PROFIL PENGGUNAAN OBAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Prof. Dr. W. Z. Johannes KUPANG
PERIODE NOVEMBER 2006–OKTOBER 2007
BERDASARKAN INDIKATOR PERESEPAN WHO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Aquina Maharia
NIM : 04814059
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PROFIL PENGGUNAAN OBAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Prof. Dr. W. Z. Johannes KUPANG
PERIODE NOVEMBER 2006–OKTOBER 2007
BERDASARKAN INDIKATOR PERESEPAN WHO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Aquina Maharia
NIM : 04814059
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iii
Persetujuan Pembimbing
PROFIL PENGGUNAAN OBAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Prof. Dr. W. Z. Johannes KUPANG
PERIODE NOVEMBER 2006–OKTOBER 2007
BERDASARKAN INDIKATOR PERESEPAN WHO
Disusun oleh :
Aquina Maharia
NIM : 048114059
Skripsi ini telah disetujui oleh :
Tanggal : 14 Agustus 2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
U ntuk persyaratan....sebagai kewajiban....buat persembahan....demi penantian....
dan sebuah Tanggung Jawab
(R.S.)
Kupersembahkan untuk :
M ama-Papaku
U ngkapan syukur, cinta, dan terima kasihku
Piter, D yah dan M ia
U ngkapan kasih sayangku
Benignus F ebri Karnanta
U ngkapan cintaku
Sahabat dan temen-temanku angkatan 2004 Fakultas Farmasi U SD
U ngkapan kebersamaan dan kesetiakawanan
Guru dan Almamaterku
U ngkapan rasa hormat dan terima kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama
: Aquina Maharia
Nomor Mahasiswa
: 04814059
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Uni-versitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PROFIL PENGGUNAAN OBAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Prof. Dr. W. Z. Johannes KUPANG
PERIODE NOVEMBER 2006–OKTOBER 2007
BERDASARKAN INDIKATOR PERESEPAN WHO
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 19 Agustus 2008
Yang menyatakan
vi
PRAKATA
Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan yang selalu menyertai,
membimbing, dan memberikan kasih-Nya yang luar biasa besar sehingga penulis
dapat menyelesaikan dkripsi yang berjudul ”Profil Penggunaan Obat di Rumah Sakit
Umum Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang Periode November 2006-Oktober 2007
Berdasarkan Indikator Peresepan WHO”.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Farmasi Program Studi Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
gambaran penggunaan obat di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang berdasarkan indikator WHO.
Dalam penulisan skripsi ini hingga selesai tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan, dan dukungan banyak pihak, maka dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu baik langsung maupun tidak langsung, yaitu kepada :
1.
Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakart dan dosen penguji.
2.
Bapak Drs. Riswaka Sudjaswadi, S.U. Apt. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, saran, dan kritik selama penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
3.
Bapak Drs. Mulyono, Apt. atas kesediaannya menjadi dosen penguji.
4.
RSU Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang atas kerja sama yang telah dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
5.
Ibu Dr. Yudith M. Kota, M.Kes selaku Direktur RSU Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang atas ijin dan bantuannya dalam pengumpulan data.
6.
Bapak Drs. Agustinus Sally, Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi RSU Prof. Dr.
W. Z. Johannes Kupang atas ijin dan bantuannya selama pengumpulan data.
7.
Apoteker dan karyawan Instalasi Farmasi RSU Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
atas bimbingan dan dukungannya di lapangan.
8.
Mama, papa, piter, dyah, dan mia yang selalu memberikan dukungan spiritual,
moral, maupun metariil.
9.
Teman-teman seperjuangan: Ika, Bosko, dan Arif yang selalu memberi semangat,
pencerahan, dan menemani dalam segala suasana.
10.
Teman-teman yang selalu membantu dan mendukung: Dipta, Heti, Erlin, Aryk,
Ian, Roni, Benic, Maduma, Ratna, Avi, Siska, Anggi, Ivon, Dika, Nana, Keke,
dan Angela.
11.
Teman-teman FKK angkatan 2004 atas kebersamaan dan semangat yang
diberikan.
12.
Teman-teman kantor yang selalu membantu: Mas Aunk, Fika, Rojek, Riyan, dan
Heri.
13.
Segenap karyawan Fakultas Farmasi USD atas bantuan yang diberikan sampai
terselesaikannya skripsi ini.
14.
Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang secara langsung
maupun tidak langsung telah membantu selama penelitian dan penyusunan skripsi
viii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis memohon maaf apabila ada kekurangan atau kekeliruan dalam penulisan
skripsi ini. Akhirnya, semoga karya ini bermanfaat bagi penulis, RSU Prof. Dr. W.
Z. Johannes Kupang pada khususnya dan kemajuan ilmu pengetahuan serta
masyarakat pada umumnya.
Yogyakarta, 14 Agustus 2008
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 14 Agustus 2008
Penulis
x
INTISARI
Penggunaan obat dewasa ini semakin beragam dan kompleks, hal ini
disebabkan karena pengembangan berbagai macam obat secara pesat sejalan dengan
penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait. Banyaknya
macam obat dapat membawa efek terjadinya ketidakrasionalan dalam pola pemberian
obat pada pasien (peresepan) yang akan berdampak buruk pada sisi ekonomis (boros),
sisi klinis (interaksi obat), dan sisi psikososial (sugesti) pasien. Dalam praktek
pelayanan kefarmasian diharapkan dapat mengidentifikasi, mencegah, dan
menyelesaikan masalah peresepan obat dan masalah yang berhubungan dengan
kesehatan, sehingga dapat terjadi suatu pola penggunaan obat yang rasional yang
meliputi tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat, tepat dosis dan regimen dosis, serta
waspada terhadap efek samping obat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan obat di
Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang (RSUDJK) periode
November 2006-Oktober 2007 berdasarkan indikator peresepan WHO. Penelitian
termasuk penelitian noneksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif. Data
berupa resep-resep pasien rawat jalan yang masuk ke Instalasi Farmasi Rumah Sakit
periode November 2006-Oktober 2007 yang dipilih menurut
systematic random
sampling
. Data disajikan dala m bentuk tabel rata-rata jumlah obat per lembaran resep,
persentase peresepan nama generik, persentase peresepan antibiotik, persentase
peresepan sediaan injeksi, persentase peresepan obat yang sesuai dengan formularium
rumah sakit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah obat yang diresepkan
per lembaran resep sebesar 2,67
recipe
, persentase peresepan nama generik sebesar
78,21%, persentase peresepan antibiotik 14,83%, persentase peresepan sediaan
injeksi sebesar 0,91%
,
dan persentase peresepan obat sesuai formularium rumah sakit
sebesar 75,12%.
Kata kunci : penggunaan obat, indikator peresepan WHO, formularium rumah sakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
ABSTRACT
The drug usages on these days progressively immeasurable and complex,
while the development of various kinds of medicine that rapidly growth along with
the research and development done by related party point out as the main explanation.
The vast number of drugs type may lead to the irrationality in drug administration
pattern toward the patients (prescribing) which will cause a negative effect on
economic facet (extravagant), clinical facet (interaction drug), and psychological
facet (auto-suggestion) of the patients itself. In pharmaceutical service practice which
is expected to be able to identify, prevent and solve the drug prescribing problems
and problems related to health, as a result a reasonable drug usage pattern will be
occur, which is covering the indication precision, the patient precision, precision on
the medicine, precision of the dosage and the dosage regiment, and also attentive to
the medicine side effect.
This research is aimed to know the image of drug usage in Prof. Dr. W. Z.
Johannes Kupang Public Hospital period of November 2006-October 2007 based on
WHO prescribing indicator. This research is included into nonexperimental research
using descriptive research device. The raw data, in the form of recipes for the
outpatients which came into the hospital Pharmacies Installation, and it was selected
based on systematic random sampling. The data is presented in a table form of mean
of drugs
recipes
amount per sheet recipes, generic drugs prescribing percentage,
antibiotic prescribing percentage, hypodermic preparation prescribing percentage, and
drugs matching the hospital formulary prescribing percentage.
The result shows that the mean of drug
recipes
in each prescription is 2.67,
the percentage of generic names prescribing is 78.21%, the percentage of antibiotics
prescribing is 14.83%, the percentage of hypodermic preparation prescribing is
0.91%, the percentage of drugs prescribing according to the hospital’s formulary is
75.12%.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……….ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………..iii
HALAMAN PENGESAHAN...iv
HALAMAN PERSEMBAHAN...v
PRAKATA...vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...ix
INTISARI...x
ABSTRACT
...xi
DAFTAR ISI...xii
DAFTAR TABEL...xv
DAFTAR GAMBAR...xvi
BAB I. PENGANTAR...1
A.
Latar Belakang...1
1.
Permasalahan...3
2.
Keaslian Penelitian...3
3.
Manfaat Penelitian...4
B.
Tujuan Penelitian...4
1.
Tujuan Umum...4
2.
Tujuan Khusus...4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA...5
A.
Indikator Penggunaan Obat...5
B.
Penggunaan Obat Yang Rasional...6
C.
Rata-Rata Jumlah Obat yang Digunakan per Lembaran Resep...9
D.
Obat Generik...9
E.
Antibiotik...10
F.
Sediaan Injeksi...11
G.
Formularium Rumah Sakit...11
H.
Profil Rumah Sakit...13
I.
Keterangan Empiris...13
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...14
A.
Jenis dan Rancangan Penelitian...14
B.
Definisi Operasional...14
C.
Obyek Penelitian...15
D.
Instrumen Penelitian...15
E.
Teknik Sampling...15
F.
Tata Cara Penelitian...16
1.
Analisis Situasi...16
2.
Pengumpulan Data...17
3.
Pengolahan Data...17
xiv
G.
Perhitungan Data...17
H.
Keterbatasan Penelitian...19
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...20
A.
Rata-Rata Jumlah Obat yang Digunakan per Lembaran Resep...21
B.
Persentase Peresepan Obat dengan Nama Generik...26
C.
Persentase Peresepan Antibiotik...28
D.
Persentase Peresepan Sediaan Injeksi...29
E.
Persentase Peresepan Obat yang Sesuai dengan Formularium Rumah Sakit...32
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...34
A.
Kesimpulan...34
B.
Saran...34
DAFTAR PUSTAKA...36
LAMPIRAN...39
BIOGRAFI PENULIS...111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Indikator Penggunaan Obat...5
Tabel II.
Hasil Penelitian WHO dan Penelitian Sebelumnya...20
Tabel III.
Pengambilan Sampel Tiap Bulan di Rumah Sakit Umum Daerah Prof.
Dr. W. Z. Johannes Kupang Pada Periode November 2006-Oktober
2007...21
Tabel IV.
Perincian Jumlah Obat Setiap Lembaran Resep Pasien Rawat Jalan di
Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang Pada
Periode November 2006-Oktober 2007...23
Tabel V
Jumlah Resep Pasien Rawat Jalan yang Mengandung Racikan di
Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang Pada
Periode November 2006-Oktober 2007...25
Tabel VI.
Perincian Jumlah Resep Racikan yang Diberikan oleh Dokter di
Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang Pada
Periode November 2006-Oktober 2007...25
Tabel VII.
Persentase Golongan Antibiotik yang Diresepkan untuk Pasien Rawat
Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
Periode November 2006-Oktober 2007...29
Tabel VIII
Persentase Penggunaan Sediaan Injeksi yang Diresepkan untuk Pasien
Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Persentase Peresepan Obat dengan Nama Generik untuk Pasien Rawat
Jalan di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr.
W. Z. Johannes Kupang Periode November 2006-Oktober
2007...27
Gambar 2.
Persentase Peresepan Antibiotik untuk Pasien Rawat Jalan di Instalasi
Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang Periode November 2006-Oktober 2007...28
Gambar 3.
Persentase Peresepan Sediaan Injeksi untuk Pasien Rawat Jalan di
Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z.
Johannes Kupang Periode November 2006-Oktober 2007...31
Gambar 4.
Persentase Peresepan Obat yang Sesuai dengan Formularium Rumah
Sakit di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
Periode November 2006-Oktober 2007...32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A.
Latar Belakang
Obat adalah setiap substansi yang bila masuk ke dalam organisme hidup akan
merubah satu atau beberapa fungsi organ tersebut, oleh karena itu, efek, dosis, efek
samping obat serta interaksi obat mutlak diketahui oleh para dokter. Hal ini
merupakan beberapa di antara syarat yang diperlukan untuk menggunakan obat
secara rasional demi keselamatan pemakainya (Nuhriawangsa, 1995).
Penggunaan obat yang tidak ekonomis atau tidak rasional, saat ini telah
menjadi masalah tersendiri dalam layanan kesehatan, baik di negara maju maupun di
negara berkembang. Masalah ini dijumpai di unit-unit pelayanan kesehatan, misalnya
di rumah sakit, puskesmas, praktek pribadi, maupun di masyarakat luas (Anonim,
2003). Dampak negatif penggunaan obat yang tidak rasional dapat dilihat dari
berbagai segi. Selain pemborosan dari segi ekonomi, pola pengobatan yang tidak
rasional dapat berakibat menurunnya mutu pelayanan pengobatan, misalnya
meningkatnya interaksi obat, efek samping obat, kegagalan pengobatan, dan
resistensi mikroba (Anonim, 2003).
Sejak tahun 1985 melalui konferensi yang diadakan di Nairobi, WHO telah
berupaya untuk meningkatkan praktek penggunaan obat rasional, berdasarkan
komitmen itu WHO melalui
International Network for the Rational Use of Drug
(INRUD) telah mengembangkan indikator peresepan yang kemudian ditetapkan pada
2
pada fasilitas kesehatan yang akan menggambarkan pola dan kebiasaan peresepan
yang kemudian dapat menunjukkan situasi penggunaan obat pada suatu negara, atau
suatu kawasan.
Penelitian ini menggunakan indikator peresepan WHO (1993) sebagai salah
satu parameter dalam melihat penggunaan obat rasional, karena pada tempat-tempat
pelayanan kesehatan penggunaan obat selalu dimulai dengan peresepan, sehingga jika
awal proses sesuai parameter baku, diharapkan penggunaan obat akan benar.
Penggunaan obat yang benar bertujuan agar tercapai pengobatan yang efektif, aman,
dan ekonomis.
WHO melakukan penelitian di 20 fasilitas kesehatan di Indonesia dengan
menggunakan indikator peresepan WHO (1993) (Quick, Rankin, Laing, O’Connor,
Hogerzeil, Dukes dan Garnett, 1997). Menurut WHO (1993) untuk dapat mengetahui
kemajuan penggunaan obat di suatu negara maka harus melakukan perbandingan
penelitian terdahulu dengan penelitian terbaru dimana hasil penelitian terbaru
merupakan rata-rata hasil penelitian di 20 fasilitas kesehatan. Saat ini hanya terdapat
5 penelitian di Universitas Gadjah Mada yang menggunakan indikator peresepan
WHO. Penelitian ini diharapkan dapat menambah jumlah penelitian sebelumnya
sehingga nantinya bisa didapat jumlah yang sama dengan penelitian terdahulu.
Dalam rangka ikut serta menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan dan pengobatan di rumah sakit, maka perlu diketahui gambaran
penggunaan obat di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
(RSUDJK). Penelitian ini dilakukan di RSUDJK karena rumah sakit tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
merupakan salah satu pusat pelayanan kesehatan bagi masyarakat kota Kupang sejak
tahun 1959, dan banyak dipercaya oleh masyarakat kota Kupang mempunyai mutu
pelayanan kesehatan yang baik.
1.
Permasalahan
Seperti apakah gambaran penggunaan obat di RSUDJK periode November
2006-Oktober 2007, yang meliputi:
a.
berapakah jumlah obat per lembaran resep untuk pasien rawat jalan?
b. berapakah persentase peresepan obat dengan nama generik untuk pasien
rawat jalan?
c. berapakah persentase peresepan antibiotik untuk pasien rawat jalan?
d. berapakah persentase peresepan sediaan injeksi untuk pasien rawat jalan?
e. berapakah persentase peresepan obat yang sesuai dengan formularium
rumah sakit untuk pasien rawat jalan?
2.
Keaslian Penelitian
Penelitian sejenis yang penah dilakukan yaitu gambaran penggunaan obat di
rumah sakit pemerintah Kebumen (Handayani, 2006), di rumah sakit swasta
Yogyakarta (Rahayu, 2007), di rumah sakit swasta Semarang (Sudarmono, 2007), di
rumah sakit swasta Surakarta (Utami, 2007), dan di rumah sakit pemerintah
Palembang (Permatasari, 2007).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi,
tipe rumah sakit, dan waktu. Penelitian kali ini dilakukan di RSUDJK periode
4
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan gambaran penggunaan obat di RSUDJK
periode November 2006-Oktober 2007 berdasarkan data-data yang diperoleh.
b. Manfaat Praktis
Diharapkan dapat memberikan masukan terhadap RSUDJK dalam
menerapkan pelayanan kefarmasian, dapat melakukan identifikasi awal masalah
penggunaan obat yang menuju ke penggunaan obat rasional.
B.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran penggunaan obat di RSUDJK.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
a.
rata-rata jumlah obat per lembaran resep untuk pasien rawat jalan.
b.
persentase peresepan obat dengan nama generik untuk pasien rawat
jalan.
c.
persentase peresepan antibiotik untuk pasien rawat jalan.
d.
persentase peresepan sediaan injeksi untuk pasien rawat jalan.
e.
persentase peresepan obat untuk pasien rawat jalan yang sesuai dengan
formularium rumah sakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A.
Indikator Penggunaan Obat
Sebagai bukti komitmen WHO untuk meningkatkan praktek penggunaan
obat secara rasional, maka bersama
International Network for Rational Use of Drug
(INRUD) pada tahun 1993 ditetapkan suatu metode dasar untuk mengevaluasi
penggunaan obat. Hal ini bertujuan menyediakan beberapa cara pengukuran yang
objektif sehingga dapat menjelaskan penggunaan obat di suatu fasilitas kesehatan,
negara, atau pada suatu kawasan (Anonim, 1993). Penilaian tentang penggunaan obat
di fasilitas kesehatan dapat menggunakan tiga indikator, yaitu (Anonim, 1993):
Tabel I. Indikator Penggunaan Obat
Indikator WHO 1993
Indikator peresepan, terdiri dari:
1
a.
rata-rata jumlah obat per lembaran resep
b.
persentase peresepan obat dengan nama generik
c.
persentase peresepan obat dengan antibiotik
d.
persentase peresepan dengan sediaan injeksi
e.
persentase peresepan obat yang sesuai dengan formularium
Indikator pelayanan pasien, terdiri dari:
2
a.
rata-rata lamanya waktu kons ultasi
b.
rata-rata waktu dispensing
c.
persentase dispensing obat
d.
persentase obat yang dilabel dengan cukup
e.
pemahaman pasien tentang dosis obat yang benar
Indikator fasilitas kesehatan, terdiri dari:
3
6
Indikator WHO (1993) digunakan untuk mengetahui gambaran penggunaan
obat lewat peresepan yang meliputi rata-rata jumlah obat per lembaran resep,
persentase peresepan obat dengan nama generik, persentase peresepan antibiotik,
persentase peresepan sediaan injeksi, dan persentase peresepan obat yang sesuai
dengan formularium rumah sakit untuk pasien rawat jalan yang dapat memberikan
data untuk melakukan analisis penggunaan obat di pusat pelayanan kesehatan
(Anonim, 1993). Menurut WHO jumlah obat dalam tiap lembar resep berjumlah
maksimal 2 obat untuk satu diagnosis, pada pasien rawat jalan selain pemberian
insulin sebaiknya tidak diberikan obat injeksi, selain itu antibiotik hanya diberikan
apabila penyakit pada pasien sudah pasti disebabkan oleh bakteri dan disesuaikan
dengan kondisi pasien (Anonim, 1993).
B.
Penggunaan Obat yang Rasional
Penggunaan obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
sesuai dengan indikasi penyakit, tersedia setiap saat dengan harga terjangkau,
diberikan dengan dosis yang tepat, cara pemberian dengan interval waktu pemberian
yang tepat, lama pemberian yang tepat obat yang diberikan harus efektif, dengan
mutu terjamin dan aman (Anonim, 1995). Peresepan yang rasional adalah pemberian
obat berdasarkan diagnosis penyakit bukan berdasarkan
symptom
atau gejala, dan
diberikan hanya jenis obat yang diperlukan untuk penyembuhan penyakit, mengatasi
masalah kesehatan secara efektif, aman, dan dalam batas-batas kemampuan dana
yang tersedia (Anonim, 1986).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Darmansyah (2006) mengemukakan bahwa rasional juga berarti
menggunakan obat berdasarkan indikasi yang manfaatnya jelas terlihat, dapat
diramalkan (
evidence based therapy
). Manfaat tersebut dinilai dengan menimbang
semua bukti tertulis hasil uji klinik yang dimuat dalam kepustakaan yang dilakukan
melalui evaluasi yang sangat bijaksana.
Kriteria penggunaan obat rasional dalam konteks biomedik (Siregar, 2006):
1.
obat yang benar,
2.
indikasi yang tepat, yaitu alasan menulis resep berdasarkan pertimbangan medis
yang baik,
3.
obat yang tepat, mempertimbangkan kemanjuran, keamanan, kecocokan bagi
pasien, dan harga,
4.
dosis pemberian dan durasi pengobatan yang tepat,
5.
pasien yang tepat yaitu tidak ada kontraindikasi dan kemungkinan reaksi
merugikan minimal,
6.
dispending yang benar, termasuk informasi yang tepat bagi pasien tentang obat
yang ditulis,
7.
kepatuhan pasien terhadap pengobatan.
Setiap pemakaian obat harus melalui pertimbangan agar diperoleh manfaat
maksimal dengan risiko minimal bagi individu bersangkutan. Pertanyaan mengenai
apakah kemungkinan risiko sebanding dengan manfaat terapi yang diperoleh jika
suatu obat diberikan, selalu harus dipertimbangkan dahulu sebelum memutuskan
8
penggunaan obat yang tidak rasional dapat memberi dampak terjadinya pemborosan
biaya dan anggaran masyarakat, risiko efek samping dan resistensi, ketersediaan obat
kurang terjamin, mutu pengobatan dan pelayanan kesehatan buruk, memberikan
persepsi yang keliru tentang pengobatan pada masyarakat (Wahjuni, 2003).
Peresepan yang tidak rasional dapat dikelompokkan menjadi (Anonim,
1999):
1.
peresepan mewah, yaitu pemberian obat baru dan mahal padahal tersedia obat
lama yang lebih murah yang sama efektifnya dan sama amannya.
2.
peresepan berlebihan, yaitu yang mengandung obat yang tidak diperlukan, dosis
terlalu tinggi, pengobatan terlalu lama, atau jumlah yang diberikan kepada
pasien tanpa indikasi yang jelas dan tepat.
3.
peresepan salah, yaitu obat yang diberikan untuk diagnosis yang keliru, obat
yang dipilih untuk suatu indikasi tertentu tidak tepat, penyediaan (di apotek,
rumah sakit) salah, atau tidak disesuaikan dengan kondisi medik, genetik,
lingkungan, dan faktor lain yang ada pada saat itu.
4.
polifarmasi, yaitu penggunaan dua atau lebih obat padahal satu obat sudah
mencukupi atau pengobatan setiap gejala secara terpisah padahal pengobatan
terhadap penyakit primernya sudah dapat mengatasi semua gejala.
5.
peresepan kurang, yaitu tidak memberikan obat yang diperlukan, dosis tidak
mencukup i, atau pengobatan terlalu singkat.
Menurut Dwiprahasto (2006) peresepan yang berlebihan dan tidak rasional
cenderung meningkatkan terjadinya
Adverse Drug Event
(ADE). Terdapat hubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang linier antara jumlah obat yang diresepkan dengan terjadinya ADE yaitu semakin
banyak jumlah obat yang diresepkan maka semakin tinggi pula risiko untuk
terjadinya ADE.
Pedoman pengobatan supaya mendekati rasional adalah berpegang pada
sedikitnya 4 faktor, yaitu
efficacy
(khasiat obat),
safety
(keamanan obat),
suitability
(kesesuaiaan obat dengan pasien), dan
cost
(harga obat). Kebutuhan pedoman
pengobatan dilatarbelakangi oleh banyaknya alternatif pengobatan yang ada untuk
setiap jenis penyakit, dan juga adanya kebiasaan pengobatan yang sangat beragam
diantara para dokter berdasarkan pengalamannya masing- masing (Anonim, 2003).
C.
Rata-Rata Jumlah Obat yang Digunakan per Lembaran Resep
Indikator rata-rata jumlah obat yang digunakan per lembaran resep per
pasien digunakan untuk mengetahui tendensi terjadinya polifarmasi. Risiko terberat
polifarmasi adalah timbulnya interaksi obat yang merugikan dan efek samping obat
yang akan meningkat secara konsisten dengan semakin banyaknya jumlah obat yang
diberikan kepada pasien. Polifarmasi adalah mengkonsumsi lebih dari satu macam
obat untuk kondisi yang sama (Quick dkk, 1997).
D.
Obat Generik
Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang telah ditetapkan dalam
Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Obat generik di
10
Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM). Tata nama obat yang digunakan
adalah tata nama
International Nonproprietary Names
(INN) dalam bahasa Inggris
dan dicantumkan juga tata nama sesuai Daftar Obat Escensial Nasional (DOEN)
(Anonim,1986).
Tidak ada perbedaan kandungan antara obat generik dengan obat paten.
Efektivitas obat generik tidak berbeda dengan obat paten karena dalam membuat obat
generik perusahaan harus mengikuti Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
Aturan tersebut me nentukan kandungan obat yang harus terdapat dalam obat generik
setelah melalui pengujian pemerintah, produsen baru bisa mancantumkan logo
generik pada kemasannya (Anonim, 1996).
E.
Antibiotik
Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh mikroba, terutama fungi, yang
dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. Prinsip
penggunaan antibiotik didasarkan pada dua pertimbangan utama yaitu penyebab
infeksi dan faktor pasien (Anonim, 2003). Pemakaian antibiotik yang rasional adalah
apabila antibiotik dipakai dengan indikasi yang tepat, pemilihan yang tepat, regimen
yang tepat (dosis, cara pemberian dan lama pemberian), serta waspada terhadap
kemungkinan terjadinya efek yang tidak diinginkan (Widodo, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Sediaan Injeksi
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit, melalui kulit atau selaput
lendir (Anonim, 1979). Pemberian obat secara parenteral (harafiah berarti “di luar
usus”) biasanya dipilih bila diinginkan efek yang cepat, kuat, dan lengkap, untuk obat
yang merangsang atau dirusak getah lambung (hormon), atau tidak diresorpsi usus
(streptomisin), begitu pula pada pasien yang tidak sadar atau tidak mau bekerja sama.
Kekurangannya adalah lebih mahal dan nyeri, sukar digunakan oleh pasien sendiri
(dibutuhkan tenaga profesional). Selain itu, ada pula bahaya terkena infeksi kuman
(harus steril) dan bahaya merusak pembuluh atau saraf jika tempat suntikan tidak
dipilih dengan tepat (Tan dan Raharja, 2002).
G.
Formularium Rumah Sakit
Formularium Rumah Sakit (FRS) adalah daftar obat baku yang dipakai oleh
rumah sakit dan dipilih secara rasional, serta dilengkapi penjelasan, sehingga
merupakan informasi obat yang lengkap untuk pelayanan medik rumah sakit (Suci,
2006). Formularium rumah sakit pada hakekatnya merupakan daftar produk obat
yang telah disepakati untuk dipakai di rumah sakit yang bersangkutan, beserta
informasi yang relevan mengenai indikasi, cara penggunaan dan informasi lain
12
Dokter diharapkan meresepkan obat-obat yang terdaftar dalam formularium
rumah sakit. Penyebab adanya dokter membuat resep diluar standarisasi obat yang
telah ditetapkan, antara lain (Suci, 2006):
1.
kelengkapan obat yang sudah masuk dalam standarisasi belum sepenuhnya
tersedia,
2.
obat yang diperlukan belum masuk dalam standarisasi obat,
3.
faktor pendekatan bagian pemasaran perusahaan obat yang relatif intensif.
Formula rium rumah sakit yang telah disepakati di suatu rumah sakit perlu
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh (
commitment
) oleh pihak-pihak yang terkait
meliputi (Anonim, 2003):
1.
pengelola obat menyediakan obat-obat di rumah sakit sesuai dengan
formularium rumah sakit
2.
dokter menggunakan obat-obat yang ada di formularium rumah sakit.
Tujuan utama pembuatan formularium tersebut adalah menyediakan sarana
bagi para staf rumah sakit, meliputi (Anonim, 1991):
1.
informasi tentang obat-obatan yang telah disetujui penggunaannya oleh Komite
Farmasi dan Terapi
2.
informasi pengobatan dasar setiap obat yang telah disetujui
3.
informasi tentang kebijakan dan prosedur rumah sakit yang mengatur penggunaan
obat-obatan
4.
informasi yang khusus seperti misalnya peraturan tentang dosis obat,
singkatan-singkatan yang biasa digunakan di rumah sakit, dan isi sediaan berbagai obat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
H.
Profil Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes (RSUDJK) didir ikan
pada tanggal 2 Juli 1959, beralamat di Jl. Mohammad Hatta no 19 Kupang. RSUDJK
merupakan rumah sakit tipe B nonpendidikan. Saat ini RSUDJK memiliki 55 dokter
umum, 38 dokter spesialis, 323 perawat, 4 apoteker, dan 284 buah tempat tidur
(Anonim, 2007).
I.
Keterangan Empiris
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran penggunaan obat pada
pasien rawat jalan di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUDJK periode November 2006
sampai dengan Oktober 2007 sesuai dengan standar acuan indikator peresepan WHO
(1993), meliputi:
1.
rata-rata jumlah obat per lembaran resep untuk pasien rawat jalan.
2.
persentase peresepan obat dengan nama generik untuk pasien rawat
jalan.
3.
persentase peresepan antibiotik untuk pasien rawat jalan.
4.
persentase peresepan sediaan injeksi untuk pasien rawat jalan.
5.
persentase peresepan obat untuk pasien rawat jalan yang sesuai dengan
formularium RSUDJK.
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian noneksperimental dengan rancangan
deskriptif, sedangkan data dikumpulkan secara
retrospektif
. Menurut Kountour
(2003) jenis penelitian ini memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan
sejelas mungkin tanpa adanya perlakuan terhadap obyek yang diteliti.
Retrospektif
berarti data yang didapat adalah data waktu yang lalu.
B.
Definisi Operasional
1.
Penggunaan obat adalah penggunaan obat oleh pasien rawat jalan yang
berdasarkan resep dokter rumah sakit.
2.
Pasien adalah pasien rawat jalan yang membeli obat berdasarkan resep dokter
yang praktek di Rumah Sakit Umum Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
(RSUDJK).
3.
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter kepada apoteker untuk menyediakan
obat bagi pasien rawat jalan di RSUDJK yang berupa resep umum dan resep
ASKES.
4.
Rata-rata jumlah obat per lembaran resep adalah jumlah
item
yang tertulis pada
seluruh lembar resep. Resep racikan dihitung 1 R/.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C.
Obyek Penelitian
Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembaran resep pasien
rawat jalan RSUDJK bulan November 2006 sampai dengan Oktober 2007.
D.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator
peresepan WHO (1993) dan formularium rumah sakit RSUDJK (2007).
E.
Teknik Sampling
Penelitian ini dilakukan pada RSUDJK. Sampel yang diambil adalah
lembaran resep pasien rawat jalan yang dibayar secara tunai dari bulan November
2006 sampai dengan Oktober 2007. Teknik sampling yang dipergunakan pada
penelitian ini adalah
systematic random sampling
yaitu seluruh obyek yang akan
diteliti mendapatkan kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel.
Berdasarkan acuan standar WHO (1993) sampel minimum yang harus
diambil untuk penelitian
retrospektif
adalah 600 lembaran resep. Pada penelitian ini
diambil 1.200 lembaran resep terbagi sebanyak 12 bulan berdasarkan jumlah resep
yang masuk ke Instalasi Rawat Jalan RSUDJK pada bulan tertentu, yaitu didapatkan
dari rasio jumlah resep yang masuk pada bulan tertentu dibagi jumlah resep total 1
tahun yang masuk ke Instalasi Rawat Jalan RSUDJK (32.457 lembaran resep)
16
Pada metode
systematic random sampling
yang harus diperhatikan adalah
penentuan nomor pertama sampel terambil pertama, karena nomor yang terpilih
tersebut akan menjadi titik awal bagi pengambilan sampel pada interval- interval
berikutnya. Interval didapatkan dari pembagian jumlah resep yang masuk pada bulan
tertentu dengan jumlah sampel yang terambil pada bulan tersebut. Hasil perhitungan
tersebut diperoleh interval sebesar 27. Nilai tengah interval 27 yaitu 1-27 adalah
sebesar 14, yang kemudian digunakan sebagai nomor pertama sampel terambil.
Nomor selanjutnya adalah nomor 41, 68, dan seterusnya sampai mencapai jumlah
sampel pada bulan tertentu.
Data penelitian yang diambil untuk sampel didasarkan pada data pengarsipan
resep pasien rawat jalan di bagian Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUDJK periode
November 2006-Oktober 2007. Dari data yang diberikan oleh bagian pengarsipan
RSUDJK dapat dilihat bahwa resep pasien rawat jalan yang masuk ke Instalasi
Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit dibagi menjadi dua kelompok yaitu resep umum
dan resep ASKES.
F.
Tata Cara Penelitian
1.
Analisis Situasi
Analisis situasi dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai
kemungkinan bisa tidaknya diadakan penelitian. Pada tahap ini juga melihat
jalannnya pelayanan peresepan sebelum dilakukan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data resep rawat jalan periode November 2006-Oktober 2007.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara random karena obyek yang akan diteliti
mendapatkan kesempatan yang sama pada anggota populasi untuk dijadikan sampel.
Pencatatan resep meliputi: nomor resep, tanggal resep, spesialisasi okter,
jumlah
item
, dan nama obat. Penggolongan resep meliputi: golongan nama generik,
golongan antibiotik, golongan sediaan injeksi, golongan sesuai FRS.
3.
Pengolahan Data
Dilakukan dengan cara kategorisasi data sejenis, yaitu dengan menyusun
data dan menggolongkannya dalam kategori-kategori. Setelah itu dilakukan
interpretasi.
4.
Analisis Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini diolah dengan membandingkan hasil
data dengan indikator peresepan WHO (1993) menge nai peresepan yang meliputi
rata-rata jumlah obat per lembaran resep, persentase peresepan obat dengan nama
generik, persentase peresepan antibiotik, persentase peresepan sediaan injeksi,
persentase peresepan obat yang sesuai dengan formularium rumah sakit untuk pasien
rawat jalan.
G.
Perhitungan Data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel kemudian dihitung
18
1.
rata-rata jumlah obat yang digunakan per lembaran resep adalah perbandingan
jumlah seluruh obat yang diresepkan dengan jumlah seluruh lembaran resep
sampel.
jumlah obat yang diresepkan = A
jumlah lembaran resep = B
perhitungan = A/B
2.
persentase peresepan obat dengan nama generik adalah perbandingan jumlah
seluruh obat dengan nama generik yang diresepkan dengan jumlah obat
keseluruhan yang diresepkan kali 100%.
jumlah
obat dengan nama generik yang diresepkan = C
jumlah
obat yang diresepkan keseluruhan = A
perhitungan = C/A x 100%
3.
persentase peresepan antibiotik adalah perbandingan jumlah seluruh antibiotik
yang diresepkan dengan jumlah obat keseluruhan yang diresepkan kali 100%.
jumlah
antibiotik yang diresepkan = D
jumlah
obat yang diresepkan keseluruhan = A
perhitungan = D/A x 100%
4.
persentase peresepan sediaan injeksi adalah perbandingan jumlah seluruh
sediaan injeksi yang diresepkan dengan jumlah obat keseluruhan yang
diresepkan kali 100%.
jumlah sediaan injeksi yang diresepkan = E
jumlah
obat yang diresepkan keseluruhan = A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perhitungan = E/A x 100%
5.
persentase obat yang masuk formularium rumah sakit adalah perbandingan
jumlah seluruh obat yang diresepkan dan masuk dalam formularium rumah
sakit dengan jumlah obat keseluruhan yang diresepkan kali 100%.
jumlah obat yang masuk dalam formularium rumah sakit = F
jumlah obat yang diresepkan keseluruhan = A
perhitungan = F/A x 100%
H.
Keterbatasan Penelitian
Masalah yang dihadapi adalah pada peresepan obat dengan nama generik
jika obat dengan nama generik tersebut sedang tidak tersedia di instalasi farmasi ada
kemungkinan instalasi fa rmasi mengganti obat nama generik dengan obat paten yang
bahan aktifnya sama dengan nama generik tersebut. Masalah lain yang juga dialami
peneliti adalah kesulitan dalam membaca resep yang dituliskan oleh dokter, dimana
20
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan panduan dari WHO (1993)
How to Investigate
Drug Use in Health Facilities
(
Selected Drug Use Indicators
) sebagai standar acuan.
Penelitian mengenai penggunaan obat di Indonesia pernah dilakukan tahun 1997. Saat
ini telah terdapat 5 penelitian sejenis. Hasil penelitian WHO dan penelitian
sebelumnya dapat dilihat pada tabel II.
Tabel II.
Hasil Penelitian WHO dan Penelitian Sebelumnya
Peneliti
Jumlah
Obat per
Lembaran
Resep
Persen
Obat
dengan
Nama
Generik
Persen
Antibiotik
Persen
Sediaan
Injeksi
Persen Jumlah
Obat Sesuai
Formularium
Rumah Sakit
Handayani
Kebumen
2,44
34,93%
21,25%
28,90%
78,65%
Rahayu
Yogyakarta
2,25
31,06%
20,30%
0,28%
91,92%
Sudarmono
Semarang
2,71
15,22%
24,42%
0,55%
38,27%
Utami
Surakarta
2,80
38,06%
20,12%
1,46%
98,00%
Permatasari
Palembang
3,1
45,90%
17,07%
2,70%
52,70%
WHO
3,3
59%
43%
17%
-
Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang (RSUDJK)
merupakan rumah sakit tipe B nonpendidikan. Jumlah sampel yang diambil tiap bulan
dapat dilihat pada tabel III.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel III. Pengambilan Sampel Tiap Bulan di RSUDJK pada Periode November
2006-Oktober 2007
Bulan
Jumlah Resep Masuk
Jumlah sampel
November
2.544
94
Desember
2.010
74
Januari
2.991
111
Februari
2.747
102
Maret
2.820
104
April
3.041
112
Mei
2.827
105
Juni
2.402
89
Juli
2.677
99
Agustus
3.579
132
September
2.662
98
Oktober
2.157
80
Total
32.457
1.200
Pembahasan semua indikator hasil penelitian me mberikan gambaran
tentang penggunaan obat melalui resep dari dokter untuk pasien rawat jalan di
RSUDJK.
A.
Rata-Rata Jumlah Obat yang Digunalan per Lembaran Resep
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui derajat polifarmasi yang terjadi
pada RSUDJK periode November 2006-Oktober 2007. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rata-rata jumlah obat yang digunakan perlembar resep adalah 2,67
item
diperoleh dari ratio jumlah obat sebesar 3.204 dengan jumlah lembaran resep sampel
sebesar 1.200 lembar resep. Hal ini menunjukkan tendensi terjadinya polifarmasi
relatif tinggi. Namun tendensi terjadinya polifarmasi harus dianalisis lebih lanjut
22
dilakukan WHO di 20 fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesian tahun 1997,
diperoleh rata-rata jumlah
item
obat per lembar resep adalah 3,3
item
obat per lembar
resep (Quick dkk, 1997).
Dalam peresepan sebaiknya terdapat paling banyak dua
item
obat untuk satu
diagnosis karena kombinasi obat sebaiknya terdiri dari dua
item
obat (Anonim, 1993).
Peresepan polifarmasi adalah mengkonsumsi lebih dari satu macam obat untuk
kondisi yang sama (Quick dkk, 1997). Untuk menghindari polifarmasi perlu
ditingkatkan peresepan obat tunggal atau dua macam obat saja yang bisa ditempuh
dengan cara mempertajam diagnosis dokter agar dapat diterapi dengan tepat dan
rasional, misalnya dengan dukungan data laboratorium. Sebaran jumlah
item
obat
perlembaran resep dapat dilihat pada tabel IV.
Pada tabel IV dapat dilihat bahwa lembar resep paling banyak diberikan
adalah berisi 2 macam
item
obat yaitu sebanyak 393 lembar resep dari 1.200 sampel
(32,75%), resep yang berisi 3
item
(26,08%), resep yang berisi 1
item
(17,17%).
Pemberian obat oleh dokter melebihi acuan standar adalah 50,16%, hal ini
menunjukkan tendensi terjadinya polifarmasi. Polifarmasi umumnya didasarkan pada
berbagai faktor antara lain: ketidakyakinan dokter akan diagnosis pasien, dorongan
pasien untuk meresepkan obat lain yang tidak diperlukan, dan persepsi dokter bahwa
dari berbagai obat yang diberikan beberapa di antaranya pasti memberikan efek yang
diharapkan, serta kurangnya pengetahuan dokter tentang bukti-bukti ilmiah terbaru
mengenai penggunaan berbagai jenis obat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel IV. Perincian Jumlah Obat Setiap Lembaran Resep Pasien Rawat Jalan
di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang Pada Periode
November 2006-Oktober 2007
No
Jumlah
item
obat per
lembaran resep
Jumlah resep
Persentase (%)
1
1
206
17,17
2
2
393
32,75
3
3
313
26,08
4
4
184
15,33
5
5
90
7,58
6
6
9
0,75
7
7
5
0,42
Jumlah Total
1200
100
Rata-rata
3.204/1.200 = 2,67
Item
obat terbanyak diresepkan pada pasien rawat jalan RSUDJK periode
November 2006-Oktober 2007 adalah 7
item
terdapat sebanyak 5 lembar resep yang
ditulis oleh dokter spesialis penyakit dalam. Banyaknya jumlah obat yang diresepkan
oleh dokter spesialis penyakit dalam menunjukkan bahwa terapi diberikan dengan
pertimbangan obat untuk diagnosis utama, obat yang digunakan untuk mengatasi
penyakit penyerta, obat untuk mengatasi komplikasi atau efek samping obat utama
dan suplemen vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien.
Pada pasien usia lanjut dimana sudah terjadi banyak komplikasi sering
mendapatkan banyak obat untuk mengatasi komplikasi. Pola peresepan untuk lansia,
seperti dilaporkan oleh kelompok teknis WHO memperlihatkan bahwa lebih dari
Negara-24
negara yang memiliki proporsi kelompok usia ini yang sangat tinggi. Kelompok
teknis WHO juga membuat tinjauan tentang konsumsi obat, dan mendapati angka
rata-rata obat yang diresepkan adalah 3,2 per pasien di rumah sakit Kanada, 4,6 per
pasien di rumah sakit Skotlandia, dan 8 per pasien di rumah sakit Amerika Serikat.
Untuk memperbaiki mutu peresepan obat oleh dokter dapat dilakukan
dengan pelatihan yang bersifat interaktif, motivasional, berdasarkan pada masalah
(
problem-based aproach
), dan menggunakan model terstruktur. Namun jika pelatihan
ini hanya dilaksanakan sekali belum tentu dapat menjamin kesinambungan perbaikan
peresepan, karena itu harus dilakukan monitoring secara terus menerus ke unit- unit
pelayanan kesehatan (Dwiprahasto, 2006).
Dalam penelitian ini yang dianggap sebagai obat adalah
recipe
(R/) pada
resep, bukan pada nama obat yang diresepkan. Hal ini disebabkan adanya resep
racikan yang hanya terdapat di Indonesia dan tidak sesuai bila digunakan dalam
penelitian yang berdasar pada standar acuan WHO (1993), sehingga semua resep
yang berisi racikan beberapa
item
obat dihitung sebagai satu
item
obat. Jumlah resep
yang mengandung racikan dapat dilihat pada tabel V.
Dari tabel V dapat dilihat bahwa jumlah obat racikan yang diresepkan
sebanyak 78 lembar resep dengan persentase 6,5% dari total 1.200 sampel yang
diambil.
Item
obat yang paling banyak diresepkan adalah racikan yang mengandung 2
dan 3
item
obat yaitu sebanyak 27 lembar resep dengan persentase sebesar 34,62%
dari total 78 resep racikan, sedangkan obat yang mengandung 6
item
obat adalah yang
paling kecil diresepkan 1,28%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel V. Jumlah Resep Pasien Rawat Jalan yang Mengandung Racikan di
Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang Pada Periode
November 2006-Oktober 2007
No
Jumlah obat dalam
recipe
(R/) pada resep Racikan
Jumlah resep
Persentase (%)
1
2
27
34,62
2
3
27
34,62
3
4
18
23,08
4
5
5
6,41
5
6
1
1,28
Jumlah
78
100
Total Persentase Resep Racikan
78/1200
6,5
Resep racikan yang diresepkan di RSUDJK diberikan oleh dokter umum
dan dokter spesialis yang meliputi spesialis saraf, telinga hidung tenggorokan, anak,
kulit dan kelamin, serta jiwa.
Tabel VI. Perincian Jumlah Resep Racikan yang Diberikan olah Dokter di
Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang Pada Periode
November 2006-Oktober 2007
No
Dokter
Jumlah Resep
1
Spesialis Anak
33
2
Umum
23
3
Spesialis Saraf
11
4
Spesialis THT
7
5
Spesialis Kulit dan Kelamin
2
6
Spesialis Jiwa
2
Jumlah
78
Dari tabel VI dapat dilihat jumlah resep racikan terbanyak diberikan oleh
dokter spesialis anak yaitu sebanyak 33 lembar resep. Hal ini disebabkan karena
26
dalam waktu yang sama sehingga dengan memberikan resep racikan dapat
memudahkan anak-anak dalam meminum obat.
Polifarmasi merupakan suatu pemborosan sehingga perlu adanya
monitoring ketat penekanan untuk menggunakan obat secara rasional dengan
mengambangkan pedoman pengobatan. Tujuan pengembangan pedoman pengobatan
untuk meningkatkan efektivitas, keamanan, maupun
cost effectiveness
tindakan
farmakoterapi yang diberikan.
B.
Persentase Peresepan Obat dengan Nama Generik
Persentase peresepan obat dengan nama generik digunakan untuk
mengetahui kecenderungan peresepan obat dengan nama generik. Data yang didapat
dari hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase peresepan obat dengan nama
generik oleh dokter adalah 78,21%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penggunaan
nama generik di RSUDJK sudah relatif tinggi. Hasil penelitian WHO di Indonesia
pada tahun 1997 tentang penggunaan obat dengan nama generik adalah sebesar
59,00% (Quick dkk, 1997).
Diagram penggunaan obat dengan nama generik di RSUDJK periode
November 2006-Oktober 2007 dapat dilihat pada Gambar 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78,21%
21,79%
Generik
Non-Generik
Gambar 1. Pers entase Peresepan Obat dengan Nama Generik untuk Pasien
Rawat Jalan di Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr.
W. Z. Johannes Kupang Periode November 2006-Oktober 2007
Banyaknya peresepan obat dengan nama generik di RSUDJK disebabkan
karena resep yang terdapat di RSUDJK sebagian besar merupakan resep ASKES,
dimana sebagian besarnya menggunakan obat dengan nama generik kecuali beberapa
obat paten yang bekerja sama dengan PT ASKES seperti obat Neurodex (
Dexa
Medica
). Banyaknya jumlah resep ASKES disebabkan karena kebanyakan penduduk
kota Kupang memiliki mata pencaharian sebagai Pegawai Negri Sipil (PNS) dan PNS
28
C.
Persentase Peresepan Antibiotik
Pengukuran ini bertujuan mengukur penggunaan antibiotik. Data yang
didapat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase peresepan antibiotik
adalah 14,83%. Hasil penelitian WHO di Indonesia pada tahun 1997 tentang
penggunaan antibiotik adalah sebesar 43,00% (Quick dkk, 1997). Hal yang perlu
diperhatikan adalah kondisi saat pemberian resep, misalnya terjadi infeksi dalam
waktu yang lama sehingga menyebabkan penggunaan antibiotik menjadi meningkat.
Hal ini menyebabkan persentase peresepan antibiotik menjadi tinggi.
Diagram penggunaan antibiotik di RSUDJK periode November
2006-Oktober 2007 dapat dilihat pada Gambar 2.
14,83%
85,17%
Antibiotik
Non-Antibiotik
Gambar 2. Pers entase Peresepan Antibiotik untuk Pasien Rawat Jalan di
Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang Periode November 2006-Oktober 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel.VII Persentase Golongan Antibiotik yang Diresepkan untuk Pasien Rawat
Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang Periode
November 2006-Oktober 2007 Menurut MIMs (2006)
No
Golongan
Nama
Jumlah
Persentase (%)
1
Penicillin
Amoxicillin
239
50,31
2
Quinolon
Ciprofloxacin
123
25,90
3
Clindamicin
19
4,00
4
Antibiotik golongan lain
Metronidazole
15
3.16
5
Kombinasi Antibakterial
Cotrimoxazole
18
3,79
6
Ketokonazole
15
3,16
7
Antifungal
Griseofulvin
3
0,63
8
Cefadroksil
13
2,74
9
Sefalosporin
Cefixime
3
0,63
10 Tetrasiklin
Doksisiklin
13
2,74
11 Aminoglikosida
Gentamicin
7
1,47
12 Kloramfenikol
Chloramphenicol
4
0,84
13 Makrolida
Erythromycin
3
0,63
Total
475
100
Dari data yang diperoleh antibiotik yang paling sering digunakan adalah
Amoxicillin sebanyak 50,31%. Hal ini karena Amoxicillin merupakan antibiotik
turuna n ß- laktam yang mempunyai spektrum luas, efektif terhadap bakteri
gram-positif dan gram- negatif, serta memiliki efek samping yang relatif ringan.
D.
Persentase Peresepan Sediaan Injeksi
Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan peresepan
sediaan injeksi pada pasien rawat jalan. Data yang didapat dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa persentase penggunaan sediaan injeksi adalah 0,91%. Hasil
penelitian WHO di Indonesia pada tahun 1997 tentang penggunaan sediaan injeksi
30
Tabel.VIII Persentase Penggunaan Sediaan Injeksi yang Diresepkan untuk
Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang Periode November 2006-Oktober 2007
No
Nama Sediaan
Penggunaan
Persentase (%)
1
Injeksi Lidokain
18
62,07
2
Infus NaCl
5
17,247
3
Injeksi Dexametasone
2
6,90
4
Injeksi Metoclopramid
2
6,90
5
Injeksi Diphenhidramin
1
3,45
6
Injeksi Heparin
1
3,45
Total
29
100%
Persentase penggunaan sediaan injeksi untuk pasien rawat jalan di RSUDJK
dapat dilihat pada tabel. VIII. Injeksi Lidokain merupakan anestesi lokal dapat juga
digunakan dalam anestesia dental. Infus NaCl digunakan pada pasien yang
kehilangan Natrium yang dapat timbul dari gastroenteritis. Injeksi Dexametasone
digunakan pada pasien yang mengalami reaksi radang dan reaksi alergi. Injeksi
Metoclopramid digunakan pada pasien yang mengalami mual dan muntah terutama
pada gangguan saluran cerna, pada pengobatan dengan sitotoksik atau radio terapi.
Injeksi Diphenhidramin digunakan sebagai antihistamin, antiemetik, anti
spasmodidan parkinsonisme, sedangkan injeksi Heparin digunakan untuk pengobatan
trombosis, vena dalam dan embolisme paru. Hal ini berarti penggunaan sediaan
injeksi tersebut beralasan kuat.
Diagram penggunaan sediaan injeksi di RSUDJK periode November
2006-Oktober 2007 dapat dilihat pada Gambar 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
0,91%
99,09%
Injeksi
Non-Injeksi
Gambar 3. Persentase Peresepan Sediaan Injeksi untuk Pasien Rawat Jalan di
Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang Periode November 2006-Oktober 2007
Pada pasien rawat jalan seharusnya tidak diberikan obat dengan sediaan
injeksi sebab penggunaan sediaan injeksi sangat sulit dilakukan sendiri oleh pasien,
selain itu risiko efek samping penggunaan obat secara injeksi relatif lebih besar
daripada penggunaan sediaan oral. Pemberian sediaan injeksi dapat diberikan pada
pasien yang secara terus menerus menggunakan obat dalam sediaan injeksi seperti
pada pasien diabetes mellitus tipe I yang mempunyai ketergantungan pada insulin.
Tujuan pemberiaan sediaan injeksi adalah untuk memperoleh efek yang
cepat, kuat, dan tepat. Peresepan sediaan injeksi di RSUDJK kebanyakan dilakukan
oleh dokter gigi dan dokter bedah, penggunaannya pun dilakukan oleh dokter maupun
perawat dengan standar pelayanan yang sesuai, alat-alat yang steril sehingga risiko
efek samping dapat diminimalisasi. Dengan demikian, alasan penggunaan sediaan
32
E.
Persentase Peresepan Obat yang Sesuai dengan Formularium Rumah Sakit
Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan peresepan obat
yang sesuai dengan formularium rumah sakit. Data yang didapat dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa persentase peresepan obat sesuai dengan formularium rumah
sakit sebesar 75,12%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan obat yang sesuai
formularium rumah sakit sudah relatif tinggi. Jika dilihat dari persentase yang
diperoleh dapat dikatakan bahwa pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
relatif efisien dan efektif, artinya obat yang diresepkan mayoritas tersedia dan obat
yang disediakan pasti diresepkan.
Diagram persentase peresepan obat yang sesuai dengan formularium rumah
sakit di RSUDJK periode November 2006-Oktober 2007 dapat dilihat pada
Gambar 4.
75,12%
24,88%
Formularium
Rumah Sakit
Non-Formularium
Rumah Sakit
Gambar 4. Persentase Peresepan Obat yang Sesuai dengan Formularium
Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
Periode November 2006-Oktober 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Peresepan yang sesuai dengan formularium rumah sakit diharapkan agar
obat tersebut benar-benar bermanfaat, mutu terjamin, harga terjangkau, mudah
diperoleh, sehingga mutu pelayanan dapat mencapai tingkat yang lebih baik, karena
obat yang dibutuhkan pasti tersedia dan obat yang tersedia pasti diresepkan. Aspek
yang paling penting agar dapat meningkatkan mutu pelayanan tersebut adalah faktor
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Hasil dari penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr.
W. Z. Johannes Kupang (RSUDJK) dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
rata-rata jumlah obat yang diresepkan per lembaran resep untuk pasien rawat
jalan di adalah 2,67
item
.
2.
Persentase peresepan obat dengan nama generik adalah 78,21%.
3.
Persentase peresepan antibiotik adalah 14,83%.
4.
Persentase peresepan sediaan injeksi adalah 0,91%.
5.
Persentase peresepan obat yang sesuai formularium rumah sakit adalah 75,12%.
B.
Saran
1.
Penelitian selanjutnya:
a.
perlu diteliti lebih lanjut tentang penilaian penggunaan obat dengan
menggunakan indikator- indikator lain, misalnya indikator pelayanan pasien
dan indikator fasilitas kesehatan,
b.
perlu dilakukan penelitian tentang hubungan antara jumlah
item
obat pada
peresepan dengan proses penegakan diagnosis dan selektivitas dalam
pemberian obat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.
Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang:
a.
peresepan dan penggunaan obat dengan nama generik di RSUDJK perlu
ditingkatkan lagi dalam kaitan rasionalisasi biaya pengobatan, mencegah
polifarmasi, efek samping dan interaksi obat, antara lain dengan cara
membangun hubungan profesional antara dokter dan farmasis.
b.
perlu meningkatkan cara pengarsipan resep dan catatan medik sehinga
memudahkan akses dalam kepentingan pasien, peneliti, dan pihak-pihak yang
36
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979,
Farmakope Indonesia
, Edisi III, 13, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Anonim, 1986,
Pedoman Pengelolaan Obat di Puskesmas
, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta
Anonim, 1991,
Pedoman Tata Laksana Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit
, 1-7, 16-28, Instalasi RSUD Dr. Soetomo, Surabaya
Anonim, 1993,
How to Investigate Drug Use in Health Facilities
, 12-68, World
Health Organization, Geneva
Anonim, 1995,
Pengobatan yang Rasional di Puskesmas
, Pusdiklat Pegawai,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 1996, Per Men Kes RI No 085/MenKes/Per/I/1989 tentang Kewajiban
Menuliskan Resep dan atau menggunakan Obat Generik di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Pemerintah, dalam
Kumpulan Peraturan
Perundang-undangan Bidang Obat dan Makanan
, 172-174, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta
Anonim, 1999,
Kapita Selekta Kedokteran
, 9-11, Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia, Jakarta
Anonim, 2003,
Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000
, 2–7, 199, Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Anonim, 2007,
Profil RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES TAHUN 2006
, 3-6, 8,
RSUD Prof. W. Z. Johannes, Kupang
Darmansjah, I., 2006,
Penggunaan Obat yang Rasional dalam Praktek Dokter
keluarga
, dalam :www.who.int/patientsafety/highlights/COE.pdf, diakses
tangga l 11 Januari 2008.
Dwiprahasto, I., 2006,
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan
, 94-101, Bagian
Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Handayani, H., 2006, Gambaran Peresepan Obat Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap
di Rumah Sakit Umum Daerah Kebumen Berdasarkan Indikator WHO
(1993),
Skripsi
, 25-3