• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMENUHAN HAK-HAK ANAK KARYAWAN PABRIK TIMATEX DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMENUHAN HAK-HAK ANAK KARYAWAN PABRIK TIMATEX DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

i

PEMENUHAN HAK-HAK ANAK KARYAWAN PABRIK

TIMATEX DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

PERLINDUNGAN ANAK

(Studi Kasus Perumahan Manunggal, Desa Karangtengah, Kecamatan

Tuntang, Kabupaten Semarang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

„Umar AlFaruk

NIM : 21114007

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

PEMENUHAN HAK-HAK ANAK KARYAWAN PABRIK

TIMATEX DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

PERLINDUNGAN ANAK

(Studi Kasus Perumahan Manunggal, Desa Karangtengah, Kecamatan

Tuntang, Kabupaten Semarang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

„Umar AlFaruk

NIM : 21114007

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)

iv

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

PEMENUHAN HAK-HAK ANAK KARYAWAN PABRIK

TIMATEX DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

PERLINDUNGAN ANAK

(Studi Kasus Perumahan Manunggal, Desa Karangtengah, Kecamatan

Tuntang, Kabupaten Semarang)

Oleh:

„Umar AlFaruk

NIM : 21114007

Telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari‟ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari ...., tanggal ...., dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(5)

v

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan

dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : „Umar AlFaruk

NIM : 21114007

Judul :PEMENUHAN HAK-HAK ANAK KARYAWAN

PABRIK TIMATEX DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014

TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

(Studi Kasus Perumahan Manunggal, Desa Karangtengah, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang)

Dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan

dalam sidang munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : „Umar AlFaruk

NIM : 21114007

Jurusan : Hukum Keluarga Islam

Fakultas : Syari‟ah

Judul Skripsi :

PEMENUHAN HAK-HAK ANAK KARYAWAN

PABRIK TIMATEX DITINJAU DARI HUKUM

ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35

TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

(Studi Kasus Perumahan Manunggal, Desa Karangtengah, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang)

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri,

bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang

terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 4 September 2018 Yang menyatakan

„Umar AlFaruk

(7)

vii MOTTO

Barangsiapa Ingin Mutiara Harus Berani

Terjun Dilautan Yang Dalam

(8)

viii

Persembahan

Sebagai tanda baktiku

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

Yang Pertama,

Kedua Orang Tuaku yang selama ini mendo‟akan dan mendukungku ibukku

Ismiyatul Ulfah dan Ayahku Masykur

Yang Kedua,

Keluarga Besarku kakak-kakakku dan adik-adikku

Yang Ketiga,

Kampusku IAIN Salatiga

Yang Keempat,

Untuk Teman-teman seperjuangku Hukum Keluarga Islam

Yang Kelima,

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

atas segala limpahan nikmat, karunia, serta hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa terhatur

dan tercurahkan kepada Khatamul Anbiya‟ wal Mursalin (penutup para Nabi dan

Rasul) baginda Nabi Muhammad SAW, beserat keluarga, sahabat, dan

pengikutnya serta orang-orang yang mencintainya, hingga Yaumil Qiyamah,

islam, ihsan, istikamah daam beribadah dan dibimbig oleh Allah SWT dan pada

akhirnya jika kita dipanggil menghadap Allah SWT menetapi „Alaar-Ridha wa

Khusnil Khaimah, Aamin yaa Rabbal „Alamiin.

Penyusunan skripsi adalah salah syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Hukum pada Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pemenuhan

Hak-Hak Anak Karyawan Pabrik Timatex Ditinjau Dari Hukum Islam Dan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus

Perumahan Manunggal Desa Karangtengah, Kecamatan Tuntang, Kabupaten

Semarang)”. Sebagai hamba yang lemah dan banyak kesalahan penulis menyadari

bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang ikut serta yang

memberikan bantuan moral maupun materiil. Oleh karenanya dengan kerendahan

hati perkenankan penulis untuk menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga.

3.Bapak Sukron Makmun, S.H., M.Si. selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga

Islam.

4.Evi Ariyani, S.H., M.H. selaku pembimbing pembuatan skripsi.

5.Bapak Suwarno, S.Pd, M.Or. selaku Ketua RW Perumahan Manunggal

Sejahtera beserta warganya.

(10)

x

7.Para Dosen yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat di Institut Agama

Islam Negeri ( IAIN ) Salatiga.

8.Teman-teman yang selalu mendo‟akan dan memberi bantuan.

9.Segenapkan pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu-persatu.

Semoga amal dan bantusn dibalas jasanya oleh Allah SWT. Penulis

menyadari dalam penyusunan sripsi ini banayak kekurangan, untuk itu kritik dan

saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi memperbaiki

skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi Almamater dan

semua pihak yang membutuhkannya. Atas perhatiannya penulis ucapkan

terimakasih.

Salatiga, 3 September 2018

(11)

xi ABSTRAK

AlFaruk, Umar. 211-14-007. 2018. Pemenuhan Hak-Hak Anak Karyawan Pabrik Timatex Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak. Skripsi, Syariah, Hukum Keluarga Islam, IAIN Salatiga. Evi Ariyani, S.H., M.H.

Kata Kunci : Hak Anak dan Hukum Islam

Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimana bentuk pemenuhan hak-hak anak karyawan pabrik Timatex? (2) bagaimana tinjauan Hukum Islam dan UU NO. 35 Tahun 2014 terhadap pemenuhan hak-hak anak karyawan pabrik Timatex?.

Pendekatan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, pendekatan yuridis normatif dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.

(12)

xii

3. Hak-Hak Anak Menurut Hukum Islam...26

4. Hak dan kewajiban Karyawan dalam UU Ketenagakerjaan...31

BAB III : Paparan Data dan Temuan Penelitian 1. Gambaran Umum PT. Tiga Manunggal...40

2. Gambaran Umum Perumahan Manunggal...43

(13)

xiii

4. Pemenuhan Hak Anak Karyawan Pabrik diPerumahan

Manunggal...59

BAB IV : Pembahasan 1. Bentuk Pemenuhan Hak-Hak Anak Karyawan Pabrik Timatex Ditinjau Dari Undang-Undang Perlindungan Anak...63

2. Bentuk Pemenuhan Hak-Hak Anak Karyawan Pabrik Timatex Ditinjau Dari Hukum Islam...68

BAB V : Penutup 1. Kesimpulan...75

2. Saran...78

DAFTAR PUSTAKA...79

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan yang

belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan

keturunan kedua, di mana kata "anak" merujuk pada lawan dari orang tua, orang

dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah dewasa

(https://id.wikipedia.org/wiki/Anak, diakses pada tanggal 25 oktober 2017).

Menurut psikologi, anak adalah periode pekembangan yang merentang dari masa

bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan

periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun tahun sekolah

dasar(Fase fase Perkembangan Manusia oleh Wayback Machine (berkas

2014-01-08)).

Pada saat lahir seorang anak tidak masuk kedalam sebuah lingkungan yang

alami, tetapi dia masuk kedalam lingkungan yang telah banyak dimodifikasi oleh

manusia. Ini adalah sebuah lingkungan yang asing yang telah dibentuk oleh

manusia dengan mengorbankan alam, karena hasrat mereka untuk memperoleh

bagi diri mereka sendiri cara-cara hidup yang lebih mudah (Montessori, 2016:

31). Ketika seorang anak lahir setiap orang begitu peduli dengan keadaan ibu. Ia

telah mengalami kesengsaraan. Tetapi tidakkah anak mengalami kesengsaraan?

(15)

2

pun dengan anak yang diberikan perhatian yang sama, bahkan lebih dari perhatian

kepada ibunya. Dengan sosok ibu yang di kenal anak sejak dalam kandungan,

membuat anak mempunyai kedekatan batin yang sangat kuat, sehingga anak yang

keluar kedunia, secara otomatis dekat kepada ibunya terlebih dahulu. Meskipun

ayah yang berperan penting dalam penciptaan secara biologis, akan tetapi dari

intensitas waktu yang lama anak dalam kandungan, maka ikatan secara batin dan

keakraban anak sangat intim kepada ibu. Peran ayah juga diperlukan oleh anak,

melalui penanaman moral dan figur ibu pengganti yang mengerti kebutuhan anak

saat ibu pergi bekerja.

Orangtua seorang anak bukanlah penciptanya tetapi penjaga dan

pelindungnya. Mereka harus melindungi dan memiliki kepedulian yang mendalam

terhadapnya seperti orang yang mengemban kepercayaan yang sangat kuat. Untuk

misi mereka yang mulia tersebut, orangtua anak harus memurnikan cinta dalam

hari mereka dan harus berusaha memahami bahwa cinta ini merupakan ekpresi

sadar dari sebuah sentimen yang mendalam yang tidak boleh terkontaminasi oleh

kepentingan diri. Para orangtua harus pihatin dan peduli terhadap persoalan sosial

yang besar pada hari ini perjuangan untuk memperoleh sebuah pengakuan

terhadap hak-hak dari anak-anak didunia ini (Montessori, 2016: 312).

Saat tumbuhkembang seseorang dari anak sampai dewasa, membutuhkan

waktu yang lama serta membutuhkan sesosok figur yang lebih dekat secara hati

nurani, yaitu sosok ibu. Meskipun sosok bapak tidak kalah penting di dalamnya.

Jangan sampai anak merasa menjadi inang yang menempel pada pohon, dan

(16)

3

orangtua, serta penelantaran demikian dari terlalu menurutkan kemauan

anak-anak, sebab diwaktu anak kecil ditelantarkan di waktu selanjutnya menjadi

penjahat(Ardian, 1988: 107).

Akan tetapi dengan jeratan ekonomi yang memaksa kedua orangtua untuk

mencari nafkah, maka perhatian terhadap keluarga, khususnya anak kurang

maksimal. Tambahan akan itu yaitu dalam UU No. 13 TAHUN 2003 tentang

Ketenagakerjaan pasal 82 ayat 1. “Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh

istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan

1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter

kandungan atau bidan”. Hal ini membatasi libur karyawati yang sedang

mengandung dan cuti bagi karyawan, sedangkan dalam undang-undang

perlindungan anak banyak hak-hak anak sudah tertulis jelas tentang kebutuhan

anak terhadap orangtua disaat tumbuh kembangnya. Sehingga dalam

pemeliharaan anak terjadi pergeseran wewenang. Pergeseran disini anak

pelimpahan wewenang pengasuhan anak kepada orang terdekat atau pihak

keluarga yang dipercayai dapat membimbing dan mengawasi anak selama sang

ibu bekerja. Sedangkan disaat negara Cina melaksanakan program keluarga

berencana tahun 1950-an, para pemimpinnya, tanpa henti menegaskan bahwa

negara itu tidak punya masalah penduduk. Sebabnya keluarga berencana ialah

untuk memungkinkan wanita bekerja dan dengan demikian turut menyumbang

tenaga untuk membangun negara. Sekarang perencana lain: diharapkan kalau

wanita bekerja angka kelahiran akan turun, dan dengan demikian meringankan

(17)

4

Sekarang ini, telah diberikan fasilitas yang baik akan kesehatan dan

keamanan karyawan pabrik. Yang diharapkan mampu mensejahterakan kedua

belah pihak, yaitu segi pemenuhan target kerja dan kesehatan karyawan. Yang

berimbaskan pada kesehatan keluarga berupa psikis maupun biologis. Dengan

terjaganya psikis karyawan yang memiliki anak, mampu mengasuh anak dengan

baik melalui kasih sayang tanpa adanya kekerasan dan keegoisan orangtua yang

berlebihan terhadap anak. Yang ditakutkan dapat menganggu pertumbuhan psikis

anak.

Telah banyak disuarakan pada tahun ini tentang hak-hak manusia dan

khususnya hak-hak dari para pekerja, tetapi sekarang adalah waktunya berbicara

hak-hak sosial dari anak-anak. Pengakuan terhadap hak-hak pekerja memiliki

pengaruh yang sangat penting bagi masyarakat karena hanyalah dengan

perjuangan manusia, kemanusiaan dapat dipertahankan. Tetapi jika pekerja

memproduksi apa yang dikonsumsi oleh manusia dan menjadi kreator dari

berbagai benda, anak memproduksi kemanusiaan itu sendiri dan konsekuensinya

hak-hak mereka lebih patut untuk diakui. Terbukti bahwa manusia harus

memberikan perawatan yang paling besar pada anak-anak sehingga pada

gilirannya ia dapat menerima dari anak-anak tersebut energi-energi dan

potensi-potensi baru (Montessori, 2016: 313).

Dalam Islam, eksistensi anak melahirkan adanya hubungan vertikal

dengan Allah Penciptanya, dan hubungan horizontal dengan orang tua dan

masyarakatnya yang bertanggungjawab untuk mendidiknya menjadi manusia

(18)

5

yang benar dan pembinaan manusia yang jahat dan buruk, karena salah asuhan,

tidak berpendidikan dan tanpa norma-norma agama Islam.

Anak sebagai amanah dari Allah, membentuk 3 dimensi hubungan, dengan

orang tua sebagai sentralnya. Pertama, hubungan kedua orang tuanya dengan

Allah yang dilatarbelakangi adanya anak. Kedua, hubungan anak (yang masih

memerlukan banyak bimbingan) dengan Allah melalui orang tuanya. Ketiga,

hubungan anak dengan kedua orang tuanya di bawah bimbingan dan tuntunan dari

Allah. Dalam mengemban amanat dari Allah yang mulia ini, berupa anak yang

fitrah beragama tauhidnya harus dibina dan dikembangkan, maka orang tua harus

menjadikan agama Islam, sebagai dasar untuk pembinaan dan pendidikan anak,

agar menjadi manusia yang bertaqwa dan selalu hidup di jalan yang diridhoi oleh

Allah SWT dimanapun, kapanpun dan bagaimanapun juga keadaannya,

pribadinya sebagai manusia yang taat beragama tidak berubah dan tidak mudah

goyah.

Kehidupan keluarga yang tenteram, bahagia, dan harmonis baik bagi orang

yang beriman, maupun orang kafir, merupakan suatu kebutuhan mutlak. Setiap

orang yang menginjakkan kakinya dalam berumah tangga pasti dituntut untuk

dapat menjalankan bahtera keluarga itu dengan baik. Kehidupan keluarga

sebagaimana diungkap di atas, merupakan masalah besar yang tidak bisa dianggap

sepele dalam mewujudkannya. Apabila orang tua gagal dalam memerankan dan

memfungsikan peran dan fungsi keduanya dengan baik dalam membina hubungan

(19)

6

yang semula jadi dambaan keluarga, perhiasan dunia, akan terbalik menjadi

bumerang dalam keluarga, fitnah dan siksaan dari Allah.

Dalam ayat lain Allah berfirman;

Q.S.at-Tahrim/66:6

َكِئ َلََم اَهْيَلَع ُةَراَجِحْلاَو ُساَّنلا اَهُدىُقَو اًراَن ْمُكيِلْهَأَو ْمُكَسُفْنَأ اىُق اىُنَمَآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي

ٌظ َلَِغ ٌت

َنوُزَمْؤُي اَم َنىُلَعْفَيَو ْمُهَزَمَأ اَم َ َّاللَّ َنىُصْعَي َلَ ٌداَدِش

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan.”(Q.S.at-Tahrim/66:6), (http://syahronisiregar140.blogspot.co.id,

diakses pada tanggal 27 Oktober 2017).

Dengan demikian mendidik dan membina anak beragam Islam adalah

merupakan suatu cara yang dikehendaki oleh Allah agar anak-anak kita dapat

terjaga dari siksa neraka. Cara menjaga diri dari api neraka adalah dengan jalan

taat mengerjakan perintah-perintah Allah. Oleh karena itu pada setiap muslim,

pemberian jaminan bahwa setiap anak dalam keluarga akan mendapatkan asuhan

yang baik, adil, merata dan bijaksana, merupakan suatu kewajiban bagi kedua

orang tua. Lantaran jika asuhan terhadap anak-anak tersebut sekali saja kita

abaikan, maka niscaya mereka akan menjadi rusak. Minimal tidak akan tumbuh

dan berkembang secara sempurna

(https://maunur.wordpress.com/artikel/pola-asuh-dalam-persektif-ajaran-islam, di akses 29 oktober 2017).

Peraturan negara Indonesia sendiri, dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

(20)

7

menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan

berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan, serta

mendapat perlindungan dari kekerasan diskriminasi, demi terwujudnya anak

indonesia yang berkualitas, berakhlakul mulia, dan sejahtera”. Serta di perinci di

pasal selanjutnya, akan hak dan juga kewajibannya.

Di kala perempuan turut menjadi sumber penghasilan tambahan, maka

dengan otomatis kewajibannya sebagai ibu rumah tangga tidak berjalan dengan

baik, seperti dalam bahasa Jawa dikatakan perempuan itu masak, macak, manak.

Maka pantanglah perempuan Jawa yang sudah berkeluarga meninggalkan

tanggungjawabnya. Dengan seiring zaman, dan persamaan derajat dengan kaum

laki-laki, perempuan juga turut mencari nafkah untuk keluarga. Membuat

penjagaan dan pengasuhan sebagai bapak dan ibu menjadi semakin berkurang,

hanya saja dengan waktu bekerja yang tidak sama membuat waktu bersama anak

mampu bergantian. Apabila bekerja diwaktu yang sama, anak dapat dipastikan

akan mendapat pengasuhan dari orang lain yaitu bisa berupa kakek nenek dari

pihak istri atau suami, tetangga atau boleh jadi tempat penitipan anak yang sudah

marak beroprasi di kota-kota indutri.

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga tetap

menjadi kelompok pertama (primary group) tempat meletakan dasar kepribadian

di dalam keluarga. Meskipun dengan peran ganda, bapak sebagai kepala keluarga,

juga sebagai pekerja serta ibu sebagai ibu rumah tangga harus membantu

(21)

8

karyawan pabrik yang harus berjalan seimbang. Ditopang dari kemauan orangtua

dan kebijakan pabrik.

Dari berbagai fenomena diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai terjadinya kurang pemenuhannya hak-hak anak karyawan

pabrik . Penulis akan meneliti hal tersebut dengan judul “PEMENUHAN

HAK-HAK ANAK KARYAWAN PABRIK TIMATEX DITINJAU DARI HUKUM

ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

PERLINDUNGAN ANAK (Studi Kasus Perumahan Manunggal Desa

Karangtengah, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang)”

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada pemenuhan hak-hak anak karyawan pabrik

dilingkungan perumahan. Adapun fokus penelitian yang akan dikaji dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana bentuk pemenuhan hak-hak anak karyawan pabrik Timatex?

2. Bagaimana tinjauan Hukum Islam dan UU NO. 35 Tahun 2014 terhadap

pemenuhan hak-hak anak karyawan pabrik Timatex?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bentuk pemenuhan hak-hak anak karyawan pabrik Timatex

2. Mengetahui tinjauan Hukum Islam dan UU NO. 35 Tahun 2014 terhadap

(22)

9 D. Kegunaan Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah:

1. Manfaat Teoritis, hasil penelitian ini akan dapat memberikan sumbangan

khasanah keilmuan khususnya dikampus IAIN Salatiga dan perguruan

tinggi lainnya yang di harapkan sebagai rujukan penelitian yang

selanjutnya, berkenaan dengan hak-hak anak terhadap orang tuanya yang

bekerja sebagai karyawan pabrik.

2. Manfaat praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu

memecahkan permasalahan di masyarakat ataupun memberi saran kepada

orangtua yang bekerja sebagai karyawan pabrik yang berkenaan dengan

pemenuhan hak-hak anak.

E. Penegasan Istilah

Untuk mendapatkan kejelasan judul diatas, penulis perlu memberikan

penegasan dan batasan terhadap istilah-istilah yang ada. Istilah tersebut adalah:

1. Hak merupakan unsur normative yang berfungsi sebagai pedoman

berperilaku, melindungi kekebalan dan kebebasan, serta menjamin

adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan

martabatnya (Srijanti, 2007: 16).

2. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)

tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan ( Pasal 1 Ayat

1 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas

(23)

10

3. Hukum Islam adalah syariat yang berarti hokum-hukum yang

diadakan oleh Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang

Nabi, baik hubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun

hokum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah (perbuatan) (

http://www.sarjanaku.com/pengertian -hukum-islam-syariat-islam.html diakses pukul 20.00 WIB minggu, 1 April 2018).

F. Telaah Pustaka

Penerapan hak-hak anak terkurangi seiring dengan jam terbang orangtua

yang lebih meluangkan waktu untuk bekerja di tempat kerjanya. Dengan

keterbatasan waktu yang dimiliki orangtua dalam mengasuh, melindungi,

mendidik anak membuat hak-hak anak lainnya kurang tercukupi. Dengan kurang

lengkapnya perhatian dan intensitas pertemuan yang terbatas, membuat anak

mencari perhatian diluar lingkungan keluarga, yang belum tentu baik untuknya.

Banyak diantara orang tua yang bekerja di pabrik „kewalahan‟ dalam

melaksanakan tugas mereka dalam pengasuhan anak. Maka dari itu banyak

pengasuhan dan peran orangtua yang lainnya digantikan oleh anggota keluarga

yang lain bahkan dilimpahkan kepada Lembaga Pengasuhan Anak yang semakin

hari, semakin bermunculan dikota-kota besar, khususnya di kota industri seperti

ini. Meskipun adanya pengasuhan selain orang tua, yaitu dari pihak keluarga,

tetangga yang dipercaya ataupun lembaga pengasuhan anak, tetap saja peran

orang tua tidak bisa digantikan oleh siapapun. Karena peran orang tua sangat

(24)

11

Pembicaraan pengasuhan anak memang tidak terlalu disinggung oleh

aturan di Indonesia, meskipun di Kompilasi Hukum Islam adanya pasal 98-106

hanya menerangkan kepada hak anak terhadap hukum islam di indonesia, tidak

secara ekplisit menjelaskan pola asuh secara jelas. Sama halnya dengan

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak yang secara jelas

menerangkan hak-hak dan kewajiban anak yaitu dalam pasal 4-19 yang

diharapkan memperoleh perlindungan khusus dari segi fisik maupun psikis.

Sholechah dalam skripsinya yang berjudul Istri Karier dalam Perspektif

Hukum Islam menyatakan bahwa secara perspektif ulama‟ tentang kebolehan

seorang istri berkarier, asalkan dapat memenuhi kewajibannya sebagai istri yang

mengurusi tugas-tugasnya sebagai ibu rumahtangga dan dapat menjaga

kehormatannya meskipun berada diluar rumah. Sedangkan dalam penelitian ini,

lebih cenderung kepada hak-hak anak yang kurang dipenuhi, dikarenakan

orangtua khususnya ibu sebagai tulang punggung dan juga sosok ibu

rumahtangga.

Rahmad Bayu Anggoro yaitu dalam skripsinya yang berjudul Pengasuhan

Anak oleh Narapidana dalam Perspektif Hukum Islam dan UU NO. 35 Tahun

2014 menyatakan bahwa bentuk pengasuhan anak dari seorang narapidana,

meskipun dengan masa lalu yang kelam akan tindak kriminalnya. Seorang bapak

yang dulunya seorang narapidana, mampu membesarkan anaknya dengan layak

dan sewajarnya sesuai anak seusianya. Sedangkan dalam penelitian ini, bukan

membahas pengasuhan saja, akan tetapi juga hak-hak anak yang lain, dan juga

(25)

12

Ana Nur Filiya dalam skripsinya yang berjudul Hubungan Tumbuh

Kembang Anak dengan Pola Asuh Ibu Bekerja menyatakan bahwa ibu Bekerja

memiliki peran ganda yaitu bekerja dan menjadi ibu rumah tangga. Dengan hal

tersebut membuat peran ibu kurang optimal dalam tumbuh kembang anak. Di

karenakan peran ibu sangat penting dipertumbuhan anak apalagi di masa usia 0-5

tahun, yang masih sangat membutuhkan kasih sayang dan perawatan dari ibu

biologisnya. Dalam penelitiannya fokus kepada anak TK yang ibunya bekerja.

Sedangkan dalam penelitian ini, membahas bukan hanya pengasuhan dan bukan

termasuk pendekatan psikologi. Penelitian ini memiliki pendekatan yuridis

normatif dan mencakup berbagai hak-hak anak. Dapat dikatakan bukan hanya

pengasuhan anak saja, akan tetapi dapat meliputi pendidikan, perlindungan,

penghidupan dan lain sebagainya.

G. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

Untuk pemecahan masalah penelitian ini, peneliti menggunakan

jenis atau sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu yang

mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian. Demikian juga hukum

dalam pelaksanaannya didalam masyarakat yang berkenaan objek

penelitian (Ali, 2009: 105). Turut serta didalam penelitian ini hukum islam

(26)

13

Dalam melakukan penelitian, bentuk pendekatan yang digunakan

adalah yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif membahas

doktrin-doktrin atau asas-asas dalam ilmu hukum (Ali, 2009: 24).

2. Data dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data kualitatif. Data

kualitatif yang dimaksud adalah terdiri dari dua sumber, yaitu:

a. Sumber data Primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan

secara langsung oleh peneliti yang ditemukan langsung dari

sumbernya, yaitu orangtua dan anggota keluarga yang lain yang

bertempat tinggal di perumahan Manunggal, pegawai pabrik

Timatex. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan yaitu

wawancara, observasi, dan diskusi terfokus.

b. Sumber data sekunder / pendukungnya adalah semua publikasi

tentang hukum yang merupakan dokumen yang tidak resmi.

Publikasi tersebut terdiri atas skripsi, tesis, dan desertasi serta

ensiklopedia, jurnal, surat kabar dan sebagainya (Ali, 2009: 54).

3. Kehadiran Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis sebagai pengumpul data sekaligus

sebagai instrument lain yang menjadi pendukung berupa alat perekam, alat

tulis, dokumentasi. Maka dari itu penulis melakukan observasi langsung

(27)

14

terjadi.dengan membaur pada objek yang ingin diteliti. Kehadiran penulis

sebagai penelitian diketahui statusnya sebagai peneliti.

4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah perumahan Manunggal Desa

Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Karena pada

Masyarakat tersebut berkumpul mayoritas keluarga berupa suami istri

yang bekerja sebagai Karyawan Pabrik di PT. Timatex Salatiga serta

masih memiliki anak di bawah umur.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam bagian ini diuraikan teknis pengumpulan data yang

digunakan, misalnya observasi partisipan, wawancara mendalam, dan

dokumentasi dan studi pustaka (Amrullah, 2013: 42).

a. Observasi

Yaitu metode pengumpulan data dengan jalan pengamatan dan

pencatatan secara langsung dengan sistematis terhadap

fenomena-fenomena yang diselidiki.. Dengan cara mengambil contoh 10 KK

karyawan PT. Timatex yang masih memiliki anak berusia 18 tahun

kebawah setelah itu dilakukan wawancara sesuai dasar hukum yang

penulis miliki. Pencatatan, merekam suara, serta foto warga

perumahan Manunggal secara langsung. Hal ini digunakan untuk

memperoleh data dari Karyawan Pabrik akan pemenuhan hak-hak

(28)

15 b. Wawancara

Yaitu merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi dalam

proses ini hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang

berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor

tersebut adalah : pewawancara, topik penelitian yang tertuang

dalam pertanyaan, dan situasi wawancara. Yang diwawancara

adalah:

1) Warga perumahan Manunggal yang bekerja di PT. Timatex;

2) Ketua RW dan Ketua RT 04;

3) Pegawai Kantor PT. Timatex.

c. Dokumentasi

Mencari data mengenai beberapa hal, baik berupa catatan dan

data dari perumahan Manunggal Desa Karangtengah Kecamatan

Tuntang Kabupaten Semarang. Data yang diperoleh diantaranya

adalah buku KKB (Kesepakatan Kerja Bersama), data dari Klinik

Pratama Manunggal serta foto-foto bersama warga perumahan dan

dan karyawan pabrik. Metode ini digunakan sebagai pelengkap

dalam memperoleh data.

6. Teknis Analisis Data

Pada bagian analisis diuraikan proses pelacakan dan

pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan

(29)

16

temuannya (Amrullah, 2013: 42). Dengan metode induktif yaitu

digunakan dalam sebuah penelitian disaat penelitian berangkat dari

sebuah fakta yang kemudian dibuktikan dengan pencarian teori.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data, untuk memperoleh hal tersebut, penulis akan

mendatakan keabsahan temuan, penulis akan menggunakan

teknik-teknik perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan, observasi yang

diperdalam, triangulasi (menggunakan sumber, metode, teori), pelacak

kesesuaian, dan pengecekan anggota. Jadi temuan data tersebut bisa

diketahui.

8. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian terlebih

dahulu ke Perumahan Manunggal Desa Karangtengah, kemudian

penulis melakukan pengembangan desain awal dan selanjutnya

penulis melakukan penelitian yang sebenarnya. Setelah itu penulis

(30)

17 H.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab yang saling berkaitan yang dapat

dijelaskan sebagai berikut :

BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar

belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, penegasan istilah, telaah pustaka,

metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Dalam bab ini berisi kajian pustaka yang menjelaskan

tentang pengertian anak, hak-hak anak menurut

Undang-Undang NO. 35 Tahun 2014, hak-hak anak menurut hukum

islam, dan Hak dan kewajiban Karyawan dalam

Undang-Undang Ketenagakerjaan.

BAB III : Dalam bab ini berisi paparan data dan temuan penelitian

yang menjelaskan tentang gambaran umum Pabrik Tiga

Manunggal, gambaran umum Perumahan Manunggal, Hak

dan Kewajiban Karyawan Pabrik, dan Pemenuhan Hak

Anak Karyawan di Perumahan Manunggal.

BAB IV : Dalam bab ini berisi Bentuk Pemenuhan Hak-hak Anak

Karyawan Pabrik Timatex Ditinjau dari Undang-Undang

Perlindungan Anak dan Bentuk Pemenuhan Hak-hak Anak

Karyawan Pabrik Timatex Ditinjau dari Hukum Islam

(31)

18 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Anak

Dari pengertian anak, Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau

perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga

merupakan keturunan kedua, di mana kata "anak" merujuk pada lawan dari orang

tua, orang dewasa adalah anak dari orang tua mereka, meskipun mereka telah

dewasa (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Anak, diakses pukul 11.30 Rabu, 4 April

2018). Menurut penjelasan ini, anak merupakan orang yang belum mencapai

pubertas, yaitu ciri-ciri fisik yang menunjukkan kedewasaan dan kematangan

secara biologis, dalam islam dapat dikatakan laki-laki yang mencapai baligh

adalah saat sudah mimpi basah (keluar sperma), sedangkan perempuan saat sudah

haid (keluar darah rutin tiap seminggu sekali atau lebih). Serta merupakan

keturunan kedua, yang berarti penerus orangtuanya sampai mati. Meskipun anak

itu dewasa, tetap disebut anak, karena ikatan darah diantaranya.

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

termasuk anak yang masih dalam kandungan. (Pasal 1, Undang-Undang nomor 35

tahun 2014 tentang perlindungan anak). Berdasarkan UU Peradilan Anak. Anak

dalam UU No.3 tahun 1997 tercantum dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi: “

Anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8

(32)

19

belum pernah menikah. Dalam Undang-undang ini, lebih mengkerucutkan

pengertian anak dengan menggunakan batasan umur yaitu maksimal mencapai 18

tahun. Dengan hal tersebut membuat kemudahan berpikir dan kepastian hukum,

antara anak ke dewasa. Akan tetapi itu hanaya sebatas jenjang umur, status tetap

saja anak biologis, yang mempunyai ikatan darah.

Dengan adanya pemenuhan hak-hak anak maka akan muncullah pola asuh

orang tua terhadap anak. Menurut Baumrind, pola asuh pada prinsipnya adalah

parental control, yakni bagaimana orang tua mengotrol, membimbing, dan

mendampingi anak-anaknya untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangannya

meuju proses pendewasaan. Sedangkan Kohn mengatakan bahwa pola asuh

merupakan cara orangtua berinteraksi dengan naak meliputi pemberian aturan,

hadiah, hukuman, pemebrian perhatian, serta tanggapan orangtua terhadap setiap

perilaku anak. Menurut Theresia Indira Shanti, Psi. M. Si., pola asuh merupakan

pola interkasi antara orang tua dan anak. Lebih jelasnya, bagaimana sikap atau

perilaku orangtua saat berinteraksi dengan anak. Termasuk cara menerapkan

aturan, mengajarkan nilai/norma, memberikan perhatian dan kasih sayang, serta

menunjukkan sikap dan perilaku yang baik, sehingga dijadikan contoh/panutan

bagi anaknya (Muallifah. 2008: 43)

Dalam hukum Islam, anak semakna dengan kata walad dalam bahasa Arab

(bentuk jamaknya, aulâd) atau child dalam bahasa Inggris (bentuk jamaknya,

children), yaitu keturunan kedua manusia, hasil dari perkawinan laki-laki dan

perempuan (Azra, 1997. jilid I: 141) Pada hakikatnya, anak merupakan amanah

(33)

20

dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-haknya sebagai manusia harus

yang dijunjung tinggi. Dengan adanya amanah tersebut, orangtua sebagai orang

diberikan amanah, selayaknya menjaga, memelihara, dan menyayangi anak

tersebut dengan semaksimal mungkin.

Menurut psikologi, anak adalah periode pekembangan yang merentang

dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut

dengan periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun tahun

sekolah dasar. Dengan setiap jenjang umur dan pendidikan, membuat kematangan

secara mental pun akan berbeda. Hal tersebut, menjadikan pemeliharaan anak

akan berbeda setiap jenjangnya. Sedangkan dari beberapa pandangan berpendapat

adalah sebagai berikut :

1. Pandangan dari aliran filsafat lama: Anak dipandang sebagai manusia

dewasa dalam bentuk dan ukuran kecil, anak lahir sudah membawa bekal

pembawaan yang lengkap dan akan berkembang dengan sendirinya kalau

sudah sampai waktunya.

2. Pandangan dari kalangan agama: Anak lahir tidak hanya sebagai hasil

proses biologis semata, tetapi sebagai kodrat Tuhan.

3. Pandangan dari para ahli pendidikan

a. J.A.Comenius = anak bukalah manusia dewasa yang sedang tumbuh

dan berkembang.

b. J. Locke = anak yang pada waktu lahir, jiwanya dalam keadaan

(34)

21

c. J. J. Rouseau = pada waktu lahir anak telah membawa bekal-bekal

pembawaan yang serba baik, dan menjadi buruk jika mendapat

pengaruh dari kebudayaan atau dari lingkungan sekitar.

d. Dr. M. Montessori = sejak lahir anak membawa pembawaan sendiri,

pembawaan yang dimiliki secara kodrati berbeda dengan anak yang

lain, kodrat anak berbeda dengan orang dewasa.

e. Frobel = menurut kodratnya anak adalah baik. Adapun sifat-sifat

yang tidak baik umumnya disebabkan oleh kesalahan pendidikan.

(Ardian, 1988: 186)

B. Hak-Hak Anak Menurut Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan

Anak telah dijelaskan tujuan anak yaitu “untuk menjamin terpenuhinya hak-hak

anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal

sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan

dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang

berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera”. Pemenuhan hak-hak sangat

diperlukan sekali, karena itu merupakan suatu bentuk perlindungan anak. Demi

tercapainya tujuan yang mulia yaitu agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan

berpartisipasi secara optimal ditengah-tengah masyarakat yang modern ini. Sesuai

dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari

(35)

22

berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. Berikut penulis akan mencantumkan

pasal demi pasal yang berisi tentang hak-hak anak, yaitu adalah sebagai berikut:

1. Hak dan Kewajiban Anak

“Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan

berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi”. Dengan penggalan pasal 4 sudah merupakan inti dari

pasal-pasal selanjutnya. Bahwasanya, setiap anak berhak atas suatu nama

sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan. Setiap anak berhak

untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai

dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua.

a. Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan

diasuh oleh orang tuanya sendiri.

b. Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin

tumbuh kembang anak, atauanak dalam keadaan terlantar maka anak

tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuhatau anak

angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan

sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial. Tidak

cuma kesehtan saja, akan tetapi manusia, khususnya setiap anak berhak

(36)

23

pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

Selain hak anak tersebut, khusus bagi anak yang menyandang cacat. juga

berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang

memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.

Bukan hanya hak orang dewasa saja yang patut didengar

aspirasinya, akan tetapi anak sebagai salah satu rakyat yang harus juga

dihormati suaranya. Maka dari itu, setiap anak berhak menyatakan dan

didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi

sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya

sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.

Selayaknya seorang anak yang masih mebutuhkan ruang untuk

memperkenalkan diri, dan mengenali berbagai hal, maka setiap anak

berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan

anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat,

bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri. Setiap anak

yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial,

dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.

Dengan kesibukan orangtua yang bekerja, maka setiap anak selama dalam

pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung

jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:

a. diskriminasi;

(37)

24 c. penelantaran;

d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;

e. ketidakadilan; dan

f. perlakuan salah lainnya.

Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala

bentuk perlakuan tersebut, maka pelaku dikenakan pemberatan hukuman.

Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika

ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa

pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan

pertimbangan terakhir. Setiap anak berhak untuk memperoleh

perlindungan dari :

a. penyalahgunaan dalam kegiatan politik;

b. pelibatan dalam sengketa bersenjata;

c. pelibatan dalam kerusuhan sosial;

d. pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan; dan

e. pelibatan dalam peperangan.

Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran

penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak

manusiawi. Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai

(38)

25

hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya

dapat dilakukan sebagai upaya terakhir.

Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk :

a. mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya

dipisahkan dari orang dewasa;

b. memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam

setiap tahapan upaya hukum yang berlaku; dan

c. membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang

objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum.

Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual

atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan. Setiap anak

yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan

bantuan hukum dan bantuan lainnya.

Dengan adanya hak anak maka muncullah kewajiban bagi orangtua

yang harus memenuhi kewajibannya sebagai orangtua dan menjadi

tumpuan berpijak pertama kali hidup si anak agar terjamin kehidupannya,

bukan hanya tercukupi secara fisik saja, akan tetapi lebih dari pada itu

adalah kesehatan mental atau psikis anak agar merasakan kenyamanan dan

perlindungan yang terjamin bersama kedua orangtuannya. Hal itu tertuang

dalam Pasal 26 Undang-Undang nomor 35 tahun 2014 tentang perlindungan

(39)

26

a. mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak;

b. menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan

minatnya; dan

c. mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.

Dalam hal orang tua tidak ada, atau tidak diketahui keberadaannya,

atau karena suatu sebab, tidak dapat melaksanakan kewajiban dan

tanggung jawabnya, maka kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana

dimaksud diatas, dapat beralih kepada keluarga, yang dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

C. Hak-Hak Anak Menurut Hukum Islam

Salah satu amanah yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada manusia

adalah anak adalah sebagai hasil dari sebuah hubungan anatara suami istri dalam

sebuah ikatan pernikahan. Islam memelihara keturunan agar seluruh

ajaran-ajarannya agar terus diajarkan dan dilaksanakan oleh seluruh umat manusia dalam

rangka melaksanakan tugas kholifah fil arld (pemimpin di bumi). Menurut Islam

makhluk yang dicintai oleh Allah adalah anak-anak, sebagaimana ditegaskan oleh

Rasulullah, bahwa sesungguhnya Allah tidak murka lantaran sesuatu lantaran

sebagaimana Dia murka lantaran (penindasan atas) para wanita dan anak-anak

(Mansur, 2005: 161).

Bermula dari yang sederhana, yaitu: Pertama bermula dari mendidik anak

sebagai anak yang salih dan shalihah dengan membaca Al-Qur‟an. Al-Qur‟an

(40)

27

Saw, melalui perantara malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya. Agar dijadikan

sebagai pedoman, konsep dan aturan hidup manusia (Habibu, 2015: 21).

Diharapkan orangtua mengajarkan anak untuk rajin membaca Al-Qur‟an dan tidak

lupa memberikan pengertian dan penjelasan yang baik terhadap anak, dikarenakan

anak shalih dan shalihah akan berpegang teguh kepada Al-Qur‟an dan sunnah

dalam mengarungi hidup. Oleh karena itu, sejak dalam kandungan, anak harus

diperkenalkan. Demikian tersebut dengan cara, meletakkannya diatas perut si ibu

atau si ayah dengan membaca al-Qur‟an.

Kedua, setelah pada hari pertama kelahiran bayi diperdengarkan kalimat

tauhid, maka hari ketuju diberikan nama yang baik sekaligus diaqiqahi sebagai

bukti kasih sayang orangtua dan sekaligus sebagai penebus gadaian yang

berbentuk ibadah (Mansur, 2005: 173).

Ketiga, meliputi penyusuan, hal ini berarti memberikan makanan kepada

agar dapat berkembang dan tumbuh secara sempurna, baik fisik maupun

psikisnya(Mansur, 2005: 162). Dikuatkan dalam hadis tentang manfaat yang ada

dalam penyusuan tersebut, yang dituturkan oleh Ibn Mas‟ud r.a. bahwa Rasulullah

Saw bersabda:

َمْحَّلا َتَبْنَاَو َمْظَعْلاَزَشْنَأ اَمَّلَِإ َع اَضَرَلَ

“Tidak ada penyusuan, kecuali yang menguatkan tulang dan menumbuhkan

(41)

28

Adapun yang tidak ingin, ia menyapih anaknya sebelum dua tahun apabila

penyapihan itu tidak berakibat buruk bagi anak dan kedua orang tuanya rela. Hal

ini dikuatkan dengan firman Allah Ta‟ala:

“Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan

antara keduanya, maka tidak dosa atas keduanya” (QS. Al-Baqarah : 233).

Dengan hal tersebut menunjukkan peran ibu sangat besar dalam pengasuhan anak.

Serta penyusuan terhadap anak merupakan hal yang penting, bukan hanya untuk

kecukupan gizi anak akan tetapi juga memberikan kesehatan psikologis di antara

keduanya.

Keempat, anjuran membuat nama yang baik, seperti yang diriwayatkan

dari Abu Hurairah, dia berkata: “Sehina-hinanya nama disisi Allah adalah seorang

yang bernama “Malikil amlak” (Maharaja diraja).” (HR. Imam Al- Bukhari)

(Muhammad Makmun, 2015: 240). Kita diajurkan memberikan nama bayi dengan

nama Abdullah dan Abdurrahman. Sesuai dengan hadits dari Ibnu Umar bahwa

Rasulullah Saw. bersabda:

“Sesungguhnya, nama kalian yang paling dicintai di sisi Allah adalah Abdullah

dan Abdurrahman.” (HR. Muslim)

Kedua nama ini memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan dengan

nama lain, yaitu mengandung makna penghambaan secara khusus kepada Allah

(42)

29

baik. Serta ketentuan lain yang sepeti sesuai adab, meniru nama orang shalih,

nama nabi dan lain-lainnya.

Kelima, menjalin keakraban dengan anak, bahwa seorang anak yang takut,

bahkan sangat takut kepada orangtuanya merupakan bentuk kegagalan orangtua

dalam mengakrabkan diri dengan anak. Hal itu terjadi karena kurangnya

menyisihkan waktu untuk anak. Rasulullah Saw yang mulia pun bercengkrama

dengan cucunya. Abu Hurairah Ra. Berkisah bahwa suatu saat Rasulullah Saw.

menjulurkan lidahnya kearah Hasan bin Ali Ra, saat itu ia masih kecil.

Menyaksikan merahnya lidah Rasulullah, ia merasa tertarik. Hasan kemudian

mendekat lagi hingga ia benar-benar bisa melihat dengan jelas lidah nabi Saw

(Habibu, 2015: 119).

Keenam, memberikan teladan yang baik ada suatu hadits yang

diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim mengatakan bahwa “tidak ada bayi yang

terlahir, kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Maka, kedua orang

tuannyalah yang akan menjadikan seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi ”. Hadits

tersebut semakin menandaskan tentang pengaruh kondisi internal terhadap

kepribadian manusia, yang khususnya anak terhadap orangtuanya, berhak atas

hunian yang tidak hanya sehat untuk tumbuh kembang anak secara fisik saja, akan

tetapi psikologisnya juga harus diperhatikan juga. (Habibu, 2015: 202).

Ketujuh, tidak memberikan hukuman secara berlebihan, pada prinsipnya,

suatu kesalahan tidak akan bisa berubah menjadi kebenaran kecuali dalam diri

(43)

30

dalam mendidik anak, kita patut mencontoh Rasulullah. Bahwa sebelum

memberikan hukuman, dinasihati dengan dengan lemah lembut. Pemberian

hukuman adalah alternatif terakhir ketika nasihat tidak mempan. Sesuai dengan

hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud yaitu: “Suruhlah anakmu melakukan

sholat sejak usia tujuh tahun, dan pukullah jika tidak mau sholat siusia sepuluh

tahun, serta pisahkan tempat tidur mereka”.

Kedelapan, tidak memaksakan kehendak kepada anak, karena tidak semua

orantua mengerti bahwa masing-masing anak memiliki karakter, kepribadian,

bahkan juga impian dan cita-cita yang berbeda-beda. Ingatlah firman Allah Swt.

“Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya...”

(QS. Al-Baqarah: 286) (Habibu, 2015: 228)

Dengan menyelami dunia anak dan belajar menjadi diri anakdan tentukan materi,

metode, pendekatan, suasana, dan penilainan menurut porsi anak. Bukan

mengukur dengan standar orang dewasa.

Kesembilan, selain daripada itu, ayat al-Qur‟an

(44)

31

melainkan sekadar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan

memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” ( QS. Ath-Thalaaq : 7)

Bahwa bapak wajib menafkahi anaknya dan juga menjadi upah kepada

istrinya yang lelah mengasuh anak. Wajibnya nafkah anak atas bapak ini karena si

anak masih lemah dan membutuhkan bantuan, dan bapaknya adalah orang yang

paling dekat dengannya (Assalaam. or. id, diakses 11 April 2018). Serta dalam

hadis yang dituturkan dari Aisyah r.a., ia berkata," Hindun Binti „Utbah istri Abu

Sofyan menemui Rasulullah Saw. dan berkata , „Wahai Rasulullah, sungguh Abu

Sofyan adalah orang yang pelit. Ia tidak memberiku nafkah yang cukup untuk aku

dan anak-anakku, kecuali aku mengambil harta tanpa sepengetahuannya. Apakah

dengan perbuatan itu aku berdosa?‟ Beliau bersabda, ‟ambillah dari hartanya

yang cukup untukmu dan anak-anakmu dengan baik,‟”(HR Al-Bukhari dan

Muslim) (Al-Asqalani. 1998, hlm 486).

Kesepuluh, perlindungan anak dalam hal ini, memang sepatutnya

dilindungi dikarenakan anak merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang wajib

dilindungi segala bentuk perlakuan yang mengganggu dan merusak hak-hak anak

dari kekerasan (Mufidah. 2006 : 14)

D. Hak dan Kewajiban Karyawan dalam UU Ketenagakerjaan

Sebelum membicarakan Hak dan kewajiban maka akan lebih baik

mengetahui kedudukan wanita dalam masyarakat. Hal itu baik sistem hukum

ataupun politik Indonesia menjamin hak-hak dan kewajiban serta

(45)

32

pada umumnya memberikan kedudukan dan harkat yang tinggi pada kaum wanita.

Pemerintah indonesia telah pula mengukuhkan sejak konvensi PBB tahun 1952

tentang Hak-hak Politik Wanita sampai sekarang (Daniel J. Brooks, 1989: 61).

Dengan adanya kesamaan derajat antara perempuan dengan laki-laki akan

membuat persamaan dalam segala aspek. Aspek tersebut meliputi ekonomi,

politik, budaya terkecuali akan hal tersebut adalah aspek agama, dikarenakan

tidak semua peran laki-laki dalam peribadatan bisa di gantikan oleh perempuan.

Dalam Undang-undang ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 terdapat

hak-hak dan kewajiban karyawan pabrik, meskipun tidak secara ekplisit disebutkan

dalam salah satu bab, akan tetapi dimulai dari pasal 77 di paragraf 4 sampai pasal

101 menunjukkan bahwa itu merupakan hak-hak karyawan untuk mendapatkan

kejelasan hukum akan pekerjaannya. Maka dari itu, penulis mencoba menjelaskan

satu-persatu, yaitu adalah sebagai berikut:

1. Waktu Kerja

Merupakan suatu salah satu perjanjian kerja yang harus ditaati oleh

pekerja, apabila tidak maka akan ada sanksi tersendiri. Perjanjian kerja itu sendiri,

adalah dalam pasal 1601a KUHPerdata memberikan pengertian aadalah sebagai

berikut:

“perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana suatu pihak kesatuan (si buruh),

mengikatkan dirinya untuk dibawah perintah pihak lain, simajikan untuk suatau

waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah”. (Husni, Lalu. 2010:

(46)

33

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 angka

14 memberikan pengertian yakni:

“ perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja/buruh dan pengusaha

atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja hak dan kewajiban kedua

belah pihak”.

Kembali ke waktu kerja sendiri sudah di jelaskan secara rinci di pasal 77 di

angka 4 bahwasanya:

a. Setiap wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja, hal itu

dimaksudkan agar pekerja mendapatkan kejelasan seberapa lama

waktu kerja yang diperoleh

b. Apabila mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja maka

harus adanya persetujuan dikedua belah pihak, maksimal waktu kerja

3 jam, melebihi jam kerja, pengusaha wajib membayar tambahan upah

kerja lembur.

c. Mendapat waktu istirahat sekurang-kurangnya setengah jam setelah

bekerja selama 4 ( empat) jam,

d. Cuti seminggu diberikan cuti sehari saja. Tidak cuma itu saja,

karyawan juga diberi istirahat panjang sekurang-kurang 2 (dua) bulan

dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1

(satu) bulan bagi pekerja/buruh yang telah bekerja selama 6 (enam)

tahun secara terus-menerus pada perusahaan yang sama hanya

(47)

34

Serta ada lagi yaitu waktu beribadah. Dan dikhususkan bagi perempuan,

terdapat beberapa keistimewaan, diantaranya adalah:

a. Tidak diwajibkan untuk pekerja yang sedang haid untuk masuk kerja,

dan boleh cuti dihari pertama dan kedua.

b. Istirahat akan kehamilan karyawati yaitu 1,5 (satu setengah) sebelum

melahirkan dan 1,5 (satu setengah) setelah melahirkan.

c. Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih dalam penyusuan

harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal

itu harus dilakukan selama waktu kerja.

d. Meskipun mendapatkan istirahat, tetap mendapatkan upah yang

penuh.

2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Hal demikian terdapat dalam pasal 86 ayat 1, yang disitu mulai berisi

tentang pasal-pasal Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yaitu pekerja

mempunyai hak memperoleh perlindungan atas:

a. keselamatan dan kesehatan kerja;

b. moral dan kesusilaan; dan

c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta

nilai-nilai agama.

Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkaan

(48)

35

kesehatan kerja. Perlindungan tersebut dilaksanakan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Untuk mewujudkan perlindungan keselatan kerja, maka

pemerintah telah melakukan upaya pembinaan norma di bidang

ketenagakerjaan. Dalam pengertian pembinaan norma ini sudah mencakup

pengertian pembentukan, penerapan dan pengawasan norma itu sendiri

(Husni, 2010: 147). Selanjutnya penegasan akan hal tersebut, untuk

diwajibkan bagi setiap perusahaan untuk menerapkan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Kebijakan Pengupahan

Dalam pasal 88 berisi kebijakan pengupahan. Pada ayat 1

menyebutkan “Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang

memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Memang upah

memegang peran penting dan merupakan ciri khas suatu hubungan yaitu

hubungan kerja, bahkan merupakan tujuan utama orang yang bekerja

kepada orang atau badan hukum lain (Husni, Lalu. 2010: 158). Maka dari

itu, menyambung dari ayat 1 tadi, pemerintah menetapkan kebijakan

pengupahan untuk melindungi pekerja/buruh. Kebijakan tersebut meliputi:

a. Upah minimum;

b. Upah kerja lembur;

c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan;

d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain diluar

(49)

36

e. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;

f. Bentuk dan cara pembayaran upah;

g. Denda dan potongan upah;

h. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;

i. Struktur dan skala pengupahan yang proporsional;

j. Upah untuk pembayaran pesangon; dan

k. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan.

Pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan

hidup layak dan dengan mem-perhatikan produktivitas dan pertumbuhan

ekonomi. Upah minimum dapat terdiri atas :

a. Upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;

b. Upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau

kabupaten/kota.

Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan

pekerjaan. Ketentuan diatas tidak berlaku, dan pengusaha wajib membayar

upah apabila :

a. Pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;

b. Pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua

(50)

37

c. Pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena pekerja/buruh menikah,

menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, isteri

melahirkan atau keguguran kandungan, suami atau isteri atau anak

atau menantu atau orang tua atau mertua atau anggota keluarga dalam

satu rumah meninggal dunia;

d. Pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang

menjalankan kewajiban terhadap negara;

e. Pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena

menjalan-kan ibadah yang diperintahmenjalan-kan agamanya;

f. Pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan

tetapi pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan

sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari pengusaha;

g. Pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat;

h. Pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh atas

persetujuan pengusaha; dan

i. Pekerja/buruh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan.

Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang sakit sebagai berikut :

(51)

38

2) Untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari upah;

3) Untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima puluh perseratus) dari upah; dan

4) Untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima perseratus) dari upah sebelum pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh

pengusaha.

Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang tidak masuk bekerja

selain ijin sakit diatas, sebagai berikut :

1) Pekerja/buruh menikah, dibayar untuk selama 3 (tiga) hari;

2) Menikahkan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari;

3) Mengkhitankan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari

4) Membaptiskan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari;

5) Isteri melahirkan atau keguguran kandungan, dibayar untuk selama 2 (dua) hari;

6) Suami/isteri, orang tua/mertua atau anak atau menantu meninggal dunia, dibayar untuk selama 2 (dua) hari; dan

(52)

39

Pengaturan pelaksanaan ketentuan tersebut, ditetapkan dalam

perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.

Dalam hal komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap

maka besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75 % (tujuh puluh lima

perseratus) dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap. Pelanggaran yang

dilakukan oleh pekerja/buruh karena kesengajaan atau kelalaiannya dapat

dikenakan denda. Pengusaha yang karena kesengajaan atau kelalaiannya

mengakibatkan keterlambatan pembayaran upah, dikenakan denda sesuai

dengan persentase tertentu dari upah pekerja/buruh. Pemerintah mengatur

pengenaan denda kepada pengusaha dan/atau pekerja/buruh, dalam

pembayaran upah.

4. Kesejahteraan

Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh

jaminan sosial tenaga kerja. Untuk meningkatkan kesejahteraan bagi

pekerja/buruh dan keluarganya, pengusaha wajib menyediakan fasilitas

kesejahteraan. Dengan memperhatikan kebutuhan pekerja/buruh dan

ukuran kemampuan perusahaan. Untuk meningkatkan kesejahteraan

pekerja/buruh itu juga, dibentuk koperasi pekerja/buruh dan usaha-usaha

produktif di perusahaan. Yang berupaya menumbuhkembangkan koperasi

(53)

40 BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum PT Tiga Manunggal

PT Tiga Manunggal Synthetic Indistries atau dikenal dengan nama

Timatex secara de facto didirikan pada tahun 1974, dan diresmikan pada

tanggal 7 Agustus 1976 oleh Presiden Suharto disertai dengan menteri

per-industrian M. Yusuf. Dinama tiga Manunggal, karena mulanya ada tiga

saham yang menaungi Timatex, yaitu Mitsui Co/Jepang, PT. Daya

Manunggal/ Indonesia, dan Ichimura Sangyo/Jepang. Pada saat ini, PT Tiga

Manunggal Synthetic Indistries hanaya memiliki 700 mesin tenun, dan satu

unit pencucian dan penghilang kanji. Hasil yang diperoleh waktu hanay

terbatas pada kain mentah.

Namun dengan seiring berjalannya waktu, kondisi dalam perusahaan

mengalami perubahan. Dimana kondisi sekarang dalam Timatex, pada tahun

2004 terjadi pergantian managemen karena adanya perubahan pemilikan

saham, sesuai dengan perubahan pada Akte Pendirian Perusahaan,

kepemilikan saham berubah menjadi PT. Daya Manunggal Textile/Indonesia,

Greatbury Evenue SDN.BHD/Malaysia, Assetlink Tranding Limited / British

Virgin Island, Orangeville Venture Capital Incorporation / Britis Virgin

(54)

41

tujuan ekpor Timur Tengah dan menjadi produk unggulan untuk Market

Timur Tengah dengan kuaitas no.2 setelah produk dari Jepang.

PT. Timatex memiliki 2 penanggung jawab, yaitu Lie Kheng Tjong

sebagai direktur utama dan Ir. Djarot Gunadi sebagai manager utama. Kantor

pusat Timatex terletak di Wisama Agro Manunggal 11th floor, JL. Gatot

Subroto Kav.22, Jakarta, Telp. No. (021) 2521117-2521121. Sedangkan

untuk pabriknya berlokasi di JL. Jendral Sudirman, Salatiga – 50732, Telp

(0298) 326462, Kel. Ledok, Kecamatan Argomulyo, Salatiga, Jawa Tengah,

PT. Timatex memiliki 649 tenaga kerja terdiri dari laki-laki 235 orang dan

perempuan 414 orang dalam batasan usia 21-55 tahun. Namun adapula

karyawan yang berusia 60 tahun tapi masih tetap bekerja, dikarenakan suatu

hal tertentu.

Visi yang terdapat di PT.Timatex ini yaitu “Menjadi perusahaan

terkemuka dibidang textile dan tetap mempertahankannya”. Sedangkan misi

yang dimiliki yaitu:

1. Meningkatkan Standar dan Kualitas Produk, yang didukung

dengan tenaga kerja yang handal.

2. Tanggapan yang Cepat dan Tepat.

3. Menigkatkan Kesejahteraan Krayawan dan Kepuasan Mitra

Bisnis.

Gambar

TABEL I
TABEL II PERSENTASE PROFESI WARGA
TABEL III JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR
TABEL IV
+2

Referensi

Dokumen terkait

menggunakan pola pikir deduktif, yaitu memaparkan dalil- dalil umum dalam Hukum Islam serta peraturan dalam Undang-Undang Perlindungan Anak yang berkaitan dengan

Penerapan hukum pidana terhadap pelaku penelantaran anak dari perspektif Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang

Hambatan yang ditemui dalam implementasi Undang- undang Nomor 35 tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Terhadap Tindak Perkara Pidana Perdagangan Anak. Ada beberapa

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak yang memiliki prinsip non-diskriminasi sehingga undang-undang tersebut tidak membedakan antara anak

Merujuk pada perlindungan khusus terhadap anak korban eksploitasi ekonomi dan/atau seksual termuat dalam Pasal 66 Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang

Hak-hak Anak). Pemerintah juga telah mengesahkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan telah diperbarui dengan Undang- undang Nomor 35

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, yang memperkuat perlindungan anak, namun

Bagaimana aturan hukum pelimpahan hak asuh anak di bawah umur kepada pihak ketiga akibat perceraian berdasarkan Undang-Undang. Nomor 35 Tahun 2014