• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA PENYAKIT EFUSI FLEURA PADA PASIEN YANG DI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA PENYAKIT EFUSI FLEURA PADA PASIEN YANG DI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA PENYAKIT

EFUSI FLEURA PADA PASIEN YANG DI RAWAT INAP

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM

MALIK MEDAN

Neneng Astuti

(D3 Keperawatan STIKes Flora Medan)

Yulit Hati

(Dosen STIkes Haji)

Abstrak

Faktor resiko tinggi yang terjadi infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dari rongga pleura dapat menyebabkan pecahnya membrane kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan kedalam rongga secara cepat. Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sanggat tinggi sehingga menimbulkan transsudasi cairan yang berlebihan kedalam rongga pleura. Menurunya tekanan osmotickoloid plasma juga memungkinkan terjadinya transudasi cairan yang berlebihan.

Dari hasil penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Efusi Pleura yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya Efusi Pleura yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan adalah Faktor yang mempengaruhi terjadinya Efusi Pleura yang berhubungan dengan faktor utama adalah terjadinya infeksi peradangan pada permukaan pleura dan seorang perokok, 10 responden (100%) mengatakan bahwa pengkonsumsi makanan selama sakit dan 0 responden mengatakan tidak. 2 responden (20%) mengatakan menggunakan obat-obatan terlarang dan yang mengatakan tidak sebanyak 8 responden (80%). 6 responden (60%) mengatakan peminum alkohol dan 4 responden (40%) mengatakan tidak. 5 responden (50%) mengatakan bahwa pengkonsumsi rokok dan 5 responden (50%) mengatakan tidak.

Kata kunci: Efusi Pleura, membrane kapiler, Gagal Jantung

PENDAHULUAN

Masalah kesehatan dengan gangguan sistem pernafasan masih menduduki peringkat yang tinggi sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Efusi pleura adalah salah satu kelainan yang mengganggu sistem prnafasan efusi pleura sendiri sebenarnya bukanlah diagnosa dari suatu penyakit melainkan hanya lebih merupakan symptom atau komplikasi dari suatu penyakit. Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan berlebihan dirongga pleura, Dimana kondisi ini jika dibiarkan akan membahayakan jiwa penderitanya.

Penyebab efusi pleura bisa bermacam-macam seperti gagal jantung, Adanya neoplasma (carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor yang berasal dari organ lain). Tubreculosis paru, infark paru, trauma, pneumonia, syndroma nefrotik, hipoalbumin dan lain sebagainya.

WHO memperkirakan bakteri ini telah membunuh sekitar 2 juta jiwa setiap tahunya. Antara tahun 2002-2020 diperkirakan sekitar 1 miliar manusia akan terinfeksi. Dengan kata lain pertambahan jumlah infeksi lebih dari 56 juta jiwa setiap tahunnya. Biasanya 5-10 persen diantaranya infeksi berkembang menjadi penyakit, dan 40 persen diantara yang berkembang

(2)

menjadi penyakit dapat berakhir dengan kematian. Jika dilakukan perhitungan, pertambahan jumlah pasien TBC akan bertambah sekitar 2,8-5,6 juta jiwa setiap tahun, dan 1,1-2,2 juta jiwa meninggal setiap tahun karena TBC (Kunoli J, 2012).

Menurut Bappenas (2007), pertama kali survey prevalensi Efusi Pleura di Indonesia dilakukan pada tahun 1964-1965 yaitu di pedesaan Jawa Timur. Di laporkan angka prevalensi mencapai 11,7 persen, dengan risiko infeksi tahun 1,64 tahun. Survey selanjutnya 1984-1986 dengan risiko infeksi tahunan sebesar 2,3 persen. Pada tahun 1998 angka prevalensi diperoleh sebesar 786 per 100.000 penduduk, 44 persennya adalah tuberkulosis dengan BTA positif. Kemudian pada tahun 2004 tuberkulosis paru dengan BTA positif menjadi 104 per 100.000 penduduk dengan rincian di Jawa dan Bali sekitar 59 per 100.000 penduduk, di Sumatera 160 per 100.000 penduduk. Namun tahun 2005 prevalensi tuberkulosis mencapai 202 per 100.000 penduduk dengan angka risiko ketularan di Sumatera sama dengan 2004 akan tetapi angka ketularan infeksi tuberkulosis di pulau Jawa meningkat menjadi 107 per 100.000 penduduk, Di Yokyakarta dan Bali masih tetap seperti tahun 2004 dan untuk kawasan Indonesia bagian timur menjadi 210 per 100.000 penduduk (Anggraeni S, 2011).

Efusi pleural merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada sekitar 50.60% penderita keganasan pleural primer. Sementara 95% kasus mesotelioma (keganasan pleura primer) dapat disertai efusi pleura dan sekitar 50% penderita kanker payudara akhirnya akan mengalami efusi pleura.

Kasus Efusi Pleura di Sumatera Utara tergolong tinggi dengan ditemukannya sebanyak 15.614 penderita selama tahun 2010. Berdasarkan data Efusi Pleura nasional, Sumatera Utara sampai triwulan ke III tahun 2010 menempati urutan ke-tujuh dengan jumlah penderita Efusi Pleura tertinggi setelah Gorontalo, Maluku, Sulawesi utara, Sulawesi Tenggara, Bangka Belitung dan Jakarta. Angka drop out pengobatan Efusi Pleura Indonesia pada tahun 2008 yaitu 4% dan tahun 2009 yaitu 4,1 %. Angka drop out Kota Medan, berdasarkan data BP4 Kota Medan dalam penelitian Budi Junarman sampai bulan september 2008 sebesar 14,3%. Angka drop out Efusi Pleura di di BP4 Salatiga sebesar 19%. Berdasarkan penelitian Kartika (2 009) angka drop out Efusi Pleura di RSUD Budhi Asih sebesar 8%. Penelitian Erni Erawati, dkk (2009) memperoleh angka drop out Efusi Pleura Kabupaten Dompu sebesar 16,9%. Data yang diperoleh dari dinas kesehatan pemerintah Kabupaten Dairi pada survei pendahuluan, tahun 2010 tercatat 50 penderita yang mengalami drop out dan pada tahun 2011 54 orang penderita mengalami drop out (Anonim, 2010).

Menurut penelitian yang diadakan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dan dari hasil Medical Record (MR) dari Juni 2013 sampai dengan Juni 2014 berjumlah 150 pasien penderitaEfusi Pleura. Berdasarkan kasus diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Efusi Pleura pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Dari uraian diatas maka penulis tertarik

(3)

melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Efusi Pleura di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

METODE

Desain atau rancangan penelitian merupakan metode atau cara mencerminkan langkah-langkah teknis dan operasional yang akan dilaksanakan. (Notoatmodjo ,2010). Desain atau rancangan yang digunakan adalah deskriptif sederhana yaitu untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit Efusi Pleura pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit efusi pleura dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, Maka ditetapkan kerangka konseotual sebagai berikut .Faktor-Faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit efusi pleura pada pasien yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya penumpukan cairan dalam rongga pleura. Efusi pleura merupakan menifestasi klinik yang dapat dijumpai pada sekitar 50-60% penderita keganasan pleura primer atau metastaltik, Semenara 95 % mesotelioma (Keganasan pluera primer) dapat diserta efusi pluer dan sekitar 50 % penderita kangker payudara akhirnya akan mengalami efusi pluera.

Efusi pleura keganasan memiliki 2 hal yang khas, Yaitu cairan pleura lazim berwarna merah ( hemorezik dan pada umumnya cepat terbentuk kembali setelah diaspirasi) Oleh karena itu, Jumlah ciran pleura biasanya banyak sehingga dapat mengakibatkan pendorongan media stinum kearah sisi yang sehat

Etiologi

Kelainan pada pleura hampir selalu merupakan kelainan sekunder kelainan primer pada pleura hanya ada 2 macam yaitu :

1. Infeksi kuman primer intra pleura 2. Tumor primer flura

3. Perubahan permeabilitas membran pleura( keanasan, implamasi, emboli paru). 4. Berkuranga tekanan/ os motik plasma( hipoalbuminemia, sesoris)

5. Meningkatnya tekanan hidrostastik kapiler sistemik( gagal jantung kongstif, superior vena kafa sindrom, veri karditis)

6. Berkurangnya drainase limpatik ( keganansan, trauma )

7. Pergerakan cairan dari edem paru melewati lapiran pleura fiseralis. 8. Meningkatnya cairan peritoneal

(4)

Langkah-langkah dasar yang disertakan dalam pengobatan yang menyebabkan masalah ini, Dengan cara mengeluarkan cairan dan mengobati penyakit penyebab efusi ( seperti pneumonia, pentrikel kolap dan lain-lain ). Langkah pertama diagnosa adalah penyinaran ronsen pada dada. Tapi mengonfirmasikan adanya kelebihan cairan pleura dilakukan setelah ultra sonik atau city scan atau keduanya langkah penting dalam diagnosis adalah untuk mengetahui apa yang menyebabkan cairan menumpuk dipleura penyebabnya dapat ditentukan dengan mendapatkan sampel cairan proses yang terlibat dalam mengeluarkan sampel cairan ini dan menghilangkan sejumlah besar cairan itu, Disebut terapi torasentesis jumlah cairan dikeluarkan dalam kirasan 30 ml- 2 liter dalam kasus-kasus tertentu, Cairan diambil dengan memasukkan saluran interkostal kepleura.

Efusi pleura adalah adanya cairan dalam kavum pleura.Jadi dapat disimpulkan bahwa efusi pleura adalah adanya cairan dalam kavum pleura. Efusi pleura adalah mengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, Proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain.secara normal,ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya friksi. (smeltzer C suzane,2002)

Efusi pleura merupakan penyakit saluran pernafasan.penyakit ini bukan merupakan suatu disease entity tetapi merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang dapat mengancam jiwa penderita (WHO). Dari tabel penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Efusi Pleura.

1. Faktor sosial: Disini sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan hunian, lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat kerja yang buruk dapat memudahkan penularan TBC.

2. Status gizi : keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi dan lain-lain,

3. Umur: Penyakit Efusi Pleura paling sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif 15 – 50 tahun.

4. Jenis Kelamin : Penderita Efusi Pleura cenderung lebih tinggi pada laki- laki dibandingkan perempuan.

Faktor resiko tinggi yang terjadi infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dari rongga pleura dapat menyebabkan pecahnya membrane kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan kedalam rongga secara cepat.Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sanggat tinggi sehingga menimbulkan transsudasi cairan yang berlebihan kedalam rongga pleura.Menurunya tekanan osmotickoloid plasma juga memungkinkan terjadinya transudasi cairan yang berlebihan.

(5)

Hal ini sesuai hasil penelitian diperoleh , 10 responden (100%) mengatakan bahwa pengkonsumsi makanan selama sakit dan 0 responden mengatakan tidak. 2 responden (20%) mengatakan menggunakan obat-obatan terlarang dan yang mengatakan tidak sebanyak 8 responden (80%). 6 responden (60%) mengatakan peminum alkohol dan 4 responden (40%) mengatakan tidak. 5 responden (50%) mengatakan bahwa pengkonsumsi rokok dan 5 responden (50%).

SIMPULAN

Dari hasil penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Efusi Pleura yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya Efusi Pleura yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan adalah Faktor yang mempengaruhi terjadinya Efusi Pleura yang berhubungan dengan faktor utama adalah terjadinya infeksi peradangan pada permukaan pleura dan seorang perokok, 10 responden (100%) mengatakan bahwa pengkonsumsi makanan selama sakit dan 0 responden mengatakan tidak. 2 responden (20%) mengatakan menggunakan obat-obatan terlarang dan yang mengatakan tidak sebanyak 8 responden (80%). 6 responden (60%) mengatakan peminum alkohol dan 4 responden (40%) mengatakan tidak. 5 responden (50%) mengatakan bahwa pengkonsumsi rokok dan 5 responden (50%) mengatakan tidak.

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaf.H dan Mukty.A. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Efusi Pleura. Surabaya: Airlangga University Press

Anggraeni.S. 2011.Stop Tubercolosis. Jawa Barat: Bogor Publishing House

Hidayat.A.A. 2007.Metode penelitian keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

Kunolo.F.J. 2012.Asuhan Keperawatan Penyakit tropis. Jakarta: Trans Info Media Notoadmodjo.S. 2010.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Somantri.I. 2012.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Monica. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Ester

Referensi

Dokumen terkait

inferred global lightning r deep cloud index which is positively correlated with global temperature. Thus, there is a consistent picture of warmer temperatures leading to more

the classic Carnegie curve diurnal variation while the Weston data were more variable and often too large. The major source of error appears to be due to hydrated aerosol at

A patient-specific 3D modelling and printing procedure (Figure 1), for surgical planning in case of complex heart diseases was developed.. The procedure was applied to two

To obtain well-distributed, stable and quantity controllable features, UR-SIFT algorithm is adopted in source image, meanwhile, SIFT with lower contrast threshold

This strategy was proposed by Amit and Geman (Amit, 1997), and later successfully used by researchers and engineers.. It allows resizing binary tests, if necessary.

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata

Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka dengan hormat kami mengundang saudara untuk menghadiri acara pembuktian kualifikasi yang akan dilaksanakan pada :. Diharapkan

Program studi yang diusulkan harus memiliki manfaat terhadap institusi, masyarakat, serta bangsa dan negara. Institusi pengusul memiliki kemampuan dan potensi untuk