• Tidak ada hasil yang ditemukan

AYUTA LESTARIANI 21020110120041 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "AYUTA LESTARIANI 21020110120041 BAB IV"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

4.1 Pendekatan Aspek Fungsional

4.1.1 Pendekatan Pelaku dan Aktivitas

Pendekatan Pelaku kegiatan di Sekolah Tinggi Teknik Arsitektur Yogyakarta, antara lain: 1. Mahasiswa : D3,S1 dan S2

2. Pimpinan Sekolah Tinggi dan Program Studi: terdiri dari seorang ketua sekolah tinggi dengan dibantu oleh ketus jurusan prodi beserta wakilnya.

3. Staf Edukatif : terdiri dari dosen yang merangkap sebagai koordinator akademik atau kepala laboratorium

4. Staf Non Edukatif : terdiri dari staf administrasi akademik, administrasi keuangan, staf perpustakaan, dan pengelola laboratorium yang terdiri dari kepala laboratorium, asisten (mahasiswa), dan laboran.

5. Pelaksana Servis : terdiri dari petugas kantin, petugas fotokopi dan stationary, petugas kebersihan, keamanan, teknisi dan parkir.

6. Tamu : terdiri dari tamu individu dan tamu kelompok.

Pendekatan Kelompok Aktivitas di Sekolah Tinggi Teknik Arsitektur Yogyakarta, antara lain : 1. Kelompok Aktivitas Belajar Mengajar (Teaching and Learning Activities)

Aktivitas belajar mengajar (teaching and learning activities) meliputi :

a. Kegiatan kuliah : melibatkan dosen dan mahasiswa, terdiri dari kegiatan kuliah reguler dan kuliah bersama

b. Kegiatan praktikum : melibatkan mahasiswa dan pengelola laboratorium. Meliputi kegiatan pelaksanaan praktikum dan kegiatan bimbingan mahasiswa.

c. Kegiatan sidang/seminar : melibatkan mahasiswa dan dosen. Biasanya berupa kegiatan seminar dan sidang Tugas Akhir maupun Kerja Praktek

d. Kegiatan perpustakaan : meliputi kegiatan baca atau peminjaman buku oleh mahasiswa atau dosen, dan kegiatan kerja staf perpustakaan.

2. Kelompok Aktivitas Non Belajar Mengajar (Non Teaching and Learning Activities) Aktivitas non-belajar mengajar (non-teaching and learning activities) meliputi :

a. Kegiatan pimpinan Sekolah Tinggi dan Prodi: meliputi kegiatan kerja ketua dan sekretaris serta kegiatan penerimaan tamu

b. Kegiatan kerja dosen: meliputi kegiatan kerja dosen di ruang kerja, penyimpanan arsip/dokumen, kegiatan bimbingan mahasiswa, dan kegiatan diskusi dosen

c. Kegiatan administrasi: melibatkan staf administrasi akademik dan staf administrasi keuangan yang meliputi kegiatan pengolahan data administrasi akademik dan keuangan serta kegiatan pelayanan mahasiswa

(2)

e. Kegiatan kelembagaan mahasiswa: meliputi kegiatan himpunan mahasiswa dan koordinasi dengan unit kegiatan mahasiswa lain yang meliputi : klub sketsa,klub fotografi,pecinta alam dan klub olahraga(Sepakbola dan Futsal)

f. Kegiatan pertemuan: meliputi kegiatan kuliah umum (tiap tahun), seminar, simposium, lokakarya, bedah buku, penelitian bersama, pengenalan kampus, serta temu dosen-mahasiswa-alumni

g. Kegiatan Istirahat: meliputi kegiatan mahasiswa menunggu waktu perkuliahan, ibadah (solat), dan kegiatan makan dan minum.

3. Kelompok Aktivitas Penunjang

Aktivitas penunjang meliputi kegiatan sirkulasi, menggunakan toilet, penyimpanan barang, perawatan kampus, kegiatan petugas keamanan, serta kegiatan teknisi

4. Kelompok Aktivitas Luar

Kelompok aktivitas luar meliputi kegiatan sosialisasi di ruang luar, kegiatan praktikum outdoor dan kegiatan parkir.

4.1.2 Pendekatan Kapasitas pengguna dan pengelola

Analisa kapasitas pengguna dan pengelola disesuaikan dengan hasil observasi,standart arsitektural dan asumsi untuk kebutuhan luasan ruang yang memadai. Kapasitas mahasiswa yang hendak ditampung adalah 310 mahasiswa tiap angkatan. Dengan rincian sebagai berikut :

1. Jenjang Diploma 3 sebanyak 3 kelas : @ 30 mahasiswa 2. Jenjang Strata 1 sebanyak 4 kelas : @ 40 mahasiswa 3. Jenjang Strata 2 sebanyak 3 kelas : @ 20 mahasiswa

 Rasio Jumlah Mahasiswa Berdasarkan Jenis Mata Kuliah

Dalam sistem pendidikan perguruan tinggi,penentuan jumlah mahasiswa per kelas ditentukan berdasarkan jenis mata kuliah yang diberikan. Sekolah tinggi menerapkan sistem pembelajaran yang meliputi mata kuliah teori dan praktik. Berdasarkan aturan DIKTI tentang rasio jumlah mahasiswa per kelas,mata kuliah praktik dan teori memiliki perbedaan dalam kapasitas jumlah mahasiswa. Mata kuliah praktikum harus memenuhi standar Antara 10-120 mahasiswa per kelas. Sedangkan mata kuliah teori membutuhkan 30-40 mahasiswa per kelas.

 Rasio Jumlah Dosen-Mahasiswa Berdasarkan Jenis Mata Kuliah

(3)

Tabel 4.1 Beban Kerja (dalam sks) untuk melaksanakan kuliah/praktikum

(4)

4.1.3 Pendekatan Kebutuhan Ruang

No Pelaku Aktivitas Kebutuhan Ruang

1 Mahasiswa Belajar Ruang kuliah

Studio Gambar Laboratorium Struktur Laboratorium Perancangan Laboratorium Urban design Laboratorium Komputer Ruang Audio Visual Perpustakaan Ruang Terbuka Hijau Ruang workshop

Gelar Karya Ruang Pameran

Sosialisasi Kantin

Masjid

Ruang Terbuka Hijau UKM

Hall/Auditorium Lapangan Olahraga

Asistensi Ruang Dosen

Menunggu Dosen Ruang Tunggu

Makan dan Minum Kantin

Kegiatan Administrasi Ruang Administrasi Keperluan metabolisme tubuh KM/WC

Beribadah Masjid/Mushola

Membaca Perpustakaan

Menghadiri Seminar Ruang Seminar

Olahraga Lapangan

Memarkir Kendaraan Tempat Parkir

2 Dosen Mengajar Ruang kuliah

Studio Gambar

Laboratorium Komputer Laboratorium Perancangan Laboratorium Urban Design Laboratorium Struktur Asistensi Mahasiswa Ruang kuliah

Kantor Ruang Dosen

Makan dan Minum Ruang Dosen

(5)

Penelitian Kantor Laboratorium

Membaca Perpustakaan

Beribadah Masjid/Mushola

Menghadiri Seminar Ruang Seminar

Memarkir Kendaraan Tempat Parkir

3 Kepala Sekolah Tinggi Bekerja Ruang Kepala

Makan dan Minum Ruang Kepala

Kantin

Beribadah Masjid/Mushola

Sosialisasi Hall/Auditorium

Menemui Tamu Ruang Tamu

Keperluan metabolisme tubuh KM/WC Memarkir Kendaraan Tempat Parkir 4 Kepala Jurusan Prodi

dan Wakil

Bekerja Ruang Kepala

Makan dan Minum Ruang Kepala

Kantin

Beribadah Masjid/Mushola

Sosialisasi Hall/Auditorium

Menemui Tamu Ruang Tamu

Keperluan metabolisme tubuh KM/WC Memarkir Kendaraan Tempat Parkir

5 Karyawan Melayani

mahasiswa,dosen,dan kepala Ruang Administrasi

Makan dan Minum Kantin

Beribadah Masjid/Mushola

Memarkir Kendaraan Tempat Parkir 6 Petugas Perpustakaan Melayani Penitipan Perpustakaan

Mengatur Sirkulasi Buku

Makan dan Minum Kantin

Menaruh barang bekas Gudang perpustakaan Keperluan metabolisme tubuh KM/WC

Beribadah Masjid/Mushola

Memarkir Kendaraan Tempat Parkir

7 Petugas Kantin Menghidangkan makanan Kantin

Memasak Dapur

Keperluan metabolisme tubuh KM/WC

Menaruh barang bekas Gudang

Melayani pembayaran Kasir

Memarkir Kendaraan Tempat Parkir

(6)

Memberi Obat Makan dan Minum

Keperluan metabolisme tubuh KM/WC Memarkir Kendaraan Tempat Parkir 9 Cleaning Service

Menjaga Kebersihan

Seluruh Ruangan, Ruang Terbuka Hijau

Makan dan Minum Kantin

Memarkir Kendaraan Tempat Parkir Keperluan metabolisme tubuh KM/WC

10 Keamanan Menjaga Keamanan Pos Satpam

Keperluan metabolisme tubuh KM/WC Memarkir Kendaraan Tempat Parkir

4.1.4 Pendekatan Besaran Ruang

Dasar perhitungan ruang yaitu standar ruang perkuliahan menurut sumber-sumber literatur sebagai berikut :

Ar hite t’s Data (AD)  Ar hite t’s Hand ook AH

Human Dimension and Interior Spaces (HD)  Metric Handbook Planning and Design Data (MH)  Time Saver Standard for Building Types (TS)  Studi Banding (SB)

 Asumsi (AS)

 Kepmendiknas No.234/U/2000 (Kepmen)

Sedangkan Standar Sirkulasi / Flow Area yang digunakan berdasarkan standar dari Time Saver Standard for Building Types, 3rd Edition (1981), sebagai berikut:

 5%-10% : Standar minimum sirkulasi

 20% : Standar Kebutuhan keleluasaan sirkulasi  30% : Tuntutan kenyamanan fisik

 40% : Tuntutan kenyamanan psikologis  50% : Tuntutan spesifik kegiatan  70%-100% : Terkait dengan banyak kegiatan

(7)

No Jenis Ruang Kapasitas

Studio Gambar prodi arsitektur bangunan

Studio Gambar prodi tata kota

(8)

Tabel 4.3 Kelompok Kegiatan Belajar Mengajar (Kegiatan Pokok) Sumber : Hasil Analisa, 2014

No Jenis Ruang

Ruang Pimpinan Sekolah Tinggi 1 Ruang Ketua Sekolah Tinggi

dan 2 Kaprodi 10 Ruang Staf Administrasi

Akademik

3 1 4 m² Kepmen 18 18

Sirkulasi 50%

MH

11 Ruang Staf Administrasi Keuangan

Subtotal 4262.25

Sirkulasi 30 % 1278.675

Total 5540.925

(9)

30%

19 Stationary dan Fotokopi 1 pegaw

Subtotal 785.15

Sirkulasi 30 % 235.545

Total 1020.695

Dibulatkan 1021

(10)

No Jenis Ruang Kapasitas Jumlah Standar Sumber Luas(m²) Jumlah Luas (m²)

Dibulatkan 99

Tabel 4.5 Kegiatan Aktivitas Penunjang Sumber : Hasil Analisa, 2014

No Jenis Ruang Kapasitas Jumlah Standar Sumber

Luas(

Basket 1 Lapangan

1

Futsal 1 Lapangan

1

Dibulatkan 3797

(11)

Rekapitulasi Luas Ruang

Berikut ini adalah tabel rekapitulasi hasil program ruang Sekolah Tinggi Teknik Arsitektur di Yogyakarta

No Jenis Ruang Luas (m2)

1 Kelompok Kegiatan Belajar Mengajar (Pokok)

5550

2 Kelompok Kegiatan Non Belajar Mengajar

1021

3 Kelompok Kegiatan Aktivitas Penunjang

99

Total 6670

4 Kelompok Kegiatan Aktivitas Penunjang Luar Ruangan

3797

Tabel 4.7 Tabel Rekapitulasi Luas Ruang Sumber : Hasil Analisa, 2014

4.1.5 Pendekatan Hubungan Ruang

Pendekatan hubungan kelompok ruang diklasifikasikan menjadi dua jenis : 1. Hubungan Kelompok Ruang Makro

Hubungan kelompok ruang makro merupakan hubungan kelompok ruang yang dibedakan menurut jenis kegiatannya secara makro yaitu zona belajar mengajar, zona non belajar mengajar dan zona penunjang.

Gambar 4.1 Hubungan Kelompok Ruang Makro Sumber :Hasil Analisa,2014

Keterangan ;

Erat :

Kurang Erat :

Zona Belajar Mengajar

Zona Non Belajar Mengajar

(12)

Keterangan ;

Erat :

Kurang Erat :

2. Hubungan Kelompok Ruang Mikro

Hubungan kelompok ruang mikro merupakan hubungan kelompok ruang yang dibedakan menurut jenis kegiatan mikro pada masing-masing kegiatan makro, misalnya ruang kuliah dan ruang studio gambaryang tergolong ke dalam kelompok ruang belajar.

4.1.6 Pendekatan Sirkulasi

Pendekatan sirkulasi pada Sekolah Tinggi Teknik Arsitektur di Yogyakarta dilakukan berdasarkan analisa kegiatan para pelaku yang terdiri dari mahasiswa, dosen, dan karyawan. Berikut analisa pola sirkulasi pelaku pada Sekolah Tinggi Teknik Arsitektur di Yogyakarta:

1. Kelompok Mahasiswa

Gambar 4. 2 Hubungan Kelompok Ruang Mikro Sumber :Hasil Analisa, 2014

Ruang Dosen dan Administrasi Ruang kuliah

Ruang Himpunan

Perpustakaan, Laboratorium

Area servis Studio Gambar

Kantin, Mushola, Ruang Komunal

Gambar 4.3 Sirkulasi Kegiatan Kelompok Mahasiswa Sumber : Hasil Analisa,2014

ME Parkir

Kegiatan belajar mengajar: R.Kuliah,Studio Gambar, Laboratorium, R.Bimbingan, Perpustakaan, Sidang, Seminar

Kegiatan non belajar mengajar : Loket Pelayanan mahasiswa,

R.Himpunan,R.UKM

Kantin

Mushola

(13)

2. Kelompok Staff Administrasi

3. Kelompok Dosen dan Pimpinan Program Studi

4. Kelompok Staf Perpustakaan

5. Kelompok karyawan servis

Gambar 4.4 Sirkulasi Kegiatan Kelompok Staff Administrasi Sumber : Hasil Analisa, 2014

Gambar 4. 5 Sirkulasi Kegiatan Kelompok Dosen dan Pimpinan Program Studi Sumber : Hasil Analisa, 2014

ME Parkir

R. Kuliah, R. Kerja, R. Bimbingan, Ruang

Sidang/Seminar

Ruang Rapat,, R.Tamu

Kantin

Mushola

Toilet

Gambar 4. 6 Sirkulasi Kegiatan Staf Perpustakaan Sumber : Hasil Analisa,2014

ME Parkir

Perpustakaan

Ruang Rapat, R.Fotokopi

Kantin

Mushola

Toilet

ME Parkir

Ruang Administrasi Akademik dan Keuangan,

Loket Pelayanan

Area Parkir, Pos Satpam, Janitor, R.Genset, R. Panel, R.

Mesin

Kantin

Mushola

Toilet

(14)

4.2 Pendekatan Aspek Kontekstual 4.2.1 Pemilihan lokasi

 Faktor hubungan dengan daerah sekitar (30%)

Sebagai suatu bangunan pendidikan,maka bangunan yang direncanakan harus terletak pada lokasi yang nyaman untuk kegiatan pembelajaran nantinya. Lokasi perencanaan hendaknya terletak jauh dari bangunan industri atau daerah perdagangan dan jasa yang biasanya memiliki tingkat kebisingan dan kepadatan tinggi.

 Faktor aksesibilitas (30%)

Sebagai suatu bangunan pendidikan, maka bangunan yang direncanakan harus mudah tercapai oleh pengguna bangunan tersebut. Ketentuan titik akses paling tidak terdapat 2 titik perencanaan untuk kebutuhan pengembangan. Kemudahan pencapaian bagi pengguna kendaraan maupun pejalan kaki perlu diperhatikan. Kenyamanan lalu lintas juga penting dipertimbangkan untuk jalur pedestrian, mobil, bus, sepeda dan kendaraan servis.

 Faktor kondisi tapak (20%)

Kondisi tapak sebaiknya mampu mendukung perencanaan dan perancangan, seperti kondisi topografi yang tidak terlalu curam, pada tapak tidak ada genangan air diam dan terdapat luasan area yang memungkinkan sesuai dengan pendekatan besaran ruang serta terdapat fasilitas dan utilitas lingkungan yang lengkap

 Faktor potensi pengembangan (20%)

(15)

4.2.2 Pemilihan tapak 4.2.2.1 Alternatif Tapak 1

 Lokasi : Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman  Luas : ± 9048 m2

 Batas-batas

Utara : Lahan Kosong Timur : Bangunan Industri Selatan : Jl.Ring Road Utara Barat : Kawasan Permukiman

Gambar 4.8 Alternatif Tapak 1

(16)

4.2.2.2 Alternatif Tapak 2

 Lokasi : Jalan Pangeran Mangkubumi, Kecamatan Jetis, Yogyakarta  Luas : ± 10.701,89 m2

 Batas-batas

Utara : Kantor PLN Timur : Bangunan Industri Selatan : Jl.Ring Road Utara Barat : Kawasan Permukiman

Gambar 4.10 Alternatif Tapak 2

Sumber : Google Earth, diakses pada tanggal 25 Mei 2014

(17)

4.2.2.3 Alternatif Tapak 3

 Lokasi : Jalan Lingkar Utara, Kecamatan Ngaglik,Kabupaten Sleman  Luas : ± 13.113 m2

 Batas-batas

Utara : Jalan Lingkar Utara Timur : Lahan Kosong

Selatan : Kawasan Permukiman Barat : Kawasan Permukiman

108 m

156,4 m

150,2 m

121,8 m

Luas Tapak 1 =  13.113 m2 Gambar 4.12 Alternatif Tapak 3

(18)

Alternative tapak 1 Alternative tapak 2 Alternative tapak 3

KDB : 50%

KLB : 0,8-2

Lantai maksimal : 4 lantai

KDB : 80%

KLB : 3,9

Lantai maksimal : 5 lantai

KDB : 50%

KLB : 1,2-2,0

Lantai maksimal : 4 lantai

Pencapaian mudah Pencapaian mudah Pencapaian mudah

Topografi tidak berkontur Topografi tidak berkontur Topografi tidak berkontur

Lingkungan sekitar merupakan permukiman yang padat

Lingkungan sekitar didominasi kawasan perdagangan yang padat

Lingkungan sekitar merupakan permukiman yang tidak terlalu padat

Utilitas kota tersedia Utilitas kota tersedia Utilitas kota tersedia

Arus lalu lintas tidak padat Arus lalu lintas cukup padat

Arus lalu lintas tidak padat

Dekat dengan fasilitas pendukung yang lain, a.l: industri,permukiman

Dekat dengan fasilitas pendukung, seperti perdagangan dan jasa

Dekat dengan fasilitas pendukung yang lain, a.l : permukiman,pendidikan

N

o

Kriteria Bob ot

Alternative tapak 1 Alternative tapak 2 Alternative tapak 3

(19)

3. Aksesibilitas

merupakan jalur padat kendaraan berkontur,Luas ± 13.113 m2

9 0,9

Jumlah 100 %

8,20 6,90 8,00

Berdasarkan penghitungan di atas maka terlihat bahwa tapak yang lebih potensial adalah tapak alternatif 1. Berikut rincian peraturan penggunaan tapak:

 Luas Tapak : ± 9048 m2

Untuk memenuhi ketentuan tersebut maka pembangunan Sekolah Tinggi Arsitektur direncanakan setinggi 3 lantai, sesuai batas maksimal jumlah lantai pada Fakultas Teknik dengan luas lantai dasar bangunan 2214,3 ≈ ± 2214 m2. Sisa lahan sebesar 6834 m2 digunakan untuk kebutuhan ruang luar, parkir, dan taman.

(20)

4.3 Pendekatan Aspek Kinerja 4.3.1 Sistem Pencahayaan

Sumber pencahayaan dibagi menjadi 2, yaitu:  Pencahayaan alami

- Tergantung iklim dan waktu

- Dapat dimanfaatakn secara maksimal pada bangunan dengan memperhatikan besar lubang ventilasi

- Menggunakan atap penutup tembus pandang untuk penerangan/pencahayaan di atrium/hall

- Pemanfaatan cahaya matahari langsung  Pencahayaan buatan

- Tidak tergantung iklim dan waktu

- Merupakan media untuk mendapatkan cahaya yang merata didalam ruangan

- Dapat menambah kesan khusus pada interior bangunan

- Pencahayaan dapat diatur sesuai kebutuhan

Keuntungan : efek cahaya dapat diatur, tidak tergantung cuaca.

Kerugian : mata mudah lelah karena retina yang selalu berubah, cenderung mengubah citra warna dari suatu obyek (pada tujuan tertentu hal ini menjadi keuntungan).

4.3.2 Sistem Penghawaan/Pengkondisian Ruang

Dalam suatu ruangan diperlukan adanya aliran udara sehingga ruangan akan selalu mendapat pergantian udara yang segar. Untuk mencapai kondisi yang diinginkan dapat dilakukan pengaturan penghawaan ruang, antara lain dengan cara:

 Penghawaan alami

Dengan menggunakan system silang (cross ventilation) pergerakan hawa udara akan lancar sirkulasinya. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat bukaan dinding pada sisi yang berhadapan.

 Penghawaan buatan

Dengan menggunakan AC penghuni dapat mengatur suhu ruangan yang diinginkan. Exhaustfan dapat juga digunakan, dengan prinsip menarik keluar udara dari dalam ruangan atau sebaliknya.

4.3.3 Sistem Jaringan Air Bersih

(21)

Air bersih diperoleh dari sumber PAM dan sumur artesis dengan 2 metode ditribusi:

a. Up Feed Distribution

Dari sumber air dialokasikan kedalam reservoir, lalu dipompa ke atas untuk dikonsumsi.

Keuntungan tidak membutuhkan tangki penyimpanan diatas bangunan, namun kerugiannya aliran air tidak dapat mengalir bila listrik padam, dibutuhkan beberapa poma tekan otomatis kekuatan tinggi dan umumnya pada daerah teratas kekuatan air relatif kecil.

b. Down Feed Distribution

Dari sumber air dipompa keatas, ditampung dalam roof tank, lalu dikonsumsikan di level bangunan dibawahnya. Keuntungannya adalah kelangsungan air terjamin meskipin listrik padam dan kekuatan air disetiap lantai sama.

4.3.4 Sistem Pembuangan Air Kotor

Air buangan ada tiga jenis, yaitu :

a. Air kotor yang berasal dari kamar mandi, wastafel, dan kantin.

b. Air hujan yang jatuh keatap bangunan atau tapak bangunan dapat dibuang ke saluran kota.

c. Air kotor yang berasal dari buangan WC, urinoir dan air buangan tanaman (yang mengandung tanah) diairkan dulu ke septictank kemudian ke sumur peresapan.

Sumber Air Bersih

Ground Reservoir

Pompa

Roof Tank

Lantai 3

Lantai 2

Lantai 1 Sumber Air

Bersih

Ground Reservoir

Pompa

Lantai 3

Lantai 2

Lantai 1

Gambar 4.13 Sistem Distribusi air bersih 1 Sumber : Analisa, 2014

(22)

4.3.5 Sistem Jaringan Listrik

Jaringan listrik diperlukan untuk memenuhi kebutuhan penunjang kegiatan belajar, sebagai sumber penerangan buatan, pompa, AC dan peralatan mekanikal elektrikal lainnya.

4.3.6 Sistem Pembuangan Sampah

Pembuangan sampah harus memperhatikan sifat, jumlah dan sistem pembersihan, frekuensi dan waktu pengumpulan, alat, serta jalur pengumpulan.

Sistem pembuangan sampah, dengan pengelompokkan jenis sampah, yaitu sampah basah dan sampah kering yang kemudian ditampung dalam bak sementara yang selanjutnya dibuang ke TPA kota.

4.3.7 Sistem Pencegahan Kebakaran

a. Alat Pendeteksi Kebakaran (fire alarm)

Heat Detector, yaitu alat untuk mendeteksi panas dalam ruangan. Apabila panas / suhu dalam ruangan telah melampaui ambang 57O, maka heat detector akan mengirimkan sinyal tanda bahaya di papan kontrol di ruang kontrol engineering.

Air Kotor Peresapan

Air Hujan

Saluran Pembuangan Kota

Bak Kontrol

PLN

Trafo Automatic Transfer

Switch

Main Distribution

Panel

Sub Panel

Genset

sist.nan

Ruang

Ruang Gambar 4.15 Sistem Distribusi air kotor

Sumber : Analisa, 2014

(23)

Smoke Detector, yaitu alat pendeteksi asap dalam ruangan. Apabila asap yang ada di dalam ruangan melampaui konsentrasi (kepekatan) yang disyaratkan maka smoke detector akan mengirimkan sinyal ke papan kontrol di ruang panel.

Manual Alarm, yaitu berupa tombol bunyi tanda bahaya. Apabila terdapat tanda-tanda kebakaran (terjadi kebakaran), tombol dapat ditekan untuk membunyikan tanda bahaya.

b. Alat Pemadam Kebakaran

Sprinkler, yaitu alat pemadam kebakaran otomatis, yang bekerja karena pengaruh panas dalam ruangan. Panas / suhu ruangan yang telah melampaui ambang akan dapat melelehkan penutup spuyer (ozle), sehingga air dapat menyembur keluar untuk memadamkan api. Air sprinkler berasal dari roof reservoir yang dialirkan dengan prinsip gravitasi atau air dapat berasal dari ground reservoir yang dialirkan dengan pompa secara langsung.

Hydrant Box, yaitu berupa selang yang tergulung rapi dalam box. Panjang selang maksimum 25 m dan diletakkan pada tempat-tempat tertentu di dalam bangunan. Selang akan dapat mengalirkan air setelah kran (valve) dibuka.

Fire Extinguisher, alat pemadam kebakaran yang menggunakan bahan kimia (karbondioksida) dalam bentuk cairan berbusa sebagai bahan pemadamnya. Alat ini bisa dijinjing (portable) dan tidak dihubungkan dengan sistem jaringan. Biasa diletakkan ditempat-tempat yang strategis.

Hydrant Pile, yaitu tiang hydrant yang diletakkan diluar bangunan. Hydrant pile dapat dipakai untuk memadamkan api kebakaran dari luar dengan menggunakan selang. Air hydrant Box dan hydrant pile berasal dari ground reservoir yang dialirkan secara langsung oleh pompa. Dalam keadaan tertentu, air kolam renang bisa dialirkan ke hydrant.

4.3.8 Sistem Komunikasi

Berdasarkan penggunaannya, sistem telekomunikasi dapat dibedakan dalam dua jenis :

Komunikasi Internal

Komunikasi yang terjadi dalam satu bangunan. Alat komunikasi ini antara lain intercom, handy talky (untuk penggunaan individual dua arah). Biasanya digunakan untuk komunikasi antar pengelola/bagian keamanan

Komunikasi Eksternal

Komunikasi dari dan ke luar bangunan. Alat komunikasi ini dapat berupa telepon maupun faximile. Biasanya digunakan untuk komunikasi penghuni.

(24)

4.3.9 Sistem Penangkal Petir

Penangkal petir harus dipasang pada bangunan-bangunan yang tinggi, minimum bangunan 2 lantai (terutama yang paling tinggi di antara sekitarnya)

Ada beberapa sistem instalasi penangkal petir, antara lain :  Sistem Konvensional/Franklin

Batang yang runcing dari bahan copper spit dipasang paling atas dan dihubungkan dengan batang tembaga menuju ke elektroda yang ditanahkan. Sistem ini cukup praktis dan biayanya murah, tetapi jangkauannya terbatas. Namun demikian sistem ini merupakan penangkal petir non radioaktif sehingga tidak membahayakan lingkungan sekitar

 Sistem sangkar Faraday

Sistem ini merupakan sistem penangkal petir yang biasa digunakan di Indonesia. Bentuknya berupa tiang setinggi 30 cm, kemudian dihubungkan dengan kawat menuju ke ground. Memiliki jangkauan yang luas.

 Sistem Radioaktif atau sistem Thomas

Sistem ini baik sekali untuk bangunan tinggi dan besar. Pemasangan tidak perlu dibuat tinggi karena sistem payung yang digunakan dapat melindunginya. Bentangan perlindungan yang cukup besar sehingga dalam satu bangunan cukup menggunakan satu tempat penangkal petir. Namun sifat menolak petir membahayakan lingkungan sekitar.

4.3.10 Sistem Transportasi Vertikal

Kemungkinan jumlah lantai yang tercipta adalah lebih dari 1 lantai, maka alternatif sistem transportasi vertical yang digunakan adalah:

 Otomatis :

Escalator : - Tidak efektif untuk orang cacat

- Tidak membutuhkan ruang yang luas

Moving Slide Walk : - Lebih efektif untuk orang cacat

- Membutuhkan ruang yang luas

Lift : - Tidak efektif untuk bangunan 2 lantai

- Sangat efektif intuk rang cacat  Manual :

(25)

4.4 Pendekatan Aspek Teknis 4.4.1 Sistem Struktur

Pendekatan sistem struktur berdasarkan pertimbangan:

1. Kondisi pada lingkungan sekitar. Karena letaknya di daerah pinggir kota yang merupakan kawasan pengembangan kota, yang akan dipadati bangunan pada tahun mendatang, maka bangunan sekolah dituntut memiliki kekuatan struktur dan fisik bangunan, meliputi: kekakuan, kestabilan, tahan gempa, angin, petir dan lain sebagainya.

2. Tuntutan terhadap fungsi bangunan itu sendiri.

3. Pertimbangan material struktur yaitu: ekonomis, perawatan mudah, dan daya tahan terhadap cuaca.

4. Pondasi yang digunakan adalah pondasi sumuran. Pondasi ini dapat menahan gaya vertikal dan horisontal dengan daya tekan besar. Pondasi ini juga memiliki waktu pengerjaan yang relatif lebih cepat daripada pondasi tiang pancang.

5. Middle structure menggunakan sistem rangka kaku (rigid frame system) dengan bahan beton bertulang. Konstruksi ini dipilih karena kuat dan dapat diaplikasikan dalam desain bangunan bentang lebar. Konstruksi ini juga tahan api, air dan cuaca.

4.4.2 Sistem Modul

Modul merupakan angka (ukuran) baku yang menjadi patokan untuk menentukan ukuran-ukuran lebar, tinggi, jarak, elemen-elemen ruangan atau bangunan misalnya: lebar koridor, tinggi lantai, jarak kolom, dan lain sebagainya.

Terdapat bermacam-macam penentuan modul, diantaranya dari pemakai dan aktifitasnya, utilitas yang ada dan hal-hal yang bersifat khusus pada obyek perencanaan. Secara garis besar dikelompokkan menjadi :

1. Modul vertikal

Yang dimaksud adalah jarak antara dua elemen penyusun ruang, yaitu antara lantai dengan plafond atau lantai dengan lantai yang ada di atasnya. Jarak atau tinggi antar lantai terdiri dari:

a. Tinggi lantai ke plafond

(26)

b. Jarak plafond dengan lantai yang ada diatasnya.

Ruang antara plafond dengan lantai yang ada diatasnya, biasanya digunakan untuk tempat jaringan utilitas bangunan. Jaringan utilitas itu seperti: ducting AC, pipa-pipa plumbing, kabel-kabel listrik, kabel telepon, sound system dan lain-lain.

2. Modul horizontal

Yang dimaksud adalah menyangkut ukuran-ukuran panjang dan lebar. Ukuran-ukuran tersebut akan menentukan luas ruangan. Hal-hal yang menentukan luas ruangan diantaranya adalah:

a. Aktifitas yang dilakukan dalam ruangan tersebut. b. Perlengkapan (perabot) yang dipakai.

4.5 Pendekatan Aspek Visual Arsitektural

Pendekatan arsitektural pada Sekolah Tinggi Teknik Arsitektur ini didasarkan prinsip arsitektur modern sebagai berikut:

4.5.1 Penampilan Bangunan

a. Bentuknya yang asimetris, atap datar, bentuk kotak, sudut lengkung dan halus.

b. Pencitraan bangunan sebagai bangunan pendidikan dengan penciptaan ruang-ruang yang mengutamakan kenyamanan dalam kegiatan belajar mengajar

c. Penciptaan tampilan bangunan simple,tanpa banyak ornament sehingga menjadikan fasad bangunan tersebut bersih

d. Fasad bangunan biasanya mengekspos struktur yang digunakannya utuk mempertegas keberadaan bangunan

e. Pemilihan material bangunan yang biasanya banyak didominasi dengan kaca yang bias juga berfungsi sebagai struktur bangunan

4.5.2 Orientasi Bangunan

a. Orientasi bangunan diarahkan agar tetap berkomunikasi dengan bangunan

Gambar

Tabel 4.1  Beban Kerja (dalam sks) untuk melaksanakan kuliah/praktikum Sumber: www.evaluasi.com
Tabel 4.2 Pendekatan Kebutuhan Ruang
gambar io
Tabel 4.3 Kelompok Kegiatan Belajar Mengajar (Kegiatan Pokok) Sumber : Hasil Analisa, 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, peran guru tak lepas dari Undang-undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005, disebutkan bahwa guru adalah pendidik

Dengan mengetahui arus skala penuh Idp, tahanan dalam gerakan Rm, tegangan batere E dan nilai Rh yang diinginkan, rangkaian dapat dianalisis, yakni nilai R1 dan R2

Stabilitas kapal adalah kemampuan kapal untuk kembali pada posisi semula dari suatu keolengan atau kemiringan disebabkan gangguan atau gaya dari luar. Sistem

Pada tanaman kakao, banyak penelitian telah dilakukan untuk mengaplikasikan teknik embriogenesis somatik untuk menyediakan bibit tanaman tersebut, namun sampai saat ini

Adapun permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah Bagaimana pengaturan perlindungan hukum yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 kepada pencipta

Setelah ketemu lokasi lembaga, maka silahkan klik kanan dari mouse bagian gambar lokasi lembaga anda sehingga akan muncul pilihan seperti gambar berikut ini:..

Penelitian hukum sosiologis atau empiris adalah penelitian yang dilakukan di lapangan secara langsung pada objek yang diteliti dengan mengandalkan data khusus

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh penulis akan lebih membahas bagaimana proses kenapa tabuh rah bisa menjadi tajen padahal esensi tabuh rah