• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat keterbacaan buku kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII berdasarkan formula flesch dan autentisitasnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Tingkat keterbacaan buku kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII berdasarkan formula flesch dan autentisitasnya"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KETERBACAAN BUKU KREATIF BAHASA INDONESIA UNTUK SMP KELAS VIII

BERDASARKAN FORMULA FLESCH DAN AUTENTISITASNYA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:

Maria Kristela Dona Gratia 181224039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2022

(2)

i

TINGKAT KETERBACAAN BUKU KREATIF BAHASA INDONESIA UNTUK SMP KELAS VIII

BERDASARKAN FORMULA FLESCH DAN AUTENTISITASNYA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:

Maria Kristela Dona Gratia 181224039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2022

(3)

ii SKRIPSI

TINGKAT KETERBACAAN BUKU KREATIF BAHASA INDONESIA UNTUK SMP KELAS VIII

BERDASARKAN FORMULA FLESCH DAN AUTENTISITASNYA

Oleh:

Maria Kristela Dona Gratia NIM: 181224039

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing

Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum Tanggal: 25 Juli 2022

(4)

iii

TINGKAT KETERBACAAN BUKU KREATIF BAHASA INDONESIA UNTUK SMP KELAS VIII

BERDASARKAN FORMULA FLESCH DAN AUTENTISITASNYA

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Maria Kristela Dona Gratia NIM: 181224039

Telah dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi pada tanggal 29 Juli 2022

dan telah dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Yogyakarta, 29 Juli 2022

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D.

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum ……….

Sekretaris : Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd. ……….

Anggota 1 : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum ……….

Anggota 2 : Septina Krismawati S.S., M.A. ……….

Anggota 3 : Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd. ……….

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria dan malaikat pelindung yang selalu menyertai saya setiap saat.

Kedua orang tua saya tercinta Bapak Nico Andasputra dan Mama Fransisca Ernastina Simu yang selalu menyemangati, memberi cinta dan semangat.

Saudari saya tercinta Kak Mayang Andasputri dan Dedek Nian Andasputri yang tak bosan-bosannya memberikan doa, dukungan dan semangat.

Para penghuni Kos Pondok Soeryo, Grup Julid Akademik, teman-teman Teater Seriboe Djendela, sobatku Lia, yang seringkali menjadi tempat bermain, belajar

dan beristirahat selama masa kuliahku ini.

“Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Mat 6:34)

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Maria Kristela Dona Gratia Yogyakarta, 29 Juli 2022 Yang membuat pernyataan,

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Maria Kristela Dona Gratia

NIM : 181224039

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma, karya ilmiah saya yang berjudul:

TINGKAT KETERBACAAN BUKU KREATIF BAHASA INDONESIA UNTUK SMP KELAS VIII

BERDASARKAN FORMULA FLESCH DAN AUTENTISITASNYA

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya dalam bentuk terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin kepada saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Maria Kristela Dona Gratia Dibuat di Yogyakarta, Pada tanggal: 29 Juli 2022 Yang menyatakan

(8)

vii ABSTRAK

Gratia, Maria Kristela Dona. 2022. Tingkat Keterbacaan Buku Kreatif Bahasa Indonesia Untuk SMP Kelas VIII Berdasarkan Formula Flesch dan Autentisitasnya. Skripsi. Yogyakarta:

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini membahas tentang keterbacaan buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VIII terbitan Kanisius. Peneliti menggunakan formula Flesch dan autentisitas sebagai alat uji keterbacaan. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui tingkat keterbacaan wacana dalam buku teks Kreatif Bahasa Indonesia SMP Kelas VIII dengan formula keterbacaan Flesch, (2) mengetahui wacana yang sesuai untuk pelajar kelas VIII dalam buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VIII dengan formula keterbacaan Flesch dan (3) mengetahui autentisitas wacana dalam buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VIII.

Penelitian mengenai uji keterbacaan ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah wacana yang terdapat pada buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VIII semester 1 dan buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VIII semester 2 terbitan Kanisius. Data mengenai keterbacaan buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VIII terbitan Kanisius ini diperoleh dengan menggunakan teknik baca dan catat.

Hasil analisis menggunakan formula Flesch dan autentisitas menunjukan bahwa (1) wacana dalam buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VIII berada pada keterbacaan tingkat atas / tingkat lanjut, (2) wacana dalam buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VIII tidak sesuai digunakan untuk pembelajar kelas VIII, (3) analisis autentisitas menunjukan bahwa terdapat 7 wacana yang memiliki tingkat autentisitas tinggi, 14 wacana berada di tingkat simplifikasi atau modifikasi dan 3 wacana yang tidak diketahui tingkat autentisitasnya karena halaman web yang disertakan sebagai sumber wacana tidak dapat ditemukan.

Kata kunci: keterbacaan, buku teks, Flesch, autentisitas.

(9)

viii ABSTRACT

Gratia, Maria Kristela Dona. 2022. Readability Level of Indonesian Language Creative Books for Class VIII Based on Flesch Formula and Authenticity. Thesis. Yogyakarta Indonesian Language and Literature Education Study Program, Department of Language and Art Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University

This research discusses the readability of the Indonesian Language Creative textbook for Class VIII, published by Kanisius. The researcher used the Flesch formula and authenticity as a readability test tool. This study aims to (1) determine the level of readability of the discourse in the Indonesian Language Creative textbook for Class VIII with the Flesch readability formula, (2) find out the appropriate discourse for 8th-grade students in the Indonesian Language Creative textbook for Class VIII with the Flesch readability formula, and (3) know the authenticity of the discourse in the Indonesian Language Creative textbook for Class VIII.

This research on the readability test uses a descriptive quantitative research type. The population in this study is the discourse contained in the Indonesian Language Creative textbook for Class VIII Semester 1 and the Indonesian Language Creative textbook for Class VIII Semester 2 published by Kanisius. Data on the readability of the Indonesian Language Creative textbook for Class VIII published by Kanisius was obtained by the use of reading and note-taking techniques.

The Flesch formula calculation and autenticity results show (1) the discourse in the Indonesian Language Creative textbook for Class VIII SMP is at the upper/advanced level of readability, (2) the discourse in the Indonesian Language Creative textbook for SMP Class VIII is not suitable for use for class VIII students, (3) the authenticity analysis shows that there are 7 discourses that have a high level of authenticity, 14 discourses are at the level of simplification or modification and 3 discourses whose level of authenticity is unknown because the web page that is included as the source of the discourse cannot be found.

Keywords: readability, textbook, Flesch, authenticity.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Tingkat Keterbacaan Buku Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VIII Berdasarkan Formula Flesch dan Autentisitasnya” dengan lancar dan baik. Skripsi ini disusun sebagai pemenuhan salah satu syarat menyelesaikan studi dalam Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini berhasil disusun berkat dukungan dan doa dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, dan selaku dosen pembimbing penulis yang dengan sabar memberikan motivasi, saran dan bimbingan dalam penyusunan tugas akhir.

3. Septina Krismawati, M.A. selaku triangulator yang bersedia membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Dosen pembimbing akademik, Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. yang telah memberikan motivasi dan nasihat selama penulis menimba ilmu di PBSI.

5. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah mendidik penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma.

6. Ibu, Ayah, Kakak dan Adik terkasih yang telah mendoakan dan memberikan dukungan selama menempuh pendidikan hingga selesainya tugas akhir ini.

(11)

x

7. Sahabat-sahabat yang senantiasa sabar mendengar segala keluh kesah, memberikan semangat serta menjadi teman baik bagi penulis selama menempuh pendidikan di kampus tercinta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk proses penyempurnaan skripsi ini. Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Maria Kristela Dona Gratia Yogyakarta, 29 Juli 2022

(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN ...

... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR BAGAN... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Batasan Istilah ... 7

F. Sistematika Penyajian ... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Kajian Terdahulu yang Relevan ... 9

B. Landasan Teori ... 15

1. Wacana ...15

2. Buku Teks ...16

3. Kriteria Telaah Buku Teks ...17

4. Keterbacaan ...19

5. Formula Flesch ...21

6. Autentisitas ...23 i HALAMAN PERSETUJUAN

(13)

xii

C. Kerangka Berpikir... 24

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN... 28

A. Jenis Penelitian ... 28

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

C. Teknik Pengumpulan Data... 30

D. Teknik Analisis Data ... 31

E. Triangulasi Data ... 32

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Deskripsi Data ... 34

B. Deskripsi Data Berdasarkan Formula Flesch... 34

C. Deskripsi Data Berdasarkan Autentisitasnya ... 36

D. Hasil Penelitian ... 38

1. Tingkat Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Kreatif Bahasa Indonesia Kelas VIII Berdasarkan Formula Flesch ...38

2. Wacana dalam Buku Teks Kreatif Bahasa Indonesia Kelas VIII yang Sesuai untuk Pembelajar Kelas VIII Berdasarkan Formula Flesch ...54

3. Tingkat Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Kreatif Bahasa Indonesia Kelas VIII Berdasarkan Autentisitasnya ...54

E. Pembahasan ... 58

BAB 5 PENUTUP... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN ... 70

BIOGRAFI PENULIS ... 241

(14)

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Skema Kerangka Berpikir ... 27

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tingkatan Keterbacaan Flesch ... 22 Tabel 2 Tabel Analisis Data ... 31 Tabel 3 Tabel Perbandingan Wacana ... 31 Tabel 4 Wacana dalam Buku Teks Kreatif Bahasa Indonesia Kelas VIII Terbitan Kanisius ... 35 Tabel 5 Wacana dalam Buku Teks Kreatif Bahasa Indonesia Kelas VIII Terbitan Kanisius ... 37 Tabel 6 Analisis Tingkat Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Kreatif Bahasa Indonesia Kelas VIII Berdasarkan Formula Flesch ... 38 Tabel 7 Wacana dalam Buku Teks Kreatif Bahasa Indonesia yang Sesuai untuk Pembelajar Kelas VIII Berdasarkan Formula Flesch ... 52 Tabel 8 Analisis Tingkat Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Kreatif Bahasa Indonesia Kelas VIII Berdasarkan Autentisitasnya ... 54 Tabel 9 Analisis Wacana Yang Sesuai untuk Kelas VIII dalam Buku Teks Kreatif Bahasa Indonesia Berdasarkan Formula Flesch dan Autentisitasnya ... 59

(16)

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keterbacaan merupakan pengukuran kesulitan tingkat wacana atau buku teks (Widharyanto, 2016). Keterbacaan merupakan ukuran tentang mudah atau tidak mudah, sesuai atau tidak sesuainya suatu bacaan dipahami dan diingat oleh pembaca tertentu. Harjasujana mengatakan bahwa keterbacaan diartikan sebagai ukuran perihal sesuai tidaknya suatu bacaan bagi pembaca tertentu dilihat dari tingkat kesulitan atau kemudahan teksnya (Harjasujana dan Mulyati, 1996).

Keterbacaan dipahami pula sebagai efiensi membaca (keseimbangan antara kecepatan membaca dan kecepatan memahami bacaan). Keterbacaan sangat berpengaruh pada tercapainya tujuan dari suatu pembelajaran. Tingkat keterbacaan yang tinggi menunjukkan semakin sesuainya suatu bacaan untuk pembaca tertentu. Tingkat keterbacaan yang rendah menunjukan semakin tidak sesuai dan sukar suatu bacaan untuk pembaca tertentu. Bab-babnya tersusun runtut, penggunaan bahasa yang sederhana, kelengkapan paragraf, kesetalian dan isi yang memadai, terdapat kesatuan paragrafnya dan kalimat yang mudah dipahami merupakan ciri-ciri dari keterbacaan yang tinggi (Hardjasujana, dkk 1999: 10).

Usaha mencapai tingkat keterbacaan yang tinggi harus disertai dengan bacaan atau buku teks yang tepat. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 dikatakan bahwa buku teks adalah buku acuan wajib yang memuat materi pembelajaran untuk digunakan di sekolah dalam rangka

(17)

meningkatkan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa buku teks adalah buku pelajaran yang dibuat dengan standar tertentu dan digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran. Peneliti harus menganalisis wacana yang terdapat dalam buku teks untuk mengukur keterbacaan buku teks tersebut. Wacana adalah satuan bahasa terlengkap dalam hierarki gramatikal tertinggi atau terlengkap (Setiawati, 2019).

Ada berbagai macam cara untuk mengukur keterbacaan suatu bacaan, seperti Formula Fry, SMOG, Flesch, dan Fog Indeks. Formula Fry adalah formula mengukur tingkat keterbacaan dengan menganalisis kesulitan kata serta panjang kalimat yang digunakan. SMOG adalah formula yang menghitung suku kata dalam setiap kata dan jumlah kata dalam kalimat untuk mengukur keterbacaan.

Flesch menganalisis tingkat keterbacaan dengan menghitung jumlah suku kata, kata dan kalimat dalam wacana. Fog Indeks adalah formula mengukur keterbacaan dengan menghitung jumlah rata-rata kata sampel dan rata-rata kata dalam kalimat. Dalam penelitian ini, peneliti akan berfokus melakukan uji tingkat keterbacaan pada buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VIII menggunakan formula Flesch. Formula Flesch kerap digunakan untuk mengukur keterbacaan teks berbahasa Inggris, tetapi dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengukur keterbacaan buku pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan formula Flesch.

(18)

Peneliti memilih buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VIII sebagai objek penelitian karena buku teks Kreatif Bahasa Indonesia merupakan buku penunjang pembelajaran yang diterbitkan oleh penerbit Kanisius.

Penerbit Kanisius sendiri merupakan salah satu penerbit tertua dan terpopuler yang telah ikut andil mencetak buku-buku penunjang dan pedoman pembelajaran untuk sekolah-sekolah di seluruh Indonesia sejak tahun 1922. Bahkan, buku-buku terbitan Kanisius digunakan oleh banyak sekolah sebagai pedoman pembelajaran hingga saat ini. Kemapanan penerbit Kanisius dalam mencetak buku-buku penunjang pembelajaran diharapkan berpengaruh pada kecermatan penerbit Kanisius dalam memilih bahan ajar yang sesuai dengan target pembelajar. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk mengukur keterbacaan pada wacana- wacana buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VIII terbitan Kanisius.

Formula keterbacaan sebagai alat uji keterbacaan digunakan untuk mengukur tingkat keterbacaan buku teks. Dalam penelitian ini, formula keterbacaan yang digunakan adalah formula Flesch dan autentisitasnya. Formula Flesch dipilih sebagai alat uji dalam penelitian ini karena dianggap salah satu alat uji keterbacaan yang paling akurat, penyusunan alat uji keterbacaan relatif sederhana dan pengadministrasian hasil uji lebih sederhana. Formula Flesch merupakan salah satu formula keterbacaan yang paling tua dan paling akurat (https://readabilityformulas.com/flesch-reading-ease-readability-formula diakses 1 Agustus 2022). Formula ini dianggap lebih sederhana karena hanya menghitung

(19)

berdasarkan jumlah suku kata, kata dan kalimat serta tidak menggunakan grafik dalam menganalisis hasil perhitungan keterbacaan.

Selain memilih formula Flesch, peneliti memilih uji autentisitas untuk menganalisis tingkat keterbacaan. Uji autentisitas dilakukan untuk melihat kesesuaian materi kebahasaan dengan konteks sosial serta budaya yang melatarinya. Bahan ajar yang autentik memiliki tingkat kesukaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan ajar yang telah mengalami modifikasi (Widharyanto, 2016). Hal ini dikarenakan bahan ajar yang autentik memuat komunikasi-komunikasi yang digunakan di dunia nyata tanpa dimodifikasi untuk kepentingan pembelajaran. Peneliti melihat bahwa autentisitas berhubungan dengan keterbacaan suatu buku teks, terkait kesukaran dan kesesuaian suatu teks bagi pembelajar tertentu. Oleh karena itu, penelitian ini ingin melihat tingkat keterbacaan buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII berdasarkan autentisitasnya. Autentisitas merupakan aspek yang penting dan harus diperhatikan dalam pembelajaran.

Mengukur keterbacaan buku teks merupakan hal yang penting dilakukan untuk dapat mengetahui kesesuaian suatu buku teks bagi pembelajar tertentu.

Kesesuaian buku teks bagi pembelajar tertentu berhubungan dengan ketercapaiannya tujuan dari suatu pembelajaran. Terlebih para pengajar bahasa Indonesia menggunakan buku teks sebagai sumber materi ajar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mengukur keterbacaan berperan penting bagi pengajar untuk memilih sumber materi ajar yang tepat. Jika pengukuran keterbacaan tidak

(20)

dilakukan, maka akan ada kemungkinan terjadinya ketidaktepatan dalam pemilihan materi ajar dalam pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti sangat tertarik untuk meneliti keterbacaan pada buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII dengan formula keterbacaan Flesch. Selain itu, peneliti ingin mengetahui wacana dalam buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII yang sesuai dengan kemampuan pelajar SMP kelas VIII. Oleh karena itu, peneliti tertarik membuat penelitian berjudul “Tingkat Keterbacaan buku Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII Berdasarkan Formula Flesch dan Autentisitasnya”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat keterbacaan wacana dalam buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII berdasarkan formula Flesch ?

2. Wacana apa sajakah yang sesuai dalam buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII berdasarkan formula Flesch ?

3. Bagaimanakah autentisitas keterbacaan wacana dalam buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

(21)

1. Mengetahui tingkat keterbacaan wacana dalam buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII dengan formula keterbacaan Flesch.

2. Mengetahui wacana yang sesuai untuk pelajar kelas VIII dalam buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII dengan formula keterbacaan Flesch.

3. Mengetahui autentisitas wacana dalam buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat penelitian sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan pembelajaran bahasa Indonesia serta menjadi acuan bagi peneliti lain dalam menambah pengetahuan dan wawasan.

2. Manfaat Praktis

Selain memberikan manfaat teoretis, hasil penelitian ini juga memberikan manfaat praktis, sebagai berikut:

a. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian keterbacaan dalam buku teks pembelajaran bahasa Indonesia bagi pelajar SMP kelas VIII ini dapat digunakan untuk mengembangkan pengetahuan mengenai keterbacaan wacana.

b. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian mengenai keterbacaan buku teks pembelajaran Bahasa Indonesia bagi pelajar SMP kelas VIII ini dapat menjadi bahan bacaan dan

(22)

rujukan peneliti lain dalam meneliti penelitian yang serupa. Selain itu, penelitian ini juga dapat dimanfaatkan bagi peneliti lain sebagai bahan perbandingan dalam meneliti penelitian yang relevan.

c. Bagi Pengajar

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pengajar sebagai bahan pertimbangan dalam memilih buku teks yang sesuai dengan tingkat kemampuan pembelajar.

E. Batasan Istilah

1. Keterbacaan

Keterbacaan merupakan ukuran tentang mudah atau tidak mudah, sesuai atau tidak sesuainya suatu bacaan dipahami dan diingat oleh pembaca tertentu.

2. Buku teks

Buku teks adalah buku pelajaran yang dibuat dengan standar tertentu dan digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran.

3. Wacana

Wacana adalah satuan bahasa terlengkap dalam hierarki gramatikal tertinggi atau terlengkap (Setiawati, 2019).

4. Flesch

Flesch adalah formula untuk mengukur tingkat keterbacaan dengan menghitung jumlah suku kata, kata dan kalimat dalam suatu wacana.

5. Autensitas

Autentisitas merupakan alat uji materi keterbacaan yang mengacu pada keaslian, kebenaran dan realitas wacana tersebut.

(23)

F. Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian dalam proposal penelitian ini sebagai berikut: Bab 1 adalah bab Pendahuluan. Bab Pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah dan sistematika penyajian. Bab 2 adalah bab Tinjauan Pustaka, berisi tinjauan penelitian terdahulu yang relevan dan teori-teori yang digunakan sebagai dasar penelitian. Bab 3 adalah bab Metodologi Penelitian, yang berisi tentang jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan triangulasi data. Bab 4 adalah bab Analisis Data. Dalam bab ini berisi deskripsi data, analisis data dan pembahasan. Bab 5 adalah bab Penutup, yang berisi kesimpulan dan saran.

(24)

9 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Terdahulu yang Relevan

Penelitian relevan merupakan penelitian yang berkaitan, baik dalam hal judul atau pokok permasalahan yang dikaji. Penelitian yang relevan menjadi acuan bagi penulis sebagai bahan perbandingan dan juga gambaran mengenai rancangan penelitian.

Penelitian relevan yang pertama adalah penelitian berjudul An Analysis on Readability Level of English Reading Text for Eighth Grade Students yang dilakukan oleh Yulianto pada tahun 2019. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis keterbacaan teks berbahasa Inggris. Penelitian berjenis kualitatif ini menggunakan formula Flesch dalam menguji keterbacaan buku teks. Data dan sumber data diambil dari buku teks berjudul Pathway to English 2 Textbook untuk Siswa Kelas VIII SMP yang diterbitkan oleh Penerbit Erlangga. Adapun hasil penelitian sebagai berikut: 1) Tingkat keterbacaan wacana dalam buku teks tersebut bervariasi, 2) Hanya ada satu teks yang sesuai tingkat keterbacaan siswa SMP kelas tujuh dan delapan, 3) Dari delapan teks, ada enam teks yang sesuai untuk siswa Sekolah Dasar. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Yulianto pada tahun 2019 dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah menggunakan formula Flesch untuk mengukur keterbacaan. Hal yang membedakan penelitiaan relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah data dan sumber data yang digunakan. Penelitian relevan menggunakan

(25)

data dan sumber data dari buku teks Pathway to English 2 Textbook, sedangkan peneliti menggunakan data dan sumber data dari buku teks Kreatif Bahasa Indonesia.

Penelitian relevan yang kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Irwandi Silalahi dan Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd. pada tahun 2018 dengan judul Analisis Tingkat Keterbacaan Wacana Buku Teks Pelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 Revisi 2017 dengan Menggunakan Teknik Fog Indeks: Siswa Kelas VIII SMP Negeri 18 Medan Tahun Pembelajaran 2017/2018. Tujuan dari penelitian tersebut adalah menganalisis tingkat keterbacaan wacana buku teks pelajaran Bahasa Indonesia kurikulum 2013 revisi 2017 pada siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama. Penelitian yang dilakukan oleh Irwandi Silalahi dan Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd. Penelitian tersebut menggunakan teknik Fog Indeks dalam menguji keterbacaan buku teks. Menggunakan enam wacana yang terdapat pada buku teks sebagai sumber data penelitian dan 34 siswa sebagai sampel penelitian. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa wacana dalam buku teks memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa wacana 3 dengan indeks keterbacaan 2,31 merupakan wacana yang paling mudah dibaca, sedangkan wacana yang paling sulit dipahami adalah wacana 4 dengan indeks keterbacaan 5,31. Persamaan penelitian relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sama-sama menganalisis keterbacaan wacana dalam buku teks dan menggunakan jenis penelitian deskriptif-kuantitatif.

Perbedaannya terletak pada metode pengujian keterbacaan dan subjek penelitian.

Penelitian relevan menggunakan metode Fog Indeks dan subjek penelitian berupa

(26)

buku teks pelajaran Bahasa Indonesia kurikulum 2013 revisi 2017 pada siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama, sedangkan peneliti menggunakan metode Flesch dan subjek penelitian berupa buku teks pelajaran Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII.

Penelitian relevan ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Imam Safi’I, Wini Tarmini dan Sobri pada tahun 2021 berjudul The Readibility of Articles in Electronic Book for School Indonesian Language Textbook. Tujuan dari penelitian relevan adalah untuk menggambarkan tingkat keterbacaan artikel yang terkandung dalam Buku Sekolah Elektronik (BSE), buku teks Bahasa Indonesia untuk siswa SMA. Penelitian relevan ini menggunakan formula Flesch untuk menguji keterbacaan buku teks. Dalam menganalisis tingkat keterbacaan, penelitian relevan mengambil dua paragraf dari setiap artikel sebagai sampel untuk mengukur keterbacaan. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa rata- rata keterbacaan wacana yang terdapat dalam subjek penelitian sangat rendah, yaitu -15,79. Persamaan penelitian relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sama-sama menggunakan formula Flesch dalam menganalisis keterbacaan buku teks dan menggunakan jenis penelitian deskriptif-kuantitatif.

Perbedaannya terletak pada subjek penelitian yang digunakan. Penelitian relevan menggunakan Buku Sekolah Elektronik (BSE), buku teks Bahasa Indonesia untuk siswa SMA, sedangkan peneliti menggunakan buku teks pelajaran Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII.

Penelitian relevan yang keempat adalah penelitian yang dilakukan oleh Rishe Purnama Dewi, R. Kunjana Rahardi, Yuliana Setyaningsih, dan Septina

(27)

Krismawati pada tahun 2019 yang berjudul Analysis of Readability Discourse Level and Authenticity of “Sahabatku Indonesia” for BIPA Level C1 Textbook by Indonesia’s Language Agency Based on the Fry Chart. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengkaji keterbacaan teks dan autentisitas wacana dalam buku teks Sahabatku Indonesia Level C1. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penelitian relevan, meliputi tiga tahapan: 1) Peneliti melihat dan memahami subjek penelitian menggunakan teknik baca, 2) Peneliti mengukur tingkat keterbacaan menggunakan formula grafik fry serta mengukur tingkat autensitas, 3) Peneliti menyusun data hasil perhitungan grafik fry dan autentisitas yang telah diperoleh. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat lima wacana yang sesuai dengan pembelajaran BIPA Level C1. Selain itu, terdapat tiga teks yang tergolong memiliki tingkat autentik tinggi dan sembilan teks tergolong autentik simplifikasi. Persamaan penelitian relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Perbedaannya terletak pada metode pengujian keterbacaan dan subjek penelitian. Penelitian relevan menggunakan formula grafik fry dan subjek penelitian berupa buku teks Sahabatku Indonesia Level C1, sedangkan peneliti menggunakan metode Flesch dan subjek penelitian berupa buku teks pelajaran Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII.

Penelitian relevan kelima adalah penelitian yang dilakukan oleh Rita Karmila Sari pada tahun 2018 yang berjudul Analisis Keterbacaan Teks Bahasa Inggris dalam Buku Ajar Wajib di Sekolah Menengah Pertama dengan Menggunakan Formula Flesch. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk

(28)

melihat kesesuaian teks yang terdapat pada bahan ajar dengan tingkat pembaca yang dituju. Teknik analisis data yang dilakukan oleh penelitian relevan, meliputi lima tahapan: 1) Peneliti memilih sampel teks, 2) Peneliti menghitung jumlah kata dan kalimat dalam teks, 3) Peneliti akan menyederhanakan teks menjadi 100 kata jika terlalu panjang, 4) Peneliti melakukan analisis reading level menggunakan formula Flesch, 5) Peneliti memaparkan hasil analisis dalam bentuk tabel dan memberikan deskripsi sesuai dengan kebutuhan. Hasil penelitian relevan menunjukan bahwa tingkat keterbacaan buku English in Fokus Grade VII sesuai dengan pemelajar kelas VII, sedangkan buku English in Fokus Grade VIII dan English in Fokus Grade IX dianggap tidak sesuai dengan pemelajarnya. Pada buku English in Fokus Grade VIII, hanya 3 teks yang sesuai dengan tingkat pemelajar dari 8 teks yang dianalisis. Pada buku English in Fokus Grade IX hanya 1 teks yang sesuai dengan tingkat pemelajarnya dari 10 teks yang dianalisis.

Persamaan penelitian relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama menggunakan formula Flesch. Perbedaannya terletak pada subjek penelitian. Penelitian relevan menggunakan subjek penelitian berupa buku teks Sahabatku Indonesia Level C1, sedangkan peneliti meneliti buku teks pelajaran Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII.

Penelitian relevan keenam adalah penelitian yang dilakukan oleh Ketut Ngurah Yasa pada tahun 2013 yang berjudul Kecermatan Formula Keterbacaan Sebagai Penentu Keefektifan Teks. Penelitian tersebut memiliki tujuan mengkaji kecermatan formula keterbacaan berbasis bahasa Indonesia dan bahasa Inggris untuk mengukur keefektifan teks berbahasa Indonesia. Formula yang digunakan

(29)

oleh penelitian relevan untuk menguji keterbacaan teks yaitu formula Flesch, Fog Index, SMOG, Grafik Fry dan formula BI. Setelah dilakukan pengujian pada lima teks berbahasa Indonesia, hasil menunjukan bahwa formula Flesch, SMOG, Fog Index dan Grafik Fry menentukan bahwa kelima teks tersebut memiliki kriteria keterbacaan sangat sukar atau tingkat keterbacaan sangat rendah. Hasil perhitungan menggunakan formula BI menunjukan bahwa kelima teks tersebut mudah atau memiliki tingkat keterbacaan tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penelitian relevan, dapat disimpulkan bahwa kecermatan pengukuran keefektifan suatu bacaan berhubungan dengan formula keterbacaan yang digunakan. Selain itu, jenis teks juga sangat berpengaruh pada penentuan keterbacaan suatu teks. Persamaan penelitian relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah menganalisis keterbacaan teks berbahasa Indonesia menggunakan formula Flesch. Perbedaan penelitian relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada subjek dan metode yang digunakan.

Penelitian relevan menganalisis keterbacaan lima teks berbahasa Indonesia yang didapat dari Buku Sekolah Elektronik (BSE), sedangkan peneliti melakukan analisis keterbacaan buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII terbitan Kanisius. Penelitian relevan menggunakan formula Flesch, SMOG, BI, Fog Index dan Grafik Fry, sedangkan peneliti menggunakan Flesch dan autentisitasnya.

Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama mengukur tingkat keterbacaan buku teks. Hal yang membedakan adalah jenis penelitian dan cara mengukur tingkat keterbacaannya,

(30)

meskipun beberapa penelitian yang ditemukan menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif serta formula Flesch dan autentisitas sebagai alat ujinya.

Peneliti melakukan penelitian terhadap buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII dengan menggunakan formula Flesch dan autentisitasnya. Kelima penelitian relevan tersebut akan digunakan oleh peneliti sebagai bahan informasi tambahan.

B. Landasan Teori

Pada bab ini, penulis menjabarkan teori-teori yang digunakan dalam penelitian. Teori yang digunakan tersebut meliputi definisi analisis wacana, buku teks, fungsi buku teks, kriteria telaah buku teks, definisi keterbacaan, formula Flesch, dan autentisitas. Teori-teori tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Wacana

Jika dilihat menurut sudut pandang struktural, wacana merupakan satuan lingual yang berada di atas tataran kalimat. Wacana adalah satuan bahasa terlengkap dalam hierarki gramatikal tertinggi atau terlengkap (Setiawati, 2019).

Mulyana (2005) mengatakan bahwa wacana merupakan unsur kebahasaan yang paling lengkap dan paling kompleks. Wacana adalah cabang linguistik yang mengkaji tataran bahasa di atas kalimat, seperti paragraf, teks tulis dan tuturan lisan. Untuk menjadi wacana yang baik, suatu wacana harus memenuhi sejumlah persyaratan. Arifin (2010) mengatakan bahwa wacana merupakan unsur bahasa tertinggi dan terlengkap dalam sebuah hierarki gramatikal, karangan utuh dengan kelengkapan amanat, keserasian hubungan isi (koherensi) dan hubungan bahasa

(31)

(kohesi). Kohesi dan koherensi merupakan dua syarat penentu wacana yang baik.

Kohesi adalah konsep hubungan yang merujuk pada keutuhan suatu wacana.

Kohesi merupakan hubungan perkaitan antar kalimat pembentuk wacana.

Hubungan kohesi dapat dilihat dari unsur semantik dan gramatikal yang terkandung pada tiap kalimat dalam wacana. Kohesi merupakan organisasi sintaktis dan merupakan tempat kalimat-kalimat yang disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan (Tarigan 2009: 93). Kohesi berkaitan dengan keutuhan wacana. Koherensi adalah hubungan makna dalam bagian-bagian atau kalimat-kalimat yang membentuk wacana. Wabster mengartikan koherensi sebagai menghubungkan, memperlihakan, koneksi; hubungan yang cocok dan sesuai atau ketergantungan yang satu dengan yang lain secara rapi, seperti dalam bagian-bagian wacana atau argumen-argumen suatu rentetan penalaran (dalam Tarigan, 2009: 100).

2. Buku Teks

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 dikatakan bahwa buku teks adalah buku acuan wajib yang memuat materi pembelajaran untuk digunakan di sekolah dalam rangka meningkatkan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan (dalam Suryaman, 2015). Buku teks adalah buku yang menjadi pemberi instruksi dalam pembelajaran. Buku teks juga bisa menjadi pedoman dan acuan bagi pembelajar dalam pembelajaran terbimbing maupun pembelajaran mandiri.

(32)

Terlebih bagi pembelajaran yang bersifat mandiri, pemilihan buku teks yang tepat akan sangat membantu kegiatan pembelajaran. Dalam kata lain, buku teks adalah buku yang berisi kumpulan materi dan menjadi pedoman dalam pembelajaran.

Berdasarkan pengertian tersebut, buku teks menjadi hal yang penting dalam pembelajaran. Sitepu (2012: 13) mengatakan bahwa buku teks merupakan kumpulan kertas yang disusun sistematis, berisi informasi, dicetak dan dijilid.

Dalam metode pembelajaran apapun, buku teks menjadi sumber dan bahan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ketepatan dalam memilih buku teks sangat berpengaruh pada keberhasilan pembelajaran.

Pusat perbukuan (dalam Muslich, 2010: 50) mengatakan bahwa buku teks merupakan buku pegangan siswa pada jenjang tertentu dan pada bidang studi tertentu sebagai media pembelajaran. Buku teks memiliki fungsi sebagai pedoman dalam pembelajaran. Maksud dari pedoman dalam pembelajaran adalah buku teks sebagai bahan ajar yang membantu guru dalam proses pembelajaran dan menjadi bahan ajar yang membantu siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Sebagai pedoman pembelajaran, buku teks berisi materi yang tersusun secara sistematis dan memberi intruksi dalam pembelajaran. Buku teks mengandung berbagai konsep untuk disampaikan ke siswa, oleh karenanya, buku teks memegang peranan penting dalam proses pembelajaran, kurikulum dan instruksi pembelajaran terutama di negara berkembang (Chiapetta, 2007).

3. Kriteria Telaah Buku Teks

Buku teks memiliki kriteria telaah. Kriteria telaah adalah standar kelayakan yang digunakan untuk menelaah suatu buku teks. Menurut Greene dan

(33)

Petty dalam Tarigan (1989), terdapat kriteria buku teks yang berkualitas, antara lain:

a. Buku teks haruslah menarik minat anak-anak b. Buku teks haruslah mampu memberi motivasi c. Buku teks haruslah memuat ilustrasi yang menarik

d. Buku teks harus mempertimbangkan aspek-aspek linguistik

e. Buku teks isinya haruslah berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya f. Buku teks haruslah dapat menstimulasi, merangsang aktivitas pribadi para siswa g. Buku teks haruslah dengan sadar dan tegas menghindari konsep-konsep yang

samar-samar dan tidak biasa, agar tidak menciptakan kerancuan

h. Buku teks harus mempunyai sudut pandangan atau “point of view” yang jelas dan tegas

i. Buku teks haruslah mampu memberi pemantapan, penekanan pada nilai-nilai anak dan orang dewasa

j. Buku teks itu haruslah dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para siswa dan pemakainya.

Berdasarkan kriteria telaah buku teks menurut Greene dan Petty di atas, dapat dilihat bahwa buku teks harus memenuhi persyaratan atau kriteria tertentu agar dapat dikatakan sebagai buku teks yang baik. Selain harus mempertimbangkan aspek-aspek linguistik, aspek isi dan materi yang terkandung dalam buku teks harus jelas, tegas dan dapat menstimulus aktivitas pribadi siswa.

Buku teks yang baik juga harus dapat memberikan penekanan pada nilai-nilai yang terdapat di sekitar pembelajar.

(34)

4. Keterbacaan

Keterbacaan merupakan pengukuran kesulitan tingkat wacana atau buku teks (Widharyanto, 2016). Harjasujana mengatakan bahwa keterbacaan merupakan ukuran tentang sesuai tidaknya suatu bacaan bagi pembaca tertentu dilihat dari segi tingkat kesukaran atau kemudahan teksnya (Harjasujana &

Mulyati, 1996). Keterbacaan merupakan tingkat kemudahan suatu teks untuk dibaca. Teks yang mudah dipahami akan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi, sedangkan teks yang sulit dipahami akan memiliki tingkat keterbacaan yang rendah. Klare mengatakan bahwa meningkatnya derajat keterbacaan suatu teks dapat menambah atau meningkatkan berbagai perilaku membaca, seperti:

pemahaman, pembelajaran, kecepatan membaca, efisiensi membaca dan keberterimaan (dalam Pranowo, 2015). Berdasarkan definisi-definisi keterbacaan di atas, dapat disimpulkan bahwa keterbacaan adalah ukuran tentang mudah atau sukar, sesuai atau tidak sesuainya suatu bacaan dipahami dan diingat oleh pembaca tertentu. Keterbacaan dipahami pula sebagai efiensi membaca. Efisiensi membaca yaitu keseimbangan antara kecepatan membaca dan kecepatan memahami bacaan. Kecepatan memahami bacaan ini dipengaruhi oleh mudahnya suatu bacaan untuk dibaca oleh tingkat tertentu. Bacaan dengan tingkat keterbacaan yang tinggi lebih mudah dipahami daripada bacaan dengan tingkat keterbacaan yang rendah. Pemilihan bacaan yang tepat sangat mempengaruhi keberhasilan membaca.

Tingginya tingkat keterbacaan mempengaruhi keberhasilan proses belajar dan sumber belajar. Sumber belajar, dalam hal ini buku teks, harus dapat

(35)

dimengerti dalam aspek kebahasaannya. Terlebih peran buku teks dalam proses pembelajaran sangatlah penting. Buku teks berisi materi ajar dan berperan membentuk pengetahuan serta pemahaman pembelajar. Oleh karena itu, bacaan dalam buku teks harus sesuai dengan kemampuan membaca pembacanya. Klare (1984:726) menyatakan bahwa bacaan yang memiliki tingkat keterbacaan yang baik akan memengaruhi pembacanya dalam meningkatkan minat belajar dan daya ingat, menambah kecepatan dan efisiensi membaca, dan memelihara kebiasaan membacanya. Hal inilah yang membuat aspek keterbacaan perlu diperhatikan, karena keterbacaan tidak hanya mengenai kesesuaian buku teks dengan kemampuan pembaca, tetapi juga mengenai peningkatan motivasi belajar. Usaha menganalisis tingkat keterbacaan dapat menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran.

Sakri menyatakan bahwa salah satu penentu tingkat keterbacaan suatu teks adalah pemilihan diksi, struktur kalimat dan susunan paragraf (Sakri, 1994:

165-166). Karakteristik bahasa Indonesia terlihat dari panjang kata dan struktur kalimat yang digunakan. Bahasa Indonesia memanfaatkan pemilihan kata dengan banyak suku kata, imbuhan pada kata dan kalimat yang kompleks. Suherli (2006) mengatakan bahwa teks berbahasa Indonesia dapat memiliki keterbacaan yang tinggi jika memanfaatkan pemilihan kata yang sederhana serta dapat dihubungkan dengan konteks kehidupan siswa. Selain pandangan Suherli, hasil studi oleh Tim Pusat Perbukuan (2003) mengatakan bahwa penggunaan kalimat- kalimat sederhana berpengaruh pada keefektifan teks berbahasa Indonesia (dalam Yasa, 2013).

(36)

5. Formula Flesch

Formula Flesch adalah formula yang dikembangkan oleh Rudolph Flesch pada tahun 1948. Formula Flesch adalah salah satu formula atau rumus yang digunakan untuk mengukur tingkat keterbacaan suatu wacana atau teks. Formula Flesch yang digunakan dalam penelitian ini adalah formula Flesch Reading Ease Readability. Flesch Reading Ease Readability merupakan formula yang digunakan untuk mengukur kemudahan atau kesukaran suatu teks atau wacana. Formula Flesch menggunakan skala 0 sampai 100 untuk mewakili keterbacaan suatu wacana. Skala 0 mewakili teks yang memiliki tingkat keterbacaan rendah atau sulit dibaca, sedangkan skala 100 mewakili teks yang memiliki tingkat keterbacaan tinggi atau mudah dibaca. Formula Flesch menghitung panjang kalimat, jumlah kata dan jumlah suku kata pada tiap kalimat yang terdapat dalam suatu teks. Formula ini dihitung berdasarkan panjang kalimat dan jumlah silabel per-kata. Formula Flesch memiliki rumus sebagai berikut:

Skor = 206.835 – (1.015 X ASL) – (84,6 X ASW)

ASL (Average Sentence Length) yaitu rata-rata jumlah kata dalam satu kalimat.

ASL diperoleh dari jumlah kata dibagi jumlah kalimat. ASW (Average Number of Syllables per word) yaitu rata-rata jumlah silabel dalam satu kata. ASW diperoleh dari jumlah suku kata dibagi jumlah kata. Hasil perhitungan formula Flesch menentukan tingkatan keterbacaan teks. Tingkatan keterbacaan dapat dilihat pada tabel berikut:

(37)

Tabel 1

Tingkatan Keterbacaan Flesch

Jika dilihat dari tabel di atas, skor di antara 90 hingga 100 dianggap sangat mudah dan sesuai untuk kemampuan membaca kelas 5. Skor 80 hingga 90 dianggap mudah dan sesuai untuk kemampuan membaca kelas 6. Skor 70 hingga 80 dianggap cukup mudah dan sesuai untuk kemampuan membaca kelas 7. Skor 60 hingga 70 dianggap standar dan sesuai untuk kemampuan membaca kelas 8 hingga 9. Skor 50 hingga 60 dianggap cukup sulit dan sesuai untuk kemampuan membaca kelas 10 hingga 12. Skor 30 hingga 40 dianggap sulit dan sesuai untuk kemampuan membaca kelas 13 dan 14. Skor 0 hingga 30 dianggap sangat sulit dan sesuai untuk kemampuan membaca tingkat atas.

Skor

Keterbacaan Deskripsi

Perkiraan Tingkat Membaca

0 - 30 Sangat Sulit

Tingkat Atas / Tingkat Lanjut

30 - 40 Sulit Kelas 13 - 16

50 - 60 Cukup Sulit Kelas 10 - 12

60 - 70 Standar Kelas 8

70 - 80 Cukup Mudah Kelas 7

80 - 90 Mudah Kelas 6

90 - 100 Sangat Mudah Kelas 5

(38)

6. Autentisitas

Autentisitas cara untuk mengukur materi bacaan mengacu pada kebenaran, keaslian dan realitas wacana tersebut (Widharyanto, 2017). Autentisitas diartikan sebagai kesesuaian materi kebahasaan dengan konteks sosial serta budaya yang melatarbelakanginya. Dalam pembelajaran, autentisitas menitikberatkan pada hubungan antara pembelajaran yang dilakukan dengan keadaan nyata yang ditemui sehari-hari. Dalam kata lain, autentisitas berkaitan dengan bahan-bahan pembelajaran, teknik pembelajaran yang digunakan, tugas-tugas yang diberikan, dan bentuk pengukuran keberhasilan pembelajaran yang dipilih oleh pendidik serta memiliki kesesuaian dengan konteks sosial budaya.

Autentisitas diperlukan dalam buku teks sehingga dapat memberikan gambaran pembelajaran yang bermakna dan sesuai kondisi nyata. Autentisitas merujuk pada pembelajaran yang bersifat alamiah. Melalui wacana-wacana yang terdapat dalam buku teks, pembelajar dihadapkan dengan konteks sosial yang sungguh terjadi secara nyata. Wacana yang auntentik memberikan gambaran terkait kebahasaan yang digunakan sehari-hari secara umum. Hal ini membuat wacana autentik cenderung lebih sulit dipahami karena memanfaatkan kebahasaan yang lebih kompleks, bukan kebahasaan yang sengaja diciptakan dan disederhanakan untuk kepentingan pembelajaran di kelas. Ada tiga tingkat autentisitas, yakni (1) materi yang dibuat oleh pengajar, (2) materi yang mengalami modifikasi oleh pengajar, dan (3) materi autentik yang berasal dari komunikasi sehari-hari. Menurut Widharyanto (2016), terdapat dua fenomena yang mengemuka, yakni materi ajar yang dirancang untuk kepentingan pedagogis

(39)

dan materi ajar autentik. Materi ajar yang dirancang untuk kepentingan pedagogis mengalami simplifikasi atau proses penyederhanaan, sedangkan materi ajar autentik terkait dengan keaslian dan kealamiahan tanpa campur tangan pihak akademis.

Uji autentisitas dilakukan untuk melihat kesesuaian materi kebahasaan dengan konteks sosial serta budaya yang melatarinya. Widharyanto (2016) mengatakan pula bahwa bahan ajar yang autentik memiliki tingkat kesukaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan ajar yang telah mengalami modifikasi, dikarenakan bahan ajar yang autentik memuat komunikasi- komunikasi yang digunakan di dunia nyata tanpa dimodifikasi untuk kepentingan pembelajaran. Modifikasi dapat diartikan pula sebagai penyederhanaan bahasa, terkait peniruan situasi dan latar sosial budaya ataupun aktivitas yang terjadi dalam kenyataan pemakaian bahasa (Widharyanto, 2016). Bahan ajar yang mengalami modifikasi akan memiliki tingkat kesulitan yang lebih rendah karena telah disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan terkait dengan penguasaan bahasa siswa. Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan bahwa autentisitas dapat menjadi salah satu cara untuk menentukan tingkat kemudahan atau kesukaran suatu bahan ajar.

C. Kerangka Berpikir

Buku teks memiliki peran penting dalam keberhasilan suatu proses pembelajaran. Buku teks berisi materi ajar dan berperan membentuk pengetahuan serta pemahaman pembelajar. Oleh karena itu, bacaan dalam buku teks harus sesuai dengan kemampuan membaca pembacanya. Untuk mengukur sesuai atau

(40)

tidak sesuainya suatu buku teks dengan kemampuan membaca pembacanya dibutuhkan analisis keterbacaan. Keterbacaan menyangkut dapat dibacanya teks secara cepat, mudah dipahami dan diingat. Semakin tinggi tingkat keterbacaan, maka semakin mudah suatu teks dipahami. Oleh karena itu, keterbacaan suatu buku teks sangat berpengaruh pada keberhasilan proses pembelajaran.

Peneliti memilih formula Flesch sebagai cara untuk mengukur keterbacaan pada buku teks. Formula Flesch dikembangkan untuk mengidentifikasi tingkat kesulitan dan tingkat kemudahan suatu materi bacaan bagi pembaca. Hal ini berkaitan dengan pemilihan materi bacaan yang tepat bagi tingkat pembaca tertentu. Artinya, hasil keterbacaan melalui perhitungan formula Flesch dapat menjadi acuan dalam memilih dan menentukan materi bacaan atau buku teks yang tepat dalam pembelajaran. Ketepatan dalam memilih materi bacaan berpengaruh pada keberhasilan pembelajaran.

Setelah mengukur keterbacaan menggunakan formula Flesch, peneliti menganalisis autentisitas buku teks. Hal ini berguna untuk melihat hubungan antara pembelajaran yang dilakukan dengan keadaan nyata yang ditemui sehari- hari oleh pembelajar. Autentisitas diperlukan dalam buku teks sehingga dapat memberikan gambaran pembelajaran yang bermakna dan sesuai kondisi nyata.

Dalam penelitian yang berjudul “Tingkat Keterbacaan Buku Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII berdasarkan Formula Flesch dan Autentisitasnya” ini peneliti menggunakan buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII terbitan Kanisius sebagai objek penelitian. Setelah melakukan pengukuran keterbacaan menggunakan formula Flesch, peneliti akan

(41)

menemukan kesesuaian buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII terbitan Kanisius dengan pembelajar SMP kelas VIII. Selain itu, peneliti akan menganalisis tingkat autentisitas objek penelitian.

Skema kerangka berpikir merupakan dasar bagi peneliti untuk menganalisis dan mengembangkan masalah dalam penelitian. Alur pemikiran peneliti dalam mengerjakan penelitian ini dapat dilihat pada kerangka berpikir sebagai berikut:

(42)

Tingkat Keterbacaan Buku Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VIII berdasarkan Formula Flesch dan Autentisitasnya

Bagan 1 Skema Kerangka Berpikir Keterbacaan buku teks

sangat berpengaruh pada keberhasilan pembelajaran

Buku Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VIII terbitan

Kanisius

Tingkat Keterbacaan Buku Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VIII berdasarkan Formula Flesch dan

Autentisitasnya

Formula Flesch Autentisitas

(43)

28

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian mengenai uji keterbacaan buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII berdasarkan formula Flesch ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Karakteristik penelitian kuantitatif tercermin dari data yang berbentuk angka-angka dan analisis statistik yang digunakan (Gall &

Borg, 2003). Menurut Sudjana, Nana dan Ibramin (2007:64), penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi. Penelitian ini berjenis kuantitatif karena bertujuan untuk mengukur tingkat keterbacaan wacana buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII dengan menghitung menggunakan formula Flesch. Setelah itu, peneliti memaparkan dan mendeskripsikan data yang diperoleh.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah wacana yang terdapat pada buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII semester 1 dan buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII semester 2 terbitan Kanisius. Peneliti merasa jumlah wacana yang terdapat dalam buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII semester 1 tidak cukup sehingga peneliti pun turut menganalisis wacana yang terdapat dalam buku Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII semester 2. Buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII semester 1 terbitan Kanisius berisi 143 halaman dan terdapat 9 wacana,

(44)

antara lain: 1) Hidupkan Potensi Desa, 2) Menjelang Imlek, Warga Membersihkan Vihara, 3) Motor Bebek yang Semakin Tak Laku, 4) Banjir di Semarang, Aktivitas Stasiun Poncol Dihentikan, 5) Ekonomi Indonesia, 6) Upaya Menjaga Karya Cipta Bangsa, 7) Pelangi, 8) Gempa Bumi, 9) Wayang. Buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII semester 2 terbitan Kanisius berisi 142 halaman dan terdapat 15 wacana, antara lain: 1) Teks Ulasan 1: Novel Layar Terkembang, 2) Teks Ulasan 2: Film Menembus Impian, 3) Teks Ulasan 3: Lagu Bunda, 4) Teks Ulasan 1: Buku Sungging, 5) Teks Ulasan 2: Puisi “Ibu”, 6) Teks Ulasan 3: Grup Musik Kotak, 7) Teks Ulasan: Novel Surat Untukmu Sahabat, 8) Hindari Rokok Meskipun Sebatang, 9) Penyebab Gangguan Pencernaan, 10) Ayo Hidup Sehat, 11) Mari Peduli Lingkungan, 12) Naskah Drama Sahabat Untuk Salita, 13) Teks Drama Malin Kundang, 14) Pelajaran dari Semangkuk Bakmi, 15) Teks Ulasan: Novel 5 cm. Sehingga wacana yang dianalisis dalam penelitian ini berjumlah 24 wacana. Flesch dan autentisitas merupakan alat uji untuk menganalisis wacana. Oleh karena itu, peneliti memilih wacana yang memenuhi syarat-syarat wacana, yaitu kohesi dan koherensi. Kohesi adalah konsep hubungan yang merujuk pada keutuhan suatu wacana. Koherensi diartikan sebagai hubungan yang serasi antara makna satu dengan makna yang lain dalam wacana. 24 wacana tersebut dipilih karena memenuhi syarat wacana, yaitu wacana utuh yang memiliki awal dan akhir wacana serta memiliki keterikatan antar bagian di dalam wacana.

Penelitian ini tidak menggunakan sampel penelitian karena data yang digunakan adalah keseluruhan dari populasi penelitian atau seluruh wacana yang

(45)

terdapat dalam buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VIII terbitan Kanisius. Menurut teori dari Arikunto (2002: 112), dikatakan apabila jumlah responden kurang dari 100, populasi diambil semua sehingga menjadi penelitian populasi.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data mengenai keterbacaan buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII terbitan Kanisius ini diperoleh dengan cara membaca dan mencatat. Data diperoleh melalui membaca dan mencatat hal-hal atau informasi yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini. Teknik baca adalah teknik yang dilakukan dengan membaca dan memahami buku atau isi bacaan. Teknik catat adalah teknik yang dilakukan dengan meneliti buku atau isi bacaan yang berkaitan dengan penelitian, kemudian hasil yang diperoleh dicatat sebagai data penelitian.

Berdasarkan kedua teknik di atas, peneliti mengumpulkan wacana yang terdapat pada buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII semester 1 dan buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII semester 2 terbitan Kanisius. Setelah dikumpulkan, peneliti membaca wacana-wacana tersebut dan menandai wacana yang termasuk kategori Flesch. Setelah ditandai, kalimat, kata dan suku kata yang terdapat dalam wacana dihitung dan dimasukan pada tabel. Hasil perhitungan dalam tabel tersebut dicatat sebagai data penelitian.

Teknik pengumpulan data berdasarkan autentisitasnya dilakukan dengan cara melacak alamat website sumber wacana yang tertera pada masing-masing

(46)

wacana. Kemudian wacana dianalisis menurut tingkat autentisitasnya. Wacana yang telah dianalisis akan digolongkan berdasarkan tingkat autentisitasnya.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan untuk memperoleh hasil penelitian. Dalam penelitian keterbacaan, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif karena peneliti melakukan analisis dengan menghitung data dan mendeskripsikan hasil perhitungan data.

Teknik analisis keterbacaan tersebut digunakan berdasarkan formula Flesch. Langkah-langkah perhitungan menggunakan formula Flesch sebagai berikut:

1. Data berupa angka yang berisi jumlah kalimat, kata dan suku kata dikumpulkan.

2. Membuat tabulasi data sebagai persiapan penghitungan.

3. Menghitung tingkat keterbacaan menggunakan formula Flesch.

4. Menafisrkan hasil penghitungan tingkat keterbacaan dengan formula Flesch untuk mengetahui kesesuaian wacana dengan tingkatan kemampuan pembelajar SMP kelas VIII.

5. Setelah mendapatkan hasil perhitungan keterbacaan berdasarkan formula Flesch, peneliti menghubungkannya dengan teori dan hasil analisis autentisitas.

Adapun tabel analisis data yang digunakan sebagai berikut:

Tabel 2 Tabel Analisis Data

Kode Teks

Jumlah Kata

Jumlah Kalimat

Jumlah Suku Kata

Skor Kelas Keterbacaan

Keterangan

(47)

Dalam menganalisis tingkat autentisitas wacana, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Membuat tabel perbandingan, (2) Membandingkan wacana yang terdapat pada sumber wacana dan wacana yang terdapat pada buku teks, (3) Menggolongkan wacana berdasarkan tingkat autentisitasnya, (4) Menentukan tingkat autentisitas yang sesuai dengan pembelajar SMP kelas VIII dan (5) Membuat kesimpulan dari hasil temuan.

Tabel 3

Tabel Perbandingan Wacana

Wacana dalam Buku Teks Wacana Asli

E. Triangulasi Data

Menurut Muleong (2007: 330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekkan atau sebagai pembanding terhadap data. Konsep dasar dari triangulasi adalah pengecekan terhadap data yang telah diperoleh dari

(48)

berbagai perbandingan dan sudut pandang agar terhindar dari subjektivitas. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan triangulasi teori dan penyidik. Maksud dari triangulasi teori adalah penulis membandingkan hasil penelitian dengan teori-teori pada bab Tinjauan Pustaka, sedangkan triangulasi penyidik adalah memanfaatkan peneliti atau pengamat lain untuk mengecek kembali derajat kepercayaan data.

Langkah pertama yang dilakukan adalah memilih ahli yang kompeten di bidang keterbacaan untuk menguji keabsahan data dan analisis data. Dalam penelitian ini, peneliti meminta kesediaan Ibu Septina Krismawati, M.A. dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk menjadi triangulator. Langkah kedua, peneliti memberikan data perhitungan keterbacaan berdasarkan formula Flesch dan tingkat autentisitas untuk masing-masing wacana dalam buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VIII terbitan Kanisius.

Selain menggunakan triangulasi penyidik, penelitian ini juga menggunakan triangulasi teori. Penelitian ini menggunakan triangulasi teori dengan cara membandingkan hasil penelitian dengan teori dan penelitian relevan yang terdapat pada Bab 2 yaitu Tinjauan Pustaka.

(49)

34 BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab empat ini meliputi tiga bagian, yaitu deskripsi data, hasil penelitian dan pembahasan. Pada bagian pertama, dijelaskan mengenai deskripsi data yang akan dianalisis. Pada bagian kedua, dipaparkan mengenai hasil temuan dari analisis data. Pada bagian ketiga merupakan bagian pembahasan.

A. Deskripsi Data

Penjelasan berikut ini merupakan dekripsi data yang akan dianalisis menggunakan formula keterbacaan Flesch dan autentisitasnya. Data-data tersebut terdapat dalam buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII terbitan Kanisius. Buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII terbitan Kanisius terdiri dari dua buku teks yaitu buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII semester satu dan buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII semester dua. Uraian deskripsi datanya sebagai berikut:

B. Deskripsi Data Berdasarkan Formula Flesch

Data yang dikumpulkan berasal dari wacana-wacana yang terdapat dalam buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII terbitan Kanisius.

Jumlah keseluruhan wacana adalah 24 wacana. Flesch merupakan alat uji untuk menganalisis wacana. Formula Flesch tidak memberikan syarat khusus untuk wacana yang dapat dihitung dengan formula Flesch. Oleh karena itu, peneliti memilih wacana yang memenuhi syarat-syarat wacana, yaitu kohesi dan

(50)

koherensi. Kohesi adalah konsep hubungan yang merujuk pada keutuhan suatu wacana. Koherensi diartikan sebagai hubungan yang serasi antara makna satu dengan makna yang lain dalam wacana. 24 wacana tersebut dipilih karena memenuhi syarat wacana, yaitu wacana utuh yang memiliki awal dan akhir wacana serta memiliki keterikatan antar bagian di dalam wacana. Wacana tersebut dianalisis berdasarkan panjang kalimat, jumlah kata dan jumlah suku kata. Berikut adalah wacana-wacana yang terdapat dalam buku teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII terbitan Kanisius:

Tabel 4

Wacana dalam Buku Teks Kreatif Bahasa Indonesia untuk Kelas VIII Terbitan Kanisius

No Bab Judul Wacana Halaman

W1

Bab 1: Teks Berita

Hidupkan Potensi Desa 21-22

W2 Menjelang Imlek, Warga

Membersihkan Vihara 22

W3 Motor Bebek yang Semakin Tak

Laku 23-24

W4 Banjir di Semarang, Aktivitas

Stasiun Poncol Dihentikan 31

W5

Bab 3: Teks Eksposisi

Ekonomi Indonesia 66-67

W6 Upaya Menjaga Karya Cipta Bangsa 73

W7

Bab 5: Teks Eksplanasi

Pelangi 118

W8 Gempa Bumi 120

W9 Wayang 122

W10

Bab 6: Teks Ulasan

Teks Ulasan 1: Novel Layar Terkembang

15-16

W11 Teks Ulasan 2: Film Menembus

Impian

16-17

W12 Teks Ulasan 3: Lagu Bunda 17-18

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa keterbacaan wacana dalam buku teks Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII karangan Wahono yang diterbitkan CV Gita

terdapat keterbacaan wacana yang tidak sesuai dengan tingkat keterbacaan untuk jenjang SMA kelas X pada buku teks bahasa Indonesia terbitan Erlangga, Esis, dan

Adapun maksud dan tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1, Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra

keterbacaan terhadap siswa itu rendah, maka buku tersebut perlu dikaji ulang. Keterbacaan kepada siswa memang berbeda-beda, maka dari itu sebelum buku dipublikasikan

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, dapat ditarik simpulan bahwa keterbacaan teks pada buku ajar Cerdas Berbahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas X (kurikulum 2013)

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, dapat ditarik simpulan bahwa keterbacaan teks pada buku ajar Cerdas Berbahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas X (kurikulum 2013)

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa keterbacaaan buku teks bahasa Indonesia Kurikulum 2013 tingkat SMP Kelas VII menggunakan grafik Raygor kurang sesuai

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keterbacaan pada teks bacaan pada buku bahasa Inggris untuk SMA berjudul "Buku Sekolah Elektronik (BSE) Bahasa Inggris