• Tidak ada hasil yang ditemukan

Standing Operation Procedure Operasi Sistem Khatulistiwa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Standing Operation Procedure Operasi Sistem Khatulistiwa"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Standing Operation Procedure

Operasi Sistem Khatulistiwa

PT PLN (PERSERO) WILAYAH KALIMANTAN BARAT

AREA PENYALURAN DAN PENGATUR BEBAN

(2)

KATA PENGANTAR

Standing Operation Procedure (SOP) Sistem Khatulistiwa ditujukan sebagai panduan bagi Pelaksana Pengendali Operasi (Dispatcher) di PT. PLN Area Penyaluran Dan Pengatur Beban (AP2B) untuk melaksanakan tindakan pengoperasian sistem maupun tindakan segera (immediate action) di dalam proses pengaturan agar sistem segera kembali ke keadaan normal.

Pontianak, 7 Juni 2017 Manajer

Ricky Cahya Andrian

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... 3

1. PENDAHULUAN ... 4

2. KONFIGURASI SISTEM KHATULISTIWA ... 4

2.1. Normal ... 4

2.2. Darurat ... 4

3. POLA OPERASI ... 6

3.1. Pola Operasi Pembangkit ... 6

3.2. Pola Operasi Transmisi ... 6

4. PENGATURAN FREKUENSI ... 7

5. PENGATURAN TEGANGAN ... 9

6. PENGATURAN BEBAN INTERKONEKSI ... 10

7. PEMULIHAN BLACKOUT ... 11

7.1. Tanggung Jawab Pengoperasian ... 11

7.2. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan ... 11

7.3. Pmt Yang Dibuka Pada Saat Padam Total ... 12

7.4. Pemulihan Sistem ... 15

8. KOORDINASI KOMUNIKASI ... 22

9. WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB ... 22

10. PENUTUP ... 22

(4)

1.

PENDAHULUAN

Buku SOP ini merupakan pedoman atau panduan bagi Pelaksana Pengendali Operasi Sistem Khatulistiwa (Dispatcher) mengoperasikan sistem agar operasi Sistem Khatulistiwa andal, sesuai standar mutu, ekonomis, dan aman untuk petugas dan peralatan. SOP ini dibuat untuk pengaturan sistem operasi pada Sistem Khatulistiwa, adapun hal hal yang tidak terdapat didalam SOP ini dapat mengacu kepada beberapa SOP Sistem Khatulistiwa lainnya yang masih berlaku. Mengingat pentingnya pengaturan sistem perlu dibuatkan SOP Operasi Sistem Khatulistiwa Wilayah Kalimantan Barat untuk menjaga kontinuitas penyaluran tenaga listrik dan keandalan sistem. Terakhir kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung sehingga SOP ini dapat diselesaikan dengan baik.

2.

KONFIGURASI SISTEM KHATULISTIWA

2.1. Normal

Diharapkan Sistem Khatulistiwa beroperasi dengan konfigurasi operasi normal sebagaimana Lampiran-1.

2.2. Darurat

Pada kondisi darurat, kondisi sistem telah dirancang untuk membentuk konfigurasi baru dengan pelepasan beban secara manual dan strategi Load Shedding, yaitu :

Pelepasan Manual

Dilakukan jika terjadi gangguan pada sistem yang mengakibatkan frekuensi mengalami penurunan sehingga perlu pengaturan dengan melepas beban penyulang.

Strategi Load Shedding

Dilakukan secara otomatis oleh UFR yang sudah disetting jika terjadi gangguan di sistem berakibat frekuensi turun sehingga Dispatcher AP2B tidak memungkinkan melakukan pelepasan manual. Untuk setting UFR pada pola load shedding dapat dilihat pada Tabel-1

Tabel-1 Setting UFR

No Load Shedding Setting Frekuensi ( Hz ) Beban (MW)

1 UFR tahap-1 49,00 13

2 UFR tahap-2 48,90 13

3 UFR tahap-3 48,80 18

4 UFR Df/dt 2 Hz/s 65

5 Island operation Tahap 1 48,30 6 Island operation Tahap 2 48,15 7 Island operation Tahap 3 48,00

(5)

Island operation

Island operation dilakukan secara otomatis oleh UFR yang sudah diatur jika UFR tahap 1-3 dan

UFR Df/dt sudah bekerja tetapi frekuensi tetap turun. Island operation terbentuk beberapa

Island, yaitu :

1. Line 1 & 2 Bengkayang – Mambong (48,30 Hz)

2. Line 1 & 2 Parit Baru – Senggiring (48,15 Hz)

3. Trafo 1 GI Sei Raya (48,00 Hz)

4. Trafo 2 GI Sei Raya (48,00 Hz)

5. Trafo 3 GI Sei Raya (48,00 Hz)

6. Trafo 1 GI Siantan (48,00 Hz)

7. Trafo 2 GI Siantan (48,00 Hz)

Direct Trip

Direct Trip bekerja ketika terjadi putusnya suplai dari SESCO atau putusnya transmisi Singkawang ke Bengkayang. Beberapa bay dan feeder yang dilepas Direct Trip yaitu:

1. Line 1,2 Singkawang – Bengkayang

2. Line 1,2 Singkawang – Sambas

3. Setapuk; Situt 1; Sudirman; Senggiring 1, 4; Raya 10, 13, 17, 18, 23, 24, 29, 30, 32; Sahang

5, 6; Kobar 1, 4; Pemangkat.

4. Line 2 Senggiring – Singkawang

5. Line 2 Senggiring – Parit Baru

Host Load

Host Load dilakukan secara otomatis oleh UFR Generator pada frekuensi 47.5 Hz agar lepas dari sistem dan bertahan dengan beban pemakaian sendiri.

Untuk Konfigurasi Sistem Khatulistiwa saat terjadi gangguan dan kondisi darurat hingga Host

(6)

3.

POLA OPERASI

3.1. Pola Operasi Pembangkit

Pola operasi pembangkit Sistem Khatulistiwa menggunakan sistem merit order dimana pembangkit dengan SFC terendah yang dioperasikan terlebih dahulu tanpa mengurangi keandalan. Sehingga urutan pengoperasian pembangkit adalah sebagai berikut:

1. PLTU Alas Kusuma

2. SESCO

3. PLTD Asta Keramasan Energi (AKE)

4. PLTD ADAU Pontianak 1

5. PLTD ADAU Pontianak 2

6. PLTD Bugak

7. PLTD Sei Raya MFO

8. PLTD Siantan MFO

9. PLTD Sei Wie MFO

10. PLTD Sewatama 1,2,3 Pontianak 11. PLTD Sei Raya HSD 12. PLTD Siantan HSD 13. PLTD Sei Wie HSD 14. PLTG MPP Parit Baru 15. PLTG Siantan

3.2. Pola Operasi Transmisi

Untuk menjaga keandalan dan mutu penyaluran transmisi, maka pengoperasian Transmisi adalah sebagai berikut :

1. Transmisi 150 kV Sei Raya – Siantan menggunakan Double Circuit.

2. Transmisi 150 kV Siantan – Parit Baru menggunakan Single Circuit.

3. Transmisi 150 kV Siantan – Kota Baru menggunakan Single Circuit.

4. Transmisi 150 kV Parit Baru – Kota Baru menggunakan Single Circuit.

5. Transmisi 150 kV Parit Baru – Senggiring menggunakan Double Circuit

6. Transmisi 150 kV Senggiring – Singkawang menggunakan Double Circuit

7. Transmisi 150 kV Singkawang – Sambas menggunakan Double Circuit

8. Transmisi 150 kV Singkawang – Bengkayang menggunakan Double Circuit

9. Transmisi 275 kV Bengkayang – Mambong menggunakan Double Circuit

(7)

4.

PENGATURAN

FREKUENSI

Pengaturan frekuensi Sistem Khatulistiwa dilakukan berdasarkan Tongkat Frekuensi pada Gambar-2 berikut jka terpisah dengan Sistem SESCO :

Gambar 2. Tongkat Frekuensi Frekuensi lebih dari 50.2 Hz

Jika frekuensi lebih dari 50.2 Hz, maka urutan yang dilakukan agar frekuensi berada diantara 50.2 – 49.8 Hz adalah sebagai berikut :

1. Mengurangi beban/stop PLTG Siantan

2. Mengurangi beban/stop PLTG MPP Parit Baru

3. Mengurangi beban/stop PLTD HSD Sei Wie

4. Mengurangi beban/stop PLTD HSD Siantan

5. Mengurangi beban/stop PLTD HSD Sei Raya

6. Mengurangi beban/stop PLTD Sewatama 1,2,3 Pontianak

7. Mengurangi beban/stop PLTD MFO Sei Wie

8. Mengurangi beban/stop PLTD MFO Siantan

9. Mengurangi beban/stop PLTD MFO Sei Raya

10. Mengurangi beban/stop PLTD AKE

(8)

11. Mengurangi beban/stop PLTD Arti Duta 2

12. Mengurangi beban/stop PLTD Arti Duta 1

13. Mengurangi beban/stop PLTD Bugak

Frekuensi 50.2 – 49.8 Hz

Pengoperasian sistem diharapkan pada rentang frekuensi 50.2 – 49.8 Hz. Frekuensi 49.8 – 49.0 Hz

Jika frekuensi turun dibawah 49.8 maka urutan yang dilakukan agar frekuensi berada diantara 50.2 – 49.8 Hz adalah sebagai berikut :

1) Maksimalkan beban PLTD Bugak

2) Maksimalkan beban PLTD Arti Duta 1

3) Maksimalkan beban PLTD Arti Duta 2

4) Maksimalkan beban PLTD AKE

5) Maksimalkan beban PLTD MFO Sei Raya

6) Maksimalkan beban PLTD MFO Siantan

7) Maksimalkan beban PLTD MFO Sei Wie

8) Maksimalkan beban PLTD Sewatama 1,2,3 Pontianak

9) Maksimalkan beban PLTD HSD Sei Raya

10)Maksimalkan beban PLTD HSD Siantan

11)Maksimalkan beban PLTD HSD Sei Wie

12)Operasikan PLTG MPP Parit Baru

13)Operasikan PLTG Siantan

14)Manual Load Shedding (Frekuensi 49.5 Hz)

Frekuensi 49.0 – 48.8 Hz ( UFR 3 Tahap )

Pada rentang frekuensi tersebut terdapat 3 tahap UFR yang digunakan untuk melepas beban secara otomatis jika terdapat pembangkit yang trip

UFR Df/dt

UFR Df/dt digunakan untuk mengatasi penurunan frekuensi yang cepat yang disebabkan tripnya beberapa pembangkit dalam jumlah besar

Frekuensi 48.3 Hz ( Island Interkoneksi SESCO)

Jika frekuensi masih turun setelah UFR 7 tahap dan UFR Df/dt bekerja, maka pada frekuensi 48.3 Hz dilakukan island Interkoneksi SESCO

Frekuensi 48.15 Hz ( Island Operation Tahap 1)

Jika frekuensi masih turun setelah Island Interkoneksi SESCO bekerja, maka pada frekuensi 48.15 Hz dilakukan Island Operation Tahap 1 dengan melepas Line 1,2 Parit Baru – Senggiring. Frekuensi 48.0 Hz ( Island Operation Tahap 2)

(9)

Jika frekuensi masih turun setelah Island Operation Tahap 1 bekerja, maka pada frekuensi 48.0 Hz dilakukan pembentukan Island Operation Tahap 2 yaitu Island Trafo 1, 2, 3 Sei Raya, Trafo 1, 2 Siantan.

Frekuensi 47.5 Hz ( Host Load )

Jika frekuensi masih turun setelah Island Operation bekerja, maka pada frekuensi 47.5 Hz dilakukan pembentukan Host Load PLTG

5.

PENGATURAN

TEGANGAN

5.1.Pengaturan Tegangan 150 kV

Tegangan lebih dari 157.5 kV Urutan langkah yang dilakukan :

1. Menurunkan MVAR pembangkit (menaikkan Cos Phi) sesuai dengan kemampuannya

2. Menaikkan TAP Trafo 150/20 kV

3. Menurunkan TAP IBT 275/150 kV

4. Mengoperasikan 1 line, urutan pelepasan line sebagai berikut:

 Lepas line 1 SKW – SBS dari kedua sisi,

 Lepas line 1 SGR – SKW dari kedua sisi,

 dan jika tegangan masih lebih dari 157.5 kV, lepas line 2 PB – SGR dari kedua sisi

Tegangan kurang dari 142.5 kV Urutan langkah yang dilakukan :

1. Mengoperasikan 2 line, line SKW – SBS line PB – SGR dan line SGR – SKW

2. Menaikkan MVAR Pembangkit (menurunkan Cos Phi) sesuai dengan kemampuannya

3. Menaikkan TAP IBT 275/150 kV

4. Menurunkan TAP Trafo 150/20 kV

5. Lepas Penyulang 20 Kv

5.2.Pengaturan Tegangan 20 kV

a. Tegangan lebih dari 21.0 kV

Urutan langkah yang dilakukan :

1. Menurunkan MVAR Pembangkit (menaikkan Cos Phi) sesuai dengan kemampuannya

2. Menurunkan TAP Trafo 150/20 kV

3. Menurunkan TAP IBT 275/150 kV

4. Mengoperasikan 1 line, urutan pelepasan line sebagai berikut:

 Lepas line 1 SKW – SBS dari kedua sisi

 Lepas line 1 SGR – SKW dari kedua sisi

 dan jika tegangan masih lebih dari 21 kV, lepas line 2 PB – SGR dari kedua sisi

(10)

b. Tegangan kurang dari 19.0 kV Urutan langkah yang dilakukan :

1. Mengoperasikan 2 line, line SKW – SBS line PB – SGR dan line SGR – SKW

2. Menaikkan MVAR Pembangkit (menurunkan Cos Phi) sesuai dengan kemampuannya

3. Menaikkan TAP Trafo 150/20 kV

4. Menaikkan TAP IBT 275/150 kV

5. Manuver penyulang 20 kV

6. Lepas Penyulang 20 kV

6.

PENGATURAN

BEBAN INTERKONEKSI

6.1.Pengaturan Beban Interkoneksi

Beban Interkoneksi kurang dari 81 MW

Jika beban interkoneksi kurang dari 81 MW, maka urutan yang dilakukan agar beban interkoneksi berada diantara 81 – 99 MW adalah sebagai berikut :

1. Mengurangi beban/stop PLTG Siantan

2. Mengurangi beban/stop PLTG MPP Parit Baru

3. Mengurangi beban/stop PLTD HSD Sei Wie

4. Mengurangi beban/stop PLTD HSD Siantan

5. Mengurangi beban/stop PLTD HSD Sei Raya

6. Mengurangi beban/stop PLTD Sewatama 1,2,3 Pontianak

7. Mengurangi beban/stop PLTD MFO Sei Wie

8. Mengurangi beban/stop PLTD MFO Siantan

9. Mengurangi beban/stop PLTD MFO Sei Raya

10. Mengurangi beban/stop PLTD AKE

11. Mengurangi beban/stop PLTD Arti Duta 2

12. Mengurangi beban/stop PLTD Arti Duta 1

13. Mengurangi beban/stop PLTD Bugak

Beban interkoneksi 81 – 99 MW

Pengoperasian sistem diharapkan pada rentang beban interkoneksi 81 – 99 MW. Beban interkoneksi lebih dari 99 MW

Jika beban interkoneksi di atas 99 MW, maka urutan yang dilakukan agar beban interkoneksi berada diantara 81 – 99 MW adalah sebagai berikut :

1. Maksimalkan beban PLTD Bugak

2. Maksimalkan beban PLTD Arti Duta 1

3. Maksimalkan beban PLTD Arti Duta 2

(11)

5. Maksimalkan beban PLTD MFO Sei Raya

6. Maksimalkan beban PLTD MFO Siantan

7. Maksimalkan beban PLTD MFO Sei Wie

8. Maksimalkan beban PLTD Sewatama 1,2,3 Pontianak

9. Maksimalkan beban PLTD HSD Sei Raya

10. Maksimalkan beban PLTD HSD Siantan

11. Maksimalkan beban PLTD HSD Sei Wie

12. Operasikan PLTG MPP Parit Baru

13. Operasikan PLTG Siantan

14. Manual Load Shedding

7.

PEMULIHAN BLACKOUT

Sasaran utama Pemulihan adalah menormalkan Sistem segera mungkin. Tujuan awal Proses Pemulihan Sistem adalah :

a. Memberi pasokan daya ke Pembangkit Listrik. b. Memberi pasokan daya ke Gardu Induk.

7.1.Tanggung Jawab Pengoperasian

1. Dispatcher AP2B yang dimaksud adalah pengendali operasi pada grid Sistem Khatulistiwa yang bertugas untuk mengatur pengoperasian peralatan dan instalasi tegangan listrik pada tegangan ekstra tinggi (275 kV) dan tegangan tinggi (150 kV).

2. Dispatcher APD yang dimaksud adalah Pengendali operasi pada jaringan distribusi Sistem Khatulistiwa bertugas untuk mengatur pengoperasian jaringan distribusi listrik tegangan menengah (20 kV) di Sistem Khatulistiwa mulai dari Incoming Trafo Gardu Induk sisi 20 kV. 3. Operator Gardu Induk (GI) yang dimaksud adalah Operator GI yang bertugas melaksanakan

pengoperasian instalasi Gardu Induk atas perintah Dispatcher AP2B dan Dispatcher APD Kalbar. 4. Operator Pembangkit ( PLTD / PLTG )

Operator Permbangkit yang dimaksud, adalah Operator pada Pembangkit yang bertugas melaksanakan pengoperasian instalasi Pembangkit atas perintah Dispatcher AP2B selama Proses Pemulihan.

7.2.Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan

Tindakan yang dilakukan oleh Dispatcher AP2B di dalam Proses Pemulihan adalah sebagai berikut: 1. Segera melakukan pemantauan kondisi seluruh sistem, lakukan pencatatan unit-unit Pembangkit

(12)

2. Mencatat kondisi jaringan serta hal-hal penting lainnya (kesiapan jaringan terutama yang digunakan sebagai jalur pengiriman tegangan) yang dapat mempengaruhi Proses Pemulihan Sistem

3. Memberi informasi ke GI / Pembangkit bahwa Sistem dalam Padam Total dan memerintahkan untuk bertindak sesuai dengan Pedoman Operasi Gardu Induk / Pembangkit yang berlaku. 4. Memastikan sifat dan lokasi Gangguan sebagai penyebab Gangguan Sistem dengan meminta

informasi ke GI dan Pembangkit atau sumber informasi lainnya.

5. Pada saat Pemulihan dari Padam Total, diberi keleluasaan dalam mengatur pembebanan unit Pembangkit, sesuai kesiapan Pembangkit tanpa pertimbangan Merit Order atau Rencana Operasi Harian (ROH), sampai kondisi Sistem dinyatakan normal.

6. Proses Pemulihan diawali dengan supply dari SESCO, PLTG Siantan, PLTD Sei Raya dan Sewatama 3A Pontianak sebagai Blackstart.

7. Pemulihan dilakukan secara cermat dan hati-hati, disesuaikan dengan kemampuan unit Pembangkit yang sudah beroperasi dan kondisi penyalurannya.

7.3.PMT Yang Dibuka Pada Saat Padam Total

(13)

Gambar 1 Pelepasan PMT Kondisi Padam Total SINGLE LINE DIAGRAM KONDISI PADAM TOTAL

G G G G Trf 1 Trf 3 Trf 2 Trf 2 Trf 1 Trf 1 Trf 2 Trf 1 Trf 1 GI SEI RAYA GI SIANTAN GI PARIT BARU GI SENGGIRING GI SINGKAWANG ARTIDUTA 1 SEWATAMA 3A ARTIDUTA 1 SEWATAMA 1,2 PLTD SIANTAN AKE CATERPILLARSIANTAN BUGAK 3 PLTD SEI WIE PLTD SUDIRMAN PLTD SWD SEI RAYA SEWATAMA 3B G PLTG G G G Trf 2 Trf 2 G BUGAK 1,2 GI BENGKAYANG GITET BENGKAYANG LINE 1,2 BENGKAYANG - MAMBONG (MALAYSIA) GI SAMBAS GI KOTA BARU G = 150 kV = 20 kV = 275 kV Trf 1 Trf 2 PLTD SAMBAS Trf 1 G IBT 1 250 MVA 250 MVAIBT 2

REAKTOR 50 MVAR Trf 1 Trf 2 G PLTD SLZ SEI RAYA ARTIDUTA 2 G MPP

(14)

Edisi : 01 Revisi : 01 Halaman : 14 – 24

1. PMT 150 kV Line 2 Sei Raya – Siantan.

2. PMT 150 kV Line 1 Siantan – Sei Raya.

3. PMT 150 kV Line 2 Siantan – Sei Raya.

4. PMT 150 kV Line Siantan – Kota Baru.

5. PMT 150 kV Line Parit Baru – Kota Baru.

6. PMT 150 kV Line Parit Baru – Siantan.

7. PMT 150 kV Line 2 Parit Baru – Senggiring.

8. PMT 150 kV Line 1 Senggiring – Parit Baru.

9. PMT 150 kV Line 2 Senggiring – Parit Baru.

10. PMT 150 kV Line 2 Senggiring – Singkawang.

11. PMT 150 kV Line 1 Singkawang – Senggiring.

12. PMT 150 kV Line 2 Singkawang – Senggiring.

13. PMT 150 kV Line 2 Singkawang – Bengkayang.

14. PMT 150 kV Line 1 Singkawang – Sambas.

15. PMT 150 kV Line 2 Singkawang – Sambas.

16. PMT 150 kV Line 2 Sambas – Singkawang.

17. PMT 150 kV Line 1 Bengkayang – Singkawang.

18. PMT 150 kV Line 2 Bengkayang – Singkawang.

19. PMT 150 kV IBT 1 Bengkayang. 20. PMT 150 kV IBT 2 Bengkayang. 21. PMT 275 kV 6A1 22. PMT 275 kV 6A2 23. PMT 275 kV 6A3 24. PMT 275 kV 6AB1 25. PMT 275 kV 6AB2 26. PMT 275 kV 6AB3 27. PMT 275 kV 6B1 28. PMT 275 kV 6B2

(15)

Edisi : 01 Revisi : 01 Halaman : 15 – 24

7.4.Pemulihan Sistem

Pemulihan Blackout dapat dilakukan dengan energize dari Mambong dan mengoperasikan PLTG Siantan, PLTD Sei Raya, serta Sewatama 3A sebagai Blackstart. Adapun urutan Pemulihan yang dilakukan berdasarkan flowchart sebagai berikut :

Gambar 2 Flowchart Pemulihan Gangguan A. Pemulihan dengan Blackstart PLTG & MPP

i. PLTG Siantan – Island GI Sei Raya - Siantan

1. Order PLTG

2. Masukkan PMT 20 kV Trafo 1 Siantan

3. Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1 Siantan di Tap 9

4. Masukkan PMT 20 kV Trafo 2 Siantan

(16)

Edisi : 01 Revisi : 01 Halaman : 16 – 24

6. Masukkan PMT 20 kV Sahang 5 dan Sahang 6

7. Energize PLTG

8. Tambah beban hingga beban PLTG 10 MW.

9. Operasikan AKE

10.Masukkan PMT Kopling Siantan 1 11.Masukkan PMT Kopling Caterpillar. 12.Operasikan PLTD Siantan

13.Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1 Sei Raya di Tap 9 14.Masukkan PMT 150 kV Line 1 Siantan – Sei Raya 15.Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 2 Sei Raya di Tap 9 16.Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 3 Sei Raya di Tap 9

17.Masukkan PMT 20 kV Incoming Trafo 1, Trafo 2, dan Trafo 3 Sei Raya 18.Operasikan Adau 1, Adau 2, Sewatama 1, 2, 3A.

19.Masukkan PMT Kopling Sei Raya 3

20.Operasikan PLTD Sei Raya, Adau 3, Sewatama 3B. 21.Masukkan PMT 20 kV Penyulang di GI Sei Raya.

22.Masukkan PMT 150 kV Line Siantan – Parit Baru secara synchronous.

ii. MPP Parit Baru – Island GI Parit Baru – Kota Baru – Senggiring – Singkawang –

Sambas – Bengkayang.

1. Order MPP

2. Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1 Parit Baru di Tap 9

3. Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 2 Parit Baru di Tap 9

4. Lepas PMT 150 kV Line 1 Parit Baru – Senggiring

5. Energize MPP

6. Masukkan PMT 20 kV Incoming Trafo 1 Parit Baru

7. Masukkan PMT 20 kV Incoming Trafo 2 Parit Baru

8. Masukkan PMT 20 kV Penyulang di GI Parit Baru

9. Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1 Kota Baru di Tap 9

10.Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 2 Kota Baru di Tap 9 11.Masukkan PMT 150 kV Line Parit Baru – Kota Baru. 12.Masukkan PMT 20 kV Penyulang di GI Kota Baru. 13.Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1 Senggiring di Tap 9 14.Masukkan PMT 150 kV Line 1 Senggiring – Parit Baru 15.Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 2 Senggiring di Tap 9 16.Masukkan PMT 20 kV Penyulang di GI Senggiring

(17)

Edisi : 01 Revisi : 01 Halaman : 17 – 24

17.Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1 Singkawang di Tap 9 18.Masukkan PMT 150 kV Line 1 Singkawang – Senggiring 19.Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 2 Singkawang di Tap 9 20.Masukkan PMT 20 kV Penyulang di GI Singkawang 21.Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1 Sambas di Tap 9 22.Masukkan PMT 150 kV Line 1 Singkawang - Sambas 23.Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 2 Sambas di Tap 9 24.Masukkan PMT 20 kV Penyulang di GI Sambas

25.Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1 Bengkayang di Tap 9 26.Masukkan PMT 150 kV Line 1 Bengkayang – Singkawang 27.Masukkan PMT 20 kV Penyulang di GI Bengkayang.

28.Masukkan PMT 150 kV Line Parit Baru – Siantan secara synchronous. 29.Penormalan Sistem menyesuaikan dengan supply tegangan dari SESCO. 30.Penormalan semua PMT 150 kV.

B. Pemulihan dengan Blackstart PLTD Sei Raya :

1. Operasikan blackstart di PLTD Sei Raya

2. Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1 Sei Raya di Tap 9

3. Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1 Siantan di Tap 9

4. Lepas PMT 150 kV Trafo 2 Sei Raya

5. Lepas PMT 150 kV Trafo 3 Sei Raya

6. Lepas PMT 150 kV Trafo 2 Siantan

7. Lepas PMT 150 kV Trafo 2 Parit Baru

8. Lepas PMT 150 kV MPP 1

9. Lepas PMT 150 kV MPP 2

10. Masukkan PMT Kopling Sei Raya 3

11. Masukkan PMT 20 kV BC 2-5 Sei Raya

12. Masukkan PMT 20 kV BC 1-4 Sei Raya

13. Masukkan PMT 20 kV BC 2-1 Siantan

14. Energize PLTD Sei Raya

15. Masukkan PMT 20 kV Penyulang secara bertahap

16. Operasikan Adau 1, Adau 2, Adau 3, Sewatama 1, 2, 3A, 3B

17. Masukkan PMT 20 kV Penyulang secara bertahap

18. Setelah beban sistem mencapai 30 MW

(18)

Edisi : 01 Revisi : 01 Halaman : 18 – 24

20. Masukkan PMT 150 kV Line 1 Siantan – Sei Raya

21. Masukkan PMT 20 Kv Incoming Trafo 1 Siantan

22. Operasikan AKE

23. Masukkan PMT Kopling Siantan 1

24. Operasikan PLTD Siantan

25. Masukkan PMT 20 kV Penyulang secara bertahap

26. Masukkan PMT 150 kV Line Parit Baru – Siantan

27. Operasikan Bugak 1,2

28. Masukkan PMT 150 kV Trafo 2 Parit Baru

29. Operasikan Bugak 3

30. Masukkan PMT 150 kV MPP 1

31. Operasikan MPP 1

32. Masukkan PMT 150 kV MPP 2

33. Operasikan MPP 2

34. Masukkan PMT 20 kV Penyulang secara bertahap

35. Masukkan PMT 150 kV Trafo 3 Sei Raya

36. Masukkan PMT 20 kV Incoming Trafo 3 Sei Raya

37. Lepas BC 1-4 Sei Raya

38. Masukkan PMT 150 kV Trafo 2 Sei Raya

39. Masukkan PMT 20 kV Incoming Trafo 2 Sei Raya

40. Lepas BC 2-5 Sei Raya

41. Masukkan PMT 150 kV Trafo 2 Siantan

42. Masukkan PMT 20 kV Incoming Trafo 2 Siantan

43. Lepas BC 2-1 Siantan

44. Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1 Kota Baru di Tap 9

45. Masukkan PMT 150 kV Line Parit Baru – Kota Baru.

46. Masukkan PMT 20 kV Penyulang di GI Kota Baru.

47. Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1 Senggiring di Tap 9

48. Masukkan PMT 150 kV Line 1 Senggiring – Parit Baru

49. Masukkan PMT 20 kV Penyulang di GI Senggiring

50. Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1 Singkawang di Tap 9

51. Masukkan PMT 150 kV Line 1 Singkawang – Senggiring

52. Masukkan PMT 20 kV Penyulang di GI Singkawang

53. Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1 Sambas di Tap 9

(19)

Edisi : 01 Revisi : 01 Halaman : 19 – 24

55. Masukkan PMT 20 kV Penyulang di GI Sambas

56. Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1 Bengkayang di Tap 9

57. Masukkan PMT 150 kV Line 1 Bengkayang – Singkawang

58. Masukkan PMT 20 kV Penyulang di GI Bengkayang.

59. Penormalan Sistem menyesuaikan dengan supply tegangan dari SESCO.

60. Penormalan semua PMT 150 kV.

C. Pemulihan dengan Blackstart Sewatama 3A

1. Operasikan blackstart di Sewatama 3A

2. Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1 Sei Raya di Tap 9

3. Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1 Siantan di Tap 9

4. Lepas PMT 150 kV Trafo 2 Sei Raya

5. Lepas PMT 150 kV Trafo 3 Sei Raya

6. Lepas PMT 150 kV Trafo 2 Siantan

7. Lepas PMT 150 kV Trafo 2 Parit Baru

8. Lepas PMT 150 kV MPP 1

9. Lepas PMT 150 kV MPP 2

10. Masukkan PMT Kopling Sei Raya 3

11. Masukkan PMT 20 kV BC 2-5 Sei Raya

12. Masukkan PMT 20 kV BC 1-4 Sei Raya

13. Masukkan PMT 20 kV BC 2-1 Siantan

14. Energize Sewatama 3A

15. Masukkan PMT 20 kV Penyulang secara bertahap

16. Operasikan PLTD Sei Raya, Adau 1, Adau 2, Adau 3, Sewatama 1, 2, 3B

17. Masukkan PMT 20 kV Penyulang secara bertahap

18. Setelah beban sistem mencapai 30 MW

19. Masukkan PMT 20 kV Incoming Trafo 1 Sei Raya

20. Masukkan PMT 150 kV Line 1 Siantan – Sei Raya

21. Masukkan PMT 20 Kv Incoming Trafo 1 Siantan

22. Operasikan AKE

23. Masukkan PMT Kopling Siantan 1

24. Operasikan PLTD Siantan

25. Masukkan PMT 20 kV Penyulang secara bertahap

26. Masukkan PMT 150 kV Line Parit Baru – Siantan

(20)

Edisi : 01 Revisi : 01 Halaman : 20 – 24

28. Masukkan PMT 150 kV Trafo 2 Parit Baru

29. Operasikan Bugak 3

30. Masukkan PMT 150 kV MPP 1

31. Operasikan MPP 1

32. Masukkan PMT 150 kV MPP 2

33. Operasikan MPP 2

34. Masukkan PMT 20 kV Penyulang secara bertahap

35. Masukkan PMT 150 kV Trafo 3 Sei Raya

36. Masukkan PMT 20 kV Incoming Trafo 3 Sei Raya

37. Lepas BC 1-4 Sei Raya

38. Masukkan PMT 150 kV Trafo 2 Sei Raya

39. Masukkan PMT 20 kV Incoming Trafo 2 Sei Raya

40. Lepas BC 2-5 Sei Raya

41. Masukkan PMT 150 kV Trafo 2 Siantan

42. Masukkan PMT 20 kV Incoming Trafo 2 Siantan

43. Lepas BC 2-1 Siantan

44. Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1 Kota Baru di Tap 9

45. Masukkan PMT 150 kV Line Parit Baru – Kota Baru.

46. Masukkan PMT 20 kV Penyulang di GI Kota Baru.

47. Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1 Senggiring di Tap 9

48. Masukkan PMT 150 kV Line 1 Senggiring – Parit Baru

49. Masukkan PMT 20 kV Penyulang di GI Senggiring

50. Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1 Singkawang di Tap 9

51. Masukkan PMT 150 kV Line 1 Singkawang – Senggiring

52. Masukkan PMT 20 kV Penyulang di GI Singkawang

53. Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1 Sambas di Tap 9

54. Masukkan PMT 150 kV Line 1 Singkawang - Sambas

55. Masukkan PMT 20 kV Penyulang di GI Sambas

56. Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1 Bengkayang di Tap 9

57. Masukkan PMT 150 kV Line 1 Bengkayang – Singkawang

58. Masukkan PMT 20 kV Penyulang di GI Bengkayang.

59. Penormalan Sistem menyesuaikan dengan supply tegangan dari SESCO.

(21)

Edisi : 01 Revisi : 01 Halaman : 21 – 24

D. Pemulihan dengan Blackstart SESCO

1. Masukkan PMT 275 kV line 1 Mambong – Bengkayang

2. Masukkan PMT 275 kV line 1 Bengkayang – Mambong

3. Masukkan PMT AB1

4. Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1 Bengkayang di Tap 9

5. Masukkan PMT 150 kV IBT 1 Bengkayang

6. Penambahan Beban Bengkayang

7. Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1,2 Singkawang di Tap 9

8. Masukkan PMT 150 kV line 1 Bengkayang – Singkawang

9. Penambahan Beban Singkawang

10. Masukkan Kopling Pembangkit di Singkawang dan dioperasikan kembali

11. Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1,2 Senggiring di Tap 9

12. Masukkan PMT 150 kV line 1 Singkawang – Senggiring

13. Penambahan Beban Senggiring

14. Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1 Sambas di Tap 9

15. Masukkan PMT 150 kV line 1 Singkawang – Sambas

16. Penambahan beban Sambas

17. Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1,2 Parit Baru di Tap 9

18. Masukkan PMT 150 kV line 1 Senggiring – Parit Baru

19. Penambahan Beban Parit Baru

20. Masukkan Kopling Pembangkit di Parit Baru dan dioperasikan kembali

21. Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1,2 Kota Baru di Tap 9

22. Masukkan PMT 150 kV Line Parit Baru – Kota Baru

23. Penambahan Beban Kota Baru

24. Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1,2 Siantan di Tap 9

25. Masukkan PMT 150 kV Line Parit Baru – Siantan

26. Penambahan Beban Siantan

27. Masukkan Kopling Pembangkit di Siantan dan dioperasikan kembali

28. Masukkan PMT 150 kV Line Siantan – Kota Baru

29. Atur Tap Trafo 150/20 kV Trafo 1,2,3 Sei Raya di Tap 9

30. Masukkan PMT 150 kV Line 1 Siantan – Sei Raya

31. Penambahan Beban Sei Raya

(22)

Edisi : 01 Revisi : 01 Halaman : 22 – 24

8.

KOORDINASI KOMUNIKASI

Koordinasi Komunikasi Sistem Khatulistiwa dapat dilihat pada Gambar-3

Gambar-3 Koordinasi Komunikasi

9.

WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB

Jika terjadi gangguan dalam pasokan tenaga listrik ke lokasi-lokasi penting yang diakibatkan oleh gangguan pembangkit dan atau instalasi penyaluran sehingga terputusnya pasokan tenaga listrik dalam waktu yang cukup lama, maka penyediaan pembangkit cadangan (genset) menjadi tanggung jawab masing-masing Unit Area terkait termasuk pengendaliannya.

10.

PENUTUP

Demikian SOP Sistem Khatulistiwa ini dibuat, untuk dipergunakan sebagai Pedoman Operasi Sistem Khatulistiwa PT. PLN (Persero) Wilayah Kalimantan Barat.

SEKTO R AP 2B - KIT CH AN NE L RCC - KIT AP2B - APD CHANNEL RCC – DCC APD - AREA CHA NNEL DC C - AREA APD - ARE A CHAN NEL D CC - A REA AP2B - G I CHAN NEL R CC - G I CHAN NEL D CC - GI AP D - G I AREA PONTIANAK AREA SINGKAWANG OPERATOR PEMBANGKIT OPERATOR GARDU INDUK DISPATCHER AP2B DISPATCHER APD CHAN NEL A NALO G SEK TOR ALUR PERINTAH ALUR INFORMASI

(23)

Edisi : 01 Revisi : 01 Halaman : 23 – 24

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 KONFIGURASI OPERASI NORMAL

SINGLE LINE DIAGRAM

G G G G Trf 1 Trf 3 Trf 2 Trf 2 Trf 1 Trf 1 Trf 2 Trf 1 Trf 1 GI SEI RAYA GI SIANTAN GI PARIT BARU GI SENGGIRING GI SINGKAWANG ARTIDUTA 1 SEWATAMA 3A ARTIDUTA 1 SEWATAMA 1,2 PLTD SIANTAN AKE CATERPILLARSIANTAN PRASTIWAHYU BUGAK 3 PLTD SEI WIE PLTD SUDIRMAN PLTD SEI RAYA ARTIDUTA 2 SEWATAMA 3B G PLTG G G G Trf 2 Trf 2 G BUGAK 1,2 GI BENGKAYANG GITET BENGKAYANG LINE 1,2 BENGKAYANG - MAMBONG (MALAYSIA) GI SAMBAS GI KOTA BARU G = 150 kV = 20 kV = 275 kV Trf 1 Trf 2 Trf 1 G IBT 1 250 MVA 250 MVAIBT 2

REAKTOR 50 MVAR Trf 1 Trf 2 G PLTG MPP G PLTD SLZ SEI RAYA ARTIDUTA 2

(24)

Edisi : 01 Revisi : 01 Halaman : 24 – 24

LAMPIRAN 2 KONFIGURASI OPERASI ISLAND

SINGLE LINE DIAGRAM

G G G G Trf 1 Trf 3 Trf 2 Trf 2 Trf 1 Trf 1 Trf 2 Trf 1 Trf 1 GI SEI RAYA GI SIANTAN GI PARIT BARU GI SENGGIRING GI SINGKAWANG ARTIDUTA 1 ARTIDUTA 1 SEWATAMA 2 PLTD SIANTAN AKE CATERPILLAR SIANTAN BUGAK 3 PLTD SEI WIE PLTD SEI RAYA G PLTG G G Trf 2 Trf 2 G BUGAK 1,2 GI BENGKAYANG GITET BENGKAYANG LINE 1,2 BENGKAYANG - MAMBONG (MALAYSIA) GI SAMBAS GI KOTA BARU G = 150 kV = 20 kV = 275 kV Trf 1 Trf 2 Trf 1 G IBT 1 250 MVA 250 MVAIBT 2

REAKTOR 50 MVAR Trf 1 Trf 2 G PLTG MPP G PLTD SLZ SEI RAYA ARTIDUTA 2 48.15 HZ 48.0 HZ 48.0 HZ 48.0 HZ 48.0 HZ 48.0 HZ

Gambar

Gambar 2. Tongkat Frekuensi
Gambar 1 Pelepasan PMT Kondisi Padam Total
Gambar 2 Flowchart Pemulihan Gangguan

Referensi

Dokumen terkait

Sistem operasi (operating system atau OS) adalah perangkat lunak yang bertugas untuk mengatur, mengendalikan perangkat keras dan memberikan kemudahan

Pada model sistem terdistribusi, dimana sistem operasi mengatur mekanisme penjadualan penggunaan resource komputer dalam jaringan, maka sekumpulan prosesor yang tidak berbagi

Mengelola dan melaksanakan kegiatan penjualan tenaga listrik, pelayanan pelanggan, pengoperasian dan pemeliharaan jaringan distribusi tenaga listrik di wilayah kerjanya secara

Buku Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Khatulistiwa dibuatkan oleh unit operasional PT PLN (Persero) Area Penyaluran dan Pengatur Beban (AP2B) Bidang Operasi Sistem, dengan

Buku Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Khatulistiwa dibuatkan oleh unit operasional PT PLN (Persero) Area Penyaluran dan Pengatur Beban (AP2B) Bidang Operasi Sistem, dengan

Gardu hubung atau bagi merupakan salah satu komponen jaringan yang digunakan untuk mengatur aliran listrik pada jaringan distribusi, sesuai dengan tujuan agar kelangsungan

Teleinformasi data untuk operasi jaringan tenaga listrik dapat dilihat pada Lampiran A – Daftar Teleinformasi (Transmisi) sampai dengan Lampiran D - Bidang Distribusi

Mengelola dan melaksanakan kegiatan penjualan tenaga listrik, pelayanan pelanggan, pengoperasian dan pemeliharaan jaringan distribusi tenaga listrik di wilayah kerjanya secara