BAB IV
PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
4.1 Pendekatan Aspek Fungsional
4.1.1 Pendekatan Pelaku dan Aktivitas
Pendekatan Pelaku kegiatan di Sekolah Tinggi Teknik Arsitektur Yogyakarta, antara lain: 1. Mahasiswa : D3,S1 dan S2
2. Pimpinan Sekolah Tinggi dan Program Studi: terdiri dari seorang ketua sekolah tinggi dengan dibantu oleh ketus jurusan prodi beserta wakilnya.
3. Staf Edukatif : terdiri dari dosen yang merangkap sebagai koordinator akademik atau kepala laboratorium
4. Staf Non Edukatif : terdiri dari staf administrasi akademik, administrasi keuangan, staf perpustakaan, dan pengelola laboratorium yang terdiri dari kepala laboratorium, asisten (mahasiswa), dan laboran.
5. Pelaksana Servis : terdiri dari petugas kantin, petugas fotokopi dan stationary, petugas kebersihan, keamanan, teknisi dan parkir.
6. Tamu : terdiri dari tamu individu dan tamu kelompok.
Pendekatan Kelompok Aktivitas di Sekolah Tinggi Teknik Arsitektur Yogyakarta, antara lain : 1. Kelompok Aktivitas Belajar Mengajar (Teaching and Learning Activities)
Aktivitas belajar mengajar (teaching and learning activities) meliputi :
a. Kegiatan kuliah : melibatkan dosen dan mahasiswa, terdiri dari kegiatan kuliah reguler dan kuliah bersama
b. Kegiatan praktikum : melibatkan mahasiswa dan pengelola laboratorium. Meliputi kegiatan pelaksanaan praktikum dan kegiatan bimbingan mahasiswa.
c. Kegiatan sidang/seminar : melibatkan mahasiswa dan dosen. Biasanya berupa kegiatan seminar dan sidang Tugas Akhir maupun Kerja Praktek
d. Kegiatan perpustakaan : meliputi kegiatan baca atau peminjaman buku oleh mahasiswa atau dosen, dan kegiatan kerja staf perpustakaan.
2. Kelompok Aktivitas Non Belajar Mengajar (Non Teaching and Learning Activities) Aktivitas non-belajar mengajar (non-teaching and learning activities) meliputi :
a. Kegiatan pimpinan Sekolah Tinggi dan Prodi: meliputi kegiatan kerja ketua dan sekretaris serta kegiatan penerimaan tamu
b. Kegiatan kerja dosen: meliputi kegiatan kerja dosen di ruang kerja, penyimpanan arsip/dokumen, kegiatan bimbingan mahasiswa, dan kegiatan diskusi dosen
c. Kegiatan administrasi: melibatkan staf administrasi akademik dan staf administrasi keuangan yang meliputi kegiatan pengolahan data administrasi akademik dan keuangan serta kegiatan pelayanan mahasiswa
e. Kegiatan kelembagaan mahasiswa: meliputi kegiatan himpunan mahasiswa dan koordinasi dengan unit kegiatan mahasiswa lain yang meliputi : klub sketsa,klub fotografi,pecinta alam dan klub olahraga(Sepakbola dan Futsal)
f. Kegiatan pertemuan: meliputi kegiatan kuliah umum (tiap tahun), seminar, simposium, lokakarya, bedah buku, penelitian bersama, pengenalan kampus, serta temu dosen-mahasiswa-alumni
g. Kegiatan Istirahat: meliputi kegiatan mahasiswa menunggu waktu perkuliahan, ibadah (solat), dan kegiatan makan dan minum.
3. Kelompok Aktivitas Penunjang
Aktivitas penunjang meliputi kegiatan sirkulasi, menggunakan toilet, penyimpanan barang, perawatan kampus, kegiatan petugas keamanan, serta kegiatan teknisi
4. Kelompok Aktivitas Luar
Kelompok aktivitas luar meliputi kegiatan sosialisasi di ruang luar, kegiatan praktikum outdoor dan kegiatan parkir.
4.1.2 Pendekatan Kapasitas pengguna dan pengelola
Analisa kapasitas pengguna dan pengelola disesuaikan dengan hasil observasi,standart arsitektural dan asumsi untuk kebutuhan luasan ruang yang memadai. Kapasitas mahasiswa yang hendak ditampung adalah 310 mahasiswa tiap angkatan. Dengan rincian sebagai berikut :
1. Jenjang Diploma 3 sebanyak 3 kelas : @ 30 mahasiswa 2. Jenjang Strata 1 sebanyak 4 kelas : @ 40 mahasiswa 3. Jenjang Strata 2 sebanyak 3 kelas : @ 20 mahasiswa
Rasio Jumlah Mahasiswa Berdasarkan Jenis Mata Kuliah
Dalam sistem pendidikan perguruan tinggi,penentuan jumlah mahasiswa per kelas ditentukan berdasarkan jenis mata kuliah yang diberikan. Sekolah tinggi menerapkan sistem pembelajaran yang meliputi mata kuliah teori dan praktik. Berdasarkan aturan DIKTI tentang rasio jumlah mahasiswa per kelas,mata kuliah praktik dan teori memiliki perbedaan dalam kapasitas jumlah mahasiswa. Mata kuliah praktikum harus memenuhi standar Antara 10-120 mahasiswa per kelas. Sedangkan mata kuliah teori membutuhkan 30-40 mahasiswa per kelas.
Rasio Jumlah Dosen-Mahasiswa Berdasarkan Jenis Mata Kuliah
Tabel 4.1 Beban Kerja (dalam sks) untuk melaksanakan kuliah/praktikum
4.1.3 Pendekatan Kebutuhan Ruang
No Pelaku Aktivitas Kebutuhan Ruang
1 Mahasiswa Belajar Ruang kuliah
Studio Gambar Laboratorium Struktur Laboratorium Perancangan Laboratorium Urban design Laboratorium Komputer Ruang Audio Visual Perpustakaan Ruang Terbuka Hijau Ruang workshop
Gelar Karya Ruang Pameran
Sosialisasi Kantin
Masjid
Ruang Terbuka Hijau UKM
Hall/Auditorium Lapangan Olahraga
Asistensi Ruang Dosen
Menunggu Dosen Ruang Tunggu
Makan dan Minum Kantin
Kegiatan Administrasi Ruang Administrasi Keperluan metabolisme tubuh KM/WC
Beribadah Masjid/Mushola
Membaca Perpustakaan
Menghadiri Seminar Ruang Seminar
Olahraga Lapangan
Memarkir Kendaraan Tempat Parkir
2 Dosen Mengajar Ruang kuliah
Studio Gambar
Laboratorium Komputer Laboratorium Perancangan Laboratorium Urban Design Laboratorium Struktur Asistensi Mahasiswa Ruang kuliah
Kantor Ruang Dosen
Makan dan Minum Ruang Dosen
Penelitian Kantor Laboratorium
Membaca Perpustakaan
Beribadah Masjid/Mushola
Menghadiri Seminar Ruang Seminar
Memarkir Kendaraan Tempat Parkir
3 Kepala Sekolah Tinggi Bekerja Ruang Kepala
Makan dan Minum Ruang Kepala
Kantin
Beribadah Masjid/Mushola
Sosialisasi Hall/Auditorium
Menemui Tamu Ruang Tamu
Keperluan metabolisme tubuh KM/WC Memarkir Kendaraan Tempat Parkir 4 Kepala Jurusan Prodi
dan Wakil
Bekerja Ruang Kepala
Makan dan Minum Ruang Kepala
Kantin
Beribadah Masjid/Mushola
Sosialisasi Hall/Auditorium
Menemui Tamu Ruang Tamu
Keperluan metabolisme tubuh KM/WC Memarkir Kendaraan Tempat Parkir
5 Karyawan Melayani
mahasiswa,dosen,dan kepala Ruang Administrasi
Makan dan Minum Kantin
Beribadah Masjid/Mushola
Memarkir Kendaraan Tempat Parkir 6 Petugas Perpustakaan Melayani Penitipan Perpustakaan
Mengatur Sirkulasi Buku
Makan dan Minum Kantin
Menaruh barang bekas Gudang perpustakaan Keperluan metabolisme tubuh KM/WC
Beribadah Masjid/Mushola
Memarkir Kendaraan Tempat Parkir
7 Petugas Kantin Menghidangkan makanan Kantin
Memasak Dapur
Keperluan metabolisme tubuh KM/WC
Menaruh barang bekas Gudang
Melayani pembayaran Kasir
Memarkir Kendaraan Tempat Parkir
Memberi Obat Makan dan Minum
Keperluan metabolisme tubuh KM/WC Memarkir Kendaraan Tempat Parkir 9 Cleaning Service
Menjaga Kebersihan
Seluruh Ruangan, Ruang Terbuka Hijau
Makan dan Minum Kantin
Memarkir Kendaraan Tempat Parkir Keperluan metabolisme tubuh KM/WC
10 Keamanan Menjaga Keamanan Pos Satpam
Keperluan metabolisme tubuh KM/WC Memarkir Kendaraan Tempat Parkir
4.1.4 Pendekatan Besaran Ruang
Dasar perhitungan ruang yaitu standar ruang perkuliahan menurut sumber-sumber literatur sebagai berikut :
Ar hite t’s Data (AD) Ar hite t’s Hand ook AH
Human Dimension and Interior Spaces (HD) Metric Handbook Planning and Design Data (MH) Time Saver Standard for Building Types (TS) Studi Banding (SB)
Asumsi (AS)
Kepmendiknas No.234/U/2000 (Kepmen)
Sedangkan Standar Sirkulasi / Flow Area yang digunakan berdasarkan standar dari Time Saver Standard for Building Types, 3rd Edition (1981), sebagai berikut:
5%-10% : Standar minimum sirkulasi
20% : Standar Kebutuhan keleluasaan sirkulasi 30% : Tuntutan kenyamanan fisik
40% : Tuntutan kenyamanan psikologis 50% : Tuntutan spesifik kegiatan 70%-100% : Terkait dengan banyak kegiatan
No Jenis Ruang Kapasitas
Studio Gambar prodi arsitektur bangunan
Studio Gambar prodi tata kota
Tabel 4.3 Kelompok Kegiatan Belajar Mengajar (Kegiatan Pokok) Sumber : Hasil Analisa, 2014
No Jenis Ruang
Ruang Pimpinan Sekolah Tinggi 1 Ruang Ketua Sekolah Tinggi
dan 2 Kaprodi 10 Ruang Staf Administrasi
Akademik
3 1 4 m² Kepmen 18 18
Sirkulasi 50%
MH
11 Ruang Staf Administrasi Keuangan
Subtotal 4262.25
Sirkulasi 30 % 1278.675
Total 5540.925
30%
19 Stationary dan Fotokopi 1 pegaw
Subtotal 785.15
Sirkulasi 30 % 235.545
Total 1020.695
Dibulatkan 1021
No Jenis Ruang Kapasitas Jumlah Standar Sumber Luas(m²) Jumlah Luas (m²)
Dibulatkan 99
Tabel 4.5 Kegiatan Aktivitas Penunjang Sumber : Hasil Analisa, 2014
No Jenis Ruang Kapasitas Jumlah Standar Sumber
Luas(
Basket 1 Lapangan
1
Futsal 1 Lapangan
1
Dibulatkan 3797
Rekapitulasi Luas Ruang
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi hasil program ruang Sekolah Tinggi Teknik Arsitektur di Yogyakarta
No Jenis Ruang Luas (m2)
1 Kelompok Kegiatan Belajar Mengajar (Pokok)
5550
2 Kelompok Kegiatan Non Belajar Mengajar
1021
3 Kelompok Kegiatan Aktivitas Penunjang
99
Total 6670
4 Kelompok Kegiatan Aktivitas Penunjang Luar Ruangan
3797
Tabel 4.7 Tabel Rekapitulasi Luas Ruang Sumber : Hasil Analisa, 2014
4.1.5 Pendekatan Hubungan Ruang
Pendekatan hubungan kelompok ruang diklasifikasikan menjadi dua jenis : 1. Hubungan Kelompok Ruang Makro
Hubungan kelompok ruang makro merupakan hubungan kelompok ruang yang dibedakan menurut jenis kegiatannya secara makro yaitu zona belajar mengajar, zona non belajar mengajar dan zona penunjang.
Gambar 4.1 Hubungan Kelompok Ruang Makro Sumber :Hasil Analisa,2014
Keterangan ;
Erat :
Kurang Erat :
Zona Belajar Mengajar
Zona Non Belajar Mengajar
Keterangan ;
Erat :
Kurang Erat :
2. Hubungan Kelompok Ruang Mikro
Hubungan kelompok ruang mikro merupakan hubungan kelompok ruang yang dibedakan menurut jenis kegiatan mikro pada masing-masing kegiatan makro, misalnya ruang kuliah dan ruang studio gambaryang tergolong ke dalam kelompok ruang belajar.
4.1.6 Pendekatan Sirkulasi
Pendekatan sirkulasi pada Sekolah Tinggi Teknik Arsitektur di Yogyakarta dilakukan berdasarkan analisa kegiatan para pelaku yang terdiri dari mahasiswa, dosen, dan karyawan. Berikut analisa pola sirkulasi pelaku pada Sekolah Tinggi Teknik Arsitektur di Yogyakarta:
1. Kelompok Mahasiswa
Gambar 4. 2 Hubungan Kelompok Ruang Mikro Sumber :Hasil Analisa, 2014
Ruang Dosen dan Administrasi Ruang kuliah
Ruang Himpunan
Perpustakaan, Laboratorium
Area servis Studio Gambar
Kantin, Mushola, Ruang Komunal
Gambar 4.3 Sirkulasi Kegiatan Kelompok Mahasiswa Sumber : Hasil Analisa,2014
ME Parkir
Kegiatan belajar mengajar: R.Kuliah,Studio Gambar, Laboratorium, R.Bimbingan, Perpustakaan, Sidang, Seminar
Kegiatan non belajar mengajar : Loket Pelayanan mahasiswa,
R.Himpunan,R.UKM
Kantin
Mushola
2. Kelompok Staff Administrasi
3. Kelompok Dosen dan Pimpinan Program Studi
4. Kelompok Staf Perpustakaan
5. Kelompok karyawan servis
Gambar 4.4 Sirkulasi Kegiatan Kelompok Staff Administrasi Sumber : Hasil Analisa, 2014
Gambar 4. 5 Sirkulasi Kegiatan Kelompok Dosen dan Pimpinan Program Studi Sumber : Hasil Analisa, 2014
ME Parkir
R. Kuliah, R. Kerja, R. Bimbingan, Ruang
Sidang/Seminar
Ruang Rapat,, R.Tamu
Kantin
Mushola
Toilet
Gambar 4. 6 Sirkulasi Kegiatan Staf Perpustakaan Sumber : Hasil Analisa,2014
ME Parkir
Perpustakaan
Ruang Rapat, R.Fotokopi
Kantin
Mushola
Toilet
ME Parkir
Ruang Administrasi Akademik dan Keuangan,
Loket Pelayanan
Area Parkir, Pos Satpam, Janitor, R.Genset, R. Panel, R.
Mesin
Kantin
Mushola
Toilet
4.2 Pendekatan Aspek Kontekstual 4.2.1 Pemilihan lokasi
Faktor hubungan dengan daerah sekitar (30%)
Sebagai suatu bangunan pendidikan,maka bangunan yang direncanakan harus terletak pada lokasi yang nyaman untuk kegiatan pembelajaran nantinya. Lokasi perencanaan hendaknya terletak jauh dari bangunan industri atau daerah perdagangan dan jasa yang biasanya memiliki tingkat kebisingan dan kepadatan tinggi.
Faktor aksesibilitas (30%)
Sebagai suatu bangunan pendidikan, maka bangunan yang direncanakan harus mudah tercapai oleh pengguna bangunan tersebut. Ketentuan titik akses paling tidak terdapat 2 titik perencanaan untuk kebutuhan pengembangan. Kemudahan pencapaian bagi pengguna kendaraan maupun pejalan kaki perlu diperhatikan. Kenyamanan lalu lintas juga penting dipertimbangkan untuk jalur pedestrian, mobil, bus, sepeda dan kendaraan servis.
Faktor kondisi tapak (20%)
Kondisi tapak sebaiknya mampu mendukung perencanaan dan perancangan, seperti kondisi topografi yang tidak terlalu curam, pada tapak tidak ada genangan air diam dan terdapat luasan area yang memungkinkan sesuai dengan pendekatan besaran ruang serta terdapat fasilitas dan utilitas lingkungan yang lengkap
Faktor potensi pengembangan (20%)
4.2.2 Pemilihan tapak 4.2.2.1 Alternatif Tapak 1
Lokasi : Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman Luas : ± 9048 m2
Batas-batas
Utara : Lahan Kosong Timur : Bangunan Industri Selatan : Jl.Ring Road Utara Barat : Kawasan Permukiman
Gambar 4.8 Alternatif Tapak 1
4.2.2.2 Alternatif Tapak 2
Lokasi : Jalan Pangeran Mangkubumi, Kecamatan Jetis, Yogyakarta Luas : ± 10.701,89 m2
Batas-batas
Utara : Kantor PLN Timur : Bangunan Industri Selatan : Jl.Ring Road Utara Barat : Kawasan Permukiman
Gambar 4.10 Alternatif Tapak 2
Sumber : Google Earth, diakses pada tanggal 25 Mei 2014
4.2.2.3 Alternatif Tapak 3
Lokasi : Jalan Lingkar Utara, Kecamatan Ngaglik,Kabupaten Sleman Luas : ± 13.113 m2
Batas-batas
Utara : Jalan Lingkar Utara Timur : Lahan Kosong
Selatan : Kawasan Permukiman Barat : Kawasan Permukiman
108 m
156,4 m
150,2 m
121,8 m
Luas Tapak 1 = 13.113 m2 Gambar 4.12 Alternatif Tapak 3
Alternative tapak 1 Alternative tapak 2 Alternative tapak 3
KDB : 50%
KLB : 0,8-2
Lantai maksimal : 4 lantai
KDB : 80%
KLB : 3,9
Lantai maksimal : 5 lantai
KDB : 50%
KLB : 1,2-2,0
Lantai maksimal : 4 lantai
Pencapaian mudah Pencapaian mudah Pencapaian mudah
Topografi tidak berkontur Topografi tidak berkontur Topografi tidak berkontur
Lingkungan sekitar merupakan permukiman yang padat
Lingkungan sekitar didominasi kawasan perdagangan yang padat
Lingkungan sekitar merupakan permukiman yang tidak terlalu padat
Utilitas kota tersedia Utilitas kota tersedia Utilitas kota tersedia
Arus lalu lintas tidak padat Arus lalu lintas cukup padat
Arus lalu lintas tidak padat
Dekat dengan fasilitas pendukung yang lain, a.l: industri,permukiman
Dekat dengan fasilitas pendukung, seperti perdagangan dan jasa
Dekat dengan fasilitas pendukung yang lain, a.l : permukiman,pendidikan
N
o
Kriteria Bob ot
Alternative tapak 1 Alternative tapak 2 Alternative tapak 3
3. Aksesibilitas
merupakan jalur padat kendaraan berkontur,Luas ± 13.113 m2
9 0,9
Jumlah 100 %
8,20 6,90 8,00
Berdasarkan penghitungan di atas maka terlihat bahwa tapak yang lebih potensial adalah tapak alternatif 1. Berikut rincian peraturan penggunaan tapak:
Luas Tapak : ± 9048 m2
Untuk memenuhi ketentuan tersebut maka pembangunan Sekolah Tinggi Arsitektur direncanakan setinggi 3 lantai, sesuai batas maksimal jumlah lantai pada Fakultas Teknik dengan luas lantai dasar bangunan 2214,3 ≈ ± 2214 m2. Sisa lahan sebesar 6834 m2 digunakan untuk kebutuhan ruang luar, parkir, dan taman.
4.3 Pendekatan Aspek Kinerja 4.3.1 Sistem Pencahayaan
Sumber pencahayaan dibagi menjadi 2, yaitu: Pencahayaan alami
- Tergantung iklim dan waktu
- Dapat dimanfaatakn secara maksimal pada bangunan dengan memperhatikan besar lubang ventilasi
- Menggunakan atap penutup tembus pandang untuk penerangan/pencahayaan di atrium/hall
- Pemanfaatan cahaya matahari langsung Pencahayaan buatan
- Tidak tergantung iklim dan waktu
- Merupakan media untuk mendapatkan cahaya yang merata didalam ruangan
- Dapat menambah kesan khusus pada interior bangunan
- Pencahayaan dapat diatur sesuai kebutuhan
Keuntungan : efek cahaya dapat diatur, tidak tergantung cuaca.
Kerugian : mata mudah lelah karena retina yang selalu berubah, cenderung mengubah citra warna dari suatu obyek (pada tujuan tertentu hal ini menjadi keuntungan).
4.3.2 Sistem Penghawaan/Pengkondisian Ruang
Dalam suatu ruangan diperlukan adanya aliran udara sehingga ruangan akan selalu mendapat pergantian udara yang segar. Untuk mencapai kondisi yang diinginkan dapat dilakukan pengaturan penghawaan ruang, antara lain dengan cara:
Penghawaan alami
Dengan menggunakan system silang (cross ventilation) pergerakan hawa udara akan lancar sirkulasinya. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat bukaan dinding pada sisi yang berhadapan.
Penghawaan buatan
Dengan menggunakan AC penghuni dapat mengatur suhu ruangan yang diinginkan. Exhaustfan dapat juga digunakan, dengan prinsip menarik keluar udara dari dalam ruangan atau sebaliknya.
4.3.3 Sistem Jaringan Air Bersih
Air bersih diperoleh dari sumber PAM dan sumur artesis dengan 2 metode ditribusi:
a. Up Feed Distribution
Dari sumber air dialokasikan kedalam reservoir, lalu dipompa ke atas untuk dikonsumsi.
Keuntungan tidak membutuhkan tangki penyimpanan diatas bangunan, namun kerugiannya aliran air tidak dapat mengalir bila listrik padam, dibutuhkan beberapa poma tekan otomatis kekuatan tinggi dan umumnya pada daerah teratas kekuatan air relatif kecil.
b. Down Feed Distribution
Dari sumber air dipompa keatas, ditampung dalam roof tank, lalu dikonsumsikan di level bangunan dibawahnya. Keuntungannya adalah kelangsungan air terjamin meskipin listrik padam dan kekuatan air disetiap lantai sama.
4.3.4 Sistem Pembuangan Air Kotor
Air buangan ada tiga jenis, yaitu :
a. Air kotor yang berasal dari kamar mandi, wastafel, dan kantin.
b. Air hujan yang jatuh keatap bangunan atau tapak bangunan dapat dibuang ke saluran kota.
c. Air kotor yang berasal dari buangan WC, urinoir dan air buangan tanaman (yang mengandung tanah) diairkan dulu ke septictank kemudian ke sumur peresapan.
Sumber Air Bersih
Ground Reservoir
Pompa
Roof Tank
Lantai 3
Lantai 2
Lantai 1 Sumber Air
Bersih
Ground Reservoir
Pompa
Lantai 3
Lantai 2
Lantai 1
Gambar 4.13 Sistem Distribusi air bersih 1 Sumber : Analisa, 2014
4.3.5 Sistem Jaringan Listrik
Jaringan listrik diperlukan untuk memenuhi kebutuhan penunjang kegiatan belajar, sebagai sumber penerangan buatan, pompa, AC dan peralatan mekanikal elektrikal lainnya.
4.3.6 Sistem Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah harus memperhatikan sifat, jumlah dan sistem pembersihan, frekuensi dan waktu pengumpulan, alat, serta jalur pengumpulan.
Sistem pembuangan sampah, dengan pengelompokkan jenis sampah, yaitu sampah basah dan sampah kering yang kemudian ditampung dalam bak sementara yang selanjutnya dibuang ke TPA kota.
4.3.7 Sistem Pencegahan Kebakaran
a. Alat Pendeteksi Kebakaran (fire alarm)
Heat Detector, yaitu alat untuk mendeteksi panas dalam ruangan. Apabila panas / suhu dalam ruangan telah melampaui ambang 57O, maka heat detector akan mengirimkan sinyal tanda bahaya di papan kontrol di ruang kontrol engineering.
Air Kotor Peresapan
Air Hujan
Saluran Pembuangan Kota
Bak Kontrol
PLN
Trafo Automatic Transfer
Switch
Main Distribution
Panel
Sub Panel
Genset
sist.nan
Ruang
Ruang Gambar 4.15 Sistem Distribusi air kotor
Sumber : Analisa, 2014
Smoke Detector, yaitu alat pendeteksi asap dalam ruangan. Apabila asap yang ada di dalam ruangan melampaui konsentrasi (kepekatan) yang disyaratkan maka smoke detector akan mengirimkan sinyal ke papan kontrol di ruang panel.
Manual Alarm, yaitu berupa tombol bunyi tanda bahaya. Apabila terdapat tanda-tanda kebakaran (terjadi kebakaran), tombol dapat ditekan untuk membunyikan tanda bahaya.
b. Alat Pemadam Kebakaran
Sprinkler, yaitu alat pemadam kebakaran otomatis, yang bekerja karena pengaruh panas dalam ruangan. Panas / suhu ruangan yang telah melampaui ambang akan dapat melelehkan penutup spuyer (ozle), sehingga air dapat menyembur keluar untuk memadamkan api. Air sprinkler berasal dari roof reservoir yang dialirkan dengan prinsip gravitasi atau air dapat berasal dari ground reservoir yang dialirkan dengan pompa secara langsung.
Hydrant Box, yaitu berupa selang yang tergulung rapi dalam box. Panjang selang maksimum 25 m dan diletakkan pada tempat-tempat tertentu di dalam bangunan. Selang akan dapat mengalirkan air setelah kran (valve) dibuka.
Fire Extinguisher, alat pemadam kebakaran yang menggunakan bahan kimia (karbondioksida) dalam bentuk cairan berbusa sebagai bahan pemadamnya. Alat ini bisa dijinjing (portable) dan tidak dihubungkan dengan sistem jaringan. Biasa diletakkan ditempat-tempat yang strategis.
Hydrant Pile, yaitu tiang hydrant yang diletakkan diluar bangunan. Hydrant pile dapat dipakai untuk memadamkan api kebakaran dari luar dengan menggunakan selang. Air hydrant Box dan hydrant pile berasal dari ground reservoir yang dialirkan secara langsung oleh pompa. Dalam keadaan tertentu, air kolam renang bisa dialirkan ke hydrant.
4.3.8 Sistem Komunikasi
Berdasarkan penggunaannya, sistem telekomunikasi dapat dibedakan dalam dua jenis :
Komunikasi Internal
Komunikasi yang terjadi dalam satu bangunan. Alat komunikasi ini antara lain intercom, handy talky (untuk penggunaan individual dua arah). Biasanya digunakan untuk komunikasi antar pengelola/bagian keamanan
Komunikasi Eksternal
Komunikasi dari dan ke luar bangunan. Alat komunikasi ini dapat berupa telepon maupun faximile. Biasanya digunakan untuk komunikasi penghuni.
4.3.9 Sistem Penangkal Petir
Penangkal petir harus dipasang pada bangunan-bangunan yang tinggi, minimum bangunan 2 lantai (terutama yang paling tinggi di antara sekitarnya)
Ada beberapa sistem instalasi penangkal petir, antara lain : Sistem Konvensional/Franklin
Batang yang runcing dari bahan copper spit dipasang paling atas dan dihubungkan dengan batang tembaga menuju ke elektroda yang ditanahkan. Sistem ini cukup praktis dan biayanya murah, tetapi jangkauannya terbatas. Namun demikian sistem ini merupakan penangkal petir non radioaktif sehingga tidak membahayakan lingkungan sekitar
Sistem sangkar Faraday
Sistem ini merupakan sistem penangkal petir yang biasa digunakan di Indonesia. Bentuknya berupa tiang setinggi 30 cm, kemudian dihubungkan dengan kawat menuju ke ground. Memiliki jangkauan yang luas.
Sistem Radioaktif atau sistem Thomas
Sistem ini baik sekali untuk bangunan tinggi dan besar. Pemasangan tidak perlu dibuat tinggi karena sistem payung yang digunakan dapat melindunginya. Bentangan perlindungan yang cukup besar sehingga dalam satu bangunan cukup menggunakan satu tempat penangkal petir. Namun sifat menolak petir membahayakan lingkungan sekitar.
4.3.10 Sistem Transportasi Vertikal
Kemungkinan jumlah lantai yang tercipta adalah lebih dari 1 lantai, maka alternatif sistem transportasi vertical yang digunakan adalah:
Otomatis :
Escalator : - Tidak efektif untuk orang cacat
- Tidak membutuhkan ruang yang luas
Moving Slide Walk : - Lebih efektif untuk orang cacat
- Membutuhkan ruang yang luas
Lift : - Tidak efektif untuk bangunan 2 lantai
- Sangat efektif intuk rang cacat Manual :
4.4 Pendekatan Aspek Teknis 4.4.1 Sistem Struktur
Pendekatan sistem struktur berdasarkan pertimbangan:
1. Kondisi pada lingkungan sekitar. Karena letaknya di daerah pinggir kota yang merupakan kawasan pengembangan kota, yang akan dipadati bangunan pada tahun mendatang, maka bangunan sekolah dituntut memiliki kekuatan struktur dan fisik bangunan, meliputi: kekakuan, kestabilan, tahan gempa, angin, petir dan lain sebagainya.
2. Tuntutan terhadap fungsi bangunan itu sendiri.
3. Pertimbangan material struktur yaitu: ekonomis, perawatan mudah, dan daya tahan terhadap cuaca.
4. Pondasi yang digunakan adalah pondasi sumuran. Pondasi ini dapat menahan gaya vertikal dan horisontal dengan daya tekan besar. Pondasi ini juga memiliki waktu pengerjaan yang relatif lebih cepat daripada pondasi tiang pancang.
5. Middle structure menggunakan sistem rangka kaku (rigid frame system) dengan bahan beton bertulang. Konstruksi ini dipilih karena kuat dan dapat diaplikasikan dalam desain bangunan bentang lebar. Konstruksi ini juga tahan api, air dan cuaca.
4.4.2 Sistem Modul
Modul merupakan angka (ukuran) baku yang menjadi patokan untuk menentukan ukuran-ukuran lebar, tinggi, jarak, elemen-elemen ruangan atau bangunan misalnya: lebar koridor, tinggi lantai, jarak kolom, dan lain sebagainya.
Terdapat bermacam-macam penentuan modul, diantaranya dari pemakai dan aktifitasnya, utilitas yang ada dan hal-hal yang bersifat khusus pada obyek perencanaan. Secara garis besar dikelompokkan menjadi :
1. Modul vertikal
Yang dimaksud adalah jarak antara dua elemen penyusun ruang, yaitu antara lantai dengan plafond atau lantai dengan lantai yang ada di atasnya. Jarak atau tinggi antar lantai terdiri dari:
a. Tinggi lantai ke plafond
b. Jarak plafond dengan lantai yang ada diatasnya.
Ruang antara plafond dengan lantai yang ada diatasnya, biasanya digunakan untuk tempat jaringan utilitas bangunan. Jaringan utilitas itu seperti: ducting AC, pipa-pipa plumbing, kabel-kabel listrik, kabel telepon, sound system dan lain-lain.
2. Modul horizontal
Yang dimaksud adalah menyangkut ukuran-ukuran panjang dan lebar. Ukuran-ukuran tersebut akan menentukan luas ruangan. Hal-hal yang menentukan luas ruangan diantaranya adalah:
a. Aktifitas yang dilakukan dalam ruangan tersebut. b. Perlengkapan (perabot) yang dipakai.
4.5 Pendekatan Aspek Visual Arsitektural
Pendekatan arsitektural pada Sekolah Tinggi Teknik Arsitektur ini didasarkan prinsip arsitektur modern sebagai berikut:
4.5.1 Penampilan Bangunan
a. Bentuknya yang asimetris, atap datar, bentuk kotak, sudut lengkung dan halus.
b. Pencitraan bangunan sebagai bangunan pendidikan dengan penciptaan ruang-ruang yang mengutamakan kenyamanan dalam kegiatan belajar mengajar
c. Penciptaan tampilan bangunan simple,tanpa banyak ornament sehingga menjadikan fasad bangunan tersebut bersih
d. Fasad bangunan biasanya mengekspos struktur yang digunakannya utuk mempertegas keberadaan bangunan
e. Pemilihan material bangunan yang biasanya banyak didominasi dengan kaca yang bias juga berfungsi sebagai struktur bangunan
4.5.2 Orientasi Bangunan
a. Orientasi bangunan diarahkan agar tetap berkomunikasi dengan bangunan