LAPORAN PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR
LAPORAN PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR
NITROGEN TOTAL/PROTEIN MENGGUNAKAN
NITROGEN TOTAL/PROTEIN MENGGUNAKAN
METODE KJELDAHL
METODE KJELDAHL
Disusun untuk memenuhi mata kuliah Laboratorium Instrumentasi Analitik
Disusun untuk memenuhi mata kuliah Laboratorium Instrumentasi Analitik
Tanggal Praktikum
Tanggal Praktikum
: 25 Mei 2018
: 25 Mei 2018
Tanggal Pengumpulan Laporan
Tanggal Pengumpulan Laporan
: 28 Mei 2018
: 28 Mei 2018
Dosen Pembimbing : Tri Reksa, M.Sc.
Dosen Pembimbing : Tri Reksa, M.Sc.
Oleh :
Oleh :
Bella
Bella Nabila
Nabila
NIM
NIM 171411037
171411037
Delifa
Delifa Ariesta
Ariesta
NIM 171411038
NIM
171411038
Dhara
Dhara Firdausa
Firdausa
NIM
NIM 171411039
171411039
Dhea
Dhea Elita
Elita Permana
Permana
NIM
NIM 171411040
171411040
Kelompok 2
Kelompok 2
Kelas : 1B D3 Teknik Kimia
Kelas : 1B D3 Teknik Kimia
PROGAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
PROGAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2018
2018
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu memahami prinsip dasar dari metode Kjeldahl.
2. Mahasiswa mampu mengoperasikan Instrumen Kjeldahl meliputi tahapan destruksi, destilasi, dan penetralan (titrasi).
3. Dengan menggunakan metode Kjeldahl, mahasiswa mampu menganalisis kandungan nitrogen total. Selanjutnya dengan menggunakan faktor konversi, dapat ditentukan kandungan protein dari suatu sampel.
B. DASAR TEORI
Metode Kjeldahl merupakan metode yang sering digunakan untuk menentukan kadar Nitrogen total, tidak hanya bahan pangan namun bahan non pangan pun dapat menggunakan metode ini. Prinsip dari penentuan kadar protein dengan metode Kjedahl adalah penentuan jumlah nitrogen (N) total yang terkandung oleh suatu bahan dengan cara mendegradasi protein bahan organik dengan menggunakan asam sulfat pekat untuk menghasilkan nitrogen sebagai amonia, kemudian jumlah nitrogen yang terlepas sebagai amonia dihitung kemudian dikonversikan nilai kadar protein dengan mengalikannya dengan konstanta tertentu.
Kandungan protein dalam bahan pangan bervariasi baik dalam jumlah maupun jenisnya. Bahan pangan hewani seperti telur, daging, leguminose seperti
kacang-kacangan, dan serelia seperti gandum dan jagung umumnya mengandung protein yang tinggi. Protein merupakan sumber gizi utama yaitu mengandung asam amino. Diantaranya terdapat 8 dari 20 asam amino penyusun protein yang merupakan zat nutrien esensial yang diperlukan oleh tubuh. Umumnya terdapat 20 jenis asam amino yang menyusun struktur protein, yang membedakan antara satu protein dengan protein la innya adalah urutan dan jumlah asam amino yang menyusun protein tersebut. Semua asam amino penyusun protein mempunyai ciri yang sama, yaitu memiliki gugus karboksil (-COOH) yang bersifat asam dan gugus amino (-NH2) yang bersifat basa yang diikat pada atom karbon yang sama. Dalam struktur asam amino, gugus karboksil dapat bermuatan negatif sedangkan gugus amino dapat bermuatan positif, tergantung pada pH medium. Setiap jenis asam amino dapat dibedakan berdasarkan keberadaan gugus alkil dalam struktur, ukuran, muatan listrik, dan kelarutannya dalam air.
Denaturasi protein adalah terjadinya modifikasi struktur sekunder, tersier, dan kuartener dari protein tanpa menyebabkan pemutusan ikatan peptida. Perubahan struktur protein ini biasanya menyebabkan perubahan sifat fisika dan kimia protein, contohnya
adalah albumin telur. Disamping oleh panas, denaturasi protein juga dapat terjadi dengan penambahan asam yang mengubah nilai pH, pelarut organik seperti alkohol dan aseton, garam seperti CaSO4. Sebagai contoh, penambahan isopropanol untuk mengekstrak protein ikan dan penambahan garam kalsium untuk mengekstrak protein kedelai dalam pembuatan tahu. Protein yang telah mengalami denaturasi akan kehilangan sifat kelarutan dan biologisnya. Misalnya protein enzim yang dipanaskan pada suhu tertentu akan kehilangan sifat kelarutan dan aktivitas enzimatisnya.
Dalam produk pangan, protein dapat berperan sebagai pengemulsi, pengikat air, pembentuk gel/tekstur dan kekentalan, penyerap lemak dan pembentuk buih.Sifat-sifat tersebut dapat terjadi dengan adanya interaksi protein dengan pelarut di sekitarnya, serta keberadaan ion, protein lain, sakarida atau lemak.
Kadar protein pada bahan dan produk pangan dapat ditentukan dengan beberapa metode analisis yaitu, Metode Kjeldahl, Biuret, Lowry, pengikatan zat warna, dan titrasi formol namun yang paling umum dikenal dan banyak digunakan adalah Metode Kjeldahl.
Metode Kjeldahl, dasar dari metode ini adalah:
Pengukuran kadar nitrogen total yang ada di dalam sampel.
Kandungan protein dapat dihitung dengan mengasumsikan rasio tertentu antara
protein terhadap nitrogen total.
Berdasarkan asumsi bahwa kadar nitrogen di dalam protein sekit ar 16%. Sehingga
untuk mengubah kadar nitrogen ke dalam kadar protein digunakan faktor konversi sebesar 100/16 atau 6,25.
Untuk beberapa jenis bahan pangan faktor konversi yang digunakan berbeda Metode ini dapat digunakan untuk semua jenis bahan pangan.
Tidak membutuhkan biaya mahal dan cukup akurat dan telah diakui oleh AOAC. Telah dikembangkan untuk menganalisis kandungan protein yang sangat kecil
(mikrogram).
Kelemahan metode ini adalah mengukur bukan hanya nitrogen pada protein, tetapi
juga nitrogen non-protein, sehingga informasi kadar nitrogen dalam protein menjadi sangat penting untuk digunakan sebagai faktor konversi dalam perhitungan.
Prosedur Kjeldahl terdiri dari tiga tahapan yaitu, destruksi, netralisasi /destilasi,
Tahapan dan reaksi dari metode Kjeldahl:
Tahap destruksi, dengan reaksi sebagai berikut:
N (protein) + H2SO4→ (NH4)2SO4
Tahap netralisasi dan distilasi, dengan reaksi sebagai berikut:
(NH4)2SO4 + 2 NaOH → Na2SO4 + 2 H2O + 2 NH3
2 NH3+ 2 H3BO3 → 2 NH4H2BO3
Tahap titrasi, dengan reaksi sebagai berikut:
2 NH4H2BO3+ 2 HCl → 2 NH4Cl + 2 H3BO3
Dengan menggabungkan tahap reaksi netralisasi dengan titrasi, maka diperoleh reaksi sebagai berikut: 2 NH3 + 2 HCl → 2 NH4Cl
C. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
1. Alat utama dan pendukung
NO ALAT NO ALAT
1 Tabung destruksi 10 Gelas ukur 10, 25, dan 100 mL
2 Pemanas untuk tabung destruksi 11 Erlenmeyer 3 Penjepit tabung destruksi 12 Beaker Glass
4 Alat Destilasi 13 Botol semprot
5 Buret 50 mL 14 Pipet tetes
6 Labu takar 100 dan 250 mL 15 Pipet ukur 10 mL
7 Batang pengaduk 16 Bola hisap
8 Neraca analitis 17 Kertas timbang
9 Spatula
2. Bahan yang digunakan
NO BAHAN SATUAN
1 Susu Dancow bubuk (Sampel) 0.5 gram/tabung destruksi
2 Garam Sellenium 2 gram/tabung destruksi
3 H2SO4 98% 20 mL/tabung destruksi
4 Batu didih 2 buah/tabuang destruksi
5 NaOH 30% 500 mL
6 HCl 0.1 N
7 H3BO32% 400 mL
9 Mix indikator 10 Na2B4O7.10H2O
D. PROSEDUR KERJA
1. Tahapan Destruksi
2. Pra-Destilasi
Siapkan 4 buah tabung destruksi dan isi masing -masing dengan 2 batu didih
serta masukkan sampel kecuali ke tabung blanko
•Tambahkan 2 gram Garam Sellenium, tempatkan tabung-tabung tadi ke lemari
asam, kemudian tambahkan masing-masing 20 mL Asam
Sulfat,
•Tutup tabung dengan penutup yang terhubung dengan jetpump, buka kran
jetpump
Tempatkan tabung-tabung diatas pemanas, dan set pada
angka 8 dengan suhu 300oC
(lakukan sampai larutan berwarna hijau jernih sampai
asapnya menghilang)
Matikan jetpump serta buka tabung destruksi, tambahkan
masing-masing 20 mL Aquades sedikit demi sedikit
(tunggu sampai mencapai suhu ruang)
Buat larutan NaOH 30% sebanyak 500 mL (pada lemari asam)
Setelah dingin, masukkan pada
tempat NaOH yang terdapat pada
alat destilasi kjeldahl Buat larutan H3BO32% sebanyak 400 mL (pemanasan), siapkan 4 erlenmeyer dan isi
masing-masing 100 mL larutan yang sudah dibuat
3. Destilasi
4. Proses Titrasi
• Hubungkan alat Kjeldahl dengan listrik, lalu buka kran air yang
terhubung dengan alat destilasi, tekan tombol "ON" tunggu sekitar 10 menit.
• Siapkan tabung destruksi yang berisi sampel hasil destruksi dan letakkan pada tempat yang telah disediakan.
• Siapkan erlenmeyer yang telah berisi larutan H3BO3 2% dan tambahkan 2-3 tetes mix indikator, kemudian tempatkan pada penampungan destilat (ujung pipa tercelup)
• Alirkan NaOH dengan membuka katup A dan tutup kembali setelah larutan yang berisi ampel hasil destruksi berubah warna menjadi hit am.
• Buka katup, (destilasi berlangsung) tunggu hingga larutan menjadi berwarna hijau pucat, amati sampai larutan hitam mengalir habis • Ulangi hingga 3 tabung destruksi
• Matikan alat destilasi, cabut hubungan dengan arus listrik, dan tutup kran air yang terhubung pada alat destilasi.
•Masukkan HCL yang sudah distandardisasi ke dalam Buret
Titrasi larutan yang berwarna hijau pucat hingga warnanya kembali merah muda
Catat volume larutan HCl yang digunakan. Ulangi untuk 3 erlenmeyer lainnya
E. KESELAMATAN KERJA
1. Orang yang tak berkepentingan dilarang masuk laboratorium, untuk mencegah hal yang tidak diinginkan.
2. Jangan melakukan eksprimen sebelum mengetahui informasi mengenai bahaya bahan kimia, alat alat, dan cara pemakaiannya.
3. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
4. Harus mengetahui cara pemakaian alat emergency seperti pemadam kebakaran, shower, respirator, dan alat keselamatan kerja yang lain.
5. Setiap laboran laboratorium harus mengetahui cara memberi pertolongan darurat (P3K).
6. Dilarang makan minum dan merokok di laboratorium, hal ini berlaku juga untuk laboran dan kepala Laboratorium.
7. Jauhkan alat alat yang tak digunakan seperti tas, telepon seluler, dan benda lain dari atas meja kerja.
F. MSDS (MATERIAL SAFETY DATA SHEET)
1. Asam Sulfat (H2SO4)
Potensi Bahaya : Bersifat korosif dan menyebabkan iritasi. Jika mengenai kulit dapat menyebabkan luka. Uap kedua asam tersebut bila terhirup akan menyulitkan pernafasan. Asam sulfat sangat berbahaya bila terkena jaringan kulit karena sifatnya
yang korosif, dan dengan sifatnya sebagai penarik air yang kuat (pendehidrasi) akan menimbulkan luka seperti luka bakar pada jaringan kulit.
Penanganan :
-
Kontak Kulit : Jika terkena kulit lepaskan pakaian dan sepatu yangterkontaminasi dan basuh bagian yang terkena dengan air mengalir minimal 15 menit. Cuci bersih pakaian dan sepatu yang terkontaminasi sebelum digunakan kembali.
-
Kontak Mata : Jika terkena cuci bersih mata minimal 15 menit dengan airmengalir. Cari bantuan medis
-
Terhirup : Bawa yang terkena ke udara segar. Bila sulit bernapas berikanoksigen. Bila tidak bernapas berikan pernapasan buatan. Segera cari bantuan medis.
-
Tertelan : Jangan dipaksakan untuk dimuntahkan. Diberi minum susu atauair yang banyak. Segera cari bantuan medis. 2. Natrium Hidroksida (NaOH)
Potensi Bahaya : Sangat berbahaya dalam kasus inhalasi (korosif paru-paru). Sangat berbahaya dalam kasus kulit kontak (korosif, permeator), kontak mata (korosif), menelan. Menyebabkan iritasi kulit dan luka bakar parah. Menyebabkan iritasi dan luka bakar yang parah, menyebabkan kerusakan kornea serta mengakibatkan iritasi parah pada saluran pernafasan dan selaput lendir dengan batuk, luka bakar, kesulitan bernapas, dan koma. Selain itu juga menyebabkan. penghancuran permanen pada kerongkongan dan saluran pencernaan.
Penanganan :
-
Kontak Kulit : Segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit,melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci bersih pakaian dan sepatu yang terkontaminasi sebelum digunakan kembali.
-
Kontak Mata : Periksa dan lepaskan lensa kontak. Segera basuh mata denganbanyak air selama minimal 15 menit.
-
Terhirup : Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas,berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen.
-
Tertelan : Jika tertelan, jangan memaksakan muntah kecuali diarahkanuntuk melakukannya oleh tenaga medis. Dilarang memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar.
3. Asam Klorida (HCl)
Potensi Bahaya : Asam chloride sangat korosif dan toksik serta iritatif bila kontak dengan kulit, mata atau terhirup. Dapat menyebabkan iritasi mata bahkan dapat berakibat kebutaan serta luka bakar dan dermatitis. Dapat menyebabkan luka bakar membrane mukosa di mulut, dan dapat berakibat bronchitis kronis.
Penanganan :
-
Kontak Kulit : Segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit,dengan melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci bersih pakaian dan sepatu yang terkontaminasi sebelum digunakan kembali
-
Kontak Mata : Periksa dan lepaskan lensa kontak. Segera basuh mata dengan-
Terhirup : Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas,berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen.
-
Tertelan : Jika tertelan, jangan memaksakan muntah kecuali diarahkanuntuk melakukannya oleh tenaga medis. Dilarang memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar.
4. Asam Borat (H3BO3)
Potensi Bahaya : Sangat berbahaya jika terjadi kontak kulit (korosif, iritan, permeator), kontak mata (iritan, korosif), tertelan,. sedikit berbahaya jika tertelan
(paru sensitif). Non korosif untuk paru-paru. Cairan dapat menghasilkan kerusakan jaringan terutama pada selaput lendir mata, mulut dan saluran pernapasan. Kontak kulit dapat menghasilkan luka bakar. Menghirup cairan dapat menghasilkan iritasi parah pada saluran pernapasan, yang ditandai dengan batuk, tersedak, atau sesak
napas.
Penanganan :
-
Kontak Kulit : Segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit,melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci bersih pakaian dan sepatu yang terkontaminasi sebelum digunakan kembali.
-
Kontak Mata : Periksa dan lepaskan lensa kontak. Segera basuh mata denganbanyak air selama minimal 15 menit.
-
Terhirup : Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas,berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen.
-
Tertelan : Jika tertelan, jangan memaksakan muntah kecuali diarahkanuntuk melakukannya oleh tenaga medis. Dilarang memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar.
G. TABEL DATA PENGAMATAN
Tabung
destruksi ke- Berat sampel (gram)
Volume HCl yang digunakan untuk titrasi (mL)
1 - 0,3
2 0,5 13,7
3 0,5 13,8
H. PENGOLAHAN DATA
Perhitungan kadar nitrogen total dan protein :
Kadar N (%) = ( − )× ×
× 100 %
Kadar Protein (%) = Kadar N × F Dimana :
F adalah faktor konversi protein, untuk faktor konversi susu = 6,38
1. Tabung destruksi ke 2 Kadar N (%) =( 3,7−,3) ×, ×4,7 / ,5 × 100% = 3,75 % Kadar Protein (%) = 3,75 % × 6,38 = 23,93 % 2. Tabung destruksi ke 3 Kadar N (%) =( 3,8−,3) ×, ×4,7 / ,5 × 100% = 3,78 % Kadar Protein (%) = 3,78 % × 6,38 = 24,12 % 3. Tabung destruksi ke 4 Kadar N (%) =( ,7−,3) ×, ×4,7 / ,5 × 100% = 2,91 % Kadar Protein (%) = 2,91 % × 6,38 = 18,57 % Tabung destruksi ke-Berat sampel (gram) Volume HCl yang digunakan untuk titrasi
(mL) Kadar N (%) Kadar Protein (%) 2 0,5 13,7 3,75 23,93 3 0,5 13,8 3,78 24,12 4 0,5 10,7 2,91 18,57
I. PEMBAHASAN
1. Bella Nabila (171411037)
Pada praktikum merupakan percobaan menentukan kadar nitrogen total/ protein menggunakan metode kjeldahl. Metode Kjeldahl merupakan metode yang sering digunakan untuk menentukan kadar Nitrogen total, tidak hanya bahan pangan namun bahan non pangan pun dapat menggunakan metode ini. Pada praktikum kali ini analisa protein tersebut dilakukan dengan 3 tahap yaitu tahap destruksi, tahap distilasi dan tahap titrasi. Pada percobaan kali ini sampel yang kita gunakan adalah susu bubuk dancow vanila sebanyak masing - masing 0,5 gram. Sampel di destruksi dengan memanaskan sampel dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi penguraian sampel menjadi unsur-unsurnya yaitu unsur-unsur C, H, O, N, S, dan P. Unsur N dalam protein ini dipakai untuk menentukan kandungan protein dalam suatu bahan. Hasil destruksi adalah ion NH4+ yang menunjukkan keberadaan protein. Ion ammonium bereaksi dengan ion sufat dari asam sulfat membentuk ammonium sulfat. Selama proses destruksi, terjadi reaksi berikut:
Cu2SO4 + 2H2SO4 -> 2CuSO4 + 2 H2O + SO2
Tujuan destilasi adalah memisahkan zat yang diinginkan, yaitu dengan memecah amonium sulfat menjadi amonia (NH3) dengan menambah beberapa mL NaOH hingga tepat basa, kemudian larutan sampel ini dipanaskan. Prinsip destilasi
adalah memisahkan cairan atau larutan berdasarkan perbedaan titik didih. Fungsi penambahan NaOH adalah untuk memberikan suasana basa karena reaksi tidak
dapat berlangsung dalam keadaan asam. Reaksi yang terjadi : (NH4)2SO4 + NaOH -> Na2SO4 + 2 NH4OH
Langkah terakhir dalam proses analisis protein adalah titrasi. Titrasi asam-basa digunakan untuk menentukan kadar protein dalam sampel. Karena NH3 yang terbentuk adalah asam lemah, digunakan HCl baku 0,1N untuk menitrasi asam borat yang sudah menangkap ammonia hasil destilasi, titik akhir di tandai dengan perubahan warna menjadi merah muda karena adanya indicator Phenolptalein pada
kondisi sedikit basa (mendekati netral).
Dari metoda yang dilakukan untuk menentukan kadar protein dari suatu bahan pangan yaitu susu bubuk , maka didapatkan kadar protein pada tabung destruksi dari
57%. Serta didapatkan nilai kadar N dari tabung destruksi 2 hingga tabung destruksi 4 berturut – turut yaitu : 3,75% ; 3,78% ; dan 2,91%.
2. Delifa Ariesta (171411038)
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan untuk menentukan kadar nitrogen dalam sample susu dancow dengan menggunakan metode kjeldahl. Penentuan kadar nitrogen ini melalui 3 tahap yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi
Pada tahap pertama yaitu destruksi kami menyiapkan 4 tabung destruksi yang masing-masing diberi 1 gram sample kecuali salah satu tabung sebagai larutan blanko. Tambahkan pula 2 gram selenium yang berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat proses destruksi karena pada saat penambahan H2SO4, akan
mempercepat proses oksidasi karena zat tersebut akan menaikkan titik didih (eksoterm). Masukkan pula batu didih sebanyak 2 buah agar panas seluruh larutan menjadi homogen dan untuk menghindari suhu yang terlalu tinggi (melewati titik didih), batu didih harus dimasukkan sebelum pemanasan jika tidak akan menimbulkan uap dalam jumlah besar dalam tabung destruksi. Selanjutnya keempat tabung tersebut dimasukkan kedalam lemari asam untuk ditempatkan pada alat pemanas dengan suhu sekitar 300°C. Suhu awal pemanas tidak langsung 300°C melainkan 100°C pada 5 menit pertama lalu dinaikkan menjadi 200°C pada 5 menit selanjutnya lalu menjadi 300°C. Tabung destruksi kemudian ditutup dengan penutup yang telah terhubung dengan jetpump. Jetpump disini berfungsi untuk menghilangkan gas H2S yang terbentuk agar terhisap oleh air. Setelah proses
destruksi selesai tambahkan 50 ml aquades kedalam masing masing tabung destruksi secara perlahan. Proses destruksi ini menghasilkan larutan yang kuning kehijauan. Larutan tersebut lalu dikocok agar larutan menjadi homogen.
Tahap yang selanjutnya adalah destilasi dengan tujuan untuk memisahkan zat berdasarkan titik didihnya. larutan asam Borat 2% pada masing-masing Erlenmeyer
ditambahkan 2 tetes Mix Indikator (larutan menjadi warna merah muda) pada masing-masing Erlenmeyer. pada alat distilasi yang digunakan, tabung destruksi disimpan pada bagian sebelah kiri sedangkan erlenmeyer disimpan pada bagian kanan. Saat proses distilasi dimulai, buka knop untuk paling atas untuk mengalirkan NaOH yang berfungsi untuk memberikan suasana basa lalu knop stem kemudian knop yang berda dipaling bawah. Proses distilasi ini berlangsung hingga volume di
erlenmeyer menjadi 150 ml. Setelah dilakukan proses distilasi, 2 tabung destruksi menjadi berwarna coklah keruh dan 2 tabung lainnya berwarna biru bening.
Tahap terakhir adalah titrasi. Titrasi dilakukan dengan menggunakan larutan HCl 0,1 N. Titrasi berhenti jika larutan telat berubah warna menjadi merah muda. Berdasarkan percobaan yang kami lakukan, volume akhir titrasi pada larutan blanko adalah 0,3 ml sedangkan pada ketiga tabung lainnya berturut turut sebesar 13,7; 13,8; dan 10,7 ml. Berdasarkan pengolahan data diperoleh masing-masing kadar Nitrogen, 3,75%; 3,78%; dan 2,91%.
3. Dhara Firdausa (171411039)
Pada percobaan dengan metode kjeldhal ini, sampel yang kami gunakan untuk dianalisis kandungan nitrogen dan proteinnya yaitu susu bubuk sebanyak 0,5 gram. Sampel tersebut kami masukkan ke dalam 3 tabung destruksi, dan 1 tabung menjadi blanko. Pada tahap destruksi, terjadi oksidasi sampel. Kami menambahkan H2SO4
dan selenium pada tabung. Selenium dapat mempercepat proses oksidasi, karena zat tersebut selain menaikkan titik didih juga mengadakan perubahan dari valensi tinggi ke rendah ataupun sebaliknya. Tahap destruksi berakhir ketika larutan telah berubah warna menjadi hijau. Selanjutnya, kami melakukan tahap destilasi. Destilasi dilakukan untuk memecah ammonium sulfat menjadi ammonia (NH3). Sebelum
melakukan proses ini, ke dalam tabung ditambahkan aquades masing-masing 50 ml dengan tujuan agar tidak terjadi panas yang berlebih karena pada saat destilasi akan ditambahkan larutan NaOH yang panas dan juga diberikan steam. Proses ini berakhir ketika larutan pada erlenmayer yang terdapat asam borat berwarna merah muda berubah warna menjadi bening. Setiap larutan hasil destilasi yang kami dapatkan masing-masing kurang lebih sebanyak 150 mL. setelah itu dilakukan titrasi dengan HCl 0,1 N, titrasi berakhir pada saat larutan berubah warna kembali menjadi merah muda. Setelah dilakukan percobaan, kami melakukan pengukuran kandungan nitrogen dan kadar protein. Dari hasil pengukuran didapat kadar Nitrogen pada tabung destruksi masing-masing yaitu 3,75; 3,78; dan 2,91. Adapun kadar proteinnya yaitu 23,93%; 24,12%; dan 18,57%. Hal itu menunjukkan adanya perbedaan kadar nitrogen dan protein pada masing-masing tabung, padahal sampel yang dimasukkan sama. Ketidaktepatan tersebut dapat terjadi karena kesalahan pada saat praktikum, seperti penimbangan yang kurang tepat dan teliti.
4. Dhea Elita Permana (171411040)
Prinsip dari penentuan kadar protein dengan metode Kjedahl adalah menentukan jumlah nitrogen (N) total yang terkandung oleh suatu bahan dengan cara mendegradasi protein bahan organik dengan menggunakan asam sulfat pekat untuk menghasilkan nitrogen sebagai amonia, bahan organik yang kami uji disini ialah susu bubuk Dancow kemudian jumlah nitrogen yang terlepas sebagai amonia dihitung kemudian dikonversikan nilai kadar protein dengan mengalikannya dengan konstanta tertentu. Konstanta disini ialah faktor konversi (F) untuk mengubah % nitrogen menjadi protein. Faktor konversi susu bubuk ialah sebesar 6,38.
Pada praktikum ini ada beberapa tahapan proses yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Tahap destruksi, kami menyiapkan 4 tabung destruksi 3 diantaranya diisikan sampel susu bubuk dancow sebanyak 0,5 gram, lalu ditambah larutan asam sulfat pekat 20 mL setiap tabung, batu didih 2 buah tiap tabung, dan garam sellenium mixture 2 gram tiap tabung. Hasil akhirnya harus berwarna hijau pucat. Setelah didinginan beberapa saat, ditambahkan air sebanyak 50 mL, penambahan aquades dilakukan secara perlahan karena dapat menimbulkan ledakan apabila langsung seluruhnya dituangkan. Pengurangan berat sampel dan volume aquades dari jobsheet bertujuan agar proses berjalan lebih cepat.
Tahap destilasi disiapkan tabung destruksi tadi, asam borat 100 mL pada erlenmeyer dan NaOH. Pada saat pembukaan katup NaOH larutan di tabung destruksi akan berubah warna menjadi biru pucat. Setelah terjadi perubahan warna steam dan katup yang menghubungkan ke asam borat dibuka dan katup NaOH ditutup. Setelah itu akan terjadi perubahan warna pada erlenmeyer yang berisi asam borat dan indikator, warana asal yaitu pink muda, lalu akan berubah menjadi hijau
muda, lalu ditunggu hingga sekiranya 150 mL.
Tahap selanjutnya yaitu titrasi, membutuhkan HCl 0,1 N sebagai penitran. Erlenmeyer pertama yaitu larutan blanco, volume HCl yang didapatkan yaitu 0,3 mL. Selanjutnya erlenmeyer 2, 3, dan 4 berturut turut sebagai berikut 13,7; 13,8; dan 10,7 mL.
Dengan menggunakan perhitungan, kadar nitrogen sampel 2, 3, dan sebagai berikut 3,75%; 3,78%; dan 2,91%. Maka kadar nitrogen yang dihasilkan dikalikan dengan faktor konversi susu bubuk yaitu 6,38 dan hasilnya sebagai berikut 23,93%; 24,12%; dan 18,57%. Hasil kadar protein yang berbeda pada tiap tabung dapat
diakibatkan karena penimbangan berat sampel yang berbeda, masih adanya sampel yang tertinggal dalam kertas timbang.
J. SIMPULAN
1. Kadar nitrogen yang didapatkan yaitu 3,75%; 3,78%; dan 2,91%. 2. Faktor konversi susu bubuk yaitu 6,38.
3. Hasil kadar protein yang dihasilkan 23,93%; 24,12%; dan 18,57%.
4. Proses metode kjeldahl ada beberap tahapan yaitu, tahapan destruksi, destilasi, dan penetralan (titrasi).
K. DAFTAR PUSTAKA
(Sumber : www.examtutor.com)
Afrianti, L H. 2008. Teknologi Pengawetan Makanan. Alfabeta, Bandung
Andarwulan, N, F. Kusnandar, D. Herawati. 2011. Analisis Pangan. PT Dian Rakyat, Jakarta
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/sunarto-drs-msi/keselamatan-kerja-dilaboratorium.pdf
http://www.pauleyequipment.co.uk/template
John M. deMan. 1989. Principles of food chemistry. By Van Nostrand Reinhold, A Division of wadsworth, Inc. Canada
Lab 3. Protein determination bio.classes.ucsc.edu/bio20L/MANUAL/Lab%203.pdf Winarno, F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia, Jakarta
Yazid, E, L. Nursanti. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk Mahasiswa Analis. CV Andi Offset, Yogyakarta
L. LAMPIRAN
Setelah penambahan H2SO4 pada setiap tabung
Saat proses destruksi berlangsung
Hasil akhir proses destruksi
Penambahan air pada tiap tabung dilakukan secara perlahan
Proses destilasi berlangsung Terjadi perubahan warna pada tabung destruksi dan erlenmeyer
Proses titrasi berlangsung Hasil dari titrasi
Hasil akhir pada tabung destruksi yang di destilasi
Hasil akhir pada erlenmeyer yang di titrasi