• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dan informasi, bahkan kini informasi telah menjelma menjadi suatu kekuatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dan informasi, bahkan kini informasi telah menjelma menjadi suatu kekuatan"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari arus komunikasi dan informasi, bahkan kini informasi telah menjelma menjadi suatu kekuatan tersendiri dalam persaingan global yang sangat kompetitif.1

Teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah prilaku masyarakat dan peradaban manusia secara global. Selain itu, perkembangan teknologi informasi telah menyebabkan dunia tanpa batas dan menyebabkan perubahan sosial yang berlangsung secara cepat.

Globalisasi menjadi pendorong munculnya era perkembangan teknologi informasi. Fenomena kecepatan perkembangan teknologi informasi telah meliputi seluruh belahan dunia.

2

Pesatnya perkembangan teknologi telah membentuk masyarakat internasional. Sehingga jarak antara belahan dunia menjadi sempit dan berjarak pendek. Kemajuan teknologi ditandai dengan penemuan-penemuan baru seperti internet. Internet merupakan salah satu penyebab terjadinya perubahan sosial. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat mencakup perubahan nilai sosial, kaidah-kaidah sosial, pola-pola prilaku, organisasi dan susunan kelembagaan.3

Berkembangnya internet serta didirikannya perusahaan raksasa Yahoo pada tahun 1994 dan Google tahun 1998, dimana keberadaan internet cukup berperan

1

Yusran Isnaini, Hak Cipta dan Tantangannya Di Era Cyber Space, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 1

2

H. Ahmad M. Ramli, Cyber Law dan HAKI Dalam Sistem Hukum Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama, 2004), hlm. 1

3

Didik M. Arief Mansyur, dkk, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), hlm. 3

(2)

dalam memajukan pengetahuan serta membantu pemecahan akan permasalahan yang dihadapi manusia melalui informasi.4 Pada mulanya jaringan internet dapat digunakan oleh lingkungan pendidikan (perguruan tinggi) dan lembaga penelitian. Kemudian tahun 1995 internet baru dapat digunakan oleh publik dan setelah berkembangnya aplikasi word wide web (www) yang mampu memudahkan orang untuk mengakses informasi di internet.5

Perkembangan internet memegang posisi yang terkuat dibandingkan media massa lainnya. Ketika internet mulai dikenal, sudah dapat diramalkan, media ini akan menjadi sangat populer. Hal ini terlihat ketika perangkat keras komputer baik

hardware maupun software terus berkembang, terus di sempurnakan di pabrik

komputernya. Sejauh itu pula sambutan masyarakat terhadap media ini sangat antusias.6

Sikap antusias masyarakat terhadap penggunaan media internet dapat dilihat dari pertumbuhan pengguna internet di Indonesia tidak jauh dari perkembangan pengguna internet global menurut International Telecommunication Union (ITU) mencapai 2.044 juta orang pada tahun 2010 dan 2.421 juta orang pada tahun 2011. Sedangkan menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pengguna Internet di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 63 juta orang atau sekitar 24,23 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Ada beberapa jenis perangkat yang dipakai untuk mengakses internet yaitu, ponsel pintar menempati porsi 70,1

4

Dampak Positif dan Negatif Internet, sebagaimana dimuat di dalam

http://teknologi.kompasiana.com/internet/2012/12/16/efek-positif-dan-negatif-keberadaan-internet-511463.html, diakses pada tanggal 6 Januari 2013

5Didik M. Arief Mansyur, dkk, Op. Cit, hlm. 4 6

Burhan Bungin, Pornomedia Kontruksi Sosial Teknologi Telematika & Perayaan Seks Di

(3)

persen, diikuti PC Notebook (45,4 persen), komputer rumah (41 persen), PC Netbook (5,6 persen), dan tablet (3,4 persen).7

Perkembangan internet dapat dikatakan pedang bermata dua, di satu sisi memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan dan sekaligus juga menjadi sarana efektip perbuatan melawan hukum.8 Para penekun bisnis online dari luar negeri bisa memanfaatkan kondisi ini untuk membuat target pasar ke Indonesia.9Selain dampak positif, bahwa internet menimbulkan dampak negatif dengan munculnya peluang melakukan tindakan-tindakan anti sosial dan perilaku kejahatan. Kejahatan adalah prodak dari masyarakat itu sendiri (crime is a product of

society its self). Semakin tinggi tingkat intelektualitas suatu masyarakat, semakin

canggih pula kejahatan yang mungkin terjadi dalam masyarakat itu. Kejahatan yang lahir sebagai dampak negatif dari perkembangan aplikasi internet ini disebut sebagai kejahatan dunia maya (cyber crime).10

Penyalagunaan internet di indonesia sudah mencapai tingkat yang memperihatinkan. Akibatnya Indonesia dijuluki sebagai negara kriminal intenet. Bahkan Indonesia masuk dalam peringkat 10 besar pelanggaran internet terbesar di dunia. Dengan demikian pihak luar negeri menolak setiap transaksi dengan

7

Pengguna Internet Indonesia 2012 Capai 63 Juta Orang, sebagaimana dimuat di dalam

http://www.antaranews.com/berita/348186/pengguna-internet-indonesia-2012-capai-63-juta-orang, diakses pada tanggal 6 Januari 2013

8

Penjelasan Umum Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi

Elektronik (UU ITE) 9

Dampak Positif Internet, sebagaimana dimuat di dalam

http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/08/23/dampak-positif-internet/, diakses pada tanggal 6 Februari 2013

10

Cybercrime: Sebuah Fenomena Di Dunia Maya, sebagaimana dimuat di dalam

http://www.interpol.go.id/id/kejahatan-transnasional/kejahatan-dunia-maya/89-cybercrime-sebuah-fenomena-di-dunia-maya, diakses pada tanggal 5 Februari 2013

(4)

menggunakan kartu kredit yang dikeluarkan perbankan Indonesia. Maraknya kejahatan dunia maya, merupakan dampak dari kehadiran teknologi informasi. Kehadiran internet memberikan dampak positif dan sisatu sisih memberikan dampat negatif, dan internet digunakan sebagai sarana melakukan kejahatan di dunia maya.11

Indonesia merupakan salah satu negara yang berkomitmen melakukan penanggulangan kejahatan judi. Dengan menyatakan bahwa semua tindak pidana perjudian adalah kejahatan.

Salah satu jenis kejahatan dunia maya yang lagi tren adalah judi online. Para penjahat melihat internet sebagai kesempatan atau sarana bagi mereka untuk melaksanakan niat jahat.

12

Komitmen negara Indonesia menyatakan judi sebagai kejahatan, karena judi pada hakekatnya bertentangan dengan agama, kesusilaan, moral pancasila serta membahayakan bagi kehidupan bermasyarakat, bangsa dan negara. Ditinjau dari kepentingan nasional, penyelenggaraan perjudian mempunyai akses negatif dan merugikan terhadap moral dan mental masyarakat, terutama terhadap generasi muda.13

Judi merupakan salah satu penyakit masyarakat dan masuk dalam kualifikasi kejahatan. Maraknya judi akan merusak sistem sosial masyarakat itu sendiri. Motif perjudian bisa karena ikut-ikutan, penasaran atau memang mengadu nasib ingin cepat kaya atau mendapatkan uang dengan instan. Praktek perjudian dari berbagai sisi dipandang berdampak negatif. Sesuai dengan perkembangan informasi dan teknologi

11

Andi Hamzah, Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Kejahatan Internet (Cybercrime), sebagaimana dimuat di dalam http://andi-hamzah.blogspot.com/2009/10/upaya-pencegahan-dan-penanggulangan.html, Di Indonesia, diakses pada tanggal 7 Juni 2013

12Pasal 1 UU Nomor 7 Tahun 1974 Tentang Penertipan Perjudian 13

(5)

yang melahirkan internet membuat modus perjudianpun mengalami perkembangan. Mulai dari judi konvensional, melalui sms, dan kemudian melalui internet yang dikenal dengan judi online.14

Pada tahun 1990 judi online sudah popular. Situs perjudian melalui internet mengalami peningkatan dari 15 website pada tahun 1996 menjadi menjadi 200

website pada tahun 1997. Pada saat ini dalam dunia maya perjudian tergolong

komunitas yang terbesar. Ada puluhan ribu situs di internet yang menyediakan fasilitas perjudian. Modus ini menjanjikan banyak keuntungan bagi pemiliknya. Untuk membuka usaha judi online melalui internet sangat mudah. Kemudahan tersebut misalnya dalam hal pembuatan situs judi online tidak perlukan lagi perizinan-perizinan. Cukup dengan bermodalkan sebuah web dengan fasilitas yang menarik, setiap orang dapat memiliki usaha perjudian di internet.15

Ada berbagai jenis-jenis judi online yang sekarang berkembang di Indonesia, seperti judi bola online, judi casino online, judi bola tangkas online, dan judi poker

online via internet.

16

14

Kecenderungan Judi Berkedok Bola, sebagaimana di muat di dalam Selain ini masih banyak jenis-jenis judi online melalui internet. Judi merupakan aktivitas atau kegiatan yang banyak mengandalkan faktor keberuntungan dan merupakan aktivitas yang tidak dapat diketahui hasil akhirnya secara pasti. Aktivitas perjudian online dapat di lakukan di mana saja dan kapan saja.

http://www.bbc.co.uk/indonesia/laporan_khusus/2011/05/110520_bettingchampionsleague.shtml, diakses tanggal 22 Juni 2013

15

Budi Suhariyanto, Pidana Teknologi Informasi (cybercrime) Urgensi Pengaturan dan

Celah Hukumnya, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012), hlm. 67 16

Jenis-Jenis Judi Online Di Indonesia, sebagaimana dimuat di dalam

http://forum.tribunnews.com/showthread.php?1133841-3-menit-proses-deposit-taruhan-bola-ratubetting-konfirmasi-lewat-PIN-BB-amp-YM/page9, diakses pada tanggal 1 Maret 2013

(6)

Bagi kalangan pemain judi, aktivitas judi online melalui koneksi internet merupakan tempat yang aman dalam bermain judi.17

Maraknya judi online dengan transaksi tinggi di Indonesia berdampak langsung kepada runtuhnya perekonomian dan moral anak bangsa. Secara statistik memang belum ada data yang dipublikasikan, akan tetapi kecanduan judi online ini terlihat dimana-mana yang umumnya dilakukan para generasi muda, baik dari kalangan ekonomi menengah ke atas, maupun mereka yang berekonomi menengah ke bawah. Jumlah transaksi judi mulai dari ratusan ribu rupiah sampai melibatkan harta benda perhiasan, rumah tinggal dan kekayaan lainnya. Akibat kecanduan judi online berdampak langsung kepada kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Seperti adanya penghalalan segala cara dalam mendapatkan uang untuk berjudi, menimbulkan kejahatan lain dan merusak hubungan rumah tangga.18

Sampai tanggal 4 Juli 2013 DNS Nawala berhasil mengidentifikasi website judi online sebanyak 7.540 situs judi online.19 Meskipun judi dilarang oleh agama,

negara dan diancam dengan hukum pidana, judi dalam berbagai bentuk tetap marak di Indonesia. Dengan melakukan pencarian di Google dengan kata kunci judi online, maka berbagai situs pun akan muncul dengan menawarkan kegiatan haram judi

online. Aktivitas perjudian online ditawarkan di internet secara terang-terangan.20

17 Ibid 18

Judi Online, Permasalahan Dan Solusinya, sebagaimana dimuat di dalam

http://humas.kemsos.go.id/2012/07/12/judi-online-permasalahan-dan-solusi/, diakses pada tanggal 9 Februari 2013

19

Konteks Seks Masih Aktif, sebagaimana dimuat di dalam http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/123588, diakses pada tanggal 27 Juli 2013

20

Miris Judi Online Tumbuh Subur Di Indonesia, sebagaimana dimuat di dalam

http://www.merdeka.com/teknologi/miris-judi-online-tumbuh-subur-di-indonesia.html, diakes pada tanggal 27 Juni 2013

(7)

Maraknya website judi online tersebut juga diikuti maraknya pemain judi

online. hal ini dapat dilihat dalam salah satu website judi. Website

www.kakakdewa.com yang digrebek Kepolisian pada tanggal 29 Februari tahun 2012 yang menyediakan berbagai jenis judi, yaitu togel Singapura, Casino, Mickey Mouse, Rolet, Bakarat, Sicbo, dan sepak bola. Website judi tersebut memiliki 22 ribu anggota yang tersebar di Indonesia dan di luar negeri.21

Tim Cyber Crime Mabes Polri pada tahun 2012 berhasil membongkar jaringan judi online yang berasal dari luar negeri yang merupakan agen judi terbesar dari Amerika Serikat yang menyediakan jasa perjudian poker dengan alamat situs di www.nagaemas.com dan www.jakarta.com. Agen judi tersebut berada di wilayah Bogor, Jawa Barat.

Jumlah pemain judi tersebut masih dalam satu website belum semua website judi dihitung. Apalagi dengan pencarian kata judi di Google banyak website judi yang muncul.

22

Berdasarkan hasil penelusuran, sampai sekarang website

www.nagaemas.com dan website www.jakarta.com masi bisa diakses, namun website www.jakarta.com tidak memuat yang berkaitan dengan perjudian. Sedangkan website www.nagaemas.com masih memuat perjudian poker. Hal ini menjadi tantangan bagi penyidik, karena masih banyak agen judi online yang belum tertangkap dan bandar judi yang berada di negara lain masih bisa dengan leluasa menjalankan usaha judinya dengan berafilisiasi dengan agen judi asal Indonesia.

21

Judi Online Yang Digrebek Miliki 22 Ribu Anggota, sebagaimana dimuat di dalam

http://www.tempo.co/read/news/2012/03/03/064387820/Judi-Online-yang-Digerebek-Miliki-22-Ribu-Anggota, diakses pada tanggal 11 Juli 2013

22

Polri Ungkap Jaringan Agen Judi Online Besar Asal AS Di Bogor, sebagaimana dimuat di

dalam http://news.detik.com/read/2012/10/11/172506/2060460/10/polri-ungkap-jaringan-agen-judi-online-besar-asal-as-di-bogor?nd771104bcj, diakses pada tanggal 30 Juli 2013

(8)

Lebih lanjut menurut G.P Hoefnagels ada beberapa upaya penanggulangan kejahatan yaitu:23

1. Penerapan hukum pidana. 2. Pencegahan tanpa pidana.

3. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan melalui media massa.

Dengan demikian upaya penanggulangan kejahatan dapat dilakukan melalui sarana penal dan non penal. Penanggulangan kejahatan secara penal memfokuskan pada penanggulangan tindak pidana dengan penerapan hukum pidana melalui komponen sistem peradilan pidana. Kebijakan penanggulangan kejahatan bersifat non penal lebih bersifat pencegahan sebelum terjadinya tindak pidana.24

Penanggulangan tindak pidana judi online baik melalui sarana penal dan non penal sesuai dengan peran Kepolisian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) UU No.2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu “memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum dan memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat”.

Lebih lanjut ada beberapa faktor-faktor penghambat penanggulangan judi

online, yaitu sebagai berikut:

1. Bahwa polisi sulit melakukan pembuktian tindak pidana judi online. Dimana pada saat penggerebekan perjudian di darat, polisi bisa merampas

23

Barda Nawawi Arief, Upaya Non Penal Dalam Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, (Jakarta: Rajawali Press, 1991), hlm.2

24

Mahmud Mulyadi, Criminal Policy: Pendekatan Integral Penal Policy dan Non Penal

Policy Dalam Penanggulangan Kejahatan Kekerasan, (Medan: Pustaka Bangsa Press, 2008), hlm. 55

(9)

barang bukti. Misalnya, Ada dadu saat dilakukan penggerebekan. Sedangkan dalam judi online, pelaku tidak dapat ditangkap di tempat.25 2. Masalah kedua mencakup masalah yuridiksi, dimana apabila sistem

elektronik yang mengelolah perjudian yuridiksinya di negara lain yang melegalkan perjudian, sehingga hukum Indonesia tidak dapat menjangkau bandar judi online.26

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaturan tindak pidana judi online dalam peraturan perundang-undangan Indonesia?

2. Bagaimana peran Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) dalam penanggulangan tindak pidana judi online ditinjau dari kebijakan kriminal? 3. Apa faktor-faktor penghambat Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia

(Mabes Polri) dalam penanggulangan tindak pidana judi online?

25

Perjudian Maya Siap Diklik, sebagaimana dimuat di dalam http://koran.tempo.co/konten/2004/02/09/6413/Perjudian-Maya-Siap-Diklik, diakses pada tanggal 28 Februari 2013

(10)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaturan judi online dalam peraturan perundang-undangan Indonesia.

2. Untuk mengetahui peran Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) dalam penanggulangan tindak pidana judi online ditinjau dari kebijakan kriminal

3. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) dalam penanggulangan tindak pidana judi online.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis dan praktik, yaitu sebagai berikut:

1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan dan memperkaya ilmu hukum pidana dan hukum acara pidana khususnya, dalam rangka penanggulangan tindak pidana judi online.

2. Secara praktiks penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsi dalam rangka peningkatan kinerja penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam penanggulangan tindak pidana judi online dan juga menyadarkan akan pentingnya partisipasi masyarakat dalam mendukung penanggulangan tindak pidana judi

(11)

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan data dan informasi beserta penelusuran yang dilakukan di Sekolah Pascasarjana Ilmu Hukum USU, bahwa belum pernah ada yang melakukan penelitian sebelumnya terhadap judul ini “Kebijakan Kriminal Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Judi Online Yang Dilakukan Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri)”. Dengan demikian, penelitian yang dilakukan dalam penulisan ini adalah asli, sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara akademis berdasarkan nilai objektivitas dan kejujuran.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penulisan ilmiah sangat penting, sebagai pisau analisis bagi peneliti untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan. Disisi lain keberadaan teori berfungsi untuk memberikan landasan yang mantap, pada umumnya setiap penelitian harus selalu disertai dengan pemikiran teoritis.27 Teori mengandung pengertian untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi. Suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang menunjukkan ketidakbenarannya.28

27

Ronny H. Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), hlm. 37

28

DJJ. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Jilid I, M.Hisyam (Jakarta:UI Press, 1996), hlm. 203

(12)

Penanggulangan dapat juga diartikan sebagai proses atau cara menanggulangi atau mengatasi suatu masalah.29 Menurut Sudarto ada beberapa pengertian kebijakan kriminal, yaitu:30

a. Dalam arti sempit adalah keseluruhan asas dan metode yang menjadi dasar dan reaksi terhadap pelanggaran hukum yang berupa pidana.

b. Dalam arti luas adalah keseluruhan fungsi dari aparatur penegak hukum. termasuk di dalamnya cara kerja dari pengadilan dan polisi.

c. Dalam arti paling luas adalah keseluruhan kebijakan, yang dilakukan melalui perundang-undangan dan badan-badan resmi, yang bertujuan untuk menegakkan norma-norma sentral dari masyarakat.

Defenisi politik kriminal menurut Sudarto merupakan suatu usaha yang rasional dari masyarakat dalam menanggulangi kejahatan.31 Lebih lanjut upaya penanggulangan kejahatan menurut Widjojo Soekanto dapat dilakukan dengan menerapkan asas-asas sebagai berikut:32

a. Mengenai sumber-sumber kejahatan dan menanganinya sebagai bagian dari integral dari pembangunan nasional.

b. Melanjutkan upaya implementasi sistem keamanan swakarsa dan sistem keamanan lingkungan.

c. Pemantapan criminal justice system, yakni keterpaduan represif polisi, jaksa, hakim dan lembaga permasyarakatan.

d. Pembinaan dan pembangunan opini masyarakat yang menguntungkan untuk pencegahan dan penanggulangan kejahatan.

Menurut G.P Hoefnagels ada beberapa upaya penanggulangan kejahatan, yaitu:33 a. Penerapan hukum pidana (criminal law application).

b. Pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment).

29

Depdikbud RI, Kamus besar Sinonom Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1990), hlm. 105

30

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996), hlm. 1

31

Ibid, hlm. 2 32

Mulyana W. Kusuma, Kejahatan, Penjahat dan Reaksi Sosial, (Bandung: Alumni, 1983), hlm. 102

(13)

c. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media massa (influencing views on crime and

punishment massmedia).

Penanggulangan kejahatan sebagaimana dikemukakan G.P Hoefnagels dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu penanggulangan kejahatan secara penal dan penanggulangan kejahatan secara non penal. Pada dasarnya penal policy menitikberatkan pada pada tindakan represif setelah terjadinya suatu tindak pidana, sedangkan non penal policy lebih menekankan tindakan preventif sebelum terjadinya suatu tindak pidana. Menurut pandangan politik kriminal secara makro non penal

policy merupakan kebijakan penanggulangan kejahatan yang paling strategis. Karena

bersifat pencegahan sebelum terjadinya tindak pidana. Sarana non penal adalah menangani dan menghapuskan faktor-faktor kondusif yang menyebabkan terjadinya suatu tindak pidana.34

Dalam penanggulangan kejahatan perlu ditempuh pendekatan kebijakan yang integral, yang meliputi:35

a. Ada keterpaduan antara politik kriminal dan politik sosial.

b. Ada keterpaduan penanggulangan kejahatan secara penal dan non penal.

34

Teguh Prasetyo, dkk, Kajian Kebijakan Kriminalisasi Dan Dekriminalisasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm 17

35

(14)

Kebijakan kriminal tidak terlepas dari kebijakan lebih luas, yaitu kebijakan sosial (social policy). Untuk lebih lengkapnya diuraikan dalam skema sebagai berikut:

Skema No.1

Kebijakan Penanggulangan Kejahatan

- Formulasi - Aplikasi - Eksekusi

(Sumber: Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum & Kebijakan

Penanggulangan Kejahatan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001, hlm. 74)

Penanggulangan kejahatan dengan sarana penal merupakan penal policy atau

penal law enforcement policy yang fungsionalisasi atau operasionalisasinya melalui

beberapa tahap, yaitu formulasi (kebijakan legislatif), aplikasi (yudikatif atau yudisial), dan eksekusi (kebijakan eksekutif atau administratif).36

36

Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum & Kebijakan Penanggulangan

Kejahatan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001), hlm. 75

Tahap formulasi atau kebijakan legislatif dapat dikatakan sebagai tahap perencanaan dan perumusan

Social Policy

Social Welfare Policy

Social Defence Policy

Criminal Policy

Penal

Non Penal

(15)

peraturan perundang-undangan pidana. Tahap aplikasi merupakan tahap penerapan dari ketentuan peraturan perundang-undangan pidana yang telah dilanggar. Tahap eksekusi atau kebijakan administratif adalah tahap pelaksanaan dari putusan pengadilan atas perbuatan pidana yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.37

Tahap formulasi atau kebijakan legislatif merupakan tahap awal yang paling strategis dari yang lain. Kesalahan atau kelemahan tahap formulasi atau kebijakan legislatif merupakan kesalahan strategis yang dapat menjadi penghambat bagi tahap berikutnya dalam hukum pidana yaitu tahap aplikasi dan eksekusi.38 Adanya tahap formulasi, maka upaya penanggulangan kejahatan secara penal dan non penal bukan hanya tugas aparat penegak hukum, tetapi juga tugas aparat pembuat hukum (legislatif). Kebijakan legislatif merupakan tahap yang paling strategis dari upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan melalui penal policy. Dengan demikian kesalahan atau kelemahan kebijakan legislatif merupakan kesalahan strategis yang dapat menjadi penghambat upaya penanggulangan kejahatan secara penal dan non penal pada tahap aplikasi dan eksekusi.39

Hukum harus dilaksanakan dan ditegakkan. Maka pelaksanaan hukum atau penegakan hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan perlindungan kepentingan manusia, maka pelaksanaan hukum harus dilakukan secara normal dan damai, tetapi dapat juga

37Teguh Prasetyo, dkk, Op Cit, hlm. 22 38

Ibid, hlm. 22 39

Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum & Kebijakan Penanggulangan

(16)

terjadi karena pelanggaran hukum.40

Membahas tentang kebudayaan hukum masyarakat tidak lepas dari teori komponen hukum yang dikemukakan oleh Lawrence M. Friedman. Menurut Lawrence M. Friedman ada 3 komponen hukum, yaitu struktural hukum, subtansi hukum dan budaya hukum. Strukural hukum adalah aparat penegak hukum dalam arti luas. Subtansi hukum adalah norma-norma hukum, sedangkan budaya hukum adalah sikap tindak masyarakat terhadap hukum yang berlaku.

Jadi penanggulangan kejahatan secara penal terhadap kejahatan judi online dilakukan dengan penerapan hukum pidana. Sedangkan penanggulangan kejahatan secara non penal dilakukan dengan pencegahan kejahatan, dimana tindak pidana judi online belum terjadi. Dalam penanggulangan judi online harus dilakukan secara integral antara kebijakan penal dan non penal.

41

Kebudayaan hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku. Nilai merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang baik dan apa yang dianggap buruk. Nilai-nila tersebut lazimnya merupakan pasangan nilai-nilai yang mencerminkan dua keadaan yang ekstrim yang harus diserasikan.

42

40

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), (Yogyakarta: Liberty, 2003), hlm. 160-161

Tanpa budaya hukum, maka sistem hukum itu sendiri tidak akan berdaya. Deskripsi 3 (tiga) unsur hukum menurut Friedman, meliputi struktur hukum diibaratkan seperti mesin, substansi hukum diibaratkan sebagai apa yang dikerjakan dan apa yang dihasilkan mesin tersebut, sedangkan kultur atau budaya hukum adalah apa saja atau

41

Muslan Abdurrahman, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, (Malang: UMM Press, 2009), hlm. 46

42

Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Op Cit, hlm. 59-60

(17)

siapa saja yang memutuskan untuk menghidupkan dan mematikan mesin itu serta memutuskan bagaimana mesin tersebut digunakan.43

Seseorang menggunakan atau tidak menggunakan hukum dan patuh atau tidak terhadap hukum sangat tergantung pada kultur hukumnya. Kultur hukum seseorang dari lapisan bawah akan berbeda dengan mereka yang berada dilapisan atas.44Dalam penegakan hukum harus memperhatikan tujuan pemidanaan dengan memperhatikan keseimbangan dua sasaran pokok yaitu perlindungan masyarakat dan perlindungan atau pembinaan individu pelaku tindak pidana.45 Dalam penentuan sanksi pidana ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:46

a. Hukum pidana harus memperhatikan tujuan pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur secara merata baik materil dan spritual berdasarkan Pancasila. Dimana dalam melakukan penanggulangan kejahatan dengan memperhatikan keselamatan dan pengayoman masyarakat.

b. Perbuatan yang diusahakan atau ditanggulangi dengan hukum pidana harus merupakan perbuatan yang mendatangkan kerugian baik secara materil dan spritual bagi masyarakat.

c. Penggunaan hukum pidana harus memperhatikan kapasitas atau kemampuan aparat penegak hukum.

Penegakan hukum yang benar dan adil tidak semata-mata ditentukan oleh kehendak pelaku hukum sebagai ratu adil, tetapi juga kemauan dan kemampuan masyarakat untuk berupaya memperoleh perlakuan hukum yang benar dan adil. Dengan demikian bahwa penegakan hukum yang adil ditentukan juga oleh kesadaran

43

Soetandyo Wignjosoebroto, dkk, Dialektika Pembaruan Sistem Hukum Indonesia, (Jakarta: Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia, 2012), hlm.93-94

44Muslan Abdurrahman, Lop Cit

45Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Op.Cit, hlm. 98 46Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, (Bandung: Alumni, 1981), hlm. 44-47

(18)

dan partisipasi masyarakat, bukan semata-mata keinginan pelaku penegakan hukum.47

Dalam penanggulangan kejahatan, polisi merupakan garda terdepan dalam penanggulangan kejahatan dan bekerja sesuai dengan konsep rule of law. Sebagaimana disebutkan oleh Skolnick, bahwa polisi-polisi di negara-negara yang demokratis bertugas untuk memelihara tata tertib di bawah naungan rule of law. Sebagai petugas mereka merupakan bagian dari birokrasi. Ideologi suatu birokrasi yang demokratis, menekankan pada suatu kedisplinan mematuhi peraturan. Sebaliknya, dalam konsep rule of law menekankan pada hak asasi manusia serta membatasi inisiatif petugas hukum.48

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Skolnick di atas, dimana negara demokratis bahwa aparat kepolisian dalam menjalankan tugasnya harus disiplin dengan mematuhi peraturan. Pendapat Skolnick tersebut dapat kita lihat di Indonesia, dimana negara Indonesia adalah sebagai negara demokratis, bahwa polisi dalam menjalankan tugasnya harus disiplin dan mematuhi peraturan sesuai dengan perannya sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 5 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Peran Kepolisian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) UU Kepolisian adalah “untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat”.

47

Bagir Manan, Sistem Peradilan Berwibawa (Suatu Pencarian), (Yogyakarta: FH UII Press, 2005), hlm. 8

48

Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), hlm. 198

(19)

Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) UU Kepolisan dapat disimpulkan, bahwa polisi mempunyai peranan untuk melakukan penanggulangan kejahatan baik secara penal dan non penal. Lebih jelasnya disebutkan di dalam Pasal 15 ayat (1) huruf c UU Kepolisian, bahwa polisi mepunyai wewenang untuk melakukan pencegahan dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat. Sebagaimana dimaksud dalam penjelasan Pasal 15 ayat (1) huruf c UU Kepolisian, salah satu jenis kejahatan yang perlu dilakukan pencegahan dan ditanggulangi oleh Kepolisian adalah judi.

Seiring dengan perkembangan jaman tidak perlu lagi bertemu di satu tempat untuk melakukan perjudian. Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta fasilitas perbankan yang ada saat ini maka cara berjudipun mengalami perkembangan yaitu dalam bentuk perjudian online melalui internet. Perjudian di negara Indonesia merupakan kegiatan yang dilarang dan dikenakan sanksi pidana. Larangan dan sanksi pidana terhadap judi secara jelas diatur dalam UU No. 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian serta Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1981 Tentang Pelaksanaan Penertiban Perjudian, Pasal 303 KUHP dan Pasal 303 bis KUHP. Sedangkan khusus mengenai larangan judi online melalui internet diatur dalam Pasal 27 ayat (2) UU No. 11 Tahun 2008 Tentang UU Informasi dan Transaksi Elektronik ( UU ITE), yang berbunyi sebagai berikut:

“setiap orang dengan sengaja dan tampa hak mendistribusikan dan/ atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan /atau dokumen elektronik yang memiliki muatan perjudian”.

Mengenai ketentuan pidana judi online diatur khusus dalam Pasal 45 ayat (1) UU ITE, yang berbunyi sebagai berikut:

(20)

“Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), (2), (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp. 1000.000.000, 00 (satu milyar rupiah)”.

Untuk korporasi yang melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 52 ayat (4) UU ITE yang berbunyi”dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 37 dilakukan oleh korporasi dipidana dengan pidana pokok ditambah sepertiga”.

Mengenai tentang keberadaan korporasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (4) UU ITE dijelaskan dalam di penjelasan pasal tersebut, yang berbunyi sebagai berikut:

“ Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghukum setiap perbuatan melawan hukum yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 37 yang dilakukan oleh korporasi (corporate) dan atau oleh pengurus dan atau staf yang memiliki kapasitas untuk:

1. Mewakili korporasi.

2. Mengambil keputusan dalam korporasi.

3. Melakukan pengawasan dan pengendalian dalam korporasi. 4. Melakukan kegiatan demi keuntungan korporasi.

Berdasarkan berbagai uraian diatas, bahwa judi apapun merupakan perbuatan yang dilarang dan dikenakan sanksi pidana. Jadi judi merupakan kejahatan. Dalam penanggulangan judi online Polisi mempunyai peran dalam penanggulangan judi online baik secara penal dan non penal yang dilakukan secara integral. Polisi tidak dapat bekerja dengan sendiri dalam proses peradilan pidana. Polisi merupakan

(21)

bagian dari sistem peradilan pidana (criminal justice system) dalam penanggulangan kejahatan. Lebih lanjut ada beberapa tujuan dari sistem peradilan pidana:49

1. Mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan.

2. Menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah telah dipidana.

3. Mengusahakan pelaku kejahatan tidak menjadi residivis.

Untuk mencapai tujuan sistem peradilan tersebut, dimana dalam penanggulangan kejahatan secara penal, bahwa empat komponen dalam sistem peradilan pidana, yang meliputi kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga permasyarakatan harus bekerja secara integrated criminal justice system.50

2. Kerangka Konsepsi

Dengan demikian dalam penanggulangan tindak pidana judi online polisi dalam menjalankan tugasnya harus bekerja secara integrated criminal justice system dengan kejaksaan, pengadilan, dan lembaga permasyarakatan dalam rangka tercapainya tujuan sistem peradilan pidana.

Kerangka konsepsional yang dipergunakan dalam penelitian merupakan konsep yang terkait langsung dengan variabel penelitian, supaya tidak muncul penafsiran yang berbeda-beda. Untuk memberikan pemahaman-pemahaman yang sama atas istilah yang berhubungan dengan penelitian ini, untuk itu diberikan pengertian operasional terhadap istilah-istilah tersebut yaitu:

49

Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana Kontemporer, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 3

(22)

a. Peran adalah sesuatu yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama,51

b. Peran kepolisian adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat,

yang berhubungan dengan penanggulangan tindak pidana judi online.

52

c. Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) adalah pusat lembaga kepolisian yang mempunyai daerah hukum meliputi seluruh wilayah Indonesia.

yang berkaitan dengan penanggulangan tindak pidana judi online.

d. Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan,53

e. Menanggulangi adalah mengatasi,

yang khususnya berkaitan dengan penanggulangan judi online.

54

f. Menurut Moeljatno tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut”.

tindak pidana judi online baik dengan sarana penal dan non penal.

55

51

W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984) 735

52Pasal 5 ayat (1) UU Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia 53

Ibid, Pasal 1 butir 1 54

Kamus Besar Bahasa Indonesia, sebagaimana dimuat di dalam

http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php?keyword=tanggulang&varbidang=all&vardialek=all&varragam =all&varkelas=all&submit=kamus, diakses pada tanggal 18 Februari 2013

(23)

g. Judi online dilakukan menggunakan sarana elektronik yang terkait dengan akses internet, sedangkan defenisi judi merujuk pada Pasal 303 ayat (3) KUHP, yang berbunyi:

“tiap-tiap permainan tersebut pada umumnya kemungkinan mendapat untung bergantung pada peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau mahir. Di situ termasuk segala petaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain-lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala petaruhan lainnya.

h. Kebijakan kriminal adalah suatu upaya menanggulangi kejahatan secara penal dan non penal.56 Penanggulangan kejahatan secara penal menitikberatkan pada upaya represif sesudah tindak pidana judi online terjadi, sedangkan jalur non penal lebih menitikberatkan pada sipat preventif sebelum tindak pidana judi online terjadi.

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

yuridis normatif dan yuridis empiris. Penelitian57

56Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Op. Cit, hlm. 49

yuridis normatif adalah suatu jenis penelitian, dimana hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berprilaku manusia yang dianggap pantas.

57

Amiruddin, dkk, Pengantar Metode Penelitan Hukum, ,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 118

(24)

Sedangkan penelitian58

Penelitian yuridis normatif digunakan untuk menganalisis peraturan yang berkaitan dengan judi online. Jenis penelitian yuridis empiris digunakan untuk mengkaji penanggulangan tindak pidana judi online secara penal melalui penerapan hukum pidana dan penanggulangan kejahatan secara non penal berupa pencegahan judi online.

yuridis empiris adalah penelitian terhadap efektivitas hukum, yang membahas bagaimana hukum beroperasi dalam masyarakat.

2. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel

a. Populasi adalah keseluruhan unit atau manusia (dapat juga berbentuk gejala atau peristiwa) yang mempunyai ciri-ciri yang sama.59

b. Metode pengambilan sampel. Pengambilan sampel, merupakan proses dengan memilih suatu bagian yang mewakili dari sebuah populasi yang akan diteliti. Dalam berbagai literatur metodologi penelitian tidak ditentukan berapa besar sampel ditentukan, tetapi semakin banyak sampel akan mencerminkan populasi.

Jadi populasi dalam penelitian ini adalah semua yang berhubungan dengan penanggulangan judi

online di Mabes Polri.

60

Purposive sampling adalah pemilihan sekelompok subjek atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan Dalam penelitian ini sampel yang akan diambil menggunakan teknik purposive sampling.

58H.Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 106 59Amiruddin, dkk, Op Cit, hlm. 95

60

(25)

ciri-ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.61

3. Alat Pengumpul Data

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah 5 orang penyidik judi online di Mabes Polri.

Ada 2 alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu,

sebagai berikut:

a. Studi dokumen. Studi dokumen meliputi studi bahan-bahan hukum yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.62

b. Wawancara. Wawancara adalah situasi peran antar pribadi bertatap muka, ketika seseorang, yakni pewawancara mengajukan pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seorang responden.63

4. Sumber Data

Data pokok dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer,

yang meliputi.

a. Data sekunder adalah bahan-bahan yang diperoleh dari bahan pustaka.64

1) Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat yang terdiri dari peraturan perundang-undangan,

Data sekunder yang terdiri dari:

65

61

Ibid, hlm. 106-107

seperti Undang-Undang Dasar, UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, KUHP,

62

Ibid, hlm. 68 63

Ibid, hlm. 82 64

Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001), hlm. 12

65

(26)

UU No. 11 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, UU ITE, UU No. 7 tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian, PP No. 9 tahun 1981 tentang Pelaksanaan Penertiban Perjudian.

2) Bahan hukum sekunder merupakan semua publikasi tentang hukum yang teridiri dari buku-buku teks, hasil penelitian dan lain-lain,66

3) Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Contoh kamus, ensiklopedia dan lain-lain.

yang berkaitan dengan penelitian ini.

67

b. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama.68

5. Teknik Pengumpulan Data

Data primer dalam penelitian yuridis empiris diambil dari wawancara dengan beberapa responden yaitu penyidik judi online di Mabes Polri.

Dalam penelitian yuridis normatif menggunakan teknik pengumpulan data berupa studi kepustakaan (library research). Melalui penelitian pustaka diperoleh data sekunder untuk mendapatkan konsep teori atau doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual yang berhubungan dengan penelitian ini berupa peraturan perundang-undangan, buku, tulisan ilmiah dan karya-karya tulis lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

Dalam penelitian yuridis empiris menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara dengan responden. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan

66 Ibid 67

Ibid

(27)

dilakukan untuk menggali dan memahami bagaimana penanggulangan tindak pidana judi online yang dilakukan oleh responden yaitu penyidik judi online di Mabes Polri.

6. Analisis Data

Dalam penelitian yuridis normatif dalam penelitian ini, dimana seluruh data yang dikumpulkan disesuaikan dengan jenis data yang diperlukan, untuk data sekunder berasal dari tinjauan pustaka. Jenis penelitian yuridis normatif dalam penelitian ini akan dilakukan inventarisasi hukum fositif yang meliputi tiga hal pokok, yaitu:

a. Penetapan kriteria identifikasi untuk mengadakan seleksi norma-norma mana yang harus dimasukkan sebagai norma hukum positif.

b. Mengoleksi norma-norma yang telah diidentifikasi sebagai norma hukum. c. Melakukan pengorganisasian norma-norma yang telah diidentifikasi ke

dalam suatu sistem yang komprehensif.

Dalam penelitian yuridis empiris, data primer berasal dari hasil wawancara dengan responden. Data yang diperoleh melalui penelitian lapangan akan diidentifikasi, diklarifikasi dan dianalisis. Data yang dikumpulkan akan dianalisis secara kualitatif dengan metode berpikir deduktif. Sehingga pada akhirnya dapat menjawab permasalahan.

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayat- Nya sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi yang berjudul "Tingkat Konsumsi Protein Ikan

Pertumbuhan tanaman melon di lahan tailing pasir mengalami penghambatan, dimana tinggi tanaman yang paling tinggi ± 41-45 cm (Gambar 1 dan Gambar 2), dan pertumbuhan diameter

kepala daerah untuk menghindari besarnya biaya penyelenggaraan pilkada Berapapun biaya yang akan di keluarkan, sangat penting bagi rakyat untuk memilih pemimpin

Program pelatihan keterampilan sangat bermanfaat bagi para pemuda, karena dapat mendorong untuk menciptakan lapangan kerja baru terutama bagi dirinya maupun orang

Memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan pemeliharaan, serta melakukan pemeliharaan barang milik negara (sarana dan prasarana kantor) di lingkungan Sekretariat Jenderal

Histogram Jarak Per Alternatif Menggunakan Algoritma BLOCPLAN Hasil menunjukkan bahwa alternatif ke-14 mampu memberikan pengurangan total jarak yang paling maksimal yakni

pembangunan ekonomi yang amat ambisius yang pernah mereka lakukan, dan sekaligus merupakan kekeliruan yang amat besar. Pada tahun 1970-an, pemerintah Brazil merencanakan membangun

Trimitra Sejati Pratama dapat meningkatkan proses pelayanan dengan menyediakan alat-alat perminyakan yang sesuai dengan requirement dari pelanggan sehingga dapat