• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH PENDAMPING : PARALEL B"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia IV

198

SINTESIS KOMPOSIT POLISTIRENA TERSULFONASI (PST)

BERPENGISI LEMPUNG DARI KECAMATAN KUMUSU

BOYOLALI SEBAGAI MEMBRAN POLIMER ELEKTROLIT

Priyadi

1*

, Edi Pramono

1

, I.F. Nurcahyo

2 1

Kelompok Peneilitan Material Organik Sub Devisi Kimia Polimer Jurusan Kimia, FMIPA, UNS, Surakarta, Indonesia

2

Solid State and Catalyst Research Groups, Chemistry Department, FMIPA, UNS, Surakarta, Indonesia

*Korespondensi: yadipriyadi89@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai sintesis komposit polistiren tersulfonasi (PST)/polietilen glikol (PEG)/lempung untuk aplikasi membran polimer elektrolit dengan memvariasikan komposisi sulfonat dan jenis lempung. Pada penelitian ini lempung yang digunakan adalah lempung coklat (LC) dan lempung abu-abu (LA) yang dimodifikasi menjadi membran komposit lempung coklat (KLC) dan komposit lembung abu-abu (KLA). Sintesis membran dilakukan dengan metode inversi fasa dan membran yang dihasilkan dikarakterisasi dengan flourer transform infra red (FTIR), analisis termal, swelling degree, dan kapasitas penukar kation (KPK). Hasil FTIR menunjukkan bahwa PST dan kompositnya berhasil disintesis, pada membran KLC dan KLA terdapat serapan gugus sulfonat dari PST dan gugus Si-O-Si dari lempung. Hasil analisis KPK menunjukkan nilai KPK membran KLC lebih besar daripada KLA yaitu sebesar 1,74 mmeq/g dan memiliki nilai derajat pengembangan sebesar 18,92%. Dari hasil analisis termal menunjukkan bahwa membran komposit terjadi tiga tahap degrasi yaitu pelepasan molekul air, degradasi PEG dan rantai utama PST. Nilai KPK yang tinggi dan derajat pengembangan yang rendahini menunjukkan bahwa membran KLC dan KLA memiliki kemampuan transpor proton yang baik memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai membran polimer elektrolit.

Kata kunci :

Polistiren Tesulfonasi, Lempung, Komposit, Membran Polimer Elektrolit.

PENDAHULUAN

Semakin menipisnya cadangan minyak bumi tanpa diimbangi dengan penurunan pemakaian telah berdampak pada terjadinya kelangkaan bahan bakar pada masyarakat. Pemakaian bahan bakar fosil secara terus menerus juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan seperti kenaikan suhu bumi atau pemanasan global, serta polusi udara yang saat ini mulai dirasakan masyarakat Indonesia dan dunia[1], oleh karena itu banyak orang mencarisumber energi lain yang dapat diperbarui dan ramah lingkungan, salah satunya adalahFuel cell. Fuel cellatau sel bahan bakar merupakan

salah satu sumber energi alternatif yang ramah lingkungandengan efektivitastinggi dan rendah emisi, menghasilkan air dan panas sebagai produk residu. Salah satu jenis fuel cell yaitu Polymer Electrolyte Membran Fuel cell (PEMFC) karena dapat menghasilkan energi tinggi pada suhu operasi relatif rendah (antara 600-1500C).

Aplikasi PEMFC banyak dipakai sebagai sumber energi untuk kendaraan, perumahan, dan telepon selular.Salah satu komponen penting sumber energi PEMFC adalah membran polimer elektrolit. Membran tersebut merupakan inti dari PEMFC yang dapat menghantarkan ion bermuatan positif. Salah satu membran SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV

“Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional”

Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 31 Maret 2012

(2)

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia IV

199

komersial yang telah banyak digunakan yaitu membran perflorosulfonat dari Nafion® karena memiliki konduktivitas proton, kekuatan mekanik dan kimia tinggi[2,3].

Disisi lain, Nafion® memiliki beberapa kelemahan antara lain tingginya permeabilitas membran Nafion® terhadap metanol dan harganya mahal, sehingga dibutuhkan material baru sebagai bahan untuk membuat membran pengangkut proton dengan karakteristik yang sama atau lebih baik dari Nafion®[2,3,5]. Polistiren (PS) merupakan polimer bergugus aromatik yang mudah disintesis dari monomernya, stiren.Namun,PS tidak dapat menghantarkan proton sehingga dibutuhkan proses sulfonasi untuk menghasilkan gugus sulfonat yang dapat menghantarkan proton[4,6]. Salah satu material yang memiliki sifat baik untuk aplikasi fuel cell ialah lempung yang merupakan material yang melimpah di alam. Selainmemiliki stabilitas termal yang baik, lempung bisa mengembang, gugus OH pada lempung dapat terprotonasi dalam air danberperan sebagai penghantar proton[7].

Penelitian ini memodifikasi membran dengan penambahan lempung diharapkan dapat menjadi salah satu cara pemanfaatan, dan menambah nilai guna lempung sebagai membran polimer elektrolit yang dikarakterisasi dengan FTIR, swelling degree, KPK, Miskroskop dan analisa termal.

METODE PENELITIAN

Bahan

Bahan yang digunakan adalah Polistirena Mw 350000 (Aldrich), Lempung dari Kecamatan Kumusu Boyolali, H2SO496%

(Merck), anhidrat Asetat (Merck), diklorometana (Merck), 2-propanol (Merck), NaOH (Merck), HCl (Merck), NaCl (MERCK), akuades, PEG 1000(Merck), Dimetil asetamida/DMAc (Merck).

Preparasi Lempung

Lempung dilarutkan dalam 2 L aquades kemudian disaring menggunakan kain. Endapan diambil dan dikeringkan dibawah sinar matahari. Pengeringan selanjutnya menggunakan oven pada suhu 120o C hingga kering kemudian dihaluskan dan diayak 150 mesh [7].

Pembuatan Acetil Sulfat

Sebanyak 395,7 ml 1,2-diklorometana dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang sudah direndam es batu lalu ditambahkan anhidrida asetat sebanyak 76,3 ml dan diaduk. Campuran tersebut didinginkan sampai suhu di bawah 100C dan ditambahkan asam sulfat 96% sebanyak 28 ml serta diaduk sehingga diperoleh 500 ml larutan acetyl sulfat 1M [4,8-10].

Pembuatan Polistirena Tersulfonasi (PST) Sebanyak 20 ml 1,2-diklorometana dimasukkan dalam labu leher dua lalu ditambahkan polistirena sebanyak 8 gram, distirer sampai semua polistirena larut. Setelah polistirena larut ditambahkan acetyl sulfate sebanyak 10 ml sampai dengan 50 ml dan direfluks pada suhu 500C selama 1 jam. Reaksi diterminasi dengan penambahan 2-propanol sebanyak 10 ml. Polistrirena tersulfonasi (PST) diisolasi dengan meneteskan larutan PST kedalam air mendidih sehingga diperoleh padatan polistirena tersulfonasi. PST dioven pada suhu 600C selama satu malam untuk mendapatkan polistirena tersulfonasi kering

[4].

Sintesis Membran Komposit

Polistirena tersulfonasi sebanyak 2 gram dan PEG sebanyak 1 gram dilarutkan dalam larutan dimetil asetamida (DMAc) hingga berat totalnya 10 gram. Kemudian dicampur dengan lempung yang telah dihaluskan dan disaring dengan penyaring berpori 150 mesh. Variasi campuran (DMAc:Lempung) yang digunakan adalah (67:3; 65:5; 67:3) % w/w. Sedangkan PST dan PEG yang digunakan adalah 20% dan 10%. Pembentukan campuran homogen dibantu dengan stirer sampai campuraan homogen lalu didiamkan semalam. Setelah terbentuk campuran yang homogen kemudian membran dicetak pada plat kaca dan dikeringkan pada suhu ruang[11]. Karakterisasi Membran Komposit Analisa Kapasitas Penukar Kation (KPK)

Polistirenatersulfonasi, atau lempung atau membran dimasukkan dalam gelas beker lalu ditambahkan HCl 0,1 sebanyak 50 ml, ditutup dengan alumunium foil dan dioven pada suhu 50-600C selama satu jam. Setelah satu jam campuran tersebut disaring sehingga diperoleh ampas/padatan dan filtrate. Padatan tersebut selanjutnya di rendam dengan NaCl 1M sebanyak 100 ml dan distirer selama 12 jam kemudian disaring. Filtrate

(3)

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia IV

200

yang diperoleh diambil 25 ml dan ditambahkan 3 tetes indikator fenoftalein (PP) kemudin dititrasi dengan NaOH 0,05M sampai terjadi perubahan warna dari bening ke merah muda. Saat terjadi perubahan warna catat volume NaOH yang dibutuhkan.

Rumus yang digunakan untuk menghitung KPK [4] adalah :

Analisis Struktur

Perkembangan struktur membran komposit ditentukan dengan menggunakan alat spektrofotometer FTIR. Spektrum FTIR komposit membran dicatat antara 4000 dan 500 cm-1 pada infra merah Prestige 21 Shimadzu.

Swelling degree

membran dengan dimensi 2 cm x 2 cm dioven pada suhu 50-600C selama 12 jam kemudian ditimbang berat keringnya. Setelah itu direndam dengan aquades selama 24 jam lalu ditimbang berat basahnya lalu dihitung swelling degreenya (S). Rumus yang digunakan [4] adalah :

Swelling (%) = ܯݏെܯ݀

ܯ݀ ݔͳͲͲ

Ms = massa polimersesudah swelling Md = masa polimer kering

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sintesis PST dan Kompositnya

Proses sulfonasi pada polistirena menghasilkan senyawa polistirena tersulfonasi (PST). Penamaan PST disesuaikan dengan komposisi sulfonatnya., misal PST dengan komposisi sulfonat 10 ml diberi nama PST 10 dan seterusnya. Penambahan sulfonat sebanyak 50 ml perlu dihidari, karena PST yang dihasilkan larut dalam air yang diakibatkan jumlah sulfonat yang berlebihan.

Penamaan membran disesuaikan dengan komposisi lempungnya, misalnya membran dengan komposisi lempung coklat 3% diberi nama KLC 3% dan seterusnya. KTL (Komposit Tanpa Lempung), KLC (Komposit Lempung

Coklat), dan KLA (Komposit Lempung Abu-abu). Dengan adanya gugus OH pada lempung dan gugus sulfonat pada PST diharapkan membran komposit ini dapat memiliki karakteristik sebagai penghantar proton dalam aplikasi fuel cell.

Analisis Gugus Fungsi

Hasil sintesis dikarakterisasi dengan spektroskopi infra merah (FTIR) untuk menentukan gugus-gugus fungsional yang ada sekaligus memastikan bahwa produk sulfonasi telah terbentuk. Pada penelitian ini digunakan 2 jenis lempung yaitu lempung coklat (LC) dan lempung abu-abu (LA). Sehingga komposit yang dihasilkan pun ada 2 jenis yaitu Komposit Lempung Coklat (KLC) dan Komposit Lmpung Abu-abu (KLA). Hasil IR lempung dan kompositnya ditunjukkan pada gambar 2.

Dari spekra Gambar 2 IR lempung dan kompositnya di atas menunjukkan bahwa pada membrane PST dan kompositnya terdapat serapan dari gugus sulfonat yaitu pada range bilangan gelombang 1050-1400cm-1. Hal ini menunjukkan bahwa proses sulfonasi telah berhasil. Selain itu pada komposit KLC dan KLA terdapat serapan Si-O-Si dari lempung pada bilangan gelombang 1033,85– 1047,35 cm-1. Pita serapan pada 918,12– 925,83 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi OH dari Al2OH pada lapisan octahedral.

Serapan bilangan gelombang 522,71– 524,64 cm-1 adalah serapan karakteristik Si-O-Al (Al oktahedral), sedangkan pita serapan pada bilangan gelombang 468,7 cm-1 merupakan vibrai tekuk Si-O-Si. Hal ini menunjukkan bahwa membrane komposit polistiren tersulfonasi lempung telah berhasil di sintesis.

Analisis Kapasitas Penukar Kation, Rendemen, dan Derajat Pengembangan (Swelling Degree)

Kapasitas penukar kation (KPK) merupakan kemampuan suatu material untuk menukarkan kation yang terikat pada gugus fungsinya dengan kation lain yang diberikan pada sistem.

Secara teori, semakin besar jumlah sulfonat yang ditambahkan maka nilai KPK nya pun semakin tinggi, hal ini disebabkan adanya gugus ~SO3H menyebabkan

polistirena tersulfonasi mudah melepaskan ion H+. Semakin besar jumlah sulfonat yang ditambahkan maka gugus ~SO3H pun

semakin banyak sehingga H+ yang dilepaskan oleh PST pun semakin besar. V = volume NaOH

W = berat kering sampel M = molaritas NaOH Vol NaOH Wkering

x M NaOH

KPK

=

(4)

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia IV

201

Kemudahan polimer untuk melepaskan ion H+ mengakibatkan peningkatkan sifat kapasitas ioniknya. Dalam pembuatan membran polimer elektrolit untuk sel bahan bakar diperlukan polimer yang memiliki nilai KPK yang besar karena kapasitas ioniknya semakin besar dan kemampuan menghantarkan listriknya pun semakin besar.

Analisis kelarutan/rendemen dilakukan untuk mengetahui kelarutan pada polistirena tersulfonasi (PST), sehingga diketahui nilai rendemennya. Hasil analisis KPK dan kelarutan ditunjukkan pada Gambar 3.

Kapasitas tukar kation (KPK) dan rendemen dapat dilihat bahwa nilai KPK PST 40 yang seharusnya lebih tinggi dari PST 30, tetapi dipenelitian ini PST 40 menjadi lebih kecil dari PST 30 (Gambar 3). Hal ini tidak sesuai dengan teori yang sudah dikemukakan. Hal ini disebabkan gugus sulfonat yang bereaksi dengan polimernya tidak maksimal. Dari keempat PST variasi sulfonat di atas, yang digunakan untuk pembuatan membran polimer elektrolit dalam penelitian ini adalah PST 30. Hal ini dikarenakan PST 30 memiliki nilai KPK yang tinggi (KPK = 1,77 mmol Eq/gram), sehingga yang dipilih untuk pembuatan membran polimer elektrolit adalah PST 30.

Data hubungan komposisi sulfonat, nilai KPK, dan kelarutan dapat di lihat rendemen yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah sulfonat yang ditambahkan maka semakin besar nilai KPK dan kelarutannya sehingga rendemen yang dihasilkan akan semakin kecil. Semakin rendahnya rendemen dikarenakan gugus sulfonat yang terkandung dalam benzena larut dimana semakin banyak jumlah sulfonat yang ditambahkan maka semakin polar. Dari gambar 3, PST 30 memiliki nilai KPK dan rendemen yang tinggi, hal ini yang menjadi alasan digunakannnya PST 30 dalam pembuatan membran komposit PST/lempung.

Kemampuan membran dalam menyerap air menentukan kinerjanya sebagai membran penukar proton dalam sel bahan bakar. Kemampuan penyerapan air pada membran PST dan membran komposit PST/lempung ditentukan oleh banyaknya gugus hidrofil pada membran dan juga daya ikat antar rantai pada membran. Membran komposit PST/Lempung memiliki situs hidrofil yang bersumber dari gugus ~SO3H dan lempung.

Banyaknya gugus hidrofil tersebut

mengakibatkan penyerapan air sangat tinggi. Selain itu juga penambahan PEG makin meningkatkan gugus ~OH dalam membran sehingga membran ini memiliki karakter yang sangat hidrofil dan mudah menyerap air. Membran yang bersifat hidrofil akan menyebabkan semakin banyak air yang terserap oleh membran sehingga transpor proton akan semakin baik, tetapi jika nilai swelling air pada membran terlalu besar akan terjadinya fuel cross over dan menurunkan sifat mekanik membran yang menyebabkan kerapuhan pada membran. Hubungan KPK dan Swelling degree hasil penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 4 dan 5.

Nilai KPK untuk lempung dapat dilihat bahwa lempung coklat memiliki nilai KPK yang lebih tinggi daripada lempung abu-abu (Gambar 4 dan 5), jadi dapat disimpulkan bahwa lempung coklat memiliki daya transpor proton yang lebih tinggi sehingga kapasitas ioniknya pun lebih tinggi daripada lempung abu-abu. Sedangkan membran komposit dengan penambahan lempung memiliki nilai KPK yang lebih tinggi dibandingkan membran tanpa lempung (KTL). Hal ini membuktikan bahwa lempung akan meningkatkan sifat penukar kation dalam membran, karena lempung mengandung gugus OH yang menyebabkan membran lebih bersifat hidrofil sehingga transpor proton dalam membran juga akan semakin meningkat. Pada KLC, semakin meningkat komposisi lempung yang ditambahkan, semakin meningkat nilai KPK nya, karena gugus OH dalam membran pun semakin banyak dan makin bersifat hidrofil, tetapi pada KLA, komposisi lempung 5% memiliki nilai KPK lebih rendah daripada 3%. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pada KLA 3% distribusi lempung pada membran lebih merata daripada KLA 5%, sehingga pada analisis kemungkinan potongan membran yang digunakan adalah potongan yang distribusi lempungnya tidak merata sehingga nilai KPK KLA 5% yang seharusnya lebih besar dari KLA 3% menjadi lebih kecil, fenomena bisa dilihat dari hasil penginderaan miskroskop pada gambar 6.

Membran tanpa penambahan lempung memiliki nilai derajat pengembangan yang tinggi dibandingkan dengan membran dengan lempung (KLC dan KLA). Penambahan lempung ke dalam membran mengakibatkan penurunan derajat pengembangan membran. Penurunan derajat pengembangan

(5)

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia IV

202

memberikan efek positif dalam aplikasi membran karena akan menghambat terjadinya fuel cross over proses permeasi bahan bakar melalui membran tetapi menurunnya swelling air juga mengakibatkan media transport untuk proton jadi berkurang sehingga dapat menyebabkan menurunnya konduktivitas ionik (proton). Menurut Chen (2004)

[12].Fuel cross over dapat terjadi apabila

derajat pengembangannya melebihi 30%. Apabila suatu membran memiliki derajat pengembangan lebih dari 30%, maka membran tersebut tidak dapat dijadikan membran polimer elektrolit untuk sel bahan bakar karena dengan derajat pengembangan tersebut akan terjadi fuel cross over.

Pada KLC dan KLA variasi komposisi lempung yaitu 3, 5 dan 7% terjadi perbedaan nilai derajat pengembangan yang sangat drastis, hal ini disebabkan membran yang dihasilkan memiliki ketebalan yang berbeda, saat di analisis derajat swellingnya potongan membrannya pun beratnya berbeda sehingga nilai derajat pengembangannya pun berbeda. Walaupun demikian, semua membran yang dihasilkan memiliki derajat pengembangan kurang dari 30%, ini artinya membran tersebut dapat digunakan sebagai membran polimer elektrolit untuk sel bahan bakar.

Analisis Termal

Untuk mengetahui stabilitas termal dari membran komposit dilakukan analisis termal dengan TGA. Dalam aplikasinya, PEMFC beroperasi pada suhu yang tidak terlalu tinggi yaitu 60-1500C, tetapi untuk pemakaian jangka panjang dibutuhkan membran yang memiliki stabilitas/ketahanan termal yang tinggi. Untuk mengetahui stabilitas termal polistirena standar, PST, lempung dan komposit PST/Lempung dilakukan analisis dengan TGA (Termogravimetric Analyzer). Dalam proses pemecahan molekul Hidrogen (H2) menjadi H

+

membutuhkan temperatur yang tinggi dan semakin tinggi temperatur operasi maka semakin tinggi H+ yang dihasilkan. Dalam penelitian ini karakterisasi sifat termal dilakukan pada material penyusun dan membran komposit yang dihasilkan. Hasil TGA ditunjukkan pada Gambar 7.

Data termogram (Gambar 7) menunjukkan penambahan lempung dalam membran merubah sifat termal membran, semakin banyak jumlah lempung yang

ditambahkan, maka stabilitas termal komposit semakin tinggi. Dari termogram dapat dilihat bahwa rantai utama polistirena kehilangan massa di atas suhu 300oC, sedangkan polistirena tersulfonasi (PST) mengalami penurunan ketahanan termal, ditandai dengan suhu awal kehilangan massa pada suhu 290oC.

Membran komposit baik KLA dan KLC terjadi tiga tahap degrasi yaitu pelepasan molekul air yang terjadi pada suhu 40-120oC, degradasi PEG terjadi antara 185-250oC dan rantai utama PST sekitar 290-440oC .

Hampir semua komposisi mengalami degradasi pada suhu yang sama yaitu diatas 150oC. Suhu degradasi ini masih diatas degradasi membran tampa adanya lempung. Dalam aplikasinya membran penukar proton akan bekerja pada suhu 100 oC – 150 oC, oleh karena itu membran yang dihasilkan dari penelitian ini sangat berpotensi dijadikan sebagai membran penukar proton dalam sel bahan bakar.

KESIMPULAN

Pada penelitian ini telah dibuat membran komposit dari polistiren tersulfonasi (PST) pengisi lempung melalui metode inversi fasa. Hasil analisis gugus fungsi dengan menggunakan FTIR menunjukkan adanya gugus fungsi dari material penyusun pada membran komposit. Dari komposit yang dihasilkan, KLC memiliki kemampuan swelling lebih rendah daripada KLA. Hasil analisis termal dengan TGA menunjukkan hampir semua komposit yang dihasilkan memiliki ketahanan termal di atas 1500C. Hasil analisis KPK menunjukkan nilai optimum pada membran KLC dengan nilai KPK 1,74 mmeq/g. Membran komposit PST/Lempung memiliki potensi sebagai membran polimer elektrolit PEMFC dalam sel bahan bakar.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada DIKTI dan UNS yang telah mendanai melalui program kreativitas mahasiswa (PKM) tahun 2011-2012.

DAFTAR PUSTAKA

[1]Martono., dkk. Jakarta : Agro Media, 2007. Teknologi Bioenergi.

(6)

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia IV

203

[2]Q, Li, R. He, Q. O. s.l. : Chem Mater, 2004, Vol. 15, pp. 4896-4915. Jensen and N.J.Bjerrum, Approaches and recent development for fuel cells operation above 100 C.

[3]Byunchan Bae, H. Y. H. D. K. s.l. : Journal of Membran Science, 2005, Vols. 276 (1-2), pp. 51-58. Nafion-graft-polystyrene sulfonic acid membranes for direct methanol fuel cell.

[4]Smita, B. S. Sridhar and a. A. Khan. s.l. : Journal of Membran Science, 2003, Vol. 225, pp. 63-76. Synthesis and Characterization of Proton Chonducting Polymer Membranes for fuel Cells.

[5]G, Q. Lu, a. F. Q. L., and Chao Yang

Wanga. s.l. : Electrochemical and

Solid-State Letters, 2005, Vol. 8, pp. A1-A4. WaterTransport Through Nafion 112 Membran in DMFCs. [6]Handayani, Sri., dkk. s.l. : Indonesian

Journal of Materials Science, 2007, Vol. 8 (3), pp. 192-197. Preparasi Membran Elektolit Berbasis Poliaromatik untuk Aplikasi Sel Bahan Bakar Metanol Langsung Suhu Tinggi..

[7]Wijaya, K., dkk. s.l. : Indonesian Jounal Chemistry, 2005, Vol. 5 (1), pp.

41-47. Synthesis of Fe2O3 Montmorilonite and Its Application As a photocatalyst for degradation of Congo Red.

[8]Makowski, H. S., dkk.387841 United states, 1975. Flexsible polimeric compositions Comprising A Normalilly Plastic Polimer Sulfonated to About 0,2 to About 10 Mole % Sulfonat.

[9]Makowski, H. S., D. Lundberg and J.

Bock.4184988 United States, 1980.

Process For The Sulfonation of An Elastomeric Polimer.

[10]Martins, c. R., G. ruggeri and M, D.

paoli. s.l. : J. Baz. Chem. Soc, 2003,

Vol. 14 (5), pp. 797-802. Syntesis in Pilot Plant Scale and Physical Properties of Sulfonated Polystirene. [11]Awaliyyah R., dkk. Bandung : ITB,

2007. Pembuatan Fuel Cell dari Limbah Plastik LDPE (Low Density Poli-Ethilene).

[12]Chen, S. L. dkk. s.l. : Journal of Membran Science, 2004, Vol. 243, pp. 327-330. Ion exchange resin/polystirene sulfonate composite membranes for PEM fuel cells

LAMPIRAN

(7)

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia IV

204

Gambar 2. Spektra FTIR

Gambar 3. Hubungan komposisi sulfonat, KPK, dan rendemen PST

Gambar 4. Hubungan komposisi lempung, KPK, dan rendemen KLC

Gambar 5. Hubungan komposisi lempung, KPK, dan rendemen KLA

0 0.5 1 1.5 2 0 20 40 60 80 100 120 0 20 40 60 R e n d e m e n %

Komposisi sulfonat % Ren…

5 0 0.5 1 1.5 2 0 10 20 30 0 2 4 6 8 swe ll in g d e g re e %

komposisi lempung % Swelli…

K

PK

mm

o

l

Eq

/g

r

0 0.5 1 1.5 0 10 20 30 0 2 4 6 8 swe ll in g d e g re e %

komposisi lempung % Swelli…

(8)

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia IV

205

Gambar 6. Citra membran dengan Perbesaran 1000 Kali (a) KLC 3%, (b) KLC 5%, (c)

KLC 7% (d) KLA 3%, (e) KLA 5%, (f) KLA 7%, (g) KTL

Gambar 7. Termogram PS, PST dan membran komposit

a

b

c

d

e

f

Gambar

Gambar 1. Reaksi polistirena tersulfonasi
Gambar 2. Spektra FTIR
Gambar 7. Termogram PS, PST dan membran komposit

Referensi

Dokumen terkait

Pada bagian ini ditampilkan beberapa hasil visualisasi aliran dengan metode tuft flow visualization , kontur turbulensi dan dinamika aliran fluida yang berguna

Penelitian tentang hubungan perilaku cuci tangan ibu pakai sabun dengan kejadian diare pada balita usia 12-23 bulan di Desa Rumbio wilayah kerja Puskesmas Kampar

“Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan, Nilai Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Praktik Perataan Laba ( Income Smoothing ) Pada Perusahaan Manufaktur

Sesuatu yang keluar Perkoro kang metu جرﺧ ﺎﻣ dari salah satu Dua Jalan Sangking salah sijine. dalan loro نﯾﻠﺑﺳﻟا

Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, panjang batang, lingkaran batang, permukaan batang, bentuk tajuk, warna daun muda, warna daun tua, ukuran daun (panjang dan

Ibu Dewi dan mbak Nely, selaku pengurus TU Jurusan Teknik Industri yang telah banyak membantu selama penulis menyelesaikan masa studi di Jurusan Teknik

Tabel berikut ini adalah bagian- bagian dari Timeline Animation 3Ds Max yang sering digunakan ketika membuat animasi. Ikon-Ikon

Dalam pencapaian proses suatu kegiatan terlebih kegiatan yang ke arah positif, sudah tentu ada kendala ataupun penghambat yang menjadi rintangan dalam proses