• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar Natrium (Na) dan Kalium (K) dalam Buah Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.) Berdasarkan Tingkat Kematangannya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penentuan Kadar Natrium (Na) dan Kalium (K) dalam Buah Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.) Berdasarkan Tingkat Kematangannya"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN KADAR NATRIUM (Na) DAN KALIUM (K) DALAM BUAH PISANG KEPOK (MUSA PARADISIACA L.) BERDASARKAN TINGKAT KEMATANGANNYA

Determination of Sodium (Na) and Potassium (K) Levels in Banana Kepok (Musa paradisiaca l.) Based on the Maturity Level

*Nurmin, Sri Mulyani Sabang, dan Irwan Said

Pendidikan Kimia/FKIP – Universitas Tadulako, Palu – Indonesia 94118 Received 28 May 2018, Revised 08 June 2018, Accepted 25 July 2018 Abstract

This study aimed to determine sodium (Na) and potassium (K) levels in the fruit of banana kepok (Musa paradisiaca L.). The method used in this study was a laboratory experiment using atomic absorption spectroscopy (AAS) instrument. The result showed that the sodium (Na) levels in unripe, ripe, and overripe bananas were 129.83 mg/kg, 125.15 mg/kg, and 122,65 mg/kg, respectively. While the potassium (K) level obtained from unripe, ripe, and overripe bananas was 266,76 mg/kg, 258,61 mg/kg, and 255.22 mg/kg, respectively. Based on these results, it can be concluded that sodium and potassium levels in unripe bananas kepok fruit were higher than in ripe and overripe bananas, moreover, the potassium levels were higher than the sodium levels. Keywords: Sodium and potassium levels, banana kepok (Musa paradisiaca L.), atomic absorption spectroscopy (AAS)

Pendahuluan1

Pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan salah satu buah yang banyak tumbuh di Indonesia. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai produsen pisang dunia. Indonesia telah memproduksi sebanyak 6,20 % dari total produksi dunia, 50 % produksi pisang Asia berasal dari Indonesia (Satuhu & Supriadi, 2005) Tanaman pisang termasuk dalam golongan ternak monokotil dan berbentuk pohon yang tersusun atas batang semu (Mardina, 2012). Batang semu ini merupakan lapisan tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat teratur. Percabangan tanaman bertipe simpodial dengan meristem ujung memanjang dan membentuk bunga, lalu buah. Bagian bawah batang pisang kepok menggembung berupa umbi yang disebut bonggol. Pucuk lateral (sucker) muncul dari kuncup pada bonggol yang selanjutnya tumbuh menjadi tanaman pisang, tanaman pisang merupakan suatu tumbuhan yang dari akar hingga daunnya dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia.

Tanaman ini dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis, banyak ditanam sebagai tanaman buah-buahan dipekarangan rumah dan ditempat-tempat lainya sampai setinggi kurang lebih 800 meter dari permukaan laut (Rustini, 2010). Tumbuhan ini berbatang basah, tinggi sampai 6 meter, daunnya lebar berbentuk sudip dan tepinya tak bertulang. Buahnya deret berganda, dilindungi oleh selubung bunga yang berwarna lembayung. Panjang tandan buah 30–60 cm, merunduk dan tidak berbulu halus. Jantung *Correspondence:

Nurmin

Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako

e-mail: kimianurmin@gmail.com Published by Universitas Tadulako 2018

berbetuk bulat telur, agak lebar dengan kelopak berwarna ungu sebelah luar dan merah sebelah dalam. Sisir buah berjumlah 5-9 sisir, tiap sisir berjumlah 10-14 buah, dan daging buah berwarna kekuning-kunigan, putih keungu-unguan, rasanya manis, lunak dan tekstur agak (Atun, dkk., 2007).

Buah pisang merupakan salah satu komoditas holtikultultura yang produksinya tinggi dan mempunyai prospek yang cerah sebagai komoditas ekspor. Buah pisang yang banyak dikonsumsi dan digemari masyarakat diantaranya adalah pisang kepok. Pisang ini biasanya dikonsumsi dalam bentuk segar maupun olahan selain rasanya yang enak, kandungan gizinya tinggi (Abdillah, 2010). Buah pisang pun muda dijumpai setiap saat karena tidak tergantung musim

Pisang kepok memiliki buah yang sedikit pipih dan kulit yang tebal, jika sudah matang warna kulit buahnya akan menjadi kuning. Pisang kepok memiliki banyak jenis, namun yang lebih dikenal adalah pisang kepok putih dan pisang kepok kuning. Warna buahnya sesuai dengan nama jenis pisangnya, yaitu putih dan kuning. Pisang kepok kuning memiliki rasa yang lebih enak, sehingga lebih disukai masyarakat (Prabawati, dkk., 2008). Pisang kepok banyak diolah oleh sebagian masyarakat untuk dijadikan bebagai macam olahan makanan seperti kripik, gorengan dan sebagainya (Rofikah, 2013). Kandungan gizi dalam pisang kepok yaituprotein, karbohidrat, serat dan mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, besi, natrium dan kalsium (Abdilah, 2010). Selain itu juga pisang kepok mengandung vitamin A, vitamin B, dan vitamin C (Ambarita, dkk., 2015).

Pisang kepok (musa paradisiaca L.) merupakan pisang yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, pisang kepok mengandung unsur kalium yang dapat menurunkan kadar

(2)

kolesterol dalam darah, semakin tinggi kadar kalium yang dikonsumsi, maka semakin rendah risiko terkena serangan jantung dan stroke (Prastyawati, 2008). Buah pisang kepok juga sangat berkhasiat untuk penyembuhkan penderita anemia karena dengan mengonsumsi buah pisang, kadar hemoglobin dalam darah meningkat. Kandungan kalium pada buah pisang dapat mengurangi tekanan stress, menurunkan tekanan darah, menghindari penyumbatan pada pembuluh darah, mencegah stroke, memberikan tenaga untuk berfikir dan menghindari kepikunan atau mudah lupa. Sementara serat pisang bermanfaat dalam membantu orang yang sedang diet, perokok yang ingin menghilangkan pengaruh nikotin, mengontrol suhu badan (khususnya ibu hamil), menetralkan asam lambung dan berbagai manfaat lainnya (Umam, dkk., 2012).

Pisang kepok memiliki kandungan yang sangat bermanfaat salah satunya kaya akan vitamin B6, sebagaimana diketahui bahwa kekurangan B6 dapat menyebabkan letih mempengaruhi konsentrasi, insomnia, anemia dan penyakit kulit (Herdiansyah, 2007). Mengkonsumsi buah terutama pisang dalam jumlah yang cukup banyak sangat bermanfaat untuk tubuh karena pisang kaya akan mineral. Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian enzim dan sangat penting dalam pengendalian komposisi cairan tubuh. Tubuh tidak mampu mensintesa mineral sehingga unsur-unsur ini harus disediakan lewat makanan. Mineral adalah zat anorganik yang sama halnya dengan vitamin dalam jumlah kecil bersifat esensial bagi banyak proses metabolisme dalam tubuh. Mineral digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yangdibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Mineral makro antara lain natrium, kalium, kalsium, dan magnesium, sedangkan yang termasuk mineral mikro antara lain mangan dan zink (Pardede, 2013). Pisang kepok termasuk buah klimaterik sehingga mengalami kematangan dapat dilihat pada perubahan warna kulit dimana sifat fisik dan kimia juga akan mengalami perubahan baik itu mengalami penurunan maupun kenaikan (Prabawati, dkk., 2008). pisang kepok juga dapat digunakan untuk mengurangi reaksi inflamasi, nyeri dan mengatasi gigitan ular (Imam, 2011).

Natrium adalah kation utama dalam darah dan cairan ekstraselular yang mencakup 95% dari seluruh kation. Oleh karena itu, mineral ini sangat berperan dalam pengaturan cairan tubuh, termasuk tekanan darah dan keseimbangan asam basa (Barasi, 2007), serta berperan pada regulasi tekanan osmotisnya juga pada pembentukan perbedaan potensial (listrik) yang perlu bagi kontraksi otot dan penerusan impuls saraf (Tjay & Kirana, 2007). Perubahan kadar natrium dapat mempengaruhi tekanan darah tetapi tidak dengan sendirinya menyebabkan tekanan darah tinggi. Meskipun demikian, terdapat cukup banyak bukti yang mendukung anggapan bahwa mengurangi asupan natrium dapat menurunkan tekanan darah. Kadar natrium yang dibutuhkan tubuh sehari adalah 1600

mg Natrium adalah kation utama dalam darah dan cairan ekstraselular yang mencakup 95% dari seluruh kation. Oleh karena itu, mineral ini sangat berperan dalam pengaturan cairan tubuh, termasuk tekanan darah dan keseimbangan asam basa (Barasi, 2007).

Mineral dan natrium dalam tubuh diabsorbsi secara aktif oleh aliran darah menuju ginjal, kemudian disaring kembali dan dikembalikan kedalam aliran darah dan jumlah yang cukup untuk menjaga agar natrium tetap ada dalam darah, natrium yang lebih akan dikeluarkan melalui urin (Jamaluddin, 2007). Jika kelebihan natrium tidak dikeluarkan, maka cairan ekstraseluler akan kaya dengan natrium, semakin tinggi natrium dan cairan ekstraseluler akan menyebabkan cairan intraseluler tertarik ketempet yang konsentrasi garamnya lebih besar, dan ini dapat menyebabkan volume cairan ekstraseluler (darah) meningkat, pada akhirnya memicu tekanan atau aliran darah dalam pembuluh smakin besar sehingga mengakibatkan tekanan darah tinggi (hipertensi) (Almatsier, 2005).

Peranan kalium mirip dengan natrium, yaitu kalium bersama-sama dengan klorida membantu menjaga tekanan osmotis dan keseimbangan asam basa. Bedanya, kalium menjaga tekanan osmotik dalam cairan intraselular (Kartasapoetra & Marsetyo, 2003). Kalium merupakan bagian essensial semua sel hidup, sehingga banyak terdapat dalam bahan makanan. Kebutuhan minimum akan kalium ditaksir sebanyak 2000 mg sehari. Kalium terdapat dalam semua makanan mentah/segar, terutama buah, sayuran dan kacang-kacangan (Almatsier, 2005). Kalium merupakan ion bermuatan positif (kation) utama yang terdapat di dalam cairan intrasellular (CIS). Konsentrasi total kalium di dalam tubuh diperkirakan sebanyak 2 g/kg berat badan. Namun jumlah ini dapat bervariasi bergantung terhadap beberapa faktor seperti jenis kelamin, umur dan massa otot. Kebutuhan minimum kalium diperkirakan sebesar 782 mg/hari (Irawan, 2007). Kekurangan kalium menyebabkan lemah, lesu, kehilangan nafsu makan, kelumpuhan, mengigau, dan konstipasi. Jantung akan berdebar detaknya, dan menurunkan kemampuan untuk memompa darah (Fitringsih, 2011). Sedangkan kelebihan kalium juga dapat mengakibatkan hiperkalemia yang menyebabkan aritmia jantung, konsentrasi yang lebih tinggi lagi dapat menimbulkan henti jantung fibrilasi jantung (Yaswir & Ferawati, 2012).

Kalium merupakan bagian essensial semua sel hidup, sehingga banyak terdapat dalam bahan makanan. Kekurangan kalium karena makanan jarang terjadi, sepanjang seseorang cukup makan sayuran dan buah segar. Kebutuhan minimum akan kalium ditaksir sebanyak 2000 mg sehari. Sumber kalium yang terdapat dalam tanah berasal dari pelapukan mineral yang mengandung kalium (Sitanggang, 2013) Kalium juga merupakan unsur yang terpenting untuk pertumbuhan tanaman sehingga unsur ini lebih banyak diserap oleh tanaman. Beberapa tanaman mempunyai kandungan kalium yang lebih tinggi (±40%) daripada mineral lainya (Setiawan, 2013).

(3)

Unsur hara dalam tanah dapat mempengaruhi serat yang akan dihasilkan oleh buah pada tumbuhan yang ditanami disekitarnya. Untuk itu kesuburan tanah sangat mempengaruhi hasil yang akan diperoleh. Kesuburan tanah adalah suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan unsur hara dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik fisik, kimia dan biologi tanah (Fitriani, dkk., 2012).

Tulisan ini mendeskripsikan tentang analisis kadar natrium (Na) dan kalium (K) dalam buah pisang kepok (Musa paradisiaca L.) berdasarkan tingkat kematangannya.

Metode

Alat dan bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofometri serapan atom (PG Instrumen AA500), neraca analitik (ADAM PW-254), labu ukur, gelas kimia, erlenmeyer, pipet ukur, batang pengaduk, oven, hot plate, magnetik stirer, gelas ukur, blender, botol semprot, cawan porselin, dan tanur. Bahan yang digunakan: sampel buah pisang kepok mentah, masak, dan lewat masak, HNO3pekat (Merck), aquades, dan larutan standar murni untuk kalium (K) (Merck) dan natrium (Na) (Merck).

Penyediaan sampel penelitian

Sampel pisang kepok yang diambil dari beberapa jenis tingkat kematangan yang berbeda. Daging buah pisang kepok yang mentah, masak, dan lewat masak dikupas, dan dicuci bersih kemudian dipotong kecil-kecil lalu dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam pada suhu 100 oC. Sampel pisang kepok tersebut kemudian diblender sampai halus. 3 gram sampel pisang kepok ditimbang, lalu dimasukkan ke dalam tanur sampai pada suhu ± 450 oC sampai menjadi abu.

Sampel tersebut dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang sudah diketahui beratnya kemudian ditambahkan dengan 1 mL larutan HNO3pekat lalu diaduk sampai larut. Kemudian ditambahkan dengan 10 mL aquades, lalu disaring menggunakan kertas saring dan corong. Sampel tersebut diencerkan dengan menggunakan aquades ke dalam labu ukur sampai volume tepat 50 mL hingga homogen. Perlakuan tersebut diulangi untuk sampel pisang kepok masak dan lewat masak.

Pembuatan deret kerja natrium dan kalium

Larutan induk Na dipipet 1000 ppm dan larutan induk K 10 mL dan diencerkan dalam labu takar 100 mL. Kemudian dibuat deret dari larutan standar natrium 100 ppm menjadi 0; 2; 4; 6; 8; dan 10 ppm, dari larutan standar natrium 100 ppm. Masing-masing labu takar diisi dengan larutan standar kalsium sebanyak 2; 4; 6; dan 8 dan 10 mL, kemudian volumenya ditepatkan sampai tanda batas. Sedangkan untuk larutan kalium dibuatderet dari larutan standar kalium 100 ppm menjadi 0; 4; 8; 12 dan 16 ppm, dan 20 ppm dari larutan standar kalium 100 ppm. Masing-masing labu takar diisi dengan larutan standar kalium sebanyak 4; 8; 12; 16, dan 20 mL kemudian

volumenya ditepatkan sampai tanda batas. Lalu dianalisis dengan menggunakan spektrofotometri serapan atom.

Konsentrasi natrium diukur pada sampel dengan panjang gelombang 589 nm dan konsentrasi kalium dengan panjang gelombang 766,5 nm dengan menggunakanSpektrofotometer Serapan Atom.

Hasil dan Pembahasan

Analisis logam natrium dan kalium dalam sampel pada tahap dilakukan preparasi analisis sampel terlebih dahulu. Preparasi sampel merupakan langkah yang penting dalam analisis unsur-unsur yang menggunakan pengukuran Spektrofotometri Serapan Atom. Pemilihan metode preparasi sampel sangat mempengaruhi hasil yang didapatkan nantinya. Pada tahap preparasi sampel ini bahan-bahan organik yang ada dalam sampel harus didestruksi/dihancurkan terlebih dahulu. Fungsi dari destruksi adalah untuk memutus ikatan antara senyawa organik dan logam yang akan dianalisis.

Ada dua cara yang biasa digunakan untuk mendestruksi bahan-bahan organik dalam cuplikan yaitu dengan pengabuan basa dan pengabuan kering, dalam penelitian ini menggunakan pengabuan kering karena peralatan yang diganakan dalam pengabuan kering dianggap lebih sederhana bila dibandingkan dengan pengabuan basa (Nurhidayah, 2011). Tahap pengabuan ini, dimana sampel tersebut dipotong kecil-kecil kemudian ditimbang terlebih dahulu setelah itu sampel tersebut diovenkan dengan tujuan untuk menghilangkan kadar air yang ada di dalam sampel dan menguapkan semua bahan organik yang ada dalam sampel. Setelah dioven sampel dihaluskann dengan menggunakan blender, kemudian di timbang sebanyak 3 gram sampel dengan menggunakan neraca analitik, setelah itu sampel tersebut diabukan dengan menggunakan tanur pada suhu ± 450 oC hingga terbentuk abu berwarna putih. Abu merupakan residu anorganik dari proses pembakaran atau oksidasi komponen organik bahan pangan. Kadar abu dari suatu bahan menunjukan kandungan mineral yang terdapat dalam bahan tersebut, kemurnian serta kebersihan suatu bahan yang dihasilkan. Dilakukan proses pengabuan, karena proses analisis ini menggunakan proses digesti kering, maksud dari pengabuan adalah untuk menghilangkan zat cair dan memutuskan ikatan-ikatan organik (Andarwulan, dkk., 2011)

Setelah menjadi abu putih sampel tersebut ditambahkan dengan larutan HNO3 dimana larutan asam nitrat ini berfungsi untuk melarutkan logam-logam yang terdapat didalam sampel. Asam nitrat merupakan pelarut logam yang universal, dan dapat menstabilkan logam-logam yang akan dianalisis (Nurhidayah, 2011). Setelah ditambahkan dengan asam nitrat kemudian ditambahkan dengan 10 mL aquades, lalu disaring dengan menggunakan kertas saring yaitu untuk memisahkan residu dan filtratnya dan diperoleh larutan bening, kemudian diencerkan dengan aquades, lalu dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA) (Fitriningsih, M. (2011).

(4)

Natrium

Kandungan natrium (Na) yang terkandung dalam buah pisang kepok (Musa paradisiaca L.) sehingga dapat diperoleh data hasil pengukuran absorbansi kadar natrium pada pisang kepok

berdasarkan tingkat kematangan tampak pada Tabel 1.

Tabel 1.Kandungan natrium (Na)

No Sampel Absorban mg/LKadar rata-ratamg/kg 1.

2. 3.

Pisang kepok Mentah Pisang kepok Masak Pisang kepok lewat masak

2.208 2.221 2.212 2.146 2.133 2.127 2.072 2.100 2.107 7.790 7.509 7.359 129.83 125.15 122.65

Kandungan natrium (Na) yang terkandung

dalam buah pisang kepok (musa paradisiaca L.) berdasarkan tingkat kematangan tampak padaGambar 1.

Gambar 1.Kandungan natrium dalam buah pisang kepok berdasarkan tingkat kematangan Pada Gambar 1 terlihat bahwa kandungan

kadar natrium pada buah pisang kepok pada tingkat kematangannya yaitu pada pisang kepok mentah relatif tinggi (129.83 mg/kg) dibandingkan pada tingkat kematangan pisang kepok yang masak dan lewat masak. Hal ini diduga karena rendahnya konsentrasi yang terdapat pada buah pisang kepok masak dan lewat masak terjadi proses perpindahan dimana kadar natrium yang terdapat dalam buah pisang kepok masak dan lewat masak berpindah kekulit. Hal ini disebabkan karena pada saat proses pematangan merupakan perubahan yang terjadi pada tahap akhir perkembangan buah atau merupakan tahap awal penuaan (senescence) pada buah. Selama perkembangan buah terjadi berbagai perubahan biokimiawi dan fisiologi. Pada umumnya buah yang masih muda berwarna hijau karena memiliki kloroplas sehingga dapat mengadakan fotosintesis, tetapi sebagian besar kebutuhan karbohidrat dan protein diperoleh dari bagian tubuh tumbuhan lainnya. Pematangan buah merupakan proses yang sangat

kompleks dan terprogram secara genetik yang diawali dengan perubahan warna, tekstur, aroma, dan rasa. Selama proses pematangan kandungan asam berkurang dan kandungan gula meningkat menyebabkan terjadinya kenaikan respirasi mendadak yang disebut klimakterik. Perubahan kimia yang sangat menonjol pada saat proses pematangan buah pisang adalah perubahan pati menjadi gula. Kandungan pati pada buah pisang masih muda lebih dominan. Pada saat buah pisang sudah matang, sebagian besar kandungan pati akan digantikan oleh sukrosa, glukosa, dan fruktosa serta sejumlah kecil maltosa. Sehingga menyebabkan kadar natrium pada buah pisang kepok masak dan lewat masak ka kandungan kadar natrium yang diperoleh sangat rendah (John, & Marchal, 1995)

Kalium

Kandungan Kalium yang terkandung dalam buah pisang kepok (Musa paradisiaca L.) sehingga dapat diperoleh data hasil pengukuran absorbansi 129.83 125.15 122.65 118 120 122 124 126 128 130 132

Mentah Masak L.Masak

ka da r (m g/ kg ) Tingkat Kematangan Mentah Masak L.Masak

(5)

kadar natrium pada pisang kepok berdasarkan tingkat kematangan tampak pada Tabel 2. Tabel 2.Kandungan kalium (K)

No Sampel Absorban Kadar rata-ratamg/L mg/kg 1.

2. 3.

Pisang kepok Mentah Pisang kepok Masak Pisang kepok lewat masak

2.441 2.426 2.434 2.363 2.373 2.352 2.332 2.330 2.334 16.006 15.517 15.313 266.67 258.61 255.22

Kandungan kalium (K) yang terkandung

dalam buah pisang kepok (Musa paradisiaca L.) berdasarkan tingkat kematangan tampak padaGambar 2.

Gambar 2.Kandungan kalium dalam buah pisang kepok berdasarkan tingkat kematangan

Pada Gambar 2 terlihat bahwa kandungan kadar kalium pada buah pisang kepok pada tingkat kematangannya yaitu pada pisang kepok mentah relatif tinggi (266.76 mg/kg) dibandingkan pada tingkat kematangan pisang kepok yang masak dan lewat masak. Hal ini diduga karena rendahnya konsentrasi yang terdapat pada buah pisang kepok masak dan lewat masak terjadi proses perpindahan dimana kadar kalium yang terdapat dalam buah pisang kepok masak dan lewat masak berpindah kekulit. Mineral kalium (K) pada tumbuhan berfungsi dalam pengaturan metabolisme seperti fotosintesis, translokasi karbohidrat, sintesis protein. Perubahan kimia yang sangat menonjol pada saat proses pematangan buah pisang adalah perubahan pati menjadi gula. Kandungan pati pada buah pisang masih muda lebih dominan. Pada saat buah pisang sudah matang, sebagian besar kandungan pati akan digantikan oleh sukrosa, glukosa, dan fruktosa serta sejumlah kecil maltosa.

Kandungan hara tanaman juga sangat tergantung dari umur. Tumbuhan mudah dan jaringan tumbuhan mudah mempunyai kandungan N, P, K, dan Mg yang

tinggi. Mineral N, P, K dan Mg berfungsi dalam proses pembentukan pada tanaman (Nurhidayah, 2011).

Pematangan buah pisang terjadi dalam tiga tahap, yaitu tahap praklimakterik, tahap klimakterik, dan tahap senesence atau buah telah lewat matang. Tahap praklimakterik adalah tahap dimana buah masih dalam keadaan bebas etilen. Berakhirnya tahap praklimakterik berarti dimulainya tahap klimakterik. Secara fisiologi, tahap klimakterik terlihat dengan meningkatnya respirasi dan produksi etilen. Tahap ketiga yaitu tahap senesence, dimana pada tahap ini metabolisme dan kualitas buah telah menurun (John & Marchal, 1995).

Perubahan tekstur (kelunakan) pada saat pematangan dihubungkan dengan dua atau tiga proses. Pertama proses penguraian pati menjadi gula, kedua pemecahan dinding sel yang diakibatkan perombakan protopektin yang larut air dan terakhir adalah perombakan selulosa (Thompson & Burden, 1995). Perubahan senyawa-senyawa ini selama pematangan sangat berpengaruh terhadap kekerasan buah, yang menyebabkan buah menjadi lunak. 266.76 258.61 255.22 245 250 255 260 265 270

Mentah Masak L.Masak

K a d a r (m g /k g ) Tingkat Kematangan Mentah Masak L.Masak

(6)

Perubahan kimia yang terjadi selama proses pematangan antara lain menurunnya kandungan pati, meningkatnya kadar gula dan menurunnya kandungan asam organik. Pematangan biasanya meningkatkan jumlah gula sederhana yang memberi rasa manis, penurunan asam-asam organik yang mengurangi rasa asam dari senyawa fenolik yang mengurangi rasa sepat, serta kenaikan zat-zat atsiri yang memberi aroma khas pada buah (Rahayu, dkk., 2014).

Kalium merupakan unsur terpenting bagi tanaman pisang, penyerapan kalium dari tanah bergantung pada konsentrasi kalium tanah dan fase perkembangan tanaman. Batas maksimal kalium tanah yang dapat diserap dipengaruhi oleh iklim, kecepatan tumbuh, vigor akar, status air tanah, penyakit dan kelebihan atau kekurangan kation lainnya. Penyerapan lebih tinggi saat awal fase perkembangan vegetatif dibandingkan selama perkembangan buah (Robinson, 1999)

Kesimpulan

Kadar natrium pada buah pisang kepok yang mentah adalah 129,83 mg/kg; pisang kepok masak yaitu 125,15 mg/kg; dan untuk pisang kepok lewat masak yaitu 122,65 mg/kg. Sedangkan hasil kadar kalium yang diperoleh dari pisang kepok mentah adalah 266,76 mg/kg; pisang kepok masak adalah 258,61 mg/kg; dan pisang kepok lewat masak adalah 255,22 mg/kg. Dari hasil penelitian yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa kadar kalium dari buah pisang kepok lebih tinggi dibandingkan dengan kadar natrium

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala laboratorium Agroteknologi Pertanian Universitas Tadulako dan semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

Referensi

Abdillah. (2010). Kandungan pisang dan manfatnya.

Bogor: lnstitut Pertanian Bogor.

Almatsier, S. (2005). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia.

Ambarita, Y. D. M., Bayu, S. E., & Setiado, H. (2015). Identifikasi karakter morfologis pisang (Musa spp.) di Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Agroekoteknologi,4(1), 1911-1924.

Andarwulan, N., Kusnandar, F., Herawati, & Dian. (2011).Analisis pangan. Jakarta: Dian Rakyat. Atun, S., Ariningrum, R., Hanyani, S., Rudyansyah,

& Garson, M. (2007) Identifikasi dan uji aktifitas antioksidan dan senyawa kimia dari ekstraksi metanol kulit buah pisang (Musa paradisiaca linn).Indonesian Journal of Chemistry,7(1) 83-87. Barasi, M. (2007). Nutrition at a glance. Jakarta:

Erlangga.

Fitriani, C, N., Walanda, D. K., & Rahman, N. (2012). Penentuan kadar kalium (K) dan kalsium (Ca) dalam labu siam (Secbiumedule) serta

pengaruh tempat tumbuhnya. Jurnal Akademika Kimia,1(4), 174-180.

Fitriningsih, M. (2011). Penentuan kadar kalium (K) dan natrium (Na) dalam asam jawa (Tamarindus indica l).Skripsi. Palu: Universitas Tadulako, Herdiansyah, H. (2007). The miracle: Mengungkap

rahasia makanan dan minuman berkhasiat dalam Al-quran. Jakarta: Zikrul Hakim.

Imam, M. Z., & Akter, S. (2011). Musa paradisiaca L. and musa sapientum L. phytochemical and pharmalogical. Journal of Applicd Pharmaceutil Science, 1(5), 14-20.

Irawan, M. A. (2007). Cairan tubuh, elektrolit dan mineral.Sport Science Brief, 1(01), 1-6.

Jamaluddin, S. (2007). Biokimia kesehatan. Palu: UNTAD-Press.

John, P., & Marchal, J. (1995). Ripening of biochemistry of the fruit. Ins.Gowen(ed.). Bananas and plantains. London: Chapman and Hall. Mardina, P., Gunawawan, A., & Imam, M. (2012).

Penentuan koefisien transfer massa ekstraksi kalium dari abu batang pisang. Jurnal Teknik Kimia, 1(1), 39-44.

Mulyaningsih, S., & Darmawan,E. (2006). Efek anti artritis pisang ambon (Musa paradisiaca sapientum

L.) dan lidah buaya (Aloe vera L.) terhadap adjuvant-induced arthritic pada tikus. Jurnal Farmasi Biodivertas, 7(3), 273-277.

Nurhidayah. (2011). Analisis mineral dan vitemin C pada buah pisang barangan (musa paradisiaca l.) berdasarkan tingkat kematangan.Palu: Universitas Tadulako.

Pardede, R. T., & Muftri, D. S. (2013). Penetapan kadar kalium, natrium dan magnesium pada semangka (citrullus vulgaris, schard) daging buah berwarna kuning dan merah. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Prastyawati, R. (2008).Pengaruh jus buah pisang kapok (Musa paradisiacaL.) terhadap kadar kolesterol ldl dan hdlserum darah tikus putih (rattus norvegicusl) pasca induksi hiperlipidemia. Jember: Universitas Jember.

Rahayu, D. M., Widodo, D., & Suketi, K. (2014). Penentuan waktu panen pisang raja bulu berdasarkan evaluasi buah beberapa umur petik.

Jurnal Hortikultura Indonesia, 5(2), 65-72. Rofikah. (2013). Pemanfaatan pektin kulit pisang

kepok (musa paradisiaca linn) untuk pembuatan edible film. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Robinson, J. C. (1999). Bananas and plantains. New York: CABI Publishing.

Rustini, N. L. (2010). Aktivitas antijamur minyak atsiri rimpang dringo (Acorus calamusL.) terhadap jamur (Botryodiplodia theobromae) penyebab busuk buah pisang. Jurnal Kimia FMIPA, 4(2), 173-179

(7)

Satuhu, S., & Supriyadi, A. (2005). Pisang budidaya, pengolahan dan prospek pasar. Jakarta: PT Penebar Swadaya.

Setiawan, H. (2013). Analisis vitamin C dan kalium dalam labu kuning (Curcubita moschata). Skripsi.

Palu:Universitas Tadulako.

Sitanggang, S. S. (2013). Penetapan kadar kalsium, kalium dan natrium dalam buah nanas (ananas comosus l. merr.) cayenne. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Thompson, A. K., & Burden, O. J. (1995).Harvesting and fruit. in Gowen, S. (ed.) Bananas and Plantains.London: Chapman & Hall.

Tjay, T. H., & Kirana, R. (2007).Obat-obat penting. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Umam, F, M., Utami, R., & Widowati, E. (2012). Kajian karakteristik minuman sinbiotik pisang kepok (Musa paradisiaca L.) dengan menggunakan starterLactobacillus acidophillusIfo 13951 dan bifidobacterium longum atcc 15707.

Jurnal Teknosains Pangan,1(1), 2-10.

Yaswir, R., & Ferawati, I. (2012). Fisiologi dan gangguan keseimbangan natrium, kalium dan klorida serta pemeriksaan laboratorium. Jurnal Kesehatan Andalas, 1(2), 80-85.

Gambar

Gambar 1. Kandungan natrium dalam buah pisang kepok berdasarkan tingkat kematangan Pada Gambar 1 terlihat  bahwa  kandungan
Gambar 2. Kandungan kalium dalam buah pisang kepok berdasarkan tingkat kematangan

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itulah penulis ingin melakukan penelitian ini guna mengoptimalisasi potensi yang ada pada masjid Imaduddin untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitar

Oleh karena itu, saya terinspirasi menulis cerita anak yang bertemakan kuliner Bali untuk bisa mengenang jasa-jasa mereka yang telah mengisi masa kanak-kanak saya.. Rasa syukur

Tugas khusus kedua adalah pengendalian kualitas produk akhir Fitrice melalui peta kendali dan serta analisis kemampuan proses pengemasan, kadar air dan persentase

Dalam tulisan ini kami mencoba menjelaskan dan menjabarkan metode VDI 2221 agar lebih mudah dimengerti, kemudian diterapkan dalam perancangan mesin rol perata material pelat

Untuk dapat mewujudkan pemerintahan yang baik dan jujur, bersih dan berwibawa dengan kata lain tidak terulang adanya pembusukan nilai-nilai etika dan moral,

Kemudian institusi pendidikan Islam (madrasah) pertama dalam arti bahwa madrasah tersebut merupakan fondasi sekaligus sebagai prototype dari kelanjutan sistem

[r]

Kuliah Kerja Nyata (KKN) Merupakan bentuk pengabdian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar kepada masyarakat Desa