• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

101 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan mengenai analisis unsur intrinsik, resepsi sastra, nilai pendidikan karakter terhadap cerita rakyat PSR dan relevasinya sebagai bahan ajar di SMP, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Unsur intrinsik pada cerita rakyat Panji Sanjaya Rangin terjalin dengan baik.

Kelima unsur saling berkaitan satu dengan yang lainnya, sehingga memudahkan para pembaca untuk memahami karya sastra cerita rakyat Panji Sanjaya Rangin.

Hal tersebut didukung oleh kelima unsur, yakni tema, alur, tokoh dan penokohan, setting, dan amanat.

2. Nilai pendidikan karakter yang ditemukan pada cerita rakyat Panji Sanjaya Rangin antara lain religius, jujur, kerja keras, peduli sosial, dan tanggung jawab.

3. Pembaca memberi tanggapan yang baik terhadap cerita rakyat Panji Sanjaya Rangin. Tanggapan tersebut berbeda-beda sesuai kategori usia. Usia muda masih dalam kategori minim dalam memahami cerita, usia menengah sudah mengetahui dan meyakini adanya cerita rakyat Panji Sanjaya Rangin, sedangkan usia tua sudah mengetahui, meyakini, dan menerima adanya cerita rakyat Panji Sanjaya Rangin.

4. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, cerita rakyat Panji Sanjaya Rangin sangat relevan sebagai bahan ajar bahasa Jawa kelas VII SMP.

B. Implikasi

Berdasarkan simpulan yang sudah dipaparkan di atas, cerita rakyat Panji Sanjaya Rangin memiliki implikasi terhadap hasil penelitian kualitatif sastra khususnya cerita rakyat daerah. Penelitian tersebut menggunakan teori resepsi sastra yang hasil penelitiannya dapat memberikan implikasi pada kegiatan pembelajaran sastra di SMP.

commit to user

(2)

1. Implikasi Teoritis

Implikasi teoritis pada penelitian ini dapat memberikan pengetahuan mengenai penelitian cerita rakyat daerah, khususnya cerita rakyat yang belum disuarakan.

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti lain untuk meneliti cerita rakyat daerah dengan menggunakan teori resepsi sastra yakni untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap karya sastra berdasarkan kelompok usia yang berbeda. Selain resepsi sastra, peneliti lian juga dapat menggunakan kajian unsur intrinsik, nilai pendidikan karakter, serta relevansi sebagai bahan ajar di sekolah.

2. Implikasi Praktis

Berkaitan dengan unsur intrinsik, peneliti memperoleh temuan bahwa terdapat beberapa kosakata bahasa Jawa yang dirasa bagi siswa sulit untuk dipahami, karena kosakata tersebut merupakan kosakata dari bahasa Jawa Kuno dan baru pertama kali didengar oleh siswa. Hal tersebut dimungkinkan menjadi kendala bagi siswa dalam memahami isi cerita. Langkah yang dilakukan oleh guru adalah siswa dibentuk berkelompok dan diberi tugas untuk berdiskusi mencari kata-kata yang sulit. Guru dapat memfasilitasi berupa kamus bausastra dan memperbolehkan siswa untuk meminjam secara bergantian. Apabila siswa belum bisa menemukan jawaban, guru harus membantu menerjemahkan ke dalam bahasa sehari-hari yang sekiranya mudah dipahami oleh siswa. Setelah itu, siswa dapat menganalisis dengan mudah unsur intrinsik yang terdapat pada cerita rakyat Panji Sanjaya Rangin dengan mudah. Selain itu, guru juga dapat memanfaatkan media PPT slideshow. Isi dari PPT tersebut berupa kosakata bahasa Jawa cerita rakyat PSR yang sulit dipahami dan artinya secara acak. Tugas siswa adalah mencari jawabannya dengan cara mencocokkan antara kosakata bahasa Jawa yang sulit dengan artinya secara benar. Apabila jawaban siswa benar dan sesuai, guru dapat memberikan reward berupa nilai tambahan sehingga siswa akan tertarik dan termotivasi untuk bergegas mencari jawaban. Di akhir kegiatan tersebut, guru dapat memberikan simpulan mengenai arti-arti dari kosakata tersebut dengan jelas

(3)

kepada siswa. Guru dapat menjadikan media tersebut sebagai alternatif dalam memahami kata yang sulit pada cerita rakyat Panji Sanjaya Rangin. Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap isi cerita rakyat dan menjadikannya sebagai pembelajaran yang menyenangkan. Manfaat lainnya siswa dapat menambah kosakata baru bahasa Jawa.

Berkaitan dengan nilai pendidikan karakter, sifat pekerja keras dan tanggung jawab dari tokoh Panji Sanjaya Rangin dapat diteladani oleh siswa kelas VII SMP.

Kematangan emosi usia anak SMP masih sangat labil karena masa peralihan dari SD ke SMP. Guru mengajarkan kepada siswa pentingnya tanggung jawab, misalnya memberi tugas secara berkelompok. Guru juga menegur kepada siswa yang tidak mau bekerjasama dengan kelompoknya. Adapun sifat Panji Sanjaya Rangin yang sangat menghormati Raden Bandung dapat diterapkan oleh siswa untuk selalu menghormati orang yang lebih tua, terutama orang tua dan bapak ibu guru. Guru dapat menyampaikan pentingnya sikap menghormati kepada orang yang lebih tua. Salah satunya yakni melalui penggunaan basa krama inggil. Guru dapat memberikan contoh dengan cara menerapkan basa krama inggil pada saat pembelajaran berlangsung, sehingga siswa dapat mengikuti dan menerbiasakan diri untuk menggunakan basa krama inggil ketika berkomunikasi dengan orang yang lebih tua dan juga menggunakan basa ngoko untuk berkomunikasi dengan orang seumuran ataupun lebih muda. Adapun sifat tercela yang tidak patut dicontoh oleh siswa adalah sifat yang tidak adil. Ki Wanapala adalah pemimpin pemerintahan Nglorok yang tidak adil terhadap rakyatnya. Oleh karena itu, guru sebaiknya memberikan nasehat kepada siswa untuk tidak mencontoh sifat tersebut dengan cara memberikan gambaran-gambaran jika suatu saat siswa tersebut menjadi ketua kelas, ketua OSIS maupun pemimpin pada suatu organisasi lainnya harus bersikap adil kepada anggotanya. Menyamaratakan hak dan kewajiban kepada anggotanya tanpa membedakan suku, ras, dan agama.

Berkaitan dengan tanggapan pembaca terhadap cerita rakyat Panji Sanjaya Rangin, siswa kelas VII SMP masuk dalam kategori usia muda. Pada penelitian

(4)

yang sudah dilakukan, usia muda memiliki tanggapan pengetahuan yang minim terrhadap cerita rakyat tersebut. Hal ini dikarenakan terpaut antara jarak usia yang jauh dengan terciptanya cerita rakyat dan penuturan orang tua yang masih jarang dilakukan. Berdasarkan temuan tersebut, peran guru sebagai orang tua di sekolah, hendaknya memberikan motivasi supaya siswa dapat mengenal dan menumbuhkan rasa bangga terhadap cerita rakyat. Pengenalan tersebut dapat dilakukan penugasan kepada siswa untuk membuat ringkasan cerita rakyat sebanyak-banyaknya. Siswa dapat mencari informasi cerita rakyat dengan cara meminjam buku di perpustakaan, membeli buku cerita rakyat di toko buku, mencari di internet maupun bertanya langsung kepada orang tua ataupun masyarakat. Dengan begitu, rasa keingintahuan siswa akan meningkat sehingga dapat menghargai sejarah perjuangan leluhur. Kelak, suatu saat ketika siswa tersebut telah memasuki usia menengah dan tua atau telah berganti peran menjadi orang tua, siswa tersebut dapat menuturkan cerita rakyat Panji Sanjaya Rangin ataupun cerita rakyat lainnya kepada anak cucunya. Sebagai upaya meningkatkan pemahaman akan pentingnya pelestarian cerita rakyat lokal sejak dini.

Cerita rakyat Panji Sanjaya Rangin dapat digunakan guru sebagai bahan ajar pada pembelajaran cerita rakyat pada kelas VII SMP. Pertama, guru dapat menjadikan cerita rakyat Panji Sanjaya Rangin sebagai materi untuk menerangkan unsur intrinsik dengan praktis yakni melalui kegiatan apresisasi sastra seperti geguritan, bermain peran, tembang dan lain sebagainya. Kedua, guru juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenungi pesan moral yang terdapat pada cerita rakyat tersebut kemudian diamalkan pada kehidupan sehari- hari. Dengan demikian, siswa tidak hanya belajar untuk menganalisis unsur strukturnya saja. Akan tetapi mereka dapat menanamkan budi pekerti sebagai bekal di masa depan serta belajar menghormati sejarah perjuangan suatu tokoh pada cerita rakyat. Oleh karena itu, cerita rakyat Panji Sanjaya Rangin dapat dikatakan relevan sebagai bahan ajar sastra di SMP.

(5)

Cerita rakyat PSR dapat digunakan pembelajaran bahasa Jawa kurikulum Jawa Timur dan Jawa Tengah. Untuk kurikulum Jawa Timur, materi cerita rakyat digunakan untuk kelas VII SMP yang tercantum pada KD 3.3 memahami struktur teks, unsur kebahasaan, dan pesan moral dari teks lisan dan tulis berupa fiksi (wayang/cerkakIfolklor/topeng dhalang) serta KD. 4.3 mengapresiasi teks fiksi (wayang/cerkakIfolklor/topeng dhalang) sesuai konteks secara lisan dan tulis.

Cerita rakyat PSR berkembang di Pacitan, Jawa Timur, maka sudah selayaknya cerita tersebut relevan dengan kurikulum Jawa Timur dan dapat dipelajari seluruh tingkat SMP di Jawa Timur. Guru dapat menjelaskan kepada siswa pentingnya cerita rakyat PSR perlu dijadikan sebagai bahan ajar, salah satunya untuk melestarikan kebudayaan karya sastra daerah yang ada di Jawa Timur khususnya di kabupaten Pacitan. Siswa diharapkan dapat berantusias ikut serta melestarikan budaya daerah, salah satunya budaya batik yang mana batik tersebut merupakan bukti budaya dari cerita rakyat PSR. Siswa dapat mewujudkan bukti pelestariannya dengan berlatih membuat pola, mencanting sampai proses pewarnaan batik.

Cerita rakyat PSR dapat digunakan pada kurikulum Jawa Tengah, yakni digunakan kelas VIII SMP yang tercantum pada KD 3.3 memahami teks legenda/asal-usul tempat dan KD 4.3 meringkas isi teks legenda /asal-usul tempat dengan ragam krama. Alasan cerita rakyat PSR dapat digunakan di Jawa Tengah ialah cerita rakyat PSR berasal dari Pacitan ini menggunakan bahasa Jawa dengan dialek jawa tengahan. Hal ini dikarenakan letak Pacitan berbatasan langsung dengan Wonogiri, Jawa Tengah yang mana bahasa yang digunakan di Pacitan cenderung berdialek jawa tengahan. Berangkat dari hal tersebut, maka cerita rakyat PSR dapat dipelajari oleh siswa yang ada di Jawa Tengah lebih tepatnya yang berdialek Solo karena dialek yang digunakan hampir sama. Guru dapat memberikan pemahaman kepada siswa mengapa bahasa yang digunakan di Pacitan tidak mengikuti jawa timuran seperti pada umumnya. Meskipun siswa di Pacitan berasal dari Jawa Timur, namun kosakata dan dialek yang digunakan adalah jawa tengahan. Apabila siswa merasa kesulitan dalam memahami kosakata

(6)

jawa timuran yang ditemukan dalam cerita rakyat maupun bacaan yang ada di majalah Jawa lainnya, guru dapat membantu menerjemahkan kosakata tersebut dengan menggunakan bahasa sehari-hari. Siswa sebagai generasi muda patut berbangga dengan dialek yang dimiliki Pacitan dengan cara mempertahankan penggunaan kosakata dan logat daerah Pacitan sampai kapanpun. Siswa mampu menanamkan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang mana Indonesia memiliki ribuan dialek yang tersebar di nusantara.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi guru bahasa Jawa

a. Guru dapat menggunakan cerita rakyat Panji Sanjaya Rangin sebagai alternatif bahan ajar sastra di SMP.

b. Guru dapat memfasilitasi kamus bausastra kepada siswa yang kesulitan mencari arti dari kosakata yang kurang dimengerti. Selain itu, guru dapat membantu dengan mengartikan ke dalam bahasa sehari-hari yang mudah dipahami siswa.

c. Guru dapat memanfaatkan media PPT slide show yang menarik untuk meningkatkan pemahaman cerita rakyat.

2. Bagi siswa

a. Siswa diharapkan mencintai dan melestarikan karya sastra khususnya cerita rakyat di sekitarnya agar tidak punah melalui penciptaan karya seperti puisi, lagu, drama dan lain sebagainya.

b. Siswa diharapkan meneladani nilai-nilai pendidikan karakter pada cerita rakyat Panji Sanjaya Rangin dalam kehidupan sehari-hari.

c. Dengan mempelajari cerita rakyat Panji Sanjaya Rangin, diharapkan menambah wawasan siswa mengenai permasalahan di dunia nyata serta cara menyelesaikan.

(7)

3. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat memberikan referensi bagi peneliti lain untuk memahami unsur intrinsik, nilai pendidikan karakter, resepsi sastra dan relevansi sebagai bahan ajar terhadap suatu karya sastra cerita rakyat.

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti mengangkat tema pencitraan kafe – resto dengan konsep live entertainment pada The Bee’S House Cafe, karena ketertarikan akan tahap – tahap dari strategi pencitraan bagi

Hasil analisis masalah sosial dan Pendidikan karakter pada novel Guru Aini karya Andrea Hirata serta relevansinya sebagai bahan ajar di SMA dapat dimanfaatkan bagi

ƒ Perancangan struktur gedung ini akan menyelesaikan permasalahan- permasalahan sebagai berikut : Bagaimana analisa perhitungan untuk struktur bangunan Gedung Dinas

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang diterapkan dalam mata pelajaran sejarah di SMK telah memperlihatkan bahwa materi yang akan disampaikan pada siswa sesuai

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan analisis data mengenai struktur, nilai pendidikan karakter, dan relevansi novel Pethite Nyai Blorong karya Peni sebagai alternatif

Relevansi cerita rakyat Andhe-andhe Lumut karya Sunjaya sebagai materi ajar memahami cerita rakyat siswa kelas VII SMP, yaitu (1) terdapat kesesuaian isi cerita

Mahasiswa yang memiliki kecerdasan musikal tinggi apabila diajarkan dengan multimedia CD Interaktif akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan

Hambatan Pembelajaran Puisi Terjemahan dengan Penggunaan Media Digital pada Masa Pandemi Covid-19 di SMA Negeri 1 Gemolong yaitu: (1) adanya perbedaan kegiatan belajar mengajar