24 A. Teori perkembangan anak usia dini
Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya. Misalnya, perkembangan emosi, kemandirian, bicara serta sosialisasi. Beberapa ahli psikologi mengemukakan pendapat mereka mengenai pengertian perkembangan, diantaranya adalah Woolfolk mengemukakan pendapatnya bahwa perkembangan adalah perubahan adaptif secara teratur yang berlangsung sejak terjadinya konsepsi sampai meninggal dunia. Sedangkan Santrock mengemukakan bahwa perkembangan merupakan suatu pola gerakan atau perubahan yang dimulai sejak terjadinya konsepsi dan berlangsung melalui siklus kahidupan.
Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah suatu proses perubahan secara berurutan dan progresif yang terjadi sebagai akibat kematangan dan pengalaman yang berlangsung sejak terjadinya konsepsi sampai meninggal dunia.1 Perkembangan tersebut sebagai suatu proses karena di dalamnya terjadi serangkaian perubahan, baik perubahan dari segi fisik maupun psikologis.
Perkembangan terjadi secara berurutan karena dalam proses perubahan
1 Siti Aisyah dkk, Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini, hlm. 2.4-2.5.
terdapat hubungan yang erat antara perubahan yang satu dengan yang lainnya. Disamping itu, perubahan tersebut bersifat progresif dalam arti perubahan tersebut bersifat maju, meningkat, dan mendalam (meluas) baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perkembangan melibatkan kematangan dan pengalaman dari lingkungan karena perubahan yang terjadi merupakan akibat interaksi dan sinergi kedua proses tersebut dan lingkungan telah mempengaruhi perkembangan anak sejak dalam kandungan. Jika anak memperoleh lingkungan yang kondusif bagi perkembangannya maka ia akan berkembang secara optimal.2
Perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang menuju ke depan dan tidak begitu saja dapat diulang kembali.3 Perkembangan juga berhubungan dengan proses belajar terutama mengenai isinya yaitu tentang apa yang akan berkembang berkaitan dengan perbuatan belajar. Perkembangan sebagai suatu proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi terjadi berdasarkan proses pertumbuhan, pemasakan dan belajar. Perkembangan merupakan suatu proses yang dinamik dalam proses tersebut, sifat individu dan sifat lingkungan pada lahirnya
2Ibid, hlm. 2.5.
3 F.J. Monks. A.M.P. Kenoers dan Siti Rahayu Hadinoto, Psikologi Perkembangan (Yogyakarta: Gajah mada University Press, 2002), hlm. 1.
menentukan tingkah laku apa yang akan diaktualisasikan dan dimanifestasikan.4
B. Teori perkembangan
Teori adalah suatu system pengertian atau konseptualisasi yang diorganisasikan secara logis dan diperoleh melalui jalan yang sistematis.
Suatu teori akan memperoleh arti yang penting bila banyak melukiskan, menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada.
1) Teori perkembangan Lev Vygotsky
Vygotsky adalah seorang ahli psikologi Rusia yang lahir pada tahun 1896 dan meninggal pada tahun 1934. Teori perkembangannya disebut teori revolusi sosiokultural (sociocultural-Revolution). Vygotsky mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial-budaya dan sejarahnya. Artinya, untuk memahami pikiran seseorang bukan dengan cara menelusuri apa yang ada dibalik otaknya dan pada kedalaman jiwanya, melainkan dari asal usul tindakan sadarnya dan dari interaksi sosial yang dilatari oleh sejarah hidupnya.
Pimikiran Vygotsky yang sangat cemerlang adalah tentang fungsi alat berfikir (Tool Of The Mind) pada setiap individu yang tentunya berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Melalui alat berfikir yang dimiliki oleh setiap individu inilah perkembangan kognitif seseorang
4 M. Sugeng Sholehudin, Psikologi Perkembangan Dalam Perspektif Pengantar STAIN Pekalonga Press, hlm. 30.
berkembang sejak usia dini sampai usia dewasa.5 Secara spesifik Vygotsky mengemukakan beberapa kegunaan dari alat berfikir, yaitu :
1. Membantu memecahkan masalah
Melalui alat berfikir inilah seseorang akan mampu mencari jalan keluar terhadap permasalahan yang dihadapinya. Kerangka berfikir yang terbentuk difungsi pikir manusialah yang akan menentukan keputusan yang diambilnya dalam pemecahan masalah yang dihadapi.
2. Memudahkan dalam melakukan tindakan
Menurut Vygotsky dengan alat berpikirnya setiap individu akan dapat memilih tindakan atau perbuatan yang seefektif dan seefisien mungkin dalam mencapai tujuan. Kepraktisan dalam bertindak yang sering kali ditunjukkan oleh seorang anak dalam melakukan suatu aktivitas merupakan cerminan dari keberfungsian alat berfikirnya.
3. Memperluas kemampuan
Melalui keberfungsian dari alat berfikirlah setiap individu akan mampu memperluas wawasan berfikirnya melalui berbagai aktivitas untuk mencari dan menemukan berbagai pengetahuan yang ada di sekitarnya. Melalui berbagai eksplorasi yang dilakukan oleh seorang
5 Yuliani Nurani Sujiono dkk, Metode Pengembangan Kognitif (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hlm. 4.3-4.5.
anak melalui panca indranya, maka akan dapat semakin banyak hal yang ia ketahui.
4. Melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas alaminya
Alat berfikir pada manusia pada dasarnya akan berkembang secara alamiah mengikuti apa yang terjadi di lingkungannya. Semakin banyak stimulasi yang diperoleh anak saat ia berinteraksi dengan lingkungannya, maka akan semakin cepat berkembangnya fungsi fikir.
Vygotsky mengemukakan bahwa peningkatan fungsi-fungsi mental seseorang terutama berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya, dan bukan sekedar dari individu itu sendiri. Konsep-konsep penting teori Vygotsky tentang perkembangan kognitif yang sesuai dengan teori revolusi sosiokultural adalah hukum genetik tentang perkembangan (Genetic Law Of Development), zona perkembangan proksimal (Zone Of Proximal Development), dan mediasi.6
Proses kognitif tertinggi yang berkembang saat anak berada di sekolah adalah saat terjadinya interaksi antara anak dan guru. Semakin maju dan kaya suatu budaya di lingkungan anak, maka akan semakin berkembang pengetahuan yang dimiliki oleh seorang anak. Ini yang menyebabkan adanya perbedaan kemampuan antara anak yang dididik di negara maju dengan anak yang dididik di negara berkembang.
6Ibid, hlm. 4.5-4.9.
Dalam lingkungan budaya yanng lebih maju dan berkembang pesat inilah maka pengetahuan anak akan menjadi semakin kompleks dan bergerak dari batas aktual menjadi batas potensial. Berarti kemampuan anak akan berkembang di atas rata-rata teman seusianya karena ia mendapat stimulasi yang lebih banyak dan lebih dulu dari lingkungannya.
Tiga konsep teori Vygotsky tentang perkembangan kognitif yang sesuai dengan teori revolusi, sosiokultural.
a. Hukum genetik tentang perkembangan (Genetic Law Of Development)
Belajar dan perkembangan merupakan dua proses yang berbeda tetapi secara kompleks berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
Belajar dan perkembangan merupakan perubahan kualitatif dalam pandangan yang tidak hanya diperoleh melalui akumulasi fakta-fakta dan keterampilan-keterampilan. Kemampuan seseorang untuk tumbuh dan berkembang melewati dua tataran, yaitu tataran sosial tempat orang-orang membentuk lingkungan sosialnya (dapat dikategorikan sebagai interpsikologis atau intermental), dan tataran psikologis di dalam diri orang yang bersangkutan (dapat dikategorikan sebagai intrapsikologis atau intramental). Pandangan teori ini menempatkan intermental atau lingkungan sosial sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang. Fungsi-fungsi mental tinggi dalam diri seseorang akan muncul dan berasal dari kehidupan sosialnya.
b. Zona perkembangan proksimal (Zona Of Proximal Development)
Perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan ke dalam dua tingkatan, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan masalah atau tugas-tugas secara mandiri (kemampuan intramental). Sedang tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan masalah atau tugas-tugas ketika berada di bawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten (kemampuan intermental).
Empat tahapan zona perkembangan proksimal (ZPD) yang terjadi dalam perkembangan dan pembelajaran7, yaitu :
1) Tahap 1 : tindakan anak masih dipengaruhi atau dibantu orang lain.
Seorang anak masih dibantu memakai baju, sepatu dan kaos kakinya ketika akan berangkat ke sekolah. Ketergantungan anak pada orang tua atau pengasuhnya begitu besar, tetapi ia suka memperhatikan cara kerja yang ditunjukkan orang dewasa.
2) Tahap 2 : tindakan anak didasarkan atas inisiatif sendiri.
Anak mulai berkeinginan untuk mencoba memakai baju, sepatu dan kaos kakinya sendiri tetapi masih sering keliru memakai sepatu antara
7 Yuliani Nurani Sujiono, dkk, Metode pengembangan kognitif (Jakarta : Universitas Terbuka, 2007), hlm. 4.7-4.8.
kiri dan kanan. Memakai baju pun membutuhkan waktu yang lama karena keliru memasangkan kancing.
3) Tahap 3 : tindakan anak berkembang spontan dan terinternalisasi.
Anak mulai melakukan sesuatu tanpa adanya perintah dari orang dewasa. Setiap pagi sebelum berangkat ia sudah paham tentang apa saja yang harus dilakukannya. Misalnya memakai baju kemudian kaos kaki dan sepatu.
4) Tahap 4 : tindakan spontan akan terus diulang-ulang hingga anak siap untuk berfikir secara abstrak. Terwujudnya perilaku yang otomatisasi, anak akan segera dapat melakukan sesuatu tanpa contoh tetapi didasarkan pada kemampuannya dalam mengingat urutan suatu kegiatan. Bahkan ia dapat menceritakan kembali apa yang dilakukannya dipagi hari saat hendak berangkat ke sekolah.
2) Mediasi
Menurut Vygotsky, kunci utama untuk memahami proses sosial psikologis adalah tanda-tanda atau lambang-lambang yang berfungsi sebagai mediator. Tanda dan lambang tersebut merupakan produk dari lingkungan sosiokultural dimana seseorang berada. Semua perbuatan atau proses psikologis berupa bahasa, tanda dan lambang, atau semiotika.
Mekanisme hubungan antara pendekatan sosiokultural dan fungsi-fungsi mental didasari oleh tema mediasi semiotik. Artinya tanda atau lambang beserta makna yang terkandung di dalamnya berfungsi sebagai penghubung antara rasionalitas sosiokultural (intermental) dengan individu
sebagai tempat berlangsungnya proses mental. Vygotsky meyakini bahwa bahasa memainkan peranan besar dalam perkembangan kognisi. Bahasa merupakan alat mental yang berfungsi sebagai mekanisme aktual untuk berfikir. Bahasa membuat pemikiran lebih bersifat abstrak, luwes dan terbebas dari rangsangan yang bersifat antara. Melalui bahasa, ingatan dan antisipasi ke masa depan dibawa ke arah situasi baru. Ketika anak-anak menggunakan simbol dan konsep untuk berfikir, mereka tidak selamanya membutuhkan kehadiran objek-objek agar dapat berfikir tentang itu.
Bahasa dapat menjadikan anak-anak berimajinasi, mengubah (memanipulasi), menciptakan gagasan-gagasan baru dan membagi gagasan-gagasan itu dengan anak lainnya.
Mendasarkan teori Vygotsky, maka terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran8 :
1. Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proksimalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang.
2. Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya dari pada perkembangan aktualnya.
3. Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya dari pada kemampuan intramentalnya.
8 Ibid, hlm. 4.9.
4. Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural untuk melakukan tugas-tugas dan memecahkan masalah.
5. Proses belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transferal tetapi lebih merupakan ko-kontruksi.
3) Jean Piaget
Yang lahir di Swiss pada tahun 1896, adalah pakar psikologi perkembangan yang paling berpengaruh dalam sejarah psikologi. Teori perkembangan Piaget menyatakan bahwa kecerdasan atau kemampuan kognisi seorang anak mengalami kemajuan melalui empat tahap yang jelas. Masing-masing tahap dicirikan oleh kemunculan kemampuan- kemampuan baru dan cara mengolah informasi. Skema Piaget percaya bahwa semua anak dilahirkan dengan kecenderungan bawaan untuk berinteraksi dengan lingkungan mereka dan memahaminya. Asimilasi dan akomodasi menurut Piaget, adaptasi adalah proses penyesuaian skema sebagai tanggapan atas lingkungan dengan cara asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi adalah proses memahami suatu objek atau peristiwa baru dari segi skema yang ada.
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme suatu pandangan tentang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak-anak secara aktif membangun sistem pengertian dan pemahaman tentang realitas melalui pengalaman dan interaksi mereka. Dalam
pandangan ini, anak-anak secara aktif membangun pengetahuan dengan terus menerus mengasimilasikan dan mengakomodasikan informasi baru.
4) Tahap-tahap perkembangan menurut Piaget
Piaget membagi perkembangan kognisi anak-anak dan remaja menjadi empat tahap : sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal.9
1. Tahap sensorimotor (pada saat lahir hingga usia 2 tahun)
Tahap paling awal disebut sensorimotor karena, selama tahap ini, bayi dan anak kecil menjajaki dunia mereka dengan menggunakan indera mereka dan kemampuan motor mereka. Piaget percaya bahwa semua anak dilahirkan dengan kecenderungan bawaan untuk berinteraksi dengan lingkungan mereka dan memahaminya.
Perubahan dramatis terjadi ketika bayi melewati periode sensorimotor. Pada awalnya, semua bayi mempunyai perilaku bawaan yang disebut gerakan refleks (reflex). Sentuhlah bibir anak yang baru lahir, dan bayi itu pun akan mulai mengisap, letakkanlah jari anda ke dalam telapak tangan bayi, dan bayi tersebut akan memegangnya.
Perilaku ini dan perilaku lainnya adalah bawaan dan merupakan landasan yang menjadi muasal skema pertama bayi tersebut terbentuk.
Bayi segera menggunakan refleksi ini untuk menghasilkan pola-pola perilaku yang lebih menarik dan intensional.
9Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, hlm. 40-53.
Piaget berpendapat bahwa anak-anak harus belajar bahwa objek adalah stabil secara fisik dan tetap ada sekalipun objek tersebut tidak ada dalam kehadiran fisik anak itu.
2. Tahap praoperasional (usia 2 hingga 7 tahun)
Anak-anak prasekolah mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk memikirkan segala sesuatu dan dapat menggunakan simbol untuk melambangkan objek dalam pikiran. Selama tahap praoperasional, bahasa dan konsep anak-anak berkembang dengan kecepatan yang luar biasa.
3. Tahap operasional konkret (usia 7 hingga 11)
Anak-anak operasional konkret masih belum berfikir seperti orang dewasa. Mereka berakar sangat jauh dalam dunia ini sebagaimana adanya dan mengalami kesulitan dengan pemikiran abstrak. Istilah tahap operasional konkret mencerminkan pendekatan yang membumi ini. Anak-anak pada tahap ini dapat membentuk konsep, melihat hubungan, dan memecahkan masalah, tetapi hanya sejauh mereka melibatkan objek dan situasi yang sudah dikenal.
Tahap operasional konkret adalah tahap ketika anak-anak mengembangkan kemampuan bernalar logis dan memahami konservasi tetapi hanya dapat menggunakan kedua kemampuan ini dalam menghadapi situasi yang sudah dikenal.
4. Tahap operasional formal (usia 11 hingga dewasa)
Proses berfikir logis sudah meliputi ide-ide abstrak, tidak lagi terbatas pada objek-objek yang bersifat konkret. Menurut Piaget tahapan (stages) adalah suatu periode waktu dimana cara berpikir dan perilaku anak dalam situasi yang beragam menggambarkan struktur mental tertentu yang mendasari.
Menurut Piaget tahapan (stages) perkembangan yang dikemukakannya memiliki beberapa karakteristik berikut10 :
1. Tahapan (stages) merupakan keseluruhan yang terstruktur dalam keadaan ekuilibrium. Perpindahan antara satu tahap (stage) ke tahap berikutnya mencakup perubahan struktural yang lebih bersifat kualitatif (perubahan dalam jenis atau macam) dari pada kuantitatif (perubahan dalam derajat, jumlah, kecepatan, atau efisiensi).
2. Tiap-tiap tahap (stage) diperoleh, ditambahkan, dan ditransformasikan dari tahap sebelumnya, serta merupakan persiapan untuk tahap (stage) selanjutnya.
3. Setiap tahap (stage) mengikuti urutan yang berubah, tidak ada satu tahapan yang dapat diloncati. Setiap tahap dipersiapkan dan diperoleh berdasarkan kemampuan-kemampuan tahap sebelumnya.
4. Setiap tahap (stage) bersifat universal, artinya semua individu di belahan dunia yang berbeda memiliki urutan tahapan yang sama.
10 Rini Hildayani dkk, Psikologi Perkembangan Anak (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hlm. 3.9.
5. Tiap-tiap tahap (stage) mencakup a coming into being and a being.
Ada masa persiapan dan masa akhir yang akan dicapai dalam setiap tahap (stage) atau dapat dikatakan ada masa tidak stabil yang mengarah pada masa yang lebih stabil.
5) Tahap perkembangan kognitif anak usia 4-6 tahun
Perkembangan kognitif anak usia 4-6 tahun masuk ke dalam tahap praoperasional (Preoperational Period). Apa yang sebelumnya telah diperoleh anak dikembangkan kembali dalam bentuk representasi mental (Mental Representation). Anak mentransfer gagasan tentang objek, hubungan, sebab-akibat, ruangan dan waktu ke dalam perantara baru (representasi mental) dan struktur terorganisasi yang lebih tinggi.11 Pada tahap praoperasional anak dapat mengingat kembali kejadian-kejadian yang telah lewat, memimpikan masa depan, dan juga merangkai pengalaman-pengalaman yang telah dilalui untuk menumbuhkan pengertian yang lebih kompleks mengenai dunia.
Kemampuan anak untuk melakukan representasi mental dapat terjadi karena anak sudah dapat melakukan fungsi semiotik (Semiotic Function), yaitu kemampuan untuk menggunakan suatu objek atau kejadian untuk menggunakan objek lain. Objek atau kejadian yang menggunakan objek lain disebut juga signifier. Kata-kata, bahasa (gerak) tubuh, serta objek-objek dan gambaran mental dapat menjadi signifier.
11Ibid, hlm. 3.11-3.13.
6) Model pengembangan kognitif Jean Piaget
Teorinya mengenai perkembangan kognitif ialah “anak ternyata bukan merupakan miniatur replika orang dewasa dan cara berfikir anak- anak tidak sama dengan cara berfikir orang dewasa”. Perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu :
1. Kematangan, merupakan pengembangan dari susunan saraf. Misalnya kemampuan melihat atau mendengar disebabkan oleh kematangan yang sudah dicapai oleh susunan saraf yang bersangkutan.
2. Pengalaman, merupakan hubungan timbal balik antara organisme dengan lingkungannya, dengan dunianya.
3. Transmisi sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan sosial seperti cara pengasuhan dan pendidikan dari orang lain yang diberikan kepada anak.
4. Ekuilibrasi, yaitu adanya kemampuan yang mengatur dalam diri anak agar ia selalu mampu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.12
Sistem mengatur yang dikemukakan oleh Piaget mempunyai dua faktor, yaitu :
1. Skema
12 Yuliani Nurani Sujiono dkk, Metode Pengembangan Kognitif (Jakarta: universitas Terbuka, 2007), hlm. 3.5.
Yaitu teratur yang melatar belakangi tingkah laku tersebut, terpengaruh oleh apa yang masuk kemulut. Namun menurut Piaget, semua perkembangan skema ini bersifat universal bagi seluruh umat manusia sehingga implikasinya bagi pendidikan adalah bahwa kita tidak dapat mengajarkan sesuatu pada seseorang bila belum ada kesiapan (readiness) yang menunjuk pada kematangannya.
2. Adaptasi
Adaptasi dibagi dalam dua proses yang saling mengisi, yakni : a. Asimilasi
Piaget mengemukakan dari luar terhadap struktur yang sudah lengkap pada organisme ketika seorang bayi mengetahui bagaimana cara mengambil krincingan favoritnya dan memasukkannya ke dalam mulut, dia mendapat skema.
b. Akomodasi
Mengubah skema yang ada agar sesuai dengan situasi baru.13 7) Teori Bruner
Menurut Bruner, belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya. Jika seseorang mempelajari sesuatu pengetahuan, pengetahuan itu perlu dipelajari dalam tahap-tahap tertentu agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh
13Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, hlm. 44.
(yang berarti proses belajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan yang dipelajari itu dipelajari dalam tiga tahap yang macamnya dan urutannya adalah sebagai berikut :
a. Tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan itu di pelajari secara aktif dengan menggunakan benda-benda kongkret atau menggunakan situasi yang nyata.
b. Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (Visual Imagery), gambar atau diagram yang menggambarkan kegiatan kongkret atau situasi kongkret yang terdapat pada tahap enaktif tersebut diatas.
c. Tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (Abstract Symbols), yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol-simbol verbal (misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat- kalimat), lambang-lambang matematika, maupun lambang-lambang abstrak yang lain.14
Menurut Bruner, proses belajar akan berlangsung secara optimal jika proses pembelajaran diawali dengan tahap enaktif, kemudian jika tahap belajar yang pertama ini telah dirasa cukup, siswa beralih ke
14 Saminanto, Penelitian Tindakan Kelas (Semarang: Rasail Media Group, 2010), hlm.
21-23.
kegiatan belajar tahap kedua, yaitu tahap belajar dengan menggunakan modus representasi ikonik. Dan selanjutnya kegiatan belajar itu diteruskan dengan kegiatan belajar tahap ketiga yaitu tahap belajar dengan menggunakan modus representasi simbolik.
Pembelajaran menurut Bruner adalah siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah dan guru berfungsi sebagai motivator bagi siswa dalam mendapatkan pengalaman yang memungkinkan mereka menemukan dan memecahkan masalah.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
Selain adanya proses yang bersifat universal dalam perkembangan, setiap orang juga memiliki perbedaan individual. Perbedaan-perbedaan tersebut akan mempengaruhi perkembangan dan hasil perkembangan.
Konteks dari kehidupan dan gaya hidup juga berbeda. Demikian pula dengan rumah, masyarakat tempat kita tinggal, hubungan yang kita miliki, jenis sekolah yang dimasuki, serta cara seseorang menggunakan waktu luang.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia dapat diklasifikasikan menjadi 3 golongan yaitu:
1) Faktor Nativisme (internal)
Para ahli yang mengikuti aliran nativisme berpendapat bahwa perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Tokoh utama ini adalah Schopenhauer, dalam artinya yang terbatas juga dapat kita masukan dalam golongan ini plato, Descartes, Lombroso dan pengikut-pengikutnya yang lain.15
a. Faktor turunan (warisan)
Hereditas ialah proses penurunan sifat-sifat atau ciri-ciri dari satu generasi ke generasi lain dengan perantaraan plasma benih. Pada umumnya ini berarti bahwa strukturlah dan bukan bentuk-bentuk tingkah laku yang diturunkan. Turunan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
Contoh dari faktor keturunan :
a. Bentuk tubuh dan warna kulit
Salah satu warisan yang dibawa oleh anak sejak lahir adalah mengenai bentuk tubuh dan warna kulit.
b. Sifat-sifat
Sifat adalah sistem neurophysis yang digeneralisasikan dan diarahkan dengan kemampuan untuk menghadapi bermacam-macam perangsang secara sama dan memulai serta membimbing tingkah laku adaptif dan ekspresif secara sama. Sifat-sifat yang dimiliki seseorang adalah salah satu aspek yang diwarisi dari ibu, ayah atau nenek, dan
15 Sumadi Suryabrata, psikologi pendidikan (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 177.
kakek. Bermacam-macam sifat yang dimiliki manusia, misalnya penyabar, pemarah, kikir, pemboros, hemat dan sebagainya.
c. Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah.
Kemampuan umum atau intelegensi sesorang dapat diketahui secara lebih tepat dengan menggunakan tes intelegensi.16
d. Bakat
Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol diantara berbagai jenis kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan khusus ini biasanya berbentuk keterampilan atau suatu bidang ilmu.
e. Penyakit atau cacat tubuh
Beberapa penyakit atau cacat tubuh bisa berasal dari turunan.
Disamping itu faktor biologis juga dapat mempengaruhi perkembangan manusia, karena salah satu kehidupan adalah reproduksi yang bertujuan untuk keberlangsungan dan mempertahankan suatu spesies. Fungsi reproduksi akan menghasilkan keturunan yang kemudian akan mengalami proses tumbuh kembang yang diharapkan proses tersebut berjalan dengan baik, ketelitian sang pencipta dalam merekayasa pertumbuhan manusia mulai dari satu sel yang tumbuh dan berkembang, menjadi manusia seutuhnya patut dicermati dan disyukuri. Kesehatan reproduksi termasuk
16 Agus Sujanto, dkk, psikologi kepribadian (Jakarta : Bumi Aksara, 2004), hlm.95.
perkembangan selama kehamilan serta kemampuan menyusui adalah faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tumbuh kembang individu yang dilahirkan.
2) Empirisme
Aliran empirisme berpendapat bahwa perkembangan itu semata-mata tergantung kepada faktor lingkunagn, sedangkan dasar tidak memainkan peranan sama sekali. Tokoh utama daripada aliran ini adalah John locke.
Faktor lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan alam sekitar dengan iklim, flora dan faunanya.
Klasifikasi tingkah laku manusia, terdiri atas empat macam yaitu:
a. Insting : aktivitas yang hanya menuruti kodrat dan tidak melalui belajar.
b. Habits : kebiasaan yang dihasilkan dari pelatihan atau aktivitas yang berulang-ulang.
c. Native behavior : tingkah laku pembawaan, mengikuti mekanisme hereditas.
d. Acquired behavior : tingkah laku yang didapat sebagai hasil belajar.
Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tergantung pada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.
1) Keluarga
Keluarga, tempat anak diasuh dan dibesarkan, berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan, terutama keadaan ekonomi rumah tangga serta tingkat kemampuan orang tua dalam merawat sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jasmani anak.
2) Sekolah
Sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembanan anak terutama untuk kecerdasannya.
Tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolahnya turut menentukan pola pikir serta kepribadian anak.
3) Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak. Mereka juga termasuk teman-teman anak diluar sekolah. Kondisi orang-orang di desa atau kota tempat tinggal ia juga mempengaruhi perkembangan jiwa.
4) Keadaan alam sekitar
Keadaan alam sekitar menentukan kondisi tempat tinggal manusia. Lingkungan alam adalah segala sesuatu yang ada dalam
dunia yang bukan manusia seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim, hewan dan sebagainya.17
5) Kecerdasan
Dalam hal ini kecerdasan anak sangat dipengaruhi oleh variasi rangsangan dari lingkungan luar.
3) Konvergensi
Paham konvergensi ini berpendapat bahwa didalam perkembangan individu itu baik dasar atau pembawaan maupun lingkungan memainkan peranan penting. Bakat sebagai kemungkinan telah ada pada masing-masing individu, akan tetapi bakat yang sudah tersedia itu perlu menemukan lingkungan yang sesuai supaya dapat berkembang. Salah satu tokoh yang cukup populer adalah Alfred Adler.
Langeveld secara fenomenologis mencoba menemukan hal-hal apakah yang memungkinkan perkembangan anak itu menjadi orang dewasa, dan dia menemukan hal-hal sebagai berikut :
a. Justru bahwa anak itu adalah makhluk hidup (makhluk biologis) maka dia berkembang.
17 M. Ngalim Purwanto, psikologi pendidikan (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2003), hlm. 28.
b. Bahwa anak itu pada waktu masih sangat muda adalah tidak berdaya, dan adalah suatu keniscayaan bahwa dia perlu berkembang menjadi lebih berdaya.
c. Bahwa kecuali kebutuhan-kebutuhan biologis anak memerlukan adanya perasaan aman, karena itu perlu adanya pertolongan atau perlindungan dari orang yang mendidik.
d. Bahwa didalam perkembangannya anak tidak pasif menerima pengaruh dari luar semata-mata, melainkan ia juga aktif mencari dan menemukan.
Empat asas dalam perkembangan yaitu :
1) Asas biologis
Anak adalah makhluk hidup, maka dia berkembang. Supaya perkembngan anak berlangsung dalam rangka normal, maka keadaan biologisnya juga harus normal.
2) Asas ketidakberdayaan
Pada waktu dilahirkan anak manusia itu adalah jauh sangat tidak berdaya jika misalnya kita bandingkan dengan anak hewan.
3) Asas keamanan
Karena tidak berdayanya itu manusia yang sangat muda sangat membutuhkan pertolongan. Pemberian perlindungan atau rasa kasih sayang itu juga tidak boleh secara berlebih-lebihan demi kepentingan dan kesejahteraan sang anak.
4) Asas eksplorasi
Secara fenomenologis perkembangan itu dapat digambarkan sebagai eksplorasi atau penjelajahan anak didalam dunianya. Didalam eksplorasi anak berkembang. Eksplorasi adalah hal yang “niscaya”, hal yang harus dilakukan oleh anak sesuai dengan hakikatnya sebagai pribadi yang sedang berkembang kearah kedewasaan. Eksplorasi akan berlangsung dengan baik kalau kebutuhan-kebutuhan biologis dan kebutuhan akan rasa aman itu terpenuhi dengan baik, serta mendapat kesempatan.18
Sedangkan menurut Rini Hildayani dkk, dalam buku psikologi perkembangan anak, bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan seseorang yaitu :
1. Herediter, lingkungan, dan kematangan
Pertama-tama yang mempengaruhi perkembangan seorang anak adalah faktor herediter. Selanjutnya, pengaruh yang lain datang secara luas dari lingkungan dalam (inner) dan lingkungan luar (outer), yaitu dunia diluar diri seseorang mulia dalam rahim hingga pembelajaran yang berasal dari pengalaman. Perbedaan individual meningkat sejalan dengan pertambahan usia. Banyak perubahan yang khas pada bayi dan kanak-kanak awal yang tampak terikat pada kematangan tubuh dan otak.
2. Pengaruh kontekstual umum
18 M. Sugeng Sholehudin, psikologi perkembangan dalam perspektif pengantar (Pekalongan, STAIN Press), hlm. 67-71.
Manusia adalah makhluk sosial sejak awal, mereka berkembang dalam konteks sosial dan historikal.
a) Keluarga
Keluarga mengambil bentuk yang bervariasi dalam waktu dan tempat yang berbeda. Ada dua bentuk susunan keluarga yang umum ditemukan, yaitu Nuclear family dan extended-family-Nuclear-family atau keluarga inti. Sedangkan extended-family atau keluarga besar merupakan jaringan hubungan multigenerasi.
b) Status sosial-ekonomi dan lingkungan tempat tinggal
Status sosial-ekonomi berkaitan dengan beberapa faktor yang berhubungan, seperti faktor penghasilan, pendidikan dan pekerjaan.
Hasil perkembangan lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan status sosial-ekonomi tersebut. Status sosial- ekonomi membatasi pilihan tempat tinggal keluarga.
c) Budaya dan kelompok etnik
Budaya mengacu pada keseluruhan cara hidup dari masyarakat atau kelompok meliputi adat, tradisi, belief (keyakinan), nilai, bahasa, dan produk. Produk fisik dari alat hingga karya seni. Beberapa budaya mempunyai subbudaya yang beragam, yang dihubungkan dengan kelompok tertentu, biasanya kelompok etnik. Kelompok etnik mempunyai budaya universal yang berlanjut mempengaruhi cara hidup mereka.
d) Konteks historis
Konteks historis merupakan waktu ketika seseorang tumbuh meliputi bagaimana pengalaman tertentu mempengaruhi jalan hidup seseorang.
3. Pengaruh normatif dan nonnormatif
Kejadian atau pengaruh yang dialami dalam cara yang serupa oleh kebanyakan orang dalam kelompok disebut pengaruh normatif.
Pengaruh normatif ini dapat dibedakan menjadi normatif berdasarkan usia (normatif age-graded influences) dan normatif berdasarkan sejarahnya (normatif history-graded influences). Pengaruh normatif berdasarkan usia adalah pengaruh yang umumnya dirasakan oleh orang-orang dalam kelompok umur tertentu. Sedangkan pengaruh normatif berdasarkan sejarah adalah pengaruh yang dipandang normal untuk kohort tertentu.
Pengaruh nonnormatif adalah kejadian-kejadian yang luar biasa yang mempunyai pengaruh besar pada kehidupan individu. Pengaruh- pengaruh ini meliputi kejadian umum yang terjadi pada waktu yang tidak umum.
4. Pengaruh waktu : periode sensitif atau kritis
Periode kritis adalah waktu tertentu ketika kejadian muncul atau ketidakhadiran suatu kejadian mempunyai pengaruh khusus pada perkembangan seseorang. Konsep periode kritis memiliki banyak
aspek perkembangan manusia, bahkan dalam domain biologis, menunjukkan plasticity, atau adanya kemampuan pada diri seseorang untuk memodifikasi performa.19
D. TEORI MEMBILANG 1. Calistung
Maria Montessori dan Glenn Doman menjadi pelopor dalam pengembangan metode membaca dan menghitung bagi anak-anak usia dini. Maria Montessori adalah seorang dokter wanita pertama dari Itali.
Calistung adalah singkatan dari membaca, menulis, dan berhitung. Calistung adalah tahapan dasar orang bisa mengenal huruf dan angka.20 Banyak pakar menganggap penting calistung untuk mempermudah komunikasi dalam bentuk bahasa tulis dan angka.
Untuk mengajarkan calistung, kita bisa memasang poster- poster di dinding ruangan kelas, huruf-huruf dengan warna yang menarik dan mencolok sehingga menggugah rasa ingin tahu anak untuk membaca dan melihat. Setiap satu atau dua minggu kita bisa ganti dengan gambar-gambar yang menggunakan kata-kata yang baru sehingga dalam waktu satu tahun anak-anak sudah mempunyai perbendaharaan kata yang banyak.
19 Rini Hildayani, dkk, Psikologi Perkembangan Anak (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), hlm. 1.28-1.33.
20http://kaffahcollege.com/2013/10/calistung-baca-tulis-hitung-dan-les-privat-calistung/
Demikian juga halnya dengan belajar berhitung, mengenalkan jumlah benda lebih penting daripada menghafal angka, yang nanti anak-anakterlatih dengan sendirinya mengenal angka. Gambar berbagai benda berikut lambang bilangannya bisa kita tempel di dinding, guru bisa berkeliling sambil bernyanyi memperkenalkan angka dan bilangan.
Menurut Principles and Standards For School Mathematics, dasar bagi perkembangan matematika anak-anak dibangun pada tahun- tahun dini. Matematika dibangun oleh keingintahuan dan semangat anak-anak dan tumbuh secara alami dari pengalaman mereka.21 Agar anak-anak belajar konsep matematika sesuai dengan usia, mereka harus :
a. Mengembangkan bahasa matematika
b. Punya kesempatan interaktif untuk pengalaman matematika c. Termotivasi untuk tertarik pada matematika
E. Prinsip-prinsip dalam berhitung
menurut Flavell ada 5 prinsip dalam berhitung pada masa ini, yaitu the one on one principle,the stable order principle, the cardinal principle, the abstraction principle, dan the order irrelevance principle.
1. The one on one principle
21 Carol Seefelat. Barbara A. Wasik (PT Macanan Jaya Cemerlang cet. 1 2008)
Prinsip ini pada dasarnya menghitung harus diajarkan secara berurutan dan satu persatu. “satu, dua, tiga, dan seterusnya”. Setiap angka harus disebutkan, tidak boleh ada yang dilewati dan tidak boleh diulang. Cara ini terbukti efektif untuk mengajar anak, bahkan yang baru berusia 2, 5-3 tahun. R. Gelman melaporkan bahwa anak akan secara otomatis memperbaiki hitungan, baik yang mereka maupun guru mereka lakukan, bila terdapat kesalahan.
2. The stable order principle
Bila kita akan memperkenalkan konsep jumlah pada anak, prinsip the stable order principle menekankan akan keteraturan.
Misalnya kita akan menghitung 3 buah benda maka mulailah selalu dengan “satu, dua, tiga” dan bukan “tiga, dua, satu”. Dengan pembiasaan seperti ini, anak akan lebih mudah belajar. Gelman menemukan bahwa anak biasanya pada prinsip ini. Saat ditanya jumlah, mereka akan selalu menghitung mulai dari satu dan urut keangka selanjutnya walaupun kadang mereka melompat, seperti
“satu, dua, enam”. Hal ini terjadi karena anak belum hafal akan urutan angka yang benar.
3. The cardinal principle
Prinsip ini menekankan kita untuk mengulang jumlah terakhir sesuai dengan jumlah yang diinginkan. Misalnya menghitung 3 apel, kita ucapkan “satu, dua, tiga apel”. Gelman menemukan bahwa anak
tidak akan menemukan kesalahan, seperti “satu, dua, tiga...empat apel”.
4. The abstraction principle
Pada prinsip ini menekankan apa yang dapat dihitung.
Umumnya anak usia 4 tahun sudah dengan amat aktif mencoba menghitung semua benda yang ada disekitarnya. Mereka bahkan tidak memperhatikan penggolongan, seperti bentuk, warna atau apapun.
Mereka menggabungkan saja kursi, papan tulis, bentuk, mainan, dan hal-hal lain yang ada didekat mereka. Usia ini sudah mempunyai ketertarikan untuk menghitung segala sesuatu maka mereka mulai dapat diajarkan hal-hal yang dapat dihitung. Misalnya, kelompok kejadian, hewan, benda, dan segala hal yang ada disekitar mereka.
5. The order irrelevance principle
Anak usia 5 tahun sudah dapat mengerti bahwa walaupun mereka harus selalu mulai dengan angka satu, angka satu ini dapat dipresentasikan dengan berbagai objek. Maksudnya, anak sudah bisa mengerti bahwa bila hendak menghitung jumlah kotak yang ada diruangan kelas (ada 3 kotak, satu berwarna biru, satu merah, dan satu hijau). Maka angka satu dapat jatuh pada kotak biru, merah atau hijau.
Jadi yang penting adalah mulai dengan satu benda yang kita sebut
“satu” dan lanjut kebenda lainnya.
F. Pengertian metode index card match
Metode berasal dari bahasa Greek Yunani, yaitu Metha yang berarti melalui atau melewati dan Hodos yang berarti jalan atau cara.
Metode adalah jalan atau cara yang ditempuh seorang guru dalam menyampaikan ilmu pengetahuan pada anak didiknya sehingga dapat mencapai tujuan tertentu.22
Menurut Thoifuri bahwa metode pengajaran adalah cara yang ditempuh guru dakam menyampaikan bahan ajar kepada siswa secara tepat dan cepat berdasarkan waktu yang telah ditentukan sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Metode merupakan bagian dari komponen pelajaran yang menduduki posisi penting selain tujuan, guru, peserta didik, media, lingkungan, dan evaluasi.
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran-pembelajaran perlu dilakukan dengan verbalisasi dan metode-metode yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Ada tiga faktor yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan metode antara lain23 :
22Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, hlm. 112.
23Ibid, hlm. 115-116.
1. Unsur peserta didik menentukan kecakapan dalam menerima pelajaran 2. Keadaan sekitar
3. Sifat bahan pelajaran
Sebagai teknik dalam mengajar maka metode membutuhkan keahlian/kecakapan pendidik dalam menyampaikan materi yang mudah. Metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan/materi pelajaran kepada peserta didik, maka dalam proses mengajar diharapkan terjadi interaksi antara guru, peserta didik dan lingkungannya.
Index card match (mencocokkan kartu indeks/mencari pasangan) adalah cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran. Ini adalah strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya.
Namun demikian, materi barupun tetap bisa diajarkan dengan strategi ini dengan catatan, peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.24
24 Hisyam Zaini, bermawy Munthe, Sekar Ayu Aryan, Strategi Pembelajaran aktif (UIN Sunan Kalijogo Yogyakarta), hlm. 67-68.
G. Tujuan
Adapun tujuan metode index card match adalah untuk melatih peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok.25
H. Ciri-ciri metode index card match 1. Metode ini menggunakan kartu
2. Kartu dibagi menjadi dua berisi satu pertanyaan dan satu untuk jawaban
3. Metode ini dilakukan dengan cara berpasangan 4. Setiap pasangan membacakan pertanyaan dan jawaban
I. Fungsi metode index card match untuk meningkatkan minat belajar 1. Agar anak-anak lebih cermat dalam pembelajaran
2. Anak akan lebih mudah dalam memahami suatu materi 3. Tidak merasakan kejenuhan dalam pembelajaran J. Langkah-langkah penerapan
1. Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah peserta dalam kelas dan kertas tersebut dibagi menjadi dua kelompok.
2. Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada potongan kertas yang telah dipersiapkan setiap kertas satu pertanyaan.
3. Pada potongan kertas yang lain, tulislah jawaban dari pertanyaan- pertanyaan yang telah dibuat.
25Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Semarang: Rasail Media Group, 2008), hlm. 81-82.
4. Kocoklah semua kertas tersebut sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban.
5. Bagikan setiap peserta satu kertas. Jelaskan bahwa ini aktivitas yang dilakukan berpasangan, sebagian peserta akan mendapatkan soal dan sebagian yang lain akan mendapatkan jawaban.
6. Mintalah peserta untuk mencari pasangannya, jika sudah ada yang menemukan pasangannya, mintalah mereka untuk duduk berdekatan.
Jelaskan juga agar mereka tidak memberikan materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.
7. Setelah semua peserta menemukan pasangan dan duduk berdekatan, mintalah setiap pasangan serta bergantian membacakan soal yang diperoleh dengan suara keras kepada teman-teman lainnya.
Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangannya. Demikian seterusnya.
8. Akhiri proses ini dengan klarifikasi dan kesimpulan serta tindak lanjut.