• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan siswa kelas XI IPA SMA Kabupaten Nias Barat Dalam bidang fisika.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kemampuan siswa kelas XI IPA SMA Kabupaten Nias Barat Dalam bidang fisika."

Copied!
199
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Felegi Daeli. 2016. Kemampuan Siswa Kelas XI IPA SMA Kabupaten Nias Barat

Dalam Bidang Fisika. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika,

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa kelas

XI SMA di Kabupaten Nias Barat, Sumatera Utara dalam bidang Fisika.

Subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPA se Kabupaten Nias Barat

dengan jumlah 506 orang. Pengukuran dilakukan dengan tes pilihan ganda.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa secara umum kemampuan siswa

SMA di kabupaten Nias Barat sangat rendah. Hal ini terlihat dari skor

kemampuan siswa hanya 26.40% dengan kategori sangat rendah. Skor pada

tingkat mengingat 29.40%, tingkat memahami 24.29%, tingkat menerapkan

25.30%, dan tingkat menganalisis 26.85% dengan kategori masing-masing

tingkat berada pada kategori tidak baik. Siswa mempunyai skor pada bidang

Fisika yaitu bidang Mekanika 27.4%, Optika 23.5%, Termofisika 27.4%,

dan Kelistrikan 25.8% dengan kategori tiap bidang tersebut yaitu kategori

sangat rendah.

(2)

ABSTRACT

Felegi Daeli. 2016. The Physics Mastery of Year 11 High School Students Of The

District West Nias. Thesis. Physics Education Study Program,

Departmen of Mathematics and Natural Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University. Yogyakarta.

The research was aiming at the assessing the physics mastery of year

11 high school students of the district West Nias, North Sumatera. The

numbered the students was 506 students. The results revealed that the

average score was 26.40% which was classified as very low. The highest

average score was in the area of Mechanics and Thermophysics that reach

27.40%, meanwhile the lowest average score was in the area of Optics

which reach only 23.50%.

(3)

KEMAMPUAN SISWA KELAS XI IPA SMA

KABUPATEN NIAS BARAT DALAM BIDANG

FISIKA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh: Felegi Daeli NIM: 121424038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

KEMAMPUAN SISWA KELAS XI IPA SMA

KABUPATEN NIAS BARAT DALAM BIDANG

FISIKA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh: Felegi Daeli NIM: 121424038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

ABSTRAK

Felegi Daeli. 2016. Kemampuan Siswa Kelas XI IPA SMA Kabupaten Nias Barat

Dalam Bidang Fisika. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika,

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa kelas

XI SMA di Kabupaten Nias Barat, Sumatera Utara dalam bidang Fisika.

Subyek penelitian adalah siswa kelas XI IPA se Kabupaten Nias Barat

dengan jumlah 506 orang. Pengukuran dilakukan dengan tes pilihan ganda.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa secara umum kemampuan siswa

SMA di kabupaten Nias Barat sangat rendah. Hal ini terlihat dari skor

kemampuan siswa hanya 26.40% dengan kategori sangat rendah. Skor pada

tingkat mengingat 29.40%, tingkat memahami 24.29%, tingkat menerapkan

25.30%, dan tingkat menganalisis 26.85% dengan kategori masing-masing

tingkat berada pada kategori tidak baik. Siswa mempunyai skor pada bidang

Fisika yaitu bidang Mekanika 27.4%, Optika 23.5%, Termofisika 27.4%,

dan Kelistrikan 25.8% dengan kategori tiap bidang tersebut yaitu kategori

sangat rendah.

(11)

ABSTRACT

Felegi Daeli. 2016. The Physics Mastery of Year 11 High School Students Of The

District West Nias. Thesis. Physics Education Study Program,

Departmen of Mathematics and Natural Science, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University. Yogyakarta.

The research was aiming at the assessing the physics mastery of year

11 high school students of the district West Nias, North Sumatera. The

numbered the students was 506 students. The results revealed that the

average score was 26.40% which was classified as very low. The highest

average score was in the area of Mechanics and Thermophysics that reach

27.40%, meanwhile the lowest average score was in the area of Optics

which reach only 23.50%.

(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang melimpahkan berkat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“KEMAMPUAN SISWA KELAS XI IPA SMA KABUPATEN NIAS BARAT

DALAM BIDANG FISIKA”, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan dan kesulitan yang timbul dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini, namun dapat terselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. dan Ibu Ir. Sri Agustini Sulandari,

M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi atas bimbingan dan pengarahan

selama penelitian sampai penulisan skripsi ini.

2. Bapak Ign. Edi Santosa, M.S. selaku Kaprodi Pendidikan Fisika yang telah

memberikan izin dalam segala kepentingan.

3. Para Dosen Prodi Pendidikan Fisika yang telah memberikan bekal

pengetahuan kepada penulis.

4. Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Barat atas pemberian ijin

kepada peneliti untuk melakukan penelitian diseluruh SMA di Kabupaten

Nias Barat.

5. Bapak/Ibu Kepala SMA dan Guru pengampu mata pelajaran Fisika atas

bantuan dan dukungannya.

6. Siswa kelas XI IPA SMA se Kabupaten Nias Barat yang telah meluangkan

waktu dalam proses pengambilan data.

7. Ayahanda Yafeti Daeli, Ibunda Isani Zebua, adik Ridho Juniarto Daeli,

Fatilina Daeli, dan Seal Tiel Daeli yang telah memberikan motivasi, nasihat,

dukungan dan doa.

8. Fajrin Saratisa Hia yang telah memberikan motivasi, saran, dukungan dan

doanya.

9. Tim kelompok skripsi Rati Hia, Frans Lahagu dan Sefin Gulo atas bantuan

(13)

10.Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2012 yang telah memberikan

dukungan dan motivasi bagi penulis.

11.Serta semua pihak yang telah membantu dan memberikan ide dalam proses

penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyelesaian

skripsi ini sehingga segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

diharapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan.

Yogyakarta, 27 Juli 2016

(14)

DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN JUDUL……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………...……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN……… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………. iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA.. vi

ABSTRAK………. vii

D. Tujuan Penelitian……… 4

E. Manfaat Penelitian ………. 4

BAB II LANDASAN TEORI………... 5

A. Kemampuan Berdasarkan Hakekat Fisika…….….….…... 5

B. Tujuan Pembelarajan ….….….….….….….….….….…… 6

C. Evaluasi Pembelajaran……… 9

D. Materi Fisika….….….….….….….….….….….….….….. 11

E. Kabupaten Nias Barat….….….….….….….….….….…... 12

BAB III METODE PENELITIAN….….….….….….….….….….…... 17

A. Jenis Penelitian ….….….….….….….….….….….….…... 17

(15)

D. Variabel Penelitian ….….….….….….….….….….….…. 18

E. Instrumen Penelitian….….….….….….….….….….….… 18

F. Validitas Instrumen………... 19

G. Metode Analisis Data….….….….….….….….….….…… 19

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ….….….…… 21

A. Pelaksanaan Penelititian ….….….….….….….….….…… 21

B. Data, Analisis Data dan Pembahasan ….….….….….…… 23

1. Deskripsi data secara umum….….….….….….….….. 23

2. Kemampuan siswa berdasarkan tingkatan/level dalam

aspek kognitif….….….……… 25

3. Kemampuan siswa perbidang dalam Fisika….….….. 31

4. Kemampuan siswa persekolah…...….….….….….…. 34

BAB V PENUTUP….….….….….….….….….….….….….….….…. 38

A. Kesimpulan ….….….….….….….….….….….….….…... 38

B. Saran ….….….….….….….….….….….….….….….…... 39

DAFTAR PUSTAKA….….….….….….….….….….….….….….….…. 40

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah sekolah yang tersebar pada setiap kecamatan di

Kabupaten Nias Barat ……….. 13

Tabel 2. Jumlah guru yang tersebar pada setiap kecamatan di Kabupaten Nias Barat ……….. 14

Tabel 3. Jumlah siswa SMA dan SMK yang tersebar pada setiap kecamatan di Kabupaten Nias Barat ………... 15

Tabel 4. Daftar nama sekolah di setiap kecamatan ………... 15

Tabel 5. Daftar nama sekolah di kabupaten Nias Barat ……… 17

Tabel 6. Kisi-kisi soal berdasarkan bidang-bidang dalam fisika …….. 19

Tabel 7. Penskoran berdasarkan butir soal ……… 20

Tabel 8. Pengkategorian skor ………. 20

Tabel 9. Jadwal pelaksanaan penelitian disetiap sekolah... 21

Tabel 10. Deskripsi Data Secara Keseluruhan……….. 23

Tabel 11. Distribusi Frekuensi dan Mean Pada Setiap Kategori……….. 24

Tabel 12. Rata-rata Skor (%) Tiap Tingkatan Pada Aspek Kognitif……. 25

Tabel 13. Distribusi Mean Tiap Bidang Fisika………. 31

Tabel 14. Distribusi Skor Setiap Sekolah………. 34

Tabel 15. Distribusi skor yang diperoleh sekolah dalam tiap level…….. 35

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Kabupaten Nias Barat………... 13

Gambar 2. Grafik hubungan antara jumlah siswa terhadap persentase

skor……… 24

Gambar 3. Grafik hubungan antara persentase skor terhadap

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Penelitian……… 42

Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Penelitian……… 52

Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian dari Dinas Pendidikan……… 53

Lampiran 4. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian……… 54

Lampiran 5. Berita Acara dan Daftar Hadir Siswa……….. 65

Lampiran 6. Distribusi Jawaban Siswa……… 115

Lampiran 7. Distribusi Skor Siswa……….. 137

Lampiran 8. Distribusi Skor Pada Pilihan Jawaban Siswa……….. 159

Lampiran 9. Analisis Skor Pada Masing-masing Level dalam Aspek Kognitif……… 160

Lampiran 10. Skor pada setiap butir soal……… 165

Lampiran 11. Lembar Jawaban Siswa………..……….. 166

Lampiran 12. Distribusi Skor Pada Setiap Bidang Dalam Fisika………… 180

(19)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Proses belajar mengajar mempunyai tujuan pembelajaran yang harus

dicapai. Tujuan pembelajaran pada masing-masing mata pelajaran

berbeda-beda. Dalam mata pelajaran Fisika, tujuan yang ingin dicapai salah satunya

untuk menguasai konsep dan prinsip Fisika serta memupuk sikap ilmiah.

Konsep dan prinsip Fisika ini diperoleh dari gejala-gejala fisik yang terjadi pada

alam. Oleh karena itu, Fisika merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala

fisik dari alam.

Belajar ilmu Fisika merupakan hal yang menyenangkan karena

mempelajari fenomena yang ada disekitar kita. Fenomena ini merupakan hal

yang tidak asing tetapi sering dijumpai bahkan sering dilakukan setiap hari.

Pada kenyataannya, siswa mempunyai anggapan bahwa Fisika merupakan mata

pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Ada berbagai alasan yang diungkapkan

oleh siswa salah satunya yaitu bahwa Fisika itu merupakan mata pelajaran yang

isinya rumus-rumus yang memang sulit dipahami. Pandangan ini membuat

motivasi dan minat siswa untuk belajar Fisika menurun.

Kemampuan siswa dalam mempelajari Fisika sangat dipengaruhi oleh

motivasi dan minat siswa itu sendiri dalam belajar Fisika. Disamping itu, masih

banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa antara lain guru

pengampu, sarana dan prasarana, dan faktor-faktor yang lain. Guru banyak

mempunyai peran untuk menanamkan minat dan motivasi pada siswa untuk

(20)

Guru hanya mendampingi supaya siswanya aktif dan sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai. Selama ini, siswa telah mengandalkan

gurunya sebagai satu-satunya sumber untuk belajar. Maka siswa hanya

menunggu materi yang diberikan oleh guru. Kebiasaan ini akan berakibat

langsung pada kemampuan siswa dalam menguasai materi Fisika yang

dipelajarinya.

Kemampuan yang dimiliki oleh siswa pada masing-masing daerah

berbeda-beda. Hal ini dapat ditunjukkan dengan survei tentang kualitas

pendidikan yang dimiliki oleh setiap daerah. Pada tahun ini, kota yang memiliki

tingkat atau kualitas pendidikan yang tinggi dipegang oleh kota Yogyakarta.

Hal ini merupakan kebanggaan pada masing-masing daerah. Kota atau daerah

yang masih belum mencapai kualitas yang baik juga saling bersaing untuk

membenahi pendidikan pada daerahnya. Langkah awal yang ditempuh untuk

membenahi masalah pendidikan tersebut dengan mengetahui tingkat

kemampuan para siswanya. Tingkat kemampuan ini dilihat pada

masing-masing bidang, misalnya pada bidang Matematika, Fisika, Bahasa Indonesia,

dan lain sebagainya.

Kabupaten Nias Barat merupakan kabupaten yang baru terbentuk dari

kabupaten Nias. Kualitas pendidikan di kabupaten ini sangat rendah hal ini

dikarenakan kurangnya tenaga pengajar. Tenaga pengajar yang dimaksud

adalah tenaga pengajar yang profesional pada bidangnya. Dari hasil observasi

pada tahun 2015, SMA di kabupaten Nias Barat sangat kekurangan tenaga

(21)

sudah tercatat sebagai guru PNS atau GKD (Guru Kontrak Daerah) adalah 10

orang yang tersebar pada 12 sekolah. Selain itu juga, fasilitas penunjang proses

pembelajaran yang ada tiap sekolah sangat minim. Dalam penelitian ini, peneliti

berminat untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang Fisika.

Kemampuan siswa yang ingin diukur yaitu siswa SMA di kabupaten Nias Barat.

Peneliti memilih kabupaten Nias Barat sebagai tempat penelitian karena

peneliti ingin melihat sejauh mana tingkat pengetahuan Fisika siswa SMA

diseluruh kabupaten Nias Barat. Peneliti juga merupakan anak daerah yang

melanjutkan studi di Yogyakarta dengan harapan bahwa setelah menyelesaikan

program S1 Pendidikan Fisika di Universitas Sanata Dharma, peneliti kembali

ke Nias Barat untuk mengabdi sebagai seorang guru Fisika. Hasil dari penelitian

ini dapat digunakan sebagai bahan untuk melihat dimana letak kekurangan

siswa dalam mata pelajaran Fisika.

Penelitian ini dilakukan bersama dengan peneliti lain yang mengambil

sampel yang sama dengan peneliti atau dilakukan dengan tim. Anggota tim

yaitu 4 orang dengan topik penelitian yang berbeda-beda sehingga instrumen

yang digunakan digabungkan menjadi sebuah buku kecil atau booklet. Tujuan

penelitian ini dilakukan dengan tim yaitu untuk mempermudah dalam

pengambilan data setiap siswa yang tersebar diseluruh SMA di kabupaten Nias

Barat.

Oleh karena itu, peneliti ingin mengukur tingkat kemampuan siswa

(22)

B. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian masalah diatas maka dalam penelitian ini dilakukan

pembatasan masalah yaitu penelian ini hanya membahas tentang kemampuan

siswa dalam aspek kognitif.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “bagaimana kemampuan siswa kelas XI IPA SMA di

Kabupaten Nias Barat dalam bidang Fisika?”.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan siswa

kelas XI IPA SMA di Kabupaten Nias Barat dalam bidang Fisika.

E. Manfaat Penelitian

Dengan terlaksananya penelitian ini maka akan mempunyai beberapa

manfaat, yaitu :

1. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman dan memperluas pengetahuan dalam bidang

pengukuran tingkat kemampuan siswa dalam bidang Fisika.

2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Nias Barat

Sebagai tolak ukur untuk mengadakan evaluasi terhadap tingkat pendidikan

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kemampuan Berdasarkan Hakikat Fisika

Kemampuan merupakan kecakapan, kepandaian, atau kepiawaian yang

dimiliki seseorang. Dalam dunia pendidikan, kemampuan atau kecakapan sering

kali dilihat pada prestasi yang dimiliki oleh seorang siswa. Prestasi ini merupakan

hasil belajar siswa setelah mempelajari berbagai mata pelajaran. Pada penelitian ini,

kemampuan yang dibahas yaitu kemampuan siswa dalam bidang Fisika.

Kemampuan dalam bidang Fisika atau sains tidak lepas dengan hakekat sains itu

sendiri.

Berdasarkan hakekatnya sains mempunyai tiga aspek yaitu aspek produk,

aspek proses, dan aspek sikap. Aspek produk dalam sains diterapkan pada

prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori yang didalamnya merupakan hasil rekaan

manusia. Hasil rekaan ini yang nantinya digunakan untuk menjelaskan dan

memahami alam dan berbagai fenomena yang ada didalamnya. Melalui prinsip,

hukum, dan teori yang dirumuskan mampu menjelaskan fenomena yang terjadi,

memprediksi peristiwa yang akan terjadi dan dapat diuji dengan eksperimen yang

berkaitan (Carin & Sund. 1998:4). Hal itu merupakan tujuan yang harus dicapai

dalam aspek produk.

Aspek proses pada sains merupakan metode diperolehnya pengetahuan

yang berupa prinsip, hukum, dan teori. Metode ini merupakan metode keilmuan

yang terus dikembangkan berdasarkan hasil atau metode sebelumnya. Metode

(24)

perumusan masalah, pengamatan dan pengumpulan data yang relevan, penyusunan

atau klasifikasi data, perumusan hipotesis, deduksi dan hipotesis, serta mengadakan

tes atau pengujian kebenaran hipotesis. Dari kerangka tersebut maka aktivitas yang

dilakukan oleh seorang peneliti yaitu melakukan observasi, mengukur,

memprediksi, mengklasifikasi, membandingkan, menyimpulkan, merumuskan

hipotesis, melakukan eksperimen, menganalisis data, membuat laporan, dan

mengkomunikasikan hasil yang diperoleh (Sarkim : Humaniora dalam Pendidikan

Sains).

Berdasarkan proses yang dicapai untuk mendapatkan produk dalam sains

maka membentuk sikap keilmuan. Sikap keilmuan ini merupakan salah satu aspek

dalam sains yaitu aspek sikap. Aspek ini merupakan hasil dari proses yang dilalui

oleh seorang ilmuan. Aspek sikap adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai

yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuan ketika mengembangkan

pengetahuan baru. Nilai-nilai ini diantaranya adalah tanggung jawab, rasa ingin

tahu, disiplin, tekun, dan terbuka terhadap pendapat orang lain (Sarkim :

Humaniora dalam Pendidikan Sains).

B. Tujuan Pembelajaran

Menurut Sanjaya (2008:125), tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional

merupakan kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah mempelajari bahasan

tertentu. Menurut Bloom (dalam Sanjaya, 2008:125-130), tujuan pembelajaran

yang harus dirumuskan terbagi dalam tiga domain, yaitu domain kognitif

(25)

adalah tujuan pembelajaran dalam bidang kemampuan intelektual atau kemampuan

berpikir. Domain kognitif menurut Bloom terdiri dari 6 tingkatan, yaitu:

pengetahuan, pemahaman, aplikasi/penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Pengetahuan merupakan tingkatan paling rendah dalam tujuan kognitif.

Pada tingkatan ini, siswa mampu mengingat informasi yang sudah dipalajarinya.

Kemampuan ini kebanyakan dicapai dengan menghafalkan teks atau rumus yang

telah diberikan. Misalnya, siswa mampu menyebutkan bunyi hukum Newton I,

mampu menyebutkan rumus kecepatan, dan lain sebagainya. Tingkatan ini sangat

penting untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang lebih tinggi.

Pemahaman merupakan tingkatan yang bukan hanya mengingat fakta.

Kemampuan yang dicapai pada tingkatan ini yaitu kemampuan menjelaskan,

menafsirkan atau kemampuan menangkap makna atau arti suatu konsep. Misalnya,

siswa mampu menjelaskan transfer panas secara konveksi. Pemahaman untuk

menafsirkan sesuatu, contohnya yaitu menjelaskan grafik kecepatan terhadap

perpindahan posisi.

Aplikasi/penerapan merupakan tujuan kognitif yang berhubungan dengan

kemampuan menerapkan suatu bahan pelajaran yang sudah dipelajari. Pada tujuan

ini siswa mampu menerapkan teori-teori, hukum-hukum, konsep-konsep yang telah

dipelajari ke dalam situasi baru. Kemampuan yang dicapai siswa pada kemampuan

penerapan ini, misalnya siswa mampu memecahkan persoalan dengan

menggunakan hukum-hukum, konsep-konsep, teori-teori yang ada pada Fisika.

Kemampuan tercapai jika didukung oleh kemampuan mengingat dan memahami

(26)

Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan atau memecah suatu bahan

pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antar bahan

tersebut (Sanjaya, 2008:127). Tujuan kognitif ini merupakan tujuan pembelajaran

yang kompleks dan hanya mungkin dipahami dan dikuasai oleh siswa yang telah

menguasai kemampuan memahami dan menerapkan. Tingkatan ini digunakan

untuk pencapaian tujuan pembelajaran tingkat atas.

Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian ke dalam

suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan tema, melihat hubungan

abstrak dari berbagai informasi yang tersedia. Sintesis merupakan kebalikan dari

analisis. Analisis mampu menguraikan menjadi bagian-bagian, sedangkan sistesis

adalah kemampuan untuk menyatukan unsur atau bagian-bagian menjadi sesuatu

yang utuh. Kemampuan menganalisis dan sintesis merupakan kemampuan dasar

untuk mengembangkan atau menciptakan inovasi dan kreasi baru (Sanjaya,

2008:127).

Evaluasi merupakan tujuan kognitif yang paling tinggi. Tujuan ini

merupakan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu. Penilaian ini diambil

berdasarkan maksud dan kriteria tertentu. Tujuan ini juga merupakan kemampuan

untuk memberikan suatu keputusan dengan berbagai pertimbangan dan

ukuran-ukuran tertentu. Misalnya, memberikan keputusan bahwa sesuatu yang diamati itu

baik, buruk, menguntungkan, merugikan, dan lain sebagainya. Kemampuan ini

diperoleh ketika kemampuan sebelumnya dipenuhi.

Tingkatan-tingkatan tujuan pembelajaran pada domain kognitif ini saling

(27)

tingkatan selanjutnya. Tingkatan pengetahuan, pemahaman, dan merapkan

merupakan tujuan kognitif tingkat rendah. Artinya, pada tingkatan ini siswa hanya

mampu mengingat, mengungkapkan apa yang diingatnya dan menerapkannya

sesuai dengan aturan-aturan tertentu yang sifatnya pasti. Tingkatan analisis,

sintesis, dan evaluasi merupakan tujuan kognitif tingkat tinggi. Dikatakan tujuan

kognitif tingkat tinggi karena kemampuan pada tingkatan ini siswa bukan hanya

mampu mengingat atau mampu menerapkan. Tetapi siswa mempunyai kemampuan

berkreasi dan kemampuan mencipta (Sanjaya, 2008:128).

Berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan taksonomi Bloom

mengalami revisi dengan memasukkan unsur metakognitif sebagai tingkatan

tertinggi dari domain kognitif. Tingkatan ini dinamakan sebagai mencipta (create)

yang menggantikan posisi evaluasi dengan menghilangkan sistesis. Semua

tingkatan dalam domain kognitif yang asalnya kata benda diubah menjadi kata

kerja. Misalnya, pengetahuan (knowledge) diubah menjadi mengingat

(remembering). Oleh karena itu, tingkatan dalam domain kognitif berdasarkan hasil

revisi tersebut adalah tingkatan paling rendah mengingat, memahami, menerapkan,

menganalisis, mengevaluasi, dan tingkatan paling tinggi mencipta (Krathwohl,

D.R. 2002).

C. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran merupakan proses yang ditempuh untuk pemberian

makna atau ketetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan

(28)

merupakan batas kriteria minimal. Kriteria yang telah ditetapkan sebelum

pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan Penilaian Acuan Patokan (PAP)

atau Penilaian Acuan Kriteria (PAK). Kriteria yang ditentukan setelah kegiatan

pengukuran dilakukan dan berdasarkan pada keadaan kelompok atau bersifat

relative disebut Penilaian Acuan Norma (PAN) atau Penilaian Acuan Relatif

(PAR).

Menurut Sudijono (2011:5-9), evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk

menilai sesuatu yang mencakup dua kegiatan yaitu pengukuran dan penilaian.

Untuk dapat menentukan nilai maka dilakukan pengukuran dan wujud dari

pengukuran tersebut adalah pengujian atau dalam istilah pembelajaran yaitu tes.

Fungsi evaluasi pembelajaran secara pokok yaitu (1) mengukur kemajuan

pembelajaran, (2) menunjang penyusunan rencana pembelajaran, dan (3)

memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali dalam proses pembelajaran.

Gronlund & Linn (Kusaeri & Suprananto, 2012:10-11), evaluasi

pembelajaran digolongkan dalam 4 kelompok yaitu:

1. Evaluasi penempatan (placement evaluation) yaitu untuk menentukan

kemampuan siswa di awal pembelajaran.

2. Evaluasi formatif (formatif evaluation) yaitu untuk memantau kemajuan

belajar selama pembelajaran.

3. Evaluasi diagnostik (diagnostic evaluation) yaitu untuk mendiagnosis

(29)

4. Evaluasi sumatif (summative evaluation) yaitu untuk mengevaluasi

prestasi siswa di akhir pembelajaran yang didesain untuk menentukan

seberapa jauh tujuan pembelajaran telah tercapai.

D. Materi Fisika

Fisika merupakan mata pelajaran yang wajib diikuti oleh siswa Sekolah

Menengah Atas (SMA). Berdasarkan kurikulum, materi Fisika yang diberikan

untuk dipelajari oleh siswa dibagi-bagi pada tiap tingkatan kelas. Pembagian ini

tentu berdasarkan tingkat kesulitan dari materi tersebut. Materi yang diberikan pada

kelas X merupakan materi-materi dasar dalam Fisika sedangkan pada kelas XI

merupakan materi lanjutan dari materi yang telah diberikan pada kelas X.

(30)

b. Hukum Newton tentang Gerak

c. Usaha dan Energi

d. Elastisitas

e. Momentum dan Impuls

Materi Fisika diatas digolongkan kedalam empat bidang yaitu bidang

Mekanika, bidang Termofisika, bidang Optika, dan bidang Kelistrikan.

E. Kabupaten Nias Barat

Kabupaten Nias Barat merupakan salah satu kabupaten di propinsi

Sumatera Utara, Indonesia yang berdiri pada tanggal 26 Mei 2009.Berdasarkan UU

Nomor 46 Tahun 2008, luas wilayah Kabupaten Nias Barat adalah 544,09 Km2

yang terdiri dari 8 Kecamatan dan 110 Desa dengan ibukota terletak di Kecamatan

Lahomi. Kabupaten Nias Barat berbatasan dengan (www.niasbaratkab.go.id) :

1. Sebelah Utara dengan Kecamatan Tugala Oyo Kabupaten Nias Utara.

2. Sebelah Selatan dengan Kecamatan Lolowau Kabupaten Nias Selatan.

3. Sebelah Timur dengan Kecamatan Botomuzoi, Kecamatan Hiliserangkai,

Kecamatan Gido, dan Kecamatan Mau Kabupaten Nias.

4. Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

Batas-batas wilayah Kabupaten Nias Barat tersebut diatas dapat dilihat pada

(31)

Gambar 1. Peta Kabupaten Nias Barat (sumber: Bappeda Nias Barat)

Berdasarkan data pada tahun 2015 dari Dinas Pendidikan Kabupaten Nias

Barat, jumlah sekolah yang tersebar diberbagai tingkat pendidikan mulai dari SD,

SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK diseluruh Kabupaten Nias Barat dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 1. Jumlah sekolah yang tersebar pada setiap kecamatan di Kab. Nias Barat

No Kecamatan Jumlah Total

SD SMP/MTS SMA/MA SMK

1 Lahomi 14 3 1 2 20

2 Lolofitu Moi 10 4 2 1 17

3 Mandrehe 17 8 3 2 30

4 Mandrehe Barat 11 3 - 2 16

5 Mandrehe Utara 14 5 2 2 23

(32)

No Kecamatan Jumlah Total

SD SMP/MTS SMA/MA SMK

7 Sirombu 15 6 2 - 23

8 Ulu Moro’o 8 3 1 1 13

Jumlah 103 38 12 11 164

Jumlah guru yang tersebar dalam berbagai tingkat pendidikan mulai dari

SD, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK pada setiap kecamatan di Kabupaten Nias

Barat dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Jumlah guru yang tersebar pada setiap kecamatan di Kab. Nias Barat

(33)

Tabel 3. Jumlah siswa SMA dan SMK pada setiap kecamatan di Kab. Nias Barat

No Kecamatan Jumlah Siswa

Laki-laki Perempuan Total

1 Lahomi 340 308 648

Kabupaten ini mempunyai 12 Sekolah Menengah Atas (SMA) baik negeri

maupun swasta yang tersebar pada 7 kecamatan. Daftar Sekolah Menengah Atas

(SMA) yang tersebar pada 7 kecamatan tersebut dapat dilihat pada tabel 4 berikut :

Tabel 4. Daftar nama sekolah di setiap kecamatan

Kecamatan Nama Sekolah

Sirombu SMAN 1 Sirombu SMAS Kristen Arastamar

Lolofitu Moi SMAN 1 Lolofitu Moi SMAN 2 Lolofitu Moi

(34)

Masing-masing sekolah diatas berada dibawah naungan Dinas Pendidikan

kabupaten Nias Barat. Oleh karena itu, sekolah-sekolah ini mengikuti peraturan

kurikulum yang berlaku. Sampai saat ini kurikulum yang digunakan oleh

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian secara kuantitatif. Penelitian kuantitatif

yaitu desain penelitian yang menggunakan data berupa skor atau angka-angka

dan kemudian dianalisis menggunakan statistik. Desain penelitian yang

digunakan adalah riset survey cross-sectional. Survey cross-sectional yaitu

mengumpulkan informasi dari suatu sampel yang telah diambil dari populasi,

yang telah ditentukan sebelumnya. Informasi dikumpulkan pada satu waktu

tertentu (Suparno 2010:150).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian dilaksanakan di SMA se-Kabupaten Nias Barat. Nama-nama

sekolah yang dijadikan tempat penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Daftar nama sekolah di kabupaten Nias Barat.

Kecamatan Nama Sekolah

Sirombu SMAN 1 Sirombu SMAS Kristen Arastamar

Lolofitu Moi SMAN 1 Lolofitu Moi SMAN 2 Lolofitu Moi

(36)

Kecamatan Nama Sekolah

Mandrehe Utara SMAN 1 Mandrehe Utara SMAS Permata

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2015/2016 semester genap

yaitu pada bulan Februari 2016.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Pada penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas XI

IPA SMA di kabupaten Nias Barat. Sampel pada penelitian ini adalah sama dengan

populasi. Dimana seluruh siswa kelas XI IPA SMA di kabupaten Nias Barat

digunakan sebagai sampel.

D. Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam bidang Fisika.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah soal tes pilihan ganda.

Soal-soal dibuat berdasarkan materi Fisika yang telah dipelajari siswa dari kelas X

(37)

dipelajari siswa disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di sekolah yaitu

kurikulum 2006 (KTSP).

Tabel 6. Kisi-kisi soal berdasarkan bidang-bidang dalam fisika. Aspek kognitif

Butir Soal

Mekanika Termofisika Optika Kelistrikan

Level mengingat 1,5,10,14 25 18,22 29

Level memahami 2,6,7,8,15 26 19,20,21 31

Level menerapkan 3,9,11,16 27 23 30

Level menganalisis 4,,12,13,17 28 24 32

Soal-soal yang digunakan sebagai instrumen merupakan soal pilihan

berganda. Soal-soal ini diambil dari buku Seri Pendalaman Materi Fisika untuk

SMA/MA. Instrumen penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

F. Validitas Instrumen

Jenis validitas instrumen yang dilakukan adalah validitas isi. Validitas ini

dilakukan oleh dua orang dosen Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.

G. Metode Analisis Data

Untuk memberikan skor pada masing-masing soal yang dijawab benar dan

(38)

Tabel 7. Penskoran berdasarkan butir soal

Soal yang dijawab benar oleh siswa diberikan skor satu (1) dan jika salah

diberikan skor nol (0). Pemberian skor ini dituliskan pada kolom nomor soal yang

telah tersedia pada masing-masing level kognitif. Untuk melihat kemampuan siswa

berdasarkan level kognitif yaitu dengan menjumlahkan skor yang dijawab benar

pada masing-masing level kognitif.

Skor yang diperoleh setiap responden merupakan persentase jawaban yang

benar dari jumlah kesuluruhan soal yang diberikan. Skor ini kemudian

dikategorikan menjadi 5 yaitu, A (sangat tinggi), B (tinggi), C (cukup), D (rendah),

dan E (sangat rendah) dengan masing-masing interval skor berdasarkan PAP tipe II

(Masidjo, 1995).

Tabel 8. Pengkategorian skor

No Kategori Interval Skor (%) Keterangan

1 A 81 -100 Sangat Tinggi

2 B 66 - 80 Tinggi

3 C 56 - 65 Cukup

4 D 46 - 55 Rendah

(39)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XI IPA

seluruh Kabupaten Nias Barat yaitu pada tanggal 9 – 25 Februari 2016. Sebelum

melakukan pengambilan data, peneliti memberikan surat permohonan ijin

penelitian di Kabupaten Nias Barat. Setelah diberikan ijin dari dinas pendidikan

kabupaten Nias Barat kepada peneliti maka peneliti mengunjungi sekolah untuk

pengambilan data. Surat permohonan ijin penelitian dan surat ijin penelitian dari

Dinas Pendidikan Nias Barat dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3.

Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan soal-soal Fisika pada

siswa kelas XI tiap SMA yang ada di Kabupaten Nias Barat. Untuk memberikan

soal kepada siswa terlebih dahulu melakukan kunjungan di sekolah dengan tujuan

menegosiasi jam yang akan digunakan pada saat penelitian. Surat keterangan

pelaksanaan penelitian dari sekolah dapat dilihat pada Lampiran 4.

Tabel 9. Jadwal pelaksanaan penelitian disetiap sekolah

No. Nama Sekolah Waktu Pelaksanaan Penelitian

1 SMAN 1 Mandrehe 10, 12 Februari 2016

2 SMAS BNKP Karamel 10, 13 Februari 2016

3 SMAS Kristen Arastamar 12 Februari 2016

4 SMAN 1 Ulu Moro'o 13 Februari 2016

5 SMAN 2 Mandrehe 13 Februari 2016

(40)

No. Nama Sekolah Waktu Pelaksanaan Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian diatas merupakan waktu pengambilan data

atau pemberian soal-soal kepada siswa. Dari waktu tersebut terlihat bahwa ada

beberapa pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal yang sama. Tetapi

pelaksanaan penelitian tersebut dilaksanakan pada jam yang berbeda karena ada

beberapa sekolah yang masuk pada sore hari.

Dalam pengambilan data pada masing-masing sekolah dilakukan dalam tim

dengan jumlah anggota 4 orang yaitu peneliti sendiri, Fajrin Saratisa Hia,

Fransiskus Trisudieli Lahagu, dan Yosefin Sulistyawantic Gulo. Masing-masing

anggota tim mempunyai topik penelitian yang berbeda-beda. Untuk mempermudah

dalam pengambilan data maka dilakukan secara serentak artinya siswa mengisi

instrumen dari keempat peneliti secara bersamaan. Oleh karena itu, instrumen yang

digunakan oleh keempat peneliti disatukan ke dalam buku kecil/booklet.

Penelitian dilakukan dalam tim sangat membantu untuk menyebarkan

kuisioner di 11 sekolah menengah atas yang tersebar di kabupaten Nias Barat.

Selain itu juga, membantu dalam melakukan pengawasan siswa yang melakukan

pengisian kuisioner dalam kelas yang berbeda untuk setiap sekolah. Berita acara

(41)

B. Data, Analisis Data dan Pembahasan 1. Deskripsi data secara umum

Data yang diperoleh merupakan jawaban dari setiap butir soal. Distribusi

jawaban siswa dan distribusi skor siswa dapat dilihat pada Lampiran 6 dan

Lampiran 7. Dengan bantuan program SPSS diperoleh deskripsi umum tentang data

yang diperoleh. Hasil analisis ini dapat dilihat pada Tabel 10. Dari hasil tersebut

diketahui bahwa skor kemampuan siswa di kabupaten Nias Barat secara

keseluruhan adalah 26.40%. Pencapaian ini dapat digolongkan pada kategori sangat

rendah (E). Artinya kemampuan siswa tersebut masih sangat rendah dari kategori

cukup (C).

Tabel 10. Deskripsi Data Secara Keseluruhan

N Minimum

Analisis untuk melihat penyebaran masing-masing skor (%) yang diperoleh

506 responden dapat dilihat pada Gambar 2. Dari Gambar 2. terlihat bahwa skor

terdistribusi pada skor 6% sampai 53% dan sebagian besar responden memiliki skor

(42)

Gambar 2. Grafik hubungan antara jumlah siswa terhadap persentase skor

Banyaknya responden yang berada pada masing-masing kategori dapat

dilihat pada Tabel 11. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa hampir seluruh siswa

yaitu 498 dari 506 orang berada pada kategori E (sangat rendah) dengan rata-rata

skor 26%. Dan sebagian kecil berada pada kategori D (rendah) dengan rata-rata

skor 50%. Tidak ada seorang pun siswa yang berada pada kategori C (cukup), B

(tinggi), dan A (sangat tinggi). Distribusi skor pada pilihan jawaban dapat dilihat

pada Lampiran 8.

Tabel 11. Distribusi Frekuensi dan Mean Pada Setiap Kategori

Kategori Interval Skor (%)

Mean Persentase

Skor (%) Frekuensi

Persentase Jumlah Siswa (%)

A 81 -100 0 0 0

B 66 - 80 0 0 0

(43)

Kategori Interval

2. Kemampuan siswa berdasarkan tingkatan/level dalam aspek kognitif

Berdasarkan tingkatan pada aspek kognitif maka skor rata-rata yang

diperoleh siswa terpapar pada Tabel 12. Analisis skor pada masing-masing level

dapat dilihat pada Lampiran 9. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian

besar kemampuan siswa berada pada level mengingat dengan persentase skor

29.40%. Pada level ini siswa mampu mengungkapkan kembali informasi yang telah

diperoleh. Siswa yang berada level ini lebih banyak menghafalkan teks atau rumus

dan mengungkapkannya kembali.

Tabel 12. Rata-rata Skor (%) Tiap Tingkatan Pada Aspek Kognitif

Aspek Kognitif Mean (%) Kategori

Level Mengingat 29.40 E (Sangat Rendah)

Level Memahami 24.29 E (Sangat Rendah)

Level Menerapkan 25.30 E (Sangat Rendah)

Level Menganalisis 26.85 E (Sangat Rendah)

Tabel 12 menunjukkan bahwa rata-rata skor yang paling rendah yaitu pada

level memahami dengan persentase skor 24.29%. Artinya, pada level ini siswa

belum mampu menjelaskan dan menafsirkan atau belum mampu menangkap makna

dalam suatu konsep. Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa terjadi anomali skor atau

ketidaknormalan skor. Terlihat bahwa skor pada level menerapkan dan

(44)

oleh soal-soal yang digunakan peneliti pada level memahami merupakan soal-soal

konseptual tentang Fisika. Dapat dilihat bahwa siswa sangat kurang dalam

menguasai konsep-konsep Fisika. Tetapi pada level menganalisis dan level

menerapkan peneliti menggunakan soal-soal yang membutuhkan perhitungan dan

penurunan rumus. Terlihat bahwa siswa lebih mampu menyelesaikan soal-soal

perhitungan dari pada menyelesaikan soal-soal konseptual. Hal ini terlihat pada

persentase skor rata-rata pada level menerapkan dan level menganalisis lebih besar

dari pada persentase skor rata-rata pada level memahami.

Jika dilihat pada masing-masing soal maka persentase skor paling tinggi

yang diperoleh siswa yaitu pada soal nomor 27 dengan skor 59%. Skor pada

masing-masing butir soal dapat dilihat pada lampiran 10. Soal tersebut adalah

”perhatikan tabel koefisien muai panjang berikut : logam 1 = 1.2x10-5/0C, logam

2 = 2.6x10-5/0C, logam 3 = 9.6x10-5/0C, logam 4 = 4.2x10-5/0C, dan logam 5 =

1.1x10-5/0C. Pada suhu kamar, panjang awal kelima logam sama. Logam yang

terpanjang saat dipanaskan adalah logam . . . ”. Sedangkan skor paling rendah

yang diperoleh siswa yaitu pada soal nomor 26 dengan skor 6.3%. Soal tersebut

adalah ”nilai suhu yang sama ditunjukkan oleh termometer Celsius dan Fahrenheit

adalah...”. Dari soal ini terlihat bahwa keseluruhan siswa belum menguasai

konsep skala pada termometer. Lembar jawaban siswa dapat dilihat pada Lampiran

11.

a. Level mengingat

Pada level ini diperoleh persentase skor rata-rata yaitu 29.40% dengan

(45)

mengungkapkan kembali apa yang telah dipelajari. Skor paling tinggi yang peroleh

siswa pada level ini yaitu soal nomor 5 dan nomor 14 dengan persentase skor 57%

dan 54%. Soal nomor 5 yaitu menunjukkan benda dalam keadaan diam pada grafik

jarak (s) terhadap waktu (t). Terlihat bahwa 57% siswa dapat menunjukkan benda

dalam keadaan diam dari grafik s vs t sedangkan 43% siswa lainnya masih belum

mampu menunjukkannya. Soal nomor 14 yaitu syarat-syarat yang berlaku pada

tumbukan lenting sempurna. Dari soal ini 54% siswa mampu menyebutkan

syarat-syarat yang berlaku pada tumbukan lenting sempurna sedangkan 46% lainnya

masih belum mampu. Sebagian besar siswa pada soal ini menjawab bahwa salah

satu syarat berlakunya tumbukan lenting sempurna yaitu tidak berlakunya hukum

kekekalan momentum.

Persentase skor paling rendah yang diperoleh siswa pada level mengingat

yaitu pada soal nomor 25, 18, dan 29 dengan skor 10%, 13% dan 13%. Soal nomor

25 yaitu ”suatu zat yang mempunyai kalor jenis tinggi akan....(a) lambat mendidih,

(b) cepat mendidih, (c) lambat melebur, (d) lambat naik suhunya jika dipanaskan,

(e) cepat naik suhunya jika dipanaskan.”. dari soal ini terlihat bahwa hampir

seluruh siswa tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan benar. Tetapi

kebanyakan siswa menjawab bahwa suatu zat yang mempunyai kalor jenis tinggi

akan cepat mendidih. Jawaban lainnya adalah suatu zat yang mempunyai kalor jenis

tinggi akan cepat naik suhunya jika dipanaskan.

Soal nomor 18 yaitu ”cermin cembung menghasilkan bayangan...” dari soal

ini hampir seluruh siswa tidak dapat menyebutkan sifat bayangan yang dihasilkan

(46)

siswa menjawab bahwa cermin cembung menghasilkan bayangan nyata dan besar

atau cermin cembung menghasilkan bayangan maya dan diperbesar. Soal nomor 29

yaitu ”arus listrik dapat mengalir dalam suatu penghantar listrik jika terdapat....”

dari persentase skor yang diperoleh siswa pada soal tersebut menunjukkan bahwa

sebagian besar siswa belum mampu menjawab dengan benar soal tersebut.

Kebanyakan siswa menjawab bahwa arus listrik dapat mengalir dalam suatu

penghantar listrik jika terdapat potensial listrik pada setiap titik dalam penghantar

tersebut. Jawaban yang diharapkan adalah arus listrik dapat mengalir dalam suatu

penghantar listrik jika terdapat beda potensial listrik pada ujung-ujung penghantar

tersebut.

b. Level memahami

Persentase skor rata-rata yang diperoleh siswa pada level ini adalah 24.29%

dengan skor paling tinggi yaitu pada soal nomor 6 yaitu 56%. Soal ini yaitu

”seseorang penerjun dengan parasut ternyata melayang dan jatuh dengan

kecepatan konstan. Hal ini diakibatkan karena....” dari soal ini 56% siswa

menjawab dengan benar. Tetapi kebanyakan siswa menjawab bahwa seseorang

penerjun dengan parasut ternyata melayang dan jatuh dengan kecepatan konstan

diakibatkan karena tidak ada gaya yang bekerja penerjun. Artinya hampir setengah

dari jumlah siswa belum mampu memahami atau menguasai konsep dari peristiwa

tersebut.

Skor paling rendah yang diperoleh siswa yaitu pada soal nomor 7 dan 26

dengan skor 7.1% dan 6.3%. Soal nomor 7 yaitu ”Dengan mengabaikan gaya

(47)

berbeda dijatuhkan secara bersamaan maka benda dengan massa besar lebih

cepat, 2) jika dua buah benda dengan massa berbeda dijatuhkan secara bersamaan

maka benda dengan massa kecil lebih cepat, 3) massa tidak mempengaruhi

kecepatan benda yang jatuh, 4) kecepatan benda yang jatuh dipengaruhi oleh

ukuran benda, 5) kecepatan benda yang jatuh dipengaruhi oleh bentuk benda.

Pernyataan yang benar dari pernyataan diatas adalah....”. Dari soal ini hampir

seluruh siswa menjawab bahwa benda yang jatuh dipengaruhi oleh massa, ukuran,

dan bentuk benda. Artinya bahwa siswa belum menguasai konsep gerak jatuh

bebas.

Soal nomor 26 yaitu ”Nilai suhu yang sama ditunjukkan oleh termometer

Celcius dan Fahrenheit adalah...” dari soal ini hanya 6.3% siswa yang menjawab

dengan benar. Tetapi hampir seluruh siswa menjawab bahwa nilai suhu yang sama

ditunjukkan oleh termometer Celcius dan Fahrenheit adalah 400 atau -320. Artinya,

hampir seluruh siswa belum mampu memahami atau menguasai konsep dan

konversi skala pada termometer.

c. Level menerapkan

Pada level ini, persentase skor rata-rata yang diperoleh siswa adalah 25.30%

dengan skor tertinggi pada soal nomor 27 yaitu 59%. Soal tersebut adalah

”Perhatikan tabel koefisien muai panjang berikut : logam 1 = 1.2x10-5/0C, logam

2 = 2.6x10-5/0C, logam 3 = 9.6x10-5/0C, logam 4 = 4.2x10-5/0C, dan logam 5 =

1.1x10-5/0C. Pada suhu kamar, panjang awal kelima logam sama. Logam yang

(48)

pada soal ini menunjukkan bahwa hampir setengah dari jumlah siswa masih belum

mampu menerapkan konsep pemuaian kedalam soal tersebut.

Skor paling rendah yang diperoleh siswa pada level ini yaitu pada soal

nomor 11 dengan skor 12%. Soal tersebut adalah ”Sebuah pegas dengan konstanta

pegas sebesar 400 N/m disimpangkan sejauh 12 cm, besarnya energi potensial

yang dimiliki pegas adalah...”. Soal ini merupakan penerapan konsep energi pada

pegas tetapi terlihat bahwa hampir seluruh siswa belum mampu menerapkan konsep

tersebut untuk menghitung besanya energi potensial pada pegas.

d. Level menganalisis

Pada level ini, persentase skor rata-rata yang diperoleh siswa yaitu 26.85%.

Dari beberapa soal dalam level ini diperoleh skor paling tinggi yaitu pada soal

nomor 4 dengan skor 35%. Soal ini tentang menghitung resultan dua buah vektor

gaya dengan titik tolak yang sama tetapi arah gayanya yang berbeda. Dari soal

tersebut siswa menghitung komponen resultan gaya pada sumbu x dan y.

Berdasarkan hasil yang diperoleh hampir setengah dari jumlah siswa mampu

menyelesaikan dan menganalisis soal tersebut. Tetapi sebagian besar siswa masih

belum mampu menyelesaikan soal tersebut.

Skor terendah yang diperoleh siswa yaitu berada pada soal nomor 12 dengan

skor 15%. Soal tersebut tentang menentukan besar energi potensial dari grafik

hubungan antara gaya terhadap pertambahan panjang pegas. Dari grafik tersebut

jika pertambahan panjangnya 6 cm, berapa besar energi potensial dari pertambahan

(49)

menganalisis grafik tersebut untuk menentukan besarnya energi potensial dari

pertambahan panjang pegas tersebut.

3. Kemampuan Siswa Perbidang dalam Fisika

Skor yang diperoleh siswa berdasarkan bidang-bidang dalam Fisika dapat

dilihat pada Tabel 13. Skor rata-rata paling besar yang diperoleh siswa berada pada

bidang Mekanika dan Termofisika yaitu 27.4%. Skor paling rendah yang diperoleh

siswa yaitu bidang Optika dengan skor 23.5% dan skor pada bidang Kelistrikan

yaitu 25.8%. Distribusi skor pada masing-masing bidang dalam Fisika dapat dilihat

pada Lampiran 12.

Tabel 13. Distribusi Mean Tiap Bidang Fisika

Bidang Mean (%) Kategori

Mekanika 27.4 E (Sangat Rendah)

Optika 23.5 E (Sangat Rendah)

Termofisika 27.4 E (Sangat Rendah)

Kelistrikan 25.8 E (Sangat Rendah)

Dari Gambar 2 dibawah dapat dilihat lebih jelas distribusi skor pada

masing-masing bidang dalam Fisika. Skor rata-rata terendah yang diperoleh siswa

yaitu 23.5% berada pada bidang Optika. Soal yang paling sulit pada bidang ini yaitu

soal nomor 19. Soal tersebut adalah ”jika sebuah benda di depan lensa positif

digerakkan mendekati lensa, bayangan nyata akan...”. Dari soal tersebut hampir

seluruh siswa menjawab bahwa bayangan nyata akan bergerak dengan kecepatan

yang lebih cepat dari bendanya. Jawaban lain yang diungkapkan siswa adalah

(50)

Dalam bidang optika juga skor rata-rata paling besar yang diperoleh siswa adalah

pada soal nomor 22 dengan skor 41%. Soal tersebut yaitu ”ciri-ciri bayangan maya

adalah...”. Selain jawaban yang sebenarnya, siswa juga menjawab bahwa ciri

bayangan maya adalah tidak dapat dilihat oleh mata dan selalu diperbesar dari

ukuran yang sebenarnya.

Gambar 3. Grafik hubungan antara persentase skor terhadap bidang-bidang dalam Fisika.

Pada bidang kelistrikan, siswa memperoleh skor rata-rata yaitu 25.8%. Skor

paling rendah yang diperoleh siswa yaitu pada soal nomor 29 dengan skor 13%.

Soal ini merupakan soal konseptual tentang arus listrik yang mengalir ke dalam

suatu penghantar. Tetapi sebagian besar siswa menjawab bahwa yang dibutuhkan

arus listrik untuk dapat mengalir ke dalam suatu penghantar yaitu muatan positif

(51)

dalam suatu penghantar jika ada elektron dalam penghantar tersebut. Sedangkan

skor paling besar yang diperoleh siswa yaitu pada soal nomor 31 dengan skor 45%.

Soal ini tentang ”semakin besar beda potensial pada ujung-ujung kawat

penghantar maka semakin...” tetapi selain jawaban yang benar, siswa juga

menjawab bahwa semakin besar beda potensial pada ujung kawat penghantar maka

semakin besar pula hambatan jenis penghantar.

Pada bidang mekanika, siswa memperoleh skor yang paling rendah pada

soal nomor 7 dengan skor 7.1%. Soal tersebut berbicara tentang gerak jatuh bebas

yaitu jika sebuah benda dijatuhkan maka dengan mengabaikan gaya gesek udara,

kecepatan benda yang dijatuhkan tidak dipengaruhi oleh massa. Tetapi

kenyataannya hampir seluruh siswa menjawab bahwa benda yang bermassa besar

lebih cepat dari pada benda yang bermassa kecil ketika dijatuhkan secara

bersamaan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa di kabupaten Nias

Barat mempunyai konsep yang sangat rendah tentang gerak jatuh bebas. Sedangkan

skor paling besar yang diperoleh siswa berada pada soal nomor 5 dengan skor 57%

tentang membaca grafik s (jarak) vs t (waktu).

Siswa memperoleh skor paling tinggi pada bidang Termofisika yaitu berada

pada soal nomor 27 dengan skor 59% tentang menentukan logam terpanjang saat

dipanaskan dari data yang telah tersedia. Sedangkan skor paling rendah yang

diperoleh siswa yaitu pada soal nomor 26 dengan skor 6.3% tentang nilai suhu yang

sama pada skala termometer Celsius dan Fahrenheit. Penjelasan tentang soal ini

(52)

4. Kemampuan Siswa Persekolah

Berikut adalah tabel distribusi skor pada setiap sekolah di Kabupaten Nias

Barat. Dari Tabel 14. ini terlihat bahwa semua sekolah berada pada kategori E

(sangat rendah) artinya kemampuan Fisika siswa pada masing-masing sekolah

sangat rendah.Distribusi skor pada setiap sekolah dapat dilihat pada Lampiran 13.

Tabel 14. Distribusi Skor Setiap Sekolah

No Nama Sekolah Jumlah

Persentase skor paling tinggi yang diperoleh sekolah yaitu SMAN 1 Lahomi

36.9%. Pada setiap soal, SMAN 1 Lahomi mendapat skor paling besar pada soal

nomor 5 dan 14 dengan jumlah siswa yang menjawab dengan benar 22 siswa dari

25 siswa atau dalam persentase skor yaitu 88% dari 100%. Soal nomor 5 yaitu

menunjukkan benda dalam keadaan diam dari grafik perpindahan (s) terhadap

waktu (t). Dan soal nomor 14 yaitu tentang syarat berlakunya tumbukan lenting

sempurna. Dari persentase skor tersebut dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh

siswa SMAN 1 Lahomi mampu menunjukkan benda dalam keadaan diam dan

(53)

pada soal nomor 7 dan 25 siswa SMAN 1 Lahomi memperoleh skor 0%. Soal

nomor 7 tentang faktor-faktor atau besaran yang mempengaruhi kecepatan benda

yang jatuh dengan mengabaikan gaya gesek udara dan soal nomor 25 yaitu

pengaruh kalor jenis zat terhadap suhu. Artinya, siswa tidak tahu konsep gerak jatuh

bebas dan pengaruh kalor jenis yang dimiliki zat terhadap suhu. Hal ini ditunjukkan

tidak ada siswa yang mampu menjawab dengan benar soal tersebut.

Skor paling rendah adalah SMAS Kristen Arastamar 20.1% dengan skor

tertinggi pada soal nomor 5 dan 22 dengan jumlah siswa yang menjawab dengan

benar yaitu 4 siswa dari 7 siswa atau dengan persentase skor 57.14%. Soal nomor

22 yaitu menyebutkan ciri-ciri bayangan maya. Dari persentase skor pada soal

nomor 5 dan 22 tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa mampu

menunjukkan bedan dalam keadaan diam dari grafik s vs t dan mampu

menyebutkan ciri-ciri dari bayangan maya. Tetapi, pada soal nomor 7, 9, 11, 13,

18, 21, 26, dan 29 siswa SMAS Kristen Arastamar memperoleh skor 0% atau tidak

ada siswa yang menjawab dengan benar pada 8 butir soal tersebut.

Berikut adalah tabel distribusi skor dan kategori yang dimiliki setiap

sekolah pada setiap level pada aspek kognitif:

Tabel 15. Distribusi skor yang diperoleh sekolah dalam tiap level

No Nama Sekolah Jumlah Sampel

Level

(54)

No Nama Sekolah Jumlah Sampel

Level

Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Skor

Dari Tabel 15. diatas diperoleh kategori pada masing-masing

level/tingkatan dalam aspek kognitif yang diperoleh tiap sekolah adalah sebagai

berikut:

Berdasarkan kategori skor pada tabel diatas menunjukkan bahwa kategori

pada setiap level/tingkatan dalam aspek kognitif masing-masing sekolah berada

pada kategori E (sangat rendah). Kategori ini merupakan kategori terendah artinya

kemampuan Fisika siswa pada masing-masing sekolah sangat rendah walaupun

level/tingkatan kognitifnya rendah.

Tabel 16. berikut merupakan tabel distribusi skor dan kategori skor yang

diperoleh setiap sekolah pada setiap bidang dalam Fisika.

Tabel 16. Distribusi skor yang diperoleh setiap sekolah dalam bidang Fisika

No Nama Sekolah Jumlah Sampel

Bidang

(55)

Persentase skor yang paling tinggi pada bidang Mekanika terdapat pada

SMAN 1 Lahomi dengan skor 43.8% dan persentase skor paling rendah yaitu

SMAS Kristen Arastamar dengan skor 21.0% dan SMAN 1 Ulu Moro’o dengan

skor 21.3%.

Pada bidang Termofisika, persentase skor paling tinggi yaitu SMAN 1

Lolofitu Moi dengan skor 31.9% sedangkan persentase skor paling rendah yaitu

SMAS Kristen Arastamar dengan skor 21.4%.

Sekolah yang mendapat persentase skor paling tinggi yaitu SMAN 1

Lahomi dengan skor 36.6% dan persentase skor paling rendah pada bidang Optika

yaitu SMAN 2 Mandrehe dengan skor 19.1%.

Pada bidang kelistrikan, sekolah yang mendapat persentase skor paling

tinggi yaitu SMAN 2 Lolofitu Moi dan SMAN 1 Moro’o dengan skor 30.7% dan

30.4% dan persentase skor paling rendah yaitu SMAS Kristen Arastamar dengan

(56)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa

kelas XI IPA SMA di kabupaten Nias Barat yaitu :

1. Persentase skor rata-rata 26.40% kategori E (sangat rendah). Artinya, siswa

mempunyai kemampuan yang sangat rendah dalam bidang Fisika.

2. Skor pada level dalam aspek kognitif skor yang diperoleh siswa yaitu, level

mengingat 29.40%, level memahami 24.29%, level menerapkan 25.30%,

dan level menganalisis 26.85%. Skor pada masing-masing level tersebut

berada pada kategori E (sangat rendah).

3. Skor rata-rata yang diperoleh siswa dalam setiap bidang Fisika yaitu,

bidang Mekanika 27.4%, bidang Optika 23.5%, bidang Termofisika

27.4%, dan bidang Kelistrikan 25.8%. Selain itu juga siswa di kabupaten

Nias Barat mempunyai konsep yang sangat rendah tentang Fisika. Hal ini

ditunjukkan oleh skor pada soal-soal konseptual lebih kecil dibandingkan

(57)

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti

menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Perlu adanya evaluasi oleh dinas pendidikan bersama dengan kepala

sekolah tentang pengembangan mutu pendidikan dan pencapaian hasil

belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran Fisika.

2. Perlu adanya pelatihan atau pengembangan metode pembelajaran Fisika

untuk para guru Fisika.

3. Guru perlu mengembangkan suatu metode pembelajaran konstekstual

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Carin, A.A. dan Sund, R.B. 1989. Teaching Modern Science. 5th Ed. Coumbus:

Merrill Publishing Company.

Isaacs, Geoff. 1998. Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. Teaching and

Educational Development Institude. University of Quessland.

Krathwohl, D.R. 2002. A Revision of Bloom’s Taxonomy: An Overview. Theory

Into Practice. Volume 41. Number 4. The Ohio State University.

Kusari dan Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Lasmi, N.K. 2015. Seri Pendalaman Materi Fisika untuk SMA/MA. Ed. Rev.

Jakarta: Esis.

Loughran, John. 2010. What Expert Teachers Do : Enhancing Professional

Knowledge for Classroom Practice. Australia: Monash University.

Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta:

Kanisius.

N.N. Profil Kabupaten Nias Barat. www.niasbaratkab.go.id. Diakses pada tanggal

01 Juni 2016.

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Kencana.

Sarkim, T. 2013. Humaniora dalam Pendidikan Sains. Reader Mata Kuliah

Metodologi Pembelajaran Fisika. Pendidikan Fisika. Universitas

Sanata Dharma.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Uno, Hamzah B. dan Koni, Satria. 2012. Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi

(59)
(60)

Lingkarilah jawaban yang paling tepat dari soal-soal pilihan ganda dibawah ini !

1. Besaran berikut yang merupakan besaran turunan adalah ….

a. Waktu, momentum, panjang

b. Momentum, gaya, kecepatan

c. Panjang, massa, waktu

d. Energi, usaha, suhu

e. Usaha, kecepatan, suhu

2. Dimensi energi adalah ….

a. [M][L]-2[T]2

b. [M][L][T] -2

c. [M][L][T]2

d. [M][L]2[T]-2

e. [M][L]2[T]2

3. Perhatikan gambar pengukuran panjang balok berikut.

Hasil pengkuruan yang diperoleh dengan menggunakan jangka sorong adalah ….

a. 4,20 cm

b. 4,24 cm

c. 4, 25 cm

d. 4, 35 cm

e. 4, 40 cm

(61)

Komponen resultan vektor berdasarkan sumbu X dan sumbu Y adalah ….

a. 10 N dan 10 √3 N

b. 10 N dan 30 √3 N

c. 30 N dan 30 √3 N

d. 30 √3 N dan 10 N

e. 30 √3 N dan 30 N

5. Perhatikan grafik berikut.

Berdasarkan grafik tersebut, bagian yang menunjukkan benda dalam keadaan diam

ditunjukkan oleh nomor ….

a. 1

b. 2

c. 3

d. 4

e. 5

6. Seorang penerjun dengan parasut ternyata melayang dan jatuh dengan kecepatan

konstan. Hal ini diakibatkan karena…

a. Penerjun tidak memiliki bobot

b. Tanpa ada angin

c. Resultan gaya pada penerjun sama dengan nol

(62)

7. Dengan mengabaikan gaya gesek, perhatikan pernyataan berikut!

1) Jika dua buah benda dengan massa berbeda dijatuhkan secara bersamaan maka

benda dengan massa besar lebih cepat.

2) Jika dua buah benda dengan massa berbeda dijatuhkan secara bersamaan maka

benda dengan massa kecil lebih cepat.

3) Massa tidak mempengaruhi kecepatan benda yang jatuh.

4) Kecepatan benda yang jatuh dipengaruhi oleh ukuran benda.

5) Kecepatan benda yang jatuh dipengaruhi oleh bentuk benda.

Pernyataan yang benar dari pernyataan diatas adalah…

a. (1), (2), (3), (4), dan (5)

1) Besar percepatan benda yang dilempar keatas sama dengan besar percepatan

benda yang jatuh.

2) Percepatan benda keatas arahnya berlawanan dengan percepatan gravitasi.

3) Percepatan tergantung pada arah kecepatan benda.

4) Percepatan benda yang dilempar keatas dan yang jatuh tergantung pada massa

benda tersebut.

Pernyataan yang benar dari pernyataan diatas adalah…

a. (1), (2), (3), dan (4)

b. (1), (2) dan (3)

c. (1), (2) dan (4)

d. (2), (3) dan (4)

e. (2) dan (4)

9. Sebuah benda yang bermassa m meluncur kebawah pada bidang miring yang licin

(63)

Besar percepatan dan gaya normalnya adalah ….

10.Sebuah benda berpindah tempat karena usaha yang dilakukan oleh gaya, bernilai

nol jika arah gaya tersebut ….

a. Berlawanan dengan perpindahan

b. Searah dengan arah perpindahan

c. Membentuk sudut 450 terhadap arah perpindahan

d. Membentuk sudut 600 terhadap arah perpindahan

e. Tegak lurus terhadap arah perpindahan

11.Sebuah pegas dengan konstanta pegas sebesar 400 N/m disimpangkan sejauh 12

cm. besarnya energi potensial yang dimiliki pegas adalah ….

a. 3 J

b. 12 J

c. 24 J

d. 48 J

e. 200 J

12.Grafik berikut menunjukkan hubungan pertambahan panjang pegas karena

(64)

Besar energi potensial pegas pada saat pertambahan panjang 6 cm adalah ….

13.Perhatikan data percobaan pegas antara gaya (F) dan panjang pegas sebagai berikut.

F (N) Δx (cm)

20 5

30 7, 5

40 10

50 12,5

Berdasarkan data tersebut, besar konstanta pegas adalah ….

a. 4 x 102 N/m

b. 5 x 102 N/m

c. 6 x 102 N/m

d. 1,0 x 102 N/m

e. 1,2 x 102 N/m

14.Pernyataan berikut berlaku untuk berbagai jenis tumbukan :

1) Berlaku hukum kekekalan momentum

2) Tidak berlaku hukum kekekalan momentum

3) Berlaku hukum kekekalan energi kinetik

4) Tidak berlaku hukum kekekalan energi kinetik

5) Koefisien restitusinya sama dengan nol (e = 0)

6) Koefisien restitusinya sama dengan satu (e = 1)

(65)

c. (1), (3), dan (6)

d. (2), (4), dan (5)

e. (2), (5), dan (6)

15.Momentum terbesar dimiliki oleh ….

a. Benda bermassa 90 kg dengan kecepatan 36 k/jam

b. Benda bermassa 50 kg dengan kecepatan 72 k/jam

c. Benda bermassa 40 kg dengan kecepatan 20 k/jam

d. Benda bermassa 30 kg dengan kecepatan 90 k/jam

e. Benda bermassa 15 kg dengan kecepatan 30 k/jam

16.Sebuah bola karet dilempar secara horizontal sehingga menumbuk dinding vertikal

dengan kecepatan 2 m/s tegak lurus terhadap dinding. Jika yang terjadi adalah

tumbukan lenting sempurna, besar kecepatan bola setelah tumbukan adalah…

a. Nol

antara bola dan tanah adalah 0,8; ketinggian bola pada pantulan pertama adalah ….

a. 1,28 m

b. 1, 20 m

c. 0,96 m

d. 0, 80 m

e. 0, 64 m

18.Cermin cembung menghasilkan bayangan ….

a. Nyata dan diperkecil

b. Tergantung jarak benda terhadap cermin

c. Nyata dan sama besar

d. Maya dan diperkecil

e. Maya dan diperbesar

19.Jika sebuah benda di depan lensa positif digerakkan mendekati lensa, bayangan

Gambar

Gambar 1. Peta Kabupaten Nias Barat…………………………………...
Gambar 1. Peta Kabupaten Nias Barat (sumber: Bappeda Nias Barat)
Tabel 2. Jumlah guru yang tersebar pada setiap kecamatan di Kab. Nias Barat Total Total
Tabel 3. Jumlah siswa SMA dan SMK pada setiap kecamatan di Kab. Nias Barat Jumlah Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan 1) Untuk mengetahui bentuk hubungan komunikasi antarpribadi yang terjalin antara guru dan siswa di kelas XII IPS 2 SMA Negeri 9 Marusu

Media sosial mampu memberikan efek positif bagi pelaku politik dengan terjalinnya komunikasi politik dua arah yang intens dengan para pendukungnya.. Pergeseran opini dan

gelar Sarjana Sains ini penulis beri judul “ Evaluasi Keselamatan Reaktor Ditinjau dari Nilai Shutdown Margins dan Potensi Produksi Molybdenum -99 ( pada Sistem Subcritical

Pada hari ini, seramai 407 Person Under Surveillance (PUS) telah mendaftar masuk di hotel untuk menjalani kuarantin, menjadikan jumlah keseluruhan PUS di 31 buah hotel

Pada hari ini Selasa tanggal Dua Puluh Lima bulan September Tahun Dua Ribu Dua Belas, kami yang bertanda tangan dibawah ini Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Bina Marga

Penelitian ini menemukan gambaranself compassion pada mahasiswa dari keluarga yang bercerai dengan melihat dimensi self compassion yaitu ketiga subjek dapat

Hasil analisis korelasi pada tanaman berumur 5, 7, dan 9 tahun dengan analisis dua arah pada taraf uji 1% menunjukkan variabel curah hujan dan hari hujan memiliki hubungan

Urutan unsur yang ada pada deret volta baik untuk diketahui dengan baik agar dapat menentukan mana yang seharusnya menjadi katoda dan anoda yang benar.