1
LAPORAN AKHIR
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
IPTEKS TEPAT GUNA BAGI MASYARAKAT (ITGbM)
APLIKASI BATATON SEBAGAI PASANGAN DINDING
PADA INDUSTRI PEMBUATAN BATAKO
Tahun ke-1 dari rencana 1 (satu) tahun
Ketua:
Yusep Ramdani, ST., MT. (NIDN. 04-1209-1975) Anggota:
Ir. Murdini Mukhsin, MT. (NIDN. 00-0511-5501) Iman Handiman, ST., MT. (NIDN. 04-2507-7601)
UNIVERSITAS SILIWANGI
OKTOBER 2016
3 RINGKASAN
Pertumbuhan penduduk yang begitu pesat mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal, sarana dan prasarana seperti jalan, pasar dan bangunan pendukung lainnya menjadi semakin meningkat. Hal ini merupakan permasalahan yang harus disikapi dengan bijak dan kreatif tidak hanya oleh pemerintah, tetapi juga para akademisi dan praktisi dibidang teknik sipil.
Penggunaan abu batu sebagai campuran bahan batako memberikan peluang bagi industri batako untuk meningkatkan kuat tekan batako sehingga pandangan masyarakat tentang kualitas batako tidak hanya sekedar dinding pengisi saja. Secara umum campuran batako yang ditambahkan abu batu dinamakan bataton dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan batako, tentu saja dengan tambahan biaya yang relatif kecil tetapi dapat meningkatkan kualitas pasangan dinding yang lebih baik.
Abu batu merupakan limbah yang terbuang dari mesin pemecah batu atau stone crusher. Dengan penambahan abu batu akan diperoleh optimasi kualitas/kuat tekan bataton sesuai yang disyaratkan SNI terhadap biaya pembuatannya. Dengan penambahan abu batu maka dapat diperoleh campuran optimal untuk mencapai kuat tekan yang akhirnya dapat disosialisasikan penggunaannya di perusahaan-perusahaan pembuatan bataton.
4 PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Alloh SWT, berkat rahmat dan kurnia-Nya, penyusunan Laporan Pengabdian dengan judul “ Aplikasi Bataton Sebagai Pasangan Dinding Pada Industri Pembuatan Batako ” dapat diselesaikan.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca sangat diharapkan yang menjadikan laporan ini menjadi lebih baik baik.
Kami sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian laporan ini. Semoga kegiatan pengabdian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Amien.
Tasikmalaya, 31 Oktober 2016 Ketua Tim,
Yusep Ramdani, MT NIDN. 0412097501
5 DAFTAR ISI Halaman Judul i Halaman Pengesahan ii Ringkasan iii Prakata iv Daftar Isi v Daftar Tabel vi
Daftar Gambar vii
Daftar Lampiran x
Bab 1 Pendahuluan 1
Bab 2 Target Dan Luaran 4
Bab 3 Metode Pelaksanaan 5
Bab 4 Kelayakan Perguruan Tinggi 6
Bab 5 Hasil Yang Dicapai 7
Bab 6 Rencana Tahapan Berikutnya 21
Bab 7 Kesimpulan Dan Saran 22 Daftar Pustaka
6 DAFTAR TABEL
7 DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Dimensi dan Potongan Bataton 4
Gambar 5.1. Diskusi kegiatan pengabdian 8
Gambar 5.2. Pasir sebagai bahan campuran bataton 9
Gambar 5.3. Abu batu sebagai bahan campuran bataton 10
Gambar 5.4. Semen sebagai bahan campuran bataton 10 Gambar 5.5. Penakaran bahan abu batu 13
Gambar 5.6. Pengaturan bahan abu batu di lokasi yang beratap 13
Gambar 5.7. Pencurahan bahan abu batu di lokasi yang beratap 14
Gambar 5.8. Pencampuran bahan pasir dan abu batu di lokasi yang beratap 14 Gambar 5.9. Pencampuran bahan pasir dan abu batu dilakukan secara merata 15 Gambar 5.10. Pencampuran bahan pasir, abu batu dan semen 16
Gambar 5.11. Pencampuran bahan pasir, abu batu, semen dan air 16
Gambar 5.12. Pencampuran bahan pasir, abu batu, semen dan air secara merata 17 Gambar 5.13. Proses pencetakan bataton 18
Gambar 5.14. Proses pelepasan cetakan bataton 19
Gambar 5.15. Proses penyusunan bataton yang hasil proses pencetakan 19
8 DAFTAR LAMPIRAN
9 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Pertumbuhan penduduk yang begitu pesat mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal, sarana dan prasarana seperti jalan, pasar dan bangunan pendukung lainnya menjadi semakin meningkat. Hal ini merupakan permasalahan yang harus disikapi dengan bijak dan kreatif tidak hanya oleh pemerintah, tetapi juga para akademisi dan praktisi dibidang Teknik Sipil. Permasalah yang timbul diantaranya adalah ketidakmampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pemukiman, ini karena harga-harga bahan bangunan relatif tinggi. Disini para akademisi dan praktisi dibidang Teknik Sipil sangat dituntut peranannya untuk ikut memecahkan permasalahan tersebut dengan melakukan berbagai inovasi bahan bangunan sehingga memberikan peluang pada masyarakat untuk memilih bahan bangunan sesuai dengan kebutuhan dan kemapuan mereka.
Saat ini industri batako berkembang dengan pesat, yang dapat dilihat dari mulai beralihnya masyarakat dari penggunaan bata merah ke batako untuk material penyusun dinding bangunan/gedung.
1.2 Permasalahan Mitra
Salah satu alternatif pemecahan permasalahan diatas adalah pemakaian batako sebagai elemen bangunan non struktural. Pemilihan batako sebagai bahan bangunan non struktural pada umumnya didasarkan atas beberapa pertimbangan diantaranya, tidak membutuhkan banyak bahan pendukung, serta tidak membutuhkan banyak tenaga kerja untuk pemasangannya, sehingga dapat menghemat biaya pelaksanaan nya.
Batako yang sekarang ini banyak diproduksi, pada umumnya menggunakan bahan pasir, semen dan sedikit air. Dalam proses pembuatannya dilakukan pencampuran antara semen pasir dan air kemudian dicetak melalui proses pemadatan sehingga menjadi bentuk balok-balok dengan ukuran tertentu dan dimana proses pengerasannya tanpa melalui pembakaran serta dalam
10 pemeliharaannya ditempatkan pada tempat yang lembab atau tidak terkena sinar matahari langsung atau hujan.
Berdasarkan SNI 03-0349-1989 tentang bata beton (batako), persyaratan nilai penyerapan maksimum adalah 25 % dengan Karakteristik beton minimal K60. Berdasarkan keberadaan batako yang beredar di masyarakat sekarang ini kualitas dari batako tersebut rata-rata tidak memenuhi pada standar SNI, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :
- Ketidaktahuan para mitra/bidang usaha tentang SNI batako itu sendiri, - Tidak tetap dan tidak terpenuhinya komposisi campuran material batako
- Sistem pemadatan dikerjakan secara manual yang mengakibatkan perbedaan tekanan dalam proses pembuatannya
- Semakin meningkatnya harga material penyusun batako sedangkan harga jual tidak naik secara signifikan sesuai kenaikan harga material karena melihat dari daya beli masyarakat. Hal ini mengakibatkan perbandingan komposisi penyusun material dikurangi/dirubah.
- Semakin banyak nya para pengusaha batako yang mengakibatkan daya saing semakin tinggi sehingga harga jual semakin rendah yang mengakibatkan kualitas batako tersebut menurun
Hal di atas menjadi suatu permasalah yang harus diselesaikan para akademisi dan praktisi dibidang teknik sipil guna menjaga keberadaan para pengusaha batako serta meningkatkan kualitas batako sehingga memenuhi SNI yang disyaratkan.
1.3 Solusi yang Ditawarkan Pada Mitra
Dalam program Iptek Tepat Guna bagi masyarakat (ITGbM) ini akan diteliti batako dengan penambahan campuran abu batu yang hasil produksinya diberi nama bataton. Pemilihan abu batu dan semen portland sebagai bahan ikat merupakan bagian dari usaha untuk memecahkan permasalahan meningkatkan kualitas batako.
Abu batu saat ini merupakan bahan hasil sampingan dalam industri pemecah batu yang jumlahnya melimpah. Saat ini abu batu pada stone crusher menjadi limbah yang harus diupayakan penangannya. Untuk menekan biaya
11 produksi batako sekaligus menangani masalah limbah abu batu pada industri stone crusher, dilakukan penelitian pengaruh abu batu terhadap kuat tekan bataton serta analisis ekonomi untuk perusahaan yang menjadi mitra dalam program ITGbM ini. Dengan penambahan campuran abu batu dengan komposisi 1 semen : 7 pasir dengan perbandingan pasir : abu batu 50:50 diharapkan menjadi solusi dalam menekan biaya produksi serta meningkatkan mutu batako tersebut sehingga memenuhi SNI yang disyaratkan dengan harga yang masih terjangkau oleh masyarakat.
12 BAB 2
TARGET DAN LUARAN
2.1 Target
Target dari Program Ipteks Tepat Guna bagi Masyarakat dengan judul Aplikasi Bataton Sebagai Pasangan Dinding Pada Industri Pembuatan Batako adalah :
- Adanya solusi dalam penanganan limbah industri stone crusher
- Terciptanya bataton dengan kualitas tinggi dengan harga produksi rendah dan
harga jual yang terjangkau oleh masyarakat
- Sebagai bahan analisis komposisi campuran bataton yang optimal
- Hasil dari program ini diharapkan menjadi model acuan rancanganan bataton
untuk pengusaha-pengusaha industri batako khususnya di wilayah sekitarnya umumnya di Indonesia.
2.2 Luaran
Luaran dari Program Ipteks Bagi Masyarakat dengan judul Aplikasi Bataton Sebagai Pasangan Dinding Pada Industri Pembuatan Batako adalah : - Komposisi campuran optimal antara pasir, abu batu, semen dan air
- Kuat tekan bataton diatas 6 MPa
- Dimensi bataton sesuai dengan standar SNI untuk ukuran sedang yaitu : panjang 400 mm lebar 200 mm tinggi 150 mm dengan tebal sekatan luar 50 mm sekatan dalam 20 mm
13 BAB 3
METODE PELAKSANAAN
Dalam kegiatan Ipteks Tepat Guna bagi Masyarakat dengan judul Aplikasi Bataton Sebagai Pasangan Dinding Pada Industri Pembuatan Batako terdiri dari beberapa tahapan kerja yaitu :
1. Studi literatur mengenai SNI tentang Batako/bataton 2. Survey lokasi penyediaan material/bahan penyusun bataton
Dalam kegiatan survey lokasi penyedian material abu batu, fokus yang dilakukan yaitu pencarian industri stone crusher yang terdapat di sekitar lokasi mitra dengan alasan kemudahan mobilisasi material dan harga yang bisa relatif lebih murah karena biaya trasnportasi lebih sedikit.
3. Analisis harga jual produk bataton
Kegiatan Analisis ini dilakukan setelah produk bataton jadi. Harga jual dilihat dari analisis waktu dan biaya selama kegiatan produksi
4. Survey lokasi pemasaran hasil produksi bataton
14 BAB 4
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
Dalam satu tahun terakhir LPPM Universitas Siliwangi Melakukan Pengabdian kepada Masyarakat dengan tersentralisasi pada masing-masing Fakultas. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengaplikasikan perkembangan penelitian dan aplikasi teknologi sesuai dengan kepakarannya.
Pengabdian dalam hal rekayasa kontruksi terfokus pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil.
Beberapa Pengabdian pada masyarakat yang dikerjakan oleh fakultas Teknik dari tahun ke tahun antara lain :
- Tahun 2008 :
Perencana Pembangunan Mesjid Al Barokah, Lengkong Kaler, Kelurahan Lengkong, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya.
- Tahun 2009 :
a. Pendataan Irigasi sekota Tasikmalaya b. Pembangunan Gedung Serbaguna DPRD - Tahun 2010
a. Perencana Pembangunan Mesjid Di Perumahan Graha Siliwangi, Kelurahan Mangkubumi, KotaTasikmalaya.
b. Pengukuran Luas Wilayah (Pemetaan) Wilayah RT 04/RW 03, Lengkong Kaler, Kota Tasikmalaya
- Tahun 2013
a. Perencanaan gedung program pasca sarjana Universitas Siliwangi Tasikmalaya
b. Perencanaan pintu gerbang utama Universitas Siliwangi Tasikmalaya - Tahun 2014
15 BAB 5
HASIL YANG DICAPAI 5.1. Umum
Bataton merupakan beton tanpa agregat kasar yang disusun oleh semen, abu batu dan agregat halus saja. Sedangkan batako adalah beton tanpa agregat kasar yang disusun oleh semen dan agregat halus saja.
Bataton mempunyai sifat-sifat panas dan ketebalan total yang lebih baik dari pada beton padat. Semakin banyak produksi bataton semakin ramah lingkungan dari pada produksi bata tanah liat karena tidak harus dibakar. Bataton memiliki kualitas kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan batako.
Pemakaian bataton bila dibandingkan dengan batu merah lebih hemat beberapa segi, misalnya : per m2 luas tembok lebih sedikit jumlah yang dibutuhkan,
sehingga secara kuantitatif terdapat penghematan sehingga ada penghematan dalam pemakaian adukan sampai 75%. Beratnya tembok diperingan sampai 50%, dengan demikian juga fondasinya bisa berkurang. Bentuk bataton yang bermacam-macam memungkinkan variasi-variasi yang beragam. Dalam kondisi tertentu tembok dengan bataton ini tidak usah diplester dengan tampilan cukup menarik.
16 Gambar 5.1. Diskusi kegiatan pengabdian
5.2. Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian
5.2.1. Bahan Dan Peralatan Campuran Bataton
Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat bataton adalah:
• Semen
• Pasir halus (ukuran sampai 5 mm)
• Abu batu
• Air
Sedangkan peralatan yang dipergunakan adalah:
• Cetakan bataton • Ayakan pasir • Kotak adukan • Sendok semen • Sekop • Cangkul
17
• Ember dan ember penyiram
• Plastik (untuk menjaga kelembaban)
Beberapa bahan dan peralatan dalam pembuatan bataton dapat digambarkan sebagai berikut:
18 Gambar 5.3. Abu batu sebagai bahan campuran bataton
19 5.2.2. Proses Pembuatan Bataton
a. Memilih Lokasi Kerja
Lokasi kerja untuk pembuatan bataton yang memenuhi persyaratan adalah:
• Rata, luas dan beratap
• Dekat dengan bahn baku
• Tersedia sumber air
• Terhindar dari tempat bermain anak-anak
• Tersedia bak perendaman
b. Proses Pencampuran
Bahan baku pembuatan bataton terdiri dari: pasir, abu batu, semen, air, sedangkan perbandingan standar pembuatan batako dengan campuran rasio abu batu:pasir adalah 50:50 dengan perbandingan semen:pasir 1:7. Sehingga bagi produsen batako sebelum memproduksi secara masal, perlu mengadakan percobaan terlebih dahulu sehingga akan menghasilkan produk yang optimal dan dapat diterima di masyarakat.
c. Proses Pengadukan
Adukan untuk pembuatan bataton berbeda dengan adukan untuk beton, adukan yang digunakan untuk bembuatan bataton menggunakan adukan ½ kering caranya cukup mudah, setelah adonan sudah homogen (rata), kita perciki air sambil diaduk bila adukan kita kepal sudah tidak berantakan/ambrol berarti sudah dapat digunakan, adukan siap cetak.
d. Proses Pencetakan
Pada proses pencetakan disiapkan alat cetakan dan lempeng kayu sebagai tatakan, alat cetakan dirakit diatas lempeng kayu dengan posisi terbalik jangan lupa baut pengikat dikencangkan, setelah betul betul presisi mulai diisi dengan adonan yang telah disiapkan sedikit demi dekit dan sambil dipadatkan menggunakan lempeng besi sebagai alat pemadat/penekan, setelah padat ditambah lagi sambil dipadatkan sampai cetakan betul betul penuh.
20 e. Proses Pelepasan Cetakan
Setelah cetakan sudah penuh dan betul-betul padat, cetakan yang sudah terisi bahan bataton dibawa kelokasi yang telah disediakan, cetakan diletakan dengan posisi berdiri dilokasi yang betul-betul rata untuk menghindari keretakan pada saat cetakan dilepas caranya adalah, disetiap sudut dan bagian atas cetakan dilakukan pemukulan berulang-ulang dengan palu, agar adonan dengan cetakan tidak lengket, lalu dilepas botolan satu persatu, langkah berkutnya dikendorkan kedua baut pengikat baru dilepaskan bagian dari cetakan secara pelan-pelan, langkah terakhir diangkat plat ring yang ada diatas batako tersebut.
f. Perawatan Batako Setelah Pencetakan
Setelah lokasi yang tersedia telah penuh dengan bataton dan bila lokasi tanpa atap batako tersebut ditutupi dengan kantong semen atau bahan lainnya untuk menghindari panas langsung sinar mata hari. Bataton dibiarkan sampai hari berikutnya, pengeringan batako yang baik dengan jalan diangin-anginkan.
Perawatan Batako yang baik dan ideal melalui perendaman, bila tidak tersedia kolam perendaman, batako yang telah dibiarkan selama satu malam tadi, langsung disusun minimal ditempat yang sejuk dan setiap pagi disiram air sampai batako tersebut betul-betul keras dan proses persenyawaan antara semen dengan pasir betul-betul sempurna.
Jika tersedia lokasi yang beratap maka penyusunan bataton tersebut dapat dilakukan disitu dan dapat digunakan sebagai gudang.
21 Gambar 5.5. Penakaran bahan abu batu
22 Gambar 5.7. Pencurahan bahan abu batu di lokasi yang beratap
23 Gambar 5.9. Pencampuran bahan pasir dan abu batu dilakukan secara merata
24 Gambar 5.10. Pencampuran bahan pasir, abu batu dan semen
25 Gambar 5.12. Pencampuran bahan pasir, abu batu, semen dan air secara merata
26 Gambar 5.13. Proses pencetakan bataton
27 Gambar 5.14. Proses pelepasan cetakan bataton
28 Gambar 5.16. Penyerahan dokumen komposisi campuran bataton
29 BAB 6
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Untuk pengembangan dan keberlanjutan kegiatan pengabdian Ipteks Tepat Guna Bagi Masyarakat (ITGbM ) “Aplikasi Bataton Sebagai Pasangan Dinding Pada Industri Pembuatan Batako” maka pelaksana kegiatan pengabdian sudah merancang tahapan kegiatan pengabdian selanjutnya, yaitu:
1. Mengaplikasikan penambahan abu batu pada produk selain bataton pada penggunaan elemen pengisi bangunan lain diantaranya: roster dan paving blok. 2. Mengaplikasikan penggunaan produk pewarnaan pada elemen pengisi bangunan
(bataton, batako, roster dan paving blok) yang ramah lingkungan.
3. Mensosialisasikan dan menyebarluaskan perhitungan ekonomis dari biaya produksi dan biaya penjualan bataton, batako, roster dan paving blok
30 BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian pada industri pembuatan bataton diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Digunakan campuran rasio abu batu:pasir adalah 50:50 dengan perbandingan semen:pasir 1:7 diperoleh tampilan bataton lebih kedap dan lebih berat dibandingkan batako.
2. Penggunaan limbah abu batu pada batako dapat meningkatkan kualitas bataton dikarenakan gradasi abu batu mampu mengisi pori yang selama ini kosong hampa udara.
3. Penggunaan bataton dapat memasayarakat pada industri pembuatan batako sehingga masyarakat dapat menggunakan bataton sebagai pasangan pengisi dinding dengan kualitas lebih baik dibandingkan penggunaan batako.
4. Penggunaan bataton dapat meningkatkan pendapatan pemilik industri bataton mengingat tingkat kepercayaan masyarakat terhadap penggunaan bataton semakin meningkat.
7.2. Saran
Beberapa saran yang perlu disampaikan agar kegiatan pengabdian sejenis dapat dilakukan di masa yang akan datang adalah:
1. Kegiatan pengabdian perlu dilakukan untuk penggunaan abu batu pada industri pembuatan paving blok.
2. Penggunaan bataton dan paving blok berwarna perlu diperkenalkan dan dikembangkan pada industri pembuatan bataton dan paving blok dengan bahan ramah lingkungan.
31 DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum, 1982, Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia, Bandung.
Departemen Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan Pengembangan PU, Pedoman Beton 1989. SKBI.1.4.53.1989.
Mulyono, Tri, 2005, Teknologi Beton, Edisi 2, Andi, Yogyakarta. Samekto, 2001, Teknologi Beton, Bandung.
Tjokrodimulyo, K., 1996, Teknologi Beton, Nafiri, Yogyakarta
Nawy, Edward. G., Reinforce Concrete a Fundamental Approach, Terjemahan, cetakan pertama, Bandung : PT. Eresco, 1990