• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT DISIPLIN BELAJAR PENJAS DAN TINGKAT KOGNITIF TENTANG KEBUGARAN JASMANI TERHADAP GAYA HIDUP AKTIF SISWA SMA NEGERI SE KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINGKAT DISIPLIN BELAJAR PENJAS DAN TINGKAT KOGNITIF TENTANG KEBUGARAN JASMANI TERHADAP GAYA HIDUP AKTIF SISWA SMA NEGERI SE KOTA BANDUNG."

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT DISIPLIN BELAJAR PENJAS DAN TINGKAT KOGNITIF TENTANG KEBUGARAN JASMANI TERHADAP GAYA HIDUP AKTIF

SISWA SMA NEGERI SE KOTA BANDUNG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Olahraga

Oleh

CECEP SANDY BAGJA NUGRAHA, S. Si 1303307

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCA SARJANA

(2)

TINGKAT DISIPLIN BELAJAR PENJAS DAN TINGKAT KOGNITIF TENTANG KEBUGARAN JASMANI TERHADAP GAYA HIDUP AKTIF

SISWA SMA NEGERI SE KOTA BANDUNG

Oleh

Cecep Sandy Bagja Nugraha

S. Si UPI Bandung, 2005

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M. Pd.) pada Prodi Pendidikan Olahraga

© Cecep Sandy Bagja Nugraha 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2015

Hak Cipta dilindungi undang undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

CECEP SANDY BAGJA NUGRAHA, S. Si 1303307

TINGKAT DISIPLIN BELAJAR PENJAS DAN TINGKAT KOGNITIF TENTANG KEBUGARAN JASMANI TERHADAP GAYA HIDUP AKTIF

SISWA SMA NEGERI SE KOTA BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing Tesis

Dr. Surdiniaty Ugelta, M. Kes, AIFO NIP. 19591220 198703 2 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga

(4)

iii

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

ABSTRAK

TINGKAT DISIPLIN BELAJAR PENJAS DAN TINGKAT KOGNITIF TENTANG KEBUGARAN JASMANI TERHADAP GAYA HIDUP AKTIF

SISWA SMA NEGERI SE KOTA BANDUNG

CECEP SANDY BAGJA NUGRAHA (cecepsandy@ymail.com)

(5)

iv

ABSTRACT

LEARNING DISCIPLINE LEVEL IN PHYSICAL EDUCATION AND COGNITIVE LEVEL OF PHYSICAL FITNESS ON THE ACTIVE LIFESTYLE OF STATE SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS IN

BANDUNG CITY

CECEP SANDY BAGJA NUGRAHA (cecepsandy@ymail.com)

(6)

v

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……….……… i

UCAPAN TERIMA KASIH ………. ii

ABSTRAK ……….. iii

DAFTAR ISI ……….. v

DAFTAR TABEL ……….. viii

DAFTAR GAMBAR ……….. xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ……….. 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ……….. 11

D. Manfaat Penelitian ………. 12

E. Struktur Organisasi ……… 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kedisiplinan Siswa Pada Pembelajaran Penjas………….…. 14

B. Kedudukan Disiplin dan Penerapannya Dalam Pembelajaran Penjas ………. 16

C. Peningkatkan Aspek Kognitif dalam Pembelajaran Penjas .. 21

D. Hal-hal yang Mempengaruhi Tingkat Kognitif Siswa SMA (Remaja) Tentang Kebugaran Jasmani Pada Penjas … 23 E. Remaja SMA danTingkat Kognitifnya Dalam Menerima Informasi ……….. 26

(7)

vi

G. Gaya Hidup Aktif (Actife Lifestyle) ……….. 37

H. Perkembangan dan Hasil Penelitian Terdahulu ……… 41

I. Kerangka Pikiran ……….. 43

J. Hipotesis ……… 45

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ………. 46

B. Desain dan Langkah Penelitian ……… 47

C. Partisipan ……….. 49

D. Populasi dan Sampel ……… 50

E. Instrumen Penelitian ……… 54

F. Prosedur Penelitian ……….. 61

G. Prosedur Pengolahan Data ……….. 63

1. Uji Validitas ………. 63

2. Uji Reliabilitas……….. 66

H. Analisis Data ………. 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………. 70

1. Gambaran Hasil Penelitian ……….. 70

a. Gambaran Tingkat Disiplin Belajar Dalam Penjas… 70 b. Gambaran Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Dalam Penjas ………. 83

c. Gambaran Gaya Hidup Aktif Siswa SMA ………… 103

2. Uji Asumsi Statistik ……… 111

3. Pengujian disiplin belajar (X1), pemahaman tentang kebugaran jasmani (X2), Terhadap gaya hidup aktif siswa SMA (Y) ……… 113

(8)

vii

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

6. Besar kontribusi Langsung dan tidak langsung tiap variable (X1 dan X2) Terhadap gaya hidup aktif

siswa SMA (Y)………. 119

7. Besar Kontribusi Lain (Epsilon) di Luar Variabel Disiplin Belajar (X1) dan Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani (X2) Terhadap

Gaya Hidup Aktif Siswa SMA (Y) ………. 121

B. Pembahasan dan Temuan ……….. 121

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ……….. 125

B. Implikasi dan Rekomendasi ………. 125

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1 Data Populasi Sekolah Menengah Atas di Kota Bandung ... 50

3.2 Data Sampel SMA Negeri di Kota Bandung ... 53

3.3 Kisi-kisi Disiplin Belajar Dalam Penjas ... 55

3.4 Kisi-kisi Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani ... 57

3.5 Kisi-kisi Gaya Hidup Aktif ... 60

3.6 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Data disiplin belajar (X1) …… 64

3.7 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Data Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani (X2) ……….……….. 65

3.8 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Gaya Hidup Aktif Siswa (Y)… 66 3.9 Pedoman Interpretasi Koefesien Korelasi ... 67

3.10 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 67

4.1 Gambaran Tingkat Disiplin Belajar Secara keseluruhan ……… 71

4.2 Gambaran Tingkat Disiplin Belajar Secara keseluruhan Tiap Sekolah 71 4.3 Gambaran Tingkat Disiplin Belajar Sub Variabel 1 ……… 73

4.4 Gambaran Tingkat Disiplin Belajar Sub Variabel 1 Tiap Sekolah 73 4.5 Gambaran Tingkat Disiplin Belajar Pada sub variabel 2 ……… 75

4.6 Gambaran Tingkat Disiplin Belajar sub variabel 2 Tiap Sekolah 76 4.7 Gambaran Tingkat Disiplin Belajar Pada Sub Variabel 3……… 77

(10)

ix

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

(11)

x

4.36 Gambaran Gaya Hidup Aktif Pada Sub Variabel 1 Tiap Sekolah 106 4.37 Gambaran Gaya Hidup Aktif Pada Sub Variabel 2………... 107 4.38 Gambaran Gaya Hidup Aktif Pada Sub Variabel 2 Tiap Sekolah 108 4.39 Gambaran Gaya Hidup Aktif Pada Sub Variabel 3………... 109 4.40 Gambaran Gaya Hidup Aktif Pada Sub Variabel 3 Tiap Sekolah 110

4.41 Hasil Uji Normalitas Data ……… 111

4.42 Hasil Uji Linearitas Data ……….. 112

4.43 Korelasi Antar Variabel ……….. 113

4.44 Hasil Koefisien Jalur Disiplin Belajar dan Kognitif Tentang

Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif ……….. 114 4.45 Hasil Koefisien Determinasi (Kontribusi Total) Disiplin Belajar

Dan Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap G.H Aktif 115

4.46 Hasil Uji F……… 117

4.47 Hasil Uji Kontribusi Secara Simultan ……… 117 4.48 Hasil Uji Kontribusi Secar Parsial ……….. 118 4.49 Besar Kontribusi Langsung dan Tidak Langsung Disiplin Belajar

(12)

xi

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

DAFTAR GRAFIK

Halaman

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

3.1 Paradigma Ganda Dengan Dua Variabel Independen ………… 47

3.2 Alur Penelitian ………. 48

4.1 Path Diagram Model Persamaan Struktural Kontribusi Disiplin Belajar (X1), dan Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani (X2)

(14)

xiii

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

DATA UJI VALIDITAS DISIPLIN BELAJAR (X1) ……….………… 132

DATA UJI VALIDITAS PEMAHAMAN TENTANG KEBUGARAN JASMANI (X2) ……... 134

DATA VALIDITAS VARIABEL GAYA HIDUP SEHAT (Y) ……….. 138

DATA UJI RELIABILITAS DISIPLIN BELAJAR (X1) ………. 140

DATA UJI RELIABILITAS PEMAHAMAN TENTANG KEBUGARAN JASMANI (X2) …… 142

DATA UJI RELIABILITAS VARIABEL GAYA HIDUP SEHAT (Y) ………. 146

REKAPITULASI DATA DISIPLIN BELAJAR (X1) ……….. 148

REKAPITULASI DATA PEMAHAMAN TENTANG KEBUGARAN JASMANI (X2) ……… 162

REKAPITULASI DATA GAYA HIDUP AKTIF (Y) ……… 190

HASIL UJI STATISTIK MENGGUNAKAN SPSS ……… 204

PERHITUNGAN PENENTUAN KRITERIA VARIABEL ……… 206

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang penelitian

Perubahan perilaku merupakan hasil dari implementasi pembelajaran. Perubahan perilaku hasil pembelajaran ini diharapkan mengarah ke perubahan yang lebih baik. Begitu halnya dengan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, maka yang menjadi tujuan utamanya ialah terjadinya perubahan perilaku siswa sehingga mereka mau menjaga sekaligus meningkatkan kualitas kesehatan tubuhnya, melalui kesadaran akan tubuhnya sendiri yang harus digerakan secara aktif untuk menjaga kesehatan dan kebugarannya.

Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang melaksanakan gaya hidup aktif dalam menjalani aktivitas sehari-harinya. Mulai dari faktor yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Faktor dari luar diri seseorang atau faktor eksternal yang membuat seseorang mampu melakukan gaya hidup aktif bisa datang dari perorangan maupun dari suatu kelompok atau lingkungan. Ketika seseorang berteman dengan orang yang memiliki rutinitas yang sama dan memiliki waktu luang yang sama, seperti teman sekolah, teman kuliah atau teman kerja, maka ketika temannya itu mengisi waktu luang dengan aktivitas fisik seperti bersepeda, jogging pergi ke tempat fitness centre dll, maka gaya hidup aktif seseorang yang mengikuti temannya itu dikatakan gaya hidup aktif yang berasal dari orang lain secara perorangan. Sementara jika gaya hidup aktif yang dilakukan oleh seseorang ketika berada pada lingkungan yang mengharuskan orang tersebut untuk selalu aktif misalnya masuk jurusan olahraga, mengikuti pendidikan militer dan sebagainya maka gaya hidup aktif yang dilakukan oleh orang tersebut berasal dari faktor luar berupa lingkungan.

(16)

2

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

banyak faktor lain dari internal seseorang yang dapat menjadi penyebab terlaksananya penerapan gaya hidup aktif. Namun demikian dua hal tersebut perlu dibuktikan dalam sebuah penelitian ilmiah apakah benar-benar berpengaruh ataukah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerapan gaya hidup aktif seseorang.

Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui beberapa aspek saja yang mungkin dapat mempengaruhi dalam penerapan gaya hidup aktif. Aspek-aspek tersebut di kerucutkan hanya pada faktor dari dalam diri seseorang saja. Selain dari itu, objek penelitian ini ingin mengungkap golongan usia remaja saja yang terhimpun dalam sebuah lembaga pendidikan sekolah menengah tingkat atas yang lebih spesifiknya lagi yaitu siswa kelas XII SMU se kota Bandung. Alasan pemilihan usia remaja dikarenakan faktor-faktor yang mungkin bisa menjadi penyebab terlaksananya gaya hidup aktif ini bisa dipastikan semua siswa kelas XII telah mendapatkan pengajaran, arahan dan bimbingan dalam proses pendidikannya. Faktor yang ingin dicari pengaruhnya terhadap penerapan gaya hidup aktif ini ialah faktor tingkat disiplin belajar dalam pendidikan jasmani dan faktor tingkat pemahaman tentang kebugaran jasmani.

Pemahaman akan pentingnya menjaga dan meningkatkan kebugaran jasmani diharapkan dapat memberi pengaruh yang signifikan terhadap sikap atau perilaku dan psikomotorik siswa dalam mengisi dan menjalani kegiatan sehari-harinya. Pemahaman tentang pentingnya meningkatkan kualitas hidup bagi siswa merupakan salah satu tugas guru pendidikan jasmani, dalam pembelajaran pendidikan jasmani akan menggalakkan dan mempromosikan gaya hidup aktif dan sehat. Sebagaimana dalam beberapa karya tulis (Corbin, 2002, hlm. 119; Fairclough, 2003, hlm. 78) “The internationally proclaimed idea than PE should

promote an active and healthy lifestyle”. Artinya ide yang telah diakui secara

internasional bahwa pendidikan jasmanilah yang harus mempromosikan gaya hidup aktif dan gaya hidup sehat. Pernyataan tersebut mengungkapkan bahwa yang memberikan pemahaman kepada siswa akan pentingnya mendinamiskan diri ialah guru pendidikan jasmani.

(17)

yang lebih dominan dalam pembelajaran penjas. Namun demikian, ranah kognitif dalam penjas memiliki peranan yang sama penting dalam usaha pembinaan peserta didik. Salah satu isi dari pembelajaran penjas yang bertujuan untuk meningkatkan kognitif siswa ialah materi yang berupa teori tentang kebugaran jasmani. Pemahaman tentang konsep kebugaran jasmani ini diharapkan dapat menumbuhkan kognitif siswa agar mengerti bahwa mendinamiskan diri dalam kehidupan sehari-hari merupakan hal yang penting dilakukan. Selain dari pada itu, dengan teori konsep kebugaran jasmani ini, siswa juga akan mengetahui bahwa aktivitas fisik itu baik untuk kesehatan seseorang. Sisi lain yang disampaikan dari konsep kebugaran jasmani ini ialah mengetahui aspek-aspek kebugaran jasmani itu sendiri sehingga mengetahui tujuan aktifitas fisik tertentu untuk memperoleh kebugaran jasmani tertentu pula. Dengan demikian setiap pengetahuan dari konsep kebugaran jasmani ini akan merangsang siswa untuk bergaya hidup aktif dengan sendirinya diluar pembelajaran penjas tanpa ada paksaan dari orang lain. Hal ini lah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh kognitif tentang kebugaran jasmani terhadap gaya hidup aktif siswa.

Pada akhirnya pengetahuan dan pemahaman tersebut akan merangsang psikologisnya agar tumbuh kemauan untuk mendinamiskan tubuhnya. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Giriwijoyo (2013)

Untuk meningkatkan kemampuan fungsional jasmani (sehat dinamis) hanyalah dapat dilaksanakan bila ada kemauan untuk mendinamiskan dirinya sendiri dengan jalan melatih alat-alat tubuh/ jasmani itu mulai dengan intensitas yang rendah sampai mencapai intensitas yang memenuhi kriteria olahraga aerobik sesuai dengan umur dan jenis kelamin yang bersangkutan. (hlm. 42)

(18)

4

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

Hal senada dengan penjelasan mengenai sebuah kemauan untuk mendinamiskan diri sendiri yang sedang beredar di masyarakat ialah sebuah istilah active lifestyle (gaya hidup aktif), sebab siswa sangat tidak mungkin mencapai kondisi bugar jika hanya mengandalkan pada mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah saja. Berkenaan dengan hal ini, Simon-Morton, O’Hara, and Parcel (dalam Ratliffe, 1994, hlm. 9) mengatakan: “Many programs only offer 30-minute physical education classes taught by a qualified specialist once or twice a week. With limited time and numerous objectives, the goal of “getting kids fit” during physical education class time is not realistic. Hal tersebut menegaskan kepada kita bahwa dengan program pendidikan jasmani yang hanya berkisar 30 menit dan dipimpin oleh seorang guru penjas yang memiliki kompetensi tinggi sekalipun, tidak akan mencapai tujuan dalam “menjadikan siswa bugar” jika hanya dilakukan satu atau dua kali dalam seminggu. Hal tersebut kemudian menjadi permasalahan yang penulis teliti bahwa harapan agar siswa mau dan mampu mengisi kegiatan sehari-hari dengan gaya hidup aktif dapat terwujud, walaupun di sekolah memiliki keterbatasan waktu belajar penjas, sehingga setelah siswa memiliki pemahaman yang cukup tentang konsep dari kebugaran jasmani maka dapat mewujudkan gaya hidup aktif siswa dalam kehidupan kesehariannya.

Selain dari faktor pemahaman tentang kebugaran jasmani di atas, ada hal lain yang berperan penting guna mencapai perubahan perilaku siswa agar mau menerapkan nilai-nilai positif dalam menjalani kehidupannya yaitu kedisiplinan. Kedisiplinan yang dimaksud disini ialah kemampuan siswa untuk disiplin dalam belajar penjas.

Dalam proses pembelajaran, kedisiplin siswa berperan mempengaruhi, mendorong, mengendalikan, mengubah, membina dan membentuk perilaku-perilaku tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan, diajarkan dan diteladankan. Karena itu, perubahan perilaku seseorang merupakan keberhasilan dari suatu proses pendidikan dan pembelajaran yang didalamnya menanamkan

nilai- nilai kedisiplinan. Senada dengan hal tadi, Tulus Tu’u (2010) mengatakan Orang yang disiplin selalu membuka diri untuk mempelajari banyak hal.

(19)

bukan lagi satu paksaan atau tekanan dari luar. Tetapi, disiplin muncul dari dalam batin yang telah sadar. Disiplin kini telah menjadi bagian dari perilaku kehidupan sehari-hari. (hlm. 45)

Penjelasan mengenai kedisiplinan tadi memberikan gambaran kepada kita bahwa dengan sebuah kedisiplinan yang ditunjukan oleh siswa dalam proses pembelajaran maka harapan guru terhadap perubahan perilaku siswa untuk dapat menerapkan gaya hidup aktif dapat terwujud. Siswa yang mampu berdisiplin berarti siswa tersebut telah memiliki kesadaran bahwa sesuatu yang telah diyakininya akan memberikan manfaat bagi dirinya sehingga perilakunya akan berubah tanpa ada paksaan dari pihak luar. Oleh karena itu, penerapan gaya hidup aktif siswa dengan cara mendinamiskan diri dalam kesehariannya tidak dapat terlepas dari faktor kedisiplinan yang dimiliki oleh siswa itu sendiri.

Dua faktor yang telah penulis sampaikan di atas, pertama ialah pemahaman siswa tentang kebugaran jasmani atau tingkat kognitif tentang

physical fitness dan yang kedua ialah faktor tingkat kedisiplinan siswa dalam

belajar penjas merupakan hal-hal yang sangat berperan dalam usaha penerapan gaya hidup aktif siswa. Seorang siswa diragukan dapat menerapkan gaya hidup aktif apabila siswa tersebut tidak seutuhnya memahami tentang konsep kebugaran jasmani yang hanya dapat diraih dengan aktifitas secara rutin, dalam konsep kebugaran jasmani juga siswa diberi pemahaman bagaimana cara mendapatkan tubuh yang bugar, keuntungan apa saja yang akan diperoleh apabila kita memiliki rutinitas aktivitas fisik, bahkan sampai pada penjelasan berbagai penyakit yang akan diderita apabila kita kekurangan gerak sehingga siswa tahu betapa pentingnya mendinamiskan diri dengan aktivitas fisik atau olahraga. Begitu halnya dengan faktor kedisiplinan, setiap teori yang telah difahami oleh siswa tentang pentingnya mendinamiskan diri rasanya akan sulit menjadi kegiatan rutinitas apabila kedisiplinan siswa itu sendiri tidak dilatih dan belum menjadi kebiasaan yang dapat membuahkan perilaku tanpa paksaan. Dua hal inilah yang kemudian ingin penulis teliti kontribusinya terhadap penerapan gaya hidup aktif.

(20)

6

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

riset berkala yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), menyebutkan “Satu dari empat anak muda usia 17-24 tahun, kurang melakukan aktivitas fisik. ” Selanjutnya Pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Olahraga (PDSKO), Dr R. Wishnu Hidayat, SpKO juga mengatakan “Aktivitas olahraga anak muda akhir-akhir ini berkurang, karena gaya hidupnya yang cenderung lebih pada penampilan dan bukan kesehatan. ”

Fakta di atas memberi penerangan kepada kita bahwa usia remaja anak Indonesia masa kini mulai meninggalkan gaya hidup aktif padahal sejatinya mereka mampu untuk melakukannya karena dalam pembelajaran di sekolah yaitu pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan khususnya pada materi tentang kebugaran jasmani para siswa diberikan ilmu pengetahuan agar memahami pentingnya mendinamiskan diri atau melaksanakan gaya hidup aktif.

Dengan alasan yang beragam, guru kadang melupakan akan pentingnya menanamkan aspek kognitif dan kedisiplinan dalam proses pembelajaran, sehingga siswa cenderung tidak atau kurang memahami inti dari konsep kebugaran jasmani. Guru penjas biasanya akan sangat kreatif dan melakukan perencanaan pembelajaran yang ideal manakala dia memberikan materi tentang kecabangan olahraga contohnya sepak bola. Mulai dari persiapan slide (tampilan video) teknik bermain sepak bola untuk dipertontonkan dengan media OHP sebelum praktek, persiapan peralatan dan perlengkapan ketika praktek di lapangan sampai persiapan simulasi pertandingan bagi siswa yang meliputi strategi dan taktik bermain, perwasitan, sampai pada pemberian pengalaman menjadi penyelenggara pertandingan. Intinya sangat sering kita lihat guru penjas menyampaikan materi penjas tentang praktek kecabangan olahraga dipersiapkan dengan begitu sempurna dengan harapan aspek psikomotor siswa dapat ditingkatkan.

(21)

hanya dengan beraktifitas fisik atau berolahraga yang rutin maka kesehatan dan kekuatan tubuh kita akan terbina. Guru juga jarang memberikan gambaran berbagai penyakit yang bisa diderita hanya karena gara-gara kita kekurangan gerak. Apalagi sampai pada penjelasan tentang denyut nadi. Apa artinya jika kita memiliki denyut nadi istirahat per menit yang lebih banyak dari kawan yang lainnya. Dan masih banyak hal lain yang sangat penting diketahui dan difahami oleh siswa tentang konsep kebugaran jasmani agar siswa mau mendinamiskan diri dalam kehidupan kesehariannya.

Jika keikutsertaan siswa dalam aktivitas fisik atau olahraga tidak ada karena tidak memiliki pemahaman yang baik tentang pentingnya mendinamiskan diri sendiri, ini akan mendorong meningkatnya persentase masyarakat yang hipokinetik. Hal ini diperkuat oleh pendapat J. A Adegun dan E. P. Konwea (2009, hlm. 32) “Hypokinetic disorders are the resultant effect of the decrease in physical activity. Selain itu, McArdle, Kalch dan Kalch (2007, hlm. 239) mengungkapkan bahwa “inactivity alone resulted in a constellation of problems and conditions eventually leading to premature death. They further noted that

sedentary death syndrome (SeDS) relates tohigh blood cholesterol, high blood

glucose, hypertension, heart failure and obesity. ” Dapat diartikan bahwa tidak aktif saja dapat menghasilkan konstelasi dan kondisi yang bermasalah yang pada akhirnya bisa menyebabkan kematian dini. Mereka lebih lanjut mencatat bahwa sindrom kematian menetap (SeDS) berkaitan dengan kolesterol darah yang terlalu tinggi, gula darah tinggi, hipertensi, gagal jantung dan obesitas atau kegemukan.

Di dalam National Center for Chronic Disease Prevention and Health

Promotion, ditemukan bahwa:

a. During 2002–2005, 15,600 youth were newly diagnosed with type 1 diabetes annually, and 3,600 youth were newly diagnosed with type 2 diabetes annually.

b. In 2005–2008, of adults ages 20 years or older with self-reported diabetes, 67 percent had blood pressure greater than or equal to 140/90 millimeters of mercury (mmHg) or used prescription medications for hypertension.

(22)

8

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

Sementara dari tahun 2005-2008 sebanyak 67% dari populasi orang dewasa usia 20 tahun atau lebih terjangkit tekanan darah tinggi. Hal tersebut menjadi bukti bahwa terdapat begitu banyak manusia pada usia produktif terserang berbagai penyakit akibat dari kekurangan gerak tubuh. Keadaan tersebut sebenarnya bisa kita hindari seandainya kita mau melaksanakan gaya hidup aktif dalam menjalani aktifitas sehari-harinya.

Sementara di Indonesia sendiri mengenai bukti peningkatan remaja yang kekurangan gerak tubuh atau hipokinetik atau memiliki kegemukan atau obesitas telah diungkap dan diteliti oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), yang telah melakukan riset secara berkala dari tahun 2007 sampai 2013 sehingga menemukan fakta mengenai remaja usia 15 sampai 18 tahun yang berbadan sangat kurus, kurus dan gemuk yang bias dilihat dari diagram di bawah ini.

Grafik 1. 1 Data Peningkatan Berat Badan Anak Remaja di Indonesia

(23)

genetik gemuk turunan dari orang tua dll. Namun demikian, kekurangan gerak karena tidak melakukan gaya hidup aktif pun menjadi penyebab meningkatnya remaja yang berpostur tubuh gemuk. Maka dari itu, penulis beranggapan kurangnya penerapan gaya hidup aktif pada siswa yang membuat mereka terkena

hypokinetik dan obesitas ini salah satunya ialah disebabkan oleh kurangnya

pemahaman mereka tentang kebugaran jasmani dan kurang melatih kedisiplinan sehingga perubahan perilaku siswa untuk menerapkan pengetahuan akan pentingnya mendinamiskan diri tidak terealisasi dengan baik dan benar.

Dari sudut pandang yang lain, Mahendra (2009, hlm. 21) menyebutkan bahwa “melalui penjas yang diarahkan dengan baik, anak akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup aktif.” Keterlibatan siswa dalam mengisi waktu senggang inilah yang menjadi faktor pendukung guna pelaksanaan gaya hidup aktif sehingga walaupun pembelajaran penjas memiliki waktu yang sangat singkat dan terbatas namun berperan dalam mempersiapkan keterampilan gerak dan menjadi mata rantai yang tidak bisa terpisahkan dengan penerapan gaya hidup aktif.

Apabila guru pendidikan jasmani tidak mengetahui akar permasalahan dari rendahnya gaya hidup aktif remaja masa kini maka akan berdampak pada ketidak berhasilan tujuan pendidikan jasmani dalam mencapai prestasi belajar siswa. Sehingga, pencapaian prestasi belajar siswa jika dibandingkan dengan perilaku yang seharusnya mereka lakukan setelah mereka mengetahui tentang konsep kebugaran jasmani, namun mereka tidak menerapkan gaya hidup aktif ini berarti tingkat pencapaian prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan masih belum maksimal.

Prestasi belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri siswa setelah dilakukannya proses belajar. Senada dengan pernyataan ini, Nana Syaodih (2009) menjelaskan bahwa

(24)

10

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

Hal inilah yang memperkuat dugaan bahwa prestasi siswa dalam pendidikan jasmani di sekolah belum tercapai maksimal apabila siswa itu sendiri belum memiliki perilaku gaya hidup aktif setelah mendapatkan proses pembelajaran tentang kebugaran jasmani (kognitif tentang physical fitness).

Pendidikan jasmani merupakan sebuah mata pelajaran yang senantiasa dipelajari oleh siswa pada setiap jenjang pendidikan. Pembelajaran penjas di jenjang sekolah yang merupakan bagian integral dari Pendidikan Nasional mengarah ke tiga ranah yaitu aspek kognitif, apektif dan psikomotor. Mulai dari SD (Sekolah Dasar) dan sederajat, SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan sederajat sampai pada tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas) dan sederajat. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa setiap siswa yang telah mencapai pada tingkat SMA kelas XII, maka telah mendapatkan materi tentang pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan selama bertahun-tahun. Nampaknya hal ini tidak menjadi jaminan bagi setiap siswa yang telah mendapatkan isi materi tentang kebugaran jasmani untuk dapat melaksanakan gaya hidup aktif.

(25)

daya manusianya memiliki berbagai gangguan fisik baik secara fisiologis maupun anatomis apalagi sampai pada gangguan patologis.

Berdasarkan data-data yang telah penulis paparkan, akhirnya penelitian ini berfokus pada tingkat pemahaman tentang kebugaran jasmani dan tingkat kedisiplinan dalam pembelajaran penjas, seberapa besar kontribusinya terhadap penerapan gaya hidup aktif siswa dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

B. Rumusan masalah penelitian

Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini mencakup tiga variabel yaitu tingkat disiplin belajar penjas, tingkat pemahaman tentang kebugaran jasmani dan tentang penerapan gaya hidup aktif siswa dalam kehidupan kesehariannya. Untuk lebih memperjelas rumusan masalah tersebut, penulis menjabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah tingkat disiplin belajar penjas memberikan pengaruh yang signifikan terhadap gaya hidup aktif siswa SMA Negeri kelas XII di Kota Bandung dalam aktifitas sehari-harinya?

2. Apakah tingkat pemahaman tentang kebugaran jasmani memberikan pengaruh yang signifikan terhadap gaya hidup aktif siswa SMA Negeri kelas XII di Kota Bandung dalam aktifitas sehari-harinya?

3. Apakah tingkat disiplin belajar dan tingkat pemahaman tentang kebugaran jasmani dalam Penjas secara bersamaan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap gaya hidup aktif siswa SMA Negeri kelas XII di Kota Bandung?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat disiplin belajar penjas terhadap gaya

hidup aktif siswa SMA Negeri kelas XII di Kota Bandung dalam aktifitas sehari-harinya.

(26)

12

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat disiplin belajar dan tingkat pemahaman tentang kebugaran jasmani dalam penjas secara bersamaan terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa SMA Negeri Kelas XII di Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan bagi masyarakat termasuk orang tua siswa pada umumnya dan bagi guru pendidikan jasmani pada khususnya betapa seluruh variabel yang terdapat pada penelitian ini mulai dari kedisiplinan belajar, pemahaman akan teori kebugaran jasmani dan gaya hidup aktif merupakan hal yang sangat membutuhkan perhatian khusus dari semua pihak guna tercapainya kepentingan bersama. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat bagi sekolah

Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi atas masalah yang sedang terjadi berkenaan dengan perilaku peserta didik yang cenderung tidak aktif (physical inactivity) sehingga pihak sekolah dapat mengetahui sekaligus proaktif dalam memberikan solusi dan penanganan yang lebih tepat.

2. Manfaat bagi guru olahraga

Penelitian ini dapat memberikan gambaran secara ilmiah bahwa seluruh aspek yang diteliti harus diberikan penguatan (reinforcement) dan diberikan sentuhan atau kemasan khusus dalam proses penyampaian kepada siswa agar tujuan utama pendidikan yakni perubahan perilaku siswa dapat tercapai secara maksimal.

3. Manfaat bagi organisasi olahraga

(27)

4. Manfaat bagi mahasiswa olahraga

Penelitian ini dapat menjadi rekomendasi untuk penelitian selanjutnya dalam usaha peningkatan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Baik dari ranah lain untuk mewujudkan gaya hidup aktif siswa atau dari aspek yang sama untuk tujuan yang berbeda yang dirasa perlu untuk diketahui hasilnya. 5. Manfaat dari segi kebijakan

Setelah penelitian ini mendapatkan kesimpulan, diharapkan para pembuat kebijakan dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang selama ini menaungi sekaligus mengorganisir keberlangsungan mata pelajaran pendidikan jasmani, supaya memberikan panduan atau silabus yang secara berkesinambungan mutlak harus ada pada setiap jenjang pendidikan mulai dari sekolah tingkat dasar sampai pada tingkat atas.

E. Struktur organisasi

(28)

46

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Tujuan dari semua usaha ilmiah adalah untuk menjelaskan, memprediksikan, membandingkan, mencari hubungan, dan menafsirkan hal-hal yang sifatnya belum diketahui. Dalam penelitian ini penulis ingin mencari sebuah pengaruh antara tingkat kognitif physical fitness atau pemahaman tentang kebugaran jasmani dan pengaruh disiplin belajar penjas siswa SMA se Kota Bandung terhadap penerapan gaya hidup aktif.

Berdasarkan rencana di atas, maka metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini ialah penelitian korelasional yang merupakan salah satu bagian dari penelitian ex-postfacto. sehubungan dengan hal ini menurut Gay (dalam Sukardi, 2008) mengatakan

Penelitian korelasional merupakan salah satu bagian penelitian

ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variable

yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variable yang direfleksikan dalam koefisien korelasi. (hlm. 165)

(29)

dalam penjas terhadap hasil atau prestasi belajar yakni perubahan prilaku menerapkan gaya hidup aktif dalam kehidupan sehari-hari siswa.

Menurut Gay dalam Sukardi (2008, hlm. 166) “Correlational research is a research study that involves collecting data in order to determine whether and

to what degree a relationship exists between two or more quantifiable variables.

Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variable atau lebih. Penelitian korelasi ini dilakukan, ketika kita ingin mengetahui tentang ada tidaknya dan kuat lemahnya hubungan variable yang terkait dalam suatu objek atau subjek yang diteliti. Adanya hubungan dan tingkat variable ini sangat penting diteliti, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.

B. Desain dan Langkah Penelitian

1. Desain Penelitian

Desain penelitian dipilih atau digunakan berdasarkan kebutuhan serta situasi dan kondisi dari pelaksanaan penelitian. Adapun berdasarkan jenis penelitian yang digunakan, penulis menggunakan paradigma ganda dengan dua variabel independen dan satu variabel dependen. Berikut ini adalah gambar dari paradigma penelitian.

Gambar 3. 1. Paradigma ganda dengan dua variabel independen

X1

Y

X2 Keterangan :

X1 : Disiplin Belajar Penjas.

X2 : Tingkat Kognitif tentang Kebugaran Jasmani

(30)

48

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

Untuk mencari besarnya hubungan antara X1 dengan Y, dan X2 dengan Y digunakan teknik korelasi. Untuk X1 dan X2 secara bersama-sama dengan Y menggunakan analisis regresi. Semuanya itu dihitung melalui rumus statistika atau dengan bantuan program SPSS.

1. Langkah Penelitian

Langkah penelitian disusun berdasarkan urutan kerja pelaksanaan penelitian. Langkah ini merupakan kerangka kerja yang dilaksanakan penulis selama pelaksanaan penelitian. Langkah penelitian juga diharapkan dapat membantu peneliti agar mempermudah pekerjaan penelitian, karena dapat menjadi petunjuk dasar mengenai apa saja yang akan dilaksanakan dalam penelitian.

Pada penelitin ini penulis menyusun langkah kerja dimulai dengan menentukan permasalahan penelitian, menentukan populasi dan sampel penelitian, mencari data menggunakan angket mengenai disiplin belajar penjas, kognitif tentang kebugaran jasmani dan gaya hidup aktif. Adapun secara garis besar, langkah pelaksanaan penelitian penulis gambarkan sebagai berikut:

Gambar 3. 2. Alur Penelitian

IDENTIFIKASI MASALAH

POPULASI & SAMPEL

TES (ANGKET)

Kognitif tentang Kebugaran Jasmani Kedisiplinan Belajar PJOK Gaya Hidup Aktif

PENGOLAHAN DATA

(31)

C. Partisipan

Dalam melakukan penelitian, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak sehingga penelitian ini bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Secara umum pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kategori, yakni:

1. Partisipan Dari Dalam Civitas Akademika UPI

Dari pihak dosen, yang lebih intensif memberikan bimbingan, masukan dan arahan berjumlah Tiga orang. Pertama, Dr. Surdiniaty Ugelta, M. Kes. AIFO, beliau adalah salah satu dosen pengampu mata kuliah Ilmu Faal Olahraga yang sekaligus menjadi pembimbing dalam penyusunan Tesis yang penulis lakukan. Berikutnya Dr. Mulyana Kurnia, M. Pd. Beliau adalah salah satu dosen pengampu mata kuliah Kepelatihan Olahraga sekaligus menjadi pembimbing akademik selama penulis menjadi mahasiswa. Selanjutnya Dr. Yudy Hendrayana, M. Kes, AIFO (Ahli Ilmu Faal Olahraga). Beliau adalah salah satu dosen yang menjabat sebagai ketua program studi pendidikan Olahraga sekaligus sebagai penguji dalam pengajuan penelitian ini. Ketiga dosen tadi sangat banyak memberikan masukan, bimbingan dan arahan kepada penulis berkaitan dengan variabel-variabel yang penulis angkat menjadi karya tulis ilmiah ini.

2. Partisipan Dari Luar Civitas Akademika UPI

(32)

50

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

Yeni Gantini, M. Pd, dan Ibu Dra. Entin Kartini, M. M, telah memberikan fasilitas agar siswanya menjadi sampel penelitian.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan objek atau subjek dari penelitian. Populasi penelitian harus memiliki karakteristik tertentu, sehingga peneliti dapat mempelajari karakteristik tersebut. Sugiyono (2007) menjelaskan bahwa

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (hlm. 117) Jadi populasi merupakan wilayah penelitian yang dianggap general dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa SMA Negeri kelas XII se Kota Bandung Propinsi Jawa Barat dengan jumlah 10. 592 siswa dari 27 sekolah SMA Negeri se Kota Bandung. Berikut ini merupakan pemetaan populasi penelitiannya.

Tabel 3. 1. Data Populasi Sekolah Menengah Atas di Kota Bandung

(33)
(34)

Akre-52

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

No Nama Sekolah Alamat

Akre-ditasi

Jumlah siswa Kelas XII

26 SM A NEGERI 26 BANDUNG

JL. SUKALUYU NO. 26

CIPADUNG CIBIRU A

246

27 SM A NEGERI 27 BANDUNG JL. RAYA UTSMAN BIN

AFFAN NO. 1 GEDEBA GE A

421

2. Sampel penelitian

Objek yang diambil untuk dijadikan bahan dalam penelitian disebut dengan sampel. Mengenai sampel penelitian, Sugiyono (2013, hlm. 118) mengemukakan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. ” Jadi sampel adalah bagian dari populasi yang diambil sesuai dengan kebutuhan penelitian dan dapat mewakili populasi yang ada. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik cluster sampling, sehingga dari 27 SMA Negeri yang tersebar di Kota Bandung peneliti hanya mengambil delapan sekolah dengan pertimbangan wilayah yang cukup luas. Sugiono (2013, hlm. 83) menjelaskan bahwa “pengambilan sampel dengan teknik cluster sampling sering dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada di daerah itu”. Berdasar pada pengertian di atas, maka penulis mengambil langkah dalam mendapatkan sampel dari populasi siswa SMA kelas XI se Kota Bandung melalui dua tahap. Pertama membagi daerah di Kota Bandung menjadi lima bagian, selanjutnya mengacak nama-nama sekolah yang ada pada tiap bagian kemudian diambil satu atau dua sekolah untuk dijadikan sampel penelitiannya.

(35)

= x n Keterangan :

N = Ukuran Populasi

= Ukuran populasi stratum ke 1, 2, 3, … dst n = Ukuran sampel keseluruhan

= Ukuran sampel (Riduwan, 2009, hlm. 262) Dari dua cara pengolahan populasi menjadi sampel penelitian tersebut,

diperoleh data pemetaan sampel yang penulis teliti, dengan N = 3. 164 Ni = 399, 448, 324, … dst, dan n = 340 maka diperoleh ukuran sampel dari tiap sekolah seperti pada table di bawah ini.

Tabel 3. 2. Data Sampel SMA Negeri di Kota Bandung

No Nama Sekolah Alamat

Populasi Sampel

1. SMA Negeri 1 JL. IR H JUANDA 93

BANDUNG 399 43

2. SMA Negeri 2 JL. CIHAMPELAS NO. 173

BANDUNG 448 48

3. SMA Negeri 3 JL. BELITUNG 8

BANDUNG 324 35

4. SMA Negeri 8 JL. SOLONTONGAN NO.

3 BANDUNG 491 52

5. SMA Negeri 10 JL. CIKUTRA 77

BANDUNG 428 46

6. SMA Negeri 13 JL. RAYA CIBEUREUM

NO. 52 BANDUNG 332 36

7. SMA Negeri 19 JL. IR. H. JUANDA

(DAGO POJOK) BANDUNG 379 41 8 SMA Negeri 23 JL. MALANGBONG RAYA

ANTAPANI BANDUNG 363 39

Jumlah 3. 164 340

(36)

54

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

E. Instrumen Penelitian

Berkenaan dengan cara mengumpulkan data agar teruji validitasnya, maka penulis menggunakan angket untuk menilai variable-variabel yang diperlukan dalam penelitian ini. Hal tersebut diperkuat oleh Arifin (2012) beliau mengatakan bahwa

Angket memiliki kesamaan dengan wawancara, kecuali dalam implementasinya. Angket dilaksanakan secara tertulis, sedangkan wawancara dilaksanakan secara lisan. Keuntungan angket antara lain (1) responden dapat mejawab dengan bebas tanpa tanpa dipengaruhi oleh hubungan dengan peneliti atau penilai, dan waktu relatif lama, sehingga objektivitas dapat terjamin (2) informasi atau data terkumpul lebih mudah karena itemnya homogen (3) dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari jumlah responden yang besar yang dijadikan sampel. (hlm. 166) Menurut penjelasan di atas, maka peneliti akan mendapatkan data dari jumlah yang cukup besar yaitu data dari siswa SMA kelas XI se Kota Bandung dengan tingkat objektivitas yang terjamin. Namun demikian, selanjutnya Arifin (2012:166) mengatakan:

Kelemahan angket adalah (1) ada kemungkinan angket diisi oleh orang lain (2) hanya diperuntukan bagi yang dapat melihat / membaca saja karena berbentuk tulisan (3) responden hanya menjawab berdasarkan jawaban yang ada.

Untuk menghilangkan atau mengurangi kelemahan tersebut maka peneliti cukup mensiasati dalam menanggulangi kelemahan pada poin pertama di atas dengan cara khusus. Adapun pada poin berikutnya tidak mungkin terjadi sehubungan dengan sampel peneliti yang dapat melihat dan membaca seluruhnya. Sehingga yang akan peneliti lakukan ialah bekerja sama dengan guru penjas agar sampel dapat menjawab angket pada ruangan khusus dengan waktu yang fleksibel tanpa dibawa ke rumah dan disampaikan kepada siswa bahwa tidak ada kaitannya dengan penilaian sekolah. Diharapakn dengan cara demikian maka data yang diperoleh dapat lebih valid dan representatif.

(37)

yang menjadi sampel penelitian. Kuesioner penelitian disusun dengan cara mengajukan pertanyaan menurut indikator-indikator penelitian yang diperoleh dari pengembangan hasil kajian pustaka. Penyusunan kuesioner penelitian ini menggunakan skala likert. Sugiono (2013, hlm. 73) menjelaskan bahwa “Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. ” Berikut ini penilaiannya.

Selalu = 5 Sering = 4 Kadang-kadang = 3 Jarang = 2 Tidak pernah = 1 Atau

Sangat sesuai=5 Sesuai=4 Kurang sesuai=3 Tidak sesuai=2 Sangat tdk sesuai = 1 Kisi-kisi yang penulis gunakan dalam mendapatkan data untuk variabel disiplin belajar penjas ialah mengacu pada definisi disiplin belajar menurut Gunarsa (2004, hlm. 15) dan selanjutnya dikembangkan menjadi beberapa indikator yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian ini.

(38)

56

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

(39)

No Variabel Sub Variabel Indikator Sblm Valid Stlh Valid (+) (-) (+) (-)

kelancaran belajar

Kisi-kisi untuk variabel kognitif tentang kebugaran jasmani (Cognitive

Physical Fitness) mengacu pada teori dari Thomas Ratliffe dan Laraine M.

Ratliffe (2004, hlm. 10) dari bukunya yang berjudul Teaching Children Fitness,

Becoming a Master Teacher. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam table di

bawah ini.

(40)

58

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

(41)
(42)

60

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

No Variabel Sub Variabel Indikator Sblm Valid Stlh Valid

Sedangkan untuk variabel Gaya hidup aktif, penulis mengadopsi dari sebuah jurnal internasional yang dilakukan oleh Leen Haerens (2010, hlm. 3) yang berjudul Motivational profiles for secondary school physical education and

(43)

No Variabel Sub Variabel Indikator Sblm Valid Stlh Valid

menjadi anggota club olahraga, perkumpulan senam, weight

training dll.

 Memiliki rutinitas olahraga sendiri

62 19 53 17

c. Aktivitas fisik disela-sela bekerja atau disela-sela belajar.

 Aktivitas bermain ketika

beristirahat di sekolah

10 70 9 59

F. Prosedur Penelitian

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui secara lebih terperinci mengenai populasi penelitian sehingga sampel yang diambil benar-benar dapat mewakili dari populasi yang ada tanpa menghilangkan karakteristik yang sebenarnya. Selain dari itu, studi pendahuluan atau observasi ini juga dilakukan untuk lebih meyakinkan bahwa sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini benar-benar dibutuhkan menurut kepentingan penelitiannya.

2. Instrumen Penelitian

(44)

62

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

sesuaikan dengan kebutuhan penelitian berdasarkan karakteristik objek yang diteliti, tentunya dengan bimbingan dan arahan dari beberapa dosen dibidangnya. Dalam penelitian ini instrument penelitiannya dengan menggunakan angket untuk variabel disiplin belajar penjas, kognitif tentang kebugaran jasmani, dan gaya hidup sehat yang indikatornya dikembangkan dari beberapa teori dan hasil dari mengadopsi penelitian luar negeri.

3. Izin Penelitian

Sebelum mengambil data dalam penelitian, peneliti harus memiliki sebuah surat yang menerangkan bahwa peneliti membutuhkan data dari beberapa sekolah di Kota Bandung yang dikeluarkan oleh pihak Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang ditandatangani oleh Direktur SPs UPI dan selanjutnya diberikan ke Kantor Kesbang Kota Bandung sehingga mendapat surat tembusan untuk Kantor Dinas Pendidikan Kota Bandung kemudian peneliti mendapatkan surat pengantar untuk diberikan ke sekolah-sekolah yang menjadi sampel penelitian. 4. Uji Coba Penelitian

Ketika indikator-indikator telah ditentukan dan menjadi sebuah pertanyaan-pertanyaan dalam sebuah angket, selanjutnya dilakukan uji coba angket di sekolah yang homogen dengan sampel yang kita ambil namun tidak dijadikan data penelitian kita melainkan datanya diolah untuk mengetahui butir soal yang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi sehingga kita memiliki angket penelitian yang siap kita sebarkan pada sampel penelitian.

5. Melakukan Penelitian

Angket yang sudah teruji validitas dan reliabilitas butir soalnya kemudian disebarkan pada delapan sekolah menengah atas negeri yang berada di Kota Bandung.

6. Mengolah Data Penelitian

(45)

karya tulis dengan menggunakan pedoman penulisan karya tulis ilmiah UPI tahun akademik 2014/2015.

G. rosedur Pengolahan Data

1. Uji Validitas

Dalam pengolahan data, ada berbagai macam cara uji validitas. Dalam penelitian ini penulis menggunakan validitas empiris karena disesuaikan dengan tujuan penelitian. Sebagaimana yang disampaikan oleh Arifin (2012, hlm. 249) “Validitas empiris dilakukan untuk mencari hubungan antara skor tes dengan suatu kriteria tertentu. Namun, kriteria itu harus relevan dengan apa yang akan diukur. ” Dari pernyataan tersebut maka hubungan yang dimaksud peneliti ialah antara tingkat kognitif physical fitness atau pengetahuan dan pemahaman tentang kebugaran jasmani juga tingkat disiplin belajar penjas siswa dengan gaya hidup aktif siswa SMA Negeri kelas XII se Kota Bandung.

Untuk menguji validitas empiris dapat digunakan jenis statistic korelasi

product-moment,

Pengambilan keputusan item yang valid didasarkan pada uji hipotesa dengan kriteria sebagai berikut:

(46)

64

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

Jadi, semakin tinggi validitas suatu alat ukur, maka alat ukur tersebut semakin mengenai sasarannya atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur.

Untuk lebih jelasnya tetang uji validitas, berikut adalah rekapitulasi hasil perhitungan uji validitas data disiplin belajar (X1), data pemahaman tentang kebugaran jasmani (X2), dan gaya hidup aktif siswa SMA (Y).

Tabel 3. 6

Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Data disiplin belajar (X1)

Nomor r Hitung r Tabel Kriteria 5 0. 32 0. 30 Valid 6 0. 70 0. 30 Valid 12 0. 33 0. 30 Valid 13 0. 32 0. 30 Valid 14 0. 59 0. 30 Valid 15 0. 70 0. 30 Valid 17 0. 41 0. 30 Valid 18 0. 70 0. 30 Valid 23 0. 14 0. 30 Invalid 24 0. 23 0. 30 Invalid 26 0. 43 0. 30 Valid 27 0. 37 0. 30 Valid 28 0. 34 0. 30 Valid 29 0. 34 0. 30 Valid 32 0. 30 0. 30 Valid 36 0. 43 0. 30 Valid 37 0. 38 0. 30 Valid 39 0. 60 0. 30 Valid 40 0. 59 0. 30 Valid 41 0. 69 0. 30 Valid 44 0. 70 0. 30 Valid 50 0. 35 0. 30 Valid 51 0. 57 0. 30 Valid 58 0. 56 0. 30 Valid

(47)

Tabel 3. 7

Hasil Rekapitulasi Uji Validitas

Data pemahaman tentang kebugaran jasmani (X2)

(48)

66

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

Berdasarkan Tabel 3.7 diperoleh bahwa dari 36 pernyataan tentang pemahaman tentang kebugaran jasmani terdapat 27 item valid dan 9 item tidak valid yaitu nomor 4,16, 22,25, 30,33,49,64,65. Bagi item yang valid berarti bahwa item tersebut dapat mengukur tentang pemahaman tentang kebugaran jasmani dan bagi item yang tidak valid berarti bahwa item tersebut tidak dapat mengukur pemahaman tentang kebugaran jasmani.

Tabel 3. 8

Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Data gaya hidup aktif siswa SMA (Y)

Nomor r Hitung r Tabel Kriteria

(49)

Titik tolak ukur koefisien reliabilitas digunakan pedoman koefisien korelasi dari Sugiyono (2008, hlm. 184) yang disajikan pada tabel 3.9 berikut.

Tabel 3. 9

Pedoman Interpretasi Koefesien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 - 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tingi

Proses pengujian reliabilitas dilakukan menggunakan bantuan perangkat lunak MS Excel 2007. Hasil pengujian didapatkan :

Tabel 3. 10

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Instrumen Nilai

Reliabilitas Kriteria

disiplin belajar (X1) 0,84 Sangat Tinggi

pemahaman tentang kebugaran jasmani dalam Penjas (X2)

0,81 Sangat Tinggi gaya hidup aktif siswa SMA (Y) 0,83 Sangat Tinggi

Merujuk pada pedoman koefisien korelasi dari Sugiyono (2008, hlm. 184), dapat ditarik kesimpulan bahwa reliabilitas instrumen pengungkap disiplin belajar, pemahaman tentang kebugaran jasmani dalam Penjas dan gaya hidup aktif siswa SMA berada pada kategori sangat tinggi. Artinya, instrumen tersebut memiliki tingkat reliabilitas yang sangat tinggi.

H. Analisis Data

(50)

68

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

1. Path Analyisis

Kontribusi disiplin belajar dan pemahaman tentang kebugaran jasmani dalam Penjas terhadap gaya hidup aktif siswa SMA dianalisis dengan menggunakan Analisis Jalur (Path Analysis). Karena penelitian ini bersifat atau berkenaan dengan faktor pengaruh maka analisis statistik yang dipakai adalah “path analysis” atau analisis jalur. Analisis ini menghendaki data yang bersifat interval. Data dalam penelitian ini adalah dalam bentuk ordinal, maka agar terdapat kesetaraan data untuk diolah lebih lanjut maka skala tersebut diubah dahulu menjadi skala interval dengan menggunakan Method Of successive Interval (MSI).

Selanjutnya, data hasil MSI dilakukan analisis data prasyarat dengan menguji persyaratan analisis, yaitu uji normalitas dan uji linieritas.

2. Uji Normalitas

Pengujian normalitas masing-masing variabel dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah sebaran data tiap variabel tidak menyimpang dari ciri - ciri data yang akan berdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 18 Uji Kolmogorov-Smirnov. Dengan kriteria apabila nilai probabilitas atau signifikansi lebih besar dari 0,05 data berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai probabilitas atau signifikansi lebih kecil dari 0,05 data tidak berdistribusi normal.

3. Uji Linieritas

(51)

signifikansi α = 0. 05. Kaidah keputusan yang berlaku adalah sebagai berikut :

1)Nilai sig F atau signifikansi atau nilai probabilitas ≥ 0. 05, maka distribusi data berpola tidak Linier.

2)Nilai sig F atau signifikansi atau nilai probabilitas ≤ 0. 05, maka distribusi data berpola Linier.

(52)

125

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Hasil akir dari penulisan karya tulis ilmiah ini ialah menerjemahkan seluruh hasil dari pengolahan data yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Agar lebih jelas, penulis susun kesimpulan, implikasi dan rekomendasi ini dalam beberapa poin, yaitu:

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang telah penulis lakukan, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut :

1. Tingkat disiplin belajar siswa dalam penjas berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerapan gaya hidup aktif siswa SMA Negeri kelas XII di Kota Bandung.

2. Tingkat kognitif tentang kebugaran jasmani dalam penjas berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerapan gaya hidup aktif siswa SMA Negeri kelas XII di Kota Bandung.

3. Secara bersamaan antara tingkat disiplin belajar siswa dan tingkat kognitif tentang kebugaran jasmani siswa dapat berpengaruh terhadap penerapan gaya hidup aktif siswa.

B. Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, penulis sarankan beberapa hal, sebagai berikut:

1. Guru pendidikan jasmani mulai dari sekolah dasar sampai pada sekolah tingkat atas hendaknya memperhatikan proses pembelajaran penjas dan senantiasa mampu membimbing prilaku disiplin siswa, mengingat faktor disiplin belajar dalam pendidikan jasmani ini berpengaruh terhadap penerapan gaya hidup aktif siswa dalam menjalani kehidupan sahari-harinya.

(53)

penjas jangan memberikan sebuah tugas hanya pada siswa tertentu saja melainkan harus dipastikan semua siswa yang diajarnya mendapat tugas dan pengalaman yang sama dalam usaha meningkatkan kedisiplinannya. 3. Guru penjas harus mampu memberikan pembelajaran yang dapat

meningkatkan kognitif siswa tentang kebugaran jasmani secara keseluruhan akan pentingnya mendinamiskan diri, hal ini bisa terwujud dengan senantiasa mempersiapkan rencana pembelajaran teori yang berkaitan dengan aspek-aspek kebugaran jasmani agar penyampaiannya dikemas semenarik mungkin seperti halnya mengemas pertemuan praktek yang cenderung selalu menarik dalam setiap pertemuannya. Dalam hal menyampaikan teori tentang konsep-konsep meningkatkan kebugaran jasmani yang meliputi bagaimana cara mendapatkan kebugaran, apa saja yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kebugaran, hal-hal apa saja yang bisa mendorong siswa untuk terus aktif sehingga kebugarannya dapat meningkat dan serangkaian hal lainnya yang dapat meningkatkan kognitif siswa tentang kebugaran jasmani ini hendaknya jangan dilakukan dengan satu metode pembelajaran saja yaitu metode ceramah saja. Sebab, hal-hal yang dapat meningkatkan pemahaman siswa akan pentingnya menjaga dan meningkatkan kebugaran jasmani ini bisa disampaiakan dengan berbagai macam cara yang menarik.

4. Ketika terlihat ada sebuah indikasi dari siswa yang tidak mau mendisiplinkan diri dalam pembelajaran penjas, maka guru penjas harus secepatnya menangani dengan pendekatan yang spesifik jangan sampai ketidak disiplinan siswa sekecil apapun berlarut-larut terulang oleh siswa. Dengan cara demikian maka disiplin belajar siswa dalam penjas senantiasa dapat terkontrol dengan baik.

(54)

127

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

lebih mudah dan terarah dalam mengembangkan dan menyesesuaikan dengan karekteristik masing- masing siswa atau sekolah.

6. Bagi para peneliti berikutnya, direkomendasikan untuk meneliti faktor lain yang dapat berkontribusi terhadap penerapan gaya hidup aktif mengingat prilaku ini sangat berperan penting dalam usaha menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan suatu bangsa.

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Alisabet B. Hurlock. (1999). Child Developmant, Jakarta: Erlangga.

Arikunto, S. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan ( Edisi Revisi ). Jakarta: PT. Bumi Aksara

Ausubel, David P. (1963). The Psychology of Meaningful Verbal Learning. New York: Grune and Stratton.

---. (1968). Educational Psychology, A Cognitive View. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Azwar, Saefudin (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bahri Syaiful. (2008). Paradigma Pembelajaran Baru. Jakarta: Rineka Cipta. Berry Brazelton, Joshu D. Sparrow. (2009). Disiplin Anak, Jakarta: PT Bhuana

llmu Populer.

Bloom, B. S. (1979). Taxonomy of Educational Objectives: Book 1 Cognitive

Domain. London, Longman Group.

Brazelton Berry. (1981). A New Model of Assessing the Behavioral Organization

in Preterm and Fullterm Infants: Two Case Studies. University of

Georgia. Athens. Yang diunduh dari

http://www.sciencedirect.com/science/article. Pages 239–263

Brown, H. Douglas. (2000). Principles of Language Learning and Teaching, 2nd ed. Cambridge Journals. Cambridge University Press. Yang diunduh dari

http://journals.cambridge.org/action/displayAbstract;jsessionid=

F8A439DAF5B04B90E9D5E04FF28A3148.journals?fromPage=online&a id=254678

Bruner, J. S. (1968). Processes of Cognitive Growth Infancy (Heinz Werner

Lectures). Wercester, M. A : Clark University Press.

---. (1971). The Relevance of education. Oxford, UK: W.W. Norton. Corbin CB. (2002). Physical education as an agent of change. Quest 54: 182–95. Dewey, John. (1950). democracy and Education. Cleveland: The Cleveland

Museum of Arts.

(56)

129

Cecep Sandy Bagja Nugraha, 2015

Tingkat D isiplin Belajar Penjas Dan Tingkat Kognitif Tentang Kebugaran Jasmani Terhadap Gaya Hidup Aktif Siswa Sma Negeri Se Kota Bandung

Fairclough S, Stratton G, and Baldwin G. (2003). The contribution of secondary

school physical education to lifetime physical activity. European Physical

Education Review 8(1): 69–84.

Fairclough SJ (2003) Girls’ physical activity during high school physical

education: influences of body composition and cardiorespiratory fitness.

Journal of Teaching in Physical Education 22: 382–95.

Freire, Paulo. (1979). Educational for Critical Consciousness. London: Shedd and Ward.

Gunarsa, Singgih. (2004). Psikologi perkembangan anak, remaja dan keluarga. Jakarta: PT. Gunung Mulia

Hetherington. (1975). Motor Learning Development. New York: Ballantine Books.

Higbee, Kenneth. (1988). Memori Anda. Semarang: Dahara Prize. http://kbbi.web.id/aktif

http://kbbi.web.id/sehat

http://bandung.bisnis.com/read/20140909/23/516797

http://www.litbang.depkes.go.id/sites/.../rkd2013/Laporan_Riskesdas2013.PDF

http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-sehat-menurut-ahli-who.html#

Ibrahim, R. (2001). Landasan Psikologis Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional – Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

J.A Adegun,and E.P. Konwea (2009) The Prevalence of Hypokinetic Disorders

Among Workers in Tertiary Institutions. Ekiti State. Yang diunduh dari

http://www.nobleworld.biz/images/A_K.pdf

Leen Haerens (2010). Motivational profiles for secondary school physical

education and its relationship to the adoption of a physically active lifestyle among university students. European Physical Education Review.

From http://epe.sagepub.com/content/16/2/117

Lewin. K. (1951). Field Theory In Social Science: Selected Theoretical Papers. New York Harper. New York. USA

Lutan, Rusli. (2011). Pendidikan Kebugaran Jasmani: Orientasi Pembinaan Di

Gambar

Gambar 3.  1.  Paradigma ganda dengan dua variabel independen
Tabel 3.  1.  Data Populasi Sekolah Menengah Atas di Kota Bandung
Tabel 3.  2.  Data Sampel SMA Negeri di Kota Bandung
Tabel 3.  3.  Kisi-Kisi Disiplin Belajar Penjas Sumber: Gunarsa (2004, hlm.  15)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Asersi (assertions) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen laporan keuangan.. Dengan adanyanya hasil audit atas laporan keuangan yang

Buku ajar bahasa Indonesia bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kearifan lokal sebagai amanat dari UU Sisdiknas No 20 tahun 2003,yang termaktub pada pasal 33 mengemukakan bahasa

Pengaruh Audit Tenure , Ukuran Kantor Akuntan Publik, Ukuran Perusahaan Klien dan Rotasi Audit terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa efek

The objective of this research was the development and the application of Digital Story Telling media to PGSD (Elementary School Teacher candidate) speaking ability.. This

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Penerapan Permainan Belanja Kata untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Puisi Bebas Kelas V SDN

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Teknik Elektro.

Kepuasan pelanggan merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan.. Dan hal ini juga merupakan faktor terpenting munculnya loyalitas

Data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan tiga macam instrumen, yang terdiri dari tes matematika berupa tes kemampuan koneksi dan kemampuan pemecahan