ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN,
PROFITABILITAS DAN LEVERAGE RATIO TERHADAP
PRAKTIK PERATAAN LABA
Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Padam Prahara
NIM : 062114026
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN,
PROFITABILITAS DAN LEVERAGE RATIO TERHADAP
PRAKTIK PERATAAN LABA
Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Padam Prahara
NIM : 062114026
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
HALAMAN PERSEMBAHAN
Saya persembahkan karyaku untuk:
Tuhan Yesus, Bapa dan Sahabatku
Terima kasih untuk setiap pertolonganMu
Bapakku, Katijan
Ibukku, Ngadinah
Terima kasih untuk setiap doa dan dukungannya
Adekku, Chalis Angkoro
Adekku, Mela Gayung Asmoro
Adekku, Lensa Ndarupita
Terima kasih untuk kasih sayang kalian
Sahabat-sahabatku semua
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
tak terhingga kepada:
1.
Tuhan Yesus Kristus Yang selalu menuntun, membimbing dan memberi
penghiburan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2.
Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan
mengembangkan kepribadian kepada penulis.
3.
Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan teladan, semangat, bantuan dan bimbingan kepada penulis
dengan sabar.
4.
Ibu Maria Tutik Haryanti selaku karyawan pojok BEI Universitas Sanata
Dharma yang telah banyak membantu dalam mencarikan data yang
dibutuhkan.
5.
Bapakku Katijan dan ibukku Ngadinah yang sangat kuhormati dan sayangi,
untuk doa, perhatian, teladan serta kasih sayangnya sampai saat ini.
6.
Adek-adekku: Chalis Angkoro, Mela Gayung Asmoro dan Lensa Ndarupita,
untuk dukungan yang kalian berikan.
8.
Teman-teman akuntansi angkatan 2006, untuk setiap kebersamaan dan kerja
sama kalian.
9.
Teman-teman kost: Aan, Andre, Catur, Herka, Jurid, Kelik, Mustofa, Riadi,
Ruskandar, Teguh, Yera, Yuda dan Yoga, untuk setiap kebersamaan dan rasa
kekeluargaan ini.
10.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...
vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ...
vii
4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan
Laba ...
21
1.
Mengklasifikasikan Sampel ...
32
4.
Melakukan Analisis Statistik Deskriptif ...
35
5.
Pengujian
Multivariate
...
35
BAB IV ANALISI DATA DAN PEMBAHASAN ...
41
A.
Mengklasifikasikan Sampel ...
41
B.
Pengukuran Variabel Penelitian ...
44
1.
Variabel Dependen ...
44
2.
Variabel Independen ...
71
C.
Analisis Statistik Deskriptif Data Perataan Laba...
82
D.
Pengujian
Multivariate
...
84
1.
Analisis
multivariate
secara serentak (simultan) ...
85
2.
Analisis
multivariate
secara terpisah (parsial) ...
86
E.
Pembahasan ...
88
1.
Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Return On Equity,
Net Profit Margin, Debt to Total Assets
, dan
Debt
to Equity Ratio
...
89
2.
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap praktik
perataan laba ...
90
3.
Pengaruh
Return on Equity
terhadap praktik
perataan laba ...
92
4.
Pengaruh
Net Profit Margin
terhadap praktik
perataan laba ...
93
5.
Pengaruh
Debt to Total Assets
terhadap praktik
perataan laba ...
95
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Tahap-tahap Pemilihan Sampel Penelitian ...
42
Tabel 2 Tabel Perusahaan Sampel ...
43
Tabel 3
Discretionary Accrual Proxy
(DAP) ...
45
Tabel 4
Pre Discretionary Income
(PDI) ...
52
Tabel 5 Hasil Perhitungan
Δ
DAP ...
61
Tabel 6 Hasil Perhitungan
Δ
PDI ...
65
Tabel 7 Tabel Klasifikasi Status Perusahaan ...
71
Tabel 8 Hasil Pengukuran (
size
) Ukuran Perusahaan ...
72
Tabel 9 Perhitungan Variabel
Debt to Total Assets
...
77
Tabel 10 Hasil Analisis Statistik Diskriptif ...
82
Tabel 11 Konstata dan Koefisien Persamaan Regresi ...
85
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN,
PROFITABILITAS DAN LEVERAGE RATIO TERHADAP
PRAKTIK PERATAAN LABA
Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
Padam Prahara
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2012
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris pengaruh
faktor ukuran
perusahaan, profitabilitas yang diukur dengan
Return on Equity
(ROE) dan
Net Profit Margin
(NPM),
leverage ratio
yang diukur dengan
Debt to
Total Assets
(DTA) dan
Debt to Equity Ratio
(DER) terhadap praktik perataan
laba. Sampel penelitian dibagi dalam dua kelompok: perusahaan perataan laba dan
bukan perusahaan perataan laba berdasarkan model Jones yang dimodifikasi oleh
Kothari. 39 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2006-2009 dipilih sebagai sampel.
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan metode regresi
logistic,
maka dapat dibuat kesimpulan bahwa Ukuran
perusahaan, profitabilitas
yang diukur dengan
Return on Equity
(ROE) dan
Net Profit Margin
(NPM),
leverage ratio
yang diukur dengan
Debt to Total Assets
(DTA) dan
Debt to Equity
Ratio
(DER) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap
praktik perataan laba. Pengujian secara parsial, hanya
Debt to Total Assets
(DTA)
yang berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Sedangkan ukuran
perusahaan,
Return on Equity
(ROE),
Net Profit Margin
(NPM), dan
Debt to
Equity Ratio
(DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba.
ABSTRACT
AN ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF FIRM’S SIZE,
PROFITABILITY DAN LEVERAGE RATIO TO INCOME
SMOOTHING PRACTICE
An Empirical Study at Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock
Exchange
Padam Prahara
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2012
The purpose of this study was to obtain empirical evidence of the
influence of firm’s size, profitability as measured by return on equity (ROE) and
net profit margin (NPM), leverage ratio measured by debt to total assets (DTA)
and debt to equity ratio (DER) to income smoothing practice. The research sample
was divided into two groups: income smoothing companies and non income
smoothing companies based on Jones’ model that was modified by Kothari.
Amounting to 39 manufacturing companies listed on the Indonesia Stock
Exchange in 2006-2009 were chosen as sample.
Based on the results of data analysis by logistic regression method, it was
revealed that firm’s size, profitability as measured by return on equity (ROE) and
net profit margin (NPM), leverage ratio measured by debt to total assets (DTA)
and debt to equity ratio (DER) together (simultaneously) had significant influence
to income smoothing practice. Partially, only debt to total assets (DTA) that had
significant influence on income smoothing. However, firm’s size, return on equity
(ROE), net profit margin (NPM), and debt to equity ratio (DER) had no
significant influence on income smoothing practice.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan merupakan suatu pencerminan dari suatu kondisi
perusahaan, karena di dalam laporan keuangan terdapat informasi-informasi
yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.
Pemakai laporan keuangan dapat dibedakan menjadi beberapa pihak yaitu:
manajemen, pemegang saham, kreditor, pemerintah, karyawan perusahaan,
pemasok, konsumen dan masyarakat umum lainnya yang pada dasarnya dapat
dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu pihak internal dan eksternal.
Melalui laporan keuangan ini, pengguna laporan keuangan dapat menilai
kinerja manajemen yang tercermin dalam kinerja perusahaan. Informasi yang
terkandung dalam laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar pembuatan
keputusan investasi maupun keputusan keuangan lainnya.
Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja
manajemen adalah laba. Berdasarkan kenyataan yang ada, seringkali perhatian
pemakai laporan keuangan hanya ditujukan pada informasi laba, tanpa
memperhatikan bagaimana laba tersebut diperoleh. Sebagaimana disebutkan
dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.1 bahwa
informasi laba pada umumnya merupakan perhatian utama dalam menaksir
kinerja atau pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba membantu
di masa yang akan datang. Hal tersebut mendorong manajer untuk melakukan
manajemen laba (earnings management) atau manipulasi laba (earnings
manipulations).
Manajemen laba dapat dijelaskan menggunakan pendekatan teori
keagenan (agency theory) yang menyatakan manajemen melakukan
manajemen laba (earning management) karena laba merupakan salah satu
informasi dalam laporan keuangan yang sering digunakan sebagai dasar dalam
penentuan kompensasi manajemen dan merupakan sumber informasi yang
penting untuk melakukan praktik perataan laba. Perataan laba merupakan usaha
manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba perusahaan sehingga laba yang
disajikan dalam laporan keuangan tampak relatif stabil antar periode laporan
keuangan. Perataan laba merupakan penggunaan teknik-teknik tertentu untuk
memperkecil atau memperbesar jumlah laba suatu periode sama dengan jumlah
laba periode sebelumnya. Pengurangan fluktuasi laba juga memperhatikan
tingkat perkembangan perusahaan yang normal. Praktik perataan laba
merupakan fenomena yang umum dan dilakukan di banyak Negara. Namun
demikian, praktik perataan laba ini, jika dilakukan dengan sengaja dan
dibuat-buat dapat menyebabkan pengungkapan laba yang tidak memadai atau
menyesatkan.
Perataan laba dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa
penelitian empiris terdahulu yang telah menguji faktor-faktor tersebut.
Penelitian mengenai perataan laba dilakukan oleh Jin dan Machfoedz (1998)
industri, dan leverage operasi terhadap praktik perataan laba. Hasil yang
diperoleh adalah bahwa hanya leverage operasi yang berpengaruh secara
signifikan terhadap perataan laba. Salno dan Baridwan (2000) meneliti
pengaruh faktor besaran usaha, Net Profit Margin, dan kelompok usaha
terhadap praktik perataan laba. Penelitian tersebut tidak dapat membuktikan
bahwa faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap perataan laba. Juniarti dan
Corolina (2005), meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap praktik
perataan laba perusahaan go public. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba
sedangkan variabel total aktiva dan sektor industri tidak berpengaruh terhadap
praktik perataan laba. Suwito dan Herawati (2005), meneliti pengaruh jenis
usaha, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas, rasio leverage operasi dan Net
Profit Margin terhadap praktik perataan laba. Hasil dari penelitian ini adalah
semua faktor yang disampaikan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan
laba. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian Kustiani dan Ekawati (2006).
Dalam penelitiannya memperoleh bukti empiris bahwa ukuran perusahaan, Net
Profit Margin, leverage, dan kelompok usaha merupakan faktor yang
mendorong terjadinya perataan laba.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
akan diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ukuran perusahaan, profitabilitas yang diukur dengan Return on
dengan Debt to Total Assets (DTA) dan Debt to Equity Ratio (DER)
secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap praktik perataan
laba yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia?
2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba
yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia?
3. Apakah profitabilitas perusahaan yang diukur dengan return on equity
(ROE) perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba yang
dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia?
4. Apakah profitabilitas perusahaan yang diukur dengan net profit margin
(NPM) perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba yang
dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia?
5. Apakah leverage ratio perusahaan yang diukur dengan debt to total assets
(DTA) perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba yang
dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia?
6. Apakah leverage ratio perusahaan yang diukur dengan debt to equity ratio
(DER) berpengaruh terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh
C. Batasan Masalah
Perataan laba dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
ukuran perusahaan, jenis usaha, sektor industri, harga saham, profitabilitas
yang dapat diukur dengan Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Operating
Return on Assets, Return on Assets, Return on Equity, Operating ratio,
leverage ratio yang dapat diukur dengan Debt Ratio, Debt to Equity Ratio,
Long-term Debt to Equity Ratio, Long-term Debt to Capitalization Ratio, Time
Interest Earned, Cash Flow Interest Coverage, Cash Flow to Net Income, Cash
Return on Sales. Penelitian ini hanya menganalisis pengaruh faktor ukuran
perusahaan yang diukur dengan logaritma total aktiva, profitabilitas yang
diukur dengan Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM),
leverage ratio yang diukur dengan Debt to Total Assets (DTA) dan Debt to
Equity Ratio (DER). Penelitian ini menggunakan ROE dan NPM sebagai
ukuran profitabilitas. DTA dan DER sebagai ukuran leverage ratio perusahaan.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh
ukuran perusahaan yang diukur dengan logaritma total aktiva, profitabilitas
yang diukur dengan return on equity (ROE) dan net profit margin (NPM),
leverage ratio yang diukur dengan debt to total assets (DTA) dan debt to
equity ratio (DER) terhadap praktik perataan laba oleh perusahaan yang
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca skripsi
ini. Manfaat yang diharapkan tercapai adalah:
1. Bagi Pemakai Laporan Keuangan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi dan keputusan
keuangan lainnya.
2. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
kemampuan penulis dalam menerapkan teori-teori yang diperoleh selama
proses kuliah.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi bacaan dan dapat
menjadi referensi skripsi dengan topik perataan laba.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dalam
pentusunan skripsi dan memberikan masukan dalam teknik pengolahan data
F. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini dibahas mengenai hal-hal yang menjadi latar
belakang mengapa penelitian ini dilakukan, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Dalam bab ini diuraikan mengenai teori-teori yang menjadi
dasar penelitian ini dilakukan.
Bab III Metode Penelitian
Dalam bab ini dijelaskan mengenai jenis penelitian, waktu
dan tempat penelitian, populasi dan sampel, subjek dan
objek penelitian, jenis data, teknik pengumpulan data, dan
teknik analisi data.
Bab IV Analisis Dan Pembahasan
Bab ini berisi mengenai analisi penelitian berdasarkan
landasan teori, jawaban atas rumusan masalah, dan
perhitungan-perhitungan yang diperlukan.
Bab V Penutup
Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian yang telah
dilakukan, keterbatasan dari peneliyian ini, dan saran yang
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Keagenan
Teori keagenan merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara
pihak agent dan pihak principal. Pihak agent merupakan pihak yang
menerima delegasi wewenang dari pihak principal. Agent menerima
wewenang untuk melaksanakan tugas tertentu. Dalam pelaksanaan tugas
tersebut pihak agent bertindak atas nama sendiri dan memberikan tanggung
jawab atas pelaksanaan tugas tersebut kepada pihak principal. Menurut
Mursalim, (2005) dalam Christanti, (2007) wewenang dan tanggung jawab
yang diterima agent dari principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan
bersama.
Dalam teori keagenan, muncul konflik antara agent dan principal
dimana masing-masing pihak bertujuan untuk memaksimalkan utility dengan
informasi yang dimiliki. Dalam teori ini, pihak agent memiliki lebih banyak
informasi (full information) dibanding dengan principal sehingga
menimbulkan adanya asimetry information. Informasi yang lebih banyak
dimiliki oleh agent dapat menjadi pendorong dalam melakukan
tindakan-tindakan yang sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk
memaksimalkan utility-nya. Sedangkan bagi principal, akan sulit mengontro
secara efektif tindakan yang dilakukan oleh agent karena hanya memiliki
Hubungan antara manajemen perusahaan dan stakeholder-nya
merupakan bentuk hubungan berdasarkan teori keagenan. Dalam hal ini,
manajemen perusahaan senagai agent dan stakeholders sebagai principal.
Manajemen sebagai agent menjalankan tugas sebagai pengelola perusahaan
dan mempertanggungjawabkan pengelolaan perusahaan kepada stakeholders
khususnya investor, kreditor dan pemerintah melalui laporan keuangan.
Manajemen dan pemegang saham maupun stakeholders masing-masing
berusaha untuk memaksimalkan utilitas dan kepentingannya. Dengan alasan
ini, maka muncul konflik kepentingan antara manajemen dan stakeholder
-nya.
Contoh konflik kepentingan yang terjadi antara manajemen dan
stakeholders antara lain konflik kepentingan manajemen dengan pemegang
saham. Manajemen berkepentingan mendapatkan gaji, bonus, dan fasilitas
yang layak, sedangkan pemegang saham mendapat laba yang maksimal dari
investasi yang telah dilakukannya. Contoh lain adalah konflik kepentingan
antara manajemen dengan kreditor mengenai kontrak kredit. Manajemen
menginginkan mendapat kredit sebagai sumber dana eksternal, sedangkan
kreditor hanya mau memberikan kredit sesuai dengan kemampuan
perusahaan saja. Konflik lain yang timbul yaitu konflik kepentingan antara
manajemen dengan pemerintah mengenai pajak terutang. Manajemen
berkeinginan membayar pajak serendah mungkin dari laba yang
diperolehnya, sedangkan pemerintah menuntut pajak dibayar sesuai dengan
Laporan keuangan merupakan alat komunikasi antara manajemen
dengan pemegang saham dan stakeholders lainnya. Laporan keuangan
merupakan jawaban atas asimetri informasi maupun konflik kepentingan
antara manajemen dan stakeholders. Dengan laporan keuangan, stakeholders
dapat mengetahui kondisi perusahaan melalui informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan. Konflik kepentingan juga dapat diatasi melalui informasi
laba perusahaan untuk menentukan bonus bagi manajemen dan pengambilan
atas investasi bagi pemegang saham.
B. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para
pembuat keputusan, terutama pihak luar perusahaan, mengenai posisi
keuangan perusahaan dan hasil usaha perusahaan (Soemarso, 2005: 34).
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses pelaporan keuangan
yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal
mengenai posisi keuangan perusahaan maupun kinerja keuangan
perusahaan. Informasi ini kemudian akan digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Statement of Financial
Accounting Concept (SFAC) No.1, laporan keuangan merupakan laporan
yang berisi informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja, dan
arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan-keputusan
penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan menyajikan informasi yang
meliputi aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk
keuntungan dan kerugian, serta arus kas. Laporan keuangan yang lengkap
terdiri atas komponen-komponen antara lain: laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.1 menganjurkan
manajemen untuk menyajikan telaah keuangan dan laporan tambahan
untuk melengkapi laporan keuangan. Telaah keuangan berisi karakteristik
utama yang mempengaruhi kinerja keuangan, posisi keuangan perusahaan
dan kondisi ketidakpastian. Sedangkan laporan tambahan berupa laporan
mengenai lingkungan hidup dan nilai tambah (value added statement).
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang memberikan informasi
mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama
periode tertentu. Laporan laba rugi mempunyai dua unsur, yaitu:
a. Penghasilan (Income) adalah kenaikan ekonomi dalam bentuk
pemasukan atau peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban
perusahaan selama periode tertentu.
Penghasilan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1) Pendapatan (Revenue), yaitu arus masuk atau peningkatan lainnya
periode dari aktivitas-aktivitas yang merupakan operasi utama
perusahaan.
2) Keuntungan (Gains), yaitu kenaikan ekuitas perusahaan yang
ditimbulkan oleh transaksi insidental yang mempengaruhi
perusahaan selama satu periode selain dari pendapatan atau investasi
pemilik.
b. Beban (Expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi dalam bentuk
arus keluar, penurunan aktiva, atau kewajiban perusahaan selama
periode tertentu.
Beban dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1) Beban (Expenses), yaitu arus keluar atau penurunan lainnya atas
aktiva sebuah entitas atau terjadinya selama suatu periode dari
aktivitas-aktivitas yang merupakan operasi utama perusahaan.
2) Kerugian (Losses), yaitu penurunan ekuitas perusahaan yang
ditimbulkan oleh transaksi insidental yang mempengaruhi
perusahaan selama satu periode selain yang berasal dari beban atau
distribusi kepada pemilik.
Laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen terhadap
tindakan pengelolaan sumber daya perusahaan. Dalam laporan keuangan,
kinerja manajemen dapat diukur melalui informasi laba yang terdapat dalam
laporan laba rugi. Prastowo, (2005) dalam Christanti, (2007) menyatakan
menyajikan informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba selama periode tertentu.
C. Laba
1. Pengertian Laba
Keuntungan (laba) adalah perubahan ekuitas perusahaan yang
menggambarkan peningkatan aktiva bersih atau kekayaan kecuali perubahan
yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal
selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang
dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan (PSAK No.1). Laba
merupakan selisih antara total penghasilan (revenue) dan beban (expenses).
Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba
akuntansi yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Laba
hanya merupakan angka artikulsi dan tidak didefinisikan tersendiri secara
ekonomik seperti halnya aktiva atau utang. Laba akuntansi (accounting
income) secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara
pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi selama satu periode
dengan biaya yang berkaitkan dengan pendapatan tersebut (Chariri, 2001:
213-214).
Laba merupakan tambahan kemampuan ekonomik yang ditandai
dengan kenaikan kapital dalam suatu periode dari kegiatan produktif yang
dapat dikonsumsi atau ditarik oleh entitas penguasa atau pemilik kapital
Tujuan pelaporan laba adalah untuk menyediakan informasi yang
bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan. Informasi tentang laba
perusahaan dapat digunakan sebagai indikator efisiensi penggunaan dana
yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dengan tingkat
kembalian, pengukur prestasi manajemen, dasar penentuan besarnya
pengenaan pajak, alat pengendalian sumber daya ekonomi suatu negara,
dasar kompensasi dan pembagian bonus, alat motivasi manajemen dalam
pengendalian perusahaan, dasar untuk kenaikan kemakmuran dan dasar
pembagian dividen (Chariri, 2001: 216).
2. Manajemen Laba
Manajemen laba marupakan pemilihan metode akuntansi dari
standar kauntansi yang berlaku oleh manajemen untuk memaksimumkan
utilitasnya. Pengertian ini berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh
Scott, (1997) dalam Halim et al, (2005) sebagai berikut:
“Given that managers can choose accounting policies from a set
(for example, GAAP) it is natural to expect that they will choose policies so
as maximize their own utility and/or the market value of the firm”.
Cara memahami manajemen laba menurut Scott tersebut dapat
dilakukan dengan dua cara. Pertama, manajemen laba dipandang sebagai
perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam
menghadapi kontrak kompensasi, kontrak hutang dan political cost. Kedua,
perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak terduga
untuk keuntungan pihak-pihak yang terkait kontrak.
Alasan manajemen melakukan manajemen laba menururt Gumanti,
(2000) antara lain adalah laba merupakan target dalam penilaian prestasi
manajemen yang tercermin dalam prestasi perusahaan. Laba dapat
digunakan sebagai dasar kontrak kompensasi dan pemberian bonus. Laba
merupakan informasi yang digunakan oleh pemakai laporan keuangan
sebagai dasar pembuatan keputusan.
Watts dan Zimmerman, (1986) dalam Halim et al, (2005)
menjelaskan tiga hipotesis berdasarkan Positive Accounting Theory (PAT)
yang dapat menjelaskan manajemen laba sebagai berikut:
a. The Bonus Plan Hypothesis
Saat perusahaan memiliki rencana bonus, maka manajer akan
menggeser laba masa depan ke laba masa kini sehingga laba masa kini
menjadi naik dan manajer memperoleh bonus tersebut. Manajer lebih
menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini, sehingga
perlakuan penggeseran laba tersebut dapat dijelaskan. Dalam kontrak
bonus dikenal dua istilah yaitu bogey (tingkat laba terendah untuk
mendapatkan bonus) dan cap (tingkat laba tertinggi untuk mendapatkan
bonus). Jika laba berada di bawah bogey maka manajer tidak akan
mendapatkan bonus. Apabila laba di atas cap maka manajer tidak akan
b. The Debt to Equity Hypothesis
Perusahaan yang memiliki rasio debt to equty tinggi, manajer
perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat
meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan dengan debt to equity
mengalami kesulitan dalam mendapatkan tambahan dana dari kreditor,
bahkan perusahaan teracam melanggar perjanjian hutang.
c. Political Cost Hypothesis
Perusahaan yang besar memiliki biaya politik yang tinggi.
Manajer perusahaan seperti ini akan cenderung memilih metode
akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan periode sekarang ke
periode yang akan datang sehingga memperkecil laba yang dilaporkan
sekarang. Biaya politik yang tinggi karena perusahaan besar memiliki
laba yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen.
3. Perataan Laba
a. Pengertian Perataan Laba
Menurut Koch, (1981) dalam Suwito dan Herawati, (2005)
perataan laba dapat didefinisikan sebagai cara yang digunakan
manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai
target yang diinginkan, baik secara artifisial malalui metode akuntansi
maupun secara riil melalui transaksi. Tujuan perataan laba malalui
definisi ini adalah untuk mengurangi variabilitas atau perbedaan laba
setiap tahunnya melalui penggeseran pendapatan dan biaya periode yang
Zuhroh, (1996) dalam Erina, (2007) mendefinisikan perataan laba
sebagai cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi
perubahan laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang
diinginkan. Definisi ini memiliki makna yang sama dengan definisi yang
diungkapkan oleh Koch, (1981) dalam Suwito dan Herawati, (2005).
Fundenberg dan Tirole, (1995) dalam Berryllian, (2007)
mendefinisikan perataan laba sebagai proses manipulasi waktu terjadinya
laba atau laporan laba agar laba yang dilaporkan terlihat stabil. Definisi
ini lebih sempit dalam mendefinisikan perataan laba. Definisi ini
mengambil sudut pandang perataan laba dari sisi pengaturan waktu
pengakuan laba.
b. Tipe dan Jenis Perataan Laba
Menurut Atmini, (2000) dalam Suwito dan Herawati, (2005)
tindakan perataan laba mempunyai dua tipe yaitu perataan laba yang
dilakukan secara sengaja oleh manajemen dan perataan laba yang terjadi
secara alami. Perataan laba secara alami terjadi sebagai akibat
menghasilkan suatu aliran secara merata, sementara perataan laba secara
sengaja dapat terjadi akibat teknik perataan laba riil dan teknik perataan
laba artifisial.
Perataan laba riil adalah perataan laba yang terjadi akibat
manajemen mengambil tindakan untuk menyusun kejadian-kejadian
ekonomi sehingga menghasilkan aliran laba yang merata, sedangkan
manajemen memanipulasi saat pencatatan akuntansi untuk menghasilkan
aliran laba yang merata.
Menurut Bernea et al, (1976) dalam Murtanto, (2004) perataan laba
dibedakan menjadi tiga jenis. Pertama, perataan laba melalui waktu
terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi. Dalam hal ini manajemen
dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi melalui kebijakan
manajemen sendiri (accruals). Sebagai contoh untuk kasus ini adalah
penjualan kredit dapat menignkatkan jumlah piutang dan penjualan pada
bulan terakhir kuartal, sehingga laba dapat terlihat stabil pada periode
tertentu. Kedua, perataan melalui alokasi dari waktu ke waktu. Dalam hal
ini manajemen memiliki kewenangan untuk mengalokasikan pendapatan
dan beban untuk periode tertentu. Sebagai contoh misalnya penjualan
meningkat, maka manajemen dapat membebankan biaya riset dan
development serta alokasi goodwill pada periode tersebut untuk
menstabilkan laba. Ketiga, perataan melalui klasifikasi. Dalam hal ini
manajemen memiliki kebijakan sendiri untuk mengklasifikasikan atau
mengelompokkan pos-pos rugi laba dalam ketegori yang berbeda.
Sebagai contoh untuk kasus ini misalnya jika pendapatan non-operasi
sulit untuk didefinisikan, maka manajer dapat mengklasifikasikan pos
tersebut pada pendapatan operasi atau pendapatan non-operasi. Cara ini
dapat digunakan untuk meratakan laba, melihat kondisi pendapatan
c. Tujuan Perataan Laba
Tujuan dari perataan laba adalah (Suwito, 2005):
1) Memperbaiki citra perusahaan di mata pihak luar bahwa perusahaan
tersebut memiliki risiko yang rendah.
2) Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi
terhadap laba di masa yang akan datang.
3) Meningkatkan kepuasan relasi bisnis.
4) Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan
manajmen.
d. Motivasi Perataan Laba
Motivasi manajer ntuk melakukan perataan laba adalah untuk (Salno,
2000):
1) Mengurangi total pajak terutang.
2) Meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena
penghasilan yang stabil mendukung kebijakan dividen.
3) Meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan karena
pelaporan penghasilan yang meningkat tajam memberi kemungkinan
munculnya tuntutan kenaika gaji dan upah.
Menurut Gordon, (1964) yang dikutip dari Chariri dan Ghozali, (2001:
231) teori yang dapat memberikan motivasi dilakukannya perataan laba
1) Kriteria yang digunakan manajemen perusahaan dalam memilih
metode akuntansi adalah untuk memaksimumkan kepuasan atau
kemakmurannya.
2) Kepuasan merupakan fungsi dari keamanan pekerjaan, peringkat dan
pertumbuhan gaji serta peringkat dan tingkat pertumbuhan ukuran
perusahaan.
3) Kepuasan pemegang saham terhadap kinerja perusahaan dapat
meningkatkan status dan penghargaan bagi para manajer.
4) Kepuasan yang sama tergantung pada tingkat pertumbuhan dan
stabilitas dari laba perusahaan.
e. Dimensi Perataan Laba
Menurut Barnes, (1976) yang dikutip oleh Chariri dan Ghozali (2001:
232), perataan laba dapat dibedakan menjadi tiga dimensi, yaitu:
1) Perataan laba riil (real smoothing)
Perataan laba yang terjadi apabila manajemen dapat menentukan
waktu terjadinya transaksi aktual sehingga pengaruh transaksi tersebut
terhadap laba yang dilaporkan cenderung rata sepanjang waktu.
2) Perataan laba artifisial (artificial smoothing)
Atas dasar terjadi dan diakuinya peristiwa tertentu, manajemen
memiliki media tertentu dalam penentuan laba pada periode yang
terpengaruh oleh kuantifikasi peristiwa tersebut.
Jika angka-angka dalam laporan laba rugi selain laba bersih
merupakan obyek dari perataan laba, maka manajemen dapat dengan
mudah mengklasifikasikan elemen-elemen dalam laporan laba rugi
sehingga dapat mengurangi variasi laba setiap periodenya.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba
a. Ukuran Perusahaan
Menurut Afianto, (2003) ukuran perusahaan adalah skala dimana
dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara
antara lain total aset, total penjualan, nilai pasar dari ekuitas yang
dimiliki perusahaan. Machfoedz, (1994) dalam Suwito dan Herawati,
(2005) membagi ukuran perusahaan menjadi tiga kategori berdasarkan
pada total aset perusahaan yaitu perusahaan besar (large firm),
perusahaan menengah (medium firm) dan perusahaan kecil (small firm).
Perusahaan besar memiliki motivasi melakukan perataan laba
yang lebih kuat dibanding dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar
menjadi sorotan media dan publik, karena perusahaan besar
menghasilkan laba yang relatif besar. Dengan demikian perusahaan akan
cenderung melakukan perataan laba untuk mengatur laba yang
dilaporkan dan mempertahankan image perusahaan.
b. Profitabilitas
Bambang Riyanto (1998) dalam Prastiyani (2007) menyatakan
bahwa profitabilitas ekonomi atau ering disebut sebagai rentabilitas
dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut
dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Oleh karena itu pengertian
profitabilitas (rentabilitas) sering mengukur efisiensi penggunaan modal
di dalam suatu perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula
dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh
modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba.
Rasio profitabilitas menggambarkan hasil bersih yang diperoleh
perusahaan dari serangkaian kebijakan dan pengelolaan aktiva yang
dimilikinya. Profitabilitas di anggap sebagai alat yang valid dalam
mengukur hasil pelaksanaan operasi perusahaan karena profitabilitas
merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya suatu
perusahaan yang akan mempengaruhi pembuatan keputusan oleh
investor. Menurut Robbert Ang (1997) rasio profitabilitas
dikelompokkan menjadi 6 (enam) rasio yaitu gross profit margin (GPM),
net profit margin (NPM), operating return on assets (OPROA), return on
assets (ROA), return on equity (ROE), dan operating ratio (OPR). Dari
keenam rasio tersebut dalam penelitian ini digunakan rasio ROE dan
NPM.
1) Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) yaitu rasio antara laba setelah pajak
(NIAT) terhadap total modal sendiri (equity) yang berasal dari setoran
modal pemilik, laba ditahan dan cadangan lain yang dikumpulkan
perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan
laba/kentungan bersih. Dalam praktiknya dengan ROE perusahaan
dapat melakukan berbagai kebijakan berhubungan dengan perataan
laba untuk kepentingan eksternal perusahaan yang bekaitan dengan
investor atau pihak luar perusahaan.
2) Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin adalah suatu rasio yang mengukur rupiah
laba yang dihasilkan oleh setiap Rp 1,00 penjualan. Rasio ini
memberikan gambaran tentang laba untuk para pemegang saham
sebagai persentase dari penjualan (Prastowo, 2005: 97).
Net Profit Margin mencerminkan kinerja manajemen
perusahaan. Net Profit Margin tinggi mencerminkan bahwa kinerja
manajemen baik. Kinerja yang baik akan meningkatkan kepuasan
pihak eksternal terhadap manajemen. Hal tersebut akan meningkatkan
penilaian pihak eksternal terhadap manajemen. Apabila Net Profit
Margin rendah, maka kinerja manajemen akan dinilai buruk oleh
pihak eksternal. Perataan laba cenderung akan dilakukan manajemen
apabila perusahaan memiliki tingkat Net Profit Margin rendah.
Manajemen melakukan perataan laba untuk memperbaiki penilaian
pihak eksternal terhadap manajemen.
c. Leverage Operasi
Leverage operasi mengukur perbandingan dana yang
kreditur. Leverage sering disebut dengan solvabilitas adalah
kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya
baik jangka panjang maupun jangka pendek ketika perusahaan
tersebut dilikuidasi (Riyanto, 1995: 32). Perbandingan hutang dengan
kekayaan yang dimiliki perusahaan dapat dihitung dengan
menggunakan rasio leverage (Riyanto, 1995: 32).
Robbert Ang (1997) mengelompokkan rasio leverage dalam
delapan jenis yaitu debt ratio, debt to equity ratio, long-term debt to
equity ratio, long-term debt to capitalization ratio, time interest
earned, cash flow interest coverage, cash flow to net income, cash
return on sales. Dalam penelitian ini menggunakan debt ratio dan
debt to equity ratio.
1) Debt to Total Assets (DTA)
Debt to total assets merupakan rasio yang mengukur tingkat
leverage atau penggunaan hutang terhadap total asset yang dimiliki
oleh perusahaan. Debt ratio mempunyai dampak buruk terhadap
kinerja perusahaan, karena tingkat penggunaan hutang yang tinggi
mengakibatkan beban bunga akan semakin besar yang berarti
mengurangi keuntungan (Prastiyani, 2007).
2) Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur tingkat
leverage (penggunaan hutang) terhadap shareholders equity (Robert
rendah akan mempunyai risiko yang lebih kecil dan sebaliknya
perusahaan dengan DER yang tinggi akan mempunyai risiko yang
lebih besar. Kreditor jangka panjang pada umumnya lebih menyukai
angka Debt to Equity Ratio yang kecil. Makin kecil angka rasio ini,
berarti makin besar jumlah aktiva yang didanai oleh pemilik
perusahaan, dan makin besar penyangga risiko kreditor (Prastowo dan
Juliaty, 2005 dalam Prastiyani, 2007)
D. Penelitian Terdahulu 1. Sari, (2008)
Penelitian ini mengenai pengaruh karakteristik perusahaan
terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang
terdaftar di BEI. Dalam penelitian ini, indeks perataan laba yang
digunakan adalah Indeks Eckel. Penelitian ini memiliki variabel
independen berupa ukuran perusahaan, Return On Invesment (ROI), Net
Profit Margin (NPM), dan Leverage Operasi. Penelitian ini memperoleh
bukti empiris bahwa ukuran perusahaan, Return On Invesment (ROI), Net
Profit Margin (NPM), dan Leverage Operasi secara simultan berpengaruh
terhadap praktik perataan laba. Sedangkan secara parsial hanya Net Profit
Margin (NPM) yang tidak berpengaruh tehadap praktik perataan laba.
Ukuran perusahaan, Return On Invesment (ROI), dan Leverage Operasi
berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
Penelitian ini mengenai pengaruh faktor size perusahaan, harga
saham, kelompok usaha dan risiko bisnis tehadap praktik perataan laba.
Dalam penelitian ini, indeks perataan laba yang digunakan adalah model
Jones yang dimodifikasi oleh Kothari. Penelitian ini memperoleh bukti
empiris bahwa size perusahaan, harga saham, kelompok usaha dan risiko
bisnis secara simultan berpengaruh signifikan tehadap pratik perataan laba.
Sedangkan secara parsial hanya kelompok usaha yang berpengaruh
signifikan terhadap praktik perataan laba. Size perusahaan, harga saham,
risiko bisnis tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba.
3. Juniarti dan Carolina, (2005)
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi praktik perataan laba, dimana populasi dan sampel
penelitian ini mengambil perusahaan go public. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, dan sektor
industri. Hasil uji unvariate menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara ukuran perusahaan dan sektor industri perusahaan yang
termasuk smoothing dan non-smoothing. Hasil uji unvariate tersebut tidak
didukung oleh hasil pengujian multivariate yang menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan, profitabilitas, dan sektor industri tidak berpengaruh
terhadap praktik perataan laba.
4. Suwito dan Herawati, (2005)
Penelitian ini mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
Dalam penelitian ini, indeks perataan laba yang digunakan adalah Ideks
Eckel. Penelitian ini mempunyai variabel independen berupa jenis
perusahaan, ukuran perusahaan, rasio leverage operasi, dan Net Profit
Margin. Ukuran variabel independen untuk ukuran perusahaan
menggunakan rasio total asset, sedangkan jenis usaha merupakan variabel
dummy yang membedakan kelompok usaha manufaktur dan
non-manufaktur.
Hipotesis dalam penelitian ini di uji dengan menggunakan binary
logistic regression. Hasil dari penelitian ini adalah jenis usaha, ukuran
perusahaan, rasio leverage operasi dan Net Profit Margin tidak
mempengaruhi tindakan perataan laba. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa terdapat indikasi dilakukannya praktik perataan laba.
E. Hipotesis Penelitian
Ukuran perusahaan merupakan faktor pendorong praktik perataan laba
karena semakin besar perusahaan berarti semakin menjadi perhatian publik.
Perataan laba bagi perusahaan besar bertujuan untuk mempertahankan image
perusahaan itu sendiri. Perusahaan besar cenderung memiliki laba operasi yang
besar. Perusahaan besar juga menghadapi lingkungan ekonomi yang
berubah-ubah. Dengan demikian perusahaan besar memiliki kemungkinan mengalami
kerugian yang besar pula. Fluktuasi laba yang sangat besar akan memperburuk
image perusahaan di mata publik. Dari kajian di atas dapat disimpilkan bahwa
semakin besar ukuran perusahaan semakin besar pula kemungkinan perusahaan
tersebut melakukan praktik perataan laba.
ROE menunjukkan efektivitas dan efisiensi investasi dalam
menghasilkan laba. Praktik perataan laba dilakukan untuk memberi kesan
positif kepada pihak eksternal mengenai kinerja perusahaan tersebut. Semakin
besar ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal
sendiri untuk menghasilkan laba/kentungan bersih. Dalam praktiknya dengan
ROE perusahaan dapat melakukan berbagai kebijakan berhubungan dengan
perataan laba untuk kepentingan eksternal perusahaan yang bekaitan dengan
investor atau pihak luar perusahaan.
Menurut Archibald, (1967) yang dikutip oleh Jatiningrum (2000)
proporsi tertinggi perusahaan melakukan praktik perataan laba terjadi pada saat
profitabilitas perusahaan rendah. Praktik perataan laba dilakukan untuk
memberi kesan positif kepada pihak eksternal mengenai kinerja perusahaan
tersebut, karena perusahaan dengan tingkat profitabilits rendah akan sulit
menarik investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Dari kajian
tersebut dapat dikatakan bahwa ROE dan perataan laba mempunyai hubungan
positif.
Net Profit Margin mencerminkan kinerja manajemen perusahaan. Net
Profit Margin tinggi mencerminkan bahwa kinerja manajemen baik. Kinerja
yang baik akan meningkatkan kepuasan pihak eksternal terhadap manajemen.
Hal tersebut akan meningkatkan penilaian pihak eksternal terhadap
dinilai buruk oleh pihak eksternal. Perataan laba cenderung akan dilakukan
manajemen apabila perusahaan memiliki tingkat Net Profit Margin rendah.
Manajemen melakukan perataan laba untuk memperbaiki penilaian pihak
eksternal terhadap manajemen. Sehingga, Net Profit Margin dan perataan laba
dapat dikatakan mempunyai hubungan positif.
Debt to Total Assets merupakan rasioantara total hutang terhadap total
aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio DTA menunjukkan
semakin besar aktiva yang digunakan oleh perusahaan yang dibiayai oleh
pinjaman (hutang dari pihak luar). Dengan semakin besarnya hutang untuk
membiayai aktiva, maka laba yang akan menjadi kecil sehubungan dengan
besarnya utang untuk membiayai aktiva tersebut. Dengan kajian tersebut, maka
dapat dikatakan DTA dan perataan laba mempunyai hubungan positif.
Debt to Equity Ratio mencerminkan besarnya proporsi antara total
debt (total hutang) dengan total shareholder’s equity (total modal sendiri).
Total debt merupakan total liabilities (baik utang jangka pendek maupun
jangka panjang): sedangkan total shaareholder’s equity merupakan total modal
sendiri (total modal saham yang di setor dan laba yang ditahan) yang dimiliki
perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER)termasuk alat untuk mengukur tingkat
leverage perusahaan. Perusahaan dengan DER yang rendah akan mempunyai
risiko yang lebih kecil dan sebaliknya perusahaan dengan DER yang tinggi
akan mempunyai risiko yang lebih besar. Semakin besar nilai DER suatu
perusahaan berarti laba usaha perusahaan semakin besar terserap untuk
melakukan praktik perataan laba sehubungan dengan image perusahaan di mata
publik agar terkesan positif. Oleh karena itu, DER dan praktik perataan laba
dapat dikatakan mempunyai hubungan positif.
Dengan melihat Uraian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
praktik perataan laba di atas, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:
H1 : Ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan yang diukur dengan ROE
dan NPM, leverage ratio perusahaan yang diukur dengan DTA dan DER
berpengaruh secara simultan terhadap praktik perataan laba.
H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
H3 : Profitabilitas perusahaan yang diukur dengan Return On Equity (ROE)
berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
H4 : Profitabilitas perusahaan yang diukur dengan Net Profit Margin (NPM)
berpengaruh terhadap praktik pertaan laba.
H5 : Leverage ratio perusahaan yang diukur dengan Debt to Total Assets
(DTA) berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
H6 : Leverage ratio perusahaan yang diukur dengan Debt to Equity Ratio
(DER) berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan berupa studi empiris pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama periode 2006
sampai dengan periode 2009.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive
sampling yaitu sampel dipilih sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu,
yaitu:
1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama tahun 2006 sampai 2009.
2) Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan
selama tahun 2006 sampai 2009.
3) Perusahaan manufaktur yang mengalami laba selama tahun
2006 sampai 2009.
4) Perusahaan manufaktur yang memiliki data keuangan yang
C. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber data lain dan bukan
diusahakan oleh peneliti dalam pengumpulannya. Data sekunder ini
diperoleh dari database Pojok Bursa Efek Indonesia di Universitas Sanata
Dharma dan universitas lain di Yogyakarta.
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang dipakai dalam pengumpulan data ini adalah
dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan data dari Pojok Bursa
Efek Indonesia, studi pustaka dan jurnal-jurnal keuangan.
E. Teknik Analisis Data
1. Mengklasifikasikan Sampel
Sampel penelitian yang telah memenuhi kriteria,
diklasifikasikan dalam kelompok perusahaan perataan laba dengan
perusahaan bukan perataan laba. Pengklasifikasian ini menggunakan
korelasi antara perubahan discretionary accrual proxy (ΔDAP) dan
perubahan prediscretionary income (ΔPDI): Corr (ΔDAP, ΔPDI)
dengan menggunakan observasi tahun 2006 sampai dengan tahun
2009. Perusahaan perata laba memiliki hubungan negatif dalam
korelasi tersebut, sedangkan perusahaan bukan perata laba memiliki
2. Mengukur Variabel Dependen
Ukuran perataan laba ini menggunakan ukuran Jones yang
dimodifikasi oleh Kathori (Tucer dan Zarowin 2006). Rumus
discretionary accrual proxy adalah:
Accrualst= a (1/Assetst-1)+ bΔSalest+ cPPEt+ dROAt + μt
Keterangan:
Accrualst = total akrual = Net Income – Arus Kas Operasi
Assetst-1 = total asset tahun lalu
ΔSalest = perubahan penjualan
PPEt = tanah, bangunan, dan peralatan (gross) berbanding total asset
awal tahun
ROA = return on assets = ROA =
Rumus untuk menghitung Pre-discretionary income adalah:
PDI = NI - DAP
Keterangan:
PDI = Pre-discretionary income
NI = Net Income
DAP = Accrualst
Rumus menghitung Perubahan discretionary accrual proxy
(ΔDAP) dan perubahan Pre-discretionary income (ΔPDI) adalah
sebagai berikut:
ΔDAP = Accrualst – Accrualst-1
ΔDAP = Perubahan discretionary accrual proxy
Accrualt= Total akrual tahun observasi
Accrualt-1= total akrual tahun lalu
ΔPDI = PDIt– PDIt-i
Keterangan:
ΔPDI = Perubahan Pre-discretionary income
PDIt= Pre-discretionary income tahun observasi
PDIt-1 = Pre-discretionary income tahun lalu
Untuk menentukan status perusahaan perata laba dan bukan
perata laba yaitu dengan mengkorelasikan ΔDAP dan ΔPDI melalui
program SPSS. Hasil korelasi ΔDAP dan ΔPDI melalui program SPSS
menyajikan informasi mengenai koefisien korelasi perusahaan yang
signifikan maupun yang tidak signifikan. Status perusahaan dikatakan
menjadi perusahaan perataan laba berdasarkan koefisien korelasi yang
signifikan, sedangkan status perusahaan dikatakan bukan perataan
laba berdasarkan koefisien korelasi yang tidak signifikan.
3. Mengukur Variabel Independen
a. Ukuran Perusahaan
Skala pengukuran yang digunakan adalah logaritma dari total
aktiva.
b. Profitabilitas yang diukur dengan:
1) Return on Equity
2) Net Profit Margin
Skala pengukuran yang digunakan:
c. Leverage ratio yang diukur dengan:
1) Debt to Total Assets
Skala pengukuran yang digunakan:
2) Debt to Equity Ratio
Skala pengukuran yang digunakan:
4. Melakukan Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian
ini antara lain mean dan deviasi standar. Analisis ini berguna untuk
mengetahui karakteristik dari perusahaan yang dijadikan sampel
penelitian. Analisis statistik deskriptif juga bertujuan untuk
memperoleh gambaran umum mengenai variabel-varabel yang diukur
pada sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini.
5. Pengujian Multivariate
Penelitian ini menggunakan pengujian regresi logistic untuk
variabel dependen. Dalam pengujian multivariate yang menggunakan
model regresi logit tidak memerlukan uji normalitas atas variabel
bebas yang digunakan dalam model. Artinya, variabel penjelas tidak
harus memiliki distribusi normal, linier maupun memiliki varian yang
sama dalam setiap group (Mudrajad Kuncoro, 2001 dalam Syahriana
2006).
Dalam penelitian ini menggunakan analisa regresi logistic
untuk melihat faktor-faktor yang berkaitan dengan perataan laba
dianggap tepat karena variabel dependennya diukur secara nominal
dan interval. Model logit yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1 1 2 2 3 3 4 4 5 5
Keterangan:
Status = Status perusahaan perata laba atau bukan perata laba. 1
untuk perusahaan perata laba dan 0 untuk perusahaan bukan perata
laba.
X1 = Ukuran Perusahaan
X2 = Return on Equity
X3 = Net Profit Margin
X4 = Debt to Total Assets
X5 = Debt to Equity Ratio
Tahap-tahap dalam melakukan analisis multivariate secara simultan
a. Menentukan hipotesa untuk pengujian multivariate terhadap
variabel independen. Hipotesa nol dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Ho1 = Ukuran perusahaan, profitabilitas yang diukur dengan
ROE, profitabilitas yang diukur dengan NPM, leverage ratio yang
diukur dengan DTA dan leverage ratio yang diukur dengan DER
tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
Sedangkan hipotesa alternatif untuk penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Ha1 = Ukuran perusahaan, profitabilitas yang diukur dengan
ROE, profitabilitas yang diukur dengan NPM, leverage ratio yang
diukur dengan DTA dan leverage ratio yang diukur dengan DER
berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
b. Menentukan tingkat siginifikansi (α), yaitu sebesar 5% (0,05).
c. Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Ho
Kriteria penerimaan dan penolakan Ho dalam penelitian ini adalah
berdasarkan nilai probabilitas (ρ value) atau Asymp.sig (nilai
signifikansinya). Jika ρ value (Asymp.sig) ≤ α (0,05) maka Ho
ditolak. Sebaliknya jika ρ value (Asymp.sig) > α (0,05) maka Ho
tidak dapat ditolak (Ho diterima). Analisis logit dilakukan dengan
menggunakan program SPSS dan kesimpulannya akan ditentukan
mengamati signifikansi nilai ρ (prob.value) dengan tingkat
keyakinan 95% (tingkat siginifikansi 5%).
d. Menentukan kesimpulan penelitian
1) Apabila ρ value (Asymp.sig) ≤α (0,05) maka Ho ditolak artinya
Ukuran perusahaan, profitabilitas yang diukur dengan ROE,
profitabilitas yang diukur dengan NPM, leverage ratio yang
diukur dengan DTA dan leverage ratio yang diukur dengan
DER berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
2) Apabila ρ value (Asymp.sig) > α (0,05) maka Ho tidak dapat
ditolak (Ho diterima) artinya Ukuran perusahaan, profitabilitas
yang diukur dengan ROE, profitabilitas yang diukur dengan
NPM, leverage ratio yang diukur dengan DTA dan leverage
ratio yang diukur dengan DER tidak berpengaruh terhadap
praktik perataan laba.
Sedangkan tahap-tahap dalam melakukan analisis multivariate secara
parsial (terpisah) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Menentukan hipotesa untuk pengujian multivariate terhadap
setiap variabel independen. Hipotesa nol dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Ho2 = Ukuran perusahaan tidak berpengeruh terhadap praktik
perataan laba.
Ho4 = profitabilitas yang diukur dengan NPM tidak berpengaruh
terhadap praktik perataan laba.
Ho5 = leverage operasi yang diukur dengan DTA tidak
berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
Ho6 = leverage operasi yang diukur dengan DER tidak
berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
Sedangkan hipotesa alternatif untuk penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Ha2 = Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik
perataan laba.
Ha3 = profitabilitas yang diukur dengan ROE berpengaruh
terhadap praktik perataan laba.
Ha4 = profitabilitas yang diukur dengan NPM berpengaruh
terhadap praktik perataan laba.
Ha5 = leverage operasi yang diukur dengan DTA berpengaruh
terhadap praktik perataan laba.
Ha6 = leverage operasi yang diukur dengan DER berpengaruh
terhadap praktik perataan laba.
b. Menentukan tingkat siginifikansi (α), yaitu sebesar 5% (0,05)
c. Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Ho
Kriteria penerimaan dan penolakan Ho dalam penelitian ini
adalah berdasarkan nilai probabilitas ρ value atau Asymp.sig
Ho ditolak. Sebaliknya jika ρ value (Asymp.sig) > α (0,05) maka
Ho tidak dapat ditolak (Ho diterima). Analisis logit dilakukan
dengan menggunakan program SPSS dan kesimpulannya akan
ditentukan dari nilai yang muncul. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan mengamati signifikansi nilai ρ (prob.value) dengan
tingkat keyakinan 95% (tingkat siginifikansi 5%).
d. Menentukan kesimpulan penelitian
1) Apabila ρ value (Asymp.sig) ≤ α (0,05) maka Ho ditolak
artinya ukuran perusahaan, profitabilitas yang diukur dengan
ROE, profitabilitas yang diukur dengan NPM, leverage
operasi yang diukur dengan DTA dan leverage operasi yang
diukur dengan DER secara parsial berpengaruh terhadap
praktik perataan laba.
2) Apabila ρ value (Asymp.sig) > α (0,05) maka Ho tidak dapat
ditolak (Ho diterima) artinya ukuran perusahaan,
profitabilitas yang diukur dengan ROE, profitabilitas yang
diukur dengan NPM, leverage operasi yang diukur dengan
DTA dan leverage operasi yang diukur dengan DER secara
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Mengklasifikasikan Sampel
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yaitu ukuran
perusahaan, profitabilitas yang diukur dengan Return on Equity (ROE) dan Net
Profit Margin (NPM), leverage ratio yang diukur dengan Debt to Total Assets
(DTA) dan Debt to Equity Ratio (DER) yang secara signifikan mempengaruhi
praktik perataan laba. Pengujian objek yang diteliti dilakukan dengan
menggunakan program SPSS 16. Objek yang diteliti merupakan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan beberapa kriteria yang
telah disebutkan dalam bab III sehingga diperoleh sampel akhir penelitian
sebanyak 39 perusahaan. Jumlah sampel penelitian merepresentasikan 26,53%
dari populasi. Penelitian ini menggunakan sampel besar (n > 30) dengan jumlah
anggota sampel 195 tahun peusahaan.
Sampel perusahaan manufaktur yang digunakan dalam penelitian ini
diseleksi berdasarkan kebutuhan data penelitian. Oleh karena itu pengambilan
sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling seperti yang telah
disebutkan dalam bab III pada sub judul populasi dan sampel penelitian. Sampel
yang lolos seleksi sebanyak 39 perusahaan selama tahun 2006 sampai 2009.
Penelitian ini menggunakan variabel perubahan untuk menentukan status
perusahaan sampel, sehingga data perusahaan tahun 2005 digunakan dalam
mengalami rugi di tahun penelitian yaitu tahun 2006 sampai 2009, alasan lain
gugurnya sampel penelitian adalah tidak lengkapnya informasi yang terkandung
dalam sampel.
Berikut ini merupakan cara pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang
telah ditentukan, yaitu sebagai berkut:
Tabel 1. Tahap-tahap pemilihan sampel penelitian
Keterangan Total
Jumlah Populasi 147 perusahaan 147 perusahaan
Tidak memenuhi kriteria 1: Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2006 sampai tahun 2009
(0) perusahaan 147 perusahaan
Tidak memenuhi kriteria 2: Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan selama tahun 2006 sampai tahun 2009
(0) perusahaan 147 perusahaan
Tidak memenuhi kriteria 3: Perusahaan manufaktur yang mengalami laba selama tahun 2006 sampai tahun 2009 berturut-turut
(106) perusahaan 41 perusahaan
Tidak memenuhi kriteria 4: Perusahaan manufaktur yang memiliki data yang diperlukan untuk
mendukung penelitian
(2) perusahaan 39 perusahaan
Jumlah sampel akhir 39 perusahaan
Dalam tabel di atas terdapat informasi sebagai berikut: jumlah sampel
awal sebesar 147 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Dari 147
perusahaan tersebut semuanya terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menerbitkan
yang mengalami rugi di tahun 2006-2009, sehingga perusahaan tersebut tidak termasuk dalam sampel penelitian. Jumlah total sampel penelitian sebanyak 41
perusahaan yang tidak memenuhi kriteria ketiga. Tetapi terdapat 2 perusahaan
manufaktur yang tidak memenuhi kriteria keempat, sehingga hanya terdapat 39
perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian. Daftar 39 perusahaan
sampel adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Tabel perusahaan sampel
No Nama Perusahaan
1 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 2 Alumindo Light Metal Industry Tbk 3 Aqua Golden Mississippi Tbk
4 Arwana Citramulia Tbk
5 Astra International Tbk 6 Astra Otoparts Tbk 7 Sepatu Bata Tbk
8 Betonjaya Manunggal Tbk
9 Budi Acid Jaya Tbk
10 Colorpak Indonesia Tbk 11 Delta Djakarta Tbk
12 Darya-Varia Laboratoria Tbk 13 Ekadharma International Tbk 14 Fajar Surya Wisesa Tbk 15 Gudang Garam Tbk 16 Kageo Igar Jaya Tbk 17 Sumi Indo Kabel Tbk
18 Indofarma Tbk
19 Indofood Sukses Makmur Tbk 20 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 21 Jaya Pari Steel Tbk
22 Kimia Farma (Persero) Tbk 23 Kalbe Farma Tbk
24 Lion Metal Works Tbk