• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREFERENSI PENGGUNAAN ALAT GERAK ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) PADA AKTIVITAS MAKAN DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER DIAZ SAMODRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PREFERENSI PENGGUNAAN ALAT GERAK ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) PADA AKTIVITAS MAKAN DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER DIAZ SAMODRO"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PREFERENSI PENGGUNAAN ALAT GERAK

ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) PADA AKTIVITAS MAKAN

DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER

DIAZ SAMODRO

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(2)

ABSTRAK

DIAZ SAMODRO. Preferensi Penggunaan Alat Gerak Orangutan (Pongo pygmaeus) Pada Aktivitas Makan di Pusat Primata Schmutzer. Dibimbing oleh R R DYAH PERWITASARI dan ENTANG ISKANDAR.

Aktivitas makan merupakan salah satu tingkah laku orangutan yang dibutuhkan untuk mengetahui preferensi penggunaan tangan. Preferensi penggunaan alat gerak berkaitan dengan refleksi asimetri atau lateralisasi dari penggunaan otak. Masing-masing tangan dikendalikan oleh belahan otak yang berlawanan dari tangan tersebut. Penelitian ini bertujuan mengetahui preferensi penggunaan alat gerak pada orangutan dalam aktivitas makan. Objek pada penelitian ini adalah sembilan orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) dengan umur dan jenis kelamin yang berbeda. Aktivitas makan dibedakan menjadi dua yaitu Reaching for food (RFF) dan Taking food to the mouth (TFM). Posisi tubuh orangutan dibedakan menjadi lima yaitu duduk, pronograde stand, orthograde stand, gantung, dan tidur. Dominansi penggunaan tangan kanan atau kiri diketahui dengan melakukan uji-z. Orangutan lebih sering menggunakan satu alat gerak (unimanual feeding) dibandingkan dengan Two limb feeding. Tiga orangutan menunjukkan dominan tangan kanan pada aktivitas RFF dan TFM. Two limb feeding (kombinasi tangan-tangan atau tangan-kaki) dilakukan oleh orangutan dewasa. Posisi duduk merupakan posisi yang paling sering ditemui pada saat aktivitas makan.

ABSTRACT

DIAZ SAMODRO. Preferences of limb usage of orangutan (Pongo pygmaeus) on feeding activity in Schmutzer Primate Center. Supervised by R R DYAH PERWITASARI and ENTANG ISKANDAR.

Feeding activity is one of the orangutan behavior which is needed to determine the usage of its hand preferences. Limb usage preferences is related to the asymmetrical reflection or lateralized of brain usage. Each hand is controlled by the opposite hemisphere of the brain. This research addressed to determine limb usage preferences of orangutan during feeding activity. The object of this research was nine Bornean orangutans (Pongo pygmaeus) with different age and sex. Feeding activity was divided into two categories, i.e. Reaching for food (RFF) and Taking food to the mouth (TFM). The postures of orangutan were distinguished into five classifications, i.e. sit, pronograde stand, orthograde stand, suspend, and lie. The dominance of right or left handedness was analysed using z-test. Orangutans more common performed unimanual feeding than two limb feeding. Three orangutans showed right handedness during RFF and TFM activities. Two limb feeding (hand-hand or hand-foot combination) was performed by adult orangutans. Sit was the posture most common during feeding activity.

(3)

PREFERENSI PENGGUNAAN ALAT GERAK

ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) PADA AKTIVITAS MAKAN

DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER

DIAZ SAMODRO

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(4)

Judul Skripsi : Preferensi Penggunaan Alat Gerak Orangutan (Pongo pygmaeus)

pada Aktivitas Makan di Pusat Primata Schmutzer

Nama

: Diaz Samodro

NIM

: G34052217

Menyetujui

Pembimbing I

Pembimbing II

(Dr. Ir. R. R. Dyah Perwitasari, M.Sc.)

(Dr. Ir. Entang Iskandar, M.Si.)

NIP 19660403 199003 2 001

NIP 19670619 200701 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Biologi

(Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si.)

NIP 19641002 198903 1 002

(5)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga karya ilmiah yang berjudul Preferensi Penggunaan Alat Gerak Orangutan (Pongo pygmaeus) pada Aktivitas Makan di Pusat Primata Schmutzer ini dapat diselesaikan.

Terima kasih penulis haturkan kepada Ibu Dr. Ir. R. R. Dyah Perwitasari, M.Sc. dan Bapak Dr. Ir. Entang Iskandar, M.Si. atas bimbingan, saran, kritik, dan bantuan selama penelitian serta penyusunan skripsi ini. Ibu Dr. Ir. Sulistijorini, M.Si. atas saran dan masukan yang diberikan sehingga tulisan ini menjadi lebih baik. Semua keeper orangutan di Pusat Primata Schmutzer (PPS), pihak Taman Margasatwa Ragunan, staf edukasi PPS, dan staf Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) atas informasi dan bantuan yang telah diberikan. Keluarga dan orangtua tercinta atas doa, bantuan, dukungan, dan kasih sayang yang tulus. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ridhatul Z, Islamul H, Ikka E, Zainati F, Nina SA, Ade S, Gilang H, Jazirotul F, Qatrunnada, Amanda W, Bramantyo JP, Amin K, dan teman-teman seperjuangan Biologi 42 atas bantuan dan dorongan semangat.

Penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2010 Diaz Samodro

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 2 Maret 1987 dari ayah Soeharto, Bsc. (alm) dan Ibu Adawiyah. Penulis merupakan putra kedelepan dari delapan bersaudara. Penulis memulai pendidikan di SD Negeri Pengadilan 5 Bogor (1993-1999), SLTP Negeri 2 Bogor (1999-2002), dan SMA Negeri 4 Bogor (2002-2005).

Pada tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima pada Program Studi Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Penulis aktif sebagai anggota Divisi Wahan Muslim Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMABIO) IPB pada tahun 2007 - 2008, anggota divisi Pengembangan dan Sumber Daya Manusia HIMABIO pada tahun 2008. Penulis juga berpartisipasi dalam kepanitian berbagai acara yang diselenggarakan oleh HIMABIO seperti Lomba Cepat Tepat Biologi (2007), Hentakan Nasional Indonesia (2007), Masa Perkenalan Departemen (2008), dan berbagai seminar. Penulis melaksanakan kegiatan Praktik Lapangan di Taman Safari Indonesia pada tahun 2008 dengan judul Konservasi Ex-situ Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) di Taman Safari Indonesia.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... v PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 2

Waktu dan Tempat ... 2

BAHAN DAN METODE Objek Penelitian ... 2

Alat ... 2

Habituasi dan Identifikasi ... 2

Pengamatan Tingkah Laku ... 2

Pengukuran Suhu dan Kelembaban ... 2

Penggunaan Alat Gerak Pada Saat Makan ... 2

Posisi Tubuh ... 2

Analisis Data ... 3

HASIL Penggunaan Waktu Harian ... 3

Penggunaan Alat Gerak Pada Saat Makan ... 3

Posisi Tubuh dan Penggunaan Alat Gerak Pada Saat Makan ... 4

PEMBAHASAN Penggunaan Waktu Harian ... 5

Penggunaan Alat Gerak Pada Saat Makan ... 6

Posisi Tubuh dan Penggunaan Alat Gerak Pada Saat Makan ... 7

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 7

Saran ... 8

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Aktivitas penggunaan alat gerak orangutan ... 3 2 Preferensi Unimanual feeding pada aktivitas Reaching for food (RFF) dan Taking food

to the mouth (TFM) ... 4 3 Penggunaan tangan kanan untuk posisi yang berbeda pada unimanual feeding untuk

aktivitas Reaching for food (RFF) ... 5 4 Penggunaan tangan kanan untuk posisi yang berbeda pada unimanual feeding untuk

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Orangutan adalah salah satu anggota famili Hominidae bersama tiga kera besar lainnya yaitu bonobo (Pan paniscus), simpanse (Pan troglodytes), dan gorila (Gorilla gorilla) (Meijraad et al 2001). Menurut Groves (2001), terdapat dua spesies orangutan yang masih hidup, yaitu orangutan Sumatera (Pongo abelii) dan orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus). Salah satu ciri pembeda antara keduanya adalah warna rambut. Orangutan Kalimantan mempunyai kulit dan warna rambut lebih gelap daripada orangutan Sumatera. Dimorfisme seksual pada orangutan dapat diamati berdasarkan ciri morfologi jantan dan betina. Salah satu perbedaan morfologi tersebut dapat dilihat pada struktur bantalan pipi yang hanya terdapat pada individu jantan. Ciri dimorfisme seksual lain terdapat pada perbedaan ukuran jantan dan betina. Individu jantan umumnya berukuran dua kali lebih besar dari individu betina (Fleagle 1988).

Orangutan termasuk hewan diurnal dan arboreal. Hampir seluruh waktunya berada di atas pohon, jarang turun ke tanah. Sebagai hewan frugivor, orangutan lebih banyak mengonsumsi buah sebagai pakan utamanya. Selain buah, sumber makanan lainnya yaitu daun, termasuk tunas muda, dalam jumlah sangat banyak. Secara keseluruhan, jenis makanan yang dikonsumsi orangutan adalah 60% buah, 20% daun, 10% kulit batang, 8% serangga, dan 2% lain-lain (Meijaard et al. 2001). Hingga saat ini tercatat lebih dari 1.000 spesies tumbuhan, serangga, dan jamur yang menjadi pakan orangutan (Wich et al. 2009).

Berbeda dengan manusia yang umumnya menggunakan tangan kanan (diperkirakan 85% - 90% manusia lebih dominan menggu-nakan tangan kanan), pada primata bukan manusia kedua tangan dan kakinya dapat digunakan secara bersamaan, tidak ada yang lebih mendominasi daripada yang lain (Hopkins 2006). Penggunaan tangan kanan ini sangat berkaitan dengan otak bagian kiri yang memiliki fungsi untuk kemahiran dalam menggunakan alat dan bahasa (Hopkins & Waal 1995). Primata bukan manusia mungkin juga sering menggunakan tangan kanan atau kiri untuk aktivitas tertentu. Meskipun demikian, preferensi tangan pada primata bukan manusia telah memiliki ciri khas yang diakibatkan oleh pengalaman atau faktor lingkungan. Oleh karena itu, kebiasaan dalam

perkembangan penggunaan tangan pada manusia dan primata bukan manusia sangat berbeda (Hopkins 1994).

Aktivitas makan merupakan salah satu dari tingkah laku yang dibutuhkan untuk mengetahui preferensi penggunaan tangan. Hal ini seharusnya relatif mudah untuk diteliti. Namun, pada kenyataannya penggunaan tangan pada saat makan tidak mudah untuk diteliti. Orangutan dapat menggunakan kedua kaki dan tangan untuk melakukan aktivitas makan dan memegang pakan, terkadang dengan kombinasi dua tangan atau kaki dan tangan. Selain itu, pada saat makan mereka dapat melakukannya dengan berbagai posisi (Kaplan & Rogers 1994).

Secara anatomi, orangutan, gorila, dan simpanse memiliki bagian otak besar yang sama dengan manusia (Colell et al. 1995). Preferensi alat gerak menarik untuk dipelajari karena hal ini berkaitan dengan refleksi asimetri atau lateralisasi dari penggunaan otak. Masing-masing tangan dikendalikan oleh belahan otak yang berlawanan dari tangan tersebut. Dominansi salah satu belahan otak untuk mengerjakan fungsi tertentu dapat dihubungkan dengan preferensi penggunaan tangan yang berlawanan dari belahan otak tersebut (Kaplan & Rogers 1994). Secara keseluruhan, frekuensi penggunaan tangan kanan pada kera besar lebih rendah jika dibandingkan dengan manusia. Menurut analisis komparatif yang dilakukan Hopkins (2006), simpanse dan bonobo termasuk kelompok yang lebih menggunakan tangan kanan tetapi tidak demikian pada gorila dan orangutan. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui preferensi penggunaan alat gerak pada orangutan.

Pusat Primata Schmutzer (PPS) merupakan sarana konservasi dan edukasi satwa primata yang terletak di dalam Taman Margasatwa Ragunan. PPS dihibahkan bagi kota Jakarta oleh Pauline Antoinette Adeline Schmutzer-Versteegh dan Yayasan Gibbon, diresmikan pada tanggal 20 Agustus 2002. Fasilitas yang terletak pada kawasan seluas 13 hektar ini mencakup kandang berbagai primata yang dibuat mendekati habitat alami, perpustakaan, museum, arena bermain, dan gedung teater kecil. Sebagian besar primata yang menjadi koleksi PPS berasal dari sitaan, pemberian suka rela, atau koleksi pribadi. Satwa yang tidak dapat di kembalikan ke alam akan dipelihara untuk kepentingan edukasi dan konservasi.

(10)

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mengetahui preferensi penggunaan alat gerak pada Orangutan (Pongo pygmaeus) dalam aktivitas makan di Pusat Primata Schmutzer.

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga Oktober 2009 di Pusat Primata Schmutzer, Ragunan, Jakarta.

BAHAN DAN METODE

Objek Penelitian

Objek yang diteliti adalah 9 orangutan yang berada di PPS, yaitu 2 jantan dewasa (Zidane dan Putu) dengan perkiraan umur 13 dan 12 tahun, 5 betina dewasa (Vony, Amida, Inah, Mada, dan Bili) dengan perkiraan umur berkisar antara 13-15 tahun, 1 betina pradewasa (Pinky) dengan perkiraan umur 6 tahun, dan 1 betina bayi (Mio) berumur 2,5 tahun. Pengelompokkan umur dan jenis kelamin berdasarkan Galdikas (1984).

Alat

Peralatan yang digunakan adalah alat tulis, stopwatch, timer, termometer, higrometer, dan kamera digital.

Habituasi dan Identifikasi

Habituasi merupakan proses pembiasaan orangutan dengan kehadiran pengamat yang dihasilkan dari kontak pengamat secara teratur dan berulang kali pada individu yang sama. Identifikasi dilakukan dengan cara memberi nama dan mengingat karakteristik fisik masing-masing individu, serta men-dokumentasikan gambarnya. Foto-foto tersebut disusun dalam kumpulan dokumentasi identifikasi, bersama catatan tentang sifat-sifat yang menjadi ciri khas individu tersebut sehingga memungkinkan membedakan setiap individunya (Galdikas 1984).

Pengamatan Tingkah Laku

Metode focal animal sampling digunakan untuk mengamati aktivitas orangutan. Focal animal sampling adalah pengamatan yang terfokus pada satu individu dalam batas waktu yang telah ditentukan (Martin & Bateson 1987). Pada penelitian ini setiap individu diamati selama 10 menit secara bergantian. Pada umumnya, masing-masing individu diamati selama 40-50 menit dalam satu hari.

Orangutan yang diamati adalah orangutan yang berada di kandang terbuka.

Pengamatan tingkah laku harian orangutan dilakukan selama 22 hari kerja dan 17 hari libur. Aktivitas harian dimulai dari orangutan keluar kandang untuk memulai aktivitasnya sampai masuk kembali ke kandangnya. Aktivitas harian yang diamati adalah aktivitas makan, minum, lokomosi (bergerak pindah di pohon atau permukaan tanah), istirahat atau tidur (bersandar atau duduk pada sebuah cabang atau di tanah), bermain, agonistik, selisik, dan kopulasi.

Pengukuran Suhu dan Kelembaban

Suhu dan kelembaban udara diukur tiga kali sehari, yaitu pada pukul 09.00; 12.00 dan 15.00. Pengukuran suhu udara daerah pengamatan menggunakan termometer sedangkan kelembaban udara menggunakan higrometer.

Penggunaan Alat Gerak Pada Saat makan

Unimanual feeding, yaitu aktivitas penggunaan satu tangan/kaki untuk makan. Two-limb feeding, yaitu aktivitas penggunaan satu tangan/kaki untuk mengambil pakan ke mulut sementara tangan/kaki lainnya menggenggam pakan (Hopkins 1994).

Menurut Peters dan Rogers (2008), penggunaan alat gerak pada saat aktivitas makan dibagi menjadi dua: (1) Reaching for food (RFF), yaitu aktivitas mengambil pakan. Satu kejadian RFF adalah apabila tangan, kaki ataupun keduanya digunakan untuk mengambil pakan. Kejadian akan berakhir apabila pakan jatuh atau digenggam oleh tangan/kaki lainnya. (2) Taking food to the mouth (TFM), yaitu aktivitas mengambil pakan ke mulut. Satu kejadian TFM adalah apabila orangutan menggunakan tangan/kaki untuk mengambil pakan ke mulutnya dan akan berakhir apabila pakan berpindah ke tangan/kaki lainnya atau jatuh.

Posisi tubuh

Lima posisi tubuh orangutan yang diamati menurut klasifikasi Thorpe dan Crompton (2006) kecuali untuk posisi gantung, adalah (1) duduk, yaitu dua kaki dan badan bawah berada di tanah dengan badan vertikal. (2) Pronograde stand, yaitu badan sejajar dengan ditopang oleh dua kaki dan satu tangan (tripedal stand). (3) Othograde stand, yaitu badan vertikal, ditopang oleh dua kaki (bipedal stand) atau satu kaki penopang dan satu tangan tergantung (monopedal stand). (4) Gantung, yaitu badan vertikal dan

(11)

menggantung pada satu atau dua tangan. (5) Tidur yaitu posisi badan sejajar di atas tanah.

Analisis Data

Uji-z dilakukan untuk mengetahui dominansi penggunaan tangan kanan atau kiri. Rumus uji-z adalah :

Keterangan :

= besarnya aktivitas penggunaan ta- ngan kanan atau kiri pada saat ma- kan

= total besarnya aktivitas pengguna- an tangan pada saat makan = /2

dan = 0,5 (asumsi penggunaan tangan kanan dan kiri seimbang)

Hasil uji-z ini digunakan untuk mengetahui dominansi penggunaan tangan : kiri ( ≤ −1,96), tidak dominan (−1,96 ≤ ≤ 1,96), dan dominan tangan kanan ( ≥ 1,96). ( ≤ 0,05) dengan ∝/ = 0,025 sehingga

nilai kritik , = 1,96.

HASIL

Penggunaan Waktu Harian

Hasil pengamatan selama 107 jam menunjukkan bahwa orangutan di PPS menggunakan 40% waktunya untuk aktivitas beristirahat, bermain 27%, makan 20%, selisik 7%, lokomosi 4%, dan agonistik 2% (Gambar 1). Berdasarkan jenis kelamin dan kelas umur, jantan dewasa memanfaatkan 42% waktunya untuk aktivitas beristirahat, makan 26%, bermain 17%. Waktu istirahat betina dewasa mencapai 57%, selanjutnya makan 21%, dan selisik 12%. Aktivitas pada betina remaja adalah bermain (41%) dan istirahat (33%), sedangkan untuk aktivitas makan hanya 19%. Betina bayi menggunakan waktu untuk aktivitas bermain sangat besar, mencapai 69%, istirahat dan selisik 11%, dan makan 5%.

Terdapat perbedaan hasil pengamatan antara hari kerja dan hari libur. Perbedaan tersebut terletak pada aktivitas istirahat dan bermain. Pada hari libur aktivitas istirahat orangutan mengalami penurunan dari 40% menjadi 29% tetapi untuk aktivitas bermain mengalami peningkatan dari 28% menjadi 38%. Aktivitas makan mengalami peningkatan pada hari libur yaitu sebesar 6%.

Gambar 1 Proporsi waktu aktivitas harian

orangutan di PPS

Rata-rata suhu udara daerah pengamatan di PPS adalah 33,5 °C, suhu paling tinggi mencapai 38 °C dan paling rendah sebesar 29 °C. Rata-rata kelembaban udara adalah 55,4%, kelembaban tertinggi mencapai 84% dan terendah 32%. Aktivitas makan paling tinggi terjadi pada pagi hari dengan rata-rata suhu dan kelembaban 32,1 °C dan 61,4%. Pada siang hari orangutan lebih banyak menggunakan waktunya untuk istirahat dengan rata-rata suhu dan kelembaban 34,9 °C dan 49%. Rata-rata suhu dan kelembaban udara pada sore hari 33,5 °C dan 55%, biasanya orangutan menggunakan waktu ini untuk aktivitas bermain dan makan.

Selain minum air yang tersedia di PPS, orangutan terkadang meminum urinnya sendiri ataupun dari individu lain. Zidane, Putu, dan Inah yang ditempatkan di kandang tengah terkadang melakukan hal tersebut. Selain itu, Amida, Vony, dan Pinky yang ditempatkan di enklosur juga terkadang menggunakan ranting pohon untuk menggali tanah dan memakannya.

Penggunaan Alat Gerak Pada Saat Makan

Berdasarkan hasil pengamatan selama 352 jam, orangutan lebih sering menggunakan unimanual feeding (satu alat gerak) dibandingkan menggunakan two limb feeding (kombinasi tangan-tangan atau tangan-kaki). Tabel 1 Aktivitas penggunaan alat gerak

orangutan

Aktivitas n Persentase Unimanual feeding 16008 97,45% Two limb feeding 419 2,55%

Total 16427 100%

n, besarnya aktivitas penggunaan tangan pada saat makan 20% 4% 40% 27% 7% 2% Makan Lokomosi Istirahat Bermain Selisik Agonistik = −

(12)

Tabel 2 Preferensi Unimanual feeding pada aktivitas Reaching for food (RFF) dan Taking food to the mouth (TFM) Objek Jenis kelamin Umur (Tahun) RFF TFM n % RH z n % RH z Zidane J ~13 338 66 5,77 1854 63 11,94 Putu J ~12 510 49 -0,45 1164 68 12,13 Vony B ~15 427 45 -1,98 1988 59 8,78 Amida B ~14 218 59 2,71 1943 66 14,35 Inah B ~15 482 64 6,10 1295 62 8,80 Mada B ~14 116 78 6,12 1181 45 -3,29 Bili B ~13 154 93 10,80 1283 49 -0,81 Pinky B ~6 147 52 0,55 1725 42 -6,96 Mio B 2,5 - - - 1183 60 6,72

Hasil uji-z dengan cetak tebal menandakan dominan tangan kanan (positif) dan tangan kiri (negatif), < 0,05; n, besarnya aktivitas penggunaan tangan pada saat makan per individu; % RH (Right-Hand), persentase penggunaan tangan kanan; J/B, jantan atau betina

Penggunaan two limb feeding sangat kecil yaitu hanya sebesar 2,55% dari keseluruhan aktivitas penggunaan alat gerak pada saat makan (Tabel 1).

Pada umumnya, aktivitas unimanual feeding orangutan menggunakan tangan kanan baik untuk aktivitas RFF maupun TFM. Zidane, Amida, dan Inah menggunakan tangan kanan lebih dominan pada aktivitas RFF dan TFM. Mada dan Pinky menunjukkan dominan tangan kiri pada aktivitas TFM. Pada aktivitas RFF, hanya Vony yang menunjukkan dominan tangan kiri. Mada menunjukkan dominan tangan kanan pada aktivitas RFF tetapi dominan tangan kiri pada aktivitas TFM. Vony menunjukkan dominan tangan kiri pada aktivitas RFF tetapi dominan tangan kanan pada aktivitas TFM. Mio tidak mempunyai data pada aktivitas RFF (Tabel 2). Tiga orangutan menggunakan kakinya untuk aktivitas TFM, namun sangat kecil : Zidane 32 kali (1,7%), Inah 2 kali (0,2%), dan Mada 2 kali (0,2%).

Pada aktivitas two limb feeding tidak cukup data untuk dilakukan uji-z. Secara umum, aktivitas two limb feeding dilakukan oleh orangutan dewasa (Zidane, Putu, Vony, dan Inah). Keempat orangutan tersebut biasanya menggunakan kaki untuk menggenggam pakan (69%). Zidane menggunakan kaki untuk menggenggam pakan sebesar 74% dari keseluruhan aktivitas two limb feeding, Putu 72%, Vony 76%, dan Inah 79%. Pada aktivitas TFM, keempat orangutan tersebut menggunakan tangan.

Orangutan juga dapat menggunakan alat walaupun tidak umum ditemukan. Pinky yang ditempatkan di enklosur pernah menggunakan ranting pohon yang berdaun untuk melindungi kepalanya pada saat hujan.

Posisi Tubuh dan Penggunaan Alat Gerak Pada Saat Makan

Pada aktivitas unimanual feeding, posisi duduk menunjukkan posisi yang paling sering ditemui pada penggunaan tangan kanan (% RH) orangutan. Secara umum, pada posisi duduk orangutan lebih sering menggunakan tangan kanan untuk aktivitas makan. Pinky lebih sering mengggunakan tangan kirinya baik untuk aktivitas RFF maupun TFM dalam berbagai posisi (Tabel 3 dan 4). Pada aktivitas two limb feeding terdapat penggunaan kombinasi alat gerak. Pada saat duduk, orangutan menggunakan kombinasi tangan-kaki lebih sering (68%) dibandingkan kombinasi tangan-tangan (32%).

Pada aktivitas RFF (Tabel 3), posisi gantung dan tidur merupakan posisi yang jarang ditemui sedangkan posisi duduk dan pronograde stand paling sering ditemui. Bili dan Pinky hanya melakukan aktivitas RFF pada posisi duduk. Mio tidak pernah melakukan aktivitas RFF selama waktu pengamatan. Hanya Amida yang melakukan aktivitas RFF pada posisi gantung. Dua individu orangutan melakukannya pada posisi tidur, yaitu Zidane dan Putu. Pada posisi orthograde stand, orangutan lebih sering menggunakan tangan kanan untuk mengambil pakan.

Pada aktivitas TFM (Tabel 4), posisi duduk dan orthograde stand dilakukan oleh semua individu orangutan. Pronograde stand dilakukan oleh semua individu kecuali Mio. Vony, Amida, Inah, dan Mio lebih sering menggunakan tangan kanan dalam berbagai posisi. Bili lebih sering menggunakan tangan kiri untuk aktivitas TFM kecuali pada posisi gantung.

(13)

Tabel 3 Penggunaan tangan kanan untuk posisi yang berbeda pada unimanual feeding untuk aktivitas Reaching for food (RFF)

Objek Duduk Pronograde stand Orthograde stand Gantung Tidur n % RH n % RH n % RH n % RH n % RH Zidane 217 67 63 48 10 50 - - 48 79 Putu 272 51 230 45 - - - - Vony 191 54 152 32 46 59 - - 38 39 Amida 103 55 50 52 45 71 20 70 - - Inah 369 60 95 75 12 67 - - - - Mada 58 67 37 62 18 67 - - - - Bili 82 89 - - - - Pinky 108 48 - - - - Mio - - - -

n, besarnya aktivitas penggunaan tangan pada saat makan per individual; % RH (Right-Hand), persentase penggunaan tangan kanan; (−) menandakan tidak cukup data untuk individu tersebut

Tabel 4 Penggunaan tangan kanan untuk posisi yang berbeda pada unimanual feeding untuk aktivitas Taking food to the mouth (TFM)

Objek Duduk Pronograde stand Orthograde stand Gantung Tidur

n % RH n % RH n % RH n % RH n % RH Zidane 1283 65 301 61 99 74 8 38 162 56 Putu 924 70 139 76 54 46 - - 45 17 Vony 1249 55 319 69 118 67 - - 298 67 Amida 1618 69 89 61 90 67 109 50 - - Inah 867 56 214 85 140 66 - - 68 54 Mada 1087 44 32 75 33 42 - - 19 63 Bili 742 48 162 42 47 40 332 55 - - Pinky 1389 42 70 41 64 50 110 35 92 45 Mio 636 58 - - 80 64 441 61 - -

n, besarnya aktivitas penggunaan tangan pada saat makan per individual; % RH (Right-Hand), persentase penggunaan tangan kanan; (−) menandakan tidak cukup data untuk individu tersebut

PEMBAHASAN

Penggunaan Waktu Harian

Orangutan yang berada di PPS lebih banyak menggunakan waktunya untuk beristirahat (40%) dibandingkan makan (20%). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zuhra (2008) menunjukkan bahwa istirahat juga menjadi aktivitas dominan yang dilakukan oleh orangutan yang berada di PPS. Sedangkan menurut Maple (1980) orangutan yang hidup di alam lebih banyak memanfaatkan waktunya untuk aktivitas makan (45,9%) diikuti istirahat (39,2%), dan lokomosi (11,1%). Adanya perbedaan pemanfaatan waktu orangutan yang berada di penangkaran dan alam kemungkinan disebabkan oleh pakan orangutan yang berada di penangkaran cenderung terbatas. Apabila pakan yang disukai yaitu buah telah habis orangutan memanfaatkan waktunya untuk beristirahat atau bermain. Ruang gerak yang terbatas di penangkaran mengakibatkan penurunan aktivitas lokomosi. Aktivitas sosial seperi bermain, selisik, dan bergulat

cenderung meningkat, hal ini disebabkan orangutan di PPS hidup berkelompok. Sedangkan orangutan yang berada di alam tidak membentuk kelompok, hidup semisoliter. Mereka berkelompok hanya pada saat kopulasi dan betina mengasuh anaknya yang belum dewasa (Galdikas 1984). Orangutan memperlihatkan banyak variasi ekologi (penetap, pengembara, atau penglaju) dan perilaku sosial individu karena perbedaan jenis kelamin, umur, kondisi reproduksi, status sosial, dan juga keterampilannya (Meijaard et al. 2001). Betina dewasa lebih banyak memanfaatkan waktunya untuk beristirahat (57%) dibandingkan betina bayi yang lebih banyak bermain (69%).

Jumlah pengunjung yang datang ke PPS pada hari libur (Sabtu, Minggu, dan hari besar) lebih banyak dibandingkan dengan pada hari kerja (Senin-Jumat). Selama pengamatan, rata-rata jumlah pengunjung pada hari kerja sebesar 475 orang sedangkan pada hari libur sebesar 3.824 orang (TMR 2009). Faktor ini berpengaruh pada besarnya aktivitas istirahat dan bermain orangutan.

(14)

Pada hari kerja orangutan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk beristirahat. Pada hari libur, aktivitas istirahat orangutan berkurang sedangkan aktivitas bermainnya meningkat. Banyaknya pengunjung pada hari libur memungkinkan berkurangnya waktu istirahat orangutan karena adanya kontak secara tidak langsung antara orangutan dan pengunjung. Hal ini juga ditemui pada gorila yang terdapat di kebun binatang Seattle dan Zurich. Apabila banyak pengunjung yang beraktivitas di sekitar kandang peragaan maka gorila akan lebih aktif bergerak (Meder 1992).

Orangutan lebih banyak menggunakan waktunya untuk istirahat apabila suhu udara cenderung tinggi. Rata-rata suhu di daerah pengamatan cukup tinggi yaitu 33,5 °C. Babon yang berada di provinsi Cape Barat, Afrika Selatan juga memilih berteduh dan berhenti melakukan aktivitas makan apabila suhu udara naik (Hill et al. 2004). Kelembaban yang rendah mengakibatkan orangutan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk beristirahat. Namun, kelembaban lebih berpengaruh kepada aktivitas selisik. Menurut Hill et al. (2004), kelembaban yang rendah akan meningkatkan aktivitas selisik pada babon. Primata pada umumnya melakukan aktivitas gerak pada pagi hari dan beristirahat pada siang hari. Pada pagi dan sore hari, kebanyakan primata aktif melakukan aktivitas makan karena suhu udara yang rendah dibandingkan pada siang hari (Hill 2006).

Orangutan di PPS terkadang menggunakan alat untuk beraktivitas. Salah satunya adalah menggunakan ranting pohon untuk menggali tanah dan memakannya. Tanah mengandung mineral tertentu atau kaolin dalam konsentrasi tinggi. Kaolin penting untuk menetralkan jumlah tanin beracun dan asam fenolat yang tinggi dalam makanan yang berasal dari daun (Meijaard et al 2001). Menurut Krief (2004) adanya tingkah laku yang menyimpang seperti minum urin atau memakan feses pada primata yang berada di penangkaran disebabkan oleh kekurangan makanan, kebosanan, tekanan sosial dan masalah medis. Zidane, Putu, dan Inah yang teramati meminum urin di kandang tengah kemungkinan disebabkan oleh salah satu dari keempat hal tersebut yaitu kebosanan. Kandang tengah memiliki pengayaan yang kurang memadai jika dibandingkan dengan enklosur. Penelitian yang dilakukan oleh Zuhra (2009) juga ditemukan aktivitas meminum urin pada Zidane dan Putu.

Penggunaan Alat Gerak Pada Saat Makan

Orangutan pada umumnya lebih banyak menggunakan tangan kanan untuk aktivitas RFF dan TFM pada tingkat kelompok. Hal ini juga ditemukan pada simpanse dan bonobo yang berada di penangkaran. Pada tingkat kelompok, mereka menunjukkan penggunaan tangan kanan yang lebih banyak pada aktivitas makan (Hopkins 2006). Orangutan dapat menggunakan keempat alat geraknya (kuadrupedal) untuk berbagai aktivitas, seperti lokomosi ataupun makan. Orangutan yang berada di PPS dalam aktivitas makan lebih banyak menggunakan satu alat gerak (unimanual feeding) dibandingkan dua alat gerak (two limb feeding).

Pada penggunaan satu alat gerak (unimanual feeding), tiga orangutan dewasa (Zidane, Amida, dan Inah) menunjukkan dominan tangan kanan baik pada aktivitas RFF maupun TFM. Pada aktivitas RFF lima orangutan menunjukkan dominan tangan kanan. Cunningham et al (1989) mengamati perkembangan preferensi satu tangan orangutan (P. pygmaeus) dan menemukan bahwa orangutan yang berada di kebun binatang Memphis menggunakan tangan kanannya pada saat mengambil pakan (67,7%). Dominasi tangan kanan juga ditunjukkan enam individu yang meliputi orangutan jantan dan betina pada aktivitas TFM. Menurut Roger dan Kaplan (1994) tidak ada perbedaan jenis kelamin dalam penggunaan alat gerak pada orangutan, meskipun hal ini dilaporkan teramati pada prosimian. Menurut (Ward & Hopkins 1993), pada lemur (Lemur catta) penggunaan tangan berpengaruh terhadap jenis kelamin. Lemur betina lebih memilih menggunakan tangan kanan sedangkan lemur jantan lebih memilih menggunakan tangan kiri.

Pada two limb feeding orangutan lebih sering menggunakan kaki untuk meng-genggam pakan. Hal tersebut disebabkan kaki mereka mempunyai kemampuan untuk menggenggam yang baik dibandingkan jenis kera lainnya (Kaplan & Rogers 1994). Penelitian tentang penggunaan alat gerak orangutan di alam dan di penangkaran cenderung memiliki perbedaan. Orangutan yang hidup di penangkaran sering hidup pada tempat yang terbatas pergerakannya. Sehingga akses untuk memanipulasi objek juga terbatas. Selain itu, mereka juga sering dibesarkan tanpa adanya interaksi ibu-bayi (Kaplan & Rogers 1994). Faktor-faktor ini mungkin mempengaruhi perkembangan preferensi penggunaan alat gerak. Orangutan merupakan

(15)

spesies yang bersifat arboreal. Namun kehidupan di penangkaran, khususnya PPS, memaksa orangutan untuk tidak hidup secara arboreal. Di enklosur PPS terdapat pengayaan seperti pohon alami yang cukup tinggi ataupun pohon buatan (artifisial) yang memungkinkan orangutan untuk hidup arboreal. Meskipun telah dilakukan pengayaan, pakan diletakkan di permukaan tanah sehingga memaksa orangutan untuk lebih sering berada di permukaan tanah bukan di atas pohon. Ada beberapa orangutan yang mengambil pakan lalu mengonsumsinya di atas pohon namun sebagian besar orangutan mengonsumsi langsung di permukaan tanah tanpa kembali lagi ke atas pohon. Sedangkan orangutan yang berada di alam, pakan serta kegiatan mengonsumsi pakan dilakukan di atas pohon sehingga membutuhkan energi untuk menahan gravitasi bumi dan mengkoordinasikan seluruh alat geraknya agar seimbang.

Kehidupan di alam dan penangkaran atau kebun binatang berpengaruh terhadap dominasi penggunaan salah satu tangan pada kera besar. Hopkins & Cantalupo (2005) membandingkan secara langsung preferensi penggunaan satu tangan dan dua tangan simpanse yang berada di penangkaran pada pengambilan madu. Rancangan tugas tersebut sama dengan tugas pengambilan rayap pada simpanse yang berada di alam. Penelitian ini menunjukkan, penggunaan tangan kanan pada tingkat populasi hanya ditemukan pada penggunaan dua tangan dan bukan penggunaan satu tangan. Pada kenyataannya simpanse yang berada di alam menggunakan satu tangan untuk tugas tersebut. Oleh karena itu, perbedaan penggunaan alat gerak antara yang hidup di penangkaran dan alam pada simpanse mungkin lebih disebabkan oleh permintaan penggunaan alat gerak dari tugas tertentu daripada oleh faktor lingkungan.

Penggunaan alat pada orangutan teramati pada individu Pinky yang menggunakan ranting berdaun untuk melindungi kepalanya pada saat hujan. Penggunaan alat juga teramati pada orangutan remaja yang berada di alam. Mereka menggunakan cabang untuk mengusir tawon pada saat mengambil madu (Galdikas 1989).

Posisi Tubuh dan Penggunaan Alat Gerak Pada Saat Makan

Posisi duduk merupakan posisi yang paling sering ditemui orangutan pada aktivitas RFF dan TFM (70,1%). Hasil yang tidak jauh berbeda ditemui pada orangutan (P. abelii) di

Ketambe, Gunung Leuser, yang melakukan beberapa aktivitas seperti istirahat, makan, lokomosi, sosial dalam berbagai posisi (Thorpe & Crompton 2006). Pada aktivitas makan, posisi duduk menjadi posisi yang paling sering ditemui (63%). Pada monyet capuchin (Cebus paella) aktivitas makan juga lebih sering dilakukan pada posisi duduk (Youlatos 1998). Posisi duduk memungkinkan orangutan lebih mudah melakukan aktivitas makan dibandingkan dengan posisi lainnya. Pronograde stand lebih berhubungan dengan aktivitas lokomosi dibandingkan makan. Hasil pengamatan Cant (1987) pada orangutan di Kutai menunjukkan perbedaan yang besar antara posisi duduk dan pronograde stand pada aktivitas makan. Sedangkan orangutan yang berada di PPS meunujukkan perbedaan tetapi tidak besar. Posisi tidur lebih sedikit ditemui untuk aktivitas makan karena pada posisi ini orangutan lebih sering melakukan aktivitas istirahat.

Hasil pengamatan menunjukkan peng-gunaan satu tangan lebih sering ditemui dibandingkan penggunaan dua tangan. Menurut Peters dan Rogers (2008), pada saat makan, setiap posisi tubuh yang menggunakan satu tangan lebih stabil jika dibandingkan menggunakan dua tangan. Pada posisi duduk kombinasi tangan-kaki merupakan kombinasi yang sering ditemui. Pada saat orangutan menggunakan tangan kanan untuk makan biasanya kaki kiri digunakan untuk memegang pakan yang lainnya. Posisi tubuh berpengaruh terhadap kejadian yang melibatkan dua anggota tubuh atau lebih (tangan-tangan atau tangan-kaki) daripada satu anggota tubuh (Hopkins & Morris 1993).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pada umumnya, orangutan yang berada di PPS menggunakan tangan kanan pada saat aktivitas makan. Pada aktivitas Reaching for food (RFF) lima orangutan (Zidane, Amida, Inah, Mada, dan Bili) dominan tangan kanan. Pada aktivitas Taking food to the mouth (TFM) enam orangutan (Zidane, Putu, Vony, Amida, Inah, dan Mio) dominan tangan kanan. Aktivitas Two limb feeding dilakukan oleh orangutan dewasa (Zidane, Putu, Vony, dan Inah). Posisi duduk merupakan posisi yang paling sering ditemui pada saat aktivitas makan.

(16)

Saran

Pada objek yang sama dilakukan penelitian lebih lanjut tentang preferensi penggunaan alat gerak selain pada aktivitas makan. Salah satunya adalah preferensi peng-gunaan alat gerak pada aktivitas lokomosi. Pemberian pakan untuk orangutan di PPS sebaiknya ditempatkan di atas pohon dan lebih tersebar di seluruh kandang dan enklosur.

DAFTAR PUSTAKA

Cant JGH. 1987. Positional behavior of female Bornean orang-utans (Pongo pygmaeus). Am J Primatol 12:71-90. Colell M, Segarra MD, Pi JS. 1995. Hand

preferences in chimpanzees (Pan troglodytes), bonobos (Pan paniscus), and orangutans (Pongo pygmaeus) in food-reaching and other daily activities. Intl J Primatol 16:413-434. Cunningham D, Forsythe C, Ward J. 1989. A

report behavioral lateralization in infant orang-utan (Pongo pygmaeus). Primates 30:249-253.

Fleagle JG. 1988. Primate Adaptation & Evolution. New York : Academic Pr. Galdikas BMF. 1989. Orangutan tool use.

Science. 243:152

Galdikas BMF. 1984. Adaptasi Orangutan di Suaka Tanjung Puting, Kalimantan Tengah. Jakarta : UI-Pr.

Groves CP. 2001. Primate Taxonomy. Washington : Smithsonian Institution Pr.

Hill RA, Weingrill T, Barrett L. 2004. Indices of environmental temperatures for primates in open habitats. Primates 45:7-13.

Hill RA. 2006. Thermal constraints on activity scheduling and habitat choice in baboons. Am J Phys Anthropol 129:242-249

Hopkins WD, Morris RD. 1993. Handedness in apes: a review of findings. Intl J Primatol 14:1-25.

Hopkins WD. 1994. Hand preferences for bimanual feeding in 140 captive chimpanzees (Pan troglodytes): rearing and ontogenetic determinants. Dev Psychobio 27:395-407.

Hopkins WD, Waal FBM. 1995. Behavioral laterality in captive bonobos (Pan paniscus) : replication and extension. Intl J Primatol 16:261-274.

Hopkins WD, Cantalupo C. 2005. Individual and setting differences in the hand

preferences of chimpanzees (Pan troglodytes): A critical analysis and some alternative explanations. Laterality 10:65-80

Hopkins WD. 2006. Comparative and familial analysis of handedness in great apes. Psychol Bull 132:538-559.

Kaplan G, Rogers LJ. 1994. Orang-utans in Borneo. Armidale : Griffin Pr.

Krief S, Jamart A, Hladik CM. 2004. On the possible adaptive value of coprophagy in free-ranging chimpanzees. Primates. 45:141-145.

Maple TL. 1980. Orang-utan Behavior. New York : Van Nostrand Reinhold Company.

Martin P, Bateson P. 1987. Measuring Behavior. London : Cambrige Univ Pr. Meder A. 1992. Efects of the environment on

the behavior of lowland gorillas in zoos. Primate Report 32:167-183 Meijaard E, Rijksen HD. Kartikasari S.N.

2001. Di Ambang Kepunahan : Kondisi Orangutan Liar di Awal Abad ke-21. Jakarta : The Gibbon Foundation inc.

Peters HH, Rogers LJ. 2008. Limb use and preferences in wild orang-utans during feeding and locomotor. Am J Primatol 70:261-270.

Rogers LJ, Kaplan G. 1994. Handedness in orangutans. Di dalam : Ogden JJ, Perkins LA, Sheeron L, editor. Proceeding of the International Conference on “Orangutan : The Neglected Ape”; California, Maret 1994. California : Zoological. hlm 220-225.

Thorpe SKS, Crompton RH. 2006. Orangutan positional behavior and the nature of arboreal locomotion in hominidea. Am J Phys Anthropol 131:384-401.

[TMR] Taman Margasatwa Ragunan. 2009. Data pengunjung TMR dan PPS tahun 2009. Kantor Unit Pelayanan Teknis. Jakarta : TMR.

Ward JP, Hopkins WD. 1993. Primate Laterality: Current Behavioral Evidence of Primate Asymmetries. New York : Springer-Verlag.

Wich SA et al. 2009. Orangutans : Geographic Variation in Behavioral and Conservation. New York : Oxford Univ Pr.

Youlatos D.1998. Positional behavior of two sympatric guianan capuchin monkeys, the brown capuchin (Cebus paella) and

(17)

the wedge-capped capuchin (Cebus olivaceus). Mammalia. 3:351-365. Zuhra R. 2009. Aktivitas makan orangutan

(Pongo pygmaeus) di Pusat Primata Schmutzer, Jakarta [skripsi]. Bogor. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

a) Fungsi pelaporan adalah sebagai salah satu sumber informasi bagi pemerintah atau instansi yang berwenang dalam memantau dan mengevaluasi pemanfaatan ruang

Berbagai masalah yang dibahas meliputi Metafungsi bahasa, Konteks sosial, Pola Hubungan Metafungsi dan Konteks Sosial teks dan serta Kearifan budaya lokal Tradisi

bassiana dengan bahan pembawa EKKU steril umur simpan 1 bulan, tidak berbeda nyata dengan bioinsektisida B.. bassiana dengan bahan pembawa campuran dedak

[r]

[A cikk részben az Europa ismertetését foglalja össze Toldy Ferenc A magyar költészet története cím ű munkájának német fordításáról, részben a következ ő

Peraturan Bupati Bantul Nomor 2 A Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Retribusi Pelayanan Kesehatan di Puskesmas (Berita Daerah Kabupaten Bantul

Panitia ULP/ Panitia Pengadaan pada Satker Direktorat Advokasi dan KIE akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan

Hasil Penelitian yaitu: (1) Aktivitas instruktur memperoleh nilai rata- rata 3,39 dengan kategori sangat baik, (2) Aktivitas peserta memperoleh nilai rata- rata 3,33 dengan