam penelitian harus diujikan
validitasnya, termasuk salah satunya pada tes kecerdasan linguistik yang
digunakan dalam penelitian ini. Uji Validitas ini berfungsi untuk melihat tingkat
ketepatan atau tingkat keabsahan suatu tes itu tergantung sejauh mana tes tersebut
dapat berperan sebagaimana fungsinya. Jadi suatu alat evaluasi dapat dikatakan
a. Uji Validitas Tes Kecerdasan
Sebuah tes atau evaluasi yang digunakan dalam penelitian harus diujikan
validitasnya, termasuk salah satunya pada tes kecerdasan linguistik yang
digunakan dalam penelitian ini. Uji Validitas ini berfungsi untuk melihat tingkat
ketepatan atau tingkat keabsahan suatu tes itu tergantung sejauh mana tes tersebut
dapat berperan sebagaimana fungsinya. Jadi, suatu alat evaluasi dapat dikatakan
valid jika dapat digunakan untuk mengevaluasi sasarannya dengan tepat.
Cara menentukan tingkat validitas tes kecerdasan linguistik adalah dengan
cara menghitung koefisisen korelasi antara alat evaluasi yang akan diketahui
validitasnya dengan alat ukur lain yang telah dilaksanakan dan diasumsikan telah
memiliki validitas yang tinggi. Nilai diartikan sebagai nilai koefisien korelasi.
Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 177) menyatakan bahwa kriteria untuk
menginterpretasikan koefisien valiadilitas adalah sebagai berikut yang disajikan
pada Tabel 3.3 berikut ini.
Tabel 3.3
Rumus yang digunakan untuk mengukur item kuesioner menggunakan
rumus korelasi produk-momen memakai angka kasar (raw score), yaitu:
=
∑ ∑ ∑ √( ∑ ∑ ) ∑ ∑Keterangan:
X : skor yang diperoleh dari tes
Y : rata-rata nilai harian
Uji validitas ini menguji peraspek pernyataan yang ada dalam angket tes
psikologi. Sementara hasil validitas tes kecerdasan dapat dilihat pada Tabel 3.4 di
bawah ini. (Perhitungan validitas hasil uji coba terlampir)
Tabel 3.4
Hasil Validitas Tes Kecerdasan
Aspek Indikator Butir Pernyataan
4 0,170 Validitas sangat rendah
5 0,470 Validitas sedang
2 0,803 Validitas sangat tinggi
3 0.695 Validitas tinggi
1 0,805 Validitas sangat tinggi
2 0,884 Validitas sangat tinggi
3 0.778 Validitas tinggi
4 0,776 Validitas tinggi
5 0,772 Validitas tinggi
Dari Tabel 3.4 di atas, analisis validitas aspek 1 diketahui bahwa butir 1, 2, 3
memiliki koefisian validitas 0,60rxy 0,80 termasuk ke dalam interpretasi
validitas tinggi, butir 4 memiliki koefisien validitas 0,170 berarti rxy 0,20
validitasnya sangat rendah, dan butir 5 memiliki koefisien validitas 0,470 berarti
Hasil analisis validitas aspek 2 diketahui bahwa butir pernyataan 1, 2, 5
memiliki nilai koefisien antara 0,60rxy 0,80validitasnya tinggi, dan butir
pernyatan 3, 4 memiliki nilai koefisien 0,40rxy 0,60 validitasnya bernilai
sedang.
Dari hasil analisis validitas aspek 3 diketahui bahwa butir pernyataan 1, 3, 4, 5
validitasnya tinggi, dan butir 2 memiliki nilai koefisien 0,803 jadi, validitasnya
sangat tinggi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa aspek 3 memiliki
validitas yang baik karena dari 5 pernyataan tidak ada yang memiliki validitas
sedang bahkan rendah.
Dari hasil analisis validitas aspek 4 diketahui bahwa butir pernyataan 1 dan 2
validitasnya sangat tinggi, dan butir pernyataan 3, 4, 5, validitasnya tinggi.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa aspek 4 memiliki validitas yang baik
karena dari 5 pernyataan tidak ada yang memiliki validitas sedang bahkan rendah.
Hasil dari keseluruhan analisis validasi tes kecerdasan linguistik ini dapat
disimpulkan bahwa aspek yang paling baik validitasnya adalah aspek 3 dan 4,
karena aspek ini memiliki nilai validitas tinggi dan sangat tinggi. Artinya, aspek 3
dan 4 memiliki tingkat valid yang tinggi, sehingga tepat digunakan untuk
mengevaluasi sasarannya.
b. Uji Validitas Tes Hasil Belajar
Sebuah hasil tes belajar dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa
setelah melakukan sebuah pembelajaran dalam satu kali pertemuan. Dalam hal ini,
tes yang digunakan berbentuk Lembar Kerja Siswa (LKS). Cara menentukan
tingkat validitas tes hasil belajar adalah dengan cara uji validitas konten atau isi
yang sesuai dengan hal yang akan diteliti oleh peneliti. Validitas yang peneliti
lakukan untuk menentukan validitas tes, dengan mengonsultasikanya dengan para
pembimbing dan pada akhirnya pembimbing mempersilakan peneliti untuk
2. Uji Reliabilitas Tes Kecerdasan
Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran dimana hasil
pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi lebih dari sekali. Tinggi
rendahnya reliabilitas secara empiris ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut
koefisien reliabilitas. Tingkat kepercayaan sebuah tes haruslah diukur dengan
sebuah uji reliabilitas yang bertujuan untuk mengetahui hasil suatu pengukuran
dimana hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi lebih dari
sekali dengan kata lain tes tersebut dapat diketahui tingkat kepercayaanya. Uji
reliabilitas ini sama dengan mengukur validitas yang telah dilakukan sebelumnya,
yaitu mengukur reliabilitas dari setiap aspeknya.
Suatu alat evaluasi dikatakan reliabel jika hasil evaluasi tersebut
memberikan hasil yang tetap sama (konsisten) jika digunakan untuk subjek yang
sama. Untuk mencari koefisien reliabilitas digunakan formula cronbach alpha.
=
(
∑
)
Keterangan:
= koefisien korelasi reliabilitas n = banyaknya butir soal
= varians skor setiap butir soal
= varians skor total
Nilai diartikan sebagai nilai koefisien korelasi reliabilitas, sehingga
kriterianya dapat ditunjukan dalam Tabel 3.5 berikut ini.
Tabel 3.5
0 r11 Reliabilitas sangat tinggi
Hasil analisis reliabilitas tes kecerdasan dapat dilihat pada Tabel di bawah
ini. (Perhitungan relibilitas hasil uji coba terlampir)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 31 100.0
Excludeda 0 .0
Total 31 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Tabel 3.6
Hasil Analisis Reliabilitas Tes Kecerdasan
Reliability Statistics
N of Items Koefisien Reliabilitas
1 .652 .667 5 Reliabilitas tinggi
*Penghitungan menggunakan SPSS versi 17.
Dari hasil analisis Tabel 3.6, terlihat aspek 1 memiliki nilai koefisien
reliabilitas 0,652 dengan interpretasi reliabilitas tinggi, aspek 2 memiliki nilai
koefisien 0,652 dengan interpretasi reliabilitas tinggi, aspek 3 memiliki nilai alpha cronbach .745 atau setara dengan koefisien reliabilitas 0,745 dengan interpretasi reliabilitas tinggi, dan aspek 4 memiliki nilai koefisien reliabilitas paling tinggi
yaitu 0,861 dengan interpretasi reliabilitas sangat tinggi. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa reliabilitas semua butir pernyataan angket (20 pernyataan)
adalah sebesar 0,793 dengan interpretasi tes kecerdasan linguistik memiliki
reliabilitas tinggi, dan aspek 4 yang memiliki nilai reliabilitas paling tinggi
Teknik analisis data yang telah diperoleh dalam penelitian ini
menggunakan teknik uji statistik, yaitu di antaranya adalah sebagi berikut.
1) Uji Normalitas data Pretes dan Postes Pembelajaran Menulis
Uji normalitas dilakukan untuk menentukan hasil data yang didapat
berdistribusi normal atau tidak. Normalitas data diperlukan untuk menentukan
pengujian beda dua rerata yang akan diselidiki. Untuk melakukan uji
normalitas, digunakan uji Kolmogorov-Smirnov dalam Siregar (2013: 153)
dengan menggunakan Statistical Passage for Social Science (SPSS) versi 17
.
2) Uji Beda Rata-Rata Pretes Dan Postes Hasil Pembelajaran MenulisUji beda dilakukan untuk melihat normal dan homogennya sebuah data
pada saat dilakukan analisis. Apabila data itu normal dan homogen, dilakukan
pengujian dengan uji T (Student). Bila data tidak normal dilakukan dengan uji
non-parametrik uji-U Mann-Whitney 3) Korelasi dua Variabel
Untuk mengukur tingkat hubungan (korelasi) antara dua variabel dalam
penelitian ini digunakan statistik Pearson Product Moment Correlation atau korelasi pearson produk momen. Yang rumusnya adalah sebagai berikut :
r
=
∑ ∑ ∑√[ ∑ ∑ ] [ ∑ ∑ ]
Keterangan : r = nilai korelasi Pearson Produk Momen
N = banyaknya subjek
X = skor dalam distribusi variabel X
Y = skor dalam distribusi variabel Y
Rumus korelasi Pearson Produk Momen mengukur tingkat hubungan
antara dua variabel berskala interval. Skor yang diperoleh melalui tes psikologi
kecerdasan linguistik menggunakan skala Likert (sangat setuju, setuju, ragu-ragu,
tidak setuju, sangat tidak setuju) biasanya dipertimbangkan sebagai data interval.
Untuk melihat keeratan hubungan dua variabel yang diteliti adalah dengan
mengkonsultasikan nilai r dengan tabel tingkat hubungan nilai r. Tabel tingkat
Tabel 3.7
Tingkat Hubungan Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Sangat Rendah Rendah
Cukup Kuat Sangat Kuat
4) Uji Beda rata-rata 3 Subkelompok Anova satu jalur
Uji beda rata-rata 3 subkelompok ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan
dari kontribusi sebuah kecerdasan linguistik terhadap hasil pembelajaran
menulisnya. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan Anova satu jalur dengan
menggunakan SPSS versi 17. Namun, terlebih dahulu menghitung peningkatan
dari hasil pembelajaran menulis pretes dan postes yang telah dilakukan.
Peningkatan hasil pembelajaran menulis tersebut dilakukan dengan menghitung
Gain Normal, dengan rumus sebagai berikut.
G =
Dengan Interpretasi Hasil :
Jika G bernilai 0,0 – 0,29 berarti peningkatannya rendah.
Jika G bernilai 0,3 – 0,69 berarti peningkatannya sedang.
Jika G bernilai 0,7 – 1,00 berarti peningkatannya tinggi.
Rumus Anova satu jalur (Siregar, 2013: 271)
JKB =
∑ ∑ ∑ ∑Keterangan :
JKB = Nilai kuadrat antar baris
Xn = total jawaban setiap kelompok (sampel)
Xr = jumlah total jawaban dari setiap kelompok
Nn = jumlah sampel setiap kelompok
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan dan pengolahan data hasil penelitian pada BAB IV,
dapat disimpulkan mengenai pengaruh kecerdasan linguistik terhadap hasil
pembelajaran menulis karangan narasi sebagai berikut.
1. Kecerdasan linguistik siswa kelas X PPU 2 beragam. Hasil tes yang
didapatkan dibagi ke dalam 3 subkelompok kecerdasan linguistik, yaitu
tinggi, sedang, dan rendah. Hasil tes yang didapatkan dibagi ke dalam 3 subkelompok kecerdasan linguistik, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Nilai kecerdasan tertinggi mendapatkan skor 79-100,nilai kecerdasan sedang
mendapatkan skor 78-74, dan skor terendah mendapatkan skor 73-55.
2. Hasil pembelajaran menulis narasi siswa pada tes akhir lebih baik daripada
hasil pembelajaran menulis siswa awalnya. Data hasil perhitungan perbedaan
rata-rata pretes dan postes dengan menggunakan uji-U (Mann Whitney)
dengan kriteria pengujianya adalah H0 diterima jika P-value (sig) ≥ α, dengan
taraf signifikansi α = 0,05 didapatkan nilai P-value = 0,004. Karena P-value
nilainya lebih kecil dari nilai �, maka ditolak atau diterima. Ini berarti
terdapat perbedaan rata-rata antara hasil pretes dan postes pembelajaran
menulis. Jadi, dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor postes secara signifikan
lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata skor pretes, maka dapat dikatakan
bahwa kemampuan akhir siswa lebih baik daripada kemampuan awalnya dan
pembelajaran VAK dapat memaksimalkan modalitas dalam belajar dan
mampu mengakomodasi kecerdasan linguistik siswa dalam mengoptimalkan
hasil pembelajaran menulis secara signifikan
3. Kecerdasan linguistik memiliki tingkat hubungan yang rendah dengan hasil
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan
linguistik dengan hasil pembelajaran menulis. Hubungan yang dimaksud
berupa hubungan positif, yakni semakin besar kecerdasan linguistik yang
dimiliki siswa akan memberi peluang semakin besar pula hasil pembelajaran
menulisnya. Jadi, H0 ditolak dan Ha diterima, karena hasil penghitungan
korelasi menunjukan adanya hubungan antara kecerdasan linguistik dengan
hasil pembelajaran menulis siswa.
4. Kecerdasan linguistik tidak memberikan perbedaan kontribusi terhadap
kemajuan hasil pembelajaran menulis siswa dari 3 subkelompok yang ada,
yaitu tinggi, sedang, maupun rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
perhitungan, didapatkan nilai P-value = 0,136. Kondisi demikian menunjukkan bahwa diterima dan ditolak. Hal ini didasarkan pada
nilai P-value yang didapat nilainya lebih dari α = 0,05. Dengan demikian, P
-value (sig) > α, maka kecerdasan linguistik tidak memberikan perbedaan
kontribusi terhadap kemajuan hasil pembelajaran menulis siswa yang tinggi,
sedang, maupun rendah. Jadi, kecerdasan linguistik berkontribusi yang sama
kepada setiap subkelompok walaupun jumlah kontribusinya berbeda.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang
diajukan yaitu sebagai berikut.
1. Penggunaan model pembelajaran Visual, Auditory, Kinestethic (VAK) baik
digunakan untuk pembelajaran menulis karena dapat mengoptimalkan
modalitas belajar siswa. Oleh karena itu, para pengajar dapat menggunakan
model VAK dengan memanfaatkan kecerdasan linguistik yang dimiliki
siswanya sebagai sebuah potensi diri dalam mengoptimalkan pembelajaran
menulis.
2. Strategi pembelajaran multiple intelligences dapat mengoptimalkan
kecerdasan linguistik yang dimiliki siswa dalam pembelajaran menulis.
dalam pembelajaran menulis khususnya dengan menggunakan strategi
multiple intelligences.
3. Kecerdasan linguistik hanya memiliki hubungan yang rendah terhadap
kemampuan menulis siswa, sehingga dimungkinkan faktor penyebab lain
yang mempengaruhi menulis, seperti jenis kelamin, kegemaran terhadap
kegiatan menulis, lingkungan pergaulan, bahasa yang digunakan sehari-hari,
dan lain-lain.
4. Sebuah kecerdasan linguistik tidak hanya dapat dikorelasikan dengan
kemampuan menulis saja, tetapi dapat juga dikorelasikan dengan kemampuan
yang lainnya, seperti berbicara atau membaca. Jadi, untuk penelitian
Abiding, Yunus. (2012). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Refika Aditama.
Akhadiah, Sabarti. Dkk. (1998). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Graha Ilmu.
Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna. (2005). Pokoknya Menulis: Cara baru menulis dengan metode kolaborasi. Bandung: Kiblat Buku Utama.
Armstrong, Thomas. (2002). Multiple Intelligences in The Classroom: Sekolah Para Juara. Terjemahan oleh Murtanto, Y. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Campbell, Linda. Dkk. (2002) Multiple Intelligences: Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan. Depok: Inisiasi Press.
Chatib, Munif. (2012). Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia. Cetakan XV. Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka.
Chatib, Munif. (2013) Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara. Cetakan XI. Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka.
De Porter, Bob dan Mike hernacki. (1999). Quantum Learning. Terjemahan oleh Abdurrahman, Alwiyah. Bandung: Kaifa.
Depdiknas. (2008). Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Disalin dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (2004). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: CV Yrama Widya.
Djiwandono, Soenardi. (2008). Tes Bahasa Pegangan Bagi Pengajar Bahasa.
Jakarta: Indeks.
Djuanda, D. (2008). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Bandung: Pustaka Latifah.
Gardner, H. (2003). Multiple Intelligences: Teori Dalam Praktek. Terjemahan oleh Sindoro, A. Batam Centre: Interaksara.
Gie, T.L. (2002). Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi Offset.
Gintings, Abdorrakhman. (2008). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora.
Hurlock, Elizabet B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Irman, Mokhamad dkk. (2008). Bahasa Indonesia untuk SMK/MAK Program Keahlian 2. Jakarta: Pusat Perbukuan.
Jasmine, Julia. (2007). Mengajar Berbasis Multiple Intelligences. Bandung: Nuansa.
Keraf, Groys. (2010). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.
Kosasih, E. (2002). Kompetensi Ketatabahasaan. Bandung: CV Yrama Widya.
Kurniawan, H. Khaerudin. (2012). Belajar dan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia (Panduan untuk Pendidik). Bandung: CV Bangkit Citra Persada.
Rahmat, Rosyadi A. (2008). Menjadi Penulis Profesional Itu Mudah. Bogor: Ghalia Indonesia.
Resmini, N., dan Djuanda, D. (2008). Pendidikan Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Bandung: UPI PRESS.
Satriawan, Satria. (2012). “Penerapan Media animasi dua dimensi dalam pembelajaran menulis karangan narasi”. Skripsi Sarjana FPBS UPI. Bandung: Diterbitkan
Siregar, Syofian. (2013). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung; CV ALFABETA
Sudijono, Anas. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan.Cetakan ke-22. Jakarta: RajaGarfindo Persada.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tarigan, H.G. (2008). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.