• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Teoritis Senyawa Metalloporfirin sebagai Material Semikonduktor Organik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Teoritis Senyawa Metalloporfirin sebagai Material Semikonduktor Organik"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Teoritis Senyawa Metalloporfirin

sebagai Material Semikonduktor Organik

Fadjar Mulya Departemen Kimia Universitas Chulalongkorn fadjar.mulya@mail.ugm.ac.id

Abstrak

Kajian pengaruh logam pada cincin porfirin (metalloporfirin) dan substituent pada posisi meso terbukti memiliki sifat semikonduktor. Cd(II), Hg(II) dan Pt(II) dipilih sebagai logam sentral mengingat setiap unsur memiliki kesamaan golongan dan perioda dalam table periodik unsur kimia. Substituen penarik dan pendorong elektron digunakan untuk menggeser spektra serapan elektronik ke arah sinar UV dan tampak. Perhitungan

DFT/B3LYP/LANL2DZ and TD-DFT digunakan untuk optimasi struktur elektronik dan sifat fotofisik. Parameter yang digunakan dalam kajian ini adalah energi celah pita (Eg), rapat keadaan (DOS) dan spektra serapan elektronik. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa substituen pendorong elektron cenderung memberikan sifat semikonduktor yang lebih baik. Kompleks Pt(II)-Porfirin-NH2 adalah senyawa yang paling ideal untuk didesain

sebagai material semikonduktor organik berdasarkan nilai energi celah pita, rapat keadaan dan spektra serapan elektronik.

Kata kunci: metalloporfirin, semikonduktor organic, pengaruh substituen

Abstract

We have studied the effects of central metal on porphyrin ring (metalloporphyrin) and the substituent group on meso position proved have a semiconductor property. Cd(II), Hg(I) and Pt(II) were chosen as the central metal to see the effect of the elements on the nature of the group and the same period. Electron donating and withdrawing group used to shift the electronic absorption spectra to UV and visible area. The DFT/B3LYP/LANL2DZ and TD DFT calculation were used to generate the optimized structure of, electronic and photophysical properties. The parameter is a band gap energy (Eg) complex compound, density of state (DOS), and electronic absorption spectra. The calculations showed electron donating complexes tend to be better as a semiconductor. Pt(II)-Porfirin-NH2 is the most suitable complex to be designed as an organic semiconductor material based on Eg, DOS,

and electronic absorption spectra value.

Keyword(s): metalloporfirin, organic semiconductor, substituent effect

1. Pendahuluan

Pemanfaatan material semikonduktor berupa transistor, diode, telepon genggam dan kamera menjadikannya sebagai material yang sering dikaji dalam sains dan teknologi. Kemampuan semikonduktor dalam menghantarkan listrik dapat berada di antara insulator dan konduktor, perbedaan tersebut dapat diukur dari celah pita (Eg) yang secara teori dapat didefinisikan sebagai ukuran energi orbital-orbital tertinggi yang terisi (pita valensi) dengan orbital orbital terendah yang masih kosong (pita konduksi) [1]. Semikonduktor juga banyak dimanfaatlan sebagai komponen sel surya. Saat ini banyak peneliti mencoba mengembangkan material semikonduktor yang berbasis konsep green chemistry yang diharapkan dapat bersifat ramah

lingkungan (mudah terdekomposisi di alam). Salah satu contohnya adalah pigmen tumbuhan yang dapat digunakan sebagai sensitizer pada sel surya. [2-4]

Porfirin adalah salah satu contoh dari senyawa organik yang memiliki potensi sebagai material semikonduktor organik. Ikatan rangkap terkonjugasi dengan empat pirola yang terhubung oleh ikatan π

melalui gugus etilen (=CH-) yang dimilikinya memungkinkan terjadinya serapan gelombang elektromagnetik sehingga terjadi eksitasi elektron dari tingkat dasar menuju tingkat tereksitasi [5-6].

Beberapa studi melaporkan hasil kajian mereka yang membuktikan bahwa dengan mendoping logam pada porfirin sehingga porfirin berperan sebagai ligan (metalloporfirin), Kajian tersebut melaporkan bahwa porfirin yang tersubstitusi berada pada range Eg semikonduktor (1,5- 4 eV) dan serapan sinar UV dan tampak [7-11].

Untuk meghemat biaya penelitian (cost) dan meminimalisir produksi limbah, beberapa peneliti melakukan kajian secara komputasi. Desain material semikonduktor metalloporfirin disimulasi dan dimodelkan menggunakan metode kimia komputasi. Studi sebelumnya melaporkan bahwa hasil kajian yang dilakukan secara komputasi mendekati kemiripan dengan hasil eksperimen [12-16].

Pada kesempatan ini penulis mencoba melakukan review kajian teoritis senyawa metalloporfirin sebagai material semikonduktor yang sudah dilakukan beberapa peneliti. Tujuan dari review ini adalah memberikan pengetahuan baru

(2)

tentang metode komputasi yang dapat digunakan dalam memprediksi sifat material semikonduktor organik serta menjelaskan struktur elektronik dan sifat senyawa metalloporfirin dalam hal ini Cd, Hg, dan Pt, dan memberikan rekomendasi senyawa metalloporfirin terbaik berdasarkan nilai energi celah pita, rapat keadaan dan spektra serapan elektronik. Adapun pemilihan logam Cd dan Hg adalah untuk mengurangi limbah logam berbahaya sehingga dapat dimanfaatkan menjadi material yang memiliki nilai lebih, tentunya menjadi sebuah tantangan tersendiri bagaimana memastikan material dari logam Cd dan Hg ini aman dipakai, sedangkan logam Pt disini sebagai pembanding daripada Cd dan Hg, dimana logam Pt adalah logam yang mahal dan memang sudah terbukti banyak digunakan dalam pembuatan material canggih.

2. Metode Penelitian

Pada artikel review ini beberapa peneliti [17-20] yang melaporkan kajiannya menggunakan metode yang sama yaitu metode teori kerapatan fungsi (DFT) dengan fungsi hybrid B3LYP dan himpunan basis LANL2DZ untuk semua atom dengan program Gaussian 09 sebagai perangkat lunak perhitungan [21]. Untuk mengukur spektra serapan elektronik

peneliti menggunakan metode

TD-DFT/B3LYP/LANL2DZ.

Dasar utama penghitungan DFT adalah hubungan besarnya energi total elektronik dengan keseluruhan kerapatan (density) elektron dari suatu sistem.

[ ( )]

ext

( ) ( )

[ ( )]...(1)

E

r

V

r

r dr

F

r

F[ρ(r)] menurut Kohn-Sham dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu energi kinetik, energi interaksi coulomb dan kontribusi koreksi dan pertukaran

[ ( )] KE[ ( )] H[ ( )] xc[ ( )]...(2)

F

r

E

rE

rE

r

Fungsi hybrid B3LYP adalah fungsi yang sudah memasukan 3 parameter tambahan dalam hal energi koreksi dan pertukaran sehingga dirasa lebih akurat. Beberapa peneliti melaporkan bahwa fungsi hybrid ini lebih baik dari beberapa fungsi hybrid DFT lain seperti X3LYP, GGA, LDA dsb [21-23].

Material yang digunakan peneliti dalam artikel review ini adalah kompleks metalloporfirin yang tersubstitusi senyawa pada posisi meso F, I, NO2,

NH2, CH3 dan H pada posisi meso (Gambar 1).

3. Hasil dan Pembahasan

Mulya et al. 2015 [17], melaporkan hasil penelitiannya berupa energi celah pita (Eg), rapat keadaan dan spektra serapan elektronik dari kompleks metalloporfirin (Cd, Hg dan Pt) yang ditampilkan pada Tabel 1-2 dan Gambar 2.

-Geometri struktur metalloporfirin

Beberapa studi melaporkan geometri dari Cd, Hg, dan Pt porfirin memiliki sedikit perbedaan [18-20]. Untuk Cd-Profirin dan Pt-Porfirin memiliki geometri square planar, geometri ini juga sesuai dengan apa yang dilaporkan Barbee dan Kusnetzov [15] dengan kompleks Ni-Porfirin. Berbeda dengan

Hg-Porfirin yang mengalami distorsi akibat efek sterik dari Hg(II) sendiri yang menghasilkan kelengkungan intrinsik dan menyebabkan struktur Hg(II) berada tidak sebidang dengan molekul porfirin. Sheppard et al. [24] juga melaporkan hasil penelitiannya secara eksperimen terkait senyawa kompleks platina(II) okta etil porfirin (PtOEP) dengan menggunakan XRD didapat bentuk dan panjang ikatan dari senyawa kompleks tersebut, dilaporkan bahwa geometri dari PtOEP adalah square planar.

Gambar. 1. Metalloporfirin dengan senyawa yang tersubstitusi di posisi meso

Substitusi

Senyawa Cd (eV) Hg (eV) Pt (eV)

H 2.86 2.85 3.18 F 2.63 2.63 3.01 I 2.55 2.53 2.90 NO2 2.84 2.60 2.96 NH2 1.80 1.79 2.11 CH3 2.57 2.55 2.93

Table 1. Energi celah pita tiap kompleks

-Energi celah pita (Eg)

Eg merupakan sifat makroskopik suatu material semikonduktor, sangat sulit jika melakukan perhitungan langsung mengingat material tersebut harus berada dalam fasa padat dengan jumlah banyak dan orbital yang dapat membentuk pita. Tinjauan mikroskopik dilakukan dengan pendekatan mengganti selisih energi pada pita valensi dan pita konduksi dengan selisih energi antara HOMO dengan LUMO. Mitchell [25] melaporkan harga Eg material semikonduktor berkisar pada rentang 1,5-4,0 eV. Dari laporan Mulya et al. dapat disimpulkan bahwa substituent pendorong elektron (NH2, dan

CH3) cenderung menurunkan kestabilan orbital

(HOMO dan LUMO) sehingga mengakibatkan meningkatnya tingkat energi orbital, berbeda dengan substituen penarik elektron (F, I, NO2) yang

mengakibatkan hal sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan apa yang dilaporkan oleh Barbee dan Kuznetsov.

-Rapat keadaan (DOS)

Rapat keadaan (DOS) dapat didefinisikan sebagai banyaknya states yang dapat ditempati oleh elektron pada tiap level energi dimana semakin tinggi kelimpahan spektra DOS pada level tertentu maka semakin besar pula states yang dapat ditempati. Jika ditinjau dengan pendekatan komputasi, DOS diartikan sebagai parameter untuk melihat seberapa

(3)

mudah elektron tereksitasi ke level energi tertentu dan probabilitas terjadinya rekombinasi dan eksitasi. Tabel 2 menunjukkan bahwa kelimpahan DOS cenderung mengikuti jenis substituen yang terikat pada cincin porfirin dan keterisian orbital pada level tertentu. Pada orbital LUMO kelimpahan DOS hampir sama untuk tiap senyawa kompleks metalloporfirin, hal tersebut menandakan tidak adanya pengaruh signifikan jenis substituen terhadap kelimpahan DOS LUMO. Hal ini disebabkan kelimpahan DOS dipengaruhi oleh kerapatan elektron pada orbital molekul dan LUMO adalah orbital yang belum terisi elektron sehingga kerapatan elektron pada orbital LUMO tiap senyawa kompleks sama dengan harga nol, hal tersebut membuktikan bahwa banyak states yang dapat diisi elektron. Berbeda dengan kelimpahan pada orbital LUMO, pada orbital HOMO jenis substituen memberikan pengaruh besarnya serapan atau spektra DOS yang dihasilkan. Substituen dengan sifat sebagai substituen pendorong elektron cenderung memiliki serapan lebih rendah jika dibandingkan substituen penarik elektron (F, I, NO2),

ini disebabkan karena HOMO adalah orbital yang sudah terisi sehingga substituen memberikan pengaruh pada kerapan elektron di dalamnya.

Substituen pendorong elektron (NH2, dan CH3)

akan meningkatkan kerapatan elektron pada molekul saat mengisi states yang ada sehingga kelimpahan DOS pada orbital HOMO akan turun. Pada Tabel 2 juga ditunjukkan bahwa kelimpahan DOS pada orbital LUMO cenderung lebih tinggi dibandingkan pada orbital HOMO, hal ini dapat diartikan bahwa pada orbital LUMO terdapat states yang lebih banyak untuk ditempati oleh elektron sehingga elektron akan lebih mudah mengalami eksitasi ke orbital LUMO, berbeda dengan orbital HOMO yang kelimpahan DOSnya sangat variatif yang memberikan variasi probabilitas terjadinya rekombinasi. Semakin tinggi kelimpahan DOS pada orbital HOMO semakin tinggi pula probabilitas terjadinya rekombinasi dan semakin rendahnya sifat semikonduktor senyawa kompleks metalloporfirin.

Gambar 2. Profil HOMO, LUMO dan energi celah pita kompleks metalloporfirin. Copyright 2016, American Institute of Physics.

(4)

Substitusi Senyawa

DOS Cd-P-R DOS Hg-P-R DOS Pt-P-R

HOMO LUMO HOMO LUMO HOMO LUMO

H 0.99 1.97 1.00 2.00 1.98 1.99 F 0.98 1.93 1.00 2.00 1.00 1.96 I 0.99 1.97 0.82 2.00 0.99 1.97 NO2 1.02 1.95 1.57 2.00 1.00 1.98 NH2 1.00 1.99 1.00 2.00 1.00 1.99 CH3 1.00 1.96 1.00 1.99 0.98 1.99

Tabel 2. Rapat keadaan yang dapat ditempati oleh elektron per energi level. Copyright 2016, American Institute of Physics.

Substitusi Senyawa max

Cd Hg Pt H 360.75 365.97 350.92 F 579.50 399.11 516.62 I 543.79 368.46 355.31 NO2 539.31 456.01 627.33 NH2 377.95 384.33 369.12 CH3 701.59 367.43 622.35

Tabel 3. Spektra serapan elektronik kompleks metalloporfirin. Copyright 2016, American Institute of Physics.

Gambar 3. Spektra serapan elektronik Pt(II)-Porfirin dengan beberapa substituent pada posisi meso.

Copyright 2015, Universitas Gadjah Mada.

-Spektra serapan elektronik

Transisi elektronik pada senyawa kompleks metalloporfirin menghasilkan sebuah spektra yang dapat dijadikan sebagai suatu parameter sifat optik senyawa kompleks. Serapan pada daerah sinar tampak akan memberikan warna pada senyawa kompleks tersebut. Sensitizer pada material semikonduktor yang diaplikasikan dalam dunia fotokatalis sering dirancang untuk memiliki serapan pada rentang sinar tampak mengingat pada rentang sinar lain tidak memberikan hasil baik.

Senyawa kompleks dengan substituen akan cenderung menghasilkan puncak spektra dengan panjang gelombang yang lebih besar (Aturan Woodwar-Fieser). Jenis, posisi dan jumlah substituen yang terikat pada senyawa kompleks metalloporfirin memberikan pengaruh pada puncak serapan.

Korelasi data Eg dan spektra serapan elektronik menunjukkan bahwa substituen pendorong elektron

(NH2, dan CH3) cenderung memiliki harga energi

celah pita (Eg) yang lebih kecil dan spektra serapan elektronik yang lebih panjang dibandingkan dengan substituent penarik elektron (F, I, NO2), hal ini

membuktikan bahwa substituen memberikan pergeseran panjang gelombang ke arah yang lebih besar, substituen pendorong elektron memiliki serapan yang lebih panjang jika dibandingkan substituen penarik elektron. Tabel 3 dan Gambar 3 memiliki persamaan dimana harga Eg berbanding terbalik dengan panjang serapan (λ max) spektra serapan serapan elektronik kompleks metalloporfirin. Hal ini sesuai dengan persamaan Plank dimana E~1/λ sehingga ada korelasi antara data Eg dengan data spektra serapan elektronik.

4.

Kesimpulan

Pt(II)-Porfirin-NH2 adalah senyawa yang paling ideal

untuk didesain sebagai material semikonduktor organik berdasarkan nilai energi celah pita, rapat keadaan dan spektra serapan elektronik yang masuk

(5)

dalam area sinar tampak. Untuk kompleks Cd(II)-Porfirin dan Hg(II)-Cd(II)-Porfirin juga menunjukkan nilai energi celah pita material semikonduktor seperti yang disebutkan oleh Mitchell [25] berkisar pada rentang 1,5-4,0 eV, juga secara sifat optik beberapa kompleks berada pada rentang sinar tampak (400-800 nm). Kita dapat menyimpulkan bahwasanya logam Cd dan Hg dapat menjadi pengganti dari kompleks Pt(II)-Porfirin, meski tidak sebaik logam Pt dalam konteks energi celah pita dan serapan elektronik, namun Cd dan Hg yang merupakan limbah berbahaya, dapat menjadi alternatif pengganti logam Pt dalam aplikasi material semikonduktor, kompleks Cd, Hg dan Pt secara konfigurasi elektron memiliki struktur elektronik yang sama sehingga memiliki sifat elektronik yang cenderung sama.

Referensi

[1] Yu, Peter, 2010, Fundamentals of Semiconductors, Springer-Verlag, Berlin.

[2] Triyana K., Yasuda T., Fujita K. and Tsutsui T., 2005, Improvement of Heterojunction Donor/Acceptor Organik Photovoltaic Devices by Employing Additional Active Layer, Jpn. J. Appl. Phys., 44, 1974- 1977.

[3] Triyana, K, 2006, Elektronika Organik: Perkembangan dan Prospeknya, Prosiding PPI-PDIPTN 2006, BATAN. Yogyakarta

[4] Brütting, W. (2005) Introduction to the Physics of Organic Semiconductors, in Physics of Organic Semiconductors (ed W. Brütting), Wiley-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA, Weinheim.

[5] Gu, H., Chang, S., Holford, D., Zhang, T., Lu, H., Kreouzis, T., dan Gillin, W. P., 2015, Annealing and doping-dependent magnetoresistance in single layer poly(3-hexylthiophene) organic semiconductor device, Org. Elec., 17, 51-56.

[6] Zheng, W., 2008, UV-Visible, Fluoresence and EPR Properties of Porphyrins and Metalloporphyrins, J.

Dyes and Pigments., 77, 153-157.

[7] Utari, Kusumandari, Purnama, B., Mudasir, and Abraha, K., 2016, Surface morphology of Fe(III)- porphyrin thin layers as characterized by atomic force microscopy, Indones. J. Chem., 16 (3), 233– 238.

[8] Harrach, G., Valiscek, Z., and Horvath, O., 2011, Water soluble silver(II) and gold(III) porphyrins: The effect of structural distortion on the photophysical and photochemical behavior, Inorg. Chem. Commun., 14 (11), 1756–1761.

[9] Zheng, W., Shan, N., Yu, L., and Wang, X., 2008, UV-visible, fluorescence and EPR properties of porphyrins and metalloporphyrins, Dyes Pigm., 77 (1), 153–157.

[10] Amao, Y., Yamada, Y., and Aoki, K., 2004, Preparation and properties of dye-sensitized solar cells using chlorophyll derivative immobilized TiO2 film electrode, J. Photochem. Photobiol., A, 164 (1- 3), 47–51.

[11] Wang, X.F., Xiang, J., Wang, P., Koyama, Y., Yanagida, S., Wada, Y., Hamada, K., Sasaki, S., and Tamiaki, H., 2005, Dye-sensitized solar cells

using chlorophyll a derivative as the sensitizer and carotenoid having different conjugation length as redox spacers, Chem. Phys. Lett., 408 (4-6), 409– 414.

[12] Zhang, C.R., Han, L.H., Zhe, J.W., Jin, N.Z., Shen, Y.L., Gong, J.J., Zhang, H.M., Chen, H.Y., and Liu, Z.J., 2014, The role of terminal groups in electronic structures and related properties: The case of pushpull porphyrin dye sensitized for solar cells,

Comput. Theor. Chem., 1039, 62–70.

[13] Shalabi, A.S., Assem, M.A., Soliman, K.A., El Mahdy, A.M., and Taha, H.O., 2014, Performance of metalloporphyrin malonic acid as dye-sensitized solar cells assessed by density functional theory,

Mater. Sci. Semicond. Process., 26, 119–129.

[14] Tai, C.K., Chuang, W.H., and Wang, B.C., 2013, Substituted group and side chain effects for the porphyrin and zinc(II)-porphyrin derivatives: A DFT and TD-DFT study, J. Lumin., 142, 8–16.

[15] Barbee, J., and Kuznetsov, A.E., 2012, Revealing substituent effects on the electronic structure and planarity of Ni-porphyrins, Comput. Theor. Chem., 981, 73–85.

[16] Rovira, C., Kunc, K., Hutter, J., Ballone, P., and Parrinello, M., 1997, Equilibrium geometries and electronic structure of iron-porphyrins complexes: A density functional study, J. Phys. Chem. A, 1001 (47), 8914–8925.

[17] Mulya, F, Santoso, G.A., Aziz, H.A, and Pranowo H.D., 2016, Design a better metalloporphyrin semiconductor: A theoretical studies on the effect of substituents and central ions, AIP Conf. Proc., 1755 (1), 080006.

[18] Aziz, H. A., 2015, Kajian pengaruh substituen terhadap sifat kompleks semikonduktor Hg(II)-porfirin dengan metode density functional theory / time dependent-density functional theory (DFT/TD-DFT), Skripsi, Jurusan Kimia FMIPA UGM, Yogyakarta.

[19] Santoso, G. A., 2015, Kajian pengaruh substituent terhadap sifat semikonduktor pada kompleks Cd(II)-porfirin menggunakan metode DFT/TD-DFT, Skripsi, Jurusan Kimia FMIPA UGM, Yogyakarta.

[20] Mulya, F., 2015, Kajian pengaruh substituen terhadap sifat semikonduktor platina(II) porfirin dengan metode density functional theory (DFT), Skripsi, Jurusan Kimia FMIPA UGM, Yogyakarta. [21] Frisch, M.J., Trucks, G.W., Schlegel, H.B.,

Scuseria,

G.E., Robb, M.A., Cheeseman, J.R., Scalmani, G., Barone, V., Mennucci, B., Petersson, G.A., Nakatsuji, H., Caricato, M., Li, X., Hratchian, H.P., Izmaylov, A.F., Bloino, J., Zheng, G., Sonnenberg, J.L., Hada, M., Ehara, M., Toyota, K., Fukuda, R., Hasegawa, J., Ishida, M., Nakajima, T., Honda, Y., Kitao, O., Nakai, H., Vreven, T., Montgomery, Jr.J.A., Peralta, J.E., Ogliaro, F., Bearpark, M., Heyd, J.J., Brothers, E., Kudin, K.N., Staroverov, V.N., Keith, T., Kobayashi, R., Normand, J., Raghavachari, K., Rendell, A., Burant, J.C., Iyengar, S.S., Tomasi, J., Cossi, M., Rega, N., Millam, J.M., Klene, M., Knox, J.E., Cross, J.B., Bakken, V., Adamo, C., Jaramillo, J., Gomperts, R., Stratmann, R.E., Yazyev, O., Austin, A.J., Cammi, R., Pomelli, C., Ochterski,

(6)

J.W., Martin, R.L., Morokuma, K., Zakrzewski, V.G., Voth, G.A., Salvador, P., Dannenberg, J.J., Dapprich, S., Daniels, A.D., Farkas, Ö., Foresman, J.B., Ortiz, J.V., Cioslowski, J., and Fox, D.J., 2009,

Gaussian, Gaussian, Inc., Wallingford, CT.

[22] Kruse, H., Goerigk, L. and Grimme, S., 2012, Why the Standar B3LYP/6-31* Model Chemistry Should Not Be Used in DFT Calculations of Molecular Thermochemistry: Understanding and Correcting the Problems, J. Org. Chem., 77.23, 10824-10834. [23] Bryantsev, V. S., Diallo, M. S., van Duin, A. C. T.

and Goddard III, W. A.,2009, Evaluation of B3LYP, X3LYP and M06-Class Density Functional for Predicting Binding Energies of Neutral, Protonated and Deprotonated Water Clusters, J. Chem. Theory

Comput., 5, 1016-1026.

[24] Sheppard, R.S, Slawin, M.Z. and Williams, D.J.,

1988, X-Ray Crystal Structure of

2,3,7,8,12,13,17,18-Octa Ethyl Poprhyrinato Platinum(II) (PtOEP) : Potential for Correlation of Meso-Carbon Bond-Angle with One Bond Coupling Constant in Some Diamagnetic Metal Complex of OEP, Polyhedron,7,57-61.

[25] Mitchell, B. S., 2004, An Introduction to Material Engineering and Science: For Chemicals and Material Engineers, Wiley Interscience, New Jersey.

Gambar

Table 1. Energi celah pita tiap kompleks -Energi celah pita (Eg)
Tabel  2  menunjukkan  bahwa  kelimpahan  DOS  cenderung  mengikuti  jenis  substituen  yang  terikat  pada cincin porfirin dan keterisian orbital  pada level  tertentu
Tabel 2. Rapat keadaan yang dapat ditempati oleh elektron per energi level. Copyright 2016, American Institute of Physics

Referensi

Dokumen terkait

Namun demikian upaya pengembangan komoditas kelapa dalam dihadapkan pada berbagai kendala antara lain: (i) produktifitas yang masih rendah (di bawah normal),

Berdasarkan pada Pasal 65 ayat (1) Huruf b Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, maka dapat dikatakan bahwa pembagian harta bersama dari akibat adanya

?ipotesa nihilnya $ 'idak ada tidak terdapat! korelasi positif yang signifikan antara variabel B dan variabel C. Kesimpulan yang dapat kita tarik adalah korelasi positif

Wawancara adalah proses tanya jawab yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan akurat dari seseorang sasaran penelitian, pada kehamilan,

Dalam penelitian ini, kami menemukan bahwa intubasi lebih sulit pada pasien obesitas dibandingkan dengan pasien non-obesitas, dan rasio NC/TM merupakan metode yang lebih

Dan sebuah media promosi mempunyai media- media yang lebih spesifikasi dalam mempromosikan suatu produk yaitu media iklan/advertising yang dimana menurut Kotler

Reaksi tersebut membentuk s ulfida. Kelimpahan logam alkali di alam.. Pembuatan logam alkali tanah. e. Kegunaan logam

Benda uji yang direncanakan 45 buah untuk pengujian beton karakteristik, pengujian kuat tekan, kuat lentur, dan elastisitas beton masing-masing 15 sampel dengan cangkang