• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAYANGAN DEBAT PILPRES 2019 DAN CITRA CALON PRESIDEN (CAPRES) DAN CALON WAKIL PRESIDEN (CAWAPRES) INDONESIA 2019 DILIHAT DARI PERSPEKTIF KEHUMASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TAYANGAN DEBAT PILPRES 2019 DAN CITRA CALON PRESIDEN (CAPRES) DAN CALON WAKIL PRESIDEN (CAWAPRES) INDONESIA 2019 DILIHAT DARI PERSPEKTIF KEHUMASAN"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

PERSPEKTIF KEHUMASAN

(Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Debat Pilpres 2019 terhadap Citra Capres dan Cawapres Indonesia 2019 Dilihat dari Perspekif

Kehumasan di Kalangan Mahasiswa FISIP USU )

SKRIPSI

Clara Lusiana Pangaribuan 150904094

Public Relations

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

i

TAYANGAN DEBAT PILPRES 2019 DAN CITRA CALON PRESIDEN (CAPRES) DAN CALON WAKIL PRESIDEN (CAWAPRES) INDONESIA 2019 DILIHAT DARI

PERSPEKTIF KEHUMASAN

(Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Debat Pilpres 2019 terhadap Citra Capres dan Cawapres Indonesia 2019 Dilihat dari Perspekif

Kehumasan di Kalangan Mahasiswa FISIP USU )

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Clara Lusiana Pangaribuan 150904094

Public Relations

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(3)

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Clara Lusiana Pangaribuan

NIM : 150904094

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Judul : TAYANGAN DEBAT PILPRES 2019 DAN CITRA CALON

PRESIDEN (CAPRES) DAN CALON WAKIL PRESIDEN (CAWAPRES) INDONESIA 2019 DILIHAT DARI PERSPEKTIF KEHUMASAN

Medan, Juni 2019

Dosen Pembimbing, Ketua Program Studi,

Syafruddin Pohan, M.Si., Ph.D. Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D.

NIP : 195812051989031002 NIP : 196505241989032001

Dekan FISIP USU,

Dr. Muryanto Amin, S.sos, M.Si.

NIP : 197409302005011002

(4)

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian

hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Clara Lusiana Pangaribuan

NIM : 150904094

Tanda Tangan :

Tanggal :

(5)

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Clara Lusiana Pangaribuan

NIM : 150904094

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : TAYANGAN DEBAT PILPRES 2019 DAN CITRA CALON PRESIDEN (CAPRES) DAN CALON WAKIL PRESIDEN (CAWAPRES)

INDONESIA 2019 DILIHAT DARI

PERSPEKTIF KEHUMASAN

(Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Debat Pilpres 2019 terhadap Citra Capres dan Cawapres Indonesia 2019 Dilihat dari Perespektif Kehumasan di Kalangan Mahasiswa FISIP USU)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : ...(...tanda tangan ...) Penguji : ...(...tanda tangan ...) Penguji Utama : ...(...tanda tangan ...)

Ditetapkan di :

Tanggal :

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, penyertaan, dan karuniaNya saya dapat memiliki kesempatan menempuh pendidikan di Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU) dan juga dapat menyelesaikan skripsi ini, demi memperoleh gelar sarjana pada Program Strata 1 (S1). Tak lupa juga saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai pada masa penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya berterima kasih kepada :

1. Orang tua saya Hendri Tiopan Pangaribuan dan Rosmina br. Sibarani yang telah memberikan cinta, kasih sayang, serta dukungan baik materil maupun moril di sepanjang hidup saya.

2. Kakak-abang saya, Doris Anita Eva Yanti Pangaribuan dan abang ipar saya Prenki Sianipar, Dahlia Evina Indah Pangaribuan, Indra Natal Pandapotan Pangaribuan, Samuel Efendi Pangaribuan, Herman Antonius Pangaribuan, serta seluruh keluarga besar saya yang juga telah memberikan cinta, kasih sayang, serta dukungan baik materil maupun moril di sepanjang hidup saya.

3. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.sos, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU) beserta jajarannya.

4. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D., selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU) sekaligus dosen penasehat akademik saya yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat terkait akademik saya.

5. Ibu Emilia Ramadhani, M.A., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU).

(7)

vi

6. Bapak Syafruddin Pohan, M.Si., Ph.D., selaku dosen pembimbing saya yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing saya dengan sangat baik dan penuh kesabaran dalam menyusun skripsi ini.

7. Seluruh responden penelitian saya yang telah bersedia dan meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan demi pertanyaan dalam kuesioner yang menjadi alat kunci penelitian saya.

8. Seluruh dosen serta jajaran staff di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU) terkhusus pada Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu yang berharga di bangku perkuliahan.

9. Kak Maya dan Kak Yanti yang baik dan selalu penuh senyum yang telah membantu saya dalam mengurus perihal surat menyurat dan juga KHS maupun KRS di Dapertemen Ilmu Komunikasi.

10. Sahabat-sahabat saya yang terkasih Junita Magdalena Sihombing, Limerda Fransiska Tarihoran, dan Angela Christina Hutapea yang senantiasa memberikan doa, semangat, dan keceriaan di dalam kehidupan saya.

11. Sahabat-sahabat saya SWASH yakni, Valentina Gulo, Angela Christina Hutapea, Romaito Theresia Meha, Aprianti Monica Sitopu, Kiki Maria Magdalena, dan Yuniar Agung Sibuea yang selalu mendukung dan menyemangati saya sejak dari bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

12. Sahabat-sahabat saya MissQueen Group yakni, Lena Susianti Harahap, Sarah Treny Simanjuntak, dan Sanaam Mayta Situmorang yang selalu bersama saya saat suka maupun duka dalam menjalani masa-masa akhir perkuliahan.

13. Sahabat-sahabat baru saya Happiness Group yakni Felya Lase, Wardianto, Bastian, Panangian, Tamba, Edison, dan Ricky yang telah memberikan doa, motivasi, dan semangat kepada saya lewat kata-kata maupun perjalanan-perjalanan yang berharga bersama MissQueen Group di sepanjang masa penyusunan skripsi ini.

14. Sahabat-sahabat saya sejak awal masa perkuliahan Endang Masita Sinulingga, Melda Panjaitan, Janet Silalahi, Hermita Uli Sigalingging dan

(8)

vii

Lena Susianti Harahap yang telah mendukung dan menyemangati saya lewat doa.

15. Kakak-kakak dan teman-teman terkasih eks Rohkris IMAJINASI 2017- 2018 yakni Dita Patresia, Deni Merdi Simamora, Elvi Bertha D Sihite, Erlina Kristina Banjarnahor, dan Yosua Ronaldo Sitepu yang senantiasa mendukung dan menyemangati saya lewat dalam doa.

16. Seluruh teman-teman Program Studi Ilmu Komunikasi terkhusus stambuk 2015 yang menjadi teman-teman seperjuangan dalam belajar dan meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU).

17. Serta seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian dan proses penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu dan mendukung saya. Semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi banyak pihak dan juga bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya Program Studi Ilmu Komunikasi.

Medan, 20 Juni 2019

Clara Lusiana Pangaribuan

(9)

viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara. Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Clara Lusiana Pangaribuan

NIM : 150904094

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Universitas : Universitas Sumatera Utara (USU)

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan. Menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non-ekslusif Royalty-Free Right) atas karya ilmiah yang berjudul :

TAYANGAN DEBAT PILPRES 2019 DAN CITRA CALON PRESIDEN (CAPRES) DAN CALON WAKIL PRESIDEN (CAWAPRES) INDONESIA 2019 DILIHAT DARI PERSPEKTIF KEHUMASAN

(Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Debat Pilpres 2019 terhadap Citra Capres dan Cawapres Indonesia 2019 Dilihat dari Perspektif Kehumasan di Kalangan Mahasiswa FISIP USU)

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non- ekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengolah dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya

(10)

ix

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Pada Tanggal :

Yang Menyatakan,

(Clara Lusiana Pangaribuan)

(11)

x ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Tayangan Debat Pilpres 2019 dan Citra Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Indonesia 2019 Dilihat dari Perspektif Kehumasan (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Debat Pilpres 2019 Terhadap Citra Capres dan Cawapres Indonesia 2019 Dilihat Dari Perspekif Kehumasan Di Kalangan Mahasiswa FISIP USU). Adapaun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Komunikasi Massa, Teori Kemungkinan Elaborasi, dan Teori Citra. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasional yang bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh mahasiswa aktif FISIP USU stambuk 2015-2018 yang berjumlah 3198 mahasiswa dan penentuan ukuran sampel dalam penelitian ini ialah menggunakan rumus Yamane yang menghasilkan ukuran sampel sebanyak 97 mahasiswa. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan Teknik Sampling Purposif (Purposive Sampling) dan juga Teknik Sampling Kebetulan (Accidental Sampling). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah menggunakan kuesioner dan Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang, dan uji hipotesis yang menggunakan rumus Korelasi Spearman dengan bantuan SPSS versi 21. Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa “Terdapat Pengaruh yang cukup kuat antara Tayangan Debat Pilpres 2019 dengan Citra Capres dan Cawapres Indonesia 2019 Dilihat dari Perspektif Kehumasan di kalangan Mahasiswa FISIP USU”. Angka korelasi yang diperoleh ialah sebesar 0,421 dan juga koefisien determinasi atau besar pengaruh anatara kedua variabel tersebut ialah sebesar 18%.

Kata Kunci :

Tayangan Debat Pilpres 2019, Pesan Persuasif, dan Citra Capres-Cawapres.

(12)

xi ABSTRACT

The tittle of this reasearch is Precidential Election Debate and Image of Indonesian Presidential Candidate and Vice Presidencial Candidate 2019 from Public Relations Perspective (Correlation study between Precidential Election Debate Effect and Image of Indonesian Presidential Candidate and Vice Presidential Candidate 2019 in Faculty of Social Sciences and Politic, The University of North Sumatera). The Theory that used in this reasearch is Mass Communication Theory, The Elaboration Likelihood Model (ELM) Theory, and Image Theory. The method that used in this reasearch is correlational method that aims to find the relationship between one variabel to other variabels. The population in this study is all of active student 2015-2018 in Faculty of Social Sciences and Politic,The University of North Sumatera totaling 3198 students and from Yamane formula that counted there are 97 student as the sample of this reasearch. The sampling methode that used in this reasearch is Purposive Sampling and Accidental Sampling. The method of collecting data that used is questionnaire and data analize methode that used is single tabel, cross table analysis, and hypothesis testing by Rank Spearman formula with SPSS Version 21. Based on the research result provide that “There is quite strong correlation between Precidential Election Debate and Image of Indonesian Presidential Candidate and Vice Presidencial Candidate 2019 with correlation number 0,421 and coefficient dettermination is 18%.

Keyword :

Precidential Election Debate Program, Persuasive Message, and Image of Indonesian Precidential Candidate and Vice Presidenyial Candidate 2019.

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

HALAMAN PERNYATAAN DAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 6

1.3 Rumusan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori ... 9

2.1.1 Komunikasi Massa ... 9

2.1.2 Televisi ... 15

2.1.3 Persuasif dalam Komunikasi ... 20

2.1.4 Teori Kemungkinan Elaborasi ... 21

2.1.5 Citra ... 26

2.2 Kerangka Konsep ... 30

2.3 Variabel Penelitian ... 31

2.4 Operasional Variabel ... 32

2.5 Definisi Operasional ... 33

2.6 Hipotesis ... 34

(14)

xiii BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 35

3.1.1 Lokasi Peneltian ... 35

3.2 Metode Penelitian ... 38

3.3 Populasi dan Sampel ... 38

3.3.1 Populasi ... 38

3.3.2 Sampel ... 39

3.4 Teknik Penarikan Sampel ... 41

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.6 Skala Pengukuran Variabel ... 42

3.7 Uji Kualitas Instrumen ... 43

3.7.1 Uji Validitas ... 43

3.7.2 Uji Reabilitas ... 46

3.8 Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 50

4.2 Analisis Tabel Tunggal ... 52

4.3 Analisis Tabel Silang ... 83

4.4 Uji Hipotesis ... 94

4.5 Pembahasan ... 96

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 107

5.2 Saran ... 108

DAFTAR REFERENSI ... 109

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Model Komunikasi Satu Tahap ... 13

2.2 Model Pembentukan Citra Pengalaman Mengenai Stimulus ... 28

2.3 Kerangka Konsep ... 31

2.4 Model Teoritis ... 32

4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Program Studi ... 53

4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Stambuk ... 54

4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Frekuensi Menonton... 55

4.4 Karakteristik Responden berdasarkan Media Massa yang Digunakan untuk menonton tayangan Debat Pilpres 2019 ... 56

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Operasional Variabel ... 32

3.1 Jumlah Mahasiswa FISIP USU 2019 ... 33

3.2 Hasil Penghitungan Uji validitas Instrumen Variabel X Tayangan Debat Pilpres 2019 ) ... 44

3.3 Hasil Penghitungan Uji validitas Instrumen Variabel Y (Citra Capres dan Cawapres Indonesia 2019 ) ... 45

3.4 Hasil Penghitungan Uji Reabilitas Instrumen ... 46

4.1 Tayangan Debat Pilpres 2019 adalah Tayangan yang Penting ... 57

4.2 Tayangan Debat Pilpres 2019 adalah Tayangan yang Menarik ... 58

4.3 Tayangan Debat Pilpres 2019 Tidak Menambah Pengetahuan ... 59

4.4 Argumen yang Disampaikan para Capres dan Cawapres Beragam ... 60

4.5 Argumen yang Disampaikan para Capres dan Cawapres Tidak Kuat ... 62

4.6 Responden Menyimak Pernyataan-Pernyataan Para Kandidat dalam Acara Debat ... 64

4.7 Responden Paham terhadap Pernyataan-Pernyataan yang Disampaikan Para Kandidat dalam Acara Debat ... 66

4.8 Responden Tidak Berfikir Kritis terhadap Pernyataan-Pernyataan yang Disampaikan para Capres dan Cawapres ... 68

4.9 Penampilan Para Capres dan Cawapres dalam Acara Debat ialah Bagus ... 70

4.10 Karakter Para Capres dan Cawapres dalam Pemikiran Responden Dinilai Baik ... 73

4.11 Prestasi Para Capres dan Cawapres dalam Pemikiran Responden Dinilai Tidak Baik ... 75

4.12 Kinerja Para Capres dan Cawapres Baik Apabila Menjabat sebagai Presiden dan Wakil Presiden ... 77

4.13 Indonesia di Bawah Pemerintahan Capres dan Cawapres dalam Bayangan Responden ialah Tidak Baik ... 79

4.14 Tata Bahasa Capres dan Cawapres dalam Tayangan Debat Pilpres 2019 ialah Baik ... 81

4.15 Menyimak dengan Baik Pernyataan-Pernyataan yang Disampaikan Jokowi (Capres) dalam Debat Pilpres 2019 dengan Karakater Jokowi dalam Pemikiran Responden ... 83

(17)

xvi

4.16 Menyimak dengan Baik Pernyataan-Pernyataan yang Disampaikan Ma’ruf Amin (Cawapres) dalam Debat Pilpres 2019 dengan

Karakater Ma’ruf Amin dalam Pemikiran Responden ... 85 4.17 Menyimak dengan Baik Pernyataan-Pernyataan yang Disampaikan

Prabowo (Capres) dalam Debat Pilpres 2019 dengan Karakater

Prabowo dalam Pemikiran Responden ... 86 4.18 Menyimak dengan Baik Pernyataan-Pernyataan yang Disampaikan

Sandiaga Uno (Cawapres) dalam Debat Pilpres 2019 dengan

Karakater Sandiaga Uno dalam Pemikiran Responden ... 87 4.19 Memahami dengan Baik Pernyataan-Pernyataan yang Disampaikan

Jokowi (Capres) dalam Debat Pilpres 2019 dengan Kinerja Jokowi dalam Bayangan Responden Apabila Menjabat sebagai

Presiden ... 89 4.20 Memahami dengan Baik Pernyataan-Pernyataan yang Disampaikan

Ma’ruf Amin (Cawapres) dalam Debat Pilpres 2019 dengan Kinerja Ma’ruf Amin dalam Bayangan Responden Apabila Menjabat sebagai Wakil Presiden ... 90 4.21 Memahami dengan Baik Pernyataan-Pernyataan yang Disampaikan

Prabowo (Capres) dalam Debat Pilpres 2019 dengan Kinerja Prabowo dalam Bayangan Responden Apabila Menjabat sebagai

Presiden ... 91 4.22 Memahami dengan Baik Pernyataan-Pernyataan yang Disampaikan

Sandiaga Uno (Cawapres) dalam Debat Pilpres 2019 dengan Kinerja Sandiaga Uno dalam Bayangan Responden Apabila Menjabat

sebagai Wakil Presiden ... 93 4.23 Uji Hipotesis ... 94

(18)

1

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Proses kehidupan manusia adalah sesuatu yang tidak terlepas dari suatu komunikasi. Secara sederhana komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator (pengirim pesan) kepada komunikan (penerima pesan) atau sebaliknya untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Ada beberapa bentuk pola komunikasi yang berlangsung dalam kehidupan manusia antara lain, komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication), komunikasi antar personal (interpersonal communication), komunikasi kelompok (small group communication) dan komunikasi massa (mass communication).

Di antara beberapa pola komunikasi manusia tersebut, satu pola yang paling menarik untuk dikaji ialah pola komunikasi massa. Menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1998) “Komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim dan heterogen”Nurudin (2003:11).Untuk sampai pada khalayak sasaran yang luas,anonim, dan heterogen tersebut pesan-pesan yang ada baik berupa informasi, iklan, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya tersebut ditransmisikan melalui sebuah media yang disebut dengan media massa. Media massa itu sendiri terbagi menjadi dua jenis yakni media massa cetak seperti koran,majalah,ataupun buku dan juga media massa elektronik seperti televisi,radio,ataupun komputer.

Dawasa ini dari semua media komunikasi massa yang ada, televisilah yang menjadi media yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memang bergulir pesat dengan melahirkan media-media baru seperti internet dan juga media sosial. Namun pada kenyataanya keseluruhan media baru tersebut belum dapat

(19)

Universitas Sumatera Utara

menyentuh semua lapisan masyarakat, hal ini disebabkan oleh banyak faktor sepertifaktor ekonomi, pendidikan, sosial-kebudayaan dan lain sebaginya. Contoh nyatanya dapat kita lihat dari masyarakat Indonesia sendiri yang belum semuanya melek terhadap media baru khususnya masyarakat pedalaman yang masih banyak terbilang “gaptek” alias gagap teknologi. Berbeda halnya dengan televisi yang keberadaannya telah lama hadir di tengah-tengah masyarakat,media konvensional ini telah dimiliki hampir semua lapisan masyarakat. Berbagai tayangan televisi telah menjangkau seluruh pelosok negeri dan diterima langsung pada layar televisi di rumah dengan menggunakan antena.

Sejak awal kehadirannya televisi memiliki fungsi sebagaimana media massa pada umumnya yakni untuk memberikan informasi, hiburan, bujukan, dan juga transmisi budaya (Jay Black dan Frederick C. Whitney,1998). Sedangkan menurut Harold D Lasswell fungsi media massa ialah terkait fungsi pengawasan, korelasi, dan juga pewarisan sosial. Sejak awal kehadirannya televisi terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu dan juga terus memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari. Ada berbagai macam tayangan atau program acara yang dapat kita saksikan pada layar televisi. Berbagai pilihan acara tersebut dapat berupa berita, infotainment, sinetron, talkshow, musik,dan lain-lain sebagainya. Semua program acara televisi tersebut memiliki waktu penayangannya masing-masing dan dapat kita nikmati sesuai kebutuhan yang ingin kita penuhi baik kebutuhan akan informasi maupun hiburan.

Saat ini menjelang masa pemilihan umum di Indonesia pada 17 April 2019 mendatang, terdapat suatu tayangan televisi yang menjadi perhatian banyak publik yakni tayangan Debat Pilpes 2019. Debat Pilpres 2019 merupakan suatu tayangan yang menampilkan para pasangan calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) Indonesia dalam menyuarakan visi dan misi serta program- program yang direncanakannya di hadapan khalayak luas. Momen debat pilpres ini merupakan momen yang langka dan merupakan kali keempatnya terlaksana di Indonesia, bermula ketika masa pemilihan umum tahun 2004 yang lalu. Kala itu,untuk pertama sekalinya dalam sejarah politik modern di Indonesia seorang presiden dan wakil presiden akan dipilih langsung oleh rakyat, untuk itu perlu

(20)

Universitas Sumatera Utara

memperkenalkan visi dan misi serta program-programnya secara lisan maupun tulisan kepada masyarakat sesuai dengan Undang-undang nomor 23 Tahun 2003.

Dalam debat pilpres 2004 yang lalu terdapat lima pasangan calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) yang unjuk diri di hadapan khalayak, yaitu Wiranto-Salahuddin Wahid, Megawati Soekarno Putri-Hasyim Muzadi, Amien Rais-Siswono Yudo Husodo, Susilo Bambang Yudhoyono Jusuf Kalla, serta Hamza Haz-Agum Gumelar. Dalam Debat Pilpres 2019 kali ini, hanya terdapat dua pasangan calon presiden dan wakil presiden yang bertarung untuk menyuarakan visi dan misi serta program-program kerja terbaik mereka yakni pasangan nomor urut satu yakni Ir. H. Joko Widodo – Prof. Dr. (HC) KH Ma’ruf Amin dan juga pasangan nomor urut dua yakni H. Prabowo Subianto – Sandiaga Salahuddin Uno, MBA.

Moment Debat Pilpres 2019 ini merupakan suatu moment yang sangat penting dan menarik untuk diamati karena tayangan ini dapat disaksikan oleh seluruh warga negara indonesia dari sabang sampai marauke bahkan sampai ke manca negara, karena tayangan Depat Pilpres ini selain dapat dengan mudah disaksikan melalui televisi juga dapat kita saksikan melalui media online seperti youtube. Hal ini tentu jauh berbeda dengan metode kampanye lainnya seperti pertemuan terbatas, tatap muka atau dialog, penyebaran bahan kampanye, dan lain sebagainya yang tidak dapat diketahui, diperhatikan,dan diikuti secara serentak oleh publik karena keterbatasan ruang dan waktu.

Selain itu, moment Debat Pilpres 2019 menjadi moment yang penting dan menarik bagi masyarakat juga dikarenakan masyarakat dapat menilai secara langsung bagaimana kredibilitas dari calon presiden (Cawapres) dan calon wakil presiden (Cawapres) yang akan memimpin bangsa Indonesia untuk 5 tahun mendatang lewat aksi mereka dalam berdebat. Tayangan Debat Pilpres 2019, metode kampanye yang telah ditetapkan dalam UU RI No 42 Tahun 2008 ini digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebanyak 5 kali yakni, debat pertama pada 17 Januari 2019 dengan menampilkan para capres-cawapres yang akan dihadapkan pada isu hukum, HAM, Korupsi, dan Terorisme. Debat kedua berlangsung pada 17 februari 2019 yang akan menampilkan para capres yakni

(21)

Universitas Sumatera Utara

Joko Widodo dan Prabowo Subianto dalam membahas isu energi pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta infrastruktur. Selanjutnya, debat ketiga berlangsung pada 17 Maret yang mengundang para cawapres Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno untuk mengelaborasi tema pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial dan budaya. Debat keempat direncanakan pada 30 Maret 2019 dengan mengundang kedua pasangan capres dan cawapres kembali untuk berdebat terkait masalah ideologi, pemerintahan, pertahanan, dan keamanan, serta hubungan internasional. Untuk putaran terakhir, debat juga akan dihadiri oleh kedua pasang capres-cawapres dan membahas isu ekonomi dan kesejahteraan sosial, keuangan,dan investasi, perdagangan serta industri.Namun jadwal untuk debat yang kelima masih belum ditetapkan meskipun semula telah dijadwalkan pada tanggal 13 April 2019 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Tayangan Debat Pilpres 2019 adalah tayangan yang memiliki pengaruh terhadap citra dari calon presiden dan wakil presiden Indonesia yang ditampilkan, baik citra dari pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin maupun citra dari pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Dalam dunia Public Relations, citra adalah sesuatu yang penting dan menjadi perhatian karena pada dasarnya dunia Public Relations berfokus pada pembentukan, pertahanan, dan juga peningkatan citra positif itu sendiri.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, citra merupakan kata benda yang berarti rupa, gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi, atau produk. Sedangkan menurut Katz “Citra adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan,seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas” (Ishaq,2017:161).

Para kandidat presiden dan wakil presiden 2019 saat ini tentu memiliki citra mereka masing-masing di mata publik. Hal ini tidak terlepas pula dari latar belakang maupun karir politik yang telah dimiliki masing-masing calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) tersebut. Sebagaimana pada pasangan nomor urut satu, Joko Widodo adalah seorang politikus PDIP dengan latar belakang pengusaha mebel yang memulai karir politiknya dengan mencalonkan diri sebagai wali kota solo pada tahun 2015, selanjutnya Ia menjadi gubernur DKI pada tahun 2012, dan kemudian maju menjadi presiden Indonesia

(22)

Universitas Sumatera Utara

pada tahun 2014. Di sisi Jokowi sebagai calon wakil presiden, KH Ma’ruf Amin merupakan Ketua Umum MUI nonaktif dan Rais Aam PBNU, Ma’ruf memiliki pengalaman panjang di dunia politik seperti pernah menjadi anggota DPRD DKI, bergabung dengan PKB, lalu menjadi anggota DPR dan MPR. Ma’ruf juga pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) di era SBY, serta di era pemerintahan Jokowi, Ma’ruf ditunjuk menjadi anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

Selanjutnya pada pasangan nomor urut dua terdapat, Prabowo Subianto yang memiliki karir di dunia militer sebelum memiliki karir di dunia politik.

Prabowo Subianto pernah menjabat sebagai Pangkostrad dan Danjen Kopassus selama berkarir di dunia militer, setelah pensiun Prabowo pun berkarir di dunia politik. Dirinya juga merupakan Ketua Umum dari Partai Gerindra. Di samping Prabowo Subianto, sebagai calon wakil presiden Sandiaga Uno merupakan politikus Gerindra yang memiliki latar belakang pengusaha. Dirinya menamatkan studi di Wichita State University dan dirinya juga merupakan mantan wakil gubernur DKI Jakarta untuk periode 2017-2022 yangmendampingi gubernur Anies Baswedan.

Menurut Rosady Ruslan (2016:75) dalam bukunya Manajemen Public Relations& Media Komunikasi, pengertian citra itu sendiri abstrak (intangible) dan tidak dapat diukur secara sistematis, tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk. Seperti penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya datang dari publik (khalayak sasaran) dan masyarakat luas pada umumnya. Penilaian atau tanggapan tesebut dapat berkaitan dengan timbulnya rasa hormat (respek), kesan-kesn yang baik dan menguntungkan terhadap suatu citra lembaga/organisasi atau produk barang dan jasa pelayanan yang diwakili oleh pihak Hums/PR. Biasanya landasan citra itu berakar dari “nilai-nilai kepercayaan” yang kongkretnya diberikan secara individual, dan merupakan pandangan atau persepsi. Proses akumulasi dari amanah kepercayaan yang telah diberikan oleh individu-individu tersebut akan mengalami proses cepat atau lambat untuk membentuk suatu opini publik yang lebih luas,yaitu sering dinamakan citra (image).

Dalam kaitannya dengan Debat Pilpres 2019 adapun citra dari para calon presiden dan wakil presiden Indonesia ini dapat dilihat atau diukur dari penilaian baik atau buruk terkait penampilan atau performa dari para kandidat dalam acara debat tersebut oleh khayak, hal ini dapat berupa penilaian terhadap penguasaan

(23)

Universitas Sumatera Utara

materi yang diperdebatkan, cara menjawab pertanyaan yang diberikan, cara memberi pertanyaan, dan lain-lain sebagainya. Keseluruhan dari penilaian ini pada akhirnya akan mempengaruhi sikap khalayak dalam mengambil keputusan pada hari pemilihan umum presiden dan wakil presiden mendatang.

Itu lah mengapa bagi peneliti, tayangan Depat Pilpres 2019 merupakan suatu kajian yang menarik dalam dunia komunikasi khususnya bagi konsestrasi Public Relations karena pada dasarnya dunia kehumasan atau Public Relations memang akan diperhadapkan dengan permasalahan pembentukan, pertahanan, dan peningkatan citra positif itu sendiri. Selain itu, lewat penelitian ini peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh tayangan Debat Pilpres 2019 terhadap citra dari masing-masing calon presiden maupun calon wakil presiden Indonesia 2019.

1.2 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang telalu luas dan karena keterbatasan waktu serta tenaga maka penelitian ini dibatasi pada beberapa variabel saja, hal ini juga agar penelitian dapat lebih terfokus dan terarah maka peneliti membatasi permasalahan menjadi :

1. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU) yang beralamat di Jln. Dr.

A. Sofyan No. 1 Kampus USU, Medan 20155.

2. Adapun objek penelitian ini ialah para mahasiswa/i FISIP yang masih aktif dalam perkuliahan dan pernah menonton tayangan Debat Pilpres 2019.

3. Penelitian ini direncanakan berlangsung pada bulan Maret 2019 – Mei 2019.

(24)

Universitas Sumatera Utara

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, untuk itu adapun rumusan masalah dalam penelitian ini ialah :

1. Adakah pengaruh tayangan Debat Pilpres 2019 terhadap citra Capres dan Cawapres Indonesia periode 2019 – 2024 dilihat dari perspektif kehumasan di kalangan mahasiswa FISIP USU?

2. Seberapa besar pengaruh tayangan Debat Pilpres 2019 terhadap citra Capres dan Cawapres Indonesia periode 2019-2024 dilihat dari perspektif kehumasan di kalangan mahasiswa FISIP USU ?

1.4 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini secara spesifik operasional ialah untuk:

1. Mengetahui adakah pengaruh tayangan Debat Pilpres 2019 terhadap citra Capres dan Cawapres Indonesia periode 2019-2024 dilihat dari perspektif kehumasan di kalangan mahasiswa FISIP USU.

2. Menganalisis seberapa besar pengaruh tayangan Debat Pilpres 2019 terhadap citra Capres dan Cawapres Indonesia periode 2019-2024 dilihat dari perspektif kehumasan di kalangan Mahasiswa FISIP USU.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan beberapa manfaat, baik dari segi akademis, teoritis dan praktis, di antaranya ialah:

1. Secara Akademis, penelitian ini dapat memperkaya referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan di lingkungan Ilmu Komunikasi FISIP USU kususnya bagi konsentrasi Public Relations.

2. Secara Teoritis, penelitian ini untuk menerapkan ilmu yang diperoleh peneliti selama menjadi mahasiswi Ilmu Komunikasi FISIP USU

(25)

Universitas Sumatera Utara

khususnya pada konsentrasi Public Relations, serta untuk memperkaya pengetahuan dan wawasan penelitian.

3. Secara Praktis, hasil penelitian ini mampu memberikan sumbangan pemikiran terhadap pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan terkait permasalahan yang diteliti.

(26)

9

Universitas Sumatera Utara

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Menurut Sumaidi Suryabarata (1990),setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian.Selanjutnya, Kerlinger (1978) mengemukakan bahwa teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna unutk menjelaskan dan meramalkan fenomena (Sugiyono,2017). Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

2.1.1 Komunikasi Massa

2.1.1.1 Definisi Komunikasi Massa

Ada banyak definisi dari komunikasi massa yang dapat dijabarkan oleh para ahli sebagaimana Meletzke mendefinisikan “komunikasi massa adalah sebagai bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar”

(Ardianto dan Komala,2004).

Selanjutnya Wright mengemukakan definisi sebagai berikut, bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut : diarahkan pada khalayak yang relatif besar, heterogen, dan anonim; pesan disampaikan secara terbuka, sering sekali dapat menapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas;

komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang komples yang melibatkan biaya yang besar.

(27)

Universitas Sumatera Utara

Pada dasarnya dari beragam definisi yang ada tetap memiliki benang merah atau persamaan makna antara satu dengan yang lain. Untuk itu, Jalaludin Rakhmatmerangkum definisi-definisi komunikasi massa tersebut menjadi

“komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat”

(Ardianto dan Komala,2004)

2.1.1.2 Ciri-ciri Komunikasi Massa

Adapun ciri-ciri komunikasi massa menurut Nurudin dalam buku

“Komunikasi Massa” (Nurudin : 2004:16-28) adalah sebagai berikut : a. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga.

Maksudnya ialah komunikator dalam komunikasi massa itu bukanlah satu orang melainkan gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga.

b. Komunikan dalam Komunikasi Massa bersifat Heterogen.

Maksudnya ialah komunikan dalam komunikasi massa itu beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, memiliki jabatan yang beragam, dan memiliki agama atau kepercayaan yang tidak sama pula.

c. Pesannya Bersifat Umum.

Maksudnya ialahPesan-pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu melaikan pesan-pesan ditujukan kepada khalayak yang plural.

d. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah.

Maksudnya ialah dalam komunikasi massa kita tidak dapat langsung memberikan respon kepada komunikatornya (media massa yang bersangkutan). Kalaupun bisa,sifatnya tertunda. Misalkan ketika kita mengirimkan ketidaksetujuan pada berita itu melalui rubrik surat pembaca.

e. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan.

Maksudnya ialah keserempakan itu terjadi dalam proses penyebaran pesan-pesannya sehingga khalayak dapat menikmati media massa tersebut hampir bersamaan.

f. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis.

Peralatan teknis yang dimaksud misalkan pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik) seperti radio membutuhkan pemancar atau relay.

(28)

Universitas Sumatera Utara

g. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper.

Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami contohnya seperti : reporter, editor, manajer pemberitaan, lembaga sensor film,dan lain sebagainya.

2.1.1.3 Fungsi Komunikasi Massa

Menurut Nurudin dalam bukunya “Komunikasi Massa” ketika kita membicarakan fungsi-fungsi komunikasi massa yang harus ada dalam benak kita adalah kita juga sedang membicarakan fungsi media massa. Karena komunikasi massa itu sendiri berarti komunikasi lewat media massa. Ini berarti, komunikasi massa tidak akan ditemukan maknanya tanpa menyertakan media mssa sebagai elemen terpenting dlam komunikasi massa. Sebab, tak ada komunikasi massa tanpa ada media massa. Alasan inilah yang mendasari mengapa ketika kita memperbincangkan fungsi komunikasi massa sekaligus membicarakan fungsi media massa pula. (Nurudin : 2004 :61-86)

Dari banyaknya pendapat yang dikemukakan untuk mengupas fungsi-fungsi komunikasi massa, untuk itu Nurudin menyimpulkan nya menjadi beberapa poin, yakni :

a. Informasi

Fungsi informasi adalah fungsi paling penting yang terdapat dalam komunikasi massa. Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi komunikasi ini adalah berita-berita yang disajikan. Iklan pun dalam beberapa hal juga punya fungsi memberikan informasi di samping juga fungsi-fungsi yang lain.

b. Hiburan

Fungsi hiburan bagi sebuah media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi dibandingkan dengan fungsi yang lain. Berbeda halnya dengan media cetak, Media cetak biasanya tidak menempatkan hiburan pada posisi paling atas. Tetapi media cetak ini pun tetap harus memfungsikan hiburan.

c. Persuasif

Kebanyakan dari apa yang khalayak baca, dengar,dan lihat penuh dengan kepentingan persuasif ini. Kampanye politik yang secara periodik menyita perhatian kita di media massa, hampir murni persuasif.

(29)

Universitas Sumatera Utara

Bagi Josep A Devito (1997) fungsi persuasif ini dianggap sebagai bentuk yang paling penting. Persuasif bisa datang dari berbagai bentuk;

(1) mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang, (2) mengubh sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang, (3) menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu, dan (4) memperkenalkan etika, atau menawarkan sistem nilai tertentu.

d. Transmisi Budaya

Transmisi budaya adalah salah satu fungsi komunikasi massa yang paling luas, meskipun paling sedikit diperbincangkan. Transmisi budaya mengambil tempat dalam dua tingkatan; kontemporer dan historis. Dua tingkatan ini tidak dipisahkan dan terjalin secara konstan.

Di dalam tingkat kontemporer, media memperkuat konsesus nilai masyarakat dengan selalu memperkenalkan bibit perubahan secara teru- menerus. Sedangkan secara historis umat manusia telah melewati atau menambahkan pengalaman baru dari sekarang untuk membimbingnya ke masa depan.

e. Mendorong Kohesi Sosial

Kohesi yang dimaksud di sini adalah penyatuan. Artinya, mendorong masyarakat untuk bersatu. Media merangsang masyarakat untuk memikirkan dirinya bahwa bercerai berai itu bukan keadaan yang baik bagi kehidupan mereka. Selain itumedia yang memberitakan akan arti pentingnya kerukunan beragama, sama saja media itu mendorong kohesi sosial.

f. Pengawasan

Bagi Laswell, komunikasi massa mempunyai fungsi pengawasan.

Artinya, menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian yang ada di sekita kita. Contohnya pemberitaan tentang munculnya badai, topan, gelombang laut yang ganas, dan lain sebagainya.

g. Korelasi

Fungsi korelasi di sini adalah fungsi menghubungkan bagian- bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya. Misalnyam masyarakat menginginkan agar pemerintah dijalankan dengan prinsip- prinsip demokrasi yang benar. Banyak hal yang sudah dilakukan baik melalui pernyataan sikap, unjuk rasa, dan demonstasi. Kemudian faka- fakta yang dilakukan masyarakat ini disiarkan lewat media massa untuk ditunjukkan kepada khalayak yang lebih luas. Kemudian pemerintah membaca atau menonton aksi lalu memberikan tanggapannya. Dalam proses ini media telah menjadi penghubung (korelasi) antara masyarakat dan pemerintah.

h. Pewaris Sosial

Dalam hal ini media massa berfungsi sebagai seorang pendidik, baik yang menyangkut pendidikan formal maupun informal yang mencoba meneruskan atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan, norma, nilai, pranata, etika dari satu generasi k generasi selanjutnya.

(30)

Universitas Sumatera Utara

2.1.1.4 Model Komunikasi Massa

Model komunikasi dapat dijadikan sebagai suatu dasar bagi pernyataan kemungkinan terhadap berbagai alternatif dan karenanya dapat membantu membuat hipotesis suatu penelitian. Adapun model komunikasi yang dianggap relevan dengan penelitian ini ialah Model Komunikasi Satu Tahap (One Step Flow of Communication).

a. Model Komunikasi Satu Tahap (One Step Flow of Communication)

Gambar 2.1. Model Komunikasi Satu Tahap

Model ini merupakan pengembangan dari teori komunikasi Jarum Hipodermik. Karena itu, pesan disampaikan melalui media massa langsung ditujukan kepada komunikan tanpa melalui perantara, misalnya oponion leader. Namun pesan tersebut tidak mencapai semua komunikan dan juga tidak menimbulkan efek yang sama pada setiap komunikan.

2.1.1.5 Efek Komunikasi Massa

Menurut Steve M. Chafee, efek media massa dapat dilihat dari tiga pendekatan. Pendekatan pertama ialah efek dari media massa yang berkaitan dengan pesan ataupun media itu sendiri. Pendekatan kedua ialah dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan dan perilaku atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif, dan behavioral. Pendekatan ketiga yaitu observasi terhadap khalayak (individu, kelompok, organisasi, masyarakat, atau bangsa) yang dikenal efek komunikasi massa. (Ardianto dan Komala,2004)

Media Massa

Komuni kan

(31)

Universitas Sumatera Utara

Dalam penelitian ini hanya akan dibahas efek dari media massa yang berkaitan dengan pesan yang terjadi pada khalayak yang terdiri dari efek kognitif, afektif, dan behavioral.

 Efek Pesan

Penelitian tentang efek ini telah menjadi pust perhatian berbahai pihak, baik para praktisi maupun para teoritisi.

a. Efek Kognitif.

Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan ke dalam kognitifnya.

b. Efek Afektif.

Efek ini kadarnya lebih tinggi dari efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya.

c. Efek Behavioral.

Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Misalkan adegan kekerasan dalam televisi dan film akan menyebabkan orang menjadi beringas.

2.1.1.6 Media Massa

Menurut (Cangara,2010 :74) Jenis-jenis media massa dibedakan menjadi tiga jenis yakni antara lain :

1. Media Cetak.

Media cetak adalah media massa yang pertama sekali muncul di dunia pada tahun 1920an. Kala itu pada awalnya media massa digunakan pemerintah untuk mendoktrin masyarakat, sehingga membawa masyarakat pembaca kepada suatu tujuan tertentu. Seperti teori jarum suntik pada teori komunikasi massa.

2. Media Elektronik.

Setelah media cetak muncullah media elektronik yang pertama yakni radio. Sebagai media audio yang meyampaikan pesan lewat suara. Kecepatan dan ketepatan waktu dalam penyampaian pesan radio tentu lebih cepat dengan menggunakan siaran langsung. Setelah radio

(32)

Universitas Sumatera Utara

muncullah televisi yang lebih canggih bisa menayangkan gambar, yakni sebagai media audio visual.

3. Media Internet.

Media internet baru populer pada abad ke 21, googlei lahir pada tahun 1997. Media internet bisa melebihi kemampuan media cetak dan elektronik. Apa yang ada pada kedua media tersebut bisa masuuk dalam jaringan internet melalui website. Internet memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan media yang lain. Namun pengaksesan internet masih terbilang bebas dan bisa berbahaya bagi para pengguna yang belum mengerti misalnya penipuanm pornografi, dan lain sebagainya.

Media internet tidak harus dikelolah sebuah perusahaan layaknya media cetak dan media elektronik, melainkan bisa juga dilakukan oleh individu.

2.1.2 Televisi

Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang pling berpengaruh pada kehidupan manusia. televisi mengalami perkembangan secara dramatis, terutama melalui pertumbuhan televisi kabel. Transmisi program televisi kabel menjangkau seluruh pelosok negeri dengan bantuan satelit dan diterima langsung pada layar televisi dengan menggunkan wire atau microwave (wireless cables) yang membuka tambahan saluran televisi bagi pemirsa. Televisi lebi marak lagi setelah dikembangkannya Direct Broadast Satelite (DBS).

Tahun 1948 merupakan tahun penting dlam dunia pertelevisiana, dengan adanya perubahan dari televisi eksperimen ke televisi komersial di Amerika.

Karena perkembangan televisi sangat cepat, dari waktu ke waktu media ini memiliki dampak terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Kini sedikitnya terdapat lima metode penyampaian program televisi yang telah dikembangkan yakni Over-the-air reception of network and local station program, Cable, Digital Cable, Wireless Cable, Direct Broadcast Satellite (DBS).

(33)

Universitas Sumatera Utara

2.1.2.1 Sejarah Singkat Televisi

Sebagaimana radio siaran, penemuan televisi telah melalui berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuan akhir abat 19 dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh James Clark Maxwell dan Heinrich Hertz, serta penemuan Maroni, pada tahun 1890. Paul Nipkow dan William Jenkins melalui eksperimennya menemukan metode pengiriman gambar melalui kabel. Televisi sebagai pesawat transmisi dimulai pada tahun 1925 dengan menggunakan metode mekanikal dari Jenkins. Pada tahun 1928 General Electronnic Company mulai menyelenggarakan acara siaran televisi secara regular. Pada tahun 1939 Presiden Fanklin D. Rooselvet tampil di layar televisi. Sedangkan siaran televisi komersial di Amerika dimulai pada 1 September 1940.

2.1.2.2 Sejarah Televisi di Indonesia

Kegiatan penyiaran televisi di Indonesi dimulai pada tanggal 24 Agustus 1965, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak saat itu pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan stasiun (Station Call) sampai sekarang (Effendy, pada Komala, dalam Karlinah, dkk 1999)

Sejalan dengan kepentingan pemerintah dengan keinginan rakyat Indonesi yang tersebar di berbagai wilayah agar dapat menerima siaran televisi, maka tanggal 16 Agustus 1976, Presiden Soeharto meresmikan penggunaan satelit palapa untuk telekomunikasi dan siaran televisi. TVRI yang berada di bawah Departemen Penerangan, kini siarannya sudah menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia yang berjumlah 200 jiwa. Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingan televisi siaran lainnya, yakni Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) yang bersifat komersial. Kemudian secra berturut-turut berdiri stasiun televisi Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Andalas Televisi (Anteve) dan lain-lain sebagainya.

(34)

Universitas Sumatera Utara

2.1.2.3 Karakteristik Televisi

Televisi memiliki sifat yang istimewa karena memiliki kelebihan yakni merupakan gabungan dari media audio (dengar) dan juga media gambar (visual).

Kelebihan tersebut tidak terlepas dari karakteristik yang ada pada televisi (Karyanti, 2005 : 137-139). Karakteristik televisi ialah sebagai berikut :

a. Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan dibandingkan dengan media penyiaran lainnya, yakni dapat didengar sekaligus dilihat. Jadi apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik, dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Maka dari itu televisi disebut sebagai media massa elektronik audiovisual. Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting dari kata-kata, keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis.

b. Berpikir dalam Gambar.

Ada dua tahap proses berpikir dalam gambar. Pertama adalah visualisasi yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Kedua, penggambaran yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.

c. Pengoperasian Lebih Kompleks.

Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran jauh lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakan lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang terampil dan terlatih.

2.1.2.4 Fungsi Televisi

Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan radio siaran), yakni memberi informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk.

Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi sebagaimana hasil penelitian-penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, yang menyatakan bahwa pada umumnya tujuan utama khalyak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi. (Ardianto dan Komala, 2004 :128)

(35)

Universitas Sumatera Utara

2.1.2.5 Program Siaran Televisi

Khomsahrial Romli (2016 :94-95), dalam bukunya Komunikasi Massa menyebutkanProgram siaran televisi merupakan acara-acara yang disajikan dan disiarkan oleh televisi. Secara garis besar, program TV dibagi menjadi program berita dan program nonberita. Karena TV merupakan media massa yang bersifat audio visual,maka diharapkan televisi bisa memberikan program siaran yang berbeda kepada khalayak agar pesan yang disampaikan dapat mudah dimengerti dan dipahami sehingga dari alasan itu media televisi memberikan kepada khalayak yang disebut stimulated experience yang berisi hal berikut :

a. Melihat sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya.

b. Berjumpa dengan seseorang yang sebelumnya belum pernah dijumpai.

c. Datang ke suatu tempat yang belum pernah dikunjungi.

Program siaran yang disiarkan televisi akan memberikan sugesti kepada khalayak di dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan menimbulkan dampak tertentu. Dengan stimulated experiencei tadi maka akan memberikan berbagai pembendaharaan pengetahuan kepada khalayak dan pengetahuan yang didapat akan memberikan kesan yang mendalam dan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

Jenis program televisi dapat dibedakan berdasarkan format teknis atau berdasarkan isi. Format teknis merupakan format umum yang menjadi acuan terhadap bentuk program televisi seperti talk show, dokumenter, film, kuis, musik, instruksi, dan sebagainya.

Berdasarkan isi, program televisi berbenntuk nonberita dapat dibedakan antara lain berupa program hiburan, drama, olahraga, dan agama.Sedangkan untuk program televisi berbentuk berita secara garis besar dikategorikan ke dalam hard news atau berita-berita mengenai peristiwa penting yang baru saja terjadi dan harus segera disiarkan, serta soft news yang mengangkat berita bersifat ringan yang juga merupakan kombinasi fakta, gosip, dan opini.

Selain pembagian jenis program berdasarkan skema di atas, terdapat pula pembagian program berdasarkan apakah program ini bersifat faktual atau fiktif.

(36)

Universitas Sumatera Utara

Program faktual antara lain meliputi : program berita, dokumenter, atau reality show. Sementara, program yang bersifat fiktif antara lain program drama atau komedi.

2.1.2.6 Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan

Menurut Ardianto dan Lukati dalam buku “Komunikasi Massa Suatu Pengantar (2004 : 130 – 133) pesan yang disampaikan melalui televisi memerlukan pertimbangan-pertimbangan agar pesan yang disampaikan dapat diterima oleh khalayak sasaran, faktor-faktor tersebut meliputi :

a. Pemirsa

Sesungguhnya dalam setiap bentuk komunikasi dengan menggunakan media apapun, komunikator akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang komunikannya. Dalam hal ini komunikator harus memahami kebiasaan dan minat pemirsa baik yang termasuk kategori anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua. Hal ini perlu karena berkaitan dengan materi pesan dan jam penayangan. Jadi, setiap acara yang ditayangkan benar-benar berdasarkan kebutuhan pemirsa, bukan acara yang dijejalkan begitu saja.

b. Waktu

Setelah komunikator mengetahui minat dan kebiasaan tiap kategori pemirsa, langkah selanjutnya adalah menyesuaikan waktu penayangan dengan minat dan kebiasaan pemirsa. Faktor waktu menjadi bahan pertimbangan, agar setiap acara ditayangkan secara proporsional dan dapat diterima oleh khalayak sasaran. Bagi semua stasiun televisi, antara pukul 19.30 sampai pukul 21.00 WIB dianggap sebagai waktu utama (prime time), yakni waktu yang dianggap paling baik untuk menayangkan acara pilihan, karena pada waktu itulah seluruh anggota keluarga berkumpul dan punya waktu untuk menonton televisi bersama.

c. Durasi

Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan acara. Durasi masing-masing acara disesuaikan dengan jenis acara dan tuntutan skrip atau naskah, yang paling penting ialah dengan durasi tersebut tujuan acara televisi dapat tercapai.

d. Metode Penyajian

Telah diketahui bahwa fungsi utama televisi menurut khalayak pada umumnya ialah untuk menghibur, selanjutnya adalah informasi.

Tetapi tidak berarti fungsi mendidik dan membujuk dapat diambaikan.

(37)

Universitas Sumatera Utara

Fungsi nonhiburan dan noninformasi harus tetap ada karena sama pentingnya bagi keperluan kedua pihak,komunikator dan komunikan.Untuk itu metode penyajian harus diperhatikan yakni cara pengemasan pesan sedemikian rupa agar dapat memenuhi fungsi- fungsi yang ada dari televisi.

2.1.3 Persuasif dalam Komunikasi

Salah satu bentuk komunikasi paling mendasar adalah persuasif. Persuasif didefinisikan sebagai “perubahan sikap akibat paparan informasi dari orang lain”

(Olson dan Zanna,1993 : 15). Banyak riset yang telah dilakukan berkenaan dengan komunikasi yang ditunjukkan pada perubahan sikap.

Sikap pada dasarnya adalah tendensi kita terhadap sesuatu. Sikap adalah rasa suka/tidak suka kita atas sesuatu. Berikut adalah contoh-contoh sikap:

Seorang pria lebih menyukai satu di antara beberapa kandidat presiden, seorang wanita menentang aborsi. Sikap merupakan hal yang penting karena ia memengaruhi tindakan. Seorang pria yang yang bersikap mendukung salah satu kandidat presiden mungkin akan memilih kandiat tersebut.

Sikap sering dianggap memiliki tiga komponen : Komponen afektif – kesukaan atau perasaan terhadap sebuah objek, komponen kognitif – keyakinan terhadap sebuah objek dan komponen perilaku – tindakan terhadap objek. Intinya, sikap adalah rangkuman evaluasi terhadap objek sikap kita. (Severin dan Tankard, 2011 :177-178)

2.1.3.1 Komunikasi Persuasif dalam Penyampaian Pesan

Hovland menyatakan bahwa “persuasif adalah komunikasi intensional dengan pendekatan satu-arah (one-way) dimana sumber berusaha mempengaruhi (to bring about an effect) kepada penerima”. Selain itu aristoteles menyatakan ada tiga cara memengaruhi manusia (dikutip dari West and Turner,2007). Yaitu : (1) ethos, dimana pembicara memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpercaya, dan status yang terhormat. Aristoteles percaya bahwa pidato yang

(38)

Universitas Sumatera Utara

disampaikan oleh seseorang yang terpercaya akan lebih persuasif dibandingkan pidato yang kejujurannya dipertanyakan; (2) phatos, pembicara harus menyentuh hati khalayak yaitu perasaan, emosi, harapan, kebencian, dan kasih sayang. Pidato yang berhasil, menurut Aristoteles adalah pidato yang berhasil menyentuh emosi pendengar, bisa menimbulkan rasa bahagia, marah, haru, sakit,benci,takut,dan sebagainya. Phatos oleh para ahli retorika disebut emotional appeals, dan (3) logos, dimana pembicara mampu meyakinkan khalayak dengan bukti yang logis.

Ini berkaitan dengan bukti-bukti logis yang disampaikan oleh pembicara argumentasi,rasionalisasi dan wacana. Bagi Aristoteles, logos juga mencakup penggunaan bahasa yang jelas. (Hutagalung, 2015: 87-88)

2.1.4 Teori Kemungkinan Elaborasi (Elaboration Likelihood Theory/Model) 2.1.4.1 Pengertian Teori Kemungkinan Elaborasi

Teori Elaboration Llikelihood Model (ELM) merupakan salah satu bentuk teori persuasif yang melihat individu sebagai makhluk rasional saat mengevaluasi pesan persuasif. Menurut teori ELM, seseorang mengevaluasi informasi dalam berbagai cara, terkadang mengevaluasi pesan secara teliti, memakai pemikiran kritis, namun kadang lebih sederhana, sesekali semangat berargumentasi, namun terkadang tidak. Kemungkinan itu bergantung pada cara seseorang memeroses pesan(Hutagalung,2015 : 114).

2.1.4.2 Sejarah Singkat Teori ELM

Menurut Inge Hutagalung (2015) dalam bukunya yang berjudul Teori-Teori Komunikasi Dalam Pengaruh Psikologi,Teori Elaboration Likelihood Model (ELM) diperkenalkan oleh Richard Petty dan John Cacioppo. Gagasan awal mengenal ELM ditulis oleh Petty dan Cacioppo pada awal tahun 1980-an, dan dielaborasi secara mendetail dalam buku berjudul Communication and Persuasifon: Central and Peripheral Route to Attitude Change (1986).

(39)

Universitas Sumatera Utara

Pretty (2002) menyatakan bahwa teori ELM adalah revisi terhadap teori mengenai dampak pesan persuasif yang ada sebelumnya. Teori yang paling awal mengenai dampak pesan persuasif adalah teori dampak langsung media yang dikemukakan oleh Laswell. Teori lain yang melihat mengenai dampak pesan persuasif adalah teori matriks persuasif dari McGuire. Teori Laswell ataupun McGuire mempunyai kelemahan karena bersifat searah dan mengasumsikan bahwa khalayak bersikap pasif terhadap pesan persuasif. Di luar teori Laswell dan McGuire,terdapat respon kognitif yang dikemukakan oleh Greenwald. Teori ini menekankan pentingnya kognisi khalayak ketika menerima pesan persuasif.

Khalayak aktif dalam menerima dan memeroses informasi.

Lebih lanjut, teori ELM menurut Petty (2002:165) merupakan penggabungan antara teori yang melihat khalayak pasif (Laswell dan McGuire) dan teori respon kognitif (Greenwald) yang melihat khalayak bersikap aktif dalam menerima, memroses, dan mengolah pesan. Teori ELM berasumsi bahwa ketika menerima pesan, seorang bisa dalam kondisi aktif tetapi bisajuga dalam kondisi tidak aktif. Ada kondisi dimana seseorang ingin mengolah pesan, tetapi juga terdapat kondisi tidak ingin memroses pesan.

2.1.4.3 Asumsi Teori

Asumsi yang mendasari teori ini menurut EM Grriffin (2003) adalah bahwa orang dapat memproses pesan persuasif dengan cara yang berbeda. Pada suatu situasi kita menilai sebuah pesan secara mendalam, hati-hati dan dengan pikiran yang kritis, namun pada situasi lain kita menilai pesan sambil lalu saja tanpa mempertimbangkan argumen yang mendasari isi pesan tersebut.

Kemungkinan untuk memahami pesan persuasif secara mendalam bergantung pada cara seseorang memproses pesan. Pesan ini diterima dan disalurkan melalui dua jalur yang berbeda yakni central route dan peripherial route. Ketika kita memproses informasi melalui central route, kita secara aktif memikirkan dan menimbang-menimbang isi pesan tersebut dengan menganalisis dan membandingkannya dengan pengetahuan dan informasi yang kita miliki. pada

(40)

Universitas Sumatera Utara

umumnya orang yang berpendidikan tinggi atau berstatus sebagai pembuka pendapat (opinion leader) berkecenderungan menggunakan central routei dalam mengelolah pesan-pesan persuasif. Sementara orang berpendidikan rendah cenderung menggunakan jalur peripherial dimana faktor-faktor di luar isi pesan atau non argumentasi lebih berpengaruh bagi yang bersangkutan dalam menentukan tindakan. (Surip,2011 : 126)

2.1.4.4 Gambaran Teori ELM

Teori ELM (Elaboration Likelihood Model) didasarkan pada premis bahwa pesan persuasif (kampanye,iklan,dan lainnya) tidak diterima sama oleh khalayak.

Pesan yang sama dapat diterima secara berbeda, dan pada akhirnya mempunyai efek yang berbeda bagi masing-masing individu. Orang mempunyai kemampuan yang terbatas dalam menerima pesan persuasif. Kemampuan memori dan mengolah pesan terbatas, sementara tiap hari seseorang berhadapan dengan ratusan bahkan ribuan pesan, mulai iklan di media, spanduk di jalan, dan sebagainya. Teori ELM ini menjelaskan proses seseorang dalam mengelolah pesan persuasif, dan dampak yang mungkin timbul.

Petty dan Cacioppo (2005) melihat dua aspek penting yang menentukan bagaimana pesan persuasif itu diproses oleh seseorang. Pertama, motivasi seseorang dalam menerima pesan persuasif (misalkan iklan). Motivasi mencerminkan tiga hal, yaitu :

1. Keterlibatan atau hubungan personal dengan topik, bila semakin penting topik maka orang akan semakin senang berpikir kritis,

2. Keragaman argumentasi dari berbagai sumber,

3. Kecenderungan seseorang untuk menikmati pemikiran kritis.

Lebih lanjut ditegaskan oleh Petty dan Cacioppo, motivasi seseorang berbeda-beda ketika menerima pesan. Perbedaan ini ditentukan oleh relevansi dari pesan persuasif itu dibagi kebutuhan (fisik maupun psikologis) seseorang. Makin

(41)

Universitas Sumatera Utara

tinggi relevansi pesan itu bagi seseorang, makin tinggi pula motivasi seseorang dalam menerima pesan, dan keinginan untuk mengetahui isi pesan. Seseorang yang sedang mengidap penyakit HIV/AIDS misalnya, akan termotivasi jika ada iklan atau persuasif yang menyatakan telah ditemukan obat yang bisa memperpanjang masa hidup penderita AIDS.

Kedua, kemampuan (ability) seseorang dalam memroses pesan persuasif, Seseorang bisa jadi tertarik dan punya motivasi untuk memroses suatu pesan, tetapi jika seseorang itu tidak memiliki kemampuan untuk memroses pesan, maka pesan persuasif itu juga tidak akan diproses. Dalam bidang politik contohnya, iklan yang dibuat oleh seorang kandidat mengenai langkah-langkah untuk mengurangi kemiskinan mungkin menarik. Tetapi jika pesan persuasif itu berisi hal-hal teknik yang membutuhkan kemampuan tertentu dalam mengolah pesan (misalkan mengenai laju ekonomi) maka ada kecenderungan akan memengaruhi kemampuan orang untuk menerima dan mengolah pesan.

Dua faktor di atas (motivasi dan kemampuan dalam mengolah pesan), menentukan apakah sebuah pesan akan diolah atau dielaborasi oleh seseorang atau tidak. suatu pesan yang diolah dan dielaborasi, oleh Petty dan Cacioppo disebut menggunakan jalur utama (central route). Sebaliknya, suatu pesan yang tidak dielaborasi akan diproses menggunakan jalur pinggiran (peripheral route).

a. Jalur Utama (Central Route)

Pengolahan pesan lewat jalur utama (central route) terjadi ketika seseorang mempunyai motivasi dan sekaligus mempunyai kemampuan dalam mengolah pesan. Misalnya, sebuah iklan seorang kandidat yang menjanjikan program pendidikan gratis di daerah.

Kandidat dalam iklan itu mengetengahkan langkah yang akan dilakukan sehingga pendidikan dapat diberikan gratis di sekolah. Jika seseorang/pemilih tertarik dan merasa punya kepentingan dengan isi tersebut, dan pemilih tersebut memahami pesan dalam iklan, maka ia akan mengolah pesan itu pada jalur utama (central route).

Jalur utama (central route) ditandai dengan pengolahan pesan yang menggunakan pikiran (kognisi) dan argumentasi. Petty dan

Gambar

Gambar 2.2 Model Pembentukan Citra   Pengalaman Mengenai Stimulus
Gambar 2.3 Kerangka kosep  Sumber : Peneliti ,2019
Gambar 2.4 Model Teoritis
Gambar  4.1  Responden berdasarkan Program Studi  Sumber tabel : Pertanyaan Kuesioner 01
+4

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi, selisih mata uang asing dari penjabaran investasi ekuitas yang tersedia untuk dijual diakui dalam penghasilan komprehensif lain, kecuali pada penurunan

Makna denotatif dapat dibedakan atas dua macam relasi, yaitu pertama, relasi antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya, dan kedua relasi antara sebuah kata

A válaszadók 5-ös skálán értékelték, hogy az IFRS 9 előírásainak megismeréséhez milyen gyakran használták a megadott információforrásokat. A válaszokat a 27

Nilai F- hitung sebesar 21,45369 lebih besar dari nilai F- tabel pada α = 10% (6,123) = 2,95, Maka H0 ditolak dan Ha yang menyatakan bahwa kamar hotel, PDRB sektor

Berdasarkan tabel rekapitulasi rata-rata variabel kinerja dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan tergolong dalam kategori baik yang ditunjukkan sebesar 4,19

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan ditemukan bahwa diversifikasi umur dan pendidikan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan perbankan yang

Untuk itu sertifikat Hak Milik Nomor : 10276 tahun 2006 tidak sah dan tidak berkekuatan hukum, sebab harta tersebut adalah harta yang diperoleh semasa dalam perkawinan

22 Ramon Sinkiriwang Putrama, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Dengan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA