• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji efikasi gel sunscreen endapan dan filtrat perasan wortel [Daucus carota] untuk mengurangi inflamasi setelah paparan sinar UV. - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Uji efikasi gel sunscreen endapan dan filtrat perasan wortel [Daucus carota] untuk mengurangi inflamasi setelah paparan sinar UV. - USD Repository"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

UJI EFIKASI GEL SUNSCREEN ENDAPAN DAN FILTRAT PERASAN WORTEL ( Daucus carota, L ) UNTUK MENGURANGI INFLAMASI

SETELAH PAPARAN SINAR UV

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Yosephin Buyunda Elasfrihira NIM : 048114067

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008

(2)

i

UJI EFIKASI GEL SUNSCREEN ENDAPAN DAN FILTRAT PERASAN

WORTEL ( Daucus carota, L ) UNTUK MENGURANGI INFLAMASI

SETELAH PAPARAN SINAR UV

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Yosephin Buyunda Elasfrihira

NIM : 048114067

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

UJI EFIKASI GEL SUNSCREEN ENDAPAN DAN FILTRAT PERASAN

WORTEL ( Daucus carota, L ) UNTUK MENGURANGI INFLAMASI

SETELAH PAPARAN SINAR UV

Yang diajukan oleh :

Yosephin Buyunda Elasfrihira

NIM : 048114067

Telah disetujui oleh:

(4)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Pengesahan Skripsi Berjudul

UJI EFIKASI GEL SUNSCREEN ENDAPAN DAN FILTRAT PERASAN WORTEL ( Daucus carota, L ) UNTUK MENGURANGI INFLAMASI

SETELAH PAPARAN SINAR UV Oleh :

Yosephin Buyunda Elasfrihira NIM : 048114067

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

Pada tanggal : 31 Juli 2008

(5)

Kupersembahkan skripsi ini

Sebagai tanda cinta dan terima-kasihku

Atas semua rancangan indah Allah Bapaku di Surga

Ibu dan Bapak untuk bekal kearifan alam dalam hidupku

Untuk Tako dan Dena yang selalu dapat kuandalkan

Untuk Lolo yang selalu menggoyangkan ekornya saat aku pulang

Untuk Wewe’, Tere, Nana “cacing” atas

semua kegilaan masa muda kita

Untuk “rumahku” yang selalu mengijinkanku “

pulang” kapan pun aku mau

Untuk teman, sahabat, anak-anak Wortel,

yang tidak pernah berhenti

“mengolokku” dan menyayan

giku

Untuk Almamaterku tercinta yang turut

membentukku selama

ini

’’De ng a n itu se mua a ku a da da n be rta ha n hing g a titik ini’’

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 5 Agustus 2008

Penulis,

Yosephin Buyunda Elasfrihira

(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Yosephin Buyunda Elasfrihira

Nomor Mahasiswa : 048114067

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

UJI EFIKASI GEL SUNSCREEN ENDAPAN DAN FILTRAT PERASAN

WORTEL (Daucus carota,L) UNTUK MENGURANGI INFLAMASI

SETELAH PAPARAN SINAR UV

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 11 Agustus 2008 Yang menyatakan,

Yosephin Buyunda Elasfrihira

(8)

v ii

PRAKATA

Atas semua kemurahan Bapa di Surga dan perencanaan-Nya yang sangat sempurna, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “ UJI EFIKASI GEL SUNSCREEN ENDAPAN DAN FILTRAT PERASAN WORTEL (Daucus carota, L) UNTUK MENGURANGI INFLAMASI SETELAH PAPARAN SINAR UV “. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) program studi Ilmu Farmasi.

Penyusunan skripsi ini dapat selesai tanpa terlepas dari bantuan banyak pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Christine Patramurti, M.Si., Apt., selaku Kepala Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma.

3. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing pertama atas bimbingan dan perhatian yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

4. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing kedua yang mau memberikan kepercayaan penuh, bimbingan, pengarahan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini kepada seorang Ella.

5. drh. Sitarina Widyarini, MP., Ph.D, yang mau berbagi ilmunya dengan penulis.

6. Dra. A. Nora Iska Harnita, M.Si., Apt., yang telah memberikan masukan, kritik, kepedulian dan sarannya.

7. Team Wortel Miracle: Desi, Cipi, Dian K., Budi A, Ine, Finza dan Ian atas keindahan dan kebersamaan melewati siang dan malam di laboratorium.

(9)

8. Segenap Staf Laboratorium: Pak Yuwono, Pak Musrifin, Pak Sigit, Pak Wagiran, Pak Agung, Pak Iswandi, Pak Otto, Pak Heru, Pak Sarwanto, Pak Parlan, Pak Kunto dan Pak Andri atas bantuan dan kerjasamanya.

9. Pak Satpam: Mas Tri, Mas Agus, Mas Sani dan semua penjaga keamanan saat lembur kerja malam hari.

10.Kakak-kakakku di MAPASADHA yang tak pernah berhenti menyemangatiku dengan cara yang unik tapi mujarab.

11.Teman-teman angkatan 2004 atas keindahan masa praktikum dan kuliah kita.

12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu untuk semua dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Demikian karya tulis skripsi ini disusun. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca naskah skripsi ini.

Yogyakarta, 5 Agustus 2008

Dengan hormat,

Penulis

(10)

ix

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek formula optimum gel sunscreen dengan zat aktif endapan dan filtrat perasan wortel (Daucus carota, L) dalam mengurangi inflamasi setelah paparan sinar UV. Penilaian efikasi formula optimum yang diuji menggunakan metode uji efikasi secara in vivo. Metode penelitian ini menggunakan hewan uji mencit dari galur BALB/C berjenis kelamin jantan yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Rambut di bagian punggung hewan uji dicukur hingga terlihat kulit punggung mencit. Formula gel yang akan diuji dioleskan secara merata pada bagian kulit punggung hewan uji. Setelah itu, hewan uji dipapar sinar UV dengan dengan dosis berulang sebanyak tiga kali.

Pengukuran inflamasi yang terjadi dilakukan 24 jam setelah paparan sinar ultraviolet. Inflamasi yang terjadi diamati sebagai peningkatan ketebalan lipatan kulit (skinfold-thickness) punggung hewan uji. Skinfold-thickness hewan uji yang dioles formula gel dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pengujian perbedaan peningkatan skinfold-thickness antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dilakukan dengan analisis statistik ANOVA.

Hasil pengujian menunjukkan perbedaan bermakna rata-rata peningkatan skinfold-thickness antara kelompok kontrol negatif dan kelompok yang diberi perlakuan menggunakan formula gel endapan perasan wortel. Dari penelitian ini, dapat diketahui bahwa formula gel optimum dengan endapan perasan wortel memberikan perlindungan untuk mengurangi inflamasi lebih baik dibandingkan formula gel optimum dengan bahan aktif filtrat perasan wortel.

Kata kunci : Uji antiinflamasi, gel, Daucus carota L,beta karoten

(11)

ABSTRACT

This research was conducted in order to know the effect of sunscreen optimum gel with filtrate and sediment of squeezed carrot active substance (Daucus carota,L) in reducing the inflammation after ultraviolet exposure. The effect measurement of tested optium formula uses in vivo test method. This research’s method uses strain experimented male-mice of BALB/C which comes from pharmachology and clinical pharmacy laboratory of Gadjah Mada University, Yogyakarta. The lower part hairs of the experimented mice were shaved until the skin of the back appeared. The gel formula that was going to be tested was smeared entirely on it. Then, the experimented mice were rayed in the UV with frequent dose for three times.

The measurement of the inflammatory effect was done in 24 hours after UV radiation. The inflammation which happened was observed as the skin fold-thickness increase of the mid-dorsal. The experimented mice’s skinfold-fold-thickness which smeared by the gel formula was compared with the control group, a number of mice which were not being tested as means of comparison to the tested one. The research of the skin fold-thickness difference augmentation between the experimented group and the control group was conducted by using ANOVA statistic analysis.

There was a significant difference of skinfold-thickness’s mean between the experimented mice group which smeared by the gel formula with sediment of squeezed carrot compared with the control group. From the research, there could be known whether optimum gel formula with sediment of squeezed carrot had better protection effect in reducing inflammation after UV irradiation than optimum gel formula with filtrate of squeezed carrot.

Key words : anti-inflammation test, gel, Daucus carota L, beta carotene

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...vi

PRAKATA ... vi

INTISARI ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB IPENGANTAR... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA... 5

A. Beta Karoten ... 5

B. Spektrofotometri Sinar Tampak... 6

C. Antioksidan ... 8

D. Sediaan Topikal... 9

E. Gel ... 10

F. Radiasi Ultraviolet ... 11

G. Minimal Erythema Dose (MED) dan Minimum Edematous Dose (MEdD) 13 H. Inflamasi... 14

I. Hipotesis... 16

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN ... 18

A. Jenis Rancangan Penelitian ... 18

B. Variabel Penelitian ... 18

C. Definisi Operasional ... 19

D. Bahan dan Alat... 20

E. Tata Cara Penelitian ... 21

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

A. Preparasi Sampel Perasan Wortel ... 26

B. Ekstraksi Beta Karoten Dari Filtrat Dan Endapan Perasan Wortel... 27

(13)

D. Sediaan Gel Hasil Optimasi Formula... 32

E. Penentuan 1 Dosis Minimal Erythema - Associated Udema... 33

F. Penentuan Puncak Inflamasi Setelah Pemaparan UV Pada Kelompok Kontrol Negatif ... 37

G. Uji Efikasi Formula Gel Optimum Untuk Mengurangi Inflamasi Setelah Pemaparan UV ... 39

BAB V... 43

KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. Kesimpulan ... 43

B. Saran... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 45

LAMPIRAN ...48

BIOGRAFI PENULIS...66

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Pengukuran absorbansi seri baku beta karoten menggunakan ... 30

Perkin-Elmer Spektrofotomer UV-Vis Lambda 20 ... 30

Tabel II. ∑ beta karoten dalam filtrat perasan wortel menggunakan instrumen Perkin-Elmer Spektrofotomer UV-Vis Lambda 20 ... 31

Tabel III. ∑ beta karoten dalam endapan perasan wortel menggunakan instrumen Perkin-Elmer Spektrofotomer UV-Vis Lambda 20 ... 32

Tabel IV. Komposisi sediaan gel hasil optimasi formula ... 32

Tabel V. Pengukuran 24 jam setelah radiasi UV ... 34

Tabel VI. Pengukuran 48 jam setelah radiasi UV... 34

Tabel VII. Pengukuran 72 jam setelah radiasi UV ... 35

Tabel VIII. Data peningkatan skinfold-thickness untuk pengukuran 1 MED-associated udema dengan pengukuran setelah 24 jam ... 37

Tabel IX. Data peningkatan skinfold-thickness pada kelompok kontrol negatif 38 Tabel X. Data peningkatan skinfold-thickness pada kelompok perlakuan... 40

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur kimia all-trans β-karoten ... 6

Gambar 2. Spektra UV-Vis Beta Karoten... 8

Gambar 3. Struktur epidermis kulit... 13

Gambar 4. Patogenesis dan gejala suatu peradangan ... 15

Gambar 5. Hasil scanning panjang gelombang serapan maksimum... 30

larutan beta karoten ... 30

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Scanning Panjang Gelombang Maksimum

Baku Beta Karoten ... 48

Lampiran 2. Pengukuran Absorbansi Seri Kurva Baku ... 48

Lampiran 3. Data Penimbangan Sampel Perasan Wortel ... 49

A. Filtrat ... 49

B. Endapan ... 49

Lampiran 4. Perhitungan Kadar Beta Karoten Dalam Perasan Wortel... 49

Lampiran 5. Formula Sediaan Gel ... 51

Lampiran 6. Penentuan 1 Dosis Minimal Erythema – Associated Udema Pada Mencit Balb/C ... 52

Lampiran 7. Uji Statistik Untuk Penentuan Lama Paparan 1 Med-Associated Udema... 55

Lampiran 8. Data Peningkatan Ketebalan Kulit (Skinfold-Thickness) Kelompok Perlakuan... 57

Lampiran 9. Uji Statistik Penentuan Waktu Puncak Inflamasi Akibat Paparan ... 58

Lampiran 10.Uji Statistik Gel Dengan Endapan Perasan Wortel Pada 24 Jam Setelah Pemaparan UV ... 61

Lampiran 11.Uji Statistik Gel Dengan Filtrat Perasan Wortel Pada 24 Jam Setelah Pemaparan UV ... 63

(17)

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Kulit merupakan perlindungan tubuh yang utama dari zat-zat eksogen berbahaya. Paparan sinar matahari yang berlebih dapat merusak kulit. Perhatian para ilmuwan dan masyarakat luas terhadap bahaya paparan yang berlebih dari sinar matahari semakin meningkat seiring semakin menipisnya lapisan ozon. Ultraviolet A dan B merupakan radiasi berbahaya dari sinar matahari (Lee and Watson, 2001). Ultraviolet B (290-320 nm) mempunyai kemampuan untuk merusak lapisan terluar dari kulit, yaitu lapisan epidermis, sehingga menyebabkan kulit menjadi kemerahan, bengkak, mengelupas. Ketiga gejala ini merupakan gejala inflamasi yang muncul di kulit sebagai akibat paparan sinar ultraviolet B yang berlebihan. Sinar ultraviolet A (320-400 nm) mempunyai kemampuan untuk merusak jaringan kulit yang lebih dalam, menyebabkan kulit kehilangan elastisitasnya, dan kemampuan untuk memperbaiki sel-sel kulit yang rusak (Cohen and Wood, 2000).

Senyawa beta karoten mempunyai manfaat sebagai antioksidan dan dapat mengurangi pengaruh buruk dari sinar matahari (Lee and Watson, 2001). Akan tetapi, sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan, belum ditemukan penggunaan beta karoten secara topikal untuk menangkal pengaruh buruk sinar

(18)

2

ultraviolet. Selama ini, beta karoten dibuat dalam bentuk sediaan untuk penggunaan oral.

Wortel (Daucus carota,L) merupakan salah satu sayuran yang mengandung senyawa beta karoten. Penelitian skripsi sebelumnya mengenai wortel (Daucus carota,L), membuktikan bahwa ampas wortel dengan penggunaan secara topikal mempunyai khasiat untuk mengurangi inflamasi (Kristama, 2007). Dengan demikian, diharapkan kandungan beta karoten perasan wortel dalam sedian gel mempunyai khasiat yang sama, yaitu mengurangi inflamasi akibat paparan ultraviolet, dan mempunyai tampilan fisik yang lebih dapat diterima konsumen.

1. Perumusan Masalah

Apakah formula gel hasil optimasi yang mengandung endapan dan filtrat perasan wortel (Daucus carota,L) yang diuji mempunyai khasiat untuk mengurangi inflamasi akibat paparan sinar ultraviolet ?

2. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian penggunaan wortel (Daucus carota,L) untuk mengurangi inflamasi akibat paparan sinar ultraviolet A dengan penggunaan secara topikal pernah dilakukan sebelumnya oleh Kristama (2007). Pada penelitian tersebut, digunakan ampas wortel. Efek inflamasi ampas wortel ditandai dengan penurunan skala eritema dan perubahan histopatologis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(19)

3

pada kulit punggung kelinci yang diradangkan dengan radiasi sinar UV A pada panjang gelombang 352 nm.

Penelitian “ Uji Efikasi Formula Optimum Gel Sunscreen Endapan dan Filtrat Perasan Wortel (Daucus carota,L) untuk Mengurangi Inflamasi setelah Paparan Sinar UV “, yang dilakukan penulis berbeda dengan penelitian oleh Kristama (2007). Perbedaan tersebut terletak pada bentuk sediaan wortel yang diujikan dan metode uji yang dilakukan. Bentuk sediaan yang mengandung filtrat dan endapan perasan wortel pada penelititan yang dilakukan penulis adalah gel. Bentuk sediaan tersebut mempunyai kelebihan tampilan fisik dan kemudahan penggunaan oleh konsumen yang lebih baik dibandingkan ampas wortel. Efek sediaan gel yang mengandung endapan dan filtrat perasan wortel untuk mengurangi inflamasi diukur sebagai perubahan skinfoldthickness kulit punggung hewan uji mencit galur BALB/C.

3. Manfaat

Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya di bidang farmasi, mengenai efikasi endapan dan filtrat perasan wortel (Daucus carota,L) yang mengandung senyawa beta karoten untuk mengurangi inflamasi akibat sinar UV dengan penggunaan secara topikal.

Secara aplikatif, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk mengembangkan produk kosmetik pelindung terhadap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(20)

4

sinar UV dengan zat aktif endapan dan filtrat perasan wortel (Daucus carota,L) yang digunakan secara topikal.

B. Tujuan

1. Tujuan umum : Memperoleh bentuk sediaan topikal yang berkhasiat untuk mengurangi inflamasi setelah paparan sinar UV.

2. Tujuan khusus : Membuktikan khasiat formula optimum gel sunscreen filtrat dan endapan perasan wortel (Daucus carota,L) untuk mengurangi inflamasi setelah paparan sinar UV.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Beta Karoten

Beta karoten merupakan salah satu dari 600 karotenoid yang ada di alam. Beta karoten mempunyai dua peran, yaitu sebagai prekursor vitamin A dan antioksidan. Beta karoten yang terdapat pada wortel, pepaya, sayur mayur yang berwarna kemerahan dan minyak kelapa sawit (Anonim, 2004). Selain terdapat dalam sayuran, senyawa beta karoten juga terdapat dalam epidermis manusia (Antille, Tran, Sorg, dan Saurat, 2004). Beta karoten berkhasiat antioksidan spesifik untuk menetralkan oksigen singlet reaktif dan mencegah pembentukan radikal peroxyl akibat peroksidasi lipida (Tjay dan Rahardja, 2002). Beta karoten yang mengabsorpsi oksigen dari udara menjadi senyawa inaktif dan tidak berwarna. Panjang gelombang absorpsi maksimal senyawa beta karoten tergantung pada pelarut yang digunakan. Larutan beta karoten dalam kloroform mempunyai panjang gelombang absorpsi maksimal pada 497,466 nm (Anonim, 1989) dan larutan beta karoten dalam pelarut aseton-heksan (1:9) mempunyai panjang gelombang maksimum pada 436 nm (Anonim, 1995b).

Beta karoten mampu menangkap oksigen reaktif dan radikal peroksil (Paiva dan Russel, 1999) lalu menetralkannya, menghambat oksidasi asam arakhidonat menjadi endoperoksida dan menurunkan aktivitas enzim lipoksigenase (Lieber dan Leo, 1999). Apabila oksidasi asam arakidonat dapat dihambat maka tidak terbentuk oksigen reaktif yang dapat menyebabkan inflamasi

(22)

6

sehingga proses inflamasi dapat dihambat. Penurunan aktivitas enzim lipoksigenase menyebabkan tidak terbentuknya leukotrien yang dapat mengaktivasi leukosit yang memacu terjadinya peradangan (Lieber dan Leo, 1999).

Gambar 1. Struktur kimia all-trans β-karoten(Anonim, 1989)

B. Spektrofotometri Sinar Tampak

Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi, spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 1990). Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-sinar tampak karena mengandung elektron, baik berpasangan maupun tunggal, yang dapat dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang pada mana absorpsi itu terjadi, bergantung pada berapa kuat elektron tersebut terikat dalam molekul itu. Elektron dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat dengan kuat, dan diperlukan radiasi berenergi tinggi atau panjang

(23)

7

gelombang pendek untuk eksitasinya. Kebanyakan penerapan spektrofotometri UV dan sinar tampak pada senyawa organik didasarkan pada transisi n-π* ataupun

π- π* dan karenanya memerlukan gugus kromofor dalam molekul itu. Transisi ini terjadi dalam daerah spektrum (sekitar 200nm ke 700 nm) yang nyaman untuk digunakan dalam eksperimen (Day Jr. dan Underwood, 1996).

Kromofor adalah gugus pengabsorpsi sinar pada molekul. Molekul yang mengandung kromofor disebut dengan kromogen. Gugus auksokrom tidak dapat menyerap radiasi dengan sendirinya, tetapi keberadaan gugus ini dalam suatu molekul dapat meningkatkan absorpsi dari gugus kromofor dalam molekul tersebut atau menyebabkan pergeseran panjang gelombang absorpsi. Perubahan spektra dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Pergeseran batokromik, yaitu absorpsi maksimum bergeser pada panjang gelombang yang lebih panjang.

b. Pergeseran hipsokromik, yaitu absorpsi maksimum bergeser pada panjang gelombang yang lebih pendek.

c. Hiperkromisme, yaitu peningkatan kemampuan absorpsi molar.

d. Hipokromisme, yaitu penurunan kemampuan absorpsi molar.

(Christian, 2004)

Pergeseran batokromik oleh gugus kromofor terjadi karena adanya overlapping pada orbital π sehingga menurunkan perbedaan energi antara orbital yang saling berdekatan. Pergeseran batokromik akan meningkatkan intensitas.

(24)

8

Semakin banyak rantai konjugasi suatu molekul, semakin besar pergeseran yang terjadi (Christian, 2004).

Gambar 2. Spektra UV-Vis Beta Karoten

(Anonim, 2007a)

C. Antioksidan

Proses terjadinya fotooksidasi diawali dengan keberadaan oksigen. Oksigen ini ditemukan pada semua jaringan yang terpapar radiasi. Reactive Oxygen Species (ROS), seperti oksigen singlet atau radikal lipid perokxyl yang terbentuk akan merusak fungsi dari molekul biologis (Sies dan Stahl,2004).

Antioksidan adalah substrat dalam konsentrasi rendah, dibandingkan dengan substrat lain yang dapat teroksidasi, dapat mencegah terjadinya oksidasi (Young dan Lowe, 2000). Oksidasi terjadi pada ikatan konjugasi dalam suatu molekul yang mempunyai ikatan tidak jenuh. Keberadaan senyawa tidak jenuh pada suatu sistem, dapat memicu reaksi oksidasi berantai dalam sistem tersebut (Anonim, 1957).

(25)

9

Mekanisme kerja antioksidan dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Mencegah pengambilan oksigen oleh senyawa yang rentan teroksidasi

b. Melindungi suatu senyawa dengan menambahkan senyawa lain yang lebih rentan teroksidasi

Antioksidan dikelompokkan menjadi 5 kelompok, yaitu tipe fenolik, tipe quinon, tipe amina, tipe alkohol dan asam-asam organik, tipe asam-asam inorganik dan bentuk garamnya. Sorbitol, yang biasa digunakan sebagai humektan dalam sediaan kosmetik, termasuk dalam kelompok antioksidan tipe asam-asam organik dan alkhol. Sorbitol terletak dalam satu golongan dengan asam askorbat (Anonim, 1957).

D. Sediaan Topikal

Salap, krim, dan gel merupakan sediaan semisolid yang ditujukan untuk penggunaan secara topikal. Sediaan topikal dapat digunakan untuk memberikan efek lokal maupun sistemik. Absorpsi obat yang dapat memberikan efek sistemik harus diperhatikan ketika menggunakan bentuk sediaan topikal, terutama untuk pasien yang sedang hamil dan menyusui karena dapat berpengaruh pada janin yang dikandung atau bayi yang disusui (Allen, Popovich, dan Ansel, 2005).

Produk topikal dermatologis diperuntukkan untuk menghantarkan obat pada kulit yang bermasalah. Kulit yang bermasalah tersebut merupakan tempat kerja obat. Hal ini berbeda dengan definisi produk transdermal. Produk transdermal diperuntukkan untuk menghantarkan obat melalui kulit (secara

(26)

10

absorpsi perkutan) agar obat mencapai sirkulasi sistemik dan memberikan efek. Pada produk transdermal, kulit bukan merupakan tempat kerja obat (Allen, dkk., 2005). Penggunaan antioksidan secara topikal dapat mengontrol kelebihan radikal bebas dan mengurangi stres oksidatif akibat paparan sinar ultraviolet (Levin dan Maibach, 2002; Podhaisky dan Wohlrab,2002, cit Morquio, Rivera-Megret, Dajas, 2005).

E. Gel

Gel merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (Anonim, 1995a). Gel fase tunggal merupakan gel dengan partikel mikromolekul yang tersebar merata di seluruh bagian fase cair dan tidak tampak adanya ikatan antara molekul mikro yang terdispersi dan cairan. Apabila tampak adanya partikel yang tersebar dalam gel tersebut disebut sebagai gel sistem dua fase (Allen, dkk., 2005).

Hidrogel merupakan sistem gel di mana air terjebak dalam polimer yang tidak terlarut. Hidrogel memiliki sifat yang sesuai dengan jaringan biologis. Polimer khusus yang digunakan pada hidrogel dapat didegradasi oleh tubuh. Polimer tersebut akan terhidrolisis secara perlahan dan melepaskan zat aktif yang terjebak di dalamnya. Gel dapat digunakan untuk sediaan topikal jika tidak memungkinkan adanya bentuk sediaan lain yang sesuai (Lieberman, Rieger, dan Banker, 1996).

(27)

11

F. Radiasi Ultraviolet

Radiasi ultraviolet (UV) berada pada kisaran panjang gelombang 100 – 400 nm dan sering dibagi menjadi tiga berdasarkan daerah panjang gelombang, yaitu:

a) UVA (315-400 nm), sering disebut gelombang panjang “black light” b) UVB (280-315 nm), sering disebut gelombang medium “medium

wave

c) UVC (100-280 nm), sering disebut gelombang pendek “short wave

(Anonim, 2007b)

Sinar UV yang mengenai kulit mempunyai panjang gelombang paling pendek antara 290 nm-300 nm dan energi dari sinar UV B berkisar 1 : 10 hingga 1: 20 terhadap UV A (Anonim, 1997). Radiasi UV A, UV B, dan UV C mempunyai energi yang berbeda-beda dan dapat menyebabkan reaksi eritema pada interval waktu yang berbeda setelah paparan disesuaikan dengan energi yang dimiliki. Untuk menyebabkan terbentuknya reaksi eritema pada kulit, dibutuhkan radiasi UV A sebesar 20-50 J. cm-2 (intensitas maksimal dicapai sekitar 72 jam setelah paparan) atau 20-50 mJ. cm-2 UV B (intensitas maksimal dicapai sekitar 6-24 jam setelah paparan), sedangkan UV C mempunyai energi sebesar 5-20 mJ. cm-2. Lebih lanjut lagi, perbedaan energi tersebut juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan seperti waktu pemaparan, musim, kelembaban udara, dan keadaan atmosfer(Alexander, dkk.,1982).

(28)

12

Mekanisme perusakan jaringan kulit oleh sinar ultraviolet secara umum

dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :

a. Kerusakan DNA

Sinar ultraviolet, terutama UV B merupakan sumber radiasi yang berpotensi besar menyebabkan kerusakan DNA. Kerusakan DNA yang diinduksi oleh sinar matahari juga melibatkan singlet oksigen sebagai radikal bebas. Radiasi ultraviolet akan mengubah bentuk basa DNA menjadi 7,8-dihidro-8-oxoguanine (8-OHdG) yang kurang peka terhadap enzim Formamido–pirimidin DNA glikosilase (FPG), sebuah DNA repair enzim.

b. Menekan respon imun, termasuk di dalamnya : inflamasi, disfungsi sistem imun sel, dan disregulasi sitokin.

Sel lagerhans pada epidermis kulit normal merupakan sel pengenal antigen yang penting. Radiasi sinar ultraviolet B akan mengurangi kemampuan epidermis kulit yang mengandung sel langerhans untuk menstimulasi proliferasi dari sel T.

(29)

13

Gambar 3. Struktur epidermis kulit

Secara sistemik, efek paparan ultraviolet diperantarai oleh produksi cis-urocanic acid (cis-UCA) dan immunosupresi sitokin seperti Tumor Necrosis Factor (TNF-α) dan interleukin-10 (IL-10), yang menekan respon Delayed-type Hypersensitivity (DTH) terhadap antigen dengan menurunkan fungsi sel pengenal antigen dan menurunkan keberadaan sel T (Lee dan Watson, 2001).

G. Minimal Erythema Dose (MED) dan Minimum Edematous Dose (MEdD)

Respon akut setelah paparan sinar UV berbeda pada tiap-tiap individu. Minimal Erythema Dose (MED) adalah nilai yang digunakan untuk mengukur sensitivitas akut pada individu terhadap sinar UV. MED mengindikasikan dosis minimal sinar UV yang dibutuhkan untuk menimbulkan reaksi kemerahan (eritema) ketika seseorang dipapar sinar ultraviolet. Dengan kata lain, individu yang mempunyai sensitivitas tinggi terhadap sinar ultraviolet akan mempunyai nilai MED yang rendah karena hanya dibutuhkan dosis paparan sinar UV yang kecil (Anonim, 1997). Waktu pemaparan untuk menemukan dosis MED tergantung pada tipe kulit yang dipapar dan sumber radiasi yang digunakan (Rialdi, 2004). Pengukuran MED pada manusia biasa digunakan sebagai

(30)

14

parameter eritema atau kemerahan pada kulit dan untuk mengetahui tipe kulit tiap individu (Byrne, Spinks, dan Halliday, 2002).

Minimum Edematous Dose (MEdD) adalah dosis paparan ultraviolet terkecil yang dapat menyebabkan edema. Hewan uji yang digunakan adalah mencit dari galur BALB/C. Pengukuran Minimal Erythema Dose (MED) pada kulit punggung hewan uji kurang tepat dilakukan karena kulit normal hewan uji berwarna merah muda. Perubahan warna kulit akibat terjadinya eritema pada mencit akan sulit dideteksi. Oleh sebab itu, seperti pada eritema, edema sebagai salah satu komponen sunburn biasa digunakan untuk pengukuran sunburn pada mencit (Byrne, dkk. , 2002). Inflammation associated edema diukur sebagai tebal lipatan kulit punggung mecit (Widyarini, Spinks, Husband,dan Reeve, 2001).

H. Inflamasi

Inflamasi merupakan reaksi imun bawaan sejak lahir. Inflamasi yang tampak pada kulit berupa area kulit yang tampak kemerahan, terasa panas, bengkak ( Silverthorn, 2007 ).

Secara sederhana, proses terjadinya inflamasi dapat digambarkan sebagai berikut :

(31)

15

Gambar 4. Patogenesis dan gejala suatu peradangan (Mutschler, 1986)

Epidermis pada kulit merupakan perlindungan pertama tubuh manusia terhadap radikal bebas karena mengandung antioksidan secara alami (Lee dan Watson, 2001). Kulit secara alami menggunakan L-ascorbic acid untuk melindungi bagian yang mengandung cairan dan menggunakan α-tocopherol untuk melindungi stuktur lipid, termasuk membran. Pada umumnya, L-ascorbic acid dan α-tocopherol bekerja secara sinergis pada sistem biologis. Jika vitamin E pada membran teroksidasi oleh radikal bebas, vitamin C akan menggantikan fungsinya (Lin, dkk., 2003).

Radiasi ultraviolet dapat menyebabkan kemerahan pada kulit (eritema) terkait inflamasi, pigmentasi, dan imunomodulasi. Sinar ultraviolet menginduksi terjadinya ROS (Reactive Oxygen Species) yang berperan penting dalam proses penuaan kulit dan terjadinya penyakit kulit. Oksigen reaktif dan radikal peroksil menyebabkan oksidasi asam arakhidonat menjadi endoperoksida sehingga

Nyeri

(32)

16

aktivitas enzim lipoksigenase meningkat. Peningkatan enzim lipoksigenase menyebabkan terbentuknya leukotrien yang mengaktivasi leukosit untuk memacu peradangan (Lieber dan Leo, 1999).

Eritema, edema, dan hiperplasia merupakan reaksi awal dari inflamasi akibat radiasi ultraviolet pada kulit mamalia, yang melibatkan histamin dan proinflamasi prostaglandin. Reaksi tersebut disebabkan adanya radikal bebas dan dapat dicegah oleh antioksidan, baik yang bersifat eksogen dan endogen. Kerusakan utama dapat memperparah inflamasi yang terjadi sehingga mengarah pada kerusakan DNA epidermal. Reaksi inflamasi akut pada kulit akibat paparan sinar matahari dapat berpotensi menyebabkan terjadinya fotokarsinogenesis (Widyarini, dkk., 2001).

Edema merupakan salah satu gejala utama dari inflamasi. Inflamasi terkait edema (bengkak) pada mencit diukur sebagai ketebalan lipatan kulit punggung sebelum dan sesudah pemaparan sinar ultraviolet (Widyarini, dkk., 2001).

I. Hipotesis

Penelitian ini bersifat eksperimental untuk memperoleh bukti secara ilmiah efek filtrat dan endapan perasan wortel dalam sediaan gel hasil optimasi untuk mengurangi inflamasi akibat paparan UV. Kandungan beta karoten dalam perasan wortel berkhasiat untuk menangkal pengaruh buruk akibat paparan sinar ultraviolet dari matahari (Sies dan Stahl, 2004). Sediaan gel hasil optimasi yang akan diuji mengandung endapan dan filtrat perasan wortel. Penetapan kadar

(33)

17

kandungan beta karoten filtrat dan endapan perasan wortel sesuai dengan prosedur AOAC untuk penetapan kadar beta karoten pada sayuran segar.

Pada penelitian ini, sediaan gel hasil optimasi diujikan pada hewan uji mencit galur BABL/C. Rambut bagian punggung hewan uji dicukur sehingga kulit bagian punggungnya terlihat (Byrne, dkk., 2002). Sediaan gel yang akan diuji dioleskan secara merata pada kulit punggung hewan uji sebelum dipapar sinar ultraviolet. Pengolesan dilakukan sebelum pemaparan sinar ultraviolet untuk melihat kemampuan sediaan dalam mengurangi inflamasi yang ditimbulkan oleh paparan ultraviolet. Respon positif diperoleh dengan ketebalan lipatan kulit yang lebih rendah pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Kedua kelompok ini dipapar dengan sinar UV dari lampu UV dengan panjang gelombang 365 nm.

(34)

18

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini merupakan rancangan eksperimental.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel utama

a. Variabel bebas

Komposisi formula yang dioleskan pada kulit punggung hewan uji.

b. Variabel tergantung

Peningkatan skinfold-thickness kulit punggung mencit yang diukur pada 24 jam setelah dipapar UV.

2. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali

1. Galur mencit : BALB/C 2. Jenis kelamin mencit : jantan

3. Umur mencit : 10 – 12 minggu 4. Kekuatan lampu UV : 115-116 lux

5. Kadar beta karoten dalam filtrat dan endapan perasan wortel

b. Variabel pengacau tak terkendali

1. Keadaan patologis hewan uji

2. Gerakan hewan uji selama penyinaran dengan sinar UV

(35)

19

C. Definisi Operasional

a. Perasan wortel adalah kandungan cairan (sari) dari umbi wortel (Daucus carota, L) yang diperoleh menggunakan juicer.

b. Filtrat perasan wortel adalah supernatan dari perasan wortel yang telah disaring tiga kali dan disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 15 menit.

c. Endapan perasan wortel adalah endapan dari perasan wortel yang telah disaring tiga kali dan disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 15 menit.

d. 1 Dosis Minimal Erythema-associated Udema (MED-associated udema) adalah lama penyinaran minimal menggunakan lampu UV A yang mengakibatkan peningkatan skinfold-thickness punggung hewan uji sebesar dua kali skinfold-thickness kulit punggung awal hewan uji tersebut. Hasil optimasi 1 dosis Minimal Erythema-associated Udema adalah 20 menit.

e. Sediaan gel sunscreen yang diuji mempunyai aktivitas anti inflamasi bila tidak ada perbedaan bermakna secara statistik antara rata-rata skinfold-thickness kulit punggung hewan uji yang diolesi sediaan terhadap rata-rata skinfold-thickness kulit punggung kelompok kontrol negatif, pada pengukuran 24 jam setelah dipapar sinar UV.

f. Kelompok kontrol negatif adalah kelompok hewan uji yang tidak diberi perlakuan pengolesan kulit punggung menggunakan basis gel atau sediaan gel pada saat pemaparan sinar ultraviolet.

(36)

20

D. Bahan dan Alat

1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah endapan dan filtrat perasan wortel (Daucus carota, L), n-heksan (kualitas p.a), aseton (kualitas p.a), aquadest, formula basis gel optimum, formula gel optimum yang mengandung endapan dan filtrat perasan wortel (Daucus carota, L).

2. Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut Lampu UV A dengan kekuatan 115-116 lux (hasil pengujian di Laboratorium Analisis Pusat Universitas Sanata Dharma), Glasswares (PYREX-GERMANY), jangka sorong digital, Spectrophotometer UV GenesisTM 10, Perkin-Elmer Spektrofotomer UV-Vis Lambda 20, lemari pendingin (Refrigerator Toshiba), dan juicer

3. Hewan uji

Hewan uji yang digunakan adalah mencit galur BALB/C dengan usia 10-12 minggu, yang diperoleh dari laboratorium Farmakologi dan Farmasi klinik Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

(37)

21

E. Tata Cara Penelitian

1. Penetapan kadar beta karoten dalam filtrat dan endapan perasan wortel

(Daucus carota, L)

a. Preparasi sampel

Wortel (Daucus carota, L) dibersihkan dan dipotong kecil agar dapat dimasukkan dalam juicer. Potongan wortel yang sudah bersih ditimbang + 1 kg kemudian dijus sehingga diperoleh perasan segar. Perasan wortel disaring sebanyak tiga kali. Hasil saringan dipisahkan menggunakan sentrifuge berkecepatan 4000 rpm selama 15 menit. Pisahkan filtrat dan endapan perasan wortel yang diperoleh.

b. Ekstraksi beta karoten dari filtrat perasan wortel

Sampel filtrat perasan wortel yang didapat kemudian ditimbang secara seksama 2,00 g. Cuci sampel dengan 2 x 25 ml aseton, kemudian dengan 25 ml heksan. Hilangkan fase aseton dari ekstrak dengan pencucian menggunakan 5 x 100 ml aquadest. Ambil lapisan paling atas (fraksi heksan), kemudian masukkan dalam labu ukur 25 ml dan ditambahkan pelarut (aseton : heksan = 1: 9) sampai tanda.

Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali.

c. Ekstraksi beta karoten dari endapan perasan wortel

Sampel endapan perasan wortel yang didapat kemudian ditimbang secara seksama 0,20 gram. Cuci sampel dengan 2 x 25 ml aseton, kemudian dengan 25 ml heksan. Hilangkan fase aseton dari ekstrak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(38)

22

dengan pencucian menggunakan 5 x 100 ml aquadest. Ambil lapisan paling atas (fraksi heksan), kemudian masukkan dalam labu ukur 25 ml dan ditambahkan pelarut (aseton:heksan = 1:9) sampai tanda. Homogenkan. Pipet 5 ml larutan dan masukkan ke dalam labu ukur 10 ml. Tambahkan pelarut hingga tanda.

Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali.

d. Scanning panjang gelombang serapan maksimum beta karoten

Scaning λmax dilakukan dengan menggunakan 3 seri larutan baku (2, 6, 10 ppm). Profil kromatogram ketiga seri larutan baku tersebut dibandingkan kurva serapannya untuk menentukan panjang gelombang serapan maksimum larutan baku beta karoten.

e. Pengukuran absorbansi seri larutan baku beta karoten

Seri larutan baku (2; 4; 6; 8; 10 ppm) diukur aborbansi pada λmax yang diperoleh dari hasil scanning panjang gelombang serapan maksimum. Kemudian dibuat persamaan regresi linier antara konsentrasi dengan absorbansi.

f. Penetapan kadar beta karoten dalam filtrat perasan wortel

Ukur absorbansi sampel filtrat perasan wortel pada panjang gelombang serapan maksimum beta karoten. Kadar beta karoten dalam filtrat perasan wortel dihitung berdasarkan persamaan kurva baku yang didapat.

(39)

23

g. Penetapan kadar beta karoten dalam endapan perasan wortel

Ukur absorbansi sampel endapan perasan wortel pada panjang gelombang serapan maksimum beta karoten. Kadar beta karoten dalam endapan perasan wortel dihitung berdasarkan persamaan kurva baku yang didapat.

2. Persiapan Hewan Uji

a. Hewan uji yang digunakan berjenis kelamin jantan dan berusia 10-12 minggu. Jumlah hewan uji yang dibutuhkan untuk uji yang dilakukan sebanyak 37 ekor.

b. Tiap-tiap hewan uji, dihilangkan rambut di bagian punggungnya menggunakan produk depilatoris.

c. Diamkan 24 jam setelah penghilangan rambut untuk menghilangkan efek dari depilatoris yang kemungkinan dapat membiaskan hasil pengamatan.

3. Perlakuan terhadap hewan uji

a. Hewan uji dibagi menjadi 5 (lima) kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri atas 5 (lima) ekor mencit.

b. Kelompok pertama merupakan kelompok kontrol negatif, yaitu kelompok yang tidak diberi perlakuan pengolesan kulit punggung mencit menggunakan basis atau formula gel optimum.

(40)

24

Kelompok kedua diberi perlakuan dengan formula basis gel endapan perasan wortel .

Kelompok ketiga diolesi dengan formula gel endapan perasan wortel yang akan diuji.

Kelompok empat diberi perlakuan dengan formula basis gel filtrat perasan wortel.

Kelompok lima diberi perlakuan dengan formula gel filtrat perasan wortel.

c. Tiap-tiap mencit dioles dengan 0,5 g bahan uji. Pengolesan dilakukan pada area punggung mencit yang dicukur, yaitu + 4 cm x 3 cm. Diamkan selama 15 menit.

d. Letakkan mencit pada wadah yang sudah disediakan dan papari dengan sinar UV. Ketinggian lampu UV 15 cm dari tempat pijakan mencit.

e. Penyinaran dilakukan selama tiga hari berturut-turut. Lama penyinaran tiap harinya 20 menit dan dilakukan pada jam yang sama. Formula yang diuji dioles setiap kali sebelum penyinaran.

f. Pengukuran skinfold-thickness kulit punggung mencit dilakukan setiap 24 jam setelah penyinaran.

(41)

25

4. Analisis hasil

Analisis hasil dilakukan secara statistik menggunakan uji ANOVA yang dilanjutkan dengan LSD (Least Significant Different) dengan tingkat kepercayaan 95 %.

(42)

26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Preparasi Sampel Perasan Wortel

Wortel (Daucus carota,L) yang digunakan dalam penelitian ini merupakan wortel segar yang diperoleh dari sebuah perkebunan di daerah Tawang Mangu. Pemilihan wortel dari satu perkebunan dan keseragaman usia tanam wortel saat dipanen bertujuan untuk memperkecil keanekaragaman varietas dari wortel tersebut.

Ketika sampai di laboratorium, wortel yang akan dijus segera dibersihkan dari kotoran tanah yang masih menempel. Sisa wortel yang belum diproses, disimpan dalam lemari pendingin dengan dimasukkan ke dalam plastik terlebih dulu. Pencucian wortel dengan air dilakukan setelah wortel yang bersih dari tanah ditimbang. Dengan demikian tidak ada penambahan berat air pencucian pada penimbangan wortel. Berat wortel yang ditimbang disesuaikan dengan kebutuhan agar diperoleh filtrat dan endapan perasan wortel yang mencukupi untuk dibuat formula optimum. Pada saat melakukan penelitian ini, peneliti menimbang wortel segar seberat + 1 kg.

Setelah bersih, wortel dipotong-potong agar dapat dijus. Sisa ampas yang dihasilkan tidak langsung dibuang melainkan dipilih potongan-potongan kecil wortel yang lolos saat dijus pertama. Jus wortel kemudian disaring sebanyak tiga

(43)

27

kali menggunakan saringan minuman untuk memisahkan partikel-partikel kasar yang mungkin masih tertinggal. Proses selanjutnya adalah pemisahan endapan dan filtrat perasan wortel menggunakan sentrifuge berkecepatan 4000 rpm selama 15 menit. Di dalam tabung sentrifuge akan terpisah antara filtrat dan endapan halus perasan wortel. Pisahkan filtrat dan endapan tersebut untuk pengukuran kadar beta karoten di dalamnya. Sifat sampel yang mudah busuk dalam penyimpanan selama orientasi, menyebabkan proses dari pembuatan jus wortel hingga pembuatan formula uji, tidak boleh lebih dari dua hari. Walaupun demikian, tidak dilakukan penambahan pengawet pada jus wortel maupun pada komposisi formula untuk meminimalkan bias pada hasil penelitian.

B. Ekstraksi Beta Karoten Dari Filtrat Dan Endapan Perasan Wortel

Ekstraksi beta karoten dari filtrat dan endapan perasan wortel mengikuti prosedur isolasi beta karoten dari sayuran segar menurut AOAC (Anonim, 1995b). Prosedur tersebut menggunakan campuran aseton-heksan (1:9) agar menyesuaikan sifat kepolaran dari senyawa beta karoten. Sampel filtrat perasan wortel yang digunakan sebanyak 2,00 gram untuk satu kali replikasi, sedangkan endapan perasan wortel ditimbang seksama 0,20 gram untuk satu kali replikasi. Tiap-tiap sampel kemudian diekstraksi menggunakan 2 x 25 ml aseton, kemudian dengan 25 ml heksan. Ekstraksi aseton dilakukan dengan pengadukan menggunakan strirrer magnetik selama 2,5 menit kemudian ditampung dalam erlenmeyer bertutup. Ekstraksi pertama pada sampel menggunakan aseton karena senyawa beta karoten mempunyai kelarutan yang cukup baik pada aseton. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan warna sampel yang semula berwarna orange

(44)

28

karena mengandung senyawa beta karoten menjadi berwarna kuning pucat. Terekstraksinya senyawa beta karoten ke dalam pelarut aseton ditandai dengan perubahan warna aseton tersebut menjadi berwarna orange. Warna tersebut merupakan warna dari senyawa beta karoten dalam sampel yang diekstraksi.

Pengadukan untuk ekstraksi menggunakan pelarut heksan membutuhkan waktu yang lebih singkat, yaitu selama 1 menit. Waktu pengadukan menggunakan heksan lebih singkat karena sampel sudah berwarna kuning pucat setelah diekstraksi menggunakan aseton. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa beta karoten dalam sampel sudah banyak tertarik dalam pelarut aseton. Walaupun demikian, masih adanya warna kuning yang tertinggal dalam sampel setelah diekstraksi menggunakan aseton menunjukkan bahwa senyawa beta karoten dalam sampel belum terekstraksi secara optimal. Oleh karena itu perlu diekstraksi lagi menggunakan pelarut yang lebih bersifat nonpolar dibandingkan aseton. Prosedur AOAC yang diacu menggunakan pelarut kedua berupa heksan. Ekstraksi sampel menggunakan heksan bertujuan untuk menarik senyawa beta karoten yang mungkin masih tertinggal di dalam sampel. Hasil ekstrak heksan kemudian disatukan dengan ekstrak aseton dan ditempatkan pada corong pisah untuk memisahkan aseton dari ekstrak. Hilangkan fase aseton dari ekstrak dengan pencucian menggunakan 5 x 100 ml aquadest. Senyawa aseton dan heksan dapat bercampur. Akan tetapi sifat aseton yang lebih mudah larut dalam air dibandingkan heksan menjadi dasar dalam pemisahan aseton dari ekstrak.

Senyawa beta karoten cenderung bersifat nonpolar sehingga akan lebih terlarut dalam fraksi heksan pada saat pencucian aseton menggunakan aquadest.

(45)

29

Ambil lapisan paling atas, yaitu fraksi heksan yang mengandung beta karoten di dalamnya, kemudian masukkan dalam labu ukur 25 ml dan ditambahkan pelarut (aseton : heksan = 1: 9) sampai tanda untuk menyeragamkan volume saat perhitungan kadar beta karoten dalam sampel.

C. Penetapan Kadar Beta Karoten Dalam Filtrat Dan Endapan Perasan

Wortel

Senyawa baku beta karoten yang digunakan dalam penelitian ini adalah beta karoten produksi E Merck®. Sebelum dilakukan penetapan kadar beta karoten, terlebih dulu dilakukan scanning panjang gelombang larutan beta karoten baku. Scanning panjang gelombang perlu dilakukan untuk mengetahui panjang gelombang di mana senyawa beta karoten memberikan serapan yang optimum. Scanning panjang gelombang dilakukan pada range panjang gelombang 300-500 nm. Konsentrasi larutan beta karoten baku yang digunakan adalah 2, 6, dan 10 ppm. Hasil scanning panjang gelombang serapan maksimum larutan beta karoten baku yang diperoleh adalah 452,2 nm. Panjang gelombang inilah yang akan digunakan dalam pengukuran kadar beta karoten dalam sampel.

(46)

30

Gambar 5. Hasil scanning panjang gelombang serapan maksimum

larutan beta karoten

Konsentrasi : 10 ppm, 6 ppm, dan 2 ppm Pelarut : Aseton : Heksan (1:9) Instrumen : Perkin Lambda Elmer 20

λmaks : 452,2 nm

1. Pengukuran absorbansi seri kurva baku

Tabel I. Pengukuran absorbansi seri baku beta karoten menggunakan

Perkin-Elmer Spektrofotomer UV-Vis Lambda 20

KURVA BAKU I KURVA BAKU II KURVA BAKU III Kadar

(ppm) Absorbansi

Kadar

(ppm) Absorbansi

Kadar

(ppm) Absorbansi

(47)

31

Ketiga persamaan kurva baku tersebut mempunyai nilai regresi lebih besar dari r tabel dengan taraf kepercayaan 95 % (r tabel = 0,878). Dengan demikian, variabel bebas (kadar) dan variabel tergantung (absorbansi) dalam ketiga persamaan tersebut mempunyai hubungan yang linier dan dapat digunakan dalam perhitungan kadar beta karoten dalam sampel. Kurva baku yang digunakan adalah kurva baku I dengan nilai r paling besar, yaitu 0,99988. Semakin besar nilai r menandakan bahwa persamaan tersebut semakin berkorelasi linier. Persamaan kurva baku yang digunakan dalam perhitungan kadar beta karoten dalam sampel adalah y = 0,15927 x + 0,00890.

2. Kadar beta karoten dalam perasan wortel

Kadar beta karoten dalam filtrat dan endapan perasan wortel dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel II. ∑ beta karoten dalam filtrat perasan wortel menggunakan

instrumen Perkin-Elmer Spektrofotomer UV-Vis Lambda 20

Filtrat Replikasi

Absorbansi ∑ beta karoten (mg) dalam 1 g filtrat

1 1,067 0,08305 2 1,056 0,08218 3 1,059 0,08242 Rata-rata + SD - 0,08255 + 0,0004

Dari tabel di atas, diketahui rata-rata ∑ kadar beta karoten dalam 1 gram sampel filtrat perasan wortel adalah 0,08255 mg + 0,0004.

(48)

32

Tabel III. ∑ beta karoten dalam endapan perasan wortel menggunakan

instrumen Perkin-Elmer Spektrofotomer UV-Vis Lambda 20

Endapan

Replikasi Absorbansi ∑ beta karoten (mg) dalam 1 g endapan

1 1,150 1,79115 2 1,164 1,81310 3 1,129 1,75820 Rata-rata + SD - 1,78748 + 0,02763

Dari tabel di atas, diketahui rata-rata ∑ beta karoten dalam 1 gram sampel endapan perasan wortel adalah 1,78748 mg + 0,02763. Kadar beta karoten dalam endapan perasan wortel lebih besar dibandingkan kadar dalam filtrat perasan wortel karena sifat nonpolar dari senyawa beta karoten. Sifat tersebut menyebabkan senyawa beta karoten lebih sedikit kandungannya di dalam filtrat perasan wortel yang sebagian besar tersusun dari air.

D. Sediaan Gel Hasil Optimasi Formula

Formula optimum sediaan gel yang diuji pada penelitian ini mengacu pada laporan penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2007). Sediaan gel hasil optimasi formula tersebut mempunyai komposisi sebagai berikut :

Tabel IV. Komposisi sediaan gel hasil optimasi formula

Formula (g) Filtrat Endapan

Sorbitol 0 16

Gliserol 24 16

Propilenglikol 24 16

Carbopol 1 1

Aquadest 45,4 48,74

Trietanolamin 2,1 2,1

Filtrat /Endapan

wortel 3,5 0,16

Total 100 100

(49)

33

Sediaan yang akan diuji dibuat dalam 100 gram dengan kadar beta karoten dalam sampel yang dimasukkan ke dalam sediaan sebesar 0,00289 mg % b/b. Kadar beta karoten yang digunakan mengacu pada penelitian sebelumnya mengenai optimasi formula gel endapan dan filtrat perasan wortel (Daucus carota ,L) dengan tiga humektan, yaitu sorbitol, gliserol, dan propilenglikol yang dilakukan oleh Yuliani (2007). Agar diperoleh kadar beta karoten sesuai yang diinginkan, dibutuhkan filtrat perasan wortel sebanyak 3,5 g dan endapan perasan wortel sebanyak 0,16 g.

E. Penentuan 1 Dosis Minimal Erythema - Associated Udema

Satu dosis minimal erythema-associated udema (MED-associated udema) adalah lama penyinaran minimal menggunakan lampu UV A yang mengakibatkan peningkatan skinfold-thickness punggung hewan uji sebesar dua kali skinfold-thickness kulit punggung awal hewan uji tersebut. Penentuan 1 dosis penyinaran tersebut diperlukan untuk menentukan lama pemaparan hewan uji dengan menggunakan lampu UV pada saat perlakuan. Pengukuran peningkatan skinfold-thickness dilakukan 24, 48, dan 72 jam setelah pemaparan UV A. Pengukuran skinfold-thickness dilakukan minimal 24 jam setelah pemaparan karena dibutuhkan waktu untuk pembentukan udema pada kulit punggung hewan uji. Lama pemaparan yang diuji adalah 5, 10, 15, dan 20 menit dengan hasil pengukuran peningkatan skinfold-thickness seperti yang tercantum pada tabel 5, 6, dan 7.

(50)

34

Tabel V. Pengukuran 24 jam setelah radiasi UV

Awal Setelah 24 jam

Tabel VI. Pengukuran 48 jam setelah radiasi UV

(51)

35

Tabel VII. Pengukuran 72 jam setelah radiasi UV

Awal Setelah 72 jam

Gambar 6. Grafik peningkatan skinfold-thickness saat pengukuran 24, 48,

dan 72 jam setelah pemaparan UV

Grafik Pe ningkatan Skinfold-thickness

se te lah 48 jam

Grafik Pe ningkatan Skinfold-thickness

Se te lah 72 jam Grafik Peningkatan Skinfold-thickness

setelah 24 jam

(52)

36

Pada gambar 6, dapat diamati peningkatan tebal kulit yang paling besar terjadi dengan lama pemaparan 20 menit. Pengukuran skinfold-thickness pada kulit punggung mencit merupakan pengamatan secara makroskopik. Dengan demikian, dibutuhkan peningkatan skinfold-thickness + 2 kali dari skinfold-thickness awal agar pengukuran udema lebih mudah dilakukan. Dilihat dari segi hewan uji yang digunakan merupakan mencit berambut (rambut merupakan salah satu sistem perlindungan untuk kulit) sehingga perlu peningkatan skinfold-thickness 2 kali mencit yang tidak berambut. Dari data yang diperoleh, disimpulkan bahwa 1 MED-associated udema adalah 20 menit.

Uji statistik dengan Anova tidak menunjukkan adanya perbedaan peningkatan Skinfold-thickness secara statistik 24, 48, dan 72 jam setelah paparan. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa waktu yang digunakan untuk 1 MED-associated udema adalah 20 menit dengan puncak pembentukan udema pada 24 jam setelah pemaparan seperti yang tercantum pada tabel 8.

(53)

37

Tabel VIII. Data peningkatan skinfold-thickness untuk pengukuran

1 MED-associated udema dengan pengukuran setelah 24 jam

Waktu

F. Penentuan Puncak Inflamasi Setelah Pemaparan UV Pada Kelompok

Kontrol Negatif

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini merupakan mencit dari galur BALB/C dan merupakan mencit berambut. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencukuran rambut punggung mencit terlebih dulu sebelum diolesi dengan gel yang akan diuji. Hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan dengan jumlah tiap-tiap kelompok 5 ekor mencit. Kelompok pertama merupakan kelompok kontrol negatif, yaitu kelompok mencit yang kulit punggungnya tidak diolesi apapun pada saat dipapar UV. Kelompok kedua adalah kelompok yang kulit punggungnya diolesi dengan formula basis gel endapan. Kelompok ketiga adalah kelompok yang kulit punggungnya diolesi dengan formula gel berbahan aktif endapan perasan wortel. Kelompok keempat adalah kelompok yang diberi

(54)

38

perlakuan dengan formula basis gel filtrat pada kulit punggung hewan uji. Kelompok kelima adalah kelompok yang diberi perlakuan dengan formula gel berbahan aktif filtrat perasan wortel.

Pada kelompok kontrol negatif, peningkatan skinfold-thickness kulit punggung mencit dapat diamati dalam tabel berikut :

Tabel IX. Data peningkatan skinfold-thickness pada kelompok kontrol

negatif

TEBAL (mm)

Mencit Pra 24 48 72

1 1,10 1,21 1,34 1,18 2 0,90 1,03 0,91 1,03 3 0,89 1,05 0,96 1,14 4 0,83 1,19 1,59 1,13 5 0,91 1,31 1,38 1,10 Rata-rata 0,93 1,16 1,24 1,12

SE 0,0457 0,0524 0,1303 0,0250

Rata-rata skinfold-thickness pada kelompok kontrol negatif mengalami peningkatan hingga pengukuran 48 jam setelah penyinaran UV. Setelah dilakukan pengujian statistik uji T diperoleh nilai t hitung (-0,837) lebih kecil dari nilai t tabel (+ 2,776) dengan taraf kepercayaan 95%. Dengan demikian Ho diterima sehingga tidak ada perbedaan bermakna peningkatan skinfold-thicknes antara 24 jam dan 48 jam setelah pemaparan ultraviolet pada kelompok kontrol. Oleh karena itu, puncak inflamasi ditentukan terjadi pada 24 jam setelah pemaparan UV.

(55)

39

G. Uji Efikasi Formula Gel Optimum Untuk Mengurangi Inflamasi Setelah

Pemaparan UV

Pada tabel 10 dapat diamati perubahan skinfold-thickness sebelum dan setelah perlakuan dengan puncak udema 24 sesudah pemaparan UV. Uji statistik Anova bertaraf kepercayaan 95 % dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya perbedaan antara kelompok kontrol negatif, kelompok formula basis gel endapan, dan kelompok formula gel optimum berbahan aktif endapan perasan wortel. Hasil dari uji tersebut menyebutkan adanya perbedaan bermakna rata-rata skinfold-thickness pada puncak udema 24 jam antara kelompok kontrol negatif dibandingkan dengan kelompok formula basis gel endapan dan kelompok kontrol negatif dibandingkan dengan kelompok gel berbahan aktif endapan perasan wortel. Akan tetapi tidak ada perbedaan secara statistik antara kelompok formula basis gel endapan dengan kelompok gel berbahan aktif endapan perasan wortel. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa bahan aktif endapan wortel yang dimasukkan dalam basis gel belum memberikan proteksi terhadap inflamasi yang disebabkan oleh paparan UV. Formula basis gel inilah yang memberikan proteksi terhadap inflamasi setelah paparan UV.

(56)

Tabel X. Data peningkatan skinfold-thickness pada kelompok perlakuan

Formula basis endapan

Gel +

endapan perasan Formula basis filtrat

Gel +

filtrat perasan

Mencit Pra 24 Pra 24 Pra 24 Pra 24

1 0,90 1,06 0,68 0,70 0,86 1,18 0,85 1,03

2 0,67 0,88 0,67 0,76 1,03 1,1 0,64 1,01

3 0,76 1,11 0,64 0,83 0,85 0,91 0,87 0,97

4 0,93 0,79 0,73 0,83 0,84 1,31 1,11 1,18

5 0,88 0,85 0,63 0,85 1,2 0,9 0,93 1,02

Rerata 0,83 0,94 0,67 0,79 0,96 1,08 0,88 1,04

SE 0,0489 0,0623 0,0176 0,0280 0,0703 0,0789 0,0755 0,0360

40

(57)

41

Hasil uji Anova bertaraf kepercayaan 95 % pada kelompok kontrol negatif, kelompok formula basis gel filtrat, dan kelompok gel berbahan aktif filtrat perasan wortel, tidak menunjukkan perbedaan bermakna rata-rata skinfold-thickness pada puncak udema 24 jam tiap pasangan kelompok hewan uji. Tidak ada perbedaan secara statistik skinfold-thickness antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok formula basis gel filtrat, antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok formula gel optimum berbahan aktif filtrat wortel, dan antara kelompok formula basis gel filtrat dengan kelompok formula gel optimum berbahan aktif filtrat wortel, Dengan demikian, formula gel berbahan aktif filtrat perasan wortel yang diuji belum dapat memberikan proteksi terhadap inflamasi setelah paparan UV.

Ada perbedaan hasil uji statistik antara formula basis gel endapan dan formula basis gel filtrat yang dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Formula basis endapan menunjukkan perbedaan rata-rata skinfold –thickness dengan kelompok kontrol negatif,tetapi tidak demikian pada hasil uji kelompok formula basis gel filtrat. Hal ini kemungkinan disebabkan karena perbedan kadar dan kandungan humektan yang digunakan pada kedua formula basis gel tersebut. Pada formula basis gel endapan mengandung sorbitol sedangkan pada formula basis gel filtrat tidak mengandung sorbitol. Kemungkinan, kemampuan formula basis gel endapan perasan wortel dalam mengurangi inflamasi akibat paparan UV disebabkan oleh adanya kandungan sorbitol dalam formula tersebut. Menurut literatur yang diperoleh, disebutkan bahwa sorbitol mempunyai kemampuan sebagai antioksidan. Kemampuan sorbitol sebagai antioksidan inilah yang

(58)

42

menghalangi pembentukan oksigen reaktif yang dapat menyebabkan inflamasi. Penghambatan pembentukan oksigen reaktif mengakibatkan tidak terjadinya oksidasi asam arakhidonat menjadi endoperoksida dan menurunkan aktivitas enzim lipoksigenase. Penurunan aktivitas enzim lipoksigenase menyebabkan tidak terbentuknya leukotrien yang dapat mengaktivasi leukosit untuk memacu terjadinya peradangan.

Untuk membandingkan skinfold-thickness antara kelompok yang diberi formula gel berbahan aktif filtrat perasan wortel dengan kelompok gel berbahan aktif endapan perasn wortel, dilakukan uji T one-tailed. Dari data hasil pengujian dengan taraf kepercayaan 95 %, diketahui bahwa nilai t hitung (-5,438) berada di sebelah kiri dari nilai t tabel berderajat bebas 4 (-1,859). Dengan demikian, rata-rata skinfold-thicknes pada kelompok mencit yang diberi formula gel berbahan aktif endapan perasan wortel lebih rendah dibandingkan rata-rata skinfold-thicknes pada kelompok mencit yang diberi formula gel berbahan aktif filtrat perasan wortel. Hal ini berarti, formula gel berbahan aktif endapan perasan wortel mempunyai kemampuan proteksi yang lebih baik dibandingkan formula gel dengan bahan aktif filtrat perasan wortel.

(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Formula gel hasil optimasi yang mengandung endapan perasan wortel (Daucus carota,L) mempunyai khasiat untuk mengurangi inflamasi

akibat paparan sinar ultraviolet dibandingkan kelompok kontrol negatif.

2. Formula gel hasil optimasi yang mengandung filtrat perasan wortel (Daucus carota,L) tidak mempunyai khasiat untuk mengurangi inflamasi akibat paparan sinar ultraviolet dibandingkan kelompok kontrol negatif.

B. Saran

1. Perlu dilakukan uji pemberian sediaan dengan peringkat kadar senyawa beta karoten untuk mengetahui kadar yang dapat memberikan proteksi terhadap pemaparan UV.

2. Perlu dilakukan penelitian terhadap formula basis gel endapan perasan wortel yang digunakan karena fomula basis gel tersebut dapat mengurangi inflamasi setelah pemaparan UV dibandingkan kelompok kontrol negatif.

(60)

44

3. Perlu penambahan pengawet atau pengkondisian khusus selama proses preparasi, formulasi, dan pengujian formula gel untuk menjaga stabilitas dari senyawa beta karoten dalam perasan wortel.

(61)

45

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, P., Bloomfield, S. F., Bouillon, C., Clarkson, R. J., Ebling, F. J. G., Gunn-Smith, R. A., dkk., 1982, Harry’s Cosmeticology, (Eds), J.B Wilkinson dan R.J Moore., 7th Ed., George Godwin, London

Allen, L.V.., Popovich, N.G.., and Ansel, H.C., 2005, Ansel’s Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery System, 8th Ed., Lippincott Williams and Wilkins, USA

Anonim, 1957, Cosmetic Science and Technology, (Eds), Edward Sagarin, H.D. Goulden, Emil G. Klarmann, dan Donld H. Powers, hal 1063, Interscience Publisher Inc., New York

Anonim, 1989, The Merck Index, (Eds), Susan Budavari dan Maaryadele J. O’Neil, 11 th Edition, hal 282, Merck and Co. Inc., USA

Anonim, 1995a, Farmakope Indonesia, edisi IV, hal 7-8, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Anonim, 1995b, Official Methods of Analysis of AOAC international, 16th Ed., Vol. II, ch. 45, hal. 4, US Governmen Agencies, USA

Anonim, 1997, New Cosmetic Science, (Eds), T. Mitsui, hal 35-36, Elsevier Science, Amsterdam

Anonim, 2004, Beta Carotene, University of Maryland Medical Center, www.tripod.com/ document/ beta carotene/ html, diakses pada 22 Februari 2006

Anonim , 2007a, Colourings,

pada 10 November 2007

Anonim, 2007b, Ultraviolet Waves,

diakses pada 2 Februari 2007

Antille, C., Tran, C., Sorg, O., dan Saurat, J., 2004, Topical β-carotene is

converted to retinyl esters in human skin ex vivo and mouse skin in vivo,

(62)

46

Byrne, S.N., Spinks, N., Halliday, G.M., 2002, Ultraviolet A Irradiation of C57BL/6 Mice Suppresses Systemic Contact Hypersensitivity or Enhances Secondary Immunity Depending on Dose, tanggal 8 Juni 2008

Christian, G.D., 2004, Analytical Chemistry, 6th Edition, hal 465-466, John Wiley and Sons Inc., USA

Cohen, B.J., and Wood, D.L., 2000, Structure and Function of The Human Body, 7th Edition, Penerbit Lippincott Williams dan Wilkins, Philadelphia

Day Jr., R.A., dan Underwood, A.L., 1996, Analisis Kimia kuantitatif, alih bahasa oleh Aloysius Hadyana Pudjaatmaka Ph. D., Edisi ke-5, hal 389-390, Erlangga, Jakarta

Hapsari, Y. P., 2003, Daya Anti Inflamasi Infus Umbi Wortel (Daucus carota, L) pada Mencit Jantan, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Khopkar, S. M., 1990, Konsep DasarKimia Analitik, hal 215, UI Press, Jakarta Kristama, Y., 2007, Efek Anti Inflamasi Ampas Wortel (Daucus carota L.) Pada

Kelinci Putih Betina, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Lee, J., and Watson, R.R., 2001, Vegetables, Fruits, and Herbs in Health Promotion, hal 99-105, CRC Press, Florida

Lieber, C.S., and Leo, M.A., 1999, Alcohol, Vitamin A, and β Carotene: Adverse Interactions, Including Hepatotoxicity and Carcinogenicity, Am. J. Clin. Nut., 69 (6), 1071-1085.

Lieberman, H.A., Rieger M.M., Banker G.S., 1996, Pharmaceutical Dosage Forms : Disperse System, 2nd Ed., hal 399, 415, Marcel Dekker Inc., New York

Lin, J.Y., Selim, M.A., Shea, C.R., Grichnik, J.M., Omar, M.M., Monteiro-Riviere, N.A., dkk., 2003, UV Photoprotection by combination topical antioksidants vitamin C and vitamin E, J Am Acad Dermatol, 48, 866-874

Levin, C. and Maibach, H., 2002; Podhaisky, H.P., and Wohlrab, W., 2002, cit Morquio,A., Rivera-Megret, F., and Dajas, F., 2005, Photoprotection by Topical Aplication of Achyrocline saturioides (‘Marcela’), http://www. interscience.wiley.com, diakses tanggal 27 April 2007

(63)

47

Mutschler, E., 1986, Arzneimittelwirkungen, diterjemahkan oleh M.B, Widianto, A, S., Ranti, edisi V, hal 17-20, Penerbit ITB, Bandung.

Paiva, S.A.R., and Russel, R.M., 1999, β-Carotene and Other Carotenoids as Antioxidants, Journal of the American College of Nutrition, 18 (5), 426-433.

Rialdi, G., 2004, Remark on Biologic Evaluation of Protection Factor for Sun

Product

April 2007

Silverthorn, D. U., 2007, Human Physiology : An Integrated Approach, hal 779, Penerbit Pearson Education Inc., San Francisco

Sies, H.. dan Stahl, W., 2004, Carotenoids and UV Protection, http://

Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting : Khasiat Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, 308-315, edisi V, Penerbit P.T. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.

Widyarini, S., Spinks, N., Husband, A.J., dan Reeve, V.E., 2001, Isoflavonoid Compounds from Red Clover (Trifolium pratense) Protects from Inflammation and Immune Suppresion Induced by UV Radiation, Photochemistry and Photobiology, 74(3), 465-470

Young, A.J., dan Lowe, G.M., 2000, Antioxidant and Prooxidant Properties of

Carotenoids, Minireview

tanggal 27 April 2007

Yuliani, S. H., 2007, Formulasi Sunscreen Ekstrak Wortel (Daucus carota, L), Laporan Penelitian, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

(64)

48

Lampiran 1. Hasil Scanning Panjang Gelombang Maksimum Baku Beta Karoten

Panjang gelombang serapan maksimum yang diperoleh adalah 452,2 nm.

1

Gambar 7. Hasil scanning panjang gelombang serapan maksimum

larutan beta karoten 452,2 nm

Konsentrasi : 10 ppm, 6 ppm, dan 2 ppm Pelarut : Aseton : Heksan (1:9) Instrumen : Perkin Lambda Elmer 20

Lampiran 2. Pengukuran Absorbansi Seri Kurva Baku

KURVA BAKU I KURVA BAKU II KURVA BAKU III

Kadar

(ppm) Absorbansi

Kadar

(ppm) Absorbansi

Kadar

(ppm) Absorbansi

2,060 0,341 2,114 0,276 2,182 0,361

Gambar

Gambar 2. Spektra UV-Vis Beta Karoten..............................................................
Gambar 1. Struktur kimia all-trans β-karoten(Anonim, 1989)
Gambar 2. Spektra UV-Vis Beta Karoten
Gambar 3.  Struktur epidermis kulit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pemberian kombinasi ketamin 0,25 mg/kgBB dan midazolam 37,5 f.ig/kgBB intravena lebih efektif mencegah kejadian menggigil pada wanita

Sampel yang telah digiling di analisa menggunakan analisis proksimat meliputi kuantifikasi nutrisi seperti air, abu, serat kasar, protein kasar, lemak, dan bahan ekstrak

kolaborasi dengan tim kesehatan lain, merencanakan asuhan, melaksanakan asuhan yang telah direncanakan, mengevaluasi asuhan dan mendokumentasikan dengan metode SOAP

Ketika semua urusan telah selesai, Sulaiman berkata kepada para utusan, kembalilah kalian pada ratu kalian, katakan kepadanya bahwa apa yang diberikan Allah kepadaku lebih

Berdasarkan hasil observasi lapang terungkap bahwa kinerja pabrik gula BUMN secara umum makin tidak efisien, yang antara lain disebabkan oleh : (1) Rendahnya rendemen pasokan

Dari hasil tabel temuan studi diatas dapat diketahui penyebab ketidakefektifan Dinas Tata Kota (DTK) Kota Cimahi didalam melakukan pengendalian pemanfaatan ruang yaitu

Caput nyamuk Anopheles betina (kiri) memperlihatkan antena tipe pilose (A) dan sepasang palpus maksilaris (C) yang hampir sama panjang dengan probosis, dan Anopheles jantan

RTH privat adalah RTH milik institusi tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman