• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS. Upaya Peningkatan Kemampuan Calistung bagi Siswa SDN 4 dan 7 Banyuning yang Seharusnya Sudah Bisa Membaca

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS. Upaya Peningkatan Kemampuan Calistung bagi Siswa SDN 4 dan 7 Banyuning yang Seharusnya Sudah Bisa Membaca"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

PROGRAM P

2

M PENERAPAN IPTEKS

Upaya Peningkatan Kemampuan Calistung bagi Siswa SDN 4

dan 7 Banyuning yang Seharusnya Sudah Bisa Membaca

Oleh :

Made Vivi Oviantari, S.Si., M.Si. / NIDN: 0005088004 Wayan Rati, S.Pd., M.Pd / NIDN: 0014127602 Ni Wayan Martiningsih, S.Si., M.Sc. / NIDN : 0007038601 I Made Pasek Anton Santiasa, S.Pd., M.Sc. / NIDN: 0027107605

Dibiayai oleh: Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Program Pengabdian kepada Masyarakat

Nomor: DIPA/042.01.2.400987/2017 Tanggal 7 Desember 2016

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

NOPEMBER, 2017

▸ Baca selengkapnya: materi calistung sd pdf

(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul P2M : Upaya Peningkatan Kemampuan Calistung bagi Siswa SD 4 dan 7 Banyuning yang

Seharusnya Sudah Bisa Membaca

1 Ketua Tim Pengusul :

a. Nama : Made Vivi Oviantari, S.Si., M.Si.

b. NIDN : 0005088004

c. Jabatan/Golongan : Lektor/IIIb

d. Jurusan/Fakultas : Analis Kimia/MIPA

e. Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Ganesha f. Bidang Keahlian : Kimia Lingkungan

g. Alamat Kantor/Telp/Faks/e-mail : Jl. Udayana Singaraja/(0362)25072/0362

h. Alamat Rumah/Telp/Faks/e-mail : Jalan Pulau Batam No. 43 Banyuning Singaraja Bali /087863244919/oviantari@gmail.com

2 Anggota Tim Pengusul :

a. Jumlah Anggota : Dosen 3 orang

b. Nama Anggota I/Bidang Keahlian : Ni Wayan Rati, S.Pd., M.Pd./PGSD c. Nama Anggota II/Bidang Keahlian

d. Nama Anggota III/Bidang Keahlian : :

Ni Wayan Martiningsih, S.Si., M.Si./Biokimia

I Made Pasek Anton Santiasa, S.Pd., M.Sc./ Bioteknologi

3 Lokasi Kegiatan :

a. Wilayah Mitra (Desa/Kecamatan) : Desa Banyuning/Kecamatan Banyuning b. Kabupaten/Kota : Buleleng

c. Propinsi : Bali

d. Jarak PT ke Lokasi Mitra (Km) : 15 Km 4 Jangka Waktu Pelaksanaan : 8 bulan

5 Biaya Total : Rp. 8.000.000,-

- Dipa Undiksha : Rp. 8.000.000,- - Sumber Lain (sebutkan) : -

Mengetahui,

Singaraja, 28 April 2017 Dekan Fakultas MIPA Ketua Tim Pengusul,

Prof. Dr. I. Nengah Suparta, M.Si. NIP. 196507111990031003

Made Vivi Oviantari, S.Si., M.Si. NIP. 198008052006042002

Mengetahui Ketua LPPM UNDIKSHA

Prof. Dr. I Gede Astra Wesnawa, M.Si. NIP. 196204251990031002

(3)

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

DAFTAR ISI ... iii

RINGKASAN ... iv A. PENDAHULUAN... 1 B. ANALISIS SITUASI ... 3 C. PERMASALAHAN MITRA ... 6 D. TINJAUAN PUSTAKA ... 6 E. TUJUAN ... 10 F. MANFAAT ... 10

G. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH ... 10

H. KHALAYAK SASARAN ... 11

I. KETERKAITAN ... 12

J. METODE PELAKSANAAN ... 12

K. RANCANGAN EVALUASI ... 14

L. RENCANA DAN JADWAL KEGIATAN... 16

M. ORGANISASI PELAKSANA ... 16

N. PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN ... 16

O. SIMPULAN ... 18

DAFTAR PUSTAKA ... 12 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(4)

iv

RINGKASAN

Tujuan umum P2M ini adalah memberikan bimbingan belajar calistung bagi siswa-siswa SD yang seharusnya bisa membaca di SDN 4 dan 7 Banyuning secara gratis; memberikan metode pengajaran sentra dan calistung yang lebih menarik sehingga siswa SD yang seharusnya bisa membaca yang menjadi mitra pada program P2M ini, dapat lebih bersemangat dan ulet untuk secara kontinyu belajar, karena ada pada lingkungan teman-teman yang sama-sama belum bisa membaca. Sebelum dimulai pelajaran juga selalu diberikan kata-kata motivasi yang menyatakan saya pasti bisa jika berusaha; memberikan bantuan berupa buku, peralatan tulis yang menarik dan bahan/alat ajar yang menarik sehingga mereka mau tertarik dan bersemangat untuk terus mengikuti kegiatan P2M ini sampai tuntas. Siswa di atas kelas I yang belum bisa membaca di SD N 4 dan 7 Banyuning yang menjadi sasaran kegiatan P2M ini awalnya terdaftar 17 orang, namun setelah program ini berjalan peserta bergabung menjadi berjumlah 35 orang siswa. Metode yang akan diterapkan untuk mencapai tujuan/target program IbM ini adalah pemberian les calistung secara gratis dengan metode sentra dan calistung dalam melakukan pengajaran serta memberikan bantuan berupa buku dan alat tulis. Untuk realisasi program, kegiatan akan dilaksanakan melalui lima tahapan. Tahap pertama dimulai dari memberikan pretest yang dilanjutkan dengan pengajaran calistung, lalu post test, evaluasi dan monitoring.

(5)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan dirasakan sangat penting bagi umat manusia. Pendidikan merupakan sesuatu yang dapat mempersiapkan kesuksesan manusia pada masa akan datang. Menurut Manan (1989: 9) pendidikan mencakup setiap proses, kecuali yang bersifat genetis, yang menolong membentuk pikiran, karakter, atau kapasitas fisik seseorang. Jalur pendidikan merupakan salah satu faktor yang berperan dalam bidang peningkatan taraf hidup dan kecerdasan bangsa.

Peran guru dan orang tua yang bersungguh-sungguh dalam membimbing dan mendidik anak untuk rajin membaca dan belajar, tentu akan mengantarkan anak pada keberhasilan. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di SD, harus disadari juga terdapat banyak faktor penentu keberhasilannya. Akan tetapi yang dipandang sebagai kunci utama keberhasilannya adalah proses pembelajaran di dalam kelas.

Membaca, menulis dan berhitung (calistung) sebagai salah satu mata pelajaran di SD ternyata merupakan masalah tersendiri bagi para siswa, padahal untuk meningkatkan kualitas SDM ini pendidikan membaca, menulis dan berhitung sangat memegang peranan penting. Membaca, menulis, dan berhitung merupakan salah satu aktivitas yang paling penting dalam hidup dan dapat dikatakan bahwa semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca. Pendapat Rahim (2007:2) membaca merupakan suatu kegiatan rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Membaca adalah kegiatan yang sangat penting dalam dunia pendidikan (Masjidi, 2007 :57). Susanti (2012 : 75) menyatakan calistung adalah tahapan dasar orang bisa mengenal huruf dan angka. Pentingnya pembelajaran calistung adalah untuk mempermudah komunikasi dalam bentuk bahasa tulis dan angka. Umumnya belajar calistung ini banyak disampaikan di pendidikan formal, yaitu sekolah. Persoalan membaca, menulis, dan berhitung atau calistung memang merupakan fenomena tersendiri. Kini menjadi semakin hangat dibicarakan para orang tua yang memiliki anak usia taman kanak-kanan (TK) dan sekolah dasar di kelas rendah karena mereka khawatir anak-anaknya tidak mampu mengikuti pelajaran selanjutnya pada tingkatan kelas yang lebih tinggi di sekolahnya.

Permasalahan muncul ketika ditemukan ada siswa di atas kelas 1 SD yang belum bisa membaca, terutama di sekolah-sekolah di pedesaan yang latar belakangnya tidak bisa

(6)

2

mengenyam pendidikan taman kanak-kanak. Mereka tahu huruf-huruf dan angka, tapi tidak bisa membaca. Mereka tahu uang, tapi tidak bisa menghitungnya. Padahal, dengan bisa membaca dan menulis memungkinkan anak mampu menyerap dan menyampaikan segala informasi yang diterimanya. Sementara itu, menghitung memungkinkan anak lebih mampu mengembangkan aspek logika berpikir.

Menurut Tim Fast Step (2009: 2) membaca menulis berhitung merupakan kemampuan dasar yang seharusnya diberikan kepada anak usia Play Group dan TK sedini mungkin. Anak yang sudah mampu berbicara dengan lancar berarti sudah bisa diajarkan membaca. Cara pengajarannya diberikan secara bertahap dan disesuaikan dengan perkembangan kemampuan anak. Seorang anak bisa saja menjadi sosok yang rentan depresi jika hanya mendapat pelajaran CALISTUNG (Baca Tulis dan Hitung), tanpa diimbangi dengan pembelajaran sosial, emosional, spiritual dan lain sebagainya.

Belajar membaca, menulis, berhitung dan bahkan sains kini tidaklah perlu dianggap tabu bagi anak usia dini. Persoalan terpenting adalah merekonstruksi cara untuk mempelajarinya sehingga anak-anak menganggap kegiatan belajar mereka tak ubahnya seperti bermain dan bahkan memang berbentuk sebuah permainan. Fenomena ini membutuhkan kreativitas serta kemampuan guru untuk mempersiapkan, menyajikan serta merespon berbagai reaksi anak-anak dalam pembelajaran Calistung.

Pendidik menurut Suparno (2003: 34-35) sebagai fasilitator, mederator, mediator, dinamisator, dan motivator. Dalam membantu peserta didik belajar secara konstruktivis dapat melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut: Pertama: Sebelum mengajar: (1) mempersiapkan bahan yang akan diajarkan, (2) mempersiapkan media yang akan digunakan, (3) mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk merangsang peserta didik aktif belajar, (4) mempelajari keadaan peserta didik, mengerti kelemahan dan kelebihan peserta didik, dan (5) mempelajari pengetahuan awal peserta didik. Kedua : Selama proses pembelajaran:(1) mengajak peserta didik untuk aktif belajar, (2) menggunakan metode ilmiah dalam proses penemuan, sehingga peserta didik merasa menemukan sendiri pengetahuan mereka. (3) mengikuti pikiran dan gagasan peserta didik, (4) menggunakan variasi metode dan strategi pembelajaran seperti studi kelompok, aktif debat, studi kritis, (5) tidak mencerca peserta didik yang berpendapat salah atau lain, (6) menerima jawaban alternatif dari peserta didik, (7) kesalahan peserta didik ditunjukkan secara arif, (8) peserta didik diberi kesempatan berpikir, merumuskan gagasan, mengungkapkan pikirannya, (9) peserta didik diberi kesempatan untuk mencari pendekatan dan caranya sendiri dalam belajar sehingga menemukan sesuatu, dan (10) melakukan evaluasi secara kontinu dengan

(7)

3

segala prosesnya. Ketiga: Sesudah proses pembelajaran:(1) memberikan tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik, (2) melakukan tes yang membuat peserta didik berpikir, analisis dan bukan hafalan.

Keempat: Sikap pengajar: (1) perlakukan peserta didik sebagai subjek yang sudah tahu sesuatu, (2) kondisikan peserta didik yang aktif, pengajar menyertai, (3) memberi ruang tanyajawab dan diskusi, (4) pengajar dan peserta didik saling belajar, (5) peserta didik belajar untuk belajar sendiri, (6) hubungan pengajar dan peserta didik bersifat dialogtis. (7) peserta didik harus diberi informasi tentang materi pelajaran dan mengerti konteks bahan yang akan diajarkan. Peran pendidik dengan mengingat hal di atas akan memberikan berbagai nuansa pembelajaran yang benar-benar menyenangkan. Hal inilah yang mendorong tim pelaksana P2M sangat ingin mengadakan program pengabdian untuk meningkatkan kompetensi membaca, menulis dan berhitung peserta didik yang sudah berada di kelas 2, 3, 4, 5 maupun 6 yang masih belum bisa membaca. Metode pengajaran yang dipilih adalah dengan metode sentra dan calistung.

1.2 Analisis Situasi

Membaca, menulis dan berhitung (Calistung) merupakan salah satu pelajaran di kelas 1 SD, namun pada kenyataannya para calon siswa kelas 1 SD sebagian besar sudah diperkenalkan calistung sejak di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) saat ini telah mengalami kemajuan pesat bagi anak usia toddler (1-2 tahun), playgroup/KB (2-4 tahun) hingga kindergarten /TK (4-6 tahun). Padahal Surat Edaran Nomor: 1839/C.C2/Tu/2009 perihal “Penyelenggaraan Pendidikan Taman Kanak-Kanak Dan Penerimaan Siswa Baru Sekolah Dasar” nomer 5 tentang pelaksanaan pendidikan TK , Menteri Pendidikan melarang TK untuk menggunakan metode calistung:

“...TK tidak diperkenankan mengajarkan materi calistung secara langsung sebagai pembelajaran sendiri-sendiri (fragmented) kepada anak-anak. Konteks pembelajaran calistung di TK hendaknya dilakukan dalam kerangka pengembangan seluruh aspek tumbuh kembang anak, dilakukan melalui pendekatan bermain, dan disesuaikan dengan tugas perkembangan anak. Menciptakan lingkungan yang kaya dengan “keaksaraan“ akan lebih mamacu kesiapan anak untuk memulai kegiatan calistung.” (www.kemdiknas.go.id/)

Adanya larangan tersebut menuai kontra dari orang tua karena ketika anak masuk pendidikan Sekolah Dasar (SD), anak-anak diberikan ujian masuk sekolah yang terdiri atas membaca, menulis, dan berhitung. Maka, orang tua ingin anak-anaknya lancar dalam membaca, menulis, dan berhitung sejak anak duduk di bangku TK. Sementara itu ada juga beberapa orang tua yang karena keterbatasan waktu, pengetahuan dan biaya menyerahkan

(8)

4

anaknya pada sekolah dasar (SD) untuk mengajarkan calistung. Kemungkinan hal tersebutlah yang menyebabkan terjadinya fenomena siswa kelas 1 SD tidak banyak diajarkan calistung lagi, dan dianggap semua siswa sudah bisa membaca, sehingga siswa-siswa yang sebelumnya belum diperkenalkan calistung menjadi siswa-siswa yang terbelakang. Fenomena mengagetkan juga terdapat siswa di atas kelas 1 SD yang belum bisa membaca, terutama di sekolah yang berada di pedesaan yang tidak jauh dari kota, seperti SD Negeri 4 dan 7 Banyuning.

Desa Banyuning adalah salah satu Desa yang ada di Kabupaten Buleleng Provinsi Bali. Desa ini berjarak kurang lebih 15 km dari Kota Singaraja. Ada delapan Sekolah Dasar yang ada di Desa ini, diantaranya adalah SD 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 Banyuning. SD 1 Banyuning merupakan sekolah di Lingkungan Banyuning Tengah; SD 2 dan 8 Banyuning di Lingkungan Banyuning Utara; SD 3 Banyuning di Lingkungan Padangkeling dan SD 4 dan 7 Banyuning Lingkungan Banyuning Barat; dan SD 5 dan 6 merupakan sekolah di lingkungan Banyuning Timur. Berdasarkan informasi dan data yang terkumpul, ditemukan terdapat 17 siswa di atas kelas 1 SD belum bisa membaca di SD 4 dan SDN 7 Banyuning. Untuk lebih detailnya akan disajikan pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Daftar Nama Siswa di Atas Kelas 1 yang Belum Bisa Membaca

No. Nama Kelas Sekolah Alamat

1. Ketut Sujana II SDN 4 Banyuning Jl. Gempol Gg. Pinguin 2. Kadek Dwi Adi Brata II SDN 4 Banyuning Jl. Pulau Batam No. 10 3. Dw. Km. Satriya Saputra II SDN 4 Banyuning Jl. Pulau Obi Gg. Srikaya 4. Md. Candra Sumardika II SDN 4 Banyuning Jl. Pulau Batam

5. Gd. Juniarta III SDN 4 Banyuning Br. Petak

6. Kom. Ardiwibawa III SDN 4 Banyuning Jl. Gempol Gg. Jalak Putih.

7. Kom. Dimas Pratama IV SDN 4 Banyuning Jl. Gempol

8. Dw. Ayu SriIndrayanti IV SDN 4 Banyuning Jl. Pulau Obi Gg. Srikaya 9. KD. Sugiantari IV SDN 4 Banyuning Jl. Gempol No. 3

10 Komang Widia Dewi IV SDN 4 Banyuning Banyuning

11. Putu Marta Widia Darma II SDN 7 Banyuning Jl. Gempol. Gg. Pinguin 12. Luh Mirayani II SDN 7 Banyuning Jl. Pulau Timor No. 12 13. Made Suta Permana III SDN 7 Banyuning J. Gempol Gg. Garuda 14. Komang Nata Candrawan III SDN 7 Banyuning Jl. Gempol Gg. Sanjaya 15. Gusti Ketut Wira Pramana IV SDN 7 Banyuning Jl. Pulau Timor Gg.

Kutilang 16. Kadek Angriyani II SDN 7 Banyuning Banyuning 17. Putu Dela Cahyani II SDN 7 Banyuning Banyuning 18 Komang Pardiyasa IV SDN 7 Banyuning Banyuning 19 Luh Putri Ayu Lestari II SDN 7 Banyuning Banyuning

(9)

5

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa terdapat 19 orang anak siswa di atas kelas 1 SD yang belum bisa membaca di Sekolah Dasar Negeri 4 dan 7 Banyuning. Hal tersebut sangatlah ironis karena calistung merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa kelas 1 SD yang akan naik tingkat ke kelas 2 SD.

Berdasarkan informasi ke lapangan, orangtua siswa kelas 1 yang belum bisa membaca, namun mau supaya anak mereka naik kelas berjanji akan mengikutkan les pada bimbingan-bimbingan belajar yang banyak beredar yang menawarkan program calistung, seperti kumon, heloo kitty, bimba aiueo, kiddy bali, dan lain sebagainya, tapi karena biayanya termasuk cukup mahal, banyak dari mereka yang tidak mengikutkan les tersebut. Berdasarkan informasi yang telah dihimpun di kiddy bali untuk program les calistung biayanya berkisar dari 150.000/8 kali pertemuan s/d 200.000/ 12 kali pertemuan dengan biaya pendaftaran sebesar 50.000, untuk kumon 370.000/bulan dengan biaya pendaftaran 280.000; bimba aiueo biaya les calistung sangat bervariasi 125.000/ bln s/d 900.000 tergantung pertemuannya dalam seminggu dan jumlah siswa untuk 1 orang guru, dengan biaya pendaftaran 250.000. Sebagian besar siswa di atas kelas satu yang belum bisa membaca tersebut adalah siswa-siswa yang kemampuan penghasilan orang tuanya menengah ke bawah. Jika hal ini terus dibiarkan, anak yang seharusnya bisa membaca terus dinaikkan kelas hingga sampai pada kelas VI, maka kemungkinan besar siswa tersebut tidak akan melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP). Padahal program pemerintah menyarankan program wajib belajar 9 tahun. Selain itu anak ini kemungkinan besar akan menjadi generasi penerus bangsa yang akan terus memberatkan bangsa, bahkan akan menjadi beban di masyarakat, jika tidak diarahkan dengan baik. Apalagi didukung dengan lingkungan masyarakat di Desa Banyuning yang senang minum-minuman beralkohol dan tajen (judi). Anak yang memiliki pengetahuan rendah akan sangat cepat terjerumus ke dalam masyarakat dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Hal ini juga akan mendorong peningkatan tingkat kejahatan di masyarakat.

Mengingat pentingnya peningkatan kompetensi membaca pada siswa SD N 4 dan 7 Banyuning yang seharusnya sudah bisa membaca, sehingga perlu adanya perhatian untuk memberikan pengajaran yang lebih menarik bagi siswa-siswa tersebut melalui kegiatan P2M yang didanai oleh Undiksha dengan bekerjasama dengan Yayasan Taru Vidya Mandara yang akan menyediakan tempat dan fasilitas belajar bagi siswa tersebut.

(10)

6

1.3 Identifitasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil kesepakatan dengan pihak sekolah dan yayasan taru vidya mandara, permasalahan utama yang akan dicarikan solusi melalui kegiatan/program ini adalah sebagai berikut.

1. Siswa-siswa SD yang seharusnya bisa membaca, tidak punya biaya untuk ikut dalam program-pogram calistung yang disediakan oleh lembaga-lembaga belajar yang ada di sekitarnya.

2. Siswa SD yang seharusnya bisa membaca yang menjadi mitra pada program P2M ini, merasakan bahwa kegiatan calistung merupakan kegiatan yang tidak menyenangkan yang terpaksa harus mereka lakukan demi keinginan orang tuanya. Hal ini disebabkan karena metode pengajaran yang kurang menarik, kurangnya semangat dan keuletan mitra untuk secara kontinyu belajar, karena ada pada lingkungan teman-teman yang sudah bisa membaca. Permasalahan ini mendapat prioritas untuk memberikan bekal kemampuan dan keyakinan kepada mitra bahwa mereka mampu membaca, menulis dan berhitung, jika mau berusaha.

3. Mitra belum mempunyai buku, peralatan tulis yang menarik sehingga mereka mau tertarik dan bersemangat untuk terus mengikuti kegiatan P2M ini sampai tuntas. Permasalahan ini memperoleh perhatian karena dapat mempengaruhi keberhasilan kompetensi calistung mitra.

1.4 Tujuan Kegiatan

Sesuai dengan rumusan permasalahan yang akan dipecahkan pada program P2M ini, maka tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut.

1. Memberikan bimbingan belajar calistung bagi siswa-siswa SD yang seharusnya bisa membaca di SDN 4 dan 7 Banyuning secara gratis.

2. Memberikan metode pengajaran sentra dan calistung yang lebih menarik sehingga siswa SD yang seharusnya bisa membaca yang menjadi mitra pada program P2M ini, dapat lebih bersemangat dan ulet untuk secara kontinyu belajar, karena ada pada lingkungan teman-teman yang sama-sama belum bisa membaca. Sebelum dimulai pelajaran juga selalu diberikan kata-kata motivasi yang menyatakan saya pasti bisa jika berusaha.

(11)

7

3. Memberikan bantuan berupa buku, peralatan tulis yang menarik dan bahan/alat ajar yang menarik sehingga mereka mau tertarik dan bersemangat untuk terus mengikuti kegiatan P2M ini sampai tuntas.

1.5 Manfaat Kegiatan

Kegiatan P2M ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut. 1. Menurunnya anak putus sekolah tingkat sekolah dasar, untuk mendukung program

pemerintah belajar 9 tahun.

2. Mampu meningkatkan kualitas SDM di tingkat sekolah dasar.

3. Adanya kerjasama antara Undiksha dengan Yayasan Taru Vidya Mandara dan SD N 4 dan 7 Banyuning.

(12)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Metode Sentra dan Calistung

Metode sentra artinya cara belajar yang mengutamakan kebebasan belajar berada di tangan murid, dimana murid dibebaskan untuk memilih permainan yang mereka suka dan tentunya mainan tersebut telah disediakan oleh penyelenggara. Maka dari itu, penyelenggara harus mempunyai berbagai macam permainan edukasi yang dapat menstimulasi anak didiknya. Dari situ anak akan memilih permainan edukasinya, kemudian guru memberitahu fungsi dari mainan tersebut, contoh mainan puzzle fungsinya untuk mengasah otak anak dalam memecahkan masalah serta melatih ketangkasan anak dalam melihat dan menggerakkan tangan secara bersamaan.

Kurikulum sentra basisnya adalah belajar sambil bermain, sehingga strategi pembelajaran lebih ditekankan ketimbang hasil. Materi disampaikan secara interaktif dan kongkret, dengan menempatkan anak didik sebagai pusat. Hal ini dilakukan agar potensi dari kecerdasan logika-matematika, bahasa, tubuh (kinestetik), ruang (spasial), kemandirian (intrapersonal), kepedulian sosial (interpersonal), dan musik mereka terbangun secara mandiri tanpa adanya tekanan dari guru (Massardi, 2012).

Bermain suatu kegiatan yang serius, tetapi mengasyikkan. Melalui bermain si anak mencobakan diri, bukan saja dalam fantasinya, tetapi juga benar nyata secara aktif. Bila anak bermain secara bebas, sesuai kemauan maupun sesuai kecepatan sendiri, maka ia melatih kemampuannya. Bermain mempunyai nilai dan ciri yang penting bagi kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari dalam kehidupan anak. Jadi, dengan memahami arti bermain bagi anak, dapat ditarik kesimpulan bahwa bermain merupakan suatu kebutuhan anak. Dalam merancang pelajaran tentu dilakukan sambil bermain, jadi bermain sambil belajar bagi anak umur kurang lebih 4-6 tahun membuat tumbuh secara sehat mental. Bahkan dapat mengenali potensi yang unggul pada setiap anak, bukan semata-mata anak sebagai kertas kosong yang siap untuk ditulisi atau dibentuk (Semiawan, 2008: 20).

Calistung adalah cara pembelajaran pada anak didik untuk bisa membaca, menulis, dan berhitung. Seperti yang kita tahu bahwa di era globalisasi ini, banyak orang yang membahas tentang metode belajar satu ini. Bahkan calistung telah dikenal oleh masyarakat luas sejak lama. Orang tua sekarang menginginkan anaknya bisa lancar membaca, menulis, dan berhitung sebelum anak tersebut masuk ke sekolah dasar. Oleh sebab itu, banyak orang tua selektif dalam memilih taman kanak-kanak yang dapat mengajarkan calistung atau

(13)

9

telah meluluskan siswa yang berprestasi dalam calistung. Alasan orang tua memilih TK seperti itu, karena ujian masuk SD tidak semulus sebelum tahun 2000 an di mana SD menampung semua calon siswa yang mendaftar di SD tersebut, dengan berkembangnya zaman dan jumlah populasi manusia yang semakin banyak pula maka, SD membuat peraturan baru ketika menerima peserta didik baru yaitu memberikan ujian baca, tulis, dan berhitung (calistung). Alasan SD membuat peraturan seperti itu untuk mencari bakal siswa yang rajin, cerdas, dan pintar karena pelajaran SD sekarang lebih sulit dibandingkan pelajaran SD zaman dulu.

Perkembangan kecerdasan anak pun tidak bisa diukur melalui usianya seperti yang dikatakan oleh Piaget dalam teori psikologi perkembangannya bahwa pada usia 7 tahun anak-anak dianggap sudah bisa berfikir terstruktur. Piaget khawatir apabila otak anak-anak dibawah 7 tahun terbebani oleh pelajaran calistung (Siswanto, 2012: 11). Maksud Piaget yang seperti ini, sering disalah artikan oleh kebanyakan orang. Maksud sebenarnya adalah apabila anak-anak tersebut diajarkan calistung terus-menerus tanpa ada bermain atau tanpa jeda waktu sehari untuk belajar calistung, dapat mengakibatkan anak stres dan benci terhadap pelajaran tersebut. Kebenciannya terhadap calistung bisa sampai ketika anak tersebut dewasa. Maka dari itu, perlu adanya inovasi untuk membuat pola pembelajaran yang baru agar anak merasa senang dalam belajar calistung.

Penerapan metode sentra dan calistung pada anak tidak lepas dengan pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan Menteri Pendidikan yaitu kreatif, aktif, dan konstruktif (dalam web http://www.paudni.kemdikbud.go.id/), berikut hasil penerapan metode sentra dan calistung berdasarkan pendekatan kreatif, aktif, dan konstruktif.

1. Pendekatan Kreatif

Dalam belajar baca-tulis-berhitung anak-anak diberikan kebebasan untuk memilih permainan yang mereka sukai. Guru akan memberikan pilihan permainan dan dilakukan pada waktu 30 menit dalam sehari. Di sini anak diajarkan untuk berpikir secara mandiri dalam menyusun dan memecahkan suatu permainan yang mereka pilih.

Contoh:

- Permainan drama, fungsinya anak diajarkan cara bekerjasama, membangun tata berbahasa, menambah kosa kata, membangun konsep hubungan kekeluargaan, membantu perkembangan tingkah laku sosial dan membentuk moral yang baik pada anak. Pada permainan drama, anak-anak antusias untuk mengikuti. Mereka seperti bebas untuk mengekspresikan segala sikap dan bahasa yang mereka punya. Meskipun ada yang masih bingung dengan permainan ini, para guru memberikan arahan pada mereka untuk

(14)

10

menanggapi dialog dari temannya, sehingga dialog drama tidak sampai putus pada pertengahan jalan.

- Permainan pura-pura, fungsinya tidak jauh berbeda dengan permainan drama hanya saja pada permainan pura-pura ini bisa dilakukan sendirian. Anak diajarkan untuk membangun tata bahasa, menambah kosa kata, mengembangkan ide-ide kreatif mereka, dan merangsang daya berpikir secara abstrak, misal kotak kardus digunakan sebagai toko, pom bensin, dan bengkel. Pada permainan pura-pura, anak-anak juga antusias melakukan permainan. Guru membagi menjadi 4 kelompok bermain, kemudian dibagi ada yang menjadi petugas pom bensin, membawa mobil, petugas mobil, dan petugas derek. Masing-masing dari kelompok itu menggunakan bangku sebagai media pom bensin dan tempat servis mobil (bengkel). Sedangkan petugas derek akan diberikan tali untuk menarik mobil, mobil menggunakan media kardus yang nanti dinaiki oleh satu anak, dan peralatan bengkel menggunakan peralatan tulis. Lalu, anak-anak akan melakukan misinya sesuai dengan tugas yang sudah dibagi.

- Permainan bercerita, fungsinya memberikan pendidikan moral pada anak. Dalam permainan ini guru akan memberikan cerita menggunakan alat peraga berupa boneka, gambar, dan dan boneka gagang. Guru dituntut bercerita semenarik mungkin dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak didik agar nanti anak bisa menceritakan kembali dan mengambil nilai-nilai moral yang baik dari cerita tersebut. Pada permainan bercerita, masing-masing anak disuruh maju ke depan untuk menceritakan pengalaman yang pernah mereka lakukan, seperti pergi berlibur, kejadian lucu yang pernah mereka alami, dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil observasi peneliti, anak-anak sangat antusias sekali mengikuti jalannya permainan ini bahkan mereka berebut ingin maju. Tapi, guru tetap memberikan pengertian pada mereka dan guru menunjuk mereka dengan cara mengundi. Saat itu yang maju pertama adalah Affan. Affan bercerita tentang pengalamannya berlibur ke kebun binatang bersama kedua orang tuanya, di sana ia melihat jerapah yang mempunyai leher panjang, berkeliling melihat ikan-ikan, dan melihat harimau yang sedang tidur di kandang.

2. Pendekatan Aktif

Dalam belajar calistung yang menggunakan pendekatan aktif, anak diberikan kebebasan dalam menggerakkan tubuhnya dengan berbagai cara, menggunakan imajinasi, bersenang-senang bermain sendiri maupun dengan orang lain, dan memberikan rasa kepuasan pada anak didik.

(15)

11

- Bermain di arena permainan, fungsi menyegarkan pikiran anak, memberikan pengalaman-pengalaman baru pada anak, mengembangkan fungsi dari otak kanan (daya imajinasi), dan mengembangkan kemampuan bersosialisasi mereka dengan teman-temannya.

- Bermain lompat-masuk-keluar garis, fungsinya meningkatkan daya saaraf sensorik dan motorik.

- Bermain balap terowongan, fungsinya melatih ketrampilan gerak tubuh dan menanamkan rasa percaya diri untuk mencapai kemenangan.

3. Pendekatan Konstruktif , Pendekatan ini berfungsi untuk membentuk pola pikir anak agar menjadi terstruktur dan dapat mengembangkan kognitif pada anak. Guru dituntut untuk menciptakan permainan yang dapat memunculkan sifat eksplorasi, kemandirian, dan percaya diri.

Contoh:

- Menyusun balok, fungsinya memberikan kebebasan berpikir anak dalam menyusun balok-balok dan lego menjadi bentuk-bentuk yang diinginkan.

- Membuat jalanan, fungsinya menemukan jalan menuju suatu benda. Permainan ini biasanya dilakukan dengan menyusun bangku-bangku yang ada di kelas menjadi suatu area jalan.

- Membuat tenda yang ditutupi selimut, fungsinya menciptakan daya kreasi anak diwujudkan dalam bentuk bangunan yang terbuat dari peralatan-peralatan di sekolah.

(16)

12

BAB III

METODE KEGIATAN

3.1 Kerangka Pemecahan Masalah

Kerangka pemacahan masalahnya disajikan pada Gambar 3.1 berikut. Berdasarkan uraian tersebut, maka upaya peningkatan kemampuan calistung sangat penting dilakukan. Hal tersebut karena dengan kegiatan tersebut, banyak aspek dapat terpecahkan secara komprenhensif, seperti: memberikan bantuan yang dibutuhkan, tersusun bahan/alat ajar yang menarik, kemampuan membaca dan peningkatan kemampuan menulis dan berhitung.

Gambar 3.1. Alur Pelaksanaan Kegiatan P2M

3.2 KHALAYAK SASARAN

Pengabdian pada masyarakat ini ditujukan kepada siswa-siswa yang seharusnya bisa membaca, maksudnya adalah siswa di atas kelas I, yaitu kelas II, III, IV, V, dan VI yang belum bisa membaca di Sekolah Dasar Negeri 4 dan 7 Banyuning. Berdasarkan hasil survey di awal dengan informan Ibu Kepala Sekolah SD N 4 dan 7 Banyuning, bahwa

Alternatif pemecahan masalah

a. Memberikan les calistung secara gratis b. Memberikan metode pengajaran calistung

yang menarik dan lingkungan yang sama2 belum bisa baca, sehingga tidak minder c. Memberikan bantuan buku, alat tulis dan

bahan/alat ajar yang menarik

Permasalahan :

a. Siswa SD yang seharusnya bisa membaca, tidak punya biaya untuk ikut dalam program-pogram calistung yang disediakan oleh lembaga-lembaga belajar yang ada di sekitarnya.

b. Siswa SD yang seharusnya bisa membaca merasakan bahwa kegiatan calistung merupakan kegiatan yang tidak menyenangkan yang terpaksa harus mereka lakukan karena metode pengajaran yang kurang menarik, kurangnya semangat dan keuletan mitra untuk secara kontinyu belajar, karena ada pada lingkungan teman-teman yang sudah bisa membaca.

c. Mitra belum mempunyai buku, peralatan tulis, bahan/alat ajar yang menarik sehingga mereka mau tertarik dan bersemangat untuk terus mengikuti kegiatan P2M ini sampai tuntas.

Metode kegiatan

a. Menyediakan waktu dan tempat untuk les calistung secara teratur.

b. Menggunakan metode pengajaran sentra dan calistung

c. Memberikan bantuan berupa buku, alat tulis, alat/bahan ajar yang menarik (Alat/bahan ajar dibuat sendiri oleh Pengajar di les calistung gratis)

Metode Evaluasi dilakukan secara reguler

a. Penilaian peserta didik berdasarkan internal (pengajar les calistung gratis)

b. Penilaian peserta didik berdasarkan eksternal (pengajar di sekolahnya)

Hasil P2M :

a. Bantuan berupa buku (buku tulis, buku cerita), alat tulis

b. Bahan /alat ajar menarik yang dibuat sendiri oleh pengajar

c. Kemampuan membaca

(17)

13

terdapat 17 (tujuh belas) orang siswa yang belum bisa membaca di sekolah yang dipimpinnya. Daftar siswa tersebut terlampir.

3.3 Keterkaitan

Kegiatan pengabdian masyarakat ini memiliki keterkaitan dengan sekolah dasar dan Yayasan Taru Vidya Mandara yang sama-sama mengemban mandat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Universitas Pendidikan Ganesha yang memiliki sumber daya dapat menularkan pengetahuan dan ketrampilannya bagi masyarakat sekitar yang dalam hal ini memberikan metode pengajaran yang kreatif dan Yayasan Taru Vidya Mandara memiliki informasi dan fasilitas kelas beserta isinya serta sekolah memberikan data sejujurnya tentang siswa yang belum bisa membaca. Pelatihan ini tentunya sangat berdampak positif bagi SD N 4 dan & Banyuning, karena suasana akademik kelas semakin kondusif. Dengan demikian, diharapkan seluruh lulusan SD N 4 dan & Banyuning semua dapat melanjutkan ke jenjang SMP sesuai dengan amanat pemerintah program belajar 9 tahun.

3.4 Metode Kegiatan

Untuk mewujudkan keinginan pihak sekolah dan orang tua siswa agar tidak ada lagi siswanya yang di atas kelas I belum bisa membaca, maka akan dilakukan tahapan kegiatan sebagai solusi terhadap permasalahan yang sedang dihadapi oleh mitra. Kegiatan dimaksud akan dilakukan menggunakan beberapa metode pendekatan meliputi penyuluhan, pelatihan dan pendampingan, serta bantuan modal. Secara rinci, metode pendekatan yang digunakan sebagai solusi pemecahan masalah mitra ditunjukkan pada Tabel 3.2 di bawah.

Tabel 3.2. Pendekatan Pemecahan Masalah Mitra

Permasalahan Mitra Akar Masalah Pendekatan Pemecahan

Masalah (Solusi)

a. Siswa SD yang seharusnya bisa membaca, tidak punya biaya untuk ikut dalam program-pogram

calistung yang disediakan oleh lembaga-lembaga belajar yang ada di sekitarnya.

Kurangnya biaya Memberikan les calistung secara gratis

(18)

14 seharusnya bisa membaca

merasakan bahwa kegiatan calistung merupakan kegiatan yang tidak menyenangkan yang terpaksa harus mereka lakukan karena metode pengajaran yang kurang menarik, kurangnya semangat dan keuletan mitra untuk secara kontinyu belajar, karena ada pada lingkungan teman-teman yang sudah bisa membaca.

Terdapat siswa di atas kelas I yang belum bisa membaca Lingkungan yang tidak mendukung (di lingkungan siswa yang sudah bisa membaca)

Menganggap pelajaran calistung adalah pelajaran yang membosankan

Memberikan les calistung secara terjadwal

Dikelompokkan dengan teman-teman yang kemampuannya sama (sehingga tidak minder) Metode pembelajaran yang dipilih yang menarik untuknya yaitu metode sentra dan calistung

c. Mitra belum mempunyai buku, peralatan tulis, bahan/alat ajar yang menarik sehingga mereka mau tertarik dan bersemangat untuk terus mengikuti kegiatan P2M ini sampai tuntas.

Buku, Alat tulis yang tidak memadai

Bahan dan Alat Ajar untuk membuat proses pembelajaran menarik kurang

Memberikan bantuan buku (baik buku tulis maupun buku cerita) dan alat tulis Membuat bahan dan alat ajar yang menarik

Untuk merealisasikan solusi pemecahan masalah yang ditawarkan, maka kegiatan program P2M ini akan dilakukan melalui lima tahapan kegiatan sebagai berikut.

1. Tahap I (Pretest)

Pada tahap awal ini bertujuan untuk mengenal kemampuan dan karakter anak.

2. Tahap II (Pengajaran Calistung)

Pada tahap ini mitra akan ajarkan materi calistung dengan cara menarik melalui media-media pengajaran yang menarik dan dibuat sendiri. Pada tahap ini terdiri dari beberapa langkah yaitu pembukaan dengan permainan-permainan edukatif yang melatih motorik dan konsentrasinya; setelah itu masuk inti dimana penyampaian materi dibuat seolah-olah anak tidak sedang belajar calistung, tapi bermain.

3. Tahap III (Post tes)

Pada tahap ini peserta kembali diberikan tes akhir untuk menyatakan keberhasilannya dalam mengikuti program P2M ini.

(19)

15

Pada tahap ini tim pelaksana P2M bekerjasama dengan guru kelas siswa mengadakan evaluasi terhadap kemampuan membaca peserta dan peningkatan kemampuan menulis dan berhitung.

5. Tahap V (Monitoring dan Pendampingan)

Pihak pengusul kegiatan akan melakukan monitoring dan pendampingan secara berkala untuk memastikan keberhasilan program P2M. Pada tahap ini, pihak pengusul juga akan melakukan analisis terhadap kemungkinan permasalahan yang muncul dari peserta, karena kegiatan ini di SD N 4 dan 7 Banyuning menjadi pionir untuk kegitan les calistung gratis. Harapan di tahun–tahun mendatang kegiatan ini akan terus dilakukan di sekolah-sekolah lainya yang juga mengalami permasalahan yang sama.

Keberhasilan kegiatan IbM ini tentu saja sangat tergantung pada partisipasi aktif dari para peserta. Partisipasi peserta didik yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut:

1) Menyediakan waktu untuk program calistung yang sesuai jadwal.

2) Mengikuti seluruh kegiatan dari pre test, pengajaran calistung dan post tes

3) Berkomitmen tinggi untuk meneruskan semangat belajar dan meyakini bahwa saya pasti bisa.

3.5 Rancangan Evaluasi

Untuk mengetahui keberhasilan program pengabdian pada masyarakat, para peserta diberi tes dan diobservasi. Evaluasi kegiatan P2M ini dilakukan secara internal dan eksternal. Evaluasi internal dilakukan oleh tim program pengabdian ada masyarakat, sementara evaluasi eksternal dilakukan oleh guru kelas dari masing-masing siswa di sekolahnya.

a. Tes

Tes diberikan diawal (pre tes) dan diakhir kegiatan (pos tes) yang mencakup kemampuan membaca tahap 1, 2 dan 3 ; kemampuan menulis, dan kemampuan berhitung. Pre tes bertujuan mengetahui pengetahuan awal peserta program dan pos tes diberikan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dan keterampilan para peserta. Hasil pre tes dan pos tes dianalisa gain skornya dan program dikatakan berhasil apabila skor tes akhir minimal rata-rata 7.

b. Observasi

Observasi pelaksanaan program dilakukan terhadap para peserta dengan menggunakan lembar observasi. Observasi dilakukan ketika kegiatan berlangsung dan

(20)

16

setelah kegiatan berlangsung. Observasi ketika kegiatan berlangsung bertujuan mengetahui aktivitas dan keseriusan peserta dalam mengikuti kegiatan. Sedangkan observasi setelah kegiatan berlangsung bertujuan mengetahui implementasi program yang telah diberikan. Aspek-aspek yang diobservasi meliputi keseriusan dan aktivitas para peserta dalam mengikuti program. Teknik pemberian skor menggunakan skala likert dengan interval 1-5. Data observasi dianalisa secara deskriptif kualitatif. Program dikatakan berhasil apabila skor peserta rata-rata minimal 4.

Evaluasi hasil dilakukan terhadap kemampuan peserta membaca menulis dan menghitung yang dihasilkan dari skor yang diperolehnya. Indikator yang digunakan sebagai ukuran keberhasilan kegiatan yang dilakukan sebagai berikut.

1. Kehadiran peserta mengikuti kegiatan lebih dari 85 %. 2. Semangat/antusiasme peserta mengikuti kegiatan baik. 3. Nilai peserta pengabdian di atas 75.

4. Tanggapan/respon peserta terhadap pelaksanaan kegiatan positif.

3.6 Rencana dan Jadwal Kegiatan

Pelaksanaan Program P2M ini dirancang selama 8 bulan melalui tahapan kegiatan

seperti ditunjukkan pada Tabel 3 di bawah.

4. ORGANISASI PELAKSANA

Tim pelaksana kegiatan P2M diorganisasi dengan pembagian tugas sebagai berikut.

Tabel 4. Organisasi Tim Pelaksana

No Nama Kualifikasi Asal

lembaga Tugas Waktu jam/ minggu 1 Made Vivi Oviantari, S.Si., M.Si. Kimia lingkungan D3 Analis Kimia FMIPA Undiksha Membuat proposal Mengadakan koordinasi dengan peserta Menyiapkan materi Pengabdian Memonitoring penerapan pelatihan  Mengadakan evaluasi kegiatan  Membuat laporan 8

(21)

17 S.Pd., M.Pd. Dasar Konsentras i IPA Undiksha menyiapkan pelaksanaan kegiatan Membantu pengadaan pelatihan Membantu memonitor pelaksanaan kegiatan Membantu mengevaluasi kegiatan 3 Ni Wayan Martiningsih, S.Si.,M.Sc Kimia Organik D3 Analis Kimia FMIPA Undiksha Membantu menyiapkan pelaksanaan kegiatan  Mengadakan pelatihan Membantu memonitor pelaksanaan kegiatan Membantu mengevaluasi kegiatan 6 3 I MP Anton Santiasa, S.Pd., M.Sc. Bioteknolo gi Jurdik Biologi FMIPA Undiksha  Mengadakan pelatihan Membantu memonitoring Membantu penerapan pelatihan Mengadakan evaluasi kegiatan Membantu membuat laporan 6

(22)

18

BAB IV

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

Program PKM ini diawali dengan membuat perencanaan kegiatan dan menjelaskannya dengan tim PKM, sekaligus pembagian tugas. Ibu Ni Wayan Martiningsih, S. Si., M.Sc., bertugas untuk membuat surat ijin melakukan pengabdian ke SD N 4 dan 7 Banyuning dan absensi peserta pelatihan. Pembuatan surat ijin melakukan pengabdian tertanggal 10 Mei 2017. Ibu Ni Wayan Rati, S.Pd., M.Pd bertugas untuk membeli perlengkapan P2M, seperti buku, pensil, pengerot, penghapus, dll. Bapak IMP Anton Santiasa, S.Pd., M. Sc., mendapatkan tugas untuk memesan spanduk dan membuat bahan ajar calistung. Bahan ajar calistung yang dibuat berupa modul belajar membaca untuk pemula yang tersaji pada Lampiran 2 dan modul latihan berhitung terdapat pada Lampiran 3. Sementara Ibu Made Vivi Oviantari, S.Si., M.Si., bertugas melakukan penjajagan ke sekolah yang menjadi mitra dalam PKM ini.

Program PKM ini disambut dengan baik oleh ibu Kepala Sekolah SD N 4 Banyuning, yaitu ibu Made Suyati, S.Pd., karena ada beberapa siswa di sekolahnya, di atas kelas I memang belum bisa membaca, bahkan ada yang tidak naik kelas yang bernama Sura, karena alasan yang sama. Selain itu, murid yang tercatat kelas VI tahun 2016 (pada saat pendataan dalam rangka pembuatan proposal), terpaksa diluluskan di tahun 2017, walaupun belum bisa membaca. Sungguh menjadi dilema, tapi itulah yang terjadi.

Pada saat penjajagan ke SD 4 dan 7 Banyuning, awalnya jadwal les calistung ini ditetapkan hari Selasa, Kamis dan Sabtu dengan pertimbangan memberikan jeda waktu sehari, supaya muridnya tidak cepat lupa dengan yang sudah diajarkan sebelumnya. Pada kenyataannya Hari Selasa murid pulang sudah sangat siang yaitu jam 13.00, sehingga ibu kepala sekolah tidak memperkenankan Hari Selasa untuk jadwal calistung, walaupun dari tim PKM akan memberikan konsumsi kepada muridnya tiap hari Selasa. Oleh karena itu, ditetapkanlah hari Rabu dan Kamis jam 12.00-13.00 dan Hari Sabtu jam 10.00-11.00.

Berdasarkan pembicaraan dengan dua kepala sekolah SD mitra, kami akan memulai program PKM pada tanggal 26 Juli 2017, namun karena SD N 4 Banyuning kemarinnya baru selesai mengadakan akreditasi sehingga Ibu Kepala Sekolah lupa mengadakan koordinasi dengan bawahannya, sehingga kegiatan ini dimulai pada Hari Sabtu, 29 Juli 2017. Peserta yang datang pada saat awal kegiatan ada beberapa tidak sesuai dengan yang terdata pada saat pembuatan proposal, dan ketidakmampuan murid juga sangat bervariasi. Oleh karena itu, untuk mempermudah proses pengajaran, murid dikelompokkan menjadi 3,

(23)

19

yaitu 1) Siswa yang belum bisa membaca, 2) Siswa yang belum lancar membaca dan menulis, 3) Siswa yang kurang berhitung. Kelompok siswa tersebut tersaji pada Lampiran 1.

Hasil dari kegiatan PKM tersebut adalah tim program PKM harus mendahului datang setengah jam sebelumnya, supaya siswa yang menjadi sasaran kegiatan ini tidak mendahului pulang. Tim program PKM dalam mengajar calistung harus sabar dan penuh kasih sayang dalam mengajar siswa-siswa tersebut. Selain itu, pengajar calistung harus sering memberikan reward kepada siswa yang sudah mengalami peningkatan kemampuan, seperti kata good, bagus, pintar, dll, untuk mendorong kemauan dan semangat belajar siswa. Sudah ada beberapa kemajuan yang terjadi pada beberapa siswa diantaranya yaitu Putu Marta Widia Darma yang awalnya belum bisa penjumlahan susun dan pengurangan, sekarang sudah bisa; Kadek Sugiantari dan Komang Widia Dewi awalnya belum bisa penjumlahan dan pengurangan susun sekarang sudah bisa; Dw. Km. Keramas Satriya Saputra awalnya membaca masih mengeja, sekarang sudah bisa mengeja, dan lain-lain , namun ada beberapa siswa yang belum mengalami kemajuan yang disebabkan karena mereka jarang hadir dalam progran PKM ini. Program PKM ini diakhiri dengan kegiatan perpisahan. Pada saat perpisahan, kegiatan tersebut dihadiri oleh kepala sekolah SDN 4 Banyuning, guru-guru SD N 4 dan 7 Banyuning, para siswa peserta kegiatan PKM, tim PKM. Kata sambutan diberikan oleh ketua tim PKM yang di dalamnya diselipi suatu lagu yang berjudul saya pasti bisa, dan peserta PKM dalam hal ini siswa SD 4 dan 7 Banyuning yang seharusnya bisa membaca mengikuti lagu tersebut dengan senang dan bersemangat. Untuk memeriahkan acara perpisahan ini, diberikan juga suatu permainan yang terkait calistung, siapa yang bisa menjawab, angkat tangan, lalu ditunjuk. Jika bisa menjawab dengan benar, akan diberikan souvenir berupa alat tulis. Acara tersebut berlangsung dengan sangat meriah yang terlihat dari antusias siswa-siswi tersebut mengikuti kegiatan. Ibu Kepala sekolah dalam hal ini diwakili oleh kepala sekolah SDN 4 Banyuning juga mendapat kesempatan untuk memberikan sepatah dua patah kata, yang pada intinya mengucapkan terima kasih sudah bersedia mengadakan les calistung gratis di sekolah yang Beliau pimpin, ke depan diharapkan adanya kerjasama lagi untuk kegiatan-kegiatan lain. Akhir acara ditutup dengan foto bersama anggota tim PKM, kepala sekolah dan peserta PKM.

(24)

20

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan kegiatan yang sudah dilakukan, simpulan sementara yang dapat ditarik adalah sebagai berikut.

1. Siswa-siswa SD yang seharusnya bisa membaca mendapatkan les calistung secara gratis di sekolahnya.

2. Siswa SD yang seharusnya bisa membaca yang menjadi mitra pada program P2M ini, harus sering diberikan reward di saat mereka sudah mampu melakukan apa yang diminta, harus diberikan kasih sayang dan kesabaran di dalam pembelajaran, sehingga memberikan keyakinan kepada mitra bahwa mereka mampu membaca, menulis dan berhitung, jika mau berusaha.

3. Mitra sudah mempunyai buku dan peralatan tulis sehingga mereka mau tertarik dan bersemangat untuk terus mengikuti kegiatan P2M ini.

5.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan di sini adalah sebagai berikut.

1. Bagi murid SDN 4 dan 7 Banyuning harus lebih bersemangat mengikuti pembelajaran, jangan cepat putus asa dan menyerah.

2. Bagi para guru pengajar SD N 4 dan 7 Banyuning agar lebih bersabar dalam mengajar dan lebih sering memberikan kata pujian kepada para siswa yang sudah mampu atau sudah mengalami peningkatan dalam akademik, sehingga siswa menjadi tidak cepat menyerah dan putus asa. Selain itu dalam memberikan pembelajaran kepada siswa SD perlu adanya cinta dan kasih sayang yang mendukung proses pembelajaran menjadi lebih cepat.

3. Jika ada siswa yang belum bisa membaca, tapi seharusnya siswa tersebut sudah bisa membaca, sewajarnya guru memberikan les tambahan kepada siswa tersebut di luar jam nya mengajar.

(25)

21

Tabel 4. Jadwal Kegiatan Program P2M

No Kegiatan Minggu Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32

1 Membuat dan mengedarkan

surat ijin mengadakan P2M √ √ Membuat bahan ajar yang

menarik bagi peserta les calistung

√ √ √ √ √ √ √

2 Rapat tim pelaksana P2M sekaligus membuat jadwal les calistung

4 Membuat soal pre tes dengan

tim pelaksana

6 Membuat soal pos tes dengan

tim pelaksana √ √

7 Proses pengajaran calistung Sekaligus tes awal dan observasi kegiatan

√ √ √ √ √ √ √ √

8 Pemberian Pos tes

9 Pembuatan Draf Laporan

10 Revisi laporan

11 Penyetoran laporan

(26)

22

Lampiran 1

Daftar Hadir Kegiatan P2M

Judul: Peningkatan Kemampuan Calistung Bagi Siswa di Atas Kelas 1 yang Belum Bisa Membaca

No Nama Kls Keterangan Sekolah Tanggal

29/7 2/8 4/8 5/8 10/8 11/8 24/8 25/8 26/8 31/8

1 Gede Sura Adnyana 1 belum mengenal huruf SDN 4 H - - - H -

2 Komang Kaila Putri 1 Belum lancar mengeja

huruf SDN 4 H - - - H -

3 Alfianus Seran 2 belum lancar membaca SDN 4 H H - - - -

4 Kadek Lisa Pratiwi 2 belum lancar membaca SDN 4 H H - H - - - - -

5 I Made Radityawan 2 ? SDN 4 H - - - -

6 Putu Enzie Dharma Utama 2 ? SDN 4 - - H - - - - -

7 Gede Juniarta 3 belum lancar membaca SDN 4 H H - - - H(T5) - - H(T6)

8 Ketut Sujana Putra 3 belum lancar membaca SDN 4 H H H - - - - P H(T5)

9 Dw. Km. Keramas Satriya

Saputra 3 belum lancar membaca SDN 4 H - H -

- H(T4) H H -

10 Komang Agus Budiartana 3 belum lancar membaca SDN 4 H H H - - - - P -

11

Made Candra Sumardika 3 Sudah bisa baca SDN 4 h H - H - H

(LM)

H H H

12 Kadek Dwi Adi Brata 3 Belum lancar membaca dan latihan menulis SDN 4 th - H - - - H H H(T5)

13 Komang Ardiwibawa 4 ? SDN 4 th - - - - H(T9) H - -

14 Kadek Widi Mahendra 4 ? SDN 4 H - - - H(T9) H H -

15 Kadek Cantika Setiani 4 ? SDN 4 - - H - H(T9) H H -

16 Kadek Riki Mahendra 4 ? SDN 4 - - - - H P -

17 Gede Pasek Sudarsana 4 Sudah bisa baca SDN 4 h H - - - - H -

18 Dewa Ayu Sri Indrayani 5 belum lancar membaca SDN 4 H H H H - H(J) H H -

19 Kadek Sugiantari 5 belum lancar membaca SDN 4 H H H H - H(J) H - -

20 Komang Dimas Pratama 5 Sudah bisa baca SDN 4 h H - - - H(LM) - P H

21 Komang Widia Dewi 5 Sudah bisa baca SDN 4 h - - H - - - - H

H - - - -

(27)

23

23 Luh Mirayani ? SDN 7 th H - - H - H(T3) P -

24 Made Suta Permana ? SDN 7 th H - - H H(LM) - P -

25 Komag Nata Candrawan ? SDN 7 th - - - - H(LK) - H -

26 Gusti Ketut Wira Pramana ? SDN 7 th - - - H - H

27 Kadek Angriyani ? SDN 7 th - - - - - H H -

28 Putu Dela Cahyani ? SDN 7 th H H - - - H P H

29 Komang Pardiyasa 5 Sudah bisa baca, latihan

menulis SDN 7 h - - - H H(LM) - H -

30 Luh Putri Ayu Lestari ? SDN 7 th - - - H - - P -

31 Putu Denis - - - -

32 Gede Agus Satrya Wibawa - - - -

33 Gede Yoga Wismantara Sudah bisa baca, latihan

menulis - - - H(LM) - - H

34 Kadek Dwi Kurniawan 1 Belum lancar mengeja

huruf SDN 4 - - - H(T4)

35 Gde Krisna Aldiano 1 Belum lancar mengeja

huruf SDN 4 - - - H(T4)

Keterangan : T=Topik

LM=Latihan Menulis J= Latihan Penjumlahan K= Latihan Pengurangan JS=Latihan Penjumlahan Susun

(28)

24

Lampiran 2.

MODUL BELAJAR MEMBACA

UNTUK PEMULA

Oleh: I Made Pasek Anton Santiasa, S.Pd., M.Sc.

Topik 1. Mengenal Nama & Bunyi Huruf

Huruf Kapital: A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V

W X Y Z

Huruf Kecil: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v

w x y z

Vokal:

Aa Ii Uu Ee Oo

Konsonan: Bb Cc Dd Ff Gg Hh Jj Kk Ll

Mm Nn Pp Qq Rr Ss Tt Vv Ww

Xx Yy Zz

Topik 2. Membaca Sebuah Suku-kata (dua huruf: konsonan-vokal)

Contoh:

B

Ba

Bi

Bu

Be

Bo

C

Ca

Ci

Cu

Ce

Co

D

Da

Di

Du

De

Do

F

Fa

Fi

Fu

Fe

Fo

G

Ga

Gi

Gu

Ge

Go

H

Ha

Hi

Hu

He

Ho

J

Ja

Ji

Ju

Je

Jo

K

Ka

Ki

Ku

Ke

Ko

L

La

Li

Lu

Le

Lo

M

Ma

Mi

Mu

Me

Mo

N

Na

Ni

Nu

Ne

No

P

Pa

Pi

Pu

Pe

Po

Q

Qa

Qi

Qu

Qe

Qo

R

Ra

Ri

Ru

Re

Ro

S

Sa

Si

Su

Se

So

T

Ta

Ti

Tu

Te

To

V

Va

Vi

Vu

Ve

Vo

W

Wa

Wi

Wu

We

Wo

X

Xa

Xi

Xu

Xe

Xo

Y

Ya

Yi

Yu

Ye

Yo

Z

Za

Zi

Zu

Ze

Zo

(29)

25

Topik 3. Pengenalan Kata (dua suku-kata yang sama)

Contoh: Bi-bi, Cu-cu, Da-da, Gi-gi, dst., seperti di bawah

ini.

B

Ba-ba

Bi-bi

Bu-bu

Be-be

Bo-bo

C

Ca-ca

Ci-ci

Cu-cu

Ce-ce

Co-co

D

Da-da

Di-di

Du-du

De-de

Do-do

F

Fa-fa

Fi-fi

Fu-fu

Fe-fe

Fo-fo

G

Ga-ga

Gi-gi

Gu-gu

Ge-ge

Go-go

H

Ha-ha

Hi-hi

Hu-hu

He-he

Ho-ho

J

Ja-ja

Ji-ji

Ju-ju

Je-je

Jo-jo

K

Ka-ka

Ki-ki

Ku-ku

Ke-ke

Ko-ko

L

La-la

Li-li

Lu-lu

Le-le

Lo-lo

M

Ma-ma

Mi-mi

Mu-mu

Me-me

Mo-mo

N

Na-na

Ni-ni

Nu-nu

Ne-ne

No-no

P

Pa-pa

Pi-pi

Pu-pu

Pe-pe

Po-po

Q

Qa-qa

Qi-qi

Qu-qu

Qe-qe

Qo-qo

R

Ra-ra

Ri-ri

Ru-ru

Re-re

Ro-ro

S

Sa-sa

Si-si

Su-su

Se-se

So-so

T

Ta-ta

Ti-ti

Tu-tu

Te-te

To-to

V

Va-va

Vi-vi

Vu-vu

Ve-ve

Vo-vo

W

Wa-wa

Wi-wi

Wu-wu

We-we

Wo-wo

X

Xa-xa

Xi-xi

Xu-xu

Xe-xe

Xo-xo

Y

Ya-ya

Yi-yi

Yu-yu

Ye-ye

Yo-yo

Z

Za-za

Zi-zi

Zu-zu

Ze-ze

Zo-zo

Topik 4. Membaca Kata (memiliki dua suku-kata yang berbeda)

Contoh:

co-ba

sa-ya

bi-sa

ba-ca

bu-ku

ba-ru

ji-ka

ke-ju

de-sa

lu-pa

go-da

ha-ri

(30)

26

mu-ka

sa-pi

ta-pi

wu-ku

yo-yo

ho-re

Topik 5. Membaca Kata (memiliki tiga suku-kata, masing-masing 2

huruf) Contoh:

ce-ri-ta

ba-li-ta

da-hu-lu

ge-ja-la

ja-ta-yu

le-ma-ri

ma-ho-ni

lo-ka-si

ka-me-ra

ka-no-pi

nu-ra-ni

pa-du-ka

no-ve-la

pe-ra-hu

po-li-si

se-la-sa

re-si-ko

te-na-ga

yu-wa-na wi-se-sa

Topik 6. Membaca Kata [memiliki dua suku-kata. 2 huruf (k-v) yang

diikuti suku-kata dengan 3 huruf (k-v-k) Contoh:

bu-tir

ca-tur

da-tar

fa-ham

ge-ser

ki-pas

ja-mur

hi-tam

lu-lus

me-kar

na-fas

no-vel

re-but

pe-tak

pa-dam

so-pir

te-nar

to-leh

sa-buk

wa-kil

Topik 7. Membaca Kata [memilki dua suku-kata. 3 huruf (k-v-k) yang

diikuti suku-kata dengan 2 huruf (k-v)], Contoh:

dom-ba

ban-tu

cer-na

fik-si

gem-pa

har-ga

han-tu

jum-pa

kal-du

kur-ma

lem-bu

ker-ja

mim-pi

lam-pu

nis-ta

ram-bu

pur-ba

ser-ta

tem-pe

wak-tu

(31)

27

Topik 8. Membaca Kata [dua suku-kata, 3 huruf (k-k-v) dan diikuti

suku kedua] Contoh:

bri-ket

bro-mo

bro-sur

dra-ma

fra-sa

gra-tis

gli-kol

glo-bal

gra-fik

gra-nat

kli-nik

klo-set

pri-ma

spi-dol

spa-si

spo-ra

sri-ti

sta-tus

stu-pa

tro-fi

Topik 9. Membaca Kata (yang memiliki dua suku-kata,

masing-masing 3 huruf) Contoh:

bur-ger

cer-das

dam-pak

den-dam

fer-til

gan-jil

ham-bar

han-cur

jam-bul

jem-put

jen-tik

jum-lah

kal-kun

lam-bat

mak-sud

nam-pan

pin-tar

ram-but

suk-sek

tun-tas

Topik 10. Membaca Kata (yang berawalan bunyi –ny)

Contoh:

nya-la

nya-li

nya-man

nya-muk

nya-na

nya-nyi

nya-ring

nya-ris

nya-ta

nya-tu

nya-wa

nye-nyak

nye-pi

nye-ri

nyi-nyir

nyi-ru

nyi-ur

nyo-nya

nyo-nyor

nyut-nyut

Topik 11. Membaca Kata (yang berawalan bunyi –ng)

Contoh:

nga-rang

nga-du

nga-rai

nga-yah

nge-ri

(32)

28

Topik 12. Membaca Kata (lebih dari 2 suku-kata, yang memiliki 3

huruf) Contoh:

ber-ma-in

cam-pur-an den-pa-sar for-mu-lir ge-mer-lap

har-ta-wan jas-ma-ni

ka-len-der

ke-lin-ci

lem-ba-ga

mah-ko-ta

mem-ba-ca No-vem-ber pra-mu-ka pri-mi-tif

pus-ta-ka

ram-but-an

re-sep-si

sum-ba-wa

tra-di-si

Topik 13. Membaca Kata (yang mengandung bunyi –ny)

Contoh:

ber-nya-nyi

de-nyut

ga-nya-ng

me-nyu-su

ha-nya

ha-nyut

ke-nyal

ke-nyut

ko-nyol

ku-nyah

ku-nyit

le-nyap

pe-nyok

pe-nyu

pu-nya

re-nyah

ru-nyam

se-nyap

su-nyi

ta-nya

Topik 14. Membaca Kata (yang mengandung bunyi –ng)

Contoh:

bang-ku

beng-kel

bing-kai

bong-kar

bung-kus

cang-kang

cong-kak

cung-kil

dang-kal

deng-kul

dong-kang

gang-gang

geng-gam

ging-sir

gong-gong

heng-kang

jang-gut

jeng-got

jong-kok

jung-kir

Topik 15. Pengayaan Topik 7 (penambahan jumlah suku-kata)

Contoh:

(33)

29

ban-de-rol

ber-ba-gai

bun-dar-an

cam-pur-an

cen-da-wan

com-ber-an

den-tum-an

dik-ta-tor

fan-tas-tis

fes-ti-val

for-mu-lir

gan-jal-an

ge-mer-lap

gum-pal-an

ham-bat-an

hem-pas-an

hip-no-tis

jem-ba-tan

ka-lau-pun

ka-len-der

ke-lom-pok

kom-pu-ter

kum-pul-an

lem-par-an

lin-tas-an

mak-si-mal

mem-pe-lai

men-te-reng

No-vem-ber

pan-cor-an

pem-ba-lap

pen-de-kar

ram-but-an

res-to-ran

rem-bet-an

rin-tis-an

ro-man-tis

sam-but-an

se-mes-ter

sim-pul-an

sum-bat-an

tam-pil-an

tem-bi-kar

ter-mo-me-ter

tin-dak-an

ton-ton-an

tun-tun-an

war-ta-wan

Topik 16. Pengayaan Topik 8 (penambahan jumlah suku-kata)

Contoh:

bran-dal-an

blak-blak-an

dra-ma-tis

dras-tis

drum-ben

dwi-dar-ma

fre-kuen-si

frus-tra-si

gla-dia-tor

gli-ko-gen

gra-vi-ta-si

kha-ris-ma

kha-wa-tir

kla-ri-net

klak-son

kli-nik

kre-a-si

kre-a-tif

kre-ma-si

kri-mi-nal

kris-tal

kris-ten

kro-nis

ksa-tri-a

pla-sen-ta

plin-plan

pra-mu-ka

pre-da-tor

(34)

30

spo-ra-dis

sta-mi-na

ste-re-o

stu-di-o

tra-di-si

tri-mur-ti

tri-su-la

tro-to-ar

Topik 17. Pemenggalan Suku-kata (mengandung bunyi –ny)

Contoh:

menyanyi berbunyi

menyapu

menyuling

menyatu

menyala

menyalin menyokong menyikut

menyela

Topik 18. Pemenggalan Suku-kata (mengandung bunyi –ng)

Contoh:

mengarang mengering menguning mengadu menguping

mengawal

mengintip mengoceh

mengukus mengupas

Topik 19. Pemenggalan Suku-kata Pada Kata yang Memiliki Lebih Dari

3 Suku-kata Contoh:

bepergian

menceritakan bersinggungan menyatakan

mengetahui menelusuri

mengirimkan

menyampaikan

mengawasi menyayangi

Topik 20. Latihan Membaca Kalimat.

(35)

31

Topik 22. Latihan Membaca Paragraf.

Topik 23. Latihan Membaca Naskah Cerita.

Topik 24. Latihan Membaca Naskah Cerita.

ini

buku

saya

i ni bu ku sa ya

ini buku saya

bola saya

baru

bo la sa ya ba ru

bola saya baru

itu bola

voli

i tu bo la vo li

itu bola voli

(36)

32

itu

cuka

i tu cu ka

itu cuka

cuka rasa

asam

cu ka ra sa a

sam

cuka rasa asam

mana nasi

saya

ma na na si sa ya

mana nasi saya

saya mau

fanta

sa ya ma u fan ta

saya mau fanta

(37)

33

ayo main yoyo

a yo ma in yo yo

ayo main yoyo

itu

palu besi

i tu pa lu be si

itu palu besi

kopi isi gula

ko pi i si gu la

kopi isi gula

kopi isi

susu

ko pi i si su su

kopi isi susu

(38)

34

su su da ri sa pi

susu dari sapi

ini lagu baru

i ni la gu ba ru

ini lagu baru

Xila guru wali

Xi la gu ru wa li

Xila guru wali

hari

ini hari

rabu

ha ri i ni ha ri ra bu

hari ini hari rabu

besok bulan juli

(39)

35

be sok bu lan juli

besok bulan juli

topi

saya

bundar

to pi sa ya bu n da r

topi saya bun dar

topi saya bundar

itu

kuda zebra

i tu ku da ze br a

itu kuda ze bra

(40)

36

pukul nyamuk mati

pu ku l ny a mu k ma ti

pukul nya muk mati

pukul nyamuk mati

kita nyanyi bareng

ki ta ny a ny i ba re ng

kita nya nyi ba reng

kita nyanyi bareng

saya terbang tinggi

sa ya ter ba ng ti ng gi

saya ter bang ting gi

(41)

37

menguras bak mandi

me ng u ra s ba k ma n di

me ngu ras bak man di

menguras bak mandi

menceritakan

kebiasaan

me n ce ri ta ka n ke bi a sa an

men cerita kan ke bia saan

menceritakan

kebiasaan

Gambar

Tabel 1. Daftar Nama Siswa di Atas Kelas 1 yang Belum Bisa Membaca
Gambar 3.1. Alur Pelaksanaan Kegiatan P2M
Tabel 3.2. Pendekatan Pemecahan Masalah Mitra
Tabel 4. Organisasi Tim Pelaksana
+2

Referensi

Dokumen terkait

PENERAPAN METODE DRILL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL- QUR’AN SISWA KELAS V SD ISLAM AR-RAHMAN SLOGOHIMO 2013/2014.. Tujuan dari penelitian ini

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan membaca puisi pada siswa kelas I SDN Kebon Gulo Musuk tahun pelajaran

Permasalahan dalam penelitian ini adalah, apakah kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas I SDN 2 Wombo dapat ditingkatkan dengan menggunakan kartu huruf siswa

Upaya Guru PAI dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an pada peserta didik di SDN Purwoyoso 01 Ngaliyan Semarang melalui pembiasaan, dorongan, serta bimbingan

Secara umum tindakan yang dipilih oleh peneliti yakni dengan menggunakan metode demonstrasi dalam membaca puisi cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan

Faktor lain yang diamati peneliti adalah seluruh aktivitas belajar dan kemampuan membaca permulaan siswa kelas I SDN 1 Kuripan Utara dalam pembelajaran melalui

Tingkat kemampuan membaca siswa kelas 1 SDN 1 Tempursari Sapuran Wonosobo pada saat belum adanya tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti, pada saat itu masih tergolong rendah,

Kesimpulan Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas PTK dengan judul Peningkatan Kemampuan membaca melalui video animasi pada siswa kelas IV SDN 2 Hadiwarno dapat disimpulkan bahwa