• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MINAT MEMBACA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE MENDONGENG PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PABELAN 02 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN MINAT MEMBACA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE MENDONGENG PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PABELAN 02 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 2011"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

INDONESIA MELALUI METODE MENDONGENG (STORY TELLING)

PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PABELAN 02

KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

TAHUN AJARAN 2010/ 2011

SKRIPSI Oleh:

ANISA’ RATNA PERTIWI

K7107016

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

INDONESIA MELALUI METODE MENDONGENG (STORY TELLING)

PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PABELAN 02

KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

TAHUN AJARAN 2010/ 2011

Oleh :

ANISA’ RATNA PERTIWI

K7107016

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

iii Skripsi dengan judul :

Peningkatan Minat Membaca dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Metode Mendongeng (Story Telling) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/ 2011.

Oleh :

Nama : Anisa‟ Ratna Pertiwi NIM : K7107016

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada hari : Tanggal :

Persetujuan Pembimbing Pembimbing I

Drs. Hadi Mulyono, M. Pd NIP. 19561009 198012 1 001

Pembimbing II

(4)

commit to user

iv Skripsi dengan judul :

Peningkatan Minat Membaca dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Metode Mendongeng (Story Telling) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/ 2011.

Oleh :

Nama : Anisa‟ Ratna Pertiwi NIM : K7107016

Telah dipertahankan dihadapan Tim Dosen Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Jumat

Tanggal : 29 April 2011 Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Kartono, M. Pd. ……….

Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M. Pd. ………. Anggota I : Drs. Hadi Mulyono, M. Pd. ………. Anggota II : Drs. Sadiman, M. Pd. ……….

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

(5)

commit to user

v

Anisa‟ Ratna Pertiwi. NIM K7107016. PENINGKATAN MINAT MEMBACA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE MENDONGENG

(STORY TELLING) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PABELAN 02

KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011.

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan minat membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.pada siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/ 2011.

Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan angket (kuesioner), wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan.

(6)

commit to user

vii

Pelajarilah ilmu dan mengajarlah kamu,rendahkanlah dirimu terhadap guru-gurumu dan berlakulah lemah lembut terhadap murid-muridmu.

(Terjemah: HR. Tabrani)

“Sungguh sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari pekerjaan/ tugas, kerjakanlah yang lain dengan sungguh”.

(Terjemah: Q.S. Al Nasyirah 6-7)

Hal kecil membentuk kesempurnaan, namun kesempurnaan bukanlah hal yang kecil.

(Democritos)

Pengetahuan akan menyenangkan jiwamu, kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau.

(7)

commit to user

viii

Karya ini dipersembahkan kepada :

Ayah dan Ibu tercinta yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang yang tak pernah lekang oleh waktu dan selalu mendoakan, memberikan motivasi, bimbingan, dan kasih

sayang dengan tulus ikhlas serta mendukung dan menuntunku di setiap langkahku.

Kakekku tersayang (Alm) Sir Adi Sasmito yang mendoakanku dari tempat terindah. Semoga beliau mendapatkan tempat terindah di sisi-Nya.

Nenekku tersayang Suyati yang selalu mendoakan dan mendukungku.

(8)

commit to user

ix

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul Peningkatan Minat Membaca dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Metode Mendongeng (Story Telling) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011ini diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Banyak hambatan dijumpai dalam penyusunan skripsi ini, tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan terimakasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada semua pihak, khususnya kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. KRT. Rusdiana Indianto. M. Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kartono, M. Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Hasan Mahfud, M. Pd. selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Drs. Hadi Mulyono, M. Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

6. Drs. Sadiman, M. Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

7. Keluarga besar SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Sukoharjo membantu dalam penelitian ini.

(9)

commit to user

x

terimakasih atas semangat dan doanya selama ini.

10. Keluarga Drs. H. Mulato Budi Santoso, M.Pd dan Bapak Sutarwan terimakasih atas doa, pengalaman hidup dan pengorbanan selama ini.

11. Sahabat-sahabatku: Luluk, Nurul, Dewi, Ari dan Haidy yang menemani saat susah maupun senang.

12. Teman seperjuangan kelas “A angkatan 2007” terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

13. Almamaterku UNS Surakarta.

Disadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.

Surakarta, April 2011

(10)

commit to user

B. Identifikasi Masalah ………. 3

C. Perumusan Masalah ………. 4

b. Bentuk-bentuk Mendongeng (Story Telling) ………. 23

c. Manfaat Mendongeng (Story Telling) ……… 25

(11)

commit to user

xii

C. Kerangka Berfikir ………... 30

D. Hipotesis Tindakan ………. 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ………. 33

B. Subjek dan Objek Penelitian ……… 33

C. Sumber Data ………. 34

D. Teknik Pengumpulan Data ……… 34

E. Validitas Data ………... 36

F. Teknik Analisis Data ……….... 37

G. Indikator Kinerja …….………. 38

H. Prosedur Penelitian ………... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ………. 45

B. Deskripsi Hasil Penelitian ……….. 46

C. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ……… 71

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ……… 77

B. Implikasi ……… 77

C. Saran ………... 78

DAFTAR PUSTAKA ……… 80

(12)

commit to user

xiii

(13)

commit to user

xiv

Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 32

Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data ... 38

Gambar 3. Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 39

Gambar 4. SD Negeri Pabelan 02 Kartasura ... 45

Gambar 5. Grafik Minat Membaca Siswa Prasiklus Melalui Angket ... 47

Gambar 6. Grafik Minat Membaca Siswa Siklus I Melalui Angket ... 54

Gambar 7. Grafik Minat Membaca Siswa Siklus I Melalui Wawancara ... 56

Gambar 8. Grafik Minat Membaca Siswa Siklus I ... 57

Gambar 9. Grafik Minat Membaca Siswa Siklus II Melalui Angket ... 65

Gambar 10. Grafik Minat Membaca Siswa Siklus II Melalui Wawancara ... 67

Gambar 11. Grafik Persentase Minat Membaca Siklus II ... 69

Gambar 12. Grafik Persentase Minat Membaca Siswa Tiap Siklus ... 75

Gambar 13. Grafik Rata-rata Angket Minat Membaca SiswaTiap Siklus... 76

Gambar 14. Siswa mendongeng pada siklus I pertemuan kedua ... 139

Gambar 15. Siswa mendongeng pada siklus I pertemuan ketiga ... 139

Gambar 16. Siswa mendongeng pada siklus II pertemuan pertama ... 140

(14)

commit to user

Lampiran 6. Pedoman Penilaian Wawancara Minat Membaca Siswa ……… 99

Lampiran 7. Pedoman Wawancara Minat Membaca untuk Guru ... 100

Lampiran 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I (3) ………... 112

Lampiran 14. Analisis Angket Minat Membaca Siklus I ... 117

Lampiran 15. Angket Minat Membaca Siklus I ………... 118

Lampiran 16. Wawancara Minat Membaca dengan Siswa Siklus I …………. 121

Lampiran 17. Wawancara Minat Membaca dengan Guru Siklus I ………….. 122

Lampiran 18. Lembar Observasi Minat Membaca Siswa Siklus I …………... 123

Lampiran 19. Lembar Observasi Pembelajaran Guru Siklus I ……….. 124

Lampiran 20. Minat Membaca Siswa Siklus I ………. 126

Lampiran 21. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II (1 dan 2) ……… 127

Lampiran 22. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II (3) ……….. 131

Lampiran 23. Hasil Angket Minat Membaca Siklus II ……… 135

Lampiran 24. Angket Minat Membaca Siswa Siklus II ……… 137

Lampiran 25. Wawancara Minat Membaca dengan Siswa Siklus II ………… 139

Lampiran 26. Wawancara Minat Membaca dengan Guru Siklus II …………. 140

Lampiran 27. Lembar Observasi Minat Membaca Siswa Siklus II …………. 141

Lampiran 28. Lembar Observasi Pembelajaran Guru ……….. 142

Lampiran 29. Minat Membaca Siswa Siklus II ……… 144

Lampiran 30. Foto KBM ……….. 145

Lampiran 31. Surat Ijin Penyusunan Skripsi ……… 147

(15)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi sekarang ini, banyak menimbulkan pengaruh bagi dunia pendidikan, baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Pengaruh positif bagi dunia pendidikan adalah kemajuan IPTEK yang mendukung cepatnya arus informasi ke berbagai daerah dan pemerolehan sumber belajar yang lebih luas. Akan tetapi pengaruh negatif bagi dunia pendidikan juga besar. Pemanfaatan IPTEK yang kurang sesuai dapat menyebabkan kerusakan moral, sikap dan karakteristik seseorang. Sebagai contoh pengaruh kecil televisi. Hampir semua rumah memiliki televisi dan tidak bisa dipungkiri televisi dapat mempengaruhi sikap seseorang, seperti malas belajar, meniru adegan yang kurang sopan dan sebagainya. Hal tersebut menjadikan PR ekstra bagi para pendidik. Namun, sikap malas tersebutlah yang perlu diwaspadai.

Semakin maju/ berkembangnya suatu negara, semakin besar pula harapan yang diinginkan oleh negara tersebut. Akan tetapi, kemajuan/ berkembangnya suatu negara tanpa diikuti oleh sumber daya manusia yang berkualitas maka harapan tersebut akan sulit tercapai. Generasi penerus yang bermalas-malasan dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Sikap malas tersebut

terbawa ketika berada di dalam kelas, tidak hanya malas belajar/ mengerjakan tugas, tetapi juga malas untuk membaca. Terutama dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Pembelajaran Bahasa Indonesia mempunyai empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu : (1) membaca, (2) menyimak, (3) menulis, (4) berbicara. Keempat aspek tersebut harus dimiliki oleh siswa, karena apabila salah satu aspek tersebut tidak dimiliki oleh siswa maka akan sulit untuk mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia dan bidang studi yang lainnya.

(16)

commit to user

membaca materi pelajaran sebelumnya dan siswa yang lebih memilih bermain sediri daripada membaca teks bacaan. Selain itu kurang variatifnya penggunaan metode dan kurangnya pemberian tanggung jawab dari guru kepada siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama dalam keterampilan membaca juga melatarbelakangi rendahnya minat membaca siswa. Sarana pendukung seperti pemanfaatan perpustakaan juga berpengaruh terhadap tingginya minat membaca siswa.

Berdasarkan hasil sebaran angket yang dilakukan pada sebuah sekolah dasar di desa Pabelan Kartasura, didapatkan suatu data yang terpolakan menjadi lima kriteria minat membaca siswa, yaitu sangat tinggi 10%, tinggi 20%, sedang 43,33%, rendah 26,67% dan sangat rendah 0% (lampiran 10). Memang tidak dapat dipungkiri, kemajuan IPTEK dan dunia hiburan banyak sedikitnya menimbulkan efek negatif, salah satunya malas. Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa minat membaca siswa tergolong rendah.

Menurut H.G Tarigan (1983: 7) dalam St. Y. Slamet (2008: 66) membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/

bahasa tulis. Dengan membaca dapat diperoleh berbagai manfaat yaitu memperoleh banyak pengalaman hidup, memperkaya khasanah keilmuan, dapat memahami isi

bacaan dan masih banyak manfaat lainnya. Bagi siswa SD membaca adalah kegiatan belajar terpenting untuk dapat memperkaya ilmu. Namun, sekarang ini banyak dijumpai siswa SD yang kurang berminat untuk membaca.

(17)

commit to user

membiasakan siswa untuk mendongeng di depan kelas dan memperhatikan dongeng yang sedang disampikan di akhir pelajaran Bahasa Indonesia. Waktu yang diberikan sekitar 10-15 menit dan dongeng/ cerita disampaikan secara bergantian tanpa membawa teks bacaan.

“Bisa dikatakan bahwa dongeng/ cerita yang mengubah cara berpikir atau

merasa tentang sesuatu, mungkin juga mengubah sesuatu dalam proses pikiran-tubuh kita. Apabila kita perhatikan pendengar yang hanyut dalam sebuah cerita, kita melihat beberapa tanda penyesuaian pikiran-tubuh yang bisa diteliti seperti perbahan dalam respirasi, irama, otot, dan detak jantung.” (George W.

Burns: 2001: 30 dalam

http://episentrum.com/search/www%20pengertian%20mendongeng)

Seperti yang disampaikan George W. Burns tersebut diharapkan dengan penggunaan metode mendongeng (story telling) dapat meningkatkan minat membaca siswa SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo kelas IV

khususnya karena dongeng/ cerita mempunyai 6 kekuatan, yaitu menumbuhkan sikap disiplin, membangkitkan emosi, memberi inspirasi, memunculkan perubahan, menumbuhkan kekuatan pikiran-tubuh dan menyembuhkan.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

yang berjudul “Peningkatan Minat Membaca dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

melalui Metode Mendongeng (Story Telling) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/ 2011”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut di depan, maka identifikasi masalahnya adalah:

1. Kurangnya minat membaca siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

2. Kurangnya perhatian siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura dalam

(18)

commit to user

3. Kurangnya tuntutan tanggung jawab yang diberikan guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terhadap minat membaca siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura.

4. Metode yang digunakan guru untuk meningkatkan minat membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura masih kurang maksimal.

5. Kurang aktifnya pemanfaatan perpustakaan sekolah untuk meningkatkan minat membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka rumusan permasalahannya adalah apakah metode mendongeng (story telling) dapat meningkatkan minat membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/ 2011?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.pada siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/ 2011.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

masukan atau referensi dalam peningkatan minat membaca siswa dan menjadi inovasi dalam kegiatan pembelajaran, serta dapat digunakan sebagai referensi

(19)

commit to user 2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktisnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Bagi Siswa

Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan minat membaca siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

b. Bagi Guru

Bagi guru, penerapan metode mendongeng (story telling) dalam pembelajaran sangat jarang dilakukan, sehingga hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan merencanakan dan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda untuk dapat meningkatkan minat membaca.

c. Bagi Sekolah

Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman pada guru-guru lain sehingga dapat memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan pendekatan yang inovatif dalam pembelajaran guna meningkatkan minat membaca, bahkan minat belajar.

d. Bagi Peneliti

Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi batu loncatan guna mengadakan penelitian lanjutan dan dapat menerapkan

pendekatan inovatif ini secara berkesinambungan dan lebih konsisten sebagai salah satu cara meningkatkan minat membaca bahkan minat belajar peserta didik.

e. Bagi Orang Tua/ Wali Murid

(20)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A.Kajian Pustaka

1. Minat Membaca

a. Hakikat Minat

Minat membaca terdiri dari dua kata yakni minat dan membaca, dua kata ini beda arti, untuk itu penulis akan mendefinisikan satu persatu, sebagai berikut:

Minat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah keinginan. Sedangkan minat menurut Crow dan Crow (1989: 303) dalam Sumanto (2004: 56) minat atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda dan kegiatan. Menurut Slameto(2003: 180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

Dalam Ensiklopedi Indonesia IV (1998: 2252) dalam Sumanto

(2004: 56), minat diartikan sebagai kecenderungan untuk bertingkah laku yang terarah kepada objek kegiatan atau pengalaman tertentu. Whitterington

(1985: 135) berpendapat bahwa “Minat adalah kesadaran seseorang bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau situasi mengandung sangkut paut

dengan dirinya”. Menurut Guilford dalam

(21)

commit to user

dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang.

Hal senada diungkapkan oleh Winkel, W. S. (1985: 31) yang mendefinisikan minat sebagai suatu perasaan pernyataan psikis yang menunjukkan adanya pemusatan perhatian terhadap suatu objek, karena objek tersebut menarik dirinya. Meichati dalam http://mathedu-unila.blogspot.com/2009/10/pengertian-minat.html mengartikan minat

sebagai perhatian yang kuat, intensif dan menguasai individu secara mendalam untuk tekun melakukan suatu aktivitas. Aspek minat terdiri dari

aspek kognitif dan aspek negatif. Aspek kognitif berupa konsep terhadap suatu objek dan berpusat pada manfaat dari objek tersebut. Aspek afektif nampak dalam rasa suka atau tidak senang dan kepuasan pribadi terhadap objek tersebut. Lebih lanjut Super & Crites dalam Sukar (2007: 53) menggolongkan minat menjadi empat jenis atas dasar perbedaan dalam mendapatkan data. Keempat golongan tersebut adalah : (1) Expressed interest yaitu pernyataan senang atau tidak senang dari subjek terhadap objek, baik berupa tingkah laku atau aktifitas maupun pekerjaan. (2) Manifested interest yaitu yang diwujudkan dengan adanya partisipasi terhadap suatu tindakan atau pekerjaan. (3) Tested interest yaitu minat yang diwujudkan atau diketahui dari hasil tes objektif. (4) Inventoried interest yaitu perwujudan minat yang diketahui melalui daftar isian dengan butir-butir yang tersusun.

Minat merupakan hasil proses belajar dan pengalaman, kemudian dalam diri seseorang dapat mengalami perubahan. Berkaitan dengan hal tersebut, Dimyati Mahmud dalam http://www.bimba-aiueo.com/index.php?option=com_content&view=article&id=221:pengertia

n-minat&catid=54:artikel&Itemid=76 mengungkapkan bahwa minat sebagai akibat dari pengalaman efektif yang distimulir oleh hadirnya seseorang atau suatu objek atau karena berpartisipasi dalam suatu aktivitas. Oleh karena itu,

(22)

commit to user

Pendapat tersebut lebih diperkuat lagi oleh Elizabeth B. Hurlock (1978: 422) bahwa minat tidak dibawa sejak lahir melainkan merupakan hasil dari pengalaman belajar. Minat akan muncul secara otomatis, akan tetapi dalam perkembangannya perlu ditimbulkan. Minat dapat dibina dengan proses pengalaman dan sebagian besar kehidupan seseorang akan diisi dengan minat yang dimiliki. Ia akan lebih peka terhadap hal-hal yang diminatinya. Jadi, apabila anak berminat terhadap sesuatu anak tersebut dapat tenggelam dalam kegiatan yang dilakukan walaupun hanya dengan rangsangan yang sangat lemah dan atau pengalaman-pengalaman dari suatu aktivitas dapat menimbulkan minat, meski pada awalnya minat terhadap aktivitas tersebut belum ada. Sebagai contoh ketika seorang anak yang mendapatkan tugas untuk mencari suatu bacaan, baik fiksi maupun non fiksi dan disuruh untuk meresensi atau menanggapi bacaan tersebut, akhirnya lama kelamaan berhasil. Hingga kegiatan membaca tersebut menjadi suatu kebiasaan.

Menurut Kurt Franz/ Berhard Miere (1983: 9) minat timbul atau muncul tidak secara tiba-tiba, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja, dengan kata lain,

minat dapat menjadi penyebab kegiatan dan penyebab partisipasi dalam kegiatan.

Menurut Lauw (1992) dalam

http://bintangbangsaku.com/artikel/2008/06/minat-2.html minat mengandung unsur-unsur kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan konasi (kehendak). Oleh sebab itu, minat dapat dianggap sebagai respon yang sadar, sebab kalau tidak demikian, minat tidak akan mempunyai arti apa-apa.

(23)

commit to user

diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan suatu kegiatan, termasuk kegiatan pembelajaran seperti membaca.

Hans E. Geihrl (1972) dalam Kurt Franz/ Bernhard Meier (1983: 8) merincikan tiga rangsangan dasar minat membaca, yaitu (1) membaca merupakan keinginan untuk menangkap dan menghayati sesuatu yang terjadi di dunia, (2) membaca berasal dari hasrat untuk mengatasi atau setidaknya melonggarkan keterikatan manusia, (3) membaca untuk mencari ketaraturan dan bentuk, mencari apa arti dan makna kehidupan manusia.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan jiwa yang relative menetap kepada diri seseorang dan biasanya disertai dengan perasaan senang dan tentunya minat bukan berasal dari genetika tetapi berasal dari pengalaman belajar.

b. Hakikat Membaca

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis (H.G. Tarigan, 1983: 7 dalam St. Y. Slamet, 2008: 66). Eddie C. Kennedy (1981: 5) mengungkapkan

reading is the ability of an individual to recognize a visual form, associate the form with a sound and/ or meaning acquired in the past, and, on the basis

of past experience, understand and interpret its meaning”. Membaca merupakan suatu keterampilan individu untuk mengenali suatu bentuk visual, menghubungkan bentuk dengan suara dan atau makna untuk memahami dan mentafsirkan maknanya.

(24)

commit to user

penafsiran, dan penilaian terhadap gagasan-gagasan yang berkenaan dan berbobot mental ataupun kesadaran total dari pembaca.

Tampubolon (1993) dalam

http://mathedu-unila.blogspot.com/2009/10/pengertian-membaca.html menjelaskan pada hakekatnya membaca adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan. Walaupun dalam kegiatan itu terjadi proses pengenalan huruf-huruf .

1) Dikatakan kegiatan fisik, karena bagian-bagian tubuh khususnya mata, yang melakukannya.

2) Dikatakan kegiatan mental karena bagian-bagian pikiran, khususnya persepsi dan ingatan, terlibat didalamnya.

Dari defenisi ini, kiranya dapat dilihat bahwa nenemukan makna dari bacaan (tulisan) adalah tujuan utama membaca dan bukan mengenali huruf-huruf.

Senada dengan pendapat Tampubolon, Juel C. dalam http://mathedu-unila.blogspot.com/2009/10/pengertian-membaca.html mengartikan membaca sebagai proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata

dalam kalimat dan struktur bacaan. Hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang mampu membuat intisari dari bacaan.

Diperjelas oleh pendapat Smith dalam http://mathedu-unila.blogspot.com/2009/10/pengertian-membaca.html bahwa membaca merupakan suatu proses membangun pemahaman dari teks yang tertulis. Menurut Burn, Roe dan Ross (1984) dalam http://mathedu-unila.blogspot.com/2009/10/pengertian-membaca.html membaca adalah proses berfikir, maksudnya adalah ketika seseorang sedang membaca, maka seseorang tersebut akan mengenali kata yang memerlukan interpretasi dari simbol-simbol grafis.

(25)

commit to user

aktif sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri sehingga dapat menemukan makna tulisan dan memperoleh informasi sebagai proses transmisi pemikiran untuk mengembangkan intelektualitas dan pembelajaran sepanjang hayat (life-long learning).

Dapat disimpulkan bahwa pengertian minat membaca adalah aspek psikologi seseorang yang menampakkan diri dalam beberapa gejala, seperti : kesadaran, keinginan/ kemauan, perhatian dan perasaan suka untuk melakukan proses perubahan tingkah laku melalui kegiatan fisik dan mental, yang menuntut seseorang untuk menginterpretasikan simbol-simbol tulisan dengan aktif sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri sehingga dapat menemukan makna tulisan dan memperoleh informasi sebagai proses transmisi pemikiran untuk mengembangkan intelektualitas dan pembelajaran sepanjang hayat (life-long learning).

c. Pentingnya Minat Membaca

Minat membaca berpengaruh besar terhadap kesuksesan anak sehingga perlu ditumbuhkan sejak dini. Menurunnya minat membaca siswa sekarang ini perlu adanya perhatian yang lebih. Kebanyakan siswa

menganggap membaca itu membosankan dan kurangnya kesadaran bahwa membaca mempunyai banyak manfaat. Dalam sebuah jurnal pendidikan dari

www.macrothink.org / ije dikemukakan oleh Evan T. Ortlieb bahwa “If this lack of interest remains for even a short period of time, many students will no

longer want to read. Reading will not be a fun activity, instead, it will be

(26)

commit to user

Mary Leonhart (1997) mengemukaan sepuluh alasan pentingnya menumbuhkan minat baca pada anak, yaitu:

1) anak-anak harus gemar membaca agar dapat membaca dengan baik; 2) anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang lebih

tinggi;

3) membaca akan memberikan wawasan yang lebih beragam sehingga belajar apa pun terasa lebih mudah;

4) hanya anak-anak yang gemar membaca yang unggul dalam berbagai pelajaran dan ujian;

5) kemampuan membaca dapat mengatasi rasa tidak percaya diri anak terhadap kemampuan akademiknya karena akan mampu menyelesaikan tugas hanya dengan sedikit waktu;

6) minat membaca akan memberikan beragam perspektif pada anak melalui beragam pandangan dari para penulis sehingga anak terbiasa memandang suatu masalah dari berbagai sisi;

7) membaca membantu anak memiliki rasa kasih sayang, karena anak akan menemukan beragam pola kehidupan dan cara menyelesaikan masalah

tersebut secara wajar;

8) anak yang gemar membaca dihadapkan pada dunia yang penuh dengan

kemungkinan dan kesempatan;

9) anak yang gemar membaca akan mampu mengembangkan pola berpikir kreatif dalam diri mereka; dan

10) kecintaan membaca adalah salah satu kebahagiaan utama dalam hidup, karena membaca merupakan rekreasi jiwa.

Sedangkan menurut Suprapto, S. St dalam blog nya

(27)

commit to user

sosial, politik dan lainnya. Bisa digambarkan bahwa bangsa-bangsa maju dan modern yang berhasil menemukan teknologi yang canggih, semua itu berawal dari strongly habit membaca yang pada gilirannya akan melahirkan para ilmuwan dalam berbagai bidang.

Sumber daya manusia yang berkualitas dan unggul tersebut, pada umumnya dekat dengan bahan bacaan baik cetak maupun elektronik sehingga membaca sudah menjadi bagian dari hidup dan menjadi suatu kebiasaan. Dengan demikian sangatlah penting menumbuhkan minat membaca pada anak.

Daisy Marvel Jones (1971: 54) mengemukakan pentingnya membaca adalah “the following generalizations may give the observant teacher food for thought when she is tempted to plunge ahead for purposes of getting all

children reading, keeping up with the other classes, satisfying parent

expectations, or attaining scores on competitive examinations”. Intinya, membaca itu penting untuk memberi pengetahuan kepada anak, mewujudkan harapan orang tua ataupun mencapai nilai dalam ujian kompetensi.

Menurut Dwi Sunar P. (2008: 57) membaca telah merangsang otak

untuk melakukan olah pikir memahami makna yang terkandung dalam rangkaian simbol-simbol (tulisan), mendapat informasi baru (pengetahuan),

dan hiburan. Bertolak pada manfaat membaca itulah, muncul suatu gagasan bahwa menumbuhkan minat membaca itu penting.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan betapa pentingnya menumbuhkan minat membaca pada anak, karena dengan membaca akan diperoleh bebarapa manfaat, diantaranya : (1) memperoleh pengetahuan, (2) memberikan perspektif atau pandangan, (3) menumbuhkan kasih sayang, (4) mengembangkan pola berpikir kreatif, dan (5) hiburan.

d. Aspek-aspek Minat Membaca

1) Kesadaran

(28)

commit to user

akan mengantarkan anak untuk mencari dan bertindak untuk memperoleh hasil yang maksimal, sehingga anak akan memperoleh kepuasan dalam pemenuhan kebutuhannya. Kepuasan ini akan selalu diulang-ulangnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutjipto (2001) dalam http://mathedu-unila.blogspot.com/2009/10/pengertian-minat.html menjelaskan bahwa minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, orang, masalah, atau situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya, minat harus dipandang sebagai sesuatu yang sadar. Karenanya minat merupakan aspek psikologis seseorang untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan mendorong yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Jadi, karena merasa ada sesuatu yang kurang dalam dirinya, ada kebutuhan yang harus dipenuhi dalam dirinya, maka dengan kesadaran yang tinggi anak akan berusaha untuk membaca. Kondisi seperti ini lama-kelamaan akan menjadi kebiasaan yang mantap pada diri anak. Tanpa disadarinya dalam diri anak akan terbentuk minat membaca pula, yang akan memacu anak untuk meningkatkan kemampuan membacanya.

2) Kemauan

Kartini Kartono (1996: 104) berpendapat bahwa “kemauan adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu, yang dikendalikan oleh pertimbangan-pertimbangan akal budi”.

Tampubolon (1993) dalam

http://mathedu-unila.blogspot.com/2009/10/pengertian-minat.html mengemukakan bahwa minat adalah perpaduan antara keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi.

(29)

commit to user

anak yang masih dalam proses belajar, kemauan-kemauan ini harus selalu ditimbulkan karena aktivitas yang dilaksanakan berdasarkan perintah internalnya akan membuahkan hasil yang lebih baik dan lebih mendalam. Kemauan-kemauan yang selalu dipupuk secara terus-menerus akan membentuk suatu sikap yang positif pada diri anak. Kemauan anak mempunyai hubungan yang erat dengan minat yang dimiliki anak. Minat yang telah dimiliki anak menjadi penyebab anak mempunyai aktivitas. Dengan kemauan, anak dapat mengembangkan dirinya sendiri dan mempunyai sikap untuk berinisiatif sendiri untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan hasil yang memuaskan.

3) Perhatian

Menurut Crow & Crow (1984) dalam http://mathedu-unila.blogspot.com/2009/10/pengertian-minat.html menjabarkan bahwa minat dapat menunjukkan kemampuan untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau kegiatan atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri. Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan hasil dari turut sertanya dalam

kegiatan tersebut.

Witherington (1985) berpendapat bahwa “perhatian adalah

aktivitas yang vital dalam pendidikan”. Sebab pada saat anak

(30)

commit to user

minat terhadap sesuatu, terhadap obyek itu biasanya timbul perhatian

yang spontan secara otomatis”.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa minat dan perhatian ada kaitannya yang saling mendukung dan saling mengisi sebagai modal penting dalam aktivitas membaca anak.

4) Perasaan Senang

Winkel (1985: 90) berpendapat bahwa minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan rasa senang berkecimpung dalam bidang itu.

Ginting (2005) dalam

http://mathedu-unila.blogspot.com/2009/10/pengertian-minat.html menjelaskan, minat berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik, lebih jauh lagi minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang.

Menurut pendapat tersebut di atas, dapat ditarik simpulan bahwa

minat merupakan motor penggerak psikis di mana minat menimbulkan rasa senang. Dalam hal ini rasa senang merupakan sikap positif bagi

(31)

commit to user

untuk membaca, sehingga aktivitas membaca yang dilakukan anak akan berjalan dengan lancar dan berhasil dengan memuaskan.

Dengan demikian minat yang dimiliki anak merupakan modal yang tidak dapat diabaikan dalam kegiatan membaca. Minat merupakan aktivitas yang penuh dengan kesadaran, kemauan, perhatian, dan rasa senang yang merupakan perpaduan antara satu dengan yang lain, di mana ada keterkaitan yang tidak terpisahkan.

e. Faktor Pendorong Minat Membaca

Dalam menumbuhkan/ meningkatkan minat membaca siswa perlu juga diperhatikan faktor-faktor yang dapat mendorong/ memicu tumbuhnya minat membaca. Banyak faktor yang dapat mendorong tumbuh/ meningkatnya minat membaca. Dalam sebuah jurnal pendidikan dari www.macrothink.org / ije dikemukakan oleh Vasques (2010) dalam Evan T.

Ortlieb bahwa “children read everything is interesting to them.. Furthermore, researchers have found that varied media and method assist in literacy

development. Anak-anak membaca apapun yang menarik bagi mereka. Selain itu, para peneliti telah menemukan bahwa media dan metode yang bervariasi

membantu dalam pengembangan literature.

Pendapat tersebut didukung oleh BAPUSIPDA Jawa Barat dalam

web nya (http://bapusipda.jabarprov.go.id/?action=News&page=4&id=91) yaitu :

1) Rasa ingin tahu yang tinggi atas fakta, teori, prinsip, pengetahuan, dan informasi.

2) Keadaan lingkungan fisik yang memadai, dalam arti tersedianya ahan bacaan yang menarik, berkualitas dan beragama,

3) Keadaan lingkungan sosial yang lebih kondusif, maksudnya adalah iklim yang selalu dimanpaatkan dalam waktu tertentu dalam waktu membaca,

(32)

commit to user

5) Berprinsip hidup bahwa membaca merupakan kebutuhan rokhani. faktor-faktor tersebut dapat terpelihara melalui sikap-sikap, bahwa dalam diri tertanam komitmen membaca memperoleh keuntungan ilmu pengetahuan, wawasan/ pengalaman dan kearifan.

Purves dan Beach dalam Sukar (2007: 55) mengemukakan adanya dua kelompok besar yang mempengaruhi minat membaca anak, yaitu faktor personal dan institusional.

1) Faktor personal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri anak, yaitu meliputi usia, jenis kelamin, inteligensi, kemampuan membaca, sikap dan kebutuhan psikologis.

2) Faktor institusional

Faktor institusional adalah faktor-faktor di luar diri anak, yaitu meliputi ketersediaan jumlah buku-buku bacaan dan jenis-jenis bukunya, status sosial ekonomi orang tua dan latar belakang etnis, pengaruh orang tua, guru dan teman sebaya anak.

Faktor yang mempengaruhi minat membaca lebih diperinci oleh Dawson dan Bamman (1990: 165) dalam Sumanto (2004: 63) yaitu :

1) Faktor Psikologis

Minat membaca akan meningkat jika kebutuhan dasar anak (rasa aman,

status dan kedudukan tertentu, keputusan efektif dan kebebasan) lewat bahan-bahan bacaan (topik, isi, pokok persoalan, tingkat kesulitan dan cara penyajian) terpenuhi sesuai dengan kenyataan individunya dan tingkat perkembangannya.

2) Faktor Sosiologis

Faktor sosiologis meliputi :

a) Minat membaca dipengaruhi oleh kondisi atau status sosial, ekonomi keluargamasing-masing anak. Hal ini akan mempengaruhi tersedianyasarana buku bacaan di dalam lingkungan keluarga.

(33)

commit to user 3) Faktor Kurikuler

Faktor kurikuler meliputi :

a) Tersedianya sarana perpustakaan sekolah yang relatif lengkap dan sempurna.

b) Pelaksanaan pelajaran membaca secara intensif dan ekstensif.

c) Kegiatan belajar mengajar yang memberi kesempatan pada anak untuk bertukar pengalaman, diskusi, dan sumbang saran serta saling mempengaruhi dalam hal pemilihan bahan bacaan.

4) Faktor Pendidik

Faktor pendidik yang berupa kemampuan mengelola kegiatan dan interaksi belajar, khususnya dalam program pengajaran membaca, kejelian guru dalam memperhatikan selera dan minat membaca anak akan mendorong pembinaan, pengembangan dan peningkatan minat membaca.

5) Faktor Jenis Kelamin

Faktor jenis kelamin secara psikkologis juga dapat mendorong minat membaca anak.

Mengacu pada uraian di atas, secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi minat membaca dapat dibagi menjadi dua : (a) faktor internal

yaitu : faktor psikologis dan faktor jenis kelamin; (b) faktor eksternal yaitu faktor sosiologis, faktor kurikuler dan faktor pendidik.

f. Minat Membaca di SD

(34)

commit to user

Dalam pembahasan ini akan lebih ditekankan pada keterampilan membaca. Membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis (H.G Tarigan, 1983: 7) dalam St. Y. Slamet (2008: 66). Dengan demikian diketahui bahwa keterampilan membaca sangatlah penting untuk mendukung keterampilan yang lain dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Di sekolah dasar, baik mulai dari kelas satu hingga kelas enam akan dijumpai keterampilan membaca pada setiap standar kompetensi yang hendak dicapai. Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa membaca sangat penting dan sangat bermanfaat bagi peserta didik. Mari kita simak bersama standar kompetensi keterampilan membaca pada kelas IV SD.

Tabel 1. Standar Kompetensi Pembelajaran Bahasa Indonesia (Model Silabus Kelas IV: 2008)

(35)

commit to user

Keterampilan membaca akan tercapai dengan maksimal tentunya apabila peserta didik mempunyai ketertarikan atau kesenangan dalam kegiatan membaca. Akan tetapi, seperti yang banyak kita jumpai pada siswa sekarang ini rata-rata rasa ketertarikan dan kesenangan siswa untuk membaca sangat jarang kita temui, terutama dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Dengan kata lain, minat membaca siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sekarang ini rendah.

g. Cara Pengukuran Minat Membaca

Menurut Syaifuddin Azwar (2010: 5) macam-macam alat pengukuran dalam psikologi yang dapat digunakan untuk mengukur minat adalah skala, angket (kuesioner), pengamatan (observasi) dan wawancara (interview). Dipertegas oleh Neong Muhadjir (1992: 75) pengukuran minat dapat dilakukan dengan angket (kuesioner), observasi dan wawancara.

Nurkancana dan Sumartana dalam

http://qym7882.blogspot.com/2009/03/metode-pengukuran-minat.html

mengemukakan pengukuran minat membaca dapat dilakukan dengan empat metode berikut:

1) Observasi

Pengukuran minat dengan metode observasi mempunyai satu

keuntungan karena dapat mengamati dalam kondisi yang wajar, jadi tidak dibuat-buat. Observasi dapat dilakukan dalam setiap situasi dan pencatatan hasil-hasil observasi dapat dilakukan selama observasi berlangsung.

2) Interview

(36)

commit to user 3) Angket atau kuesioner

Angket atau kuesioner jauh lebih efisien dalam penggunaan waktu, isi pertanyaan dalam kuesioner pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan pertanyaan dengan interview.

4) Inventori

Inventori adalah suatu metode untuk mengadakan pengukuran sejenis kuesioner, perbedaannya dalam kuesioner responden menulis jawaban yang relativf panjang, sedangkan inventori responden memberi jawaban dengan memberi tanda cek, lingkaran atau tanda yang lain yang berupa jawaban-jawaban singkat.

Dengan demikian metode pengukuran yang dapat digunakan dalam pengukuran minat membaca adalah (1) angket/ kuesioner, (2) wawancara/ interview, (3) pengamatan/ obervasi, dan (4) inventori.

2. Metode Mendongeng (Story telling)

a. Metode Mendongeng (Story telling)

Metode mendongeng atau dalam Bahasa Inggris story telling

merupakan cara interaktif antar dua orang atau lebih dengan menyampaikan pesan-pesan, yaitu pesan pendidikan, keteladanan, dan kepahlawanan Nuraini

(2010) dalam www.fedus.org. Menurut Kusumo Priyono (2006: 1) mendongeng merupakan berkomunikasi dan merekam peristiwa-peristiwa kehidupan mereka secara bertutur turun-temurun jauh sebelum munculnya peninggalan tertulis ataupun buku.

(37)

commit to user

Menurut Handayu (2001) dalam Denok Wijayanti (2007: 26), mendongeng adalah salah satu bentuk atau cara yang dilakukan dalam upaya menjalin komunikasi dalam pendidikan anak. Mendongeng merupakan salah satu cara untuk mengungkap kemampuan berbicara siswa yang bersifat pragmatis. Agar dapat bercerita, paling tidak ada dua hal yang dituntut untuk dikuasai siswa, yaitu unsur linguistik (bagaimana cara bercerita, bagaimana memilih bahasa) dan unsur "apa" yang diceritakan. Ketepatan, kelancaran, dan kejelasan cerita akan menunjukkan kemampuan berbicara siswa.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode mendongeng (story telling) adalah suatu cara interaktif antara dua orang atau lebih dengan tujuan membagikan pengalaman, pengetahuan dan pesan-pesan lainnya kepada orang lain serta menuntut adanya keterlibatan mental.

b. Bentuk-bentuk Mendongeng (Story telling)

Dalam mendongeng, banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mendukung pelaksanaannyadan banyak pula macamnya. Menurut Raja Dongeng Indonesia, Kusuma Priyono (2006: 16) mendongeng (story telling) dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Mendongeng tanpa alat peraga

Mendongeng tanpa alat peraga deperti yang dilakukan oleh seorang

nenek kepada cucunya, ataupun seorang ibu kepada anaknya ketika menjelang tidur sebagai wujud kasih sayang.

2) Mendongeng dengan alat peraga

Pendongeng bisa mengunakan buku cerita bergambar, sambil memainkan boneka, atau dibantu oleh fragmen, tergantung pada kreativitas pendongeng.

(38)

commit to user 1) Mendongeng menggunakan buku,

2) Mendongeng menggunakan boneka tangan, 3) Mendongeng menggunakan boneka utuh, 4) Mendongeng menggunakan flipchart lepas, 5) Mendongeng menggunakan flipchart ring, 6) Mendongeng menggunakan power point, 7) Mendongeng menggunakan kain,

8) Mendongeng menggunakan kantong kresek, 9) Mendongeng menggunakan benda-benda, 10) Mendongeng menggunakan gambar langsung, 11) Mendongeng menggunakan binatang hidup, 12) Mendongeng menggunakan barang bekas, 13) Mendongeng menggunakan komik,

14) Mendongeng menggunakan gerak jari-jari tangan, 15) Mendongeng menggunakan gitar,

16) Mendongeng menggunakan perkusi, 17) Mendongeng menggunakan seruling,

18) Mendongeng menggunakan wayang, dan lain-lain.

Lebih terperinci lagi penggolongan yang dilakukan oleh seorang

Dosen UIN Pekanbaru, Hermaningsih dalam web-nya (http://bintangbangsaku.com) menggolongkan bentuk metode mendongeng (stor ytelling) menjadi lima besar, yaitu :

1) mendongeng tanpa alat peraga, hanya mengandalkan kemampuan verbal orang yang memberikan cerita,

2) mendongeng dengan menggunakan alat peraga seperti boneka, gambar, atau benda peraga dll,

3) mendongeng dengan menggunakan buku cerita,

(39)

commit to user

Dengan demikian dapat disimpulkan bentuk-bentuk story telling dapat digolongkan menjadi dua, yaitu mendongeng tanpa alat bantu dan mendongeng dengan alat bantu, baik alat peraga, alat music maupun alat bantu lainnya yang bersifat audio, visual, dan audio-visual.

c. Manfaat Mendongeng (Story telling)

Banyak orang meremehkan metode yang sederhana ini. Pada umumnya mereka menganggap mendongeng itu tidak ada gunanya, membosankan dan membuang-buang waktu. Namun sebenarnya banyak manfaat yang terkandung dalam metode mendongeng (story telling) ini. Manfaat mendongeng (story telling) menurut Hirmaningsih dalam web-nya http://bintangbangsaku.com adalah (1) mengembangkan fantasi dan kreativitas, (2) mengasah kecerdasan, (3) menumbuhkan minat, (4) membangun kedekatan dan keharmonisan, dan (5) media pembelajaran imajinatif. Sedangkan manfaat dari dongeng itu sendiri adalah untuk (1) mengasah daya pikir dan imajinasi, (2) menanamkan berbagai nilai dan etika, dan (3) menumbuhkan minat membaca.

Hal senada juga disampaikan oleh Kusumo Priyono (2006:15) yaitu :

1) Dapat merangsang dan menumbuhkan imajinasi dan daya fantasi anak secara wajar,

2) Mengembangkan daya penalaran sikap kritis serta kreatif,

3) Mempunyai sikap kepedulian terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa, 4) Dapat membedakan perbuatan yang baik dan perlu ditiru dengan yang

buruk dan tidak perlu dicontoh,

5) Punya rasa hormat dan mendorong terciptanya kepercayaan diri dan sikap terpuji pada anak-anak.

Sedangkan menurut Sudarmadji (2010: 5) mendongeng dapat bermanfaat sebagai :

(40)

commit to user 4) Pendidikan emosi,

5) Membantu proses identifikasi diri dan perbuatan, 6) Memperkaya pengalaman batin,

7) Hiburan dan penarik perhatian.

Metode mendongeng (story telling) menurut Nuraini dalam www.fedus.org mempunyai beberapa manfaat, diantaranya adalah :

1. Penceritaan mengembangkan kemampuan menyimak dan mendengar aktif pada diri anak.

2. Melalui dongeng dapat meningkatkan daya imajinasi anak, kemampuan sosial dan kognitif.

3. Penceritaan mengembangkan sikap positif anak terhadap buku dan membaca. Pencerita pun menjelaskan buku apa yang dibacanya sebagai sumber cerita yang disampaikannya.

4. Penceritaan membantu anak untuk mengembangkan sebuah sistem nilai etika, moral, hormat pada orang tua dan cinta tanah air.

5. Melalui penceritaan, anak-anak dapat belajar empati, dalam arti menempatkan diri pada posisi orang lain, mengembangkan kepedulian,

serta memahami keterkaitannya dengan orang lain dalam dunia bersama.

Bisa dikatakan bahwa cerita, yang mengubah cara kita berpikir atau merasa tentang sesuatu, mungkin juga mengubah sesuatu dalam proses pikiran-tubuh kita. Apabila kita perhatikan pendengar yang hanyut dalam sebuah cerita, kita melihat beberapa tanda penyesuaian pikiran-tubuh yang bisa diteliti seperti

perubahan dalam respirasi, irama otot, dan detak jantung” (George W.Burns,

2001:30) dalam

http://episentrum.com/search/www%20pengertian%20mendongeng.

George W. Burns dalam

http://episentrum.com/search/www%20pengertian%20mendongeng.

mengemukakan ada beberapa kekuatan cerita :

(41)

commit to user

4) Kekuatan cerita untuk memunculkan perubahan.

5) Kekuatan cerita untuk menumbuhkan kekuatan pikiran-tubuh. 6) Kekuatan cerita untuk menyembuhkan.

Lebih detailnya, manfaat mendongeng bagi anak-anak dijabarkan oleh Andi Yudha (2009: 28-73) yaitu sebagai berikut :

1) Media komunikasi yang menarik perhatian anak, 2) Mampu melatih daya konsentrasi anak,

3) Cara belajar yang menyenangkan, 4) Mengajak anak-anak ke alam fantasi, 5) Melatih anak berasosiasi,

6) Mengasah kreativitas anak, 7) Media bersosialisasi,

8) Memupuk rasa keindahan, kehalusan budi, ketulusan, dan kasih sayang, 9) Membangkitkan keharuan dan kepekaan,

10) Media komunikasi, baik dengan dirinya maupun orang lain, 11) Merangsang jiwa petualang anak,

12) Pemicu daya kritis dan curiosity anak,

13) Melatih berpikir sistematis, 14) Pengantar tidur anak,

15) Jendela pengalaman bermakna bagi anak, 16) Media rekreasi atau hiburan,

17) Alternatif pengobatan tanpaobat, 18) Melatih kemampuan bahasa anak, 19) Menggiring anak menyukai buku,

20) Memancing anak berekspresi lewat tulisan dan gambar,

21) Dapat memacu dan memicu kreativitas (multiple intelegences) anak, dan sebagainya.

(42)

commit to user

mendongeng (story telling), tidak dapat dipungkiri bahwa penerapan dalam kegiatan pembelajaran akan sangat dinantikan. Akan tetapi perlu diingat bahwa mendongeng dengan ceramah adalah berbeda.

d. Faktor Metode Mendongeng (Story telling)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum mendongeng menurut Sudarmadji (2010) antara lain :

1) Pemilihan tema dan judul yang tepat

Seorang pakar psikologi pendidikan bernama Charles Buhler mengatakan bahwa anak hidup dalam alam khayal. Anak-anak menyukai hal-hal yang fantastis, aneh, yang membuat imajinasinya “menari-nari”. Bagi anak-anak, hal-hal yang menarik, berbeda pada setiap tingkat usia, misalnya:

a) Di bawah usia 4 tahun, anak menyukai dongeng fabel dan horor, seperti: Si Kancil, Anak ayam yang Manja, Nenek Sihir, Raksasa yang menyeramkan dan sebagainya.

b) Usia 4-8 tahun, anak-anak menyukai dongeng jenaka, tokoh pahlawan/hero dan kisah tentang kecerdikan, seperti; Perjalanan ke

planet Biru, Robot Pintar dan sebagainya.

c) Usia 8-12 tahun, anak-anak menyukai dongeng petualangan fantastis

rasional (sage), seperti: Persahabatan si Pintar dan si Pikun, Karni Juara Menyanyi dan sebagainya.

2) Waktu Penyajian

Dengan mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa, rentang konsentrasi dan daya tangkap anak, maka para ahli dongeng menyimpulkan sebagai berikut:

a) Di bawah usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7 menit. b) Usia 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10-15 menit. c) Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit.

(43)

commit to user

dirangsang oleh penampilan pencerita yang sangat baik, atraktif, komunikatif dan humoris.

3) Suasana (situasi dan kondisi)

Suasana disesuaikan dengan acara/ peristiwa yang sedang atau akan ber langsung, seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, ulang tahun, pisah sambut anak didik, peluncuran produk, pengenalan profesi, program sosial dan lain-lain, akan berbeda jenis dan materi ceritanya. Pendidik dituntut untuk memperkaya diri dengan materi cerita yang disesuaikan dengan suasana. Jadi selaras materi cerita dengan acara yang diselenggarakan, bukan satu atau beberapa cerita untuk segala suasana.

Sedangkan menurut Andi Yudha (2010: 88) tekniknya adalah (1) mengenali audiens, (2) memilih cerita atau dongeng, baik dari tema, alur maupun jenis dongeng, (3) menyesuaikan dongeng dengan usia, (4) waktu mendongeng, (5) penciptaan suasana, (6) tempat mendongeng, (7) memberi perhatian kepada audiens, dan (8) penggunaan media.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada

banyak hal yang harus diperhatikan sebelum mendongeng, yaitu (1) tema atau judul, (2) waktu, (3) suasana, (4) audiens, (5) tempat, dan (6)

penggunaan media atau alat peraga.

B. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai dengan substansi yang diteliti. Fungsinya untuk memposisikan peneliti yang sudah ada

dengan penelitian yang akan dilakukan.

Menurut peneliti ada beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan

penelitian ini, diantaranya adalah :

(44)

commit to user

Penguasaan Struktur Bahasa dan Minat Membaca dengan Kemammpuan Membaca Pemahaman Siswa SD Kelas V di Kebumen.

Berdasarkan penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa (a) terdapat hubungan positif antara penguasaan struktur bahasa dan kemampuan membaca pemahaman; (b) ada hubungan positif antara minat membaca dan kemampuan membaca pemahaman; (c) ada hubungan positif antara penguasaan struktur bahasa dan minat membaca secara bersama-sama dengan kemampuan membaca pemahaman. Perbedaaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitiannya antara penelitian korelasional dengan penelitian tindakan kelas.

2. Abdullah Mufridun (2010) dalam Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret dengan judul Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Bercerita Cerita Rakyat Kelas V SD Negeri Sragen 2 Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2008/ 2009.

Berdasarkan penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa keterampilan berbicara siswa dapat ditigkatkan melalui bercerita cerita rakyat pada siswa kelas V SD Negeri Sragen 2 Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. Perbedaan dengan

penelitian ini adalah variabel yang akan ditingkatkan.

C. Kerangka Berpikir

(45)

commit to user

minat membaca siswa. Selain itu, pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) menyebabkan siswa menjadi pasif dan mengalami kejenuhan dalam kegiatan pembelajaran. Bermula dari kejenuhan itulah, siswa mulai melakukan penyimpangan-penyimpangan perilaku ketika proses pembelajaran berlangsung, misalnya ramai, mengantuk bahkan tidur yang sedikit banyaknya konsentrasi dan minat siswa dalam kegiatan pembelajaran berkurang. Dengan demikian, minat membaca siswa pun ikut berkurang atau menurun. Oleh karena itu, perlu perbaikan pembelajaran dan peningkatan minat membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa tersebut.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu adanya suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan minat membaca siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Dengan menggunakan metode mendongeng (story telling) diharapkan dapat membantu meningkatkan minat membaca siswadalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Metode mendongeng (story telling) mempunyai beberapa manfaat baik dari segi kebahasaan, segi kecerdasan maupun segi hiburan. Melalui kolaborasi antara peneliti dan guru kelas, metode mendongeng (story telling) akan diterapkan dengan menggunakan Siklus I dan apabila masih perlu dilakukan

tindakan kembali dilanjutkan dengan Siklus II. Kedua siklus tersebut melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/ observasi, dan refleksi, dengan indikator

kinerja 75% siswa mempunyai minat membaca di atas 3,01.

Pada kondisi akhir, hasil yang dapat diperoleh adalah dengan metode mendongeng (story telling) dapat meningkatkan minat membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Sukoharjo.

(46)

commit to user

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori, kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan

hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Ada Peningkatan Minat Membaca dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Metode Mendongeng (Story telling) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Tahun Ajaran 2010/

2011”.

Siklus II Kondisi

Awal

Minat membaca siswa pada pembelajaran

Bahasa Indonesia rendah

Guru menggunakan metode mendongeng (story telling) untuk meningkatkan minat

membaca siswa

Minat membaca siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia meningkat dengan menggunakan metode mendongeng

(story telling) Tindakan

Kondisi

Akhir

Kurang bervariasinya pendekatan (metode) pembelajaran yang dilakukan

guru

(47)

commit to user

terletak di desa Pabelan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan, yaitu mulai bulan Januari sampai dengan Mei 2011. Untuk lebih jelasnya rincian waktu dan jenis kegiatan dapat dilihat pada table 2 berikut ini :

Tabel 2. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Bulan

(48)

commit to user C. Sumber Data

Data penelitian dikumpulkan dari berbagai sumber. Sumber data atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini sebagian besar berupa data kualitatif. Sumber data atau informasi tersebut meliputi:

1. Informan dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Sukoharjo.

2. Dokumen yang berupa foto dan rekaman kegiatan pembelajaran mendongeng, hasil ringkasan siswa, hasil angket minat siswa, hasil wawancara dengan siswa dan guru, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

3. Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian yakni berbagai kegiatan mendongeng dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang berlangsung di kelas yang dialami oleh siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memecahkan masalah dalam penelitian diperlukan data yang relevan dengan permasalahannya, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut perlu digunakan teknik pengumpulan data sehingga dapat diperoleh data yang benar-benar valid dan dapat dipercaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain dengan menggunakan :

1. Angket

Angket merupakan daftar angka berisi pertanyaan –pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh responden yang ingin diselidiki (Syaifuddin Azwar, 2010: 5). Jadi angket adalah teknik untuk mengumpulkan data dengan jalan mengadakan komunikasi secara tertulis dengan sumber data atau responden penelitian.

(49)

commit to user

(unfavorable). Masing-masing butir pertanyaan dalam angket terdiri dari 5 alternatif jawaban.

2. Wawancara

Wawancara merupakan “interaksi bahasa yang berlangsung antara dua

orang dalam situasi saling berhadapan salah seorang, yakni yang melakukan wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang

berputar di sekitar pendapat dan keyakinannya” (Hasan, 1963 dalam Emzir,

2009: 50) . Wawancara ini dilakukan oleh peneliti kepada guru dan siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dimaksudkan untuk mengungkap permasalahan yang dihadapi dan untuk memperoleh informasi tentang minat membaca siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

3. Observasi

Menurut Sarwiji Suwandi (2009: 38), observasi adalah segala upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu.

Observasi atau pengamatan dilakukan guna pengumpulan data tentang

minat membaca siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru, sehingga peneliti mengajar secara langsung.

Observasi dilakukan oleh guru kelas. Observasi yang dilakukan berpedoman pada lembar observasi siswa dan dilakukan secara langsung (direct observation). Observasi terhadap aktivitas belajar siswa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui minat membaca siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Sukoharjo setelah penerapan metode mendongeng (story telling) dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

4. Dokumentasi

(50)

commit to user

Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV dan sebaran Angket Minat Membaca Siswa. Selain dokumen tertulis ada juga dokumen berupa foto dan video pembelajaran.

E. Validitas Data

Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut bisa dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat untuk menarik kesimpulan. Data diuji validitasnya dengan menggunakan beberapa teknik triangulasi, yaitu triangulasi data dan triangulasi metode. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu (Lexy J. Moleong, 1995: 178) dalam Sarwiji Suwandi (2009: 60)

Adapun yang dimaksud keduanya adalah: 1. Triangulasi Data

Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi koheren

sumber yang sama atau sumber yang berbeda. Dari teknik ini diharapkan dapat memberi informasi yang tepat sesuai keadaan peserta didik. Dalam penelitian

ini, data yang digunakan untuk validitas adalah data hasil angket minat membaca siswa, data hasil wawancara minat membaca siswa dan data observasi guru. 2. Triangulasi Metode

(51)

commit to user F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah teknik analisis interaktif. Cara analisisnya mengikuti pola pemikiran yang kongkret kualitatif artinya suatu analisis yang kajiannya didasarkan pada kenyataan-kenyataan empirik dan unsur-unsur terkecil dari pendekatan secara mikro ke makro untuk unit kasus tertentu.

Model analisis interaktif mempunyai tiga komponen yaitu: 1. Reduksi Data (Data Reduction), 2. Penyajian Data (Data Display), 3. Penarikan Kesimpulan (Verification). Miles dan Huberman dalam Emzir (2010: 129-135) menjelaskan tiga komponen tersebut sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan,

abstraksi, dan pentransformasian “data mentah” yang muncul dari catatan -catatan tertulis di lapangan. Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selajutnya direduksi. Reduksi dalam penelitian ini akan dilakukan dengan pemilihan dan penyederhanaan data kasar yang didapat oleh peneliti.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Hasil

dari data-data penelitian selanjutnya digabungkan dan disimpulkan. Dalam penelitian ini, penyajian data akan dilakukan pada saat mengolah dan mengambil tindakan terhadap data yang masuk, kemudian disusun dan didisplay dalam bentuk tabel, grafik, dan dinarasikan dalam pembahasan penelitian.

3. Penarikan Kesimpulan (Verification)

(52)

commit to user

dapat dijadikan kesimpulan. Berikut hubungan interaksi antara unsur-unsur kerja analisis tersebut, yang digambarkan dengan diagram pada gambar 2 berikut ini :

Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data (Sumber : Emzir, 2010: 134)

Kriteria dalam teknik ini berdasarkan kajian teoritis yang telah dipaparkan sebelumnya. Hasil analisis tersebut kemudian dijadikan sebagai dasar untuk menyusun rencana tindakan kelas berikutnya sesuai dengan siklus yang ada.

Analisis data dilakukan secara bersama-sama antara guru dan peneliti,

sebab penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk kerja sama antara peneliti dengan guru.

G. Indikator Kinerja

Untuk mengukur keberhasilan tindakan, peneliti merumuskan ketercapaian peningkatan minat membaca. Berdasarkan prosedur yang dilakukan selama pembelajaran Bahasa Indonesia pada kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura, indikator keberhasilan tindakan penelitian ini adalah lebih dari 75% dari jumlah siswa (30 siswa) mempunyai nilai rata-rata minat membaca lebih dari 3,00. Penilaian minat membaca siswa didasarkan pada skala likert 1-5.

Pengumpulan Data Data Collection

Penarikan kesimpulan Verification Reduksi Data

Data Reduction

(53)

commit to user H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal hingga akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem siklus/ berdaur sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Supardi dalam Suharsimi Arikunto (2008: 104). Prosedur penelitian mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) perencanaan (planning); (2) penerapan tindakan (action); (3) mengobservasi (observation); dan (4) melakukan refleksi (reflecting). Setiap pelaksanaan siklus pada penelitian tindakan kelas, harus mencakup 4 tahapan di atas. Untuk lebih jelasnya rangkaian dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini:

Gambar 3. Alur Penelitian Tindakan Kelas

Gambar

Tabel  1. Standar Kompetensi Keterampilan Membaca
Tabel 1. Standar Kompetensi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Gambar 1.  Kerangka Pemikiran
Tabel 2. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Herba meniran mengandung senyawa lignan, phyllanthin, hypophyllanthin, phyltetralin , quercetin dan rutin yang secara in vitro mampu menurunkan kadar asam urat

Hurlock (1993) mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak yang mengalami masa bahagia

coli secara berturut-turut sebesar 0 mm (tidak terbentuk zona hambat), 9,8 mm bersifat irradikal, 18,3 mm bersifat irradikal, dan 13,5 mm (potensi antibakteri “kuat”)

Dari hasil penelitian dan pengamatan selama 14 hari didapatkan hasil bahwa perlakuan JB4 dengan penambahan blotong kering sebesar 400 gram pada media tanam jamur merang, diperoleh

Jika dikaitkan dengan kajian empiris tersebut, maka fenomena kenaikan harga minyak dunia yang diikuti oleh kenaikan indeks harga saham di Asia, Eropa, dan Amerika tidak

Keywords: representation, Multimodal Critical Discourse Analysis, Systemic Functional Linguistics, and online newspapers... Banjir dalam Surat Kabar

Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis.. Universitas

Kategori kecelakaan parah tidak terdapat pada aktivitas pengoperasian alat tangkap serta penurunan jaring, namun memiliki potensi bahaya dengan kemungkinan terjadi yang