• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Pengertian Novel - Heni Prasetiawati BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "A. Pengertian Novel - Heni Prasetiawati BAB II"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

Setiap kajian memerlukan teori yang dianggap tepat dan sesuai dengan

permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai. Dalam penelitian ini karya sastra

(novel) yang dikaji menitikberatkan pada masalah moral.

Untuk mempermudah dalam penelitian ini, maka perlu adanya teori-teori

yang mendukung dan relevan dengan penelitian ini. Teori-teori tersebut

diantaranya meliputi hal-hal yang berkaitan dengan pengertian novel, pengertian

novel anak, pengertian moral, hakikat moral dalam karya sastra, serta

aspek-aspek moral dan kriterianya.

A. Pengertian Novel

Kata novel menurut Tarigan, (1984 : 164) berasal dari kata latin

novellus yang diturunkan pula dari kata novies yang berarti “ baru ” dikatakan baru karena dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya sepertiu puisi,

drama, dan lain-lain, maka jenis novel itu muncul kemudian. Dalam “The American College Dictionary” dapat kita jumpai keterangan bahwa novel

adalah suatu cerita dengan suatu alur, cukup panjang mengisi satu buku atau

lebih, yang menganggap kehidupan pri dan wanita yang bersifat imajinatif.

Sayuti, (1996 : 6-7) menyatakan bahwa novel cenderung meluas dan

juga cenderung menitikberatkan pada kompleksitas. Sebuah novel jelas tidak

berarti dapat selesai dibaca dalam sekali duduk. Karena panjangnya, sebuah

(2)

sebuah perjalanan waktu. Novel memungkinkan dapat diketahui

perkembangan karakter tokoh sajalah dengan perjalanan waktu. Novel juga

menyajikan adanya penyajian panjang lebar tentang tempat dan ruang.

Menurut Suroto, (1989 : 19) Novel adalah suatu karangan prosa yang

bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari

kehidupan orang-orang (Tokoh) cerita. Luar biasa karena kejadian ini terlahir

suatu konflik, suatu pertikaian, yang mengalihkan jurusan nasib mereka.

Wujud novel adalah konsentrasi, pemusatan kehidupan dalam satu saat, dalam

satu krisis yang menentukan. Novel hanya menceritakan salah satu segi

kehidupan sang tokoh yang benar-benar istimewa yang mengaakibatkan

terjadinya perubahan nasib.

Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu :

unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang keduanya saling berhubungan karena

sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra. Sebuah karya sastra

itu tidak mungkin bisa lepas dari tema, cerita, penokohan, alur, dan

sebagainya yang membangun karya sastra itu.

Unsur-unsur pembangun sebuah novel secara garis besar dapat

dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

a) Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu

sendiri. Unsur yang dimaksud misalnya : peristiwa, cerita, plot, penokohan,

tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa dan lain

(3)

sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem

organisme karya sastra.

Unsur ektrinsik yang dimaksud antara lain adalah unsur biografi

pengarang, psikologi, baik yang berupa psikologi pengarang (mencakup

proses kreatifnya), psikologi pembaca, maupun penerapan prinsip psikologi

dalam karya, keadaan lingkungan pengarang Wellek & Warren ( dalam

Nurgiyantoro, 2007: 23-24)

Karya sastra erat sekali hubungannya dengan unsur intrinsik dan unsur

ekstinsik karena kedua unsur tersebut merupakan bagian dalam karya sastra

yang tidak bisa dipisahkan bahkan bila tidak ada kedua unsur tersebut karya

sastra tidak bisa hidup, karena tidak ada unsur yang membangunnya. Dari

unsur intrinsik “tokoh” merupakan unsur pembangun yang sangat penting

karena tokoh cerita itulah yang menjadi cerita itu dapat berjalan, namun unsur

pembangun yang lain juga tidak kalah pentingnya.

Nurgiyantoro, (2007: 165-177) menyatakan bahwa istilah “tokoh”

menunjuk pada orangnya, pelaku peristiwa. Tokoh utama adalah tokoh yang

diutamakan penceritaanya dalam novel yang bersangkutan dan merupakan

tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun

yang dikenai kejadian. Bahkan pada novel-novel tertentu, tokoh utama

senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap halaman

buku cerita yang bersangkutan. Tokoh utama cerita merupakan tokoh yang

tergolong penting dan ditampilkan terus menerus sehingga terasa

(4)

tokoh utama atau tokoh sentral merupakan tokoh yang mengambil bagin

terbesar dari peristiwa dalam cerita. Tokoh utama atua tokoh sentral suatu

fiksi dapat ditentukan dalam tiga cara: (1) tokoh itu yang paling terlibat

dengan makna atau tema. (2) tokoh itu yang paling banyak berubungan

dengan tokoh lain. (3) tokoh itu yang paling banyak memerlukan waktu

penceritaan.

Dari urain di atas mengenai tokoh utama dapat penulis simpulkan

bahwatokoh utama merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah cerita

karena sebuah cerita tidak mungkin berjalan bila tidak ada tokoh didalamnya

yang berperan sebagai pelaku di dalam suatu peristiwa, dan yang disoroti

secara terus menerus dari awal cerita hingga akhir cerita.

B. Pengertian Novel Anak

Novel anak merupakan sebuah cerita fiksi yang berbentuk prosa yang

relatif panjang, menyajikan tema yang komplek, karakter yang banyak, dan

suasana yang beragam yang di dalamnya berisi tentang pesan-pesan moral

dan ditujukan kepada anak-anak.

Novel anak biasanya menceritakan tentang kebaikan seorang

anak-anak yang di dalam novel tersebut berisi tentang pesan-pesan moral, yang

diharapkan pembaca dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang

disampaikan atau diamanatkan dalam cerita tersebut. Dalam novel anak

tersebut tokoh yang diperankan memiliki sifat yang baik yang bisa ditiru oleh

(5)

pemberani, berbakti kepada orang tua, guru dan lain-lain. Tetapi ada juga

novel anak yang menceritakan tentang kenakalan seorang anak yang dalam

novel tersebut berisi tentang ulah-ulah yang tidak baik, misal berbohong,

mencuri, penakut dan lain-lain. Hal ini hanya sebagai pelengkap atau model

yang sengaja ditampilkan agar tidak diikuti oleh pembaca. Pembaca

diharapkan dapat menggambil hikmah dari cerita tentang tokoh jahat tersebut.

C. Pengertian Moral

“Ditinjau dari segi etimologi kata moral sama dengan etika karena

keduanya berawal dari kata yang berarti adat kebiasaan” (Bertens, 2001:4).

Hanya bahasa asalnya saja yang berbeda. Moral berasal dari Bahasa Latin

Mos (Jamak : Mores) yang berarti “kebiasaan adat”. Sedangkan Etika berasal

dari Bahasa Yunani Kuno “ethos”, dalam bentuk tunggal berarti : tempat

tinggal yang biasa padang rumput, kandang, kebiasaan adat, akhlak, watak,

perasaan, sikap, dan cara berpikir. Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya

adalah “adat kebiasaan” (Bertens, 2001:4-5).

Salam (1997 : 1), menyatakan bahwa etika adalah sebuah cabang

filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan

perilaku manusia dalam hidupnya. Etika adalah sebuah refleka kritis dan

rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud

dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun

(6)

Lebih lanjut Salam (1997 : 3), mengemukakan bahwa moralitas adalah

sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia.

Sistem nilai ini terkandung dalam ajaran berbentuk petuah-petuah atau

nasihat, wejangan, peraturan, perintah dan semacamnya yang diwariskan

secara turun-temurun melalui agama atau kebudayaan tertentu tentang

bagaimana manusia harus hidup secara baik agar ia benar-benar menjadi

manusia yang baik. Moralitas adalah tradisi kepercayaan dalam agama atau

kebudayaan tentang perilaku yang baik dan buruk. Moralitas memberi

manusia aturan atau petunjuk konkret tentang bagaimana ia harus hidup.

Bagaimana ia harus bertindak dalam hidup ini sebagai manusia yang baik, dan

bagaimana menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik.

Menurut Suseno (1987 : 19), kata moral selalu mengacu pada

baik-buruknya manusia sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolak ukur

untuk menentukan betul salahnya sikap dan tindakan dilihat dari

baik-buruknya dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. Ditambahkan

oleh Suseno bahwa norma-norma moral adalah tolok-tolok ukur yang dipakai

masyarakat untuk mengukur kebaikan seseorang. Maka dengan norma-norma

moral kita betul-betul dinilai, itulah sebab penilaian moral selalu berbobot.

Kita tidak dilihat dari salah satu segi, melainkan sebagai manusia.

Daroeso (1986, 22-24) menyatakan bahwa secara etimologis kata

“moral” berasal dari kata latin “mos”, yang berarti tata cara,adat-istiadat atau

kebiasaan, sedangkan jamaknya adalah “mores”. Dalam arti adat-istiadat atau

(7)

“ethos”, yang menurunkan kata”etika”.dalam bahasa Arab kata “moral”

berarti budi pekerti adalah sama dengan “Ahklak”, sedangkan dalam bahasa

Indonesia, kata “moral”. dikenal dengan arti “kesusilaan”. Istilah “moral”

sering disamakan dengan “etika”. Etika dari kata Yunani “ethos, ethikos”.

Dalam bahasa latin istilah “ethos, ethikos” disebut “mos” atau

moralitas.Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang

berkenaan dengan baik dan buruknya. Moralitas merupakan salah satu ciri

khas manusia yang tidak dapat ditemukan pada makhluk lain. Moralitas dalam

diri manusia merupakan kesadaran tentang baik dan buruk, tentang yang

boleh dan dilarang, tentang yang harus dilakukan dan yang tidak pantas

dilakukan. Nilai moral yang akan disampaikan pengarang, menyatu dalam

alur cerita. Dalam cerita itu pembaca akan bertemudengan berbagai perbuatan

cara tokoh yang dilukiskan pengarang dalam berbagai peristiwa. Dengan

sendirinya pembvaca akan memahami perilaku-perilaku yang baik dan

perilaku yang buruk. Melalui alur cerita itulah pengarang memberikan

petunjuk, nasihat, atau pesan akhlak, perbuatan susila dan budi pekerti..

Sementara pendapat Nurgiantoro (2007 : 321) yang menyatakan bahwa moral

dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang

bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah

yang ingin disampaikannya kepada pembaca.

Menurut Bertens (2001 : 142-143), Nilai moral tidak terpisah dari

nilai-nilai jenis lainnya. Setiap nilai dapat memperoleh suatu “bobot moral”,

(8)

suatu nilai moral, tapi kejujuran itu sendiri “kosong”, bila tidak diterapkan

pada nilai lain seperti umpamanya nilai ekonomis. Kesetiaan merupakan suatu

nilai moral yang lain, tapi harus diterapkan pada nilai manusiawi lebih umum

misalnya cinta antara suami istri. Walaupun nilai moral biasanya menumpang

pada nilai-nilai lain, namun ia tampak sebagai suatu nilai baru, bahkan

sebagai nilai yang paling tinggi. Lebih lanjut Bertens (2001), mengemukakan

bahwa nilai-nilai moral mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Berkaitan

dengan tanggung jawab kita, maksud suatu nilai moral bisa diwujudkan dalam

perbuatan-perbuatan atau yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab kita; 2.

Berkaitan dengan hati nurani, maksudnya mewujudkan nilai-nilai moral

merupakan “imbauan” dari hati nurani; 3. Mewajibkan, maksudnya dengan

cara demikian rupa sehingga setiap orang harus menerima semuanya; 4.

Bersifat formal, maksudnya nilai-nilai moral tidak memiliki “isi” tersendiri,

terpisah dari nilai-nilai lain. Tidak ada nilai-nilai moral yang “murni”, terlepas

dari nilai-nilai lain.

Dengan demikian dapat peneliti simpulkan bahwa moral adalah ajaran

tentang baik buruk suatu perbuatan, sikap tingkah laku manusia yang bisa

diterima oleh umum serta terikat oleh tempat dan waktu. Objek moral adalah

tingkah laku manusia, perbuatan manusia, tindakan manusia, baik secara

individual maupun kelompok. Perbuatan manusia dinilai secara moral

bilamana perbuatan itu didasarkan pada kesadaran moral. Dalam kesadaran

moral tingkah laku atau perbuatan itu dilaksanakan secara sukarela tanpa

paksaan dan keluar dari diri pribadinya.

(9)

Moral dalam karya sastra merupakan sesuatu yang ingin disampaikan

pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam

sebuah karya sastra, makna yang disarankan lewat cerita. Biasanya moral

dalam karya sastra mencerminkan pandangan hidup pengarang yang

bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah

yang ingin disampaikan kepada pembaca. Moral dalam cerita, menurut Kenny

(dalam Nurgiyantoro, 2007 :320-321), biasanya dimaksudkan sebagai suatu

saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis,

dan dapat diambil atau ditafsirkan lewat cerita yang bersangkutan oleh

pembaca. Ia merupakan “petunjuk” yang sengaja diberikan oleh pengarang

tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti

sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. Ia bersifat praktis sebab

“petunjuk” itu dapat ditampilkan atau ditemukan modelnya dalam kehidupan

nyata, sebagaimana model yang ditampilkan dalam cerita lewat sikap dan

tingkah laku tokoh-tokohnya.

Diterangkan lebih lanjut oleh Nurgiyantoro (2007 : 321), bahwa sikap

dan tingkah laku tokoh-tokoh cerita sesuai dengan pandangannya tentang

moral. Dari cerita itu diharapkan pembaca dapat menggambil hikmah dari

pesan-pesan moral yang disampaikan atau diamanatkan. Moral dalam karya

sastra dapat dipandang sebagai pesan, amanat, message. Unsur amanat merupakan gagasan yang mendasari penulisan karya sastra sebagai

pendukung pesan. Keterkaitan sastra dengan aspek moral sangat erat, karena

(10)

Pesan moral yang ditawarkan dalam karya sastra, ialah pesan moral yang

berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan. Pesan moral tersebut

kebenarannya bersifat universal. Pesan moral sastra lebih menitikberatkan

pada sifat kodrati manusia yang hikiki, bukan pada aturan-aturan yang dibuat,

ditentukan dan dihakimi oleh manusia.

Sikap moral sebenarnya disebut moralitas. Moralitas adalah sikap

orang yang terungkap dalam tindakan lahiriyah (mengingat bahwa tindakan

merupakan ungkapan sepenuhnya dari sikap hati). Moralitas terdapat apabila

orang mengambil sikap yang baik karena sadar akan kewajiban dan

tanggungjawabnya dan bukan karena mencari untung. Moralitas adalah sikap

dan perbuatan baik buruk tanpa pamrih (Suseno, 1987: 58).

Dinyatakan Salam, (1997: 3) moralitas adalah sistem nilai tentang

bagaimana harus hidup secara baik sebagai manusia. Sistem nilai ini

terkandung dalam ajaran berbentuk petuah-petuah, nasihat, peraturan,

perintah dan semacamnya yang diwariskan secara turun-temurun melalui

agama atau kebudayaan tertentu tentang bagaimana manusia harus hidup

secara baik agar benar-benar menjadi manusia yang baik. Moralitas adalah

tradisi, kepercayaan dalam agama atau kebudayaan, tentang perilaku yang

baik dan buruk. Moralitas memberi manusia aturan atau petunjuk konkret

tentang bagaimana harus hidup, bagaimana harus bertindak sebagai manusis

yang baik, dan bagaiman menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik.

Dari uraian diatas, dapat dikatakan bahwa perbuatan yang baik yang

(11)

yang serjati. Orang yang memiliki sifat seperti itu disebut orang yang

mempunyai moralitas yang tinggi kerena ia sadar akan kewajiban dan bukan

karena ia mencari keuntungan atau pujian dari orang lain.

Untuk menilai tindakan manusia secara moral, diperlukan tolak ukur

yang tepat. Tolak ukur ini merupakan prinsip dasar moral.

Manurut suseno, (1987:129-133) prinsip-prinsip moral dasar antara

lain:

1. Prinsip Sikap Baik

Kesadaran inti utilitarisme ialah bahwa hendaknya jangan

merugikan siapa saja, jadi bahwa sikap yang dituntut dari kita sebagai

dasar dalam hubungan dengan siapa saja adalah sikap positif dan baik.

2. Prisip Keadilan

Prinsip keadilan mengungkapkan kewajiban untuk memberikan

perlakuan yang sama terhadap semua orang lain yang berada dalam situasi

yang sama dan untuk menghormati hak semua pihak yang bersangkutan.

Keadilan menuntut agar jangan mau mencapai tujuan-tujuan, yang

termasuk yang baik dengan melanggar hak seseorang.

3. Prinsip Hormat terhadap Diri Sendiri

Kebaikan dan keadilan perli diimbangi dengan sikap yang

menghormati dengan diri kita sendiri sebagai makhluk yang bernilai pada

dirinya sendiri., kita mau berbuat baik kepada orang lain dan bertekad

untuk bersikap adil, tetapi tidak dengan membuang diri.

Pada hakikatnya, nilai-nilai moral atau nilai baik-buruk,

(12)

agama. Prinsip ajaran agama untuk mengatur kehidupan manusia.

Perbedaan persoalan kehidupa manusia itu hanya untuk memudahkan

pemahaman. Sebab, persoalan hidup atau kehidupan manusia tak bisa

lepas dari persoalan hubungan antara manusia dan hubungan manusia

dengan manusia dengan tuhan.

Hikmah yang diperoleh pembaca lewat sastra, dalam hal ini adalah

moral, selalu dalam pengertian yang baik. Maka jika dalam sebuah karya

sastra ditampilkan sikap dan tingkah laku tokoh-tokoh yang kurang baik

atau tidak terpuji, tidaklah berarti bahwa pengarang menyarankan kepada

pembaca untuk bersikap dan bertingkah laku atau bertindak secara

demikian, sikap dan tingkah laku tokoh tersebut hanyalah sebagai model,

model yang kurang baik yang sengaja ditampilkan agar tidak diikitu oleh

pembaca. Pembaca diharapkan dapat mengamil hikmah sendiri dari cerita

tenteng tokoh jahat tersebut.

E. Aspek-aspek Moral dan Kriterianya

Menurut Nurgiyantoro (2007 : 323), aspek-aspek moral dibedakan

dalam empat macam atau jenis yaitu aspek moral tentang hubungan manusia

dengan diri sendiri, manusia dengan manusia lain, manusia dengan

lingkungan alam, dan manusia dengan Tuhannya.

1. Aspek moral tentang hubungan manusia dengan diri sendiri meliputi :

(13)

Menurut Bertens (2001 : 125), Tanggungjawab berarti bahwa

orang tidak boleh mengelak, bila diminta penjelasan tentang

perbuatannya. Orang yang bertanggung jawab memiliki ciri-ciri

sebagai berikut : (1) mau melaksanakan tugas yang diberikan

kepadanya, (2) berusaha tepat waktu dalam menyelesaikan tugas, (3)

menjaga dan memelihara amanatnya.

b. Akibat Negatif Orang Pemarah

Pemarah adalah sikap seseoarrag yang biasanya lekas atau

mudah marah.Seseorang dikatakan pemarah jika orang tersebut

memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1) sering marah-marah, (2) tidak

bisa mengatasi masalah, (3) merasa dirinya “paling” dalam segala hal.

c. Jujur

Menurut W.J.S Poerwadarminta (2007 : 496) Jujur adalah sikap

mental yang lurus hati dan terpercaya sehingga akan dihargai oleh

setiap orang. Orang jujur memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1) apa

yang dikatakan sesuai dengan kenyataan, (2) perbuatan sesusai hati

nurani, (3) hatinya bersih dari perbuatan-perbuatan yang melanggar

agama dan norma lainnya

d. Optimis

Menurut Alwi (2007 : 801), optimis adalah orang yang selalu

berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal.

Optimis memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1) selalu berpengharapan

baik, (2) merasa yakin bahwa usahanya akan berhasil, (3) selalu

(14)

Penakut adalah sikap mental yang tidak sehat tidak berani

menghadapi kenyataan atau tidak berani mempertanggung jawabkan

resiko yang diakibatkan perbuatannya sendiri. Ciri-ciri penakut antara

lain : (1) tidak berani menghadapi keyataan, (2) selalu berpikir tentang

dampak negatif yang akan diterimanya, (3) tidak berani melakukan apa

yang seharusnya dilakukan..

2. Aspek moral tentang hubungan manusia dengan manusia lain meliputi :

a. Mengalah demi kebaikan

Mengalah demi kebaikan maksudnya melakukan perbuatan

atau tindakan dengan sengaja dan ikhlas agar orang lain

gembira,tertawa atau terhibur dan terlepas dari unsur komersial. Orang

yang suka mengalah demi kebaikan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) rela berkorban mesti dirinya dirugikan, (2) ikhlas, (3) tidak

mengharapkan imbalan atas kebaikan.

b. Berbakti kepada orang tua

Berbakti kepada orang tua maksudnya melakukan perbuatan

atau perkataan dengan sengaja agar orang tua bahagia. Seorang anak

yang berbakti kepada orang tuamenyadari jasa yang telah mereka

berikan sejak didalam kandungan hingga lahir dan berkembng menjadi

dewasa. Semua itu diberikan oleh orang tua tanpa mengharapkan

balasan apa-apa dari si anak. Bahkan ketika dewasa pun orang tua

tidak serta merta melepasnya, tetapi tetap membantu menyelesaikan

segala persoalan hidupnya

(15)

Suka menolong yaitu sikap yang senang menolong atau

membantu orang lain, baik dalam bentuk material maupun dalam

bentuk tenaga dan moral. Seseorang dikatakan suka menolong apabila

memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1) mau menolong siapa saja yang

mengalami kesulitan, (2) tidak membeda-bedakan orang yang

ditolongnya, (3) atas dasar kemauan sendiri atau tidak diperintah oleh

orang lain, (4) mendahulukan kepentingan orang lain diatas

kepentingan pribadi.

d. Akibat Negatif Mencuri

Mencuri berasal dari dari kata dasar “curi”. Orang yang

mencuri itu disebut pencuri atau maling. Semua kata yang berkembang

melalui kata “curi” iti termasuk dalam kategori pidana kejahatan.

Menurut buku KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) tndak

kejahatan itu biasanya dihukum dengan kurungan badan dalam penjara

yang berat ringannya bergantung pada pertimbangan Pak Hakim.

hhp://nenekmoyang28.blogspot.com/2008/01/mencuri.html

e. Setia kawan atau toleransi kepada teman

Menurut Alwi dkk (2002 : 1056) setia kawan atau toleransi

keapda teman berarti perasaan bersatu, sependapat dan sekepentingan,

solider. Seseorang yang dikatakan setia kawan atau toleransi kepada

teman apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1) rela

mengorbankan sesuatu demi kepentingan temannya, (2) cenderung

mewujudkan kebersamaan, (3) saling pengertian, (4) terus membina

(16)

Pemaaf adalah sikap seseorang yang mau memaafkan

kesalahan orang lain dengan ikhlas.ciri-ciri orang pemaaf antara lain :

(1) melupakan kesalahan orang lain, (2) sabar, (3) selalu berfikir

positif terhadap setiap masalah yang dihadapi.

3. Aspek moral tentang hubungan manusia denagn lingkunagn alam.

Hubungan manusia dengan lingkungan alam dapat dikembangkan

antara lain dengan cara menjaga kelestarian alam,memelihara dan

menyayangi binatang dan tidak merusak lingkungan. Penjelasan tersubut

akan peneliti paparkan sebagai berikut

a. Menjaga kelestarian alam

Seseorang dikatakan menjaga kelestarian alam apabila orang

tersebut selalu berupaya agar alam tetap lestari.

Upaya-upaya tersebut misalnya :

1). Menjaga keseimbangan ekosistem.

2). Melakukan reboisasi.

3). Penuh perhitungan dalam pemanfaatan hasil kekayaan alam.

b. Memelihara dan menyayangi binatang

Seseorang dikatakan menyayangi binatang apabila orang-orang

tersebut melakukuan hal-hal sebagai berikut :

1). Memelihara binatang dalam arti memberi makan, minum dan

sebagainya.

2). Menempatkan hewan peliharaanya pada tempat atau kandang yang

sesuai.

3). Mau mengobati apabila hewan peliharaanya sakit.

(17)

c. Merusak lingkungan

Seseorang dikatakan tidak merusak lingkungan apabila orang

tersebut melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :

1). Tidak melakukan perburuan hewan secara liar.

2). Tidak meracuni ikan diperairan.

3). Tidak melakukan penambangan liar.

4). Tidak melakukan penebangan hutan secara sembarangan.

4. Aspek moral tentang hubungan manusia dengan Tuhannya.

Hubungan manusia dengan Allah, Tuhan Yang Maha Esa sebagai

dimensi taqwa pertama, karena itu hubungan inilah yang seyogyanya

diutamakan dan tetap terpelihara. Sebab dengan menjaga hubungan

dengan Allah, manusia akan terkendali tidak melakukan kejahatan

terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan hidupnya dan

sesungguhnya inti taqwa kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa adalah

melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.

Ketaqwaan dan pemeliharaan hubungan dengan Allah, Tuhan

Yang Maha Esa itu, dapat dilakukan dengan :

a. Shalat

Menurut Assayuthi (1998 : 30), Shalat adalah salah satu srana

komunikasi antara hamba dengan Tuhan-Nya sebagai bentuk ibadah

yang di dalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa

perkataan dan perbuatan yang dimulai dari takbiratul’ikhram dan

diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah

(18)

1). Shalat Wajib, (shalat lima waktu), yaitu : Subuh, Dhuhur, Ashar,

Magrib, dan Isya.

2). Shalat Sunat, misalnya : Shalat Rawatib, Shalat Tahajud, Shalat

Gerhana, Shalat Tarawih, Shalat Duha dan Shalat Hajat.

b. Bersabar

Sabar memiliki dua bagian : Pertama, bagian badaniah,

menanggung kesukaran dengan badan dan tetap bertahan atas yang

demikian. Dan ini adakalanya dengan perbuatan, seperti mengerjakan

perbuatan-perbuatan yang sukar. Adakalanya dari perbuatan-perbuatan

ibadah dan bukan ibadah. Adakalanya dengan penanggungan seperti

sabar dari pemukulan keras, sakut parah dan luka-luka besar.

Kemudian bagian kedua, sabar dari nafsu syahwat perut dan

kemaluan, maka dinamakan ‘iffah (pemeliharaan diri). Kalau sabar itu pada musibah, maka disingkatkan saja atas nama sabar, lawannya

adalah gelisah dan keluh kesah. Kalau sabar itu pada membawakan

kekayaan dinamakan mengekang diri lawannya dinamakan somong

dengan kesenangan (al-bathar). Kalau sabar pada peperangan

dinamakan berani, lawannya pengecut. Kalau sabar itu dalam menahan

amarah dinamakan lemah lembut, lawannya ialah at-tadzammur

(pengutukan diri kepada yang sudah hilang). Kalau saar itu pada suatu

pergantian masa yang membosankan maka dinamakan lapang dada,

lawannya manggkal hati dan sempit dada. Kalau sabar itu pada

menahan diri darikehidupan dunia maka dinamakan zuhud, lawannya

lahap.

(19)

Menurut Alwi dkk (2002 : 1115) bersyukur berarti berterima

kasih, mengucapkan syukur kepada Allah SWT. Syukur adalah sikap

dan perilaku yang menunjukan penerimaan terhadap pemberian atau

anugrah dalam bentuk pemanfaatan dan pengguanaan yang sesuai

dengan kehendak pemberiannya. Syukur kepada nikmat yang

diberikan Allah adalah berterimakasih dalam bentuk ucapan dan

perbuatan yang diinginkan Allah. Syukur kepada Allah dapat

diungkapkan melalui 2 cara yaitu:

1). Ucapan, yaitu memuji allah dengan kalimat-kalimat pujian, yakni

mengucapkan thmid (Alhamdulillahirobbil’alamin).

2). Tindakan, yaitu bentuk-bentuk perbuatan manusia yang dikaitkan

antara nikmat yang diterimanya dengan perbuatan yang

seyogyanya dilakukan menurut tuntunan Allah. Misalnya

mensyukuri nikmat mata dengan cara menggunakan mata untuk

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: (1) Tercipta Pengembangan Modifikasi Penggunaan Laser Distance Meter dengan beberapa alat

Tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan budidaya tanaman secara konvensional (media tanah), yaitu: 1) jarang

Bagi Hasil adalah bentuk return (perolehan kembaliannya) dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap. Besar- kecilnya perolehan kembali

Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian tindakan ini, hipotesis yang menyatakan “diduga melalui metode bermain playdough dapat meningkatkan kreatifitas

Hasil analisis ragam perlakuan bahan humat, larutan P dan waktu inkubasi pada tanah Podsolik (Lampiran 15) menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi antara waktu inkubasi

Dalam tes buta warna terdapat empat metode tes yang dapat dilakukan, yaitu Pseudoisochromatic Plates, Arrangement Test, Anomaloscope dan Lantern, namun hanya

Penemuan teori data emperik yang diperoleh secara sistematik dari penelitian sosial, itulah tema pokok dari metodologi penelitian model grounded research.. Penelitian

Tabel 2.10a di atas menggambarkan keadaan kinerja guru dalam melakukan kegiatan appersepsi sebelum mereka disertifikasi, dari tabel itu diketahui bahwa masih sebagian besar