• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 1509093274RPIJM Inhu BAB 3 Arahan Kebijakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 1509093274RPIJM Inhu BAB 3 Arahan Kebijakan"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

III - 1

BAB III

ARAHAN KEBIJAKAN DAN

RENCANA STRATEGIS BIDANG CIPTA

KARYA

3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Penataan Ruang 3.1.1. Arah Pembangunan Bidang Cipta Karya

3.1.1.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019

Visi pembangunan dalam RPJMN 2015-2019 adalah : “Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan

Gotong-Royong”.

Misi pembangunan dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut :

i. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan

wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

ii. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum.

iii. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

iv. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.

v. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing

vi. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

vii. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Adapun dalam RPJMN 2015-2019 terdapat Sembilan agenda prioritas (Nawa Cita) sebagai berikut :

(2)

III - 2

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat

daaerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. 4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan

penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercya. 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa

9. Memperteguh ke-bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia

Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur permukiman pada periode 2015-2019, yaitu:

a. Terfasilitasinya penyediaan hunian layak untuk 18,6 juta rumah tangga berpenghasilan rendah yakni pembangunan baru untuk 9 juta rumah tangga melalui bantuan stimulan perumahan swadaya untuk 5,5 juta rumah tangga dan pembangunan rusunawa untuk 514.976 rumah tangga, serta peningkatan kualitas hunian sebanyak 9,6 juta rumah tangga dalam pencapaian pengentasan kumuh 0 persen.

b. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia melalui :

▪ pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di 3.099

kawasan MBR, 2.144 Ibukota Kecamatan, 16.983 desa, 7.557 kawasan khusus, dan 28 regional;

▪ Pembangunan Penampung Air Hujan (PAH) sebanyak 381.740

unit;

(3)

III - 3

▪ Fasilitasi 38 PDAM sehat di kota metropolitan, kota besar, kota sedang dan kota kecil;

▪ Fasilitasi business to business di 315 PDAM; ▪ Fasilitasi restrukturisasi utang 394 PDAM;

▪ Peningkatan jumlah PDAM Sehat menjadi 253 PDAM,

penurunan jumlah PDAM kurang sehat menjadi 80 PDAM, dan penurunan jumlah PDAM sakit menjadi 14 PDAM.

c. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar yaitu

▪ untuk sarana prasarana pengelolaan air limbah domestik dengan penambahan infrastruktur air limbah sistem terpusat di 430 kota/kab (melayani 33,9 juta jiwa), penambahan pengolahan air limbah komunal di 227 kota/kab (melayani 2,99 juta jiwa), serta peningkatan pengelolaan lumpur tinja perkotaan melalui pembangunan IPLT di 409 kota/kab;

▪ untuk sarana prasarana pengelolaan persampahan dengan pembangunan TPA sanitary landfill di 341 kota/kab, penyediaan fasilitas 3R komunal di 334 kota/kab, fasilitas 3R terpusat di 112 kota/kab;

▪ untuk sarana prasarana drainase permukiman dalam

pengurangan genangan seluas 22.500 Ha di kawasan permukiman;

▪ kegiatan pembinaan, fasilitasi, pengawasan dan kampanye serta advokasi di 507 kota/kab seluruh Indonesia.

d. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung di kawasan perkotaan melalui fasilitasi peningkatan kualitas bangunan gedung dan fasilitasnya di 9 kabupaten/kota, fasilitasi peningkatan kualitas sarana dan prasarana di 1.600 lingkungan permukiman, serta peningkatan keswadayaan masyarakat di 55.365 kelurahan.

(4)

III - 4

Tema besar RPJMN 3 adalah daya saing (competitiveness), dengan demikian selayaknya ketersediaan layanan infrastruktur, khususnya infrastruktur dasar (jalan dan air) sudah terpenuhi terlebih dahulu. Beberapa arahan dalam bidang Cipta Karya, sesuai dengan arahan Renstra Cipta Karya 2015-2019 adalah terpenuhinya penyediaan air minum dan sanitasi

untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, dengan indikator

meningkatnya akses penduduk terhadap air minum layak menjadi 100% dan sanitasi layak menjadi 100%; pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung, didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel, dengan indikator berkurangnya proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan permukiman tidak layak menjadi 0%; dan pengembangan infrastruktur perdesaan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian atau yang biasa disebut target 100-0-100.

Dalam rangka percepatan terhadap pencapaian kesejahteraan masyarakat yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN 2014 – 2019 tentunya dibutuhkan investasi yang cukup besar khusunya dalam rangka pelayanan kebutuhan infrastrukutur dasar bagi masyarakat. Kebijakan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat khusunya di bidang keciptakaryaan di fokuskan dalam rangka pencapaian kebijakan program pemenuhan kebutuhan air minum, penanganan kawasan kumuh serta penanganan sanitasi yang layak melalui agenda 100-0-100.

Direktorat Jenderal Cipta Karya telah mengidentifikasi data kawasan permukiman kumuh yaitu 37.407 Ha yang tersebar di 2.883 kawasan di 415 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Dari 415 kabupaten/kota tersebut, sebanyak 129 kabupaten/kota telah menetapkan kawasan permukiman kumuh di wilayahnya dengan surat keputusan Walikota/Bupati sebagai syarat mendapatkan program Pemerintah (APBN).

(5)

III - 5 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan

Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

(RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk:

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,

b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah

nasional,

d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan

antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor,

e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,

f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan

g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam

RPI2-JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Kriteria:

i. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul

utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan

internasional,

ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat

kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani

beberapa provinsi, dan/atau

iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul

utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

Kriteria:

i. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul

kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,

ii. ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat

kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau

beberapa kabupaten, dan/atau

iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul

transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

(6)

III - 6 i. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas

batas dengan negara tetangga,

ii. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional

yang menghubungkan dengan negara tetangga,

iii. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang

menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

iv. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang

dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:

i. Pertahanan dan keamanan,

a) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan

pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional,

b) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah

pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang

amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan

industri sistem pertahanan, atau

c) merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau

kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga

dan/atau laut lepas.

ii. Pertumbuhan ekonomi,

a) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

b) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan

pertumbuhan ekonomi nasional,

c) memiliki potensi ekspor,

d) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan

ekonomi,

e) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

f) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan

nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan

nasional,

g) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber

energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional,

(7)

III - 7 h) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan

tertinggal.

iii. Sosial dan budaya

a) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat

atau budaya nasional,

b) merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya

serta jati diri bangsa,

c) merupakan aset nasional atau internasional yang harus

dilindungi dan dilestarikan,

d) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,

e) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya,

atau

f) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala

nasional.

iv. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

a. diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

b. pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya

alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga

atom dan nuklir

c. memiliki sumber daya alam strategis nasional

d. berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan

antariksa

e. berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir,

atau

f. berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

v. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,

b. merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang

c. ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna

yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus

dilindungi dan/atau dilestarikan,

d. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang

setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara,

e. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro

f. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup

(8)

III - 8 h. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan

mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, merupakan pada

Kabupaten Kampar terdapat Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yaitu PKW Bangkinang

dan tidak terdapat PKSN di Kabupaten Kampar. Untuk kawasan strategis nasional

berdasarkan RTRWN, di Kabupaten Kampar terdapat KSN Kawasan Hutan Lindung

Bukit Batabuh.

3.1.2.2. Arahan RTRW Provinsi

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:

a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:

i. Arahan pengembangan pola ruang:

a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase

b. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

(9)

III - 9

Selanjutnya pada penetapan Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Riau dalam RTRW Provinsi Riau, ternyata tidak ada KSP (lainnya) yang terletak atau terkena dengan wilayah Kabupaten Indragiri Hulu.

3.1.2.3. Arahan RTRW Kabupaten

Sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Adapun arahan dalam RTRW Kabupaten/Kota yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari sudut kepentingan:

i. Pertahanan keamanan ii. Ekonomi

iii. Lingkungan hidup iv. Sosial budaya

v. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi

b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:

i. Arahan pengembangan pola ruang:

a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta

Karya seperti pengembangan RTH.

ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan. c. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta

Karya yang harus diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung, kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.

(10)

III - 10

3.1.2.3.1. Kawasan Strategis Kabupaten

Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Indragiri Hulu dikelompokkan atas 4 sudut kepentingan, yaitu: (1) pertumbuhan ekonomi, (2) sosial budaya, (3) fungsi dan daya dukung lingkungan.

A. Sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi.

1. KSK Kawasan Perkotaan Rengat – Pematang Reba. Dengan

penetapan PKW Rengat yang mencakup kawasan perkotaan Rengat dan kawasan perkotaan Pematang Reba, dengan konsep pengembangan terpadu dari 2 pusat kegiatan yang ada yaitu Rengat dan Pematang Reba yang berjarak sekitar 15 km.

Karakter pengembangan KSK ini adalah:

a) PKW Rengat merupakan pusat pertumbuhan utama wilayah Kabupaten Indragiri Hulu, dengan fungsi sebagai pusat perdagangan, jasa, dan budaya. Sebagai pusat perdagangan, jangkauan atau skala pelayanan kedua pusat tersebut adalah skala wilayah, yaitu antar kabupaten dan dalam kabupaten. Sebagai pusat jasa, tercakup jasa pemerintahan, jasa transportasi, jasa komersial, jasa sosial, dan jasa-jasa lainnya, dengan jangkauan pelayanan skala wilayah. Selain itu, khususnya pusat Rengat, merupakan pusat budaya yang telah lama berlangsung seiring dengan perjalanan sejarah di wilayah ini dan sekitarnya.

b) Karakter kawasan perkotaan terpadu dengan 2 pusat pelayanan yang berbagi fungsi dan membentuk sumbu kawasan perkotaan. Dengan jarak yang cukup signifikan antara kedua pusat tersebut, maka akan terjadi perkembangan dengan pola koridor di antara

keduanya, yang sejak dini perlu penataan ruangnya

(perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang) pada tingkat rencana rinci atau detail.

(11)

III - 11

a) Pengembangan kegiatan perkotaan yang mendorong

pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini pilihan kegiatan adalah pada kegiatan yang dapat mendorong bagi pertumbuhan ekonomi selanjutnya. Bentuk kegiatan perkotaan dimaksud terutama berhubungan dengan prasarana dan sarana perkotaan.

b) Penataan ruang koridor perkembangan pada sumbu kawasan perkotaan antara kedua pusat Rengat dan Pematang Reba. Penataan ruang pada koridor ini merupakan upaya antisipatif bagi

pengembangan kegiatan yang sesuai dan sekaligus

pengendalian perkembangannya, sehingga efektif sebagai bagian dari kawasan perkotaan PKW Rengat.

c) Pengembangan sarana budaya, termasuk cagar budaya, yang menunjang fungsi sebagai pusat budaya dan sekaligus dapat menciptakan manfaat ekonomi (sebagai objek wisata budaya). Pengembangan sarana budaya tersebut dapat berupa bangunan khusus, event atau atraksi budaya baik secara teratur (reguler) maupun pada waktu-waktu khusus. Selain itu, cagar budaya yang ada dapat juga dimanfaatkan sebagai objek atau daya tarik wisata budaya.

2. KSK Koridor Selatan Jalan Lintas Timur (Jalintim) Sumatera. Koridor selatan Jalintim Sumatera yang dimaksud adalah antara Pematang Reba sampai ke Sungai Akar dan perbatasan dengan Kabupaten Indragiri Hilir, dengan sumbunya adalah Jalintim tersebut.

Karakter pengembangan KSK ini adalah:

a) Terdapat PKLp Pangkalan Kasai/Belilas, PPK Seberida, PPL Kelesa, dan PPL Sungai Akar. Dengan penetapan PKLp Pangkalan Kasai/Belilas, sebagai PKL yang dipromosikan, ada kepentingan untuk menetapkannya sebagai kawasan strategis kabupaten. Dalam hal ini dipakai prinsip bahwa PKLp Pangkalan Kasai/Belilas tersebut menjadi bagian utama dari KSK ini.

(12)

III - 12

dimaksud adalah perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan wilayah, yang didukung oleh sektor pertanian khususnya perkebunan yang berhampiran dengan koridor tersebut.

c) Ruang sebagai wadah pertumbuhan ekonomi yang pesat harus dikendalikan agar tidak menurunkan kinerja kegiatan dalam kawasan.

Arahan penanganan KSK ini adalah:

a) Pengembangan pusat-pusat ekonomi yang mendorong

pertumbuhan ekonomi.

b) Pengembangan dan peningkatan prasarana dan sarana pendukung pusat-pusat kegiatan ekonomi.

c) Pengendalian pemanfaatan ruang dan alih fungsi ruang terhadap bentuk-bentuk yang dapat menurunkan kualitas lingkungan dan layanan transportasi wilayah.

3. KSK Koridor Utara Jalan Lintas Timur (Jalintim) Sumatera. Koridor utara Jalintim Sumatera yang dimaksud adalah antara Pematang Reba sampai ke Lirik, dengan sumbunya adalah Jalintim tersebut.

Karakter pengembangan KSK ini adalah: a) Terdapat PPK Lirik dan PPL Japura.

b) Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Indragiri Hulu. Sektor unggulan dimaksud adalah pertambangan migas, perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan wilayah, yang didukung oleh sektor pertanian khususnya perkebunan yang berhampiran dengan koridor tersebut.

c) Ruang sebagai wadah pertumbuhan ekonomi yang pesat harus dikendalikan agar tidak menurunkan kinerja kegiatan dalam kawasan.

(13)

III - 13

a) Pengembangan pusat-pusat ekonomi yang mendorong

pertumbuhan ekonomi.

b) Pengembangan dan peningkatan prasarana dan sarana pendukung pusat-pusat kegiatan ekonomi.

c) Pengendalian pemanfaatan ruang dan alih fungsi ruang terhadap bentuk-bentuk yang dapat menurunkan kualitas lingkungan dan layanan transportasi wilayah.

4. KSK Koridor Barat Jalan Kolektor Primer. Koridor barat Jalan Kolektor Primer yang dimaksud adalah antara Simpang Japura sampai Peranap, dengan sumbunya adalah Jalan Kolektor Primer tersebut. Karakter pengembangan KSK ini adalah:

a) Terdapat PKL Air Molek, PKLp Peranap, PKLp Simpang Kelayang, PPK Kelawat-Sungai Lala, dan PPL Simpang Kota Medan.

b) Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Indragiri Hulu. Sektor unggulan dimaksud adalah perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan wilayah, yang didukung oleh sektor pertanian khususnya perkebunan yang berhampiran dengan koridor tersebut.

c) Revitasliasi kawasan yang mencirikan awal perkembangan wilayah di sepanjang tepian Sungai Indragiri secara ekonomi, sosial, dan budaya. Bila perkembangan awal terletak di sepanjang tepian Sungai Indragiri, maka perkembangan selanjutnya akan bersumbu pada Jalan Kolektor Primer, namun tetap berkaitan dengan permukiman-permukiman penduduk dan kegiatannya yang berada di tepian Sungai Indragiri.

Arahan pengembangan KSK ini adalah:

a) Pengembangan pusat-pusat ekonomi yang mendorong

pertumbuhan ekonomi.

(14)

III - 14

c) Pengembangan sarana budaya, termasuk cagar budaya, yang menunjang fungsi sebagai pusat budaya dan sekaligus dapat menciptakan manfaat ekonomi (sebagai objek wisata budaya). Pengembangan sarana budaya tersebut dapat berupa bangunan khusus, event atau atraksi budaya baik secara teratur (reguler) maupun pada waktu-waktu khusus. Selain itu, cagar budaya yang ada dapat juga dimanfaatkan sebagai objek atau daya tarik wisata budaya.

B. Sudut Kepentingan Sosial Budaya.

KSK Kawasan Cagar Budaya Komplek Makam Raja-Raja Indragiri Desa Kota Lama Kecamatan Rengat Barat. Kawasan Cagar Budaya Komplek Makam Raja-Raja Indragiri ini terletak di Desa Kota Lama Kecamatan Rengat Barat.

Karakter pengembangan KSK ini adalah peninggalan budaya Melayu/Indragiri yang berupa situs cagar budaya.

Arahan penanganan KSK ini adalah:

a) Pelestarian cagar budaya Melayu/Indragiri.

b) Pemanfaatan sebagai objek wisata budaya dan penelitian ilmu pengetahunan sejarah/budaya.

C. Sudut Kepentingan Fungsi Dan Daya Dukung Lingkungan Hidup. KSK Kawasan Suaka Margasatwa Kerumutan, Suaka Margasatwa Kecamatan Rengat, dan Suaka Margasatwa Kecamatan Rengat Barat. Kawasan Suaka Margasatwa yang dimaksudkan dalam hal ini adalah yang terletak dalam wilayah Kabupaten Indragiri Hulu.

Karakter pengembangan KSK ini adalah:

a) Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati, terutama satwa.

b) Pentingnya peningkatan kualitas sebagai kawasan suaka

(15)

III - 15

Arahan penanganan KSK ini adalah:

a) Pengendalian pemanfaatan ruang di sekitarnya, guna menjaga kualitas kawasan sebagai kawasan suaka margasatwa.

b) Pemantapan dan peningkatan kualitas serta rehabilitasi pada bagian kawasan yang menurun atau rusak kondisinya.

c) Mengeluarkan bentuk kegiatan pemanfaatan yang tidak sesuai dengan fungsi sebagai kawasan suaka margasatwa.

3.1.2.3.2. Arahan Pengembangan Pola Ruang Bidang Terkait Cipta Karya

Berbagai fungsi yang terkait dengan keberadaannya (fungsi ekologis, sosial, ekonomi, dan arsitektural) dan nilai estetika yang dimilikinya (obyek dan lingkungan) tidak hanya dapat dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan untuk kelangsungan kehidupan perkotaan tetapi juga dapat menjadi nilai kebanggaan dan identitas kota. Untuk mendapatkan RTH yang fungsional dan estetik dalam suatu sistem perkotaan maka luas minimal, pola dan struktur, serta bentuk dan distribusinya harus menjadi pertimbangan dalam membangun dan mengembangkannya. Karakter ekologis, kondisi dan keinginan warga kota, serta arah dan tujuan pembangunan dan perkembangan kota merupakan determinan utama dalam menentukan besaran RTH fungsional ini.

Keberadaan RTH penting dalam mengendalikan dan memelihara integritas dan kualitas lingkungan. Pengendalian pembangunan wilayah perkotaan harus dilakukan secara proporsional dan berada dalam

keseimbangan antara pembangunan dan fungsi-fungsi lingkungan.

Kelestarian RTH suatu wilayah perkotaan harus disertai dengan ketersediaan dan seleksi tanaman yang sesuai dengan arah rencana dan rancangannya. RTH perkotaan ditetapkan dengan kriteria :

• lahan dengan luas paling sedikit 2.500 m2

• berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan dan jalur

(16)

III - 16

RTH perkotaan memenuhi persentase sebesar 30% dari luas wilayah perkotaan Kabupaten

Kawasan RTH perkotaan di Kabupaten Indragiri Hulu direncanakan dengan luas kurang lebih 29.923 hektar atau 30 % dari luas wilayah perkotaan Kabupaten Indragiri Hulu, yang terdiri atas :

• Perkotaan Rengat dan Pematang Reba;

• Perkotaan Air Molek;

• Perkotaan Pangkalan Kasai;

• Perkotaan Peranap;

• Perkotaan Simpang Kelayang.

• Perkotaan Kuala Cenaku;

• Perkotaan Lirik;

• Perkotaan Kelawat-Sungai Lala;

• Perkotaan Lubuk Batu Tinggal;

• Perkotaan Petonggan;

• Perkotaan Pematang-Selunak;

• Perkotaan Seberida; dan

• Perkotaan Aur Cina-Kuala Kilan.

Tabel 3.1. Rencana Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan di Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2011 - 2031

No Perkotaan Luas

Perkotaan (ha)

RTH

Eksisting (ha)

% Rencana

(ha)

%

1 Rengat dan Pematang

Reba

26.962 6.056 6,07 8.089 8,11

2 Air Molek 1.280 287 0,29 384 0,38

3 Pangkalan Kasai 1.457 327 0,33 437 0,44

4 Peranap 4.580 1.029 1,03 1.374 1,38

5 Simpang Kelayang 3.910 878 0,88 1.173 1,18

6 Kuala Cenaku 24.700 5.548 5,56 7.410 7,43

7 Lirik 1.850 416 0,42 555 0,56

(17)

III - 17

9 Lubuk Batu Tinggal 4.200 943 0,95 1.260 1,26

10 Petonggan 3.800 853 0,86 1.140 1,14

11 Pematang-Selunak 6.000 1.348 1,35 1.800 1,80

12 Seberida 10.155 2.281 2,29 3.047 3,05

13 Aur Cina-Kuala Kilan 9.250 2.078 2,08 2.775 2,78

J u m l a h 99.744 22.403 2,46 29.923 30,00

3.1.2.3.3. Arahan Struktur Ruang Terkait Bidang Cipta Karya

A. Pengembangan Prasarana Sarana Air Minum

Untuk memenuhi kebutuhan air minum perkotaan, khususnya untuk ibukota kabupaten telah direncanakan pengembangan air minum dengan rincian seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 3.2. Rencana Pengembangan Air Minum sampai Tahun 2030

No Jenis Pengembangan Kecamatan

(1) (2) (3)

1 Perpipaan air minum Rengat, Pematang Reba

2 Perpipaan air baku rengat

3 Instalasi air minum Rengat 4 Sumber air baku Sungai Indragiri hulu

5 Reservoir Rengat (1 unit)

B. Pengembangan Prasarana Air Limbah

Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana pengelolaan air limbah bertujuan untuk pengurangan, pemanfaatan kembali, dan pengolahan bagi limbah dari kegiatan permukiman, perkantoran dan kegiatan ekonomi dengan memperhatikan baku mutu limbah yang berlaku. Sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Indragiri Hulu meliputi sistem pembuangan air limbah setempat, terpusat dan sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).

(18)

III - 18

yang tersebar di seluruh kecamatan, sedangkan untuk sistem pengelolaan air limbah terpusat dilakukan secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat yang berada di kawasan bandara, pusat pemerintahan, pariwisata, industri, perdagangan dan jasa, dan kawasan perumahan dan permukiman padat di Kabupaten Indragiri Hulu. Sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) akan dikondisikan sesuai dengan kegiatan industri yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan.

Lokasi instalasi pengolahan air limbah harus memperhatikan aspek teknis, lingkungan, sosial budaya masyarakat setempat, serta dilengkapi dengan zona penyangga, berlokasi di Rengat dan Pematang Reba.

C. Pengembangan Prasarana Persampahan

Prasarana pengolahan sampah (Tempat Pengolahan Akhir/TPA Sampah), yang diharapkan berada pada jarak yang memadai terhadap kawasan permukiman perkotaan yang ada, sehingga sangat besar kemungkinannya untuk terpadu atau bergabungnya TPA untuk beberapa kawasan perkotaan secara bersama-sama. Pengembangan prasarana pengolahan sampah tersebut direncanakan akan melayani PKW, PKL, PKLp, PPK, dan PPL. TPA sampah yang ada dewasa ini adalah TPA di Pematang Reba, yang melayani PKW Rengat (mencakup Rengat dan Pematang Reba). Direncanakan akan dibangun segera adalah TPA di Belilas (melayani PKLp Pangkalan Kasai/Belilas dan sekitarnya) dan TPA di Air Molek (melayani PKL Air Molek dan sekitarnya). Selanjutnya TPA perlu direncanakan di Peranap (melayani PKLp Peranap dan sekitarnya), di Simpang Kelayang (melayani PKLp Simpang Kelayang dan sekitarnya), di Lirik atau Japura (melayani PPK Lirik dan PPL Japura).

Sistem pengelolaan persampahan dilakukan dengan sistem reduce atau pengurangan, reuse atau penggunaan ulang, dan recycle atau penampungan dan pengembangan tempat pemrosesan akhir dilakukan dengan sistem sanitary landfill atau pembuangan sampah akhir.

(19)

III - 19

Dalam upaya menunjang kualitas lingkungan yang terdapat pada lokasi perencanaan maka perlu direncanakan utilitas drainase demi menampung limbah buangan rumah tangga maupun fasilitas lainnya. Rencana pengembangan prasarana drainase dilakukan dengan cara :

1. Normalisasi dan perkuatan tebing Sungai Batang Cenaku dan Sungai Indragiri Hulu;

2. Pembangunan sistem drainase pada daerah saluran sekunder adalah saluran-saluran pengumpul air limbah sebelum dialirkan menuju ke Saluran Primer (Sungai);

3. Drainase tersier dilakukan pembangunan sistem drainase pada lingkungan permukiman perkotaan dan perdesaan menuju drainase sekunder

E. Pengembangan Prasarana Agropolitan

(20)

III - 20

(21)

III - 21

Dalam rangka mendorong pembangunan dari pinggiran ini, Kementerian PUPR akan melakukan keterpaduan pembangunan pada 35 Wilayah Pengembangan Strategis (35 WPS) yang tersebar 4 WPS di Pulau Papua, 2 WPS di Kepulauan Maluku, 4 WPS di Pulau Kalimantan, 5 WPS di Sulawesi, dan 5 WPS di Kepulauan Bali-Nusa Tenggara, maupun 6 WPS di Sumatera.

Gambar 3.1 Konsepsi Pembangunan Infrastruktur melalui Pendekatan Wilayah

Pada Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) di Pulau Sumatera, terdapat :

1. WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Merak-Bakauhuni-Bandar Lampung-Palembang-Tanjung Api-Api

2. WPS pusat pertumbuhan terpadu Metro Medan-Tebing Tinggi-Dumai-Pekanbaru

3. WPS pusat pertumbuhan terpadu Batam-Bintan 4. WPS Baru terpadu Sibolga-Padang-Bengkulu

(22)

III - 22

Gambar 3.2. Konsep Pengembangan Wilayah Pulau Sumatera

(23)

III - 23

Gambar 3.3. Konsep Wilayah Pengembangan Strategis Metro Medan –

Tebing Tinggi – Dumai – Pekanbaru

3.1.4. Arahan RPJMD 3.1.4.1. Visi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2016 – 2021 merupakan tahap ketiga Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang berlandaskan kepada pelaksanaan, pencapaian dan keberlanjutan dari RPJMD Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2011 – 2015 dengan Visi pembangunan “Indragiri Hulu Sejahtera Tahun 2015”. Visi periode kedua ini diperkuat dengan menjadikan seluruh masyarakat Indragiri Hulu lebih sejahtera, lahiriah dan bathiniah sehingga Visi RPJMD Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2016 – 2021 adalah “Mewujudkan Indragiri Hulu yang Lebih Sejahtera Tahun 2020”, dengan motto “ Tak Ada Kata Menyerah”.

(24)

III - 24

Penyataan visi dengan kata kunci “sejahtera” tidak hanya pada aspek lahiriah dengan indikator-indikator ekonomi, keterjangkauan/aksesibilitas pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tetapi juga aspek bathiniah berupa rasa aman, sentosa dan makmur, dalam beribadah maupun berusaha. Dalam pembangunan Indragiri Hulu kedepan dilakukan dengan tidak membeda-bedakan suku, agama, ras maupun profesi. Dalam rangka pencapaian visi yang telah ditetapkan dengan memperhatikan juga isu-isu strategis maka ditempuh melalui 7 misi sebagai berikut:

1. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik melalui peningkatan sumberdaya aparatur dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.

2. Meningkatkan pengawasan dalam tata kelola keuangan daerah yang transparan dan akuntabel.

3. Meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat.

4. Meningkatkan pemerataan ketersediaan infrastruktur fasilitas umum dan fasilitas sosial.

5. Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang

bertujuan untuk memperluas lapangan kerja dan mengurangi kesenjangan sosial serta memperkuat daya saing daerah.

6. Meningkatkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

7. Meningkatkan keharmonisan bermasyarakat tanpa membedakan suku, agama dan profesi.

3.1.4.3. Arah Kebijakan Bidang Cipta Karya

Arah kebijakan pembangunan bidang pekerjaan umum Kabupaten Indragiri Hulu periode 2016 – 2021 adalah sebagai berikut :

a. Peningkatan pembangunan infrastruktur dasar pemukiman di perdesaan dan perkotaan

b. Peningkatan ketersediaan air bersih

(25)

III - 25

3.2. Rencana Strategi Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3.2.1. Arahan Rencana Kawasan Permukiman

Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman merupakan suatu dokumen strategi operasional dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang sinergi dengan arah pengembangan kota, sehingga dapat menjadi acuan yang jelas bagi penerapan program-program pembangunan infrastruktur Cipta Karya. RP2KP memuat arahan kebijakan dan strategi pembangunan infrastruktur permukiman makro pada skala kabupaten/kota yang berbasis pada rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJMD). RP2KP memiliki beberapa fungsi, yaitu:

a. sebagai acuan bagi implementasi program-program pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, sehingga dapat terintegrasi dengan program-program pembangunan lainnya yang telah ada;

b. Sebagai dokumen induk dari semua dokumen

perencanaanprogram sektoral bidang Cipta Karya di daerah; c. Sebagai salah satu acuan bagi penyusunan RPI2-JM;

d. Sebagai sarana untuk integrasi semua kebijakan, strategi, rencana pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang tertuang di berbagai dokumen; dan

e. Sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan yang terkait dengan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan.

3.2.1.1. Visi dan misi pengembangan permukiman dan infrastruktur perkotaan

Berdasarkan dokumen SPPIP Kabupaten Indragiri Hulu yang disusun tahun 2012, visi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan Kabupaten Indragiri Hulu yaitu:

(26)

III - 26

Sedangkan misi dari pengembangan permukiman infrastruktur perkotaan Kabupaten Indragiri Hulu antara lain :

1. Pertama; Masalah Perumahan, terkait dengan penyediaan rumah yang layak bagi masyarakat Kabupaten Indragiri Hulu. Ada beberapa isu terkait masalah perumahan ini antara lain; banyaknya penduduk yang masih menempati rumah yang tidak layak, rendahnya tingkat pemenuhan rumah yang layak bagi masyarakat dan terbatasnya akses masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) terhadap sumber daya perumahan. Fakta berdasarkan sumber data BPS dan data Kabupaten Dalam Angka (KDA) pada tahun 2010 ada sebesar 3.159 KK masyarakat yang menempati rumah tidak layak huni. Sementara jumlah penduduk terus bertambah, apabila masalah ini tidak dapat diatasi segera maka tingkat kesenjangan (backlog) perumahan di Kabupaten Indragiri Hulu akan terus melebar seiring dengan terbatas dan makin naiknya nilai tanah. Oleh karena itu dalam penyediaan perumahan permukiman perkotaan di Kabupaten Indragiri Hulu perlu ada perhatian khusus bagi semua golongan masyarakat, terutama sekali masalah penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), pembangunan perumahan oleh pihak pemerintah dan swasta (developer) dan penyediaan lahan perumahan bagi masyarakat umum melalui program KASIBA dan LISIBA. Khususnya bagi kawasan perkotaan yang kurang padat dan sedang berkembang program ini sangat didukung karena masih memiliki banyak lahan untuk pengembangan areal perumahan dan permukiman.

2. Kedua; Masalah Permukiman, terkait dengan keberadaan

(27)

III - 27

di kawasan permukiman pasiran (Kambesko) Kota Rengat dan permukiman illegal di belakang terminal Pematang Reba yang didirikan oleh para pendatang yang tidak memiliki tempat tinggal dan saat ini mulai terlihat kumuh. Studi mengenai kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Indragiri Hulu belum pernah dilakukan sehingga penentuan kawasan permukiman kumuh berdasarkan hasil survey identifikasi yang dilakukan bersama dengan aparat pemerintah setempat (pihak kelurahan dan kecamatan) dengan mempertimbangkan beberapa kriteria kawasan permukiman kumuh, seperti; kondisi sarana-prasarana lingkungan, vitalitas ekonomi dan non ekonomi kawasan, dll.

3. Ketiga; Masalah Kelembagaan, terkait dengan kerjasama

kelembagaan dalam penguatan pembiayaan pembanguan

perumahan. Isu yang mendasari permasalahan ini adalah belum pernah ada bentuk kerjasama dan kesepakatan antar dinas/instansi

terkait di pemerintahan daerah terhadap pengembangan

permukiman dan peningkatan kualitas lingkungan permukiman di Kabupaten Indragiri Hulu. Selain itu peran serta masyarakat dan pihak swasta dalam membantu permasalahan diatas juga kurang diberdayakan. Padahal potensi kelembagaan di masyarakat cukup besar, seperti keberadaan LPM, lembaga keagamaan, sosial dan budaya apabila dioptimalkan akan sangat berperan dalam mendorong masyarakat untuk mewujudkan kualitas lingkungan permukiman yang baik dan layak. Permasalahan lain adalah keterbatasan kemampuan pembiayaan perumahan pemerintah daerah untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang ada di Kabupaten Indragiri Hulu dan terbatas atau kurangnya akses masyarakat dalam mendapatkan informasi mengenai pembiayaan perumahan dari lembaga pembiayaan yang ada.

(28)

III - 28

Hulu adalah kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana dasar dilingkungan permukiman dan rendahnya tingkat pelayanan kepada masyarakat. Beberapa isu pelayanan infrastruktur antara lain; rendahnya tingkat pelayanan PDAM dan akses masyarakat terhadap air minum layak di Kabupaten Indragiri Hulu, beberapa wilayah merupakan kawasan rawan banjir, tingginya rumah tangga yang belum memiliki sistem sanitasi yang layak, pengelolaan sampah yang masih individual dan rendahnya kualitas jalan lingkungan.

3.2.1.2. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (kabupaten/kota)

Rencana pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang tergambar dalam dokumen SPPIP Kabupaten Indragiri Hulu adalah upaya perwujudan dari Visi dan Misi yang telah disusun. Berikut strategi dan rencana program pembangunan yang akan dilaksanakan :

Tabel 3.3. Strategi dan Program Pembangunan Kawasan Permukiman N

O STRATEGI PROGRAM PEMBANGUNAN

1 Mengembangkan Kawasan Permukiman Baru pada Kawasan Perkotaan Kurang Padat dan Sedang Berkembang

Program Pengembangan

Perumahan

2 Mengembangkan Lingkungan Permukiman Siap Bangun Yang Lebih Tertata, Terencana dan Terjangkau bagi Masyarakat.

Program Pengembangan

Lingkungan Permukiman

Sehat 3 Mendorong Pengembangan Permukiman bagi

Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di Kawasan Permukiman Perkotaan.

Program Pengembangan

Perumahan MBR

4 Mendorong Peningkatan Kualitas Hunian Masyarakat Perkotaan Dengan Memperhatikan Kualitas dan Daya Dukung Lingkungan

Program Lingkungan Sehat Perumahan

5 Menata Kawasan Permukiman Padat di Bantaran Sungai.

Program Pengendalian

Pemanfaatan Ruang di

Sempadan Sungai 6 Menata dan Meningkatan Kualitas Lingkungan

Permukiman Kumuh dan Permukiman Padat Kota.

Program Pengendalian

Permukiman Kumuh

Perkotaan

7 Mengendalikan Pembangunan Perumahan

Yang Dilakukan Masyarakat Secara Swadaya Dalam Rangka Penataan Permukiman.

(29)

III - 29

N

O STRATEGI PROGRAM PEMBANGUNAN

8 Menata Kembali Persil /Lahan Hunian di

Kawasan Permukiman Perkotaan Untuk

Kepentingan Pengembangan Sarana dan Fasilitas Umum.

Program Penataan,

Penguasaan, Penggunaan

dan Pemanfaatan Tanah

9 Melindungi dan Merestorasi Bangunan Tua Permukiman Kota Lama yang Memiliki Nilai Sejarah dari Upaya Pembongkaran dan Alih Guna Lahan.

Program Penataan Kawasan Bersejarah

10 Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan dan Mendorong Koordinasi Antar Sektor Dalam Penyediaan Perumahan dan Infrastruktur Perkotaan

Program Pemberdayaan

Komunitas Perumahan

11 Mengefektifkan Sumber Pembiayaan

Perumahan melalui Koordinasi Anggaran Yang Lebih Terpadu Antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah untuk Pembangunan Perumahan

Program Kerjasama

Pembangunan

12 Mengembangkan Sistem Pembiayaan Dengan Mekanisme Kemitraan Antara Pemerintah dan Swasta.

Program Pengembangan

Kemitraan Dalam

Pembangunan 13 Mengembangkan Instrument Pembiayaan Non

Konvensional Berbasis Masyarakat.

Program Pengembangan

Pembiayaan Pembangunan

Berbasis Masyarakat 14 Menyediakan dan Meningkatkan Pelayanan Air

Bersih (Air Minum)

Program Pengembangan

Kinerja Pengelolaan Air Minum

15 Meningkatkan Kesehatan Lingkungan

Permukiman melalui Penyediaan Sistem Pelayanan Air Limbah, Sistem Drainase Kota dan Prasarana Persampahan.

Program Pengembangan

Kinerja Pengelolaan Air Limbah

Program Pembangunan

Saluran Drainase / Gorong-gorong

Program Pengembangan dan Pengelolaan Saluran Sungai

Program Pengembangan

Kinerja Pengelolaan

Persampahan 16 Meningkatkan Kualitas Struktur Kawasan

Melalui Pengembangan Infrastruktur Jaringan Jalan Kawasan Permukiman.

Program Pembangunan

Sarana dan Prasarana

Perhubungan 17 Meningkatkan Kualitas Layanan Permukiman

melalui Penyediaan Ruang Publik dan Fasilitas Pelayanan Sosial

Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

(30)

III - 30

Kawasan permukiman prioritas merupakan kawasan yang dijadikan obyek dan sasaran prioritas penanganan berdasarkan penilaian terhadap urgenitas dan tingkat kemendesakannya akan kebutuhan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan. Sehingga perumusan kriteria dan indikator kawasan permukiman prioritas dilakukan dengan memperhatikan kondisi yang ada, yaitu melalui proses inventarisasi potensi dan permasalahan yang dilakukan bersama-sama dengan pemangku kepentingan daerah yang sangat memahami kondisi pemukiman yang ada diwilayahnya masing-masing dan juga mempertimbangkan rencana dan kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat yaitu pemerintah kabupaten Indragiri Hulu.

Berdasarkan hasil skoring dengan berbagai indikator penilaian dari program SPPIP/RP2KP maka diperoleh kawasan prioritas sebagai berikut :

1. Kawasan perkotaan rengat

2. Kawasan perkotaan pasir penyu 1 3. Kawasan perkotaan pematang reba 4. Kawasan perkotaan pangkalan kasai 5. Kawasan perkotaan peranap

6. Kawasan perkotaan pasir penyu 2

3.2.2. Arahan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung 3.2.2.1. Ketentuan fungsi bangunan gedung

Fungsi bangunan gedung merupakan ketetapan mengenai pemenuhan persyaratan teknis bangunan gedung ditinjau dari segi tata bangunan dan lingkungan maupun keandalannya serta sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam RTRW Kabupaten Indragiri Hulu dan/atau RTBL.

Fungsi bangunan gedung meliputi:

a. Bangunan gedung fungsi hunian, dengan fungsi utama sebagai tempat manusia tinggal;

b. Bangunan gedung fungsi keagamaan dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan ibadah;

(31)

III - 31

d. Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan kegiatan sosial dan budaya; e. Bangunan gedung fungsi khusus dengan fungsi utama sebagai

tempat manusia melakukan kegiatan yang mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi dan/atau tingkat risiko bahaya tinggi; dan

f. Bangunan gedung lebih dari satu fungsi.

3.2.2.2. Persyaratan bangunan gedung

Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Adapun persyaratan administratif bangunan gedung meliputi:

1. Status hak atas tanah dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;

2. Status kepemilikan bangunan gedung, dan IMB.

Sedangkan persyaratan teknis bangunan gedung meliputi:

1. Persyaratan tata bangunan dan lingkungan yang terdiri atas: a. persyaratan peruntukan lokasi;

b. intensitas bangunan gedung; c. arsitektur bangunan gedung;

d. pengendalian dampak lingkungan untuk bangunan gedung tertentu;

e. rencana tata bangunan dan lingkungan.

2. persyaratan keandalan bangunan gedung terdiri atas: a. persyaratan keselamatan;

b. persyaratan kesehatan; c. persyaratan kenyamanan; d. persyaratan kemudahan.

3.2.2.3. Penyelenggaraan bangunan gedung

(32)

III - 32

1. Kegiatan pembangunan bangunan gedung diselenggarakan melalui proses perencanaan teknis dan proses pelaksanaan konstruksi. 2. Kegiatan pemanfaatan bangunan gedung meliputi kegiatan

pemeliharaan, perawatan, pemeriksaan secara berkala,

perpanjangan Sertifikat Laik Fungsi (SLF), dan pengawasan pemanfaatan bangunan gedung.

3. Kegiatan pelestarian bangunan gedung meliputi kegiatan penetapan dan pemanfaatan termasuk perawatan dan pemugaran serta kegiatan pengawasannya.

4. Kegiatan pembongkaran bangunan gedung meliputi penetapan pembongkaran dan pelaksanaan pembongkaran serta pengawasan pembongkaran.

Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, penyelenggara bangunan gedung wajib memenuhi persyaratan administrasi dan persyaratan teknis untuk menjamin keandalan bangunan gedung tanpa menimbulkan dampak penting bagi lingkungan. Penyelenggaraan bangunan gedung dapat dilaksanakan oleh perorangan atau penyedia jasa di bidang penyelenggaraan gedung.

3.2.2.4. Peran masyarakat dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung

Peran masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung dapat terdiri atas:

1. Pemantauan dan penjagaan ketertiban penyelenggaraan bangunan gedung;

2. Pemberian masukan kepada pemerintah dan/atau pemerintah daerah dalam penyempurnaan peraturan, pedoman dan standar teknis di bidang bangunan gedung;

(33)

III - 33

tertentu dan kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan;

4. Pengajuan gugatan perwakilan terhadap bangunan gedung yang mengganggu, merugikan dan/atau membahayakan kepentingan umum.

3.2.3. Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten/Kota (RISPAM)

3.2.3.1. Rencana Sistem Pelayanan

Rencana pengembangan sistem air bersih merupakan bagian dari upaya penyediaan serta pengembangan sistem prasarana air bersih untuk kebutuhan domestik dan kebutuhan non domestik. Rencana pengembangan sistem air bersih diusahakan terintegrasi dengan pelayanan sistem air bersih eksisting yang telah ada.

1. Terkait dengan cakupan pelayanannya, diusahakan untuk ditambah seluas mungkin hingga akhir tahun perencanaan.

2. Mengintegrasikan pengembangan sistem air bersih dengan sistem jaringan jalan, sehingga semua kawasan yang memiliki tingkat kemudahan aksesibilitas dapat memperoleh pelayanan air bersih yang memadai.

3. Terkait dengan sumber air baku, maka diusahakan menggunakan sumber air baku yang terdekat dengan wilayah pelayanannya.

4. Proses pengolahan air bersih diusahakan menggunakan sistem konvensional atau menggunakan paket dalam negeri untuk memudahkan operasional dan perawatan.

5. Distribusi pelayanan sistem air bersih diusahakan dilakukan dengan menggunakan sistem gravitasi.

6. Kawasan-kawasan prioritas dalam penyediaan kebutuhan air bersih di Kabupaten Indragiri Hulu adalah :

a. Pusat-pusat aktifitas di sepanjang jalan utama.

b. Pusat-pusat pengembangan wilayah, meliputi kawasan di sekitar ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan.

(34)

III - 34

Rencana pemasangan jaringan transmisi dan distribusi primer mencakup perpipaan sepanjang jalan arteri primer dan jalan kolektor primer dengan variasi diameter antara 250 - 500 mm. Pipa transmisi ini yang direncanakan dipasang dari bangunan intake sampai ke daerah pelayanan. Selanjutnya akan dibangun Ground Reservoar atau Menara Air yang akan menjadi stasiun pengendali distribusi untuk setiap zona pelayanan. Perluasan jaringan distribusi sekunder dan tersier meliputi perluasan jaringan kawasan baru dan pemasangan pipa baru di dalam wilayah eksisting untuk meningkatkan kapasitas jaringan saat ini.

Untuk menunjang perluasan jaringan distribusi ini, maka direncanakan pula sarana penunjangnya yang berupa reservoir dan stasiun pompa. Rencana pengembangan jaringan distribusi air minum di Kabupaten Indragiri Hulu meliputi pemasangan jaringan distribusi sekunder dan tersier yang dalam pemasangannya akan mengikuti jaringan jalan sekunder yang direncanakan dan rencana pengembangan wilayah.

Pipa distribusi sekunder direncanakan menggunakan pipa dengan diameter bervariasi 100 – 150 mm. Jaringan distribusi sekunder akan dialirkan ke tiap unit lingkungan dan dari pipa sekunder dialirkan ke kawasan permukiman melalui pipa tersier dengan diameter 50 – 75 mm.

Sedangkan rencana dalam usaha menekan tingkat kebocoran adalah dengan pengendalian yang meliputi:

1. Pembentukan sub zona kebocoran

2. Rehabilitasi jaringan distribusi, yaitu dengan pencucian pipa dengan sistem ‘swabbing’ dan ‘air scouring’

3. Penggantian pipa-pipa yang rusak.

(35)

III - 35

Dari analisa diatas untuk dua Kota studi perlu pengembangan system penyediaan air besih secara terintegrasi satu sama lain agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap air bersih.

3.2.3.2. Rencana Pengembangan SPAM

Kebutuhan air bersih dihitung berdasarkan proyeksi jumlah penduduk, tingkat pelayanan dan konsumsi air bersih perorang perhari. Proyeksi jumlah penduduk pada masing-masing daerah pelayanan akan di hitung berdasarkan laju pertumbuhan penduduk seperti pada tabel sebelumnya .

Sedangkan tingkat pelayanan dan konsumsi air bersih perorang perhari akan mengacu pada kondisi pelayanan yang ada saat ini dan kriteria design

Untuk Kota Rengat, tingkat pelayanan dan konsumsi air bersih direncanakan sebagai berikut :

1. Tahap Jangka Pendek 2013-2016 : o Tingkat Pelayanan : 65 % o Konsumsi/satu air : 120 l/o/h 2. Tahap Jangka menengah 2017-2021 :

o Tingkat Pelayanan : 70 % o Konsumsi/satu air : 130 l/o/h 3. Tahap Jangka Panjang 2022-2031 :

o Tingkat Pelayanan : 80% o Konsumsi/satu air : 150 l/o/h

Sedangkan untuk 13 (tiga belas) kota lainnya, tingkat pelayanan dan konsumsi air bersih direncanakan :

1. Tahap Jangka Pendek 2013-2016 : o Tingkat Pelayanan : 40%

o Konsumsi/satu air : 120 l/o/h

2. Tahap Jangka Menengah 2017-2021 : o Tingkat Pelayanan : 60%

(36)

III - 36

o Tingkat Pelayanan : 80% o Konsumsi/satu air : 150 l/o/h

3.2.3.2.1. Unit Air Baku

Sumber air baku yang dipergunakan sebagai sumber air minum oleh PDAM mempunyai permasalahan yang berbeda untuk setiap unit

pengolahan. Untuk PDAM Tirta Indra Kabupaten Indragiri Hulu

menpergunakan air permukaan (sungai).

Sumber air baku yang potensial untuk digunakan sebagai sumber ar baku bagi penyediaan air bersih yang telah disebutkan di atas yang berupa air permukaan (sungai) yaitu Sungai Indragiri yang saat ini sangat potensi untuk dijadikan sumber air baku, selain sungai di atas sebenarnya banyak anak-anak sungai akan tetapi airnya kering pada saat kemarau panjang.

Dengan melihat eksisting yang ada perlu dan potensi mendatang perlu pembangunan dan pembenahan untuk keperluan unit air baku antara lain :

1. Tahap Jangka Pendek 2013-2016

o Pemasangan Watermeter Induk Air Baku untuk masing-masing SPAM

o Pembangunan Fasilitas Unit Air Baku di Lokasi yang belum memiliki SPAM

o Pembangunan Intake Permanen di Lokasi Intake Eksisting o Penambahan unit pompa air baku eksisting (optimalisasi)

o Penambahan Kapasitas Pompa Intake Baru.

o Pembangunan Pipa Transmisi Diameter Minimal 150 MM untuk lokasi yang masih menggunakan Pipa Transmisi Diameter dibawah 150 MM.

2. Tahap Jangka Menengah 2017-2021

(37)

III - 37

o Pembangunan Pipa Transmisi Air Baku dan Accessories

sepanjang 3700 meter dengan diameter 500 mm, untuk Kota Rengat.

o Pembangunan Pipa Transmisi Air Baku dan Accessories

sepanjang 6000 meter dengan diameter 500 mm, untuk Kecamatan Rengat Barat.

o Pembangunan Pipa Transmisi Air Baku dan Accessories

sepanjang 800 meter dengan diameter 500 mm, untuk Kecamatan Seberida.

3. Tahap Jangka Panjang 2022-2031

o Pembangunan Fasilitas Unit Air Baku di Lokasi Kota Rengat. o Pembangunan Fasilitas Unit Air Baku di Lokasi Kecamatan

Siberida.

3.2.3.2.2. Unit Produksi

Sistem pengolahan air baku direncanakan menggunakan Sistem konvensional Instalasi Paket Beton atau Baja. Berdasarkan data-data yang ada, sistem ini memiliki keuntungan dan kemudahan dalam hal investasi dan operasional/pemeliharaan, antara lain mudah dioperasikan, dengan perawatan sederhana sebagian besar komponen buatan dalam negeri.

Dasar rancangan Instalasi Pengolahan Air ini adalah mengolah sumber air permukaan (permukaan, air tanah dalam atau lainnya) menjadi air minum, Kualitas air baku sesuai dengan standard Air Baku (Kelas B) dan kualitas air

minum sesuai dengan Kriteria Air Minum KepMenKes RI N0.

907/MENKES/SK/VII/2002, yaitu:

a. Kapasitas pengolahan air direncanakan berdasarkan Debit Maksimum Harian

b. Instalasi yang direncanakan harus memenuhi syarat-syarat :

a. Air yang sudah diolah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan

(38)

III - 38

c. Memiliki daya tahan yang cukup lama d. Biaya operasi yang ringan dan murah e. Cocok ditempatkan pada daerah studi

f. Secara prinsip mampu mengolah air permukaan dengan kekeruhan dan warna yang tinggi

Selain IPA pada unit produksi dilengkapi dengan beberapa unit penunjang lainnya, adapun jenis bangunan yang diperlukan adalah :

1. Reservoir

2. Ruang Pembubuh 3. Rumah Jaga 4. Rumah Pompa 5. Ruang Genset 6. Ruang Laboratorium 7. Ruang Gudang

8. Ruang Penyimpanan Bahan Kimia

Adapun program yang dibutuhkan untuk penyediaan air bersih Kabupaten Indragiri Hulu adalah :

a. Tahap Jangka Pendek 2013-2016

a. Pembangunan IPA Baru 20 liter/detik di Lokasi Kecamatan Peranap.

b. Pembangunan IPA Baru 40 liter/detik di Lokasi Kecamatan Siberida.

c. Pembangunan IPA Baru 20 liter/detik di Lokasi Kecamatan Batang Gansal.

d. Pembangunan IPA Baru 10 liter/detik di Lokasi Kecamatan Pasir Penyu.

e. Pembangunan IPA Baru 10 liter/detik di Lokasi Kecamatan Sungai Lala.

(39)

III - 39

g. Pembangunan IPA Baru 20 liter/detik di Lokasi Kecamatan Rengat Barat.

h. Pembangunan IPA Baru 10 liter/detik di Lokasi Kota Rengat. i. Pembangunan Sarana Unit Penunjang untuk masing-masing

SPAM.

2. Tahap Jangka Menengah 2017-2021

a. Pembangunan IPA Baru 20 liter/detik di Lokasi Kecamatan Peranap.

b. Pembangunan IPA Baru 10 liter/detik di Lokasi Kecamatan Batang Peranap.

c. Pembangunan IPA Baru 40 liter/detik di Lokasi Kecamatan Siberida.

d. Pembangunan IPA Baru 10 liter/detik di Lokasi Kecamatan Batang Cenaku.

e. Pembangunan IPA Baru 20 liter/detik di Lokasi Kecamatan Batang Gansal.

f. Pembangunan IPA Baru 20 liter/detik di Lokasi Kecamatan Pasir Penyu.

g. Pembangunan IPA Baru 40 liter/detik di Lokasi Kecamatan Rengat Barat.

h. Pembangunan IPA Baru 40 liter/detik di Lokasi Kota Rengat. i. Pembangunan Sarana Unit Penunjang untuk masing-masing

SPAM

4. Tahap Jangka Panjang 2022-2031

a. Pembangunan IPA Baru 50 liter/detik di Lokasi Kecamatan Peranap.

b. Pembangunan IPA Baru 10 liter/detik di Lokasi Kecamatan Batang Peranap.

c. Pembangunan IPA Baru 100 liter/detik di Lokasi Kecamatan Siberida.

(40)

III - 40

e. Pembangunan IPA Baru 50 liter/detik di Lokasi Kecamatan Batang Gansal.

f. Pembangunan IPA Baru 10 liter/detik di Lokasi Kecamatan Kelayang

g. Pembangunan IPA Baru 10 liter/detik di Lokasi Kecamatan Rakit Kulim.

h. Pembangunan IPA Baru 50 liter/detik di Lokasi Kecamatan Pasir Penyu.

i. Pembangunan IPA Baru 20 liter/detik di Lokasi Kecamatan Sungai Lala.

j. Pembangunan IPA Baru 20 liter/detik di Lokasi Kecamatan Lubuk Batu Jaya.

k. Pembangunan IPA Baru 40 liter/detik di Lokasi Kecamatan Rengat Barat.

l. Pembangunan IPA Baru 100 liter/detik di Lokasi Kota Rengat. m. Pembangunan IPA Baru 10 liter/detik di Lokasi Kecamatan

Kuala Cenaku.

n. Pembangunan Sarana Unit Penunjang untuk masing-masing Kecamatan

o. Pembangunan Kantor Pusat PDAM Tirta Indra yang repesentatif

3.2.3.2.3. Unit Distribusi

Sistem jaringan distribusi dirancang sedemikian rupa untuk

memudahkan pengendalian kebocoran, pengukuran tekanan, pengukuran debit air, serta pengukuran kualitas. Untuk itu jaringan distribusi harus dibuat sistem zoning yang dilengkapi dengan alat pengukur debit aliran dan tekanan serta tapping point untuk pengambilan sampel kualitas air.

Beberapa ketentuan dari pembangunan sistem jaringan distribusi primer adalah ukuran pipa ini diperhitungkan berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum dan alokasinya pada setiap area yang ada di wilayah pelayanan.

Unit distribusi yang akan dibangun meliputi antara lain : • Jaringan pipa primer

(41)

III - 41

• Jaringan pipa tersier.

Pada lokasi Kecamatan Rengat Barat dengan Kota Rengat ditinjau dari aspek lokasi yang tidak terlalu jauh (11.2 KM) serta kebutuhan jumlah air minum yang cukup besar untuk kedua lokasi maka dalam pengembangan unit distribusi jangka panjang direncanakan sistem interkoneksi jaringan distribusi menggunakan Pipa Diameter 300 MM, dengan adanya sistem interkoneksi ini diharapkan akam menutupi supplay kebutuhan air kedua daerah

Untuk melayani kebutuhan masyarakat maka diperlukan beberapa tahapan dalam pengembangan jaringan distribusi air minum antara lain:

1. Tahap Jangka Pendek 2013-2016

a. Pemasangan Watermeter Induk Distribusi untuk masing-masing SPAM.

b. Pengadaan dan pemasangan pipa distribusi dan accessories untuk masing-masing SPAM.

c. Pengadaan dan pemasangan sambungan rumah untuk masing-masing SPAM.

2. Tahap Jangka Menengah 2017-2021

a. Penggantian atau penambahan pipa primer diameter 300 MM untuk lokasi Kecamatan Seberida, Kecamatan Rengat Barat dan Kota Rengat

b. Pengadaan dan pemasangan pipa distribusi dan accessories untuk masing-masing SPAM.

c. Pengadaan dan pemasangan sambungan rumah untuk masing-masing SPAM.

3. Tahap Jangka Panjang 2022-2031

a. Sistem interkoneksi jaringan distribusi menggunakan Pipa Diameter 300 MM untuk Kecamatan Rengat Barat dan Kota Rengat Sepanjang 11.2 KM.

b. Penggantian atau penambahan pipa primer diameter 300 MM untuk lokasi Kecamatan Seberida, Kecamatan Rengat Barat dan Kota Rengat

(42)

III - 42

d. Pengadaan dan pemasangan sambungan rumah untuk masing-masing SPAM.

3.2.3.3. Rencana Penurunan Kebocoran Air Minum

Air Tak Berekening (ATR) merupakan salah satu penyebab utama buruknya kinerja Perusahaan. Bila dihitung sebagai persentase selisih air yang terjual terhadap air air yang diproduksi. Tingkat kehilangan air PDAM di Indonesia sangat bervariasi. Beberapa PDAM memiliki tingkat kehilangan air hanya sekitar 20 % bahkan kurang. Tetapi banyak juga yang mencapai 60 % atau lebih. Menurut data resmi Kementerian Pekerjaan Umum, rata-rata kehilangan air PDAM di Indonesia mencapai 37 %. Dengan tingkat kehlangan air 37 %, peluang pendapatan yang hilang mencapai Rp. 1,139 triliun per tahun.

Untuk mengetahui rincian komponen air tak berekening, diperoleh data contoh dari 24 PDAM yang telah menyusun neraca air dengan pendekatan “ Top Down “ pada tahun 2007. Fakta ini menunjukan sesungguhnya air tak berekening di Indonesia lebih besar pada permasalahan kehilangan air fisik, yang disebabkan oleh :

1. Infrastruktur yang sudah tua 2. Bahan pipa yang kurang baik 3. Kurangnya pemeliharaan.

Kehilangan air komersil yang ada, kurang lebih mengakibatkan kehilangan setengah dari kehilangan fisik, sehingga perlu perhatian khusus. Penyebab kehilangan air antara lain sebagian PDAM tidak memiliki meter induk yang akurat, meter air yang tidak pernah diganti sehingga akurasinya menurun dan pencurian air.

Besarnya nilai financial kerugian akibat kehilangan air tersebut merupakan alasan yang sangat kuat mengapa harus dilakukan berbagai upaya untuk meurunkan tingkat kehilangan air. Disamping itu menurunkan ATR berarti bertambahnya pendapat bagi PDAM.

(43)

III - 43

4. Lebih banyak air yang tersedia untuk dikonsumsi

7. Menunda kebutuhan investasi untuk pembangunan sistem penyediaan air minum baru karena kebutuhan pelanggan baru dapat dipenuhi dari air yang dapat dihemat,

8. Menurunkan biaya operasi

9. Meningkatkan pendapatan karena lebih banyak air yang dapat terjual

10. Pemanfaatan sumber air baku yang ada akan lebih optimal 11. Meningkatkan pengetahuan mengenai sistem distribusi air

12. Meningkatkan pengetahuan tentang meter air pelanggan dan sistim balling

Menurunkan kehilangan air selalu harus dimulai dengan mengetahui berapa sebenarnya air yang hilang.

3.2.4. Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK) 3.2.4.1. Kerangka kerja pembangunan sanitasi

Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sector sanitasi suatu Kota/Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota berpedoman pada prinsip:

a. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);

b. Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase, persampahan); c. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan

d. Menggabungkan pendekatan ‘top down’dengan ‘bottom up’.

(44)

III - 44

merumuskan visi dan misi sanitasi yang merupakan hasil dari kolaborasi pemikiran dari berbagai stakeholder terkait. Visi dan misi sanitasi Kabupaten Indragiri Hulu sangat erat kaitannya dengan visi dan misi Kabupaten Indragiri Hulu.

(45)

III - 45

Tabel 3.4: Visi Misi Sanitasi Kabupaten Indragiri Hulu Visi Kabupaten

Indragiri Hulu

Misi Kabupaten Indragiri Hulu

Visi Sanitasi Kabupaten Indragiri Hulu

Misi Sanitasi Kabupaten Indragiri Hulu Indragiri Hulu

Sejahtera Tahun 2015

1. Mewujudkan Daya Saing Daerah

2. Mewujudkan Suasana Kehidupan Masyarakat dan Menyelenggarakan

Pemerintahan Yang Demokratis

3. Mewujudkan Pemerataan Pembangunan dan Hasil-hasilnya

4. Mewujudkan Suasana Aman, Damai dan Harmonis yang Bermoral, Beretika dan Berbudaya.

5. Mewujudkan Daerah Yang Memiliki Peran Pada Tingkat Regional.

Terwujudnya Indragiri Hulu bersih dan sehat tahun 2018 melalui pembangunan sanitasi yang partisipatif dan

berkelanjutan

Misi Air Limbah Domestik

1. Meningkatkan pengelolaan air limbah permukiman melalui pengembangan kapasitas kelembagaan dan SDM

2. Meningkatkan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah permukiman yang efektif, efisien dan berkelanjutan

3. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat akan pentingnya pengelolaan air limbah rumah tangga

Misi Persampahan

1. Mewujudkan pembangunan infrastruktur persampahan yang berkelanjutan dan berkwalitas.

2. Meningkatkan cakupan layanan dan peran serta masyarakat dalam sistem pengelolaan persampahan.

Misi Drainase

1. Meningkatkan kualitas infrastruktur sarana prasarana drainase dan kondisi lingkungan yang sehat serta mengurangi daerah genangan

2. Mewujudkan pembangunan infrastruktur drainase yang terpadu berkelanjutan yaitu terlaksananya pembangunandan pemeliharaan sarana dan prasarana drainase yang

terencana dengan dukungan partisipasi penuh masyarakat. Misi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(46)

III - 46

3.2.4.2. Tujuan, sasaran, dan strategi sektor sanitasi 3.2.4.2.1. Sub sector air limbah domestic

Berdasakan hasil analisis SWOT untuk menentukan tujuan, sasaran dan strategi pengembangan Air Limbah Domestik di Kabupaten Indragiri Hulu yang berada di kuadran 4 dengan strategi Berputar. Posisi pengelolaan air limbah yang berada pada kuadran 4 tersebut antara lain disebabkan oleh pembangunan pada jalan ditempat meskipun banyak program dan kegiatan yang dilakukan, sehingga perlu rasionalisasi dan mencari strategi baru. Posisi pengelolaan air limbah domestik Kabupaten Indragiri Hulu dapat dilihat pada Gambar 3.4 dibawah ini:

Gambar 3.1 Posisi pengelolaan subsektor air limbah domestik

(47)

III - 47

Tabel 3.5: Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Air Limbah Domestik

Tujuan

pengolahan air

limbah domestik

yang berwawasan lingkungan.

a. Terlaksananya pembangunan instalasi

pengolahan air limbah tahun 2015 b. Meningkatnya

akses masyarakat

kegiatan stimulant pembangunan jamban yang sesuai

standar sebagai

percontohan

b(2) meningkatkan pemahaman

masyarakat dan

sosialisasi tentang tangki septic sesuai standar SNI

b(3) pembangunan

on site komunal

pada daerah

perkotaan yang

padat, kumuh dan miskin

Meningkatkan sistem pengelolaan

air limbah

pengelolaan air

limbah kabupaten

tahun 2015

b. Tersedianya

peraturan /regulasi mengenai

pengelolaan air

limbah tahun 2015 c. Tersedianya

rencana

pengelolaan air

limbah rumah

a. Advokasi kepada pemerintah daerah tentang SOTK

b. Penyusunan Perda pengelolaan Air Limbah permukiman c. Penyusunan Master

Gambar

Tabel 3.1. Rencana Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan di Kabupaten
Tabel 3.2. Rencana Pengembangan Air Minum sampai Tahun 2030
Gambar 3.1 Konsepsi Pembangunan Infrastruktur melalui Pendekatan
Gambar 3.2. Konsep Pengembangan Wilayah Pulau Sumatera
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari kedua penelitian diatas adanya konsep diri yang negatif dan kualitas hidup yang buruk memungkinkan bahwa proses penerimaan diri ODHA yang tidak sampai pada

Universitas Sumatera Utara.. Bagaimana desain tampilaa aplikasi Game Pak Raden dan Pak Ogah ? a. Bagaimana penyajian informasi alat musik tradisional pada aplikasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi Holland Types for Career Counseling dan Solution-Focused Career Counseling lebih efektif dibandingkan strategi kovensional

Keadaan tersebut menyebabkan menurunnya kualitas hidup wanita, sebagai contoh siswi yang mengalami dismenorea primer tidak dapat berkonsenterasi dalam belajar

Melihat pentingnya sistem pengendalian dalam mencapai tujuan perusahaan, maka penulis termotivasi untuk melihat lebih nyata penerapan pengendalian gaji yang diterapkan oleh

Simpulan : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kadar kortisol pada kedua kelompok yang diberi obat analgetik ketorolak ataupun kelompok yang diberi

Hal ini bisa dilihat pada program pembelajaran guru, baik pada program semester maupun pada Rencana Pelaksanaan pembelajaran yang secara rinci mencantumkan perencanaan waktu

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik