• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Siswa - PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) BERBANTUAN VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 1 PURWANEGARA - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Siswa - PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) BERBANTUAN VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 1 PURWANEGARA - repository perpustakaan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keaktifan Siswa

Menurut Kurniawan (2009) keaktifan adalah kegiatan atau segala sesuatu yang

dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non visik . Keaktifan

yang dimaksud di sini penekanannya adalah pada siswa. Dengan adanya keaktifan

siswa dalam proses belajar mengajar maka akan tercipta situasi belajar yang aktif.

Menurut Sudjana (2012) pada penilaian proses belajar mengajar yang utama adalah

dengan melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar

mengajar. Jadi menurut peneliti, keaktifan siswa adalah segala sesuatu yang dilakukan

siswa pada saat kegiatan belajar mengajar yang tidak hanya melibatkan fisik namun

juga kegiatan non-fisik

Dimyanti (2009) mengatakan keaktifan siswa dalam pembelajaran mengambil

beraneka bentuk kegiatan dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan

psikis yang sulit diamati. Sudjana (2012) mengatakan penilaian proses belajar

mengajar terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti

proses belajar mengajar. Keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal:

a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya,

b. Terlibat dalam pemecahan masalah,

c. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang

dihadapinya,

d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah,

e. Melakukan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru,

(2)

h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam

menyelesaikan tugas atau persoalan yang diperolehnya.

Kemudian indikator keaktifan siswa yang akan peneliti amati adalah

1) Turut serta dalam memecahkan masalah

2) Terlibat dalam pemecahan masalah

3) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang

dihadapinya

4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah

5) Melakukan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru

6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya

7) Melatih diri dengan memecahkan soal atau menerapkan apa yang telah diperoleh

8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam

menyelesaikan tugas atau persoalan yang diperolehnya.

B. Kemampuan Penalaran Matematika

Wardani (2010) mengatakan bahwa penalaran adalah suatu proses atau

aktifitas berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat pernyataan baru yang

benar berdasarkan pada pernyataan yang telah dibuktikan (diasumsikan)

kebenarannya, maka soal bentuk objektif kurang tepat digunakan untuk melatih dan

mengukur atau melatih kemampuan penalaran karena tidak dapat mendeteksi dengan

baik proses berpikir siswa. Menurut Fajar Shadiq (2004) penalaran adalah suatu

kegiatan, suatu proses atau suatu aktifitas berpikir untuk menarik kesimpulan atau

membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan yang

kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya. Masih dalam Fajar

(3)

Jadi dapat peneliti simpulkan bahwa penalaran matematika adalah suatu proses

berpikir untuk membuat suatu kesimpulan yang dibuat dari menghubung-hubungkan

fakta-fakta yang kebenarannya yang telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya

dalam pelajaran matematika

Penalaran dikenal dengan dua macam yaitu induksi atau penalaran induktif

dan deduksi atau penalaran deduktif. Berikut ini penjelasan tentang penalaran induktif

dan penalaran deduktif:

a. Penalaran induktif merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau suatu aktifitas

berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru

yang bersifat umum berdasarkan pada pernyataan khusus yang diketahui benar.

b. Penalaran deduktif adalah suatu cara penarikan kesimpulan dari pernyataan atau

fakta-fakta yang dianggap benar dengan menggunakan logika.

Indikator yang ada dalam kemampuan penalaran menurut Wardhani (2010)

adalah:

a. Mengajukan dugaan

Kemampuan mengajukan dugaan merupakan kemampuan siswa dalam

merumuskan berbagai macam kemungkinan pemecahan sesuai dengan

pengetahuan yang dimiliki.

b. Melakukan manipulasi matematika

Kemampuan mamanipulasi matematika merupakan kemampuan siswa dalam

mengerjakan atau menyelesaikan suatu permasalahan dengan menggunakan cara

sehingga tercapai tujuan yang dikehendaki.

c. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan terhadap kebenaran

(4)

d. Menarik kesimpulan dari pernyataan

Kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan merupakan proses berpikir

yang memberdayakan pengetahuannya sedemikian rupa untuk menghasilkan

sebuah pemikiran.

e. Memeriksa kesyahihan suatu argumen

Kemampuan memeriksa kesyahihan suatu argumen merupakan kemampuan yang

menghendaki siswa agar mampu menyelidiki tentang kebenaran dari suatu

pernyataan yang ada.

f. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi

Kemampuan menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat

generalisasi merupakan kemampuan siswa dalam menemukan cara atau pola dari

suatu pernyataan yang ada sehingga dapat mengembangkannya ke dalam kalimat

matematika.

Indikator yang akan diamati adalah

a. melakukan manipulasi matematika

b. menarik kesimpulan

c. memeriksa kesahiran suatu argumen

d. menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat

generilalisasi

Tidak semua indikator diamati karena untuk kalangan siswa SMP indikator

penalaran yang penulis amati dirasa telah cukup.

C. Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Wema (2011), model pembelajaran berbasis masalah merupakan

(5)

praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui

permasalahan-permasalahan yang ada.

Menurut Suprijono (2013) Model pembelajaran berbasis masalah menekankan

konsep-konsep dan informasi yang dijabarkan dari disiplin-disiplin akademik. Model

pembelajaran berbasis masalah juga melibatkan presentasi situasi-situasi autentik dan

bermakna yang berfungsi sebagai landasan bagi investigasi oleh peserta didik. Dalam

Trianto (2012) pembelajaran berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus

dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan.

Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan

sistem syaraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah

yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahanya dengan

baik. Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa model

pembelajaran berbasis masalah atau (PBM) adalah model pembelajaran yang

menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis yang menekankan

konsep-konsep dan informasi dan merupakan hubungan antara dua arah, belajar dan

lingkungan.

Pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil

siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan

guru. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa

menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan

berpikir kritis. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan

permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerja sama diantara

siswa-siswa. Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa menggunakan rencana

pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan, guru memberikan contoh

(6)

tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan

berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.

Strategi belajar berbasis masalah menurut wema (2011) memiliki beberapa

karakteristik sebagai berikut, diantaranya :

a) Belajar dimulai dengan suatu permasalahan.

b) Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia nyata siswa.

c) Mengorganisasikan pembelajaran di seputar permasalahan bukan diseputar

disiplin ilmu.

d) Memberikan tanggung jawab yang besar dalam membentuk dan menjalankan

secara langsung proses belajar mereka sendiri. d). menggunakan kelompok kecil.

e) Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajarinya dalam

bentuk produk dan kinerja.

Disamping memiliki karakterisrik seperti disebutkan di atas, strategi belajar

berbasis masalah juga harus dilakukan dengan tahap-tahap tertentu. Tahap-tahap

strategi belajar berbasis masalah adalah sebagai berikut :

a. menemukan masalah,

b. mendefinisikan masalah,

c. mengumpulkan fakta,

d. mengumpulkan hipotesis (dugaan sementara)

e. melakukan penyelidikan,

f. menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan,

g. menyimpulkan alternatif permasalah secara kolaboratif, dan

(7)

Menurut Aren (Trianto: 2012) berbagai pengembangan pengajaran

berdasarkan masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik

sebagai berikut:

a. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukannya pengorganisasikan disekitar

prinsip-prinsip atau akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah

berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, dan ilmu-ilmu sosial),

masalah yang akan diselidiki telah dipilih bener-benar nyata agar dalam

pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. Sebagai

contohnya, masalah di Teluk Chesapeakemencakup berbagai subjek akademik

dan terapan mata pelajaran seperti biologi, ekonemi, sosiologi, pariwisata dan

pemerintahan.

b. Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa

melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap

masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan maslah,

mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan

menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat

inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Sudah barang tentu, metode

penyelidikan yang digunakan, bergantung kepada masalah yang sedang

dipelajari.

c. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran berdasarkan masalah

menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata

atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian

masalah yang mereka temukan.Produkmitu dapat berupa laporan, model fisik,

video maupun program komputer. Karya nyata dan peragaan seperti yang akan

(8)

kepada teman-temanya yang lain tentang apa yang meraka pelajari dan

menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional atau makalah.

d. Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang

bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau

dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara

berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang

untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial

dan keterampilan berpikir.

Selain itu menurut Wema (2011) kelebihan model pembelajaran berdasarkan

masalah adalah:

a) Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.

b) Berpikir dan bertindak kreatif.

c) Memecahkan masalah yang dihadapi secara realitis.

d) Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.

e) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.

f) Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapi dengan tepat.

g) Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya

dunia kerja.

Sintak pembelajaran berbasis masalah menurut Triyanto (2012) adalah sebagai

berikut:

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, mendeskripsikan berbagai kebutuhan

logistik penting dan memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan

(9)

b. Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan

tugas-tugas belajar terkait dengan permasalahan.

c. Guru mendorong peserta didik untuk mendapatkan informasi yang tepat,

melaksanakan experimen, dan mencari penjelasan dan solusi.

d. Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan

artefak-artefak yang tepat, seperti laporan, rekaman video dan model-model serta

membantu mereka untuk menyampaikannya kepada orang lain.

e. Guru membantu peserta didik untuk melakukan refreksi terhadap investigasinya

dan proses-proses yang mereka gunakan

D. Video Pembelajaran

Salah satu bentuk dari media audio visual adalah video pembelajaran. Video

berasal dari bahasa latin yaitu “i see” yang artinya saya melihat. Dalam Rusman

(2013) video adalah serangkaian gambar gerak yang disertai suara yang membentuk

satu kesatuan yang dirangkai menjadi sebuah alur dengan pesan-pesan didalamnya

untuk ketercapaian tujuan pembelajaran yang penyimpanannya pada media pita atau

dist. Kemudian dalam Isjoni (2008) video adalah alat untuk merekamkan dan

menayangkan film dengan menggunakan pita video. Berdasarkan uraian diatas

peneliti dapat menyimpulkan bahwa video adalah alat yang dibuat untuk menyimpan

serangkaian gambar yang bergerak beserta suaranya dengan isi yang mempuyai tujuan

tertentu sesuai dengan kebutuhan pembuatnya yang tersimpan pada pita atau disk.

Beberapa kelebihan video menurut Rusman (2013) adalah:

1) Memberi pesan yang dapat diterima secara lebih merata olih seluruh siswa.

2) Sangat bagus untuk menerangkan suatu proses.

3) Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.

(10)

5) Memberikan kesan yang mendalam yang dapat mempengaruhi sikap siswa.

Menurut Isjoni (2008) ada beberapa kelebihan yang ada dalam video adalah

sebagai berikut:

1) Unsur multimedia.

2) Manipulasi ruang, masa dan saiz.

3) Penyampaian pesan pengajaran.

4) Memudahkan pembelajaran dan pencapaian objektif pengajaran.

5) Meningkatkan berbagai kemahiran dan pengalaman pelajar.

Dengan menggunakan media jenis ini siswa diharapkan dapat memperoleh

persepsi dan memahami yang sama dan benar, selain siswa dapat menerima materi

mata pelajaran. sedangkan guru diharapkan dapat mengikat siswa selama

pembelajaran berlangsung dan membantunyamengikat kembali dengan mudah

berbagai pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari. Media video

pembelajaran termasuk ke dalam kategori motion picture, vidio pembelajaran dalam

format disk dioperasikan dengan menggunakan VCD/DVD player yang dijalankan

dengan disk atau lempengan serta ditampilkan melalui televisi atau LCD atau dapat

diputar langsung melalui PC komputer. Media jenis ini juga dapat digunakan untuk

menyajikan bagian-bagian dari suatu proses dan prosedur untuk memudahkan siswa

dalam mengamati dan menirukan langkah-langkah suatu prosedur yang harus

dipelajari.

E. Materi Pelajaran Matematika

Pada kegiatan ini materi yang akan disampaikan adalah pokok bahasan Sistem

(11)

1. Standar kompetensi

Memahami sistem persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam

pemecahan maslah.

2. Kompetensi Dasar

2. 1 Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel.

2. 2 Membuat model matematika dan masalah yang berkaitan dengan sistem

persamaan linear dua variabel.

2. 3 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem

persamaan linear dua variabel dan penafsirannya.

3. Indikator

a. Menyebutkan perbedaan persamaan linear dua variabel dengan sistem

persamaan linear dua variabel.

b. Menjelaskan sistem persamaan linear dua variabel dalam berbagai bentuk dan

variabel.

c. Menentukan akar sistem persamaan linear dua variabel dengan substitusi dan

eliminasi.

d. Membuat matematika dari masalah sehari-hari yang berkaitan dengan sistem

persamaan linear dua variabel.

e. Menyelesaikan matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem

persamaan linear dua variabel dan penafsirannya.

f. Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan menggunakan

grafik garis lurus.

F. Kerangka Berfikir

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang menurut sebagian siswa

(12)

jawaban dari soal-soal yang diberikan guru. Soft skill yang guru harapkan akan

dimiliki siswapun tidak bisa terwujud dengan adanya permasalahan yang ada.

Salah satu soft skill yang guru harapkan adalah meningkatnya kemampuan

penalaran matematika dan keaktifan siswa. Siswa kelas VIII D masih belum

memunculkan adanya soft skill yang diharapkan guru. Oleh karena itu, dibutuhkan

suatu strategi, metode atau pembelajaran matematika yang dapat mewujudkan hal

tersebut.

Salah satu pembelajaran matematika yang dapat memunculkan soft skil adalah

pembelajaran berbasisi masalah berbantuan video. Video yang dilihat siswa berasal

dari salah satu soal yang terdapat dalam LKS. Kegiatan yang ada dalam pembelajaran

berbasis masalah berbantuan video diharapkan akan merangsang keaktifan dan

kemampuan penalaran siswa dalam matematika pada saat belajar mengajar.

Karakteristik pembelajara berbasis masalah berbantuan video juga

merangsang berkembangnya keaktifan dan kemampuan penalaran dalam matematika

pada saat belajar mengajar pada siswa. Karakteristik yang ada dalam pembelajaran

berbasis masalah adalah:

1. Adanya pengajuan pertanyaan atau masalah. Hal ini akan meningkatkan

keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika, ini terjadi dikarenakan siswa

akan mengajukan pertanyaan dengan harapan mereka mendapat jawaban yang

pasti sehingga mereka akan merasa mampu mengerjakan pertanyaan-pertanyaan

lain yang mereka anggap sulit.

2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Siswa diberikan contoh permasalahan

matematika kemudian guru akan mengaitkannya pada permasalahan yang terjadi

(13)

bisa meningkatkan kemampuan penalaran karena siswa diperlihatkan cara

penyelesaian yang berbeda sehingga mampu menemukan pola dalam

penyelesaian.

3. Penyelidikan autentik. Kegiatan ini mewajibkan setiap siswa untuk melakukan

analisis pada setiap permasalahan yang timbul, kemudian mereka akan

mendefinisikan masalah tersebut untuk kemudian membuat suatu prediksi dan

mengumpulkan informasi untuk dijadikan kesimpulan. Penjelasan yang ada dari

penyelidikan yang autentik dapat meningkatkan kemampuan penalaran dalam

matematika karena siswa digiring untuk mencari kemungkinan-kemungkinan

jawaban atau cara pengerjaan dari permasalahan yang ada.

4. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pada kegiatan ini setiap siswa

dituntut untuk mempunyai suatu produk tertentu atau hasil dari pengerjaan

masalah dan untuk kemudian mereka mempresentasikan jawaban dari

permasalahan itu. Siswa akan memperhatikan penjelasan dari salah satu teman

yang sedang mempresentasikan hasil produknya, apabila dirasa seluruh kelas

memiliki jawaban yang sama maka kegiatan ini akan meningkatkan kemampuan

berpikir kritis dalam matematika. Kemudian apabila ada beberapa klompok anak

yang mempunyai jawaban berbeda maka guru memberikan kesempatan kepada

salah satu anak itu untuk mempresentasikannya, hal ini bertujuan untuk

meningkatkan keaktifan siswa dalam matenatika pada sisiwa.

5. Kolaborasi. Kegiatan yang terahir ini memposisikan siswa untuk berkelompok

dan kemudian mencari permasalahan yang ada untuk kemudian mereka

diwajibkan saling bekerja sama untuk mendapatkan satu solusi yang tepat dari

permasalahan itu. Kegiatan kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan

(14)

G. Hipotesis

Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah

a. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berbantuan Video akan meningkatkan

keaktifan siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Purwanegara

b. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berbantuan Video akan meningkatkan

kemampuan penalaran matematika siswa kelas VIII D SMP Negeri 1

Gambar

grafik garis lurus.

Referensi

Dokumen terkait

Bisa juga diartikan sebagai sistem ajaran (doktrin) dan praktek yang didasarkan pada sistem ke- percayaan seperti itu, atau sebagai kepercayaan akan keberadaan dan pengaruh

Memberikan makanan lunak, misalnya bubur yang memakai kuah, dengan porsi sedikit tetapi dengan kuantitas yang sering..

Salah satu metode yang dipilih oleh peneliti adalah intervensi Integrasi Perubahan Perilaku (IPP) melalui pendekatan terapi rasional emosi perilaku/ rational emotive behavior therapy

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan berkat-Nya sehingga skripsi yang berjudul “ Pengaruh lama Perebusan

Bagaimana membuat sistem informasi berbasis web tentang layanan kesehatan Kota Yogyakarta yang mampu memberikan informasi tentang institusi layanan dan jenis layanan

propilitik , litologi yang berfungsi menjadi reservoir pada daerah penelitian ialah satuan batuan piroklastik (Breksi andesit, breksi tuffan). Pada reservoir terdapat

Kegiatan usaha penunjang angkutan udara tersebut dapat berupa kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan angkutan udara niaga antara lain sistem reservasi

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis pemberian ekstrak tempe lebih banyak dari 0.5 g/ekor/hari pada saat tikus jantan lepas sapih hingga memasuki usia