• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KONSULTASI MEDIS DAN KETAATAN MEDIS PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS (USIA DEWASA MADYA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KONSULTASI MEDIS DAN KETAATAN MEDIS PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS (USIA DEWASA MADYA)"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KONSULTASI

MEDIS DAN KETAATAN MEDIS PADA

PENDERITA DIABETES MELLITUS

(USIA DEWASA MADYA)

S k r i p s i

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Evi Dwi Putri Utami

NIM : 019114011

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KONSULTASI

MEDIS DAN KETAATAN MEDIS PADA

PENDERITA DIABETES MELLITUS

( USIA DEWASA MADYA )

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperolah Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Evi Dwi Putri Utami NIM : 019114011

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

! " # ! " #! " # ! " #

$ %

(6)

v

“ Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku

dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai

kepada akhir zaman.” Matius 28 : 19 – 20

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Maret 2008

(8)

vii ABSTRAK

Evi Dwi Putri Utami. (2008). Hubungan antara Kepuasan Konsultasi Medis dan Ketaatan Medis pada Penderita Diabetes Mellitus (Usia Dewasa Madya). Yogyakarta: Program Studi Psikologi. Fakultas Psikologi. Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kepuasan konsultasi medis dan ketaatan medis pada penderita Diabetes Mellitus (usia dewasa madya). Hipotesa penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kepuasan konsultasi medis dan ketaatan medis pada penderita Diabetes Mellitus (usia dewasa madya).

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Variabel penelitian ini diukur dengan menggunakan 2 skala, yaitu skala kepuasan konsultasi medis yang terdiri dari 25 aitem dan skala ketaatan medis yang terdiri dari 45 aitem. Subjek penelitian ini adalah 50 orang (28 pria dan 22 wanita) penderita Diabetes Mellitus yang berusia antara 40-60 tahun dan pernah berkonsultasi dengan dokter tentang penyakitnya tersebut.

Hasil uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach diperoleh hasil sebesar 0,926 untuk skala kepuasan konsultasi medis dan 0,939 untuk skala ketaatan medis. Hasil uji hipotesa penelitian ini diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,507 (N=50, p<0,01). Hal ini berarti bahwa hipotesa penelitian diterima dan signifikan. Ada hubungan positif antara kepuasan konsultasi medis dan ketaatan medis pada penderita Diabetes Mellitus (usia dewasa madya).

(9)

viii ABSTRACT

Evi Dwi Putri Utami. (2008). The Correlation between Medical Consultation Satisfaction and Medical Loyalty on Diabetes Mellitus Sufferer (Middle Age Adult). Yogyakarta: Study Program of Psychology. Faculty of Psychology. University of Sanata Dharma.

This research is aimed to know the correlation between medical consultation satisfaction and medical loyalty on Diabetes Mellitus sufferer (middle age adult). The hypothesis of this research is there is positive correlation between medical consultation satisfaction and medical loyalty on Diabetes mellitus sufferer (middle age adult).

Kind of this research is correlational research. This variable research is measured using 2 scales, that is medical consultation satisfaction scale (25 items)and medical loyalty scale (45 items). The subject of this research are 50 people (28 man and 22 woman) Diabetes Mellitus sufferer that attain the age of 40-60 years old and once hold a consultation with the doctor because of their illness.

The reliability result with Alpha Cronbach is 0,926 for medical consultation satisfaction scale and 0,939 for medical loyalty. The hypothesis result of this research is 0,507 (N=50, p<0,01). It means that the hypothesis of this research was significant and accepted. There is positive correlation between medical consultation satisfaction and medical loyalty on Diabetes Mellitus sufferer (middle age adult).

(10)
(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa untuk kasih setia dan damai sejahtera yang

selalu dilimpahkanNya kepada penulis dalam setiap keadaan sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan oleh penulis dengan baik. Biarlah segala hormat dan kemuliaan

hanya bagi nama Nya.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan guna

memperoleh gelar sarjana Psikologi Strata 1 Fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Penulis dengan segala kerendahan hati ingin mengucapkan terima kasih atas

segala petunjuk, bimbingan, bantuan, dukungan, dan perhatian serta fasilitas yang

telah penulis dapatkan dalam proses pembuatan skripsi ini kepada:

1. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu M.L Anantasari, S.Psi., M.Si.,dosenku yang cantik selaku dosen

pembimbing skripsi yang dengan kesabaran serta ketekunannya dalam

membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

sangat baik. Meskipun terkadang saya membuat Ibu jengkel karena jarang

datang bimbingan tetapi Ibu tetap sabar menghadapi saya. Terima kasih.

3. Ibu Sylvia CMYM, S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan dukungan bagi penulis sepanjang penulis mengerjakan dan

(12)

xi

4. Seluruh staf administrasi dan perpustakaan yang tidak dapat saya sebutkan

satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam mengurus semua

administrasi terima kasih banyak.

5. Mamahku tercinta, terimakasih sudah bekerja keras untuk membiayai kuliah

dan skripsiku. Terimakasih juga atas doa dan cinta serta kesabarannya selama

ini. Tuhan memberkati.

6. Adikku satu-satunya Tom-tom, terimakasih sudah mau bantu cc dalam

mengerjakan skripsi yang cc tidak bisa lakukan sendiri.

7. Ustea, Mitha, C’Yun, Ku San, terima kasih atas dukungan dan bantuannya

selama pengambilan data, tanpa bantuan kalian mungkin aku akan lebih lama

lagi lulusnya. God Bless U.

8. Keluarga besar Tanto Raharjo yang selalu memberiku dukungan material

maupun spiritual. Terimakasih banyak, tanpa kalian mungkin Evi tidak dapat

menyelesaikan skripsi dengan baik.

9. My beloved brothers & sisters in Christ: Iin, Yani, DC&Hanter,

Lanny&Sandy, k’Yanik. Aku sangat bersyukur memiliki teman-teman seperti

kalian yang senantiasa mendukung dan mendoakanku.

10.Teman-teman seperjuanganku di Fakultas Ψ: Hastin, Deni, Sapti, Nopek, Elli

Adar, Rani, thanks ya atas bantuan dan dukungannya. Kalian adalah

teman-teman yang sangat luar biasa yang membuat aku mengerti arti perjuangan

hidup dan memberiku inspirasi serta banyak pengetahuan dan terima kasih atas

(13)

xii

11.Special thanks to my best friend Belu & Irma. Belu terima kasih untuk

dukungan dan semangat serta bantuan yang kamu berikan. Terima kasih juga

buat penjelasan penggunaan SPSSnya dan kesabaran kamu ngajarin aku. Irma,

terima kasih buat abstraknya ya hehehe. Terima kasih juga buat dukungan dan

doanya selama ini. Teman-teman akhirnya aku lulus juga! God Bless You.

12.Agatha, terimakasih ya cik Evi sudah boleh nginep di kos selama

menyelesaikan skripsi. GBU.

13.Semua teman-teman dan keluargaku yang lain yang tidak dapat aku sebutkan

satu-persatu, terimakasih untuk semuanya. God Bless You All.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, setiap saran dan masukan sangat penulis harapkan dari

semua pihak.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi penulis dan pembaca.

Yogyakarta, Maret 2008

(14)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iii

HALAMAN MOTTO ………. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. vi

ABSTRAK ………... vii

ABSTRACT ………... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... ix

KATA PENGANTAR ………... x

DAFTAR ISI ……….. xiii

DAFTAR GAMBAR………... xvi

DAFTAR TABEL ………... xvii

DAFTAR LAMPIRAN……… xviii

BAB I. PENDAHULUAN ……… 1

A. Ketaatan Medis pada Penderita Diabetes Mellitus……… 6

1. Pengertian Ketaatan Medis……… 6

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Ketaatan Medis……….. 7

3. Pengertian Diabetes Mellitus……….... 9

4. Faktor-faktor Penyebab Diabetes Mellitus……… 9

(15)

xiv

6. Ketaatan Medis pada Penderita Diabetes Mellitus……… 12

B. Usia Dewasa Madya………. 13

1. Pengertian Usia Dewasa Madya………... 13

2. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Madya……… 15

C. Kepuasan Konsultasi Medis………. 16

1. Pengertian Kepuasan Konsultasi Medis………... 16

2. Peran Komunikasi dalam Kepuasan Konsultasi Medis………… 17

3. Kemampuan Komunikator dalam Menyampaikan Pesan……… 18

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Konsultasi Medis. 20

D. Hubungan Kepuasan Konsultasi Medis dan Ketaatan Medis pada Penderita Diabetes Mellitus Usia Dewasa Madya……… 21

E. Hipotesis……… 24

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN……….. 26

A. Jenis Penelitian………. 26

B. Identifikasi Variabel Penelitian……… 26

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian………. 26

D. Subjek Penelitian……….. 27

E. Metode Pengumpulan Data………. 28

1. Skala Ketaatan Medis……….. 29

2. Skala Kepuasan Konsultasi Medis………... 31

F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas……… 32

1. Uji Validitas………. 33

2. Uji Analisis Item……….. 33

3. Uji Reliabilitas………. 34

G. Metode Analisis Data……….. 34

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 35

A. Pelaksanaan Penelitian……… 35

1. Perizinan……… 35

(16)

xv

3. Skala Kepuasan Konsultasi Medis……… 36

4. Skala Ketaatan Medis………... 37

B. Hasil Penelitian……… 38

1. Uji Reliabilitas………... 38

2. Uji Asumsi... 39

a. Uji Normalitas……… 39

b. Uji Linearitas……….. 40

3. Uji Hipotesis………. 40

C. Pembahasan………. 41

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………. 46

A. Kesimpulan……….... 46

B. Saran……….. 46

Daftar Pustaka………. 48

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skor Skala Ketaatan Medis……….. 30

Tabel 2. Blue print Skala Ketaatan Medis untuk Uji Coba……… 30

Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Ketaatan Medis untuk Uji Coba……… 31

Tabel 4. Skor Skala Kepuasan Konsultasi Medis……….. 32

Tabel 5. Blue print Skala Kepuasan Konsultasi Medis untuk Uji Coba……… 32

Tabel 6. Distribusi Aitem Skala Kepuasan Konsultasi Medis Uji Coba……… 32

Tabel 7. Tabulasi Subjek Penelitian... 36

Tabel 8. Nomor-nomor Aitem Skala Kepuasan Konsultasi Medis yang Sahih dan Gugur……… 36

Tabel 9. Blue print Skala Kepuasan Konsultasi Medis (setelah uji coba)…… 37

Tabel10. Nomor-nomor Aitem Skala Ketaatan Medis yang Sahih dan Gugur 37

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Skala Uji Coba………... 51

2. Data Uji Coba……… 57

3. Uji Beda dan Reliabilitas Item……….. 74

a. Uji Beda dan Reliabilitas Item Skala Kepuasan Konsultasi Medis…….. 75

b. Uji Beda dan Reliabilitas Item Skala Ketaatan Medis……….. 78

4. Skala Penelitian………. 84

5. Data Penelitian………... 90

6. Uji Asumsi………. 107

a. Uji Normalitas……….. 108

b. Uji Linearitas………. 109

7. Uji Hipotesis……….. 110

8. Data Subjek dan Wawancara... 112

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejumlah besar orang dalam kehidupan sehari-hari harus pergi ke dokter.

Mereka pergi ke dokter dengan tujuan untuk berobat atau hanya sekedar

berkonsultasi saja dengan dokter. Konsultasi dengan dokter menjadi hal yang

penting karena dengan berkonsultasi maka pasien akan mendapatkan informasi

yang lebih lengkap tentang penyakit dan cara pengobatannya. Tetapi tidak semua

orang atau pasien senang untuk melakukannya. Ada banyak keluhan tentang dari

masyarakat tentang pelayanan medis saat ini terutama dalam hal pemberian

informasi. Pelayanan medis sekarang dirasakan atau dipandang oleh masyarakat

sebagai pelayanan yang kurang komunikatif (Susanti, 1998).

Pemberian informasi memang merupakan hal yang sepele atau dianggap

kurang penting bagi sebagian dokter, tetapi justru dari proses pemberian informasi

ini akan dapat membawa dampak yang berkelanjutan. Perhatian dokter saat ini

terhadap pentingnya pemberian informasi masih kurang. Dokter terkadang

memberikan informasi tanpa melihat kepentingan pasien. Dokter hanya

memberikan informasi seperlunya saja kepada pasien sedangkan pasien masih

membutuhkan penjelasan lebih lanjut tentang penyakit yang dideritanya. Oleh

karena itu supaya pemberian informasi (konsultasi) ini dapat berjalan dengan

(21)

2

Komunikasi yang baik antara pasien dan dokter diharapkan dapat

membuat sebuah konsultasi berjalan dengan baik dan lancar. Konsultasi yang baik

akan membuat informasi dari dokter dapat terkirim dengan jelas sehingga pasien

akan lebih mudah mengerti. Konsultasi yang berjalan dengan baik akan membawa

dampak kepuasan pada diri pasien. Menurut Ley (Smet, 1994: 243), ada beberapa

bukti yang menunjukkan bahwa para pasien sering tidak puas dengan kualitas dan

kuantitas informasi yang mereka terima dari para tenaga kesehatan. Bukti

menunjukkan bahwa 35%-40% dari seluruh pasien yang menjadi subjek penelitian

Ley tidak puas dengan informasi yang diberikan oleh dokter. Kepuasan pasien

terhadap konsultasi ini akan terlihat dari seberapa sering pasien bergonta-ganti

dokter untuk menangani penyakitnya dalam penelitian ini adalah diabetes

(Smet,1994).

Diabetes Mellitus adalah sejenis penyakit kronis yang ditandai dengan

kadar gula (glukosa) di dalam darah yang tinggi. Diabetes dapat menyerang

semua lapisan masyarakat dari yang miskin sampai kaya raya, anak-anak sampai

orang tua, dan dari yang kurus sampai yang gemuk. Diabetes termasuk penyakit

yang tidak bisa disembuhkan secara total, penderita harus terus mengontrol dan

menjaga kadar gula darahnya supaya tetap normal sehingga tetap bisa melakukan

aktivitas dengan baik. Diabetes merupakan penyakit yang rumit, banyak

aturan-aturan yang harus dijalankan oleh para penderitanya misalnya disiplin minum

obat, cek darah, diet, dan olahraga. Pelanggaran atau kesalahan dalam

melaksanakan aturan-aturan tersebut dapat berakibat gula darah menjadi sangat

(22)

karena dapat mengakibatkan kematian. Oleh karena itu ketaatan sangat diperlukan

untuk menghindari kemungkinan terburuk dari penyakit diabetes. Ketaatan medis

adalah perilaku/kemauan pasien untuk senantiasa melaksanakan aturan-aturan

medis sesuai dengan nasehat dokter dengan keyakinan tidak menimbulkan

konsekuensi yang lebih parah, misalnya adalah bertambah parahnya penyakit

yang diderita pasien.

Pasien yang tidak puas dengan sebuah konsultasi atau pengobatan seorang

dokter akan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak baik misalnya

adalah ketidaktaatan pasien pada aturan-aturan medis. Hal tersebut dapat

mengakibatkan seseorang menghindari atau bahkan menolak pelayanan medis,

sehingga dapat menjadi penyebab meningkatnya resiko kesehatan (Smet, 1994:

246). Ketidaktaatan terhadap aturan medis dapat meningkatkan resiko

berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau bahkan

memperburuk sakit yang diderita oleh pasien. Keberhasilan suatu pengobatan

tergantung pada kerjasama antara pasien dengan para tenaga kesehatan.

Para dokter sering mengalami kesulitan dalam menangani pasiennya, salah

satunya adalah kurangnya umpan balik dari pasien tentang aktivitas dan perilaku

dokter, sehingga dokter tidak dapat mengetahui apakah informasi yang dia berikan

kepada para pasiennya dapat diterima dan dimengerti atau tidak oleh para pasien

tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pasien yang

puas dengan konsultasi seorang dokter atau pengobatan yang diterimanya tidak

(23)

4

menimbulkan konsekuensi-konsekuensi yang parah seperti menghindari

pelayanan medis sehingga berdampak pada ketidaktaatan pasien pada aturan

medis (Smet, 1994,h.246). Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk

mengangkat masalah tersebut menjadi tema penelitian, yaitu menghubungkan

antara kepuasan konsultasi medis dan ketaatan medis.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara kepuasan konsultasi medis dan ketaatan

medis pada penderita Diabetes Mellitus usia dewasa madya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kepuasan konsultasi medis

dan ketaatan medis pada penderita Diabetes Mellitus usia dewasa madya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan secara praktis dan

teoritis, yaitu:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi kajian ilmiah ilmu

psikologi mengenai ketaatan medis ditinjau dari kepuasan konsultasi medis

(24)

juga untuk semakin memperkaya bidang penelitian ilmu psikologi terutama

psikologi kesehatan.

2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi penderita diabetes

tentang pentingnya kepuasan konsultasi medis terhadap ketaatan mereka

dalam menaati aturan-aturan medis.

b. Menambah wacana bagi para tenaga medis tentang pentingnya kelancaran

komunikasi dalam sebuah konsultasi sehingga terwujud kepuasan pasien yang

kemudian akan membantu pasien dalam menaati aturan-aturan medis.

(25)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Ketaatan Medis Pada Penderita Diabetes Mellitus 1. Pengertian Ketaatan Medis

Ketaatan berasal dari kata taat yang berarti senantiasa menurut; tidak

berlaku curang. Sarafino mengatakan bahwa ketaatan medis atau kepatuhan

adalah kemauan pasien untuk melaksanakan cara pengobatan yang disarankan

oleh dokternya, sehingga tidak menimbulkan konsekuensi yang lebih parah bagi

pasien (Poerwodarminto,1987.Smet, 1994).

Haynes (Susanti,1998), mengatakan bahwa ketaatan medis adalah tingkat

di mana perilaku seseorang (dalam menjalani pengobatan, mengikuti diet) sesuai

dengan pengobatan medis atau nasehat dokter.

Perilaku ketaatan sering diartikan sebagai usaha pasien untuk

mengendalikan perilakunya, bahkan jika hal tersebut bisa menimbulkan resiko

mengenai kesehatannya. Faktor penting ini seringkali dilupakan. Banyak dokter

begitu saja beranggapan bahwa pasien akan mengikuti apa yang mereka

nasehatkan tanpa menyadari bahwa pasien tersebut pertama-tama harus

memutuskan terlebih dahulu apakah mereka akan melakukannya atau tidak

(Taylor dlm Smet, 1994, h. 254). Hal tersebut didukung juga dengan pendapat

Janis (Smet,1994) bahwa ketaatan itu sendiri adalah hasil dari proses pengambilan

keputusan. Pasien harus memiliki keyakinan, sikap dan kehendak terlebih dahulu

(26)

pertimbangan akan adanya ancaman yang dirasakan dari suatu penyakit, persepsi

kekebalan terhadap penyakit, kerugian (biaya,waktu) dan keuntungan (efektivitas

pengobatan) (Laventhal dlm Smet,1994).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

ketaatan medis adalah perilaku/kemauan pasien untuk senantiasa melaksanakan

aturan-aturan medis sesuai dengan nasehat dokter dengan keyakinan tidak

menimbulkan konsekuensi yang lebih parah, misalnya adalah bertambah parahnya

penyakit yang diderita pasien.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketaatan medis a. Ciri-ciri kesakitan (penyakit) dan ciri-ciri pengobatan

Menurut Dickson, Sarafino, dan Ley (Smet, 1994, h. 254) perilaku ketaatan

akan lebih rendah untuk penyakit kronis karena tidak ada akibat buruk yang

segera dirasakan atau resiko yang jelas.

b. Komunikasi antara pasien dengan dokter

Merupakan faktor yang sangat mempengaruhi tingkat ketidaktaatan pasien.

Komunikasi yang didukung dengan adanya pengawasan dan dukungan dari

dokter akan menimbulkan ketaatan bagi pasien. Berbagai aspek komunikasi

antara pasien dengan dokter mempengaruhi tingkat ketidaktaatan misalnya,

informasi dengan pengawasan yang kurang, ketidakpuasan terhadap aspek

hubungan emosional dengan dokter, ketidakpuasan terhadap pengobatan

(27)

8

c. Persepsi dan pengharapan pasien

Yaitu bagaimana pandangan pasien mengenai penyakit yang dideritanya,

sehingga dapat menimbulkan ketaatan bagi pasien.

d. Dukungan sosial

Merupakan faktor yang sangat mempengaruhi ketaatan. Jika dokter dapat

melakukan pendekatan terhadap keluarga pasien maka ketidaktaatan dapat

dikurangi. Riset yang telah dilakukan oleh Taylor (Smet, 1994, h. 260)

menunjukkan bahwa adanya kerjasama yang baik antara dokter dengan

keluarga pasien akan mempengaruhi tingkat ketaatan pasien.

e. Ciri-ciri individual

Umur dan atau status perkembangan merupakan salah satu faktor yang

penting (La Greca dlm Smet, 1994). Sebagai contoh, anak-anak terkadang

punya tingkat ketaatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja,

meskipun anak-anak itu mendapatkan informasi yang kurang seperti yang

Johnson temukan pada penderita Diabetes Mellitus (Smet, 1994). Masalah

khusus dapat timbul dalam memperoleh ketaatan medis dari anak-anak

yang mempunyai penyakit kronis, karena mereka sangat tergantung pada

anggota keluarga yang lain untuk perawatan medis.

Ketidaktaatan akan meningkatkan resiko berkembangnya masalah

kesehatan atau memperpanjang atau bahkan memperburuk penyakit yang sedang

diderita. Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20% jumlah opname di rumah

sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan pengobatan

(28)

3. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes adalah suatu penyakit di mana tubuh penderitanya tidak bisa

secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya (Tim

Vitahealth, 2004). Diabetes merupakan gangguan metabolisme dari distribusi

gula. Tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadilah

kelebihan gula di dalam darah.

Penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang

cukup atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga

terjadilah kelebihan gula di dalam darah. Kelebihan gula yang kronis di dalam

darah (hiperglikemia) ini menjadi racun bagi tubuh. Sebagian glukosa yang tertahan di dalam darah itu melimpah ke sistem urine untuk dibuang melalui

urine. Air kencing penderita diabetes yang mengandung gula dalam kadar tinggi

tersebut menarik bagi semut, karena itulah gejala ini disebut juga gejala kencing

manis (Tim Vitahealth, 2004).

4. Faktor-faktor Penyebab Diabetes Mellitus

Margatan (1995,h. 17-19) mengemukakan ada beberapa faktor yang dapat

menyebabkan Diabetes Mellitus, yaitu:

a. Kurang gerak, kegiatan fisik dari tubuh kita akan menimbulkan proses energi

yang membutuhkan sejumlah gula untuk pembakarannya, sehingga kebutuhan

hormon insulin semakin berkurang. Gula dalam tubuh orang yang tidak aktif

tidak banyak terbakar, maka bahan makanan yang masuk terutama gula harus

disimpan dalam tubuh yang kemudian menjadi cadangan gula dan timbunan

(29)

10

Kebutuhan yang berlebihan ini memacu beta sel pankreas untuk memproduksi

insulin secara berlebihan sehingga permintaan dan persediaan tidak seimbang.

b. Makan secara berlebihan /obesitas, pola makan yang salah dapat menimbulkan

diabetes. Beberapa penelitian yang telah dilakukan di AS membuktikan bahwa

75% penderita diabetes yang datang berobat ke dokter ditemukan dalam

keadaan gemuk/obesitas.

c. Kehamilan, ibu-ibu hamil akan memberikan makan yang cukup bagi janin

sehingga cenderung akan banyak makan dan tubuh menjadi gemuk. Setiap

kehamilan mempunyai resiko munculnya Diabetes Mellitus apalagi jika

kehamilan berulang yaitu setiap 1-2 tahun sekali.

d. Kekurangan hormon insulin, hal ini dapat terjadi karena:

a) Pankreactomy : pemotongan sebagian pankreas akibat suatu penyakit b) Pankreatitis : radang pankreas yang menimbulkan kerusakan beta sel

pankreas.

( Hormon insulin dihasilkan oleh kelenjar pankreas )

e. Hormon insulin yang terpacu berlebihan, pada penyakit hormon lain yang

mempunyai sifat berlawanan fungsi dengan horman insulin.

5. Indikator Ketaatan Medis Pada Penderita Diabetes Mellitus

Kondisi penyakit diabetes tergantung pada individu masing-masing,

terutama dari segi kepatuhan dan disiplin untuk melakukan diet dan olahraga

dengan benar (Tim Vitahealth, 2004,h. 39). Ada beberapa hal yang harus

dilakukan oleh para penderita diabetes untuk mengontrol kadar gula darah agar

(30)

a. Disiplin minum obat, minum obat yang diresepkan dokter secara teratur sesuai

dengan aturan pemakaiannya dan tidak boleh mencampur obat dengan obat

lain tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

b. Diet, diet adalah awal dari usaha untuk mengendalikan diabetes. Diet ini harus

dapat memenuhi kebutuhan gula tubuh, tetapi tidak boleh berlebihan. Diet

diabetes dapat dilakukan dengan cara:

1) Memilih karbohidrat yang aman

Sumber karbohidrat yang aman bagi penderita diabetes adalah bahan makan

yang mengandung senyawa karbohidrat kompleks/ karbohidrat berserat

yang terdapat dalam sayuran, kacang-kacangan, dan buah yang tidak terlalu

manis (mis: pepaya, semangka, apel, salak, kedondong).

2) Pola diet diabetes

(a) memangkas kalori

(b) mengurangi lemak

(c) makan karbohidrat kompleks

(d) ucapkan selamat tinggal pada yang manis

(e) melengkapi makanan dengan serat

3) Penerapan pola diet sehari-hari

Penerapan pola diet sehari-hari dilakukan untuk menjaga kadar gula darah

dan berat badan yaitu dengan cara makan makanan yang rendah lemak, kaya

serat, mengandung lebih banyak karbohidrat kompleks dan menghindari

(31)

12

c. Olahraga, olahraga dilakukan secara teratur tetapi tidak berlebihan. Olahraga

yang dipilih sebaiknya yang disenangi dan dapat meningkatkan kesehatan dan

kebugaran serta melibatkan otot-otot besar (kaki, tangan, dan bahu).

d. Kontrol gula darah, pemeriksaan untuk mengukur kadar gula darah dianjurkan

dilakukan setiap tahun bagi mereka yang berusia di atas 45 tahun dan

mempunyai resiko yang tinggi untuk terkena diabetes (memiliki riwayat

keluarga penderita diabetes).

e. Perawatan kaki, penderita diabetes sering mengalami luka pada kaki tanpa

menyadarinya dan biasanya luka tersebut mudah sekali terserang infeksi

karena lama sembuhnya.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa para penderita diabetes

harus menjalankan beberapa hal seperti disiplin minum obat, diet, olahraga,

kontrol gula darah, dan melakukan perawatan kaki supaya penyakit diabetes

mereka tidak bertambah parah. Hal-hal itulah yang kemudian peneliti gunakan

sebagai indikator ketaatan medis pada penderita diabetes.

6. Ketaatan Medis Pada Penderita Diabetes Mellitus

Seorang penderita diabetes dapat hidup normal dan melakukan segala

aktivitas yang ingin dilakukan apabila bersedia membiasakan diri untuk hidup

secara teratur, menjalankan pengobatan dengan tekun dan kontrol kesehatan

seperti yang dianjurkan dokter. Satu hal yang penting agar hal-hal tersebut dapat

berhasil adalah ketaatan. Ketaatan bagi penderita diabetes lebih banyak mengacu

pada ketaatan untuk melaksanakan aturan-aturan medis (ketaatan medis).

(32)

aturan-aturan medis dengan keyakinan tidak menimbulkan konsekuensi yang lebih parah.

Penyakit diabetes merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan sehingga

penderita hanya dapat melakukan pengontrolan terhadap kadar gula darah supaya

tetap stabil. Pengobatan/pengendalian diabetes harus dijalankan secara kontinyu

dan dalam jangka waktu yang cukup lama atau bahkan sepanjang hidup si

penderita. Beberapa usaha pengendalian itu antara lain: disiplin minum obat, diet,

olahraga, kontrol gula darah, dan perawatan kaki. Usaha-usaha pengendalian itu

tidak akan berhasil jika para penderita diabetes tidak mempunyai ketaatan dalam

melaksanakannya. Jadi, ketaatan medis pada penderita Diabetes Mellitus adalah

kemauan pasien untuk melaksanakan segala aturan-aturan medis yang

diberlakukan untuk mereka supaya penyakit diabetes yang mereka derita tidak

bertambah parah dan mereka dapat hidup normal.

B. Usia Dewasa Madya

1. Pengertian Usia Dewasa Madya

Istilah adult berasal dari bentuk lampau partisipel dari kata kerja adultus

yang mempunyai arti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna

atau telah menjadi dewasa. Orang dewasa adalah individu yang telah

menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat

bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 1994,h. 246).

Usia dewasa madya atau setengah baya pada umumnya dipandang sebagai

(33)

perubahan-14

perubahan jasmani dan mental (Hurlock, 1994, h.320). Menurut Hurlock

karakteristik-karakteristik masa dewasa madya adalah sebagai berikut:

a. Periode yang sangat ditakuti

Usia madya merupakan suatu periode yang menakutkan karena semakin

mendekati usia tua, biasanya orang-orang dewasa tidak mau mengakui bahwa

mereka telah mencapai usia tersebut.

b. Masa transisi

Masa di mana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku

masa dewasanya. Pria mengalami perubahan keperkasaan dan wanita dalam

kesuburan.

c. Masa stres

Masa di mana penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang

berubah. Wanita mengalami gangguan dalam homeostatis selama usia 40-an,

yaitu bahwa mereka mulai menopause, pria pada usia 50-an memasuki masa

pensiun.

d. Usia yang berbahaya

Masa di mana seseorang mengalami kesusahan fisik sebagai akibat terlalu

banyak bekerja dan rasa cemas yang berlebihan.

e. Usia canggung

Masa di mana pria dan wanita sudah bukan muda lagi tapi juga bukan tua.

f. Masa berprestasi

Masa di mana seseorang akan lebih sukses atau sebaliknya mereka akan

(34)

g. Masa evaluasi

Masa di mana orang-orang usia madya mengevaluasi prestasi yang telah

mereka capai berdasarkan aspirasi mereka semula dan harapan-harapan orang

lain, khususnya anggota keluarga dan teman.

h. Dievaluasi dengan standar ganda

Standar ganda ini mempengaruhi banyak aspek terhadap kehidupan pria dan

wanita. Dua aspek khusus yaitu pertama adalah aspek yang berkaitan dengan

perubahan jasmani (rambut putih, timbul keriput, dll) dan yang kedua adalah

cara pria dan wanita menyatakan sikap terhadap usia tua.

i. Masa sepi

Masa di mana kegiatan mereka sudah mulai berkurang. Masa ketika

anak-anak tidak lama lagi tinggal bersama orang tua , para wanita sudah tidak lagi

melakukan pekerjaan rumah tangga dan para pria memasuki masa pensiun.

j. Masa jenuh

Masa di mana pria dan wanita mengalami kebosanan dengan apa yang mereka

jalani secara rutin sehari-hari.

2. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Madya

Havighurst dalam Hurlock (1994,h. 9) berpendapat bahwa setiap

kelompok budaya mengharap anggotanya menguasai keterampilan tertentu yang

penting dan memperoleh pola perilaku yang disetujui pada berbagai usia

sepanjang rentang kehidupan. Havighurst menamakannya tugas perkembangan.

Tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu

(35)

16

rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas

berikutnya, tetapi jika gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan

dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.

Tugas perkembangan masa dewasa madya yang berhubungan dengan

penelitian ini adalah menerima dan menyesuaikan diri dengan

perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada tahap ini serta menyesuaikan diri dengan

orang tua yang semakin tua. Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis

yang secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun yaitu saat

manusia berada pada tahap usia dewasa madya ( Tim Vitahealth, 2004, h.34).

Usia madya ditandai dengan menurunnya kesegaran fisik secara umum

dan memburuknya kesehatan. Masalah kesehatan secara umum pada usia madya

mencakup kecenderungan untuk mudah lelah, telinga berdengung, sakit pada otot,

kepekaan kulit, sakit pada lambung, hilangnya selera makan serta insomnia

(Hurlock, 1994,h. 328).

C. Kepuasan Konsultasi Medis

1. Pengertian Kepuasan Konsultasi Medis

Kepuasan konsultasi medis berasal dari kata kepuasan dan kata konsultasi

medis, oleh karena itu sebelum memahami lebih lanjut tentang arti kata kepuasan

konsultasi medis terlebih dahulu perlu diketahui tentang arti dari kata kepuasan

dan kata konsultasi medis.

Kepuasan adalah perihal atau perasaan puas, kesenangan, kelegaan.

(36)

layanan kesehatan yang bertujuan mencari penyebab timbulnya penyakit dan

menentukan cara-cara pengobatan. Kesimpulan yang dapat diambil yaitu

kepuasan konsultasi medis adalah perasaan senang atau puas seseorang atas

perundingan yang dilakukan oleh pemberi dan penerima layanan kesehatan

tentang penyebab timbulnya penyakit dan cara pengobatan.

Sarafino dalam Smet (1994, h. 250), menyatakan bahwa kepuasan

konsultasi medis adalah kepuasan pasien pada kualitas dan kuantitas informasi

yang mereka terima pada saat konsultasi medis.

Kesimpulan yang dapat diambil dari pengertian-pengertian di atas adalah

bahwa kepuasan konsultasi medis adalah perasaan puas atau senang pasien atas

perundingan yang dilakukannya dengan dokter tentang penyebab timbulnya

penyakit dan cara pengobatannya baik secara kuantitas maupun kualitas.

2. Peran Komunikasi dalam Kepuasan Konsultasi Medis

Solita dalam Sarwono (1993, h. 50), menyebutkan bahwa kepuasan

konsultasi medis dipengaruhi oleh komunikasi. Orang berusaha menyampaikan

pandangan, perasaan dan harapannya kepada orang lain melalui komunikasi.

Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku

manusia, sehingga komunikasi harus dikembangkan dan dipelihara secara

terus-menerus. Komunikasi, dalam hubungan antar dokter dan pasiennya merupakan

suatu hal yang paling penting. Kont dan O’ Donell (Skripsi Tina Susanti, 1998),

mengemukakan pengertian komunikasi adalah pemindahan informasi dari satu

orang ke orang lain terlepas percaya atau tidak (informasi yang ditransfer harus

(37)

18

Pelayanan medis sekarang dirasakan oleh banyak orang sebagai pelayanan

yang kurang komunikatif sebagaimana diharapkan oleh kebanyakan orang.

Kegagalan untuk mengikuti nasehat medis berpangkal pada pelayanan yang

kurang komunikatif. Pelayanan yang lebih responsif terhadap persepsi dan

harapan pasien, yang lebih banyak mendengarkan problem pasien akan

menghasilkan kerjasama pasien dan dokter yang lebih baik. Pelayanan medis akan

lebih berdayaguna bagi pasien dan kemubaziran pelayanan akan terelakkan

(Skripsi Tina Susanti, 1998).

Konsultasi sangat erat hubungannya dengan komunikasi. Para pasien

berkomunikasi dengan dokter lewat sebuah konsultasi. Peran dokter dalam

konsultasi sangat penting, karena dalam hal ini dokter sebagai komunikator/

pemberi informasi harus pandai dalam memberikan penjelasan/informasi.

Penjelasan yang diberikan dokter hendaknya harus dapat dimengerti oleh pasien

sehingga dalam pelaksanaannya pasien tidak melakukan kesalahan yang dapat

memperburuk kesehatannya. Seorang pasien akan lebih mendengarkan dokter

yang dinilai mempunyai kredibilitas yang tinggi. Kredibilitas merupakan

gambaran audiens (pasien) mengenai komunikator (dokter) dalam hal

kepercayaan (Liliweri,2007).

3. Kemampuan Komunikator dalam Menyampaikan Pesan

Aristoteles mempunyai pendapat mengenai kemampuan yang harus dimiliki

oleh seorang komunikator. Kemampuan ini terbagi atas 3 bagian yaitu etos, patos,

(38)

a. Etos merupakan karakter yang dimiliki seorang komunikator yang meliputi:

1) Intelligence, komunikator yang tampil sebagai seorang yang pandai atau cakap.

2) Character, tampil dengan karakter yang jujur, memiliki reputasi.

3) Goodwill, menunjukkan kemauan baik, kontak mata dan gerakan yang meyakinkan.

b. Patos berkaitan dengan emosi, artinya bagaimana seorang komunikator

mampu menampilkan daya tarik emosional melalui :

1) Making and calming-anger, mampu membuat komunikan merasa sejuk atau marah.

2) Love-hate, mampu membuat komunikan mencintai dan membenci. 3) Fear-confidence, mampu membuat komunikan merasa takut atau

membangkitkan kepercayaan diri.

4) Shame-shamelessness, mampu membuat komunikan merasa malu atau membangkitkan keberanian.

5) Indignation-envy,mampu membangkitkan rasa berkuasa atau kehilangan kekuasaan.

6) Admiration-envy, mampu membangkitkan semangat kerja atau mendorong orang lain bekerja keras atau tidak bekerja keras.

c. Logos berkaitan dengan kemampuan komunikator yang secara intelek (cerdik

dan pandai) mengatakan sesuatu secara rasional dan argumentatif misalnya

(39)

20

1) Invention, menyampaikan sebuah informasi yang menampilkan hukum-hukum logika (masuk akal).

2) Arrangement, menyampaikan sebuah topik informasi secara sederhana. 3) Style, menampilkan gaya berbicara yang menyenangkan.

4) Memory, menampilkan informasi dengan gambaran informasi yang diingat dan informasi itu berkaitan dengan yang diucapkan.

5) Delivery, kemampuan berbicara efektif.

Hal-hal tersebutlah yang kemudian akan peneliti gunakan sebagai indikator

kepuasan konsultasi medis, yang kemudian akan digunakan sebagai acuan dalam

pembuatan aitem- aitem penelitian.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Konsultasi Medis

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan konsultasi medis dan

kebanyakan penjelasan mengenai faktor-faktor tersebut menunjuk pada ciri-ciri

dokter, ciri-ciri pasien dan ciri-ciri interaksi keduanya (Smet, 1994, h.244):

a. Ciri-ciri dokter, yaitu tidak mendengarkan pasien (misalnya lebih doctor centered daripada patient centered), penggunaan istilah teknis, tidak menanggapi pasien dengan serius.

b. Ciri-ciri pasien, yaitu kecemasan pasien, inteligensi, pengalaman terhadap

penyakit, mengacuhkan atau tidak mendengarkan apa yang dikatakan dokter,

mengkritik dokter.

c. Ciri-ciri interaksi keduanya, yaitu alasan-alasan ketidakpuasan selalu

berhubungan dengan interaksi antara tenaga-tenaga kesehatan dengan

(40)

informasi kepada pasien sesuai dengan tingkat pendidikannya: penggunaan

istilah-istilah medis dapat benar-benar dimengerti oleh seorang pasien dengan

tingkat pendidikan tinggi tetapi belum tentu dimengerti oleh pasien dengan

tingkat pendidikan yang rendah.

Satu kesulitan yang serius bagi para dokter adalah kurangnya umpan balik

pada aktivitas dan perilaku pasien mereka. Dokter jarang mengetahui apakah

informasi mereka dapat diterima dan dimengerti oleh para pasien atau tidak.

Orang yang tidak puas dengan konsultasi seorang dokter atau pengobatan yang

diterimanya sering mencari bantuan dari dokter lain. Ketidakpuasan terhadap

seorang dokter bisa menimbulkan konsekuensi yang parah. Hal tersebut bisa

menyebabkan seseorang akan menghindari pelayanan medis. Hal ini bisa

menyebabkan meningkatnya resiko kesehatan. Salah satu masalah utama adalah

ketidaktaatan pasien dengan aturan medis (Smet, 1994, h. 246).

D. Hubungan Kepuasan Konsultasi Medis dan Ketaatan Medis pada Penderita Diabetes Mellitus Usia Dewasa Madya

Diabetes Mellitus merupakan gangguan metabolisme dari distribusi gula

oleh tubuh, tubuh tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup dan

tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadilah

kelebihan gula di dalam tubuh. Diabetes tidak dapat disembuhkan, oleh karena itu

pengobatannyapun harus dilakukan secara kontinyu dalam jangka waktu lama

atau bahkan sepanjang hidup. Penderita diabetes dapat hidup normal apabila dia

(41)

22

penyakit yang rumit, banyak aturan-aturan yang harus dijalankan oleh para

penderita, jika sedikit saja melanggar atau salah melaksanakan aturan-aturan

tersebut maka kemungkinan kadar gula menjadi sangat tinggi atau sebaliknya dan

hal ini sangat berbahaya bagi penderita. Oleh karena itu, ketaatan medis menjadi

sangat penting. Ketaatan medis adalah perilaku seseorang untuk senantiasa

melaksanakan aturan-aturan medis dengan keyakinan tidak menimbulkan

konsekuensi-konsekuensi yang parah. Kondisi penyakit diabetes tergantung pada

individu masing-masing terutama dari segi kepatuhan dan disiplin menaati

aturan-aturan medis seperti disiplin minum obat, diet, olahraga, kontrol gula darah, dan

perawatan kaki.

Para pasien biasanya melakukan komunikasi dengan dokter lewat

konsultasi. Konsultasi dapat memberi dampak positif maupun negatif bagi para

pasien, salah satunya adalah kepuasan konsultasi medis. Kepuasan konsultasi

medis adalah kepuasan pasien terhadap kualitas dan kuantitas informasi yang

mereka terima pada saat konsultasi medis.

Kepuasan konsultasi medis mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

komunikasi. Kepuasan konsultasi medis tergantung dari kepandaian dokter

sebagai komunikator yang memberi informasi kepada pasien. Jika dokter mampu

memberi informasi secara jelas dan mudah dimengerti oleh pasien, maka pasien

akan lebih mudah untuk menjalankan perintah-perintah dokter dan pasien

diharapkan akan lebih taat.

Dokter sebagai pengirim informasi setidaknya harus mempunyai

(42)

berhubungan dengan rasa percaya pasien pada dokter. Kredibilitas-kredibilitas

dokter kurang lebih meliputi etos, patos dan logos. Etos merupakan kemampuan

dokter yang dicirikan oleh inteligensi, karakter dan kemauan baik (goodwill).

Patos merupakan kemampuan dokter yang berkaitan dengan emosi, artinya

bagaimana seorang komunikator/dokter mampu menampilkan daya tarik

emosional yang ada pada diri pasien. Sedangkan logos merupakan kemampuan

dokter yang secara cerdik dan pandai menyampaikan sesuatu secara rasional dan

argumentatif (Liliweri,2007).

Seorang pendengar (pasien) akan mendengarkan dan percaya pada

komunikator yang dinilai mempunyai kredibilitas yang tinggi (Liliweri, 2007).

Kejelasan penyakit, obat dan diagnosa dokter sangat penting karena hal

tersebut dapat membantu pasien untuk lebih mudah mengerti tentang

aturan-aturan medis yang diberlakukan untuk mereka sehingga dalam pelaksanaannya

tidak terjadi kesalahan yang dapat memperburuk kondisi pasien. Selain itu

perasaan pasien juga sangat penting yaitu dalam setiap konsultasi apakah pasien

merasa dihargai, diperhatikan dan didengarkan oleh dokter atau tidak. Jika pasien

merasa senang dengan apa yang dilakukan dokter terhadap diri pasien maka hal

ini akan membawa dampak yang baik yaitu pasien akan lebih termotivasi untuk

selalu menaati nasehat dokter terutama dalam melaksanakan aturan-aturan medis

dan membantu keikutsertaan pasien dalam proses pengobatan di mana pasien mau

untuk bekerjasama dengan dokter yang kemudian akan mempercepat proses

(43)

24

Orang yang puas dengan konsultasi seorang dokter atau pengobatan yang

diterimanya tidak akan mencari bantuan dokter lain. Ketidakpuasan pada seorang

dokter akan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi yang parah seperti

menghindari pelayanan medis sehingga berdampak pada ketidaktaatan pasien

pada aturan medis (Smet, 1994,h.246).

E. Hipotesis

Ada hubungan yang positif antara kepuasan konsultasi medis dan ketaatan

medis. Semakin tinggi kepuasan konsultasi medis maka semakin tinggi ketaatan

medis, semakin rendah kepuasan konsultasi medis maka semakin rendah ketaatan

(44)

Gambar 1. Skema Penelitian

Penderita Diabetes Mellitus Usia Dewasa Madya yang Tidak Puas dengan Konsultasi Medis

- Percaya pada dokter

- Merasa senang karena dihargai, diperhatikan dan didengarkan oleh dokter sehingga termotivasi dalam menghadapi penyakit

- Mendapat informasi yang jelas tentang penyakit, obat dan diagnosa dari dokter

- Tidak percaya pada dokter

- Merasa tidak senang karena kurang dihargai, diperhatikan dan

didengarkan oleh dokter sehingga kurang termotivasi dalam

menghadapi penyakit]

- Kurang mendapat informasi yang jelas dari dokter tentang penyakit, obat dan diagnosa

Kerjasama yang kurang baik dari pasien dalam proses pengobatan, menambah kecemasan dan penderitaan,

penyembuhan yang lebih lama

Tingkat Ketaatan Medis Tinggi Tingkat Ketaatan Medis Rendah Kerjasama yang lebih baik dari pasien

dalam proses pengobatan, mengurangi kecemasan dan penderitaan,

penyembuhan yang lebih cepat

(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional. Penelitian

korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana

sebuah variabel terkait dengan variabel yang lain. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mencari tahu apakah ada hubungan antara kepuasan konsultasi

medis dan ketaatan medis pada penderita Diabetes Mellitus usia dewasa madya.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel merupakan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan

penelitian. Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini ada 2,

yaitu:

1. Variabel bebas : Kepuasan Konsultasi Medis

2. Variabel tergantung : Ketaatan Medis

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional dimaksudkan untuk membatasi arti variabel-variabel

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, sehingga tidak akan terjadi salah

pengertian dalam menginterpretasikan data dari hasil penelitian yang akan

(46)

1. Kepuasan Konsultasi Medis

Kepuasan konsultasi medis adalah perasaan puas atau senang pasien atas

perundingan yang dilakukannya dengan dokter tentang penyebab timbulnya

penyakit dan cara pengobatannya. Konteks yang digunakan meliputi tiga hal

yaitu etos, patos dan logos. Kepuasan konsultasi medis dalam penelitian ini

diungkap dengan menggunakan skala kepuasan konsultasi medis. Semakin

tinggi kepuasan konsultasi medis maka semakin tinggi ketaatan medis.

Sebaliknya, semakin rendah kepuasan konsultasi medis maka semakin rendah

ketaatan medis.

2. Ketaatan Medis

Ketaatan medis adalah perilaku seseorang untuk senantiasa melaksanakan

aturan-aturan medis dengan keyakinan tidak menimbulkan konsekuensi yang

lebih parah bagi diri pasien (penyakit semakin parah). Ketaatan medis

meliputi lima indikator, yaitu disiplin minum obat, diet, olahraga, kontrol gula

darah, dan perawatan kaki. Ketaatan medis diungkap dengan menggunakan

skala ketaatan medis. Semakin tinggi kepuasan konsultasi medis maka

semakin tinggi ketaatan medis. Sebaliknya, semakin rendah kepuasan

konsultasi medis maka semakin rendah ketaatan medis.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pria dan wanita penderita Diabetes Mellitus

(47)

28

dokter tentang penyakit Diabetesnya. Subjek penelitian ini didapatkan dari

pendekatan personal.

Teknik pengambilan sampel (sampling) pada penelitian ini adalah purpose sampling. Purpose sampling adalah pengambilan sampel berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Aswar, 2003).

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode skala Skala mempunyai karakteristik sebagai alat ukur psikologi, yaitu

stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang mengungkap indikator

perilaku dari atribut yang akan diukur. Skala selalu berisikan banyak aitem dan

semua jawaban dalam skala dapat diterima sejauh diberikan secara jujur dan

bersungguh-sungguh (Azwar, 1999). Skala dipilih dalam penelitian ini karena

metode skala sangat populer dalam penelitian, praktis dan jika dirancang dengan

baik pada umumnya memiliki reliabilitas yang memuaskan (Azwar, 1999).

Penelitian ini menggunakan 2 macam skala, yaitu skala kepuasan konsultasi

medis dan skala ketaatan medis.

Sebelum digunakan untuk penelitian maka skala harus terlebih dahulu di

ujicoba. Ujicoba ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui daya beda aitem

dan reliabilitas alat penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Ujicoba

dilakukan dengan cara memberikan skala langsung ke subjek. Masing-masing

subjek mengisi 28 aitem pada skala kepuasan konsultasi medis dan 58 aitem pada

(48)

1. Skala Ketaatan Medis

Skala ketaatan medis digunakan untuk mengukur tingkat ketaatan pada

penderita Diabetes Mellitus usia dewasa madya dalam menaati aturan-aturan

medis. Skala ini disusun berdasarkan indikator-indikator ketaatan medis penderita

Diabetes Mellitus yaitu disiplin minum obat, diet, olahraga, kontrol gula darah,

dan perawatan kaki. Penjelasan kelima indikator tersebut adalah sebagai berikut:

a. Disiplin minum obat, yaitu kemauan pasien untuk minum obat yang

diresepkan dokter secara teratur sesuai dengan aturan pemakaian dan tidak

boleh mencampurnya dengan obat lain tanpa berkonsultasi terlebih dahulu

dengan dokter.

b. Diet, yaitu kemauan pasien untuk melaksanakan peraturan makan atau

peraturan diet yang harus dilaksanakan sehari-hari sesuai dengan kemampuan

tubuh untuk menerima makanan berdasarkan petunjuk dokter.

c. Olahraga, yaitu kemauan pasien untuk melakukan olah tubuh secara teratur

untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh.

d. Kontrol gula darah, yaitu kemauan pasien untuk melakukan cek darah ke

laboratorium.

e. Perawatan kaki, yaitu kemauan pasien untuk selalu memeriksa keadaan kaki

jika terdapat luka dan dapat segera diobati sehingga tidak menimbulkan resiko

yang lebih parah.

Skala disusun berdasarkan skala Likert, dengan empat alternatif jawaban

(49)

30

(STS). Peneliti hanya memberikan 4 pilihan jawaban dan meniadakan jawaban

netral untuk menghindari adanya kecenderungan jawaban netral.

Tabel 1

Subjek yang memberikan respon positif pada pernyataan favorable maka akan mendapat skor yang lebih tinggi daripada respon yang negatif, sedangkan

pada aitem yang bersifat unfavorable respon yang negatif akan mendapat skor yang lebih tinggi daripada respon yang positif.

Tabel 2

Blue Print Skala Ketaatan Medis untuk Uji Coba

Item Indikator

(50)

Tabel 3

Distribusi Aitem Skala Ketaatan Medis untuk Uji Coba Item

No Indikator

Favorable Unfavorable Total 1 Disiplin minum obat 1, 11, 21, 31, 41, 51 6, 16, 26, 36, 46, 55 12

2. Skala Kepuasan Konsultasi Medis

Kepuasan konsultasi medis diukur dengan menggunakan skala kepuasan

konsultasi medis. Aitem-aitem yang akan digunakan untuk mengukur kepuasan

konsultasi medis dibuat berdasarkan pendapat Aristoteles mengenai kemampuan

yang harus dimiliki oleh seorang komunikator. Kemampuan ini terbagi atas 3

bagian yaitu etos, patos, dan logos. Ketiga hal tersebut mempunyai spesifikasi

tersendiri yang kemudian akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan aitem.

Penjelasan 3 hal tersebut adalah:

a. Etos, yaitu karakter seorang komunikator (dokter) yang dicirikan oleh

inteligensi, karakter, dan kemauan baik.

b. Patos, berkaitan dengan emosi, artinya bagaimana seorang komunikator

mampu menampilkan daya tarik emosional

c. Logos, berkaitan dengan kemampuan komunikator yang secara intelek (cerdik

dan pandai) mengatakan sesuatu secara rasional dan argumentatif misalnya

(51)

32

Skala disusun berdasarkan skala Likert, dengan empat alternatif jawaban yaitu

Sangat Puas (SP), Puas (P), Tidak Puas (TP), dan Sangat Tidak Puas (STP).

Peneliti hanya memberikan 4 pilihan jawaban dan meniadakan jawaban netral

untuk menghindari adanya kecenderungan jawaban netral.

Tabel 4

Skor Skala Kepuasan Konsultasi Medis

Jawaban Skor

Blue Print Skala Kepuasan Konsultasi Medis untuk Uji Coba

No Konteks Item Total

Distribusi Aitem Skala Kepuasan Konsultasi Medis untuk Uji Coba

No Konteks Item Total

1 Etos 1, 4, 7, 10, 13, 16, 19, 22 8 2 Patos 2, 5, 8, 11, 14, 17, 20, 23, 26, 28 10 3 Logos 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 25, 27 10

Total aitem 28

F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Validitas dan reliabilitas merupakan tingkatan mutu dari seluruh proses

(52)

dilakukan sebelum suatu alat ukur digunakan dalam suatu penelitian, supaya alat

ukur dapat benar-benar mengukur apa yang diukur dan memiliki ketepatan dalam

mengukur.

1. Uji Validitas

Validasi adalah ukuran yang melihat sejauhmana ketepatan dan

kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsinya. Tujuan

pengujian validitas adalah untuk mengetahui skala psikologi menghasilkan data

yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya ( Aswar, 2003 ).

Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi.

Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes

dengan analisis rasional atau lewat professional judgement.

2. Uji Analisis Item

Uji analisis item digunakan untuk mengetahui seberapa cermat alat ukur

dapat melakukan fungsi ukurnya. Prosedur seleksi item berdasar pada data

empiris. Kualitas item diukur dengan analisis butir menggunakan parameter daya

beda atau daya diskriminasi item. Daya diskriminasi item adalah sejauhmana item

mampu membedakan antara individu yang memiliki dan yang tidak memiliki

atribut yang diukur ( Aswar, 2003 ).

Pengujian daya diskriminasi item dilakukan dengan komputasi koefisien

korelasi antara distribusi skor item dengan kriteria yang relevan. Komputasi ini

menghasilkan koefisien korelasi item total ( rxy ). Syarat yang digunakan untuk

seleksi item adalah jika item-item tersebut menghasilkan korelasi positif dan

(53)

34

3. Uji Reliabilitas

Reliabilitas mengacu pada konsistensi hasil pengukuran, yaitu keajegan

hasil pengukuran skala ( Aswar,2003 ). Skala dianggap reliabel bila skala tersebut

memunculkan hasil yang relatif sama pada subjek yang sama pada satu

kesempatan yang berbeda atau pada kelompok yang berbeda, namun memiliki

karakteristik sama.

Uji reliabilitas penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal

melalui prosedur Alpha Cronbach yang dinyatakan dalam koefisien alpha. Prosedur ini dipilih karena memiliki nilai praktis dan efisiensi yang tinggi.

Prosedur ini hanya didasarkan pada pengukuran satu kali dari sekelompok

individu, sebagian subjek, atau disebut single trial administration ( Aswar,2003 ).

G. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan tujuan untuk menyederhanakan data ke

dalam bentuk yang lebih mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan. Penelitian ini

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian 1. Perizinan

Sebelum melaksanakan ujicoba dan penelitian, peneliti terlebih dahulu meminta surat keterangan penelitian dari Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sebanyak 6 kopi dengan nomor surat

114C/D/KP/Psi/USD/X/2007. surat keterangan penelitian tersebut kemudian

ditujukan kepada para penderita Diabetes Mellitus.

2. Proses Penelitian

Setelah peneliti mendapat surat keterangan penelitian dari Fakultas,

peneliti melakukan ujicoba terlebih dahulu terhadap alat penelitian untuk

mengetahui daya beda dan reliabilitasnya. Ujicoba ini dilaksanakan pada

tanggal 17-29 September 2007.

Hasil ujicoba digunakan untuk memilih aitem-aitem yang layak

untuk digunakan pada skala penelitian yang sesungguhnya. Setelah skala

penelitian jadi, peneliti kemudian melaksanakan penelitian. Penelitian

dilaksanakan pada tanngal 16-30 November 2007. Subjek penelitian adalah

50 orang penderita Diabetes Mellitus dengan spesifikasi 28 pria dan 22

wanita yang masuk dalam kategori usia 40-60 tahun dan pernah

berkonsultasi dengan dokter tentang penyakit Diabetesnya. Subjek penelitian

(55)

36

Tabel 7. Tabulasi Subjek Penelitian

USIA Frekuensi

Penelitian dilakukan dengan cara memberikan skala ke subjek baik

yang dilakukan oleh peneliti sendiri maupun dengan bantuan orang yang

berkompeten (dapat dipercaya). Sebelum peneliti menitipkan skala ke orang

lain untuk diberikan ke subjek, peneliti terlebih dahulu menanyakan apakah

mereka mempunyai relasi dengan subjek penderita Diabetes, barulah

kemudian peneliti menitipkan skala tersebut.

3. Skala Kepuasan Konsultasi Medis

Dari hasil analisis item uji coba diperoleh aitem-aitem yang sahih

dan aitem-aitem yang gugur. Aitem-aitem tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 8

Nomor-nomor Item yang Sahih dan Gugur

Nomor Aitem Keterangan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17,

19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28 Sahih

13 dan 18 Gugur

Hasil seleksi aitem-aitem skala kepuasan konsultasi medis

diperoleh 26 aitem yang sahih dan 2 aitem yang gugur. Aitem-aitem gugur

karena aitem-aitem tersebut tidak memiliki korelasi positif dan signifikan

(56)

Dari hasil uji daya beda item dan reliabilitas diperoleh aitem yang

tersisa dan layak uji sebanyak 26 aitem. Dari 26 aitem tersebut terdapat

satu aitem yang signifikansinya rendah yaitu 0,238 yang berarti aitem

tersebut mempunyai signifikansi di bawah standar 0,25, jadi aitem tersebut

harus dibuang supaya didapatkan hasil penelitian yang lebih maksimal.

Berikut ini adalah blue print skala yang akan digunakan untuk penelitian: Tabel 9

Blue print Skala Kepuasan Konsultasi Medis ( setelah uji coba )

No Konteks Nomor Aitem Total 1 Etos 1, 4, 7, 10, 16, 19, 22 7 2 Patos 2, 5, 8, 11, 14, 17, 20, 23, 26, 28 10 3 Logos 3, 6, 9, 12, 15, 24, 25, 27 8

Total 25

4. Skala Ketaatan Medis

Dari hasil analisis uji coba aitem skala ketaatan medis diperoleh

aitem-aitem sahih dan aitem-aitem gugur sebagai berikut:

Tabel 10

Nomor-nomor Aitem yang Sahih dan Gugur

Nomor Aitem Keterangan

Dari hasil seleksi aitem-aitem skala ketaatan medis diperoleh 53

aitem yang sahih dan 5 aitem yang gugur. Aitem-aitem yang gugur

disebabkan karena aitem-aitem tersebut tidak memiliki korelasi positif dan

(57)

38

Hasil uji daya beda aitem dan reliabilitas diperoleh aitem yang

tersisa dan layak uji sebanyak 53 item. aitem-aitem tersebut kemudian

masih diseleksi untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Proses

seleksi adalah dengan cara membuang aitem yang mempunyai signifikansi

yang paling kecil pada aitem favorable dan aitem unfavorable. Kemudian didapatkan 45 aitem yang lolos seleksi. Berikut ini adalah blue print skala yang digunakan untuk penelitian:

Tabel 11

Blue Print Skala Ketaatan Medis ( setelah uji coba )

Aitem No Indikator

Favorable Unfavorable Total 1 Disiplin minum obat 1, 21, 31, 41 6, 16, 26, 36, 46 9

Hasil uji reliabilitas skala penelitian dengan alpha Cronbach diperoleh koefisien alpha sebesar 0,926 untuk skala kepuasan konsultasi medis (25 aitem) dan 0,939 untuk skala ketaatan medis (45 aitem). Hal ini

berarti aitem-aitem pada kedua skala memuaskan karena nilai koefisien

(58)

2. Uji Asumsi

Uji asumsi dilakukan sebelum melakukan analisis data untuk

menguji hipotesis dengan Pearson Product Moment. Uji asumsi dilakukan untuk memeriksa apakah data yang terkumpul memenuhi syarat untuk

sebuah korelasi. Syarat-syarat pengukuran korelasi adalah memiliki

normalitas sebaran data penelitian dan linearitas hubungan antar variabel

penelitian dari data yang sudah diperoleh.

Uji sebaran data dan uji linearitas dilakukan untuk memeriksa

pemenuhan kedua persyaratan tersebut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi

pengambilan sampel dan distribusi sebaran skor mengikuti distribusi

normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan program SPSS versi 12.0 for windows dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Bila p>0,05 berarti distribusi data penelitian berdistribusi normal,

sebaliknya jika p<0,05 berarti distribusi data yang ada tidak

berdistribusi normal (Tim Penelitian dan Pengembangan Wahana

Komputer,2004).

Hasil analisis didapatkan nilai p=0,804 untuk variabel kepuasan

konsultasi medis, yang berarti probabilitasnya lebih dari taraf

signifikani 5% (0,538) dan p=0,751 untuk variabel ketaatan medis,

(59)

40

Hasil analisis menunjukkan bahwa distribusi kedua variabel, yaitu

kepuasan konsultasi medis dan ketaaatan medis adalah normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk melihat apakah terdapat korelasi yang

linear antara variabel kepuasan konsultasi medis dan ketaatan medis

penderita Diabetes Mellitus usia dewasa madya. Uji linearitas

menggunakan bantuan dari program SPSS versi 12.0 for windows. Bila nilai F>Ftabel berarti distribusi data penelitian berdistribusi normal,

sebaliknya jika F<Ftabel berarti distribusi data yang ada tidak berdistribusi

normal (Trihendradi,2005).

Hasil analisis kedua variabel diperoleh F=16,566 yang berarti lebih

besar dari Ftabel 7,19 (F 16,566>Ftabel 7,19) pada taraf signifikansi 1%.

Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel penelitian

adalah berupa garis lurus atau bersifat linear yang signifikan.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian ini, yaitu

ada hubungan antara kepuasan konsultasi medis dan ketaatan medis pada

penderita Diabetes Mellitus usia dewasa madya. Uji hipotesis dilakukan

dengan menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment melalui program SPSS versi 12.0 for windows.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Alur Pemikiran Penelitian………………………………    25
Gambar 1. Skema Penelitian
Tabel 1 Skor Skala Ketaatan Medis
Tabel 4 Skor Skala Kepuasan Konsultasi Medis
+4

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu celah pada percobaan Young ditutup dengan pelat gelas tipis berindeks bias 1,4 sedangkan celah yang lain ditutup dengan pelat gelas lain dengan tebal yang sama

penelitian ini adalah “ bagaimana kemampuan siswa kelas XI IPA SMA di Kabupaten Nias Barat dalam bidang

Pada keadaan ini, arus yang mengalir dalam dioda sangat kecil sehingga dapat diabaikan (gambar 2.21.b).. Sifat dioda jika diberi

Rektor Liniversitas Negeri Yogyakarta memberikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih, kepada :. Nama : Bambang Sulistyo,

Adobe 7.0 adalah sebagai salah satu software untuk pembuatan grafis yang penggunaannya relatif mudah dimengerti, dan sangat berguna bagi mereka yang bergerak dalam bidang

Hasil penelitian yang didapatkan yaitu (1) pangan khas Lombok diantaranya Ares, Bebalung, Sate Pusut, Cengeh, Pelecing Kangkung dan Ayam Taliwang; (2) aspek keamanan secara umum

Pertumbuhan terkonsentrasi adalah strategi perusahaan yang mengarahkan sumber dayanya untuk mencapai pertumbuhan yang menguntungkan hanya pada satu produk,

Oleh karena itu biobriket pada AT 1 dikategorikan sangat baik sehingga terbukti bahwa semakin rendah kompo- sisi suatu bahan perekat maka kualitas briket yang